commit to user
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN BAYI
DI PUSKESMAS KARTASURA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah
Prodi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
Nawang Swastika Raras R0107038
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iv ABSTRAK
Nawang Swastika Raras. R 0107038. Hubungan antara Frekuensi Pemberian ASI dengan Pertambahan Berat Badan Bayi di Puskesmas Kartasura. Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang. Air susu ibu merupakan makanan alami terbaik untuk bayi. Komposisi nutrisinya yang lengkap menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan manajemen pemberiannya. Termasuk memperhatikan frekuensi pemberiannya.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura.
Metode. Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasangan ibu dan bayi yang diberi ASI di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Jumlah sampel sebanyak 54 responden dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat ukur penelitian menggunakan kuesioner frekuensi pemberian ASI, lembar observasi berat badan bayi serta KMS bayi. Analisis hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi menggunakan regresi linier dengan bantuan SPSS versi 17.
Hasil. Ibu dengan frekuensi pemberian ASI yang cukup sebesar 64,8% dan sebesar 79,6% bayi mengalami pertambahan berat badan yang baik. Hasil analisis bivariat Regresi Linier menunjukkan bahwa nilai thitung (2,160) lebih besar dari ttabel (2,007) dan p value (0,035) lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi.
Kesimpulan. Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi.
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN VALIDASI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. ... Latar Belakang ... 1
B. ... Rum usan Masalah ... 2
C. ... Tuju an Penelitian ... 2
D. ... Manf aat Penelitian ... 3
BAB II LANDASAN TEORI ... 4
A... Tinjauan Pustaka ... 4
commit to user
ix
2. ... Berat
Badan ... 9
3. ... Hubu ngan Frekuensi Pemberian ASI dengan Pertambahan Berat Badan Bayi ... 11
B. .... Kerangka Konsep ... 12
C. .... Hipotesis... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13
A... Desain Penelitian... 13
B. .... Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
C. .... Populasi Penelitian ... 13
D... Sampel dan Teknik Sampling ... 13
E. .... Estimasi Besar Sampel ... 14
F. .... Kriteria Restriksi ... 15
G... Definisi Operasional ... 16
H... Cara Kerja ... 16
I. ... Analisis Data ... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 23
A... Kara kteristik Responden ... 23
B. ... Anali sis Data ... 25
commit to user
x
A... Kara kteristik Responden ... 30
B. ... Frek uensi Pemberian ASI ... 32
C. ... Perta mbahan Berat Badan Bayi ... 34
D. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dengan Pertambahan Berat
Badan Bayi ... 35
E. Kendala Penelitian ...
37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 38
A... Kesi mpulan ... 38
B. ... Saran ... 39
DAFTAR PUSATAKA
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan
harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4
bulan dan jika mungkin sampai usia 6 bulan. ASI harus menjadi makanan
utama selama tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun
kedua (Rosidah, 2008).
WHO dan UNICEF (2001) menyatakan bahwa pemberian ASI
eksklusif diberikan mulai bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Dengan
demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat
bulan) sudah tidak berlaku lagi.
ASI secara unik memang dikondisikan untuk memenuhi kebutuhan
bayi manusia. ASI mengandung nutrisi dengan kemampuan biologis tinggi
untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang tumbuh dengan cepat.
Penelitian di Republik Belarus memperlihatkan hasil pemberian ASI
eksklusif dan pemberian ASI yang lebih lama memicu pertambahan berat
badan dan panjang badan pada bulan-bulan pertama dan tidak
memperlihatkan defisit berat badan dan tinggi badan pada usia 12 bulan
(Tridjaja, 2008).
Di Indonesia angka pencapaian ASI eksklusif pada tahun 2009 sebesar
commit to user
2
Kesehatan Kota Sukoharjo menunjukkan bahwa dari 58.110 bayi, 37.528 bayi
(64,58%) mendapat ASI eksklusif. Sedangkan di kecamatan Kartasura dari
1.953 bayi, 1.152 bayi (58,99%) mendapat ASI eksklusif. Namun beberapa
ibu masih belum mengerti benar seberapa pentingnya memperhatikan
manajemen laktasi, dalam hal ini frekuensi pemberian ASI, untuk menunjang
pertumbuhan bayi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melaksanakan penelitian
tentang hubungan frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan
bayi di Puskesmas Kartasura. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Suyati
(2006) dengan judul Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif terhadap
Pertumbuhan Berat Badan di Rumah Bersalin Suko Asih Sukoharjo.
Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah perbedaan analisis data,
waktu, tempat dan variabel penelitian.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan apakah ada hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan
pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan
pertambahan berat badan bayi.
2. Tujuan khusus
commit to user
3
b. Menilai pertambahan berat badan bayi.
c. Menganalisa hubungan frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan
berat badan bayi.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor – faktor
yang berdampak terhadap kenaikan berat badan pada bayi.
b. Dapat mendukung penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kasus
atau topik serupa.
2. Manfaat Aplikatif
a. Memberikan informasi kepada masyarakat terutama para ibu tentang
pemberian ASI
b. Menambah wawasan ibu tentang pertambahan berat badan bayi
commit to user
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Air Susu Ibu (ASI)
a. Definisi
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein dan
garam-garam organik yang disekresi kedua belah kelenjar payudara ibu
sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 2000).
b. Keunggulan ASI
ASI (Air Susu Ibu) memiliki sifat unggul sebagai berikut :
1) merupakan makanan alam (natural), ideal dan psikologik
2) mengandung nutrien yang lengkap dengan komposisi yang sesuai
untuk keperluan pertumbuhan bayi yang sangat cepat, yaitu pada
bulan pertama berat badan dapat bertambah kira-kira 30%.
3) nutrien selalu diberikan dalam keadaan segar dengan suhu yang
optimal dan bebas dari kuman patogen
4) mengandung zat antibodi dan zat yang dapat mempercepat
pembentukan kekebalan
5) ASI mengandung asam lemak tak jenuh yaitu asam decosa
hexaenoic yang sangat berguna untuk pertumbuhan sel saraf, axon,
dan dendrit sehingga pertumbuhan otak dan mata sempurna.
commit to user
5
c. Komposisi ASI
Sebagai makanan utama, ASI memiliki kandungan nutrisi yang
lengkap bagi bayi. Diantaranya adalah air (87,5%), karbohidrat, protein,
lemak, karnitin, vitamin, dan mineral dengan volume dan komposisi
yang berbeda-beda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi
(Hendarto, 2008).
1) Karbohidrat
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI dan
berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Kadar laktosa dalam
ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan susu sapi atau susu formula.
Namun demikian angka kejadian diare karena intoleransi laktosa
jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini
disebabkan karena laktosa dalam ASI lebih mudah diserap oleh
bayi.
2) Protein
Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey
dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein
whey yang lebih mudah dicerna bayi dengan kadar beta
laktoglobulin (fraksi dari protein whey) yang rendah, sehingga
tidak menyebabkan alergi. Profil asam amino dalam ASI memiliki
jenis yang lebih lengkap yang membantu perkembangan otak serta
kandungan nukleotida yang berperan dalam meningkatkan
commit to user
6
3) Lemak
ASI memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan
susu formula untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat
selama masa bayi. Lemak dalam ASI mengandung omega 3 dan
omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi, serta DHA
dan ARA yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan
retina pada mata. ASI juga mengandung lemak jenuh dan tak jenuh
dengan komposisi seimbang sehingga tidak membahayakan
kesehatan bayi dalam jangka panjang.
4) Karnitin
ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada
kolostrum. Karnitin mempunyai peran dalam membantu proses
pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan
metabolisme tubuh.
5) Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI sangat lengkap. Diantaranya
vitamin K yang dibutuhkan dalam pembekuan darah, vitamin D
yang dapat mencegah bayi menderita penyakit tulang, vitamin E
yang berfungsi dalam ketahanan sel darah merah, vitamin A yang
berfungsi untuk kesehatan mata, pembelahan sel, dan kekebalan
commit to user
7
6) Mineral
Mineral utama dalam ASI adalah kalsium yang berfungsi
untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan
saraf dan pembekuan darah. Kadar kalsium dalam ASI lebih rendah
dibandingkan susu formula, namun lebih mudah terserap
pencernaan bayi. Selain itu ASI mengandung zat besi dan zink yang
dibutuhkan dalam berbagai proses metabolisme tubuh.
(Hendarto, 2008).
Komposisi ASI dengan nutrisi serta berbagai faktor
pertumbuhan tersebut sangat menentukan proses pertumbuhan dan
perkembangan otak bayi. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan manajemen pemberiannya (Purwanti, 2004).
d. Manajemen Pemberian ASI
Memberikan ASI secara maksimal perlu ditunjang dengan
manajemen pemberian ASI yang baik. Dalam menyusui ibu harus
memperhatikan hal-hal berikut ini :
1) Ketrampilan menyusui, meliputi posisi serta perlekatan yang tepat
bagi ibu dan bayi saat menyusui.
2) Lama menyusu. Lama menyusu berbeda-beda tiap periode
menyusu. Rata-rata bayi menyusu selama 5 – 15 menit
menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bayi.
3) Frekuensi menyusu. Berhubungan dengan berapa sering bayi
commit to user
8
jenis, yaitu dengan jadwal (restricted ‘token’ breast feeding) dan
tanpa jadwal (unrestricted atau on demand). Namun lebih
dianjurkan jika bayi disusui tanpa jadwal (on demand), karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya (Roesli, 2008). Jadi ibu
harus menyusui bayinya bila bayi menangis karena haus atau lapar
dan ketika ibu merasa harus menyusui bayinya. Termasuk pada
malam hari, bayi yang sehat akan menyusu dengan semangat
minimal 8 – 12 kali per hari (Riordan, 2004).
e. Mengukur Kecukupan ASI
Bayi dapat dikatakan tercukupi kebutuhan ASInya bila :
1) Berat badan sewaktu lahir telah tercapai kembali
sekurang-kurangnya pada akhir minggu kedua setelah lahir dan selama itu
tidak terjadi penurunan berat badan yang lebih dari 10%.
2) Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan
kenaikan berat badan sesuai dengan usianya.
3) Bayi tampak puas dan tidur nyenyak setelah menyusu
4) Ibu merasakan perubahan tegangan pada payudara sebelum dan
sesudah menyusui serta merasakan pengaliran ASI yang cukup
selama menyusui (subjektif) (Wiryo, 2002).
5) Bayi akan buang air kecil minimal 6 – 8 kali sehari dan buang air
commit to user
9
f. Kendala Pemberian ASI
1) Keadaan psikologi ibu, ibu merasa ASInya kurang, padahal tidak,
hanya kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup bagi
bayinya. Keadaan stress, khawatir, dan ketidak-bahagiaan ibu juga
dapat mempengaruhi pemberian ASI.
2) Pengetahuan ibu tentang laktasi, ibu kurang memahami tentang
manajemen laktasi yang benar.
3) Bayi terlanjur mendapatkan pralacteal feeding, seperti susu
formula atau pemberian air gula pada hari-hari pertama kelahiran.
4) Faktor fisik ibu, seperti adanya kelainan anatomi payudara ibu,
puting ibu lecet, payudara bengkak, dan ibu yang sedang sakit juga
dapat mempengaruhi proses pemberian ASI.
5) Ibu hamil lagi pada saat masih menyusui
6) Ibu bekerja diluar rumah
7) Kelainan kongenital bayi
(Pratiwi, 2008)
2. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa
bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan
fisik maupun status gizi, kecuali jika terdapat kelainan klinis seperti
commit to user
10
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, usia
0 – 6 bulan dan 6 – 12 bulan. Untuk usia 0 -6 bulan, pertumbuhan berat
badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140 – 200 gram
dan akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6.
Sedangkan pada usia 6 – 12 bulan terjadi penambahan setiap minggu
sekitar 25 – 40 gram dan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan
lahir pada akhir bulan ke 12 (Hidayat, 2009).
Berat badan digunakan sebagai pemantau status gizi dengan alasan:
a. Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
b. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan
secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
c. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan
luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan
penjelasan secara meluas.
d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan
pengukur.
e. Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan sebagai alat yang baik
untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga
berat badan sebagai dasar pengisiannya.
f. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status
gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana
commit to user
11
g. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian
yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh
masyarakat.
(Supariasa, 2006)
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pertambahan berat badan
yang tidak memadai pada bayi menurut Riordan (2004) antara lain :
1) Pembatasan durasi menyusui.
2) Menyusu yang sangat lama, ditandai dengan bayi yang terlihat ingin
tidur atau graze.
3) Pembatasan jumlah menyusu-mengantuk. Pada kebanyakan kasus,
bayi harus menyusu dengan semangat minimal 8 – 12 kali per hari.
4) Pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan.
5) Posisi bayi yang tidak baik saat menyusu.
6) Hisapan yang tidak efektif atau tidak teratur.
7) Masalah kesehatan.
3. Hubungan frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi
Selain karena kandungan nutrisi alami yang mudah diserap saluran
cerna bayi, ASI mengandung growth factor yang menunjang pertumbuhan
bayi terutama dari segi berat badan. Bayi yang sehat akan menyusu 8 – 12
commit to user
12
diharapkan memiliki pertambahan berat badan yang normal (Riordan,
2004).
B. Kerangka Konsep
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
C. Hipotesis
Ada hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan
berat badan pada bayi.
Pertambahan Berat Badan Bayi Frekuensi Pemberian ASI
1. Pemberian MP-ASI
2. Ketrampilan menyusui
3. Masalah kesehatan 1. Psikologi ibu.
2. Pengetahuan ibu.
3. Pralacteal feeding.
4. Faktor fisik ibu.
5. Kehamilan
6. Pekerjaan ibu
commit to user
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent). Pada penelitian ini frekuensi
pemberian ASI sebagai variabel bebas dan pertambahan berat badan bayi
sebagai variabel terikat diukur secara bersamaan (Taufiqurrohman, 2009).
B.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kartasura pada bulan Februari – Juli
2011.
C.Populasi Penelitian 1. Populasi Target
Pasangan ibu dan bayi di Kartasura.
2. Populasi Aktual
Pasangan ibu dan bayi yang diberi ASI di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura.
D.Sampel dan Teknik Sampling 1. Sampel
Bayi yang diberi ASI di wilayah kerja Puskesmas Kartasura pada
commit to user
14
2. Teknik Sampling
Sampel diambil dari populasi aktual dengan teknik purposive
sampling. Pada teknik purposive sampling peneliti memilih responden
berdasarkan kepada pertimbangan subyektifnya (Sastroasmoro, 2006). Ibu
yang memiliki bayi yang diberi ASI di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
pada tanggal 11 – 20 Juli 2011 dan memenuhi kriteria oleh peneliti
dijadikan sebagai responden.
E.Estimasi Besar Sampel
Estimasi atau perkiraan besar sampel dihitung dengan rumus :
(Notoatmojo, 2002)
Maka jumlah sampel :
commit to user
a. Mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan.
b. Bayi diberi ASI oleh ibunya.
c. Memiliki KMS.
d. Bayi tidak sedang sakit.
e. Bayi tidak mempunyai kelainan kongenital.
2. Kriteria Eksklusi a. Tidak bersedia diteliti.
commit to user
Timbangan & Grafik KMS Lambat : garis kurva datar Baik : garis kurva naik Kurang : garis kurva turun Buruk : BGM
(Hidayat, 2008)
Ordinal
Tabel 3.1. Tabel Definisi Operasional
H.Cara Kerja
Peneliti mengunjungi wilayah kerja Puskesmas Kartasura, menemui
pasangan ibu dan bayi yang sesuai dengan kriteria untuk dijadikan sampel. Ibu
yang bersedia menjadi responden akan diberi sejumlah pertanyaan mengenai
frekuensi pemberian ASI dalam bentuk kuesioner tertutup. Sementara bayi
akan ditimbang berat badannya menggunakan timbangan yang memenuhi
syarat. Hasil penimbangan dimasukkan dalam grafik pertumbuhan berat badan
dalam KMS, kemudian dibandingkan dengan hasil penimbangan bulan lalu.
commit to user
17
1. Instrumen Penelitian a. Frekuensi pemberian ASI
Pengukuran frekuensi pemberian ASI dapat dilakukan dengan
lembar pertanyaan kuesioner yang diberikan langsung pada responden
dan diisi sendiri oleh responden. Kuesioner dalam penelitian ini
berbentuk kuesioner tertutup yaitu responden menjawab pertanyaan
dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang telah
disediakan (Hidayat, 2007).
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpulan data, kuesioner
akan dilakukan uji coba terlebih dulu dengan validitas dan reliabilitas
agar informasi yang diperoleh kelak merupakan informasi yang shahih.
No Aspek favourable unfavorable Jumlah
1 Frekuensi
Tabel 3. 2 : Kisi-kisi instrumen Frekuensi Pemberian ASI
1) Uji validitas
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang
berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data.
Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur
(Nursalam, 2008).
Uji validitas dilakukan dengan analisis butir soal yaitu skor
yang ada pada butir soal dipandang sebagai nilai x dan skor total
commit to user
18
product moment. Setelah diperoleh harga rxy hasilnya dikonsultasikan
dengan harga kritik product moment. Jika harga rxy > rtabel maka dapat
dikatakan butir itu valid dengan a = 5% (Notoatmodjo, 2005).
Perhitungan validitas kuesioner dengan menggunakan rumus:
(
)
(
)
Uji coba kuesioner dilakukan di wilayah Banyuanyar pada
tanggal 1 Juli 2011. Sejumlah 54 responden diberi kuesioner yang
akan diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah dilakukan uji coba,
dari 12 soal dalam kuesioner frekuensi pemberian ASI diperoleh hasil
dengan 12 soal yang dinyatakan valid.
2) Uji Reliabilitas
Reliabitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali
dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Jika hasil uji
reliabilitas sebesar 0,6 kuesioner dinyatakan reliabel (Ghozali, 2001).
Cara perhitungan reliabilitas menggunakan teknik Cronbach’s
commit to user
19
Keterangan :
: reabilitas instrumen (koefisien Cronbach’s Alpha)
: varians total atau varians skor total
: jumlah keseluruhan varians item
: jumlah item yang valid (Arikunto, 2006)
Setelah uji validitas, dilakukan uji reliabilitas pada kuesioner
frekuensi pemberian ASI. Kuesioner dinyatakan reliabel karena hasil
hitung uji reliabilitas lebih besar dibandingkan .
b. Pertambahan berat badan bayi
Pengukuran pertambahan berat badan bayi dapat dilakukan
dengan menimbang bayi menggunakan timbangan bayi jenis dacin yang
memenuhi standar kemudian dibandingkan dengan baku untuk anak
sehat (KMS) (Pudjiadi, 2008).
2. Cara Pengambilan Data
Pengumpulan data mencakup data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari kuesioner serta penimbangan berat badan bayi secara
langsung di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari grafik pertumbuhan berat badan bayi dalam KMS.
Peneliti mendatangi 4 posyandu di wilayah kerja puskesmas
Kartasura, pada tanggal 11 – 25 Juli 2011. Peneliti membagikan kuesioner
commit to user
20
posyandu tersebut. Responden yang digunakan dalam penelitian dipilih dari
pasangan ibu dan bayi yang mengikuti kegiatan posyandu, sesuai dengan
kriteria retriksi yang telah ditentukan.
Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dengan cara :
a) Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden yang
memenuhi kriteria untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden.
b) Setelah mendapat persetujuan, peneliti memberikan lembar kuesioner
kepada responden.
c) Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan dan analisis data.
Sementara ibu yang terpilih menjadi responden mengisi lembar
kuesioner, bayinya ditimbang, dibantu oleh kader setempat. Dua orang
kader pada masing-masing posyandu membantu peneliti dalam
mempersiapkan penimbangan dan mengisi grafik KMS bayi. Penimbangan
dilakukan sebelum jam 10.00 pagi, agar memperoleh hasil yang akurat,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menentukan usia dan jenis kelamin bayi.
b) Mengukur berat badan bayi dengan timbangan bayi jenis dacin.
Sebelum menimbang, periksa lebih dahulu apakah alat sudah dalam
keadaan seimbang (menunjuk angka 0). Bayi ditimbang dalam posisi
berbaring terlentang tanpa baju (Matondang, 2003).
c) Masukkan hasil pengukuran berat badan berdasarkan usia ke dalam
commit to user
21
d) Menilai pertambahan berat badan bayi dengan menggunakan kurva
pertumbuhan dalam KMS.
(Hidayat, 2008)
I. Analisis Data
1. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis data, data yang telah dikumpulkan diolah
terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Informasi
yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan,
terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2007).
2. Analisis Data a. Analisis Univariat
Mendiskripsikan semua variabel dengan tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara frekuensi
pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi. Variabel bebas
dan terikat dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal, sehingga
untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan uji
statistik parametrik yaitu Regresi Linier.
Adapun rumus Regresi Linieradalah :
commit to user
22
Keterangan :
y = variabel tergantung
x = variable bebas
a= konstanta
commit to user
23 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden 1. Umur Ibu
Hasil distribusi dari 54 responden berdasarkan umur ibu yang
menjadi sampel adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Umur Ibu
No Umur Jumlah Prosentase
1. < 20 tahun 4 7,4%
2. 20 s/d 35 tahun 27 50,0%
3. > 35 tahun 23 42,6%
Jumlah 54 100,0%
(Sumber : Data primer, 2011)
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui distribusi umur ibu
yang menjadi responden sebagian besar berusia 20 – 35 tahun (50%).
2. Pekerjaan Ibu
Hasil distribusi berdasarkan pekerjaan ibu yang menjadi responden
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu
No Pekerjaan Jumlah Prosentase
1. Ibu Rumah Tangga 48 88,9%
2. Swasta 6 11,1%
Jumlah 54 100,0%
commit to user
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui distribusi pekerjaan
ibu yang menjadi responden sebagian besar adalah sebagai ibu rumah
tangga (88,9%).
3. Tempat Kerja
Hasil distribusi berdasarkan tempat kerja ibu yang menjadi
responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tempat Kerja
No Tempat Kerja Jumlah Prosentase
1. Di dalam rumah 48 88,9%
2. Di luar rumah 6 11,1%
Jumlah 54 100,0%
(Sumber : Data primer, 2011)
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui distribusi tempat
kerja ibu yang menjadi responden sebagian besar di dalam rumah (88,9%).
4. Jenis Kelamin Bayi
Hasil distribusi 54 responden berdasarkan jenis kelamin bayi yang
menjadi responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Bayi
No Jenis Kelamin Bayi Jumlah Prosentase
1. Laki-laki 19 35,2%
2. Perempuan 35 64,8%
Jumlah 54 100,0%
(Sumber : Data primer, 2011)
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui distribusi jenis
kelamin bayi yang menjadi responden sebagian besar adalah perempuan
commit to user 5. Umur Bayi
Hasil distribusi 54 responden berdasarkan umur bayi di wilayah
kerja Puskesmas Kartasura adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Umur Bayi
No Umur Bayi Jumlah Prosentase
1. 0 – 6 bulan 17 31,5%
2. 6 – 12 bulan 37 68,5%
Jumlah 54 100,0%
(Sumber : Data primer, 2011)
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
umur bayi yang menjadi responden adalah berumur 6 – 12 bulan (68,5%).
B. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat menghasilkan distribusi dan prosentase dari setiap
variabel serta bertujuan untuk menyampaikan gambaran secara
menyeluruh dari komponen variabel bebas dan terikat menggunakan tabel
atau grafik. Untuk mengetahui gambaran frekuensi pemberian ASI dengan
pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura, dilakukan analisis
commit to user a. Frekuensi Pemberian ASI
Frekuensi pemberian ASI ibu yang memiliki bayi di wilayah
kerja Puskesmas Kartasura adalah sebagai berikut:
19(35,2%)
Gambar 4.1 Diagram Batang Frekuensi Pemberian ASI
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 54
responden, 19 responden (35,2%) termasuk dalam kategori kurang dan
35 responden (64,8%) termasuk dalam kategori cukup. Sehingga dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai frekuensi
pemberian ASI yang cukup.
b. Pertambahan Berat Badan Bayi
Pertambahan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
commit to user (Sumber : Data primer, 2011)
Gambar 4.2 Diagram Batang Pertambahan Berat Badan Bayi
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 54
responden, 3 diantaranya (5,6%) pertambahan berat badannya
tergolong kurang, 8 responden (14,8%) dengan pertambahan berat
badan lambat dan 43 responden (79,6%) dengan perkembangan berat
badan yang baik. Sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar
pertambahan berat badan bayi mengalami pertambahan yang baik.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat
commit to user
menggunakan alat analisis regresi linier dengan menggunakan bantuan
program komputer SPSS 17.0 for windows.
Hasil perhitungan hubungan antara frekuensi pemberian ASI
dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6 HubunganAntara Frekuensi Pemberian ASI dengan
Pertambahan Berat Badan Bayi
Frekuensi Pemberian ASI
Pertambahan
Berat Badan Bayi Total BGM Kurang Lambat Baik
(Sumber: data primer, 2011)
Berdasarkan hasil perhitungan cross tabulasi pada Tabel 4.6 dapat
diketahui bahwa yang paling dominan dalam frekuensi pemberian ASI
cukup dengan pertambahan berat badan yang baik yaitu sebanyak 30
responden (55,6%). Maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi pemberian
ASI secara cukup akan mempengaruhi pertumbuhan dan tentunya berat
badan akan mengalami kenaikan.
Setelah data tersebut diolah, kemudian dilakukan pengujian data
commit to user
Y = 2,195 + 0,331. Nilai konstanta (a) = 2,195 dengan parameter positif
artinya tanpa adanya variabel frekuensi pemberian ASI, variabel
pertambahan berat badan tetap ada, dan nilai koefisien (b) = 0,331 dengan
parameter positif artinya jika variabel frekuensi pemberian ASI meningkat
satu satuan maka akan meningkatkan variabel pertambahan berat badan.
Semakin baik frekuensi pemberian ASI ibu pada bayinya maka dapat
meningkatkan berat badan bayi tersebut.
Hasil perhitungan dengan menggunakan regresi linier diketahui
thitung sebesar 2,160 > ttabel sebesar 2,007 dengan p = 0,035. Oleh karena
nilai thitung (2,160)> ttabel(2,007) dan p = 0,035 < 0,05 maka H0 ditolak dan
Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi
pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas
commit to user
30
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan
bayi di Puskesmas Kartasura. Dalam bab ini membahas mengenai karakteristik
responden, masing-masing variabel, serta hasil analisis data.
A.Karakteristik Responden 1. Umur
Umur ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
ibu dalam memberikan ASI pada bayinya. Responden yang terbanyak pada
penelitian ini adalah ibu berusia 20-35 tahun (50%). Menurut Hartanto
(2003), rentang umur antara 20-35 merupakan periode usia reproduksi sehat
yang baik untuk mengandung dan melahirkan. Usia reproduksi ibu yang
sehat mempengaruhi keadaan psikologi, kematangan pola berpikir, dan
pengetahuan ibu akan pentingnya ASI. Pada usia ini, ibu cenderung lebih
siap secara psikologis untuk menyusui, serta lebih memperhatikan tumbuh
kembang bayi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyati (2006), diperoleh 91,3%
dari total sampel yang diteliti berusia antara 20 – 35 tahun. Hal ini
menunjukkan adanya persamaan karakteristik umur responden dalam
penelitian.
commit to user
31
2. Pekerjaan ibu
Faktor lain yang mempengaruhi frekuensi pemberian ASI adalah
pekerjaan ibu. Pekerjaan responden dalam penelitian ini paling banyak
adalah ibu rumah tangga (88,9%). Bekerja bagi ibu bukan alasan untuk
menghentikan pemberian ASI (Roesli, 2000). Ibu rumah tangga cenderung
lebih fokus dalam merawat bayi dan keluarganya, sehingga dapat
memberikan ASI dengan frekuensi cukup.
Berdasarkan penelitian terdahulu, diperoleh responden dengan
pekerjaan yang lebih bervariasi, mulai dari pegawai swasta, wiraswasta,
pegawai negeri sipil (PNS), dengan dominasi ibu rumah tangga sebanyak
47,8% (Suyati, 2006). Hal ini menunjukan adanya persamaan karakteristik
pekerjaan responden dalam penelitian.
3. Tempat Kerja Ibu
Responden pada penelitian ini tidak semuanya bekerja. Lebih banyak
didominasi oleh ibu yang tidak bekerja di luar rumah (88,9%). Dengan
demikian ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak untuk
merawat anaknya dibandingkan ibu pekerja, yang harus berada di luar
rumah dalam kurun waktu tertentu (Roesli, 2000).
4. Jenis Kelamin Bayi
Bayi yang diteliti sebagai sampel terdiri dari 19 bayi (35,2%)
berjenis kelamin laki-laki, dan 35 bayi (64,8%) berjenis kelamin perempuan.
Hal ini sesuai dengan data jumlah penduduk Kartasura, dimana penduduk
commit to user
32
laju pertumbuhan antara anak laki-laki dan perempuan berbeda.
Pertumbuhan anak perempuan lebih cepat dari pada laki-laki tetapi setelah
melewati masa pubertas pertumbuhan laki-laki lebih cepat dari pada
perempuan (Depkes RI, 2005).
5. Umur Bayi
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 17 bayi (31,5%) berusia 0 – 6
bulan dan 37 bayi (68,5%) berusia 6 – 12 bulan. Data tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar bayi berusia 6 – 12 bulan. Dalam usia ini, bayi telah
mendapatkan makanan tambahan, sehingga frekuensi pemberian ASInya
cenderung menurun.
Setelah usia 6 bulan disamping ASI dapat pula diberikan makanan
tambahan, namun pemberiannya harus diberikan secara tepat meliputi kapan
memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang
diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah,
2008).
B.Frekuensi Pemberian ASI
Dari 54 responden yang dijadikan sampel, 35 responden (64,8%)
memberikan ASI sebanyak 8 – 12 kali dalam sehari, sedangkan 19 responden
(35,2%) kurang dari 8 kali dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar bayi di wilayah kerja puskesmas Kartasura mendapatkan ASI dengan
commit to user
33
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alami pertama dan utama
selama tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun kedua
(Rosidah, 2008). ASI secara unik memang dikondisikan untuk memenuhi
kebutuhan bayi manusia. ASI mengandung nutrisi dengan kemampuan biologis
tinggi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang tumbuh dengan cepat
(Tridjaja, 2008).
ASI dengan nutrisi serta berbagai faktor pertumbuhan tersebut sangat
menentukan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu,
penting untuk mempertimbangkan manajemen pemberiannya. Termasuk
memperhatikan frekuensi pemberiannya, bayi yang sehat akan menyusu 8 – 12
kali per hari (Riordan, 2004).
Adapun faktor yang mempengaruhi pemberian ASI antara lain adalah
keadaan psikologi ibu, pengetahuan ibu, pemberian pralacteal feeding,
pekerjaan dan tempat kerja ibu, serta faktor fisik ibu dan bayi (Pratiwi, 2008).
Alasan yang seringkali menjadi alasan kurangnya frekuensi pemberian ASI
adalah tidak memiliki waktu karena ibu harus bekerja di luar rumah. Beberapa
ibu rumah tangga mengeluh produksi ASInya kurang sedangkan bayinya selalu
menangis karena lapar. Sehingga ibu lebih memilih untuk memberi bayinya
susu formula dan bubur instan sebagai pendamping ASI meski bayi belum
berusia 6 bulan. Sebagian besar bayi yang diteliti berusia 6 – 12 bulan, dimana
bayi sudah mulai dikenalkan makanan tambahan yang dapat mempengaruhi
commit to user
34
Masalah tersebut seharusnya dapat diatasi dengan manajemen
pemberian ASI yang tepat. Seperti pada ibu pekerja, dapat memberikan ASI
perah yang sudah diperah sebelumnya dan disimpan dalam botol, sebagai
persediaan bayi ketika ibu sedang bekerja (Roesli, 2000). Pengaturan
pemberian makanan tambahan dengan tepat gizi serta waktu pemberiannya
juga dapat mempertahankan frekuensi pemberian ASI yang cukup pada bayi
yang telah berusia 6 bulan ke atas (Rosidah, 2008).
C.Pertambahan Berat Badan Bayi
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, usia 0 –
6 bulan dan 6 – 12 bulan. Untuk usia 0 – 6 bulan, pertumbuhan berat badan
akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140 – 200 gram dan akan
menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6. Sedangkan pada usia
6 – 12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25 – 40 gram dan
terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir pada akhir bulan ke 12
(Hidayat, 2009).
Berat badan sering digunakan untuk melihat status gizi pada bayi. Berat
badan merupakan parameter yang baik untuk melihat perubahan konsumsi
makanan dan kesehatan dalam waktu singkat. Pemantauan secara periodik
dapat memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. Guna memonitor
pertumbuhan bayi setiap bulan digunakan grafik pertumbuhan dalam Kartu
commit to user
35
Kurva pertumbuhan dihasilkan dari hubungan antara titik-titik berat
badan. Anak yang sehat maka kurva berat badan selalu naik setiap bulan.
Pertumbuhan anak yang baik ditunjukkan dengan garis naik, walaupun gizi
kurang. Pertumbuhan anak yang tidak baik ditunjukkan dengan garis datar atau
turun, walaupun gizi baik (Perinasia, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan 3 bayi (5,6%)
memiliki pertambahan berat badan kurang dengan kurva KMS yang menurun,
8 bayi (14,8%) memiliki pertambahan berat badan lambat dengan kurva KMS
yang datar, dan 43 bayi (79,6%) memiliki pertambahan berat badan yang baik
dengan kurva KMS yang mengarah naik, serta tidak ada bayi yang berada di
bawah garis merah atau mengalami gizi buruk. Sehingga dapat diketahui
bahwa sebagian besar pertambahan berat badan bayi mengalami pertambahan
yang baik.
D.Hubungan Antara Frekuensi Pemberian ASI dengan Pertambahan Berat Badan Bayi
Berdasarkan hasil perhitungan cross tabulasi pada Tabel 4.6 dapat
diketahui bahwa bayi dengan frekuensi pemberian ASI cukup dengan
pertambahan berat badan yang baik yaitu sebanyak 30 responden (55,6%).
Setelah data tersebut diolah kemudian dilakukan pengujian data dengan
menggunakan uji regresi linier. Hasil uji regresi linier di atas diperoleh hasil
persamaan regresi : Y = 2,195 + 0,331. Nilai konstanta (a) = 2,195 dengan
commit to user
36
variabel pertambahan berat badan tetap ada, dan nilai koefisien (b) = 0,331
dengan parameter positif artinya jika variabel frekuensi pemberian ASI
meningkat satu satuan maka akan meningkatkan variabel pertambahan berat
badan. Semakin baik frekuensi pemberian ASI ibu pada bayinya maka dapat
meningkatkan berat badan bayi tersebut.
Hasil perhitungan dengan menggunakan regresi linier diketahui thitung
sebesar 2,160 > ttabel sebesar 2,007 dengan p = 0,035. Oleh karena nilai thitung
(2,160) > ttabel(2,007) dan p = 0,035 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima,
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI
dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura.
Frekuensi pemberian ASI yang cukup akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan bayi yang dapat dilihat dari pertambahan berat badan bayi tiap
bulan. Hal ini karena kandungan nutrisi alami yang mudah diserap saluran
cerna bayi serta growth factor dalam ASI yang menunjang pertumbuhan bayi
terutama dari segi berat badan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa bayi yang diberi ASI dengan frekuensi menyusu yang tepat akan
memiliki pertambahan berat badan yang normal (Riordan, 2004).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suyati (2006), diperoleh
hasil bayi dengan ASI eksklusif yang pertumbuhan berat badannya baik
sebanyak 92,6% dari total sampel penelitian. Hal ini semakin menguatkan
bahwa pemberian ASI memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan berat
badan bayi. Namun terdapat juga faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan
commit to user
37
umur dan jenis kelamin; serta faktor eksternal yang meliputi asupan gizi
(pemberian makanan tambahan), psikologi, sosio-ekonomi, lingkungan
pengasuhan, dan stimulasi (Poedjiadi, 2008).
E.Kendala Penelitian
Peneliti menemui kesulitan dalam mencari responden bayi berusia 0 –
12 bulan. Hal ini disebabkan pasangan ibu dan balita yang aktif mengunjungi
posyandu sebagian besar adalah yang berusia lebih dari satu tahun.
Ketidak-teraturan ibu dalam menimbangkan bayinya ke posyandu juga menjadi
hambatan dalam penelitian ini. Akibatnya beberapa responden menjadi drop
out karena tidak dapat dinilai pertumbuhan berat badan dari hasil penimbangan
bulan lalu. Namun peneliti dapat memenuhi jumlah sampel sebanyak 54
responden dengan menggabungkan hasil penelitian dari beberapa posyandu.
Untuk itu diperlukan peran dari tenaga kesehatan dalam meningkatkan
kesadaran ibu untuk mamantau pertumbuhan bayinya, minimal dengan aktif
commit to user
38 BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara frekuensi
pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura
dapat ditarik kesimpulan:
1. Frekuensi pemberian ASI ibu pada bayi di Puskesmas Kartasura termasuk
dalam kategori cukup yaitu sebanyak 64,8% atau 35 responden.
2. Pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura mengalami
pertambahan yang baik yaitu sebanyak 79,6% atau 43 responden.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI
dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura, dimana
nilai thitung (2,160)> ttabel(2,007) dan p = 0,035 < 0,05.
4. Diperoleh hasil persamaan regresi : Y = 2,195 + 0,331. Nilai konstanta (a)
dan koefisien (b) menunjukkan parameter positif artinya tanpa adanya
variabel frekuensi pemberian ASI, variabel pertambahan berat badan tetap
ada, serta jika variabel frekuensi pemberian ASI meningkat satu satuan
commit to user
39 B. Saran
Adanya berbagai keterbatasan dan kekurangan dari penelitian ini, maka
penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Perlu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memantau
pertumbuhan bayi, misalkan dengan mengadakan kegiatan penyuluhan
agar ibu tertarik mengikuti kegiatan posyandu setiap bulan. Lebih
meningkatkan kualitas kerja para kader di posyandu dengan mengadakan
pelatihan serta mengadakan regenerasi kader.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat khususnya keluarga yang memiliki bayi
hendaknya mendukung program pemberian ASI eksklusif dengan ikut
mengawasi manajemen pemberiannya serta memantau laju pertumbuhan
dan perkembangan bayinya.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih meningkatkan penelitian
dengan mencari faktor lain yang mempengaruhi berat badan bayi seperti
ras, genetik, keluarga, umur, jenis kelamin, psikologi, sosio-ekonomi,
lingkungan pengasuhan, dan stimulasi. Sehingga didapatkan penelitian