• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nawang Swastika Raras R0107038

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nawang Swastika Raras R0107038"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN BAYI

DI PUSKESMAS KARTASURA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah

Prodi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret

Oleh :

Nawang Swastika Raras R0107038

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

iv ABSTRAK

Nawang Swastika Raras. R 0107038. Hubungan antara Frekuensi Pemberian ASI dengan Pertambahan Berat Badan Bayi di Puskesmas Kartasura. Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang. Air susu ibu merupakan makanan alami terbaik untuk bayi. Komposisi nutrisinya yang lengkap menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan manajemen pemberiannya. Termasuk memperhatikan frekuensi pemberiannya.

Tujuan. Mengetahui hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura.

Metode. Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasangan ibu dan bayi yang diberi ASI di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Jumlah sampel sebanyak 54 responden dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat ukur penelitian menggunakan kuesioner frekuensi pemberian ASI, lembar observasi berat badan bayi serta KMS bayi. Analisis hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi menggunakan regresi linier dengan bantuan SPSS versi 17.

Hasil. Ibu dengan frekuensi pemberian ASI yang cukup sebesar 64,8% dan sebesar 79,6% bayi mengalami pertambahan berat badan yang baik. Hasil analisis bivariat Regresi Linier menunjukkan bahwa nilai thitung (2,160) lebih besar dari ttabel (2,007) dan p value (0,035) lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi.

Kesimpulan. Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi.

(3)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... Latar Belakang ... 1

B. ... Rum usan Masalah ... 2

C. ... Tuju an Penelitian ... 2

D. ... Manf aat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

A... Tinjauan Pustaka ... 4

(4)

commit to user

ix

2. ... Berat

Badan ... 9

3. ... Hubu ngan Frekuensi Pemberian ASI dengan Pertambahan Berat Badan Bayi ... 11

B. .... Kerangka Konsep ... 12

C. .... Hipotesis... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 13

A... Desain Penelitian... 13

B. .... Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

C. .... Populasi Penelitian ... 13

D... Sampel dan Teknik Sampling ... 13

E. .... Estimasi Besar Sampel ... 14

F. .... Kriteria Restriksi ... 15

G... Definisi Operasional ... 16

H... Cara Kerja ... 16

I. ... Analisis Data ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 23

A... Kara kteristik Responden ... 23

B. ... Anali sis Data ... 25

(5)

commit to user

x

A... Kara kteristik Responden ... 30

B. ... Frek uensi Pemberian ASI ... 32

C. ... Perta mbahan Berat Badan Bayi ... 34

D. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dengan Pertambahan Berat

Badan Bayi ... 35

E. Kendala Penelitian ...

37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A... Kesi mpulan ... 38

B. ... Saran ... 39

DAFTAR PUSATAKA

(6)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan

harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4

bulan dan jika mungkin sampai usia 6 bulan. ASI harus menjadi makanan

utama selama tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun

kedua (Rosidah, 2008).

WHO dan UNICEF (2001) menyatakan bahwa pemberian ASI

eksklusif diberikan mulai bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Dengan

demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat

bulan) sudah tidak berlaku lagi.

ASI secara unik memang dikondisikan untuk memenuhi kebutuhan

bayi manusia. ASI mengandung nutrisi dengan kemampuan biologis tinggi

untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang tumbuh dengan cepat.

Penelitian di Republik Belarus memperlihatkan hasil pemberian ASI

eksklusif dan pemberian ASI yang lebih lama memicu pertambahan berat

badan dan panjang badan pada bulan-bulan pertama dan tidak

memperlihatkan defisit berat badan dan tinggi badan pada usia 12 bulan

(Tridjaja, 2008).

Di Indonesia angka pencapaian ASI eksklusif pada tahun 2009 sebesar

(7)

commit to user

2

Kesehatan Kota Sukoharjo menunjukkan bahwa dari 58.110 bayi, 37.528 bayi

(64,58%) mendapat ASI eksklusif. Sedangkan di kecamatan Kartasura dari

1.953 bayi, 1.152 bayi (58,99%) mendapat ASI eksklusif. Namun beberapa

ibu masih belum mengerti benar seberapa pentingnya memperhatikan

manajemen laktasi, dalam hal ini frekuensi pemberian ASI, untuk menunjang

pertumbuhan bayi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melaksanakan penelitian

tentang hubungan frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan

bayi di Puskesmas Kartasura. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Suyati

(2006) dengan judul Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif terhadap

Pertumbuhan Berat Badan di Rumah Bersalin Suko Asih Sukoharjo.

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah perbedaan analisis data,

waktu, tempat dan variabel penelitian.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis

merumuskan apakah ada hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan

pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan

pertambahan berat badan bayi.

2. Tujuan khusus

(8)

commit to user

3

b. Menilai pertambahan berat badan bayi.

c. Menganalisa hubungan frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan

berat badan bayi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor – faktor

yang berdampak terhadap kenaikan berat badan pada bayi.

b. Dapat mendukung penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kasus

atau topik serupa.

2. Manfaat Aplikatif

a. Memberikan informasi kepada masyarakat terutama para ibu tentang

pemberian ASI

b. Menambah wawasan ibu tentang pertambahan berat badan bayi

(9)

commit to user

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Air Susu Ibu (ASI)

a. Definisi

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein dan

garam-garam organik yang disekresi kedua belah kelenjar payudara ibu

sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 2000).

b. Keunggulan ASI

ASI (Air Susu Ibu) memiliki sifat unggul sebagai berikut :

1) merupakan makanan alam (natural), ideal dan psikologik

2) mengandung nutrien yang lengkap dengan komposisi yang sesuai

untuk keperluan pertumbuhan bayi yang sangat cepat, yaitu pada

bulan pertama berat badan dapat bertambah kira-kira 30%.

3) nutrien selalu diberikan dalam keadaan segar dengan suhu yang

optimal dan bebas dari kuman patogen

4) mengandung zat antibodi dan zat yang dapat mempercepat

pembentukan kekebalan

5) ASI mengandung asam lemak tak jenuh yaitu asam decosa

hexaenoic yang sangat berguna untuk pertumbuhan sel saraf, axon,

dan dendrit sehingga pertumbuhan otak dan mata sempurna.

(10)

commit to user

5

c. Komposisi ASI

Sebagai makanan utama, ASI memiliki kandungan nutrisi yang

lengkap bagi bayi. Diantaranya adalah air (87,5%), karbohidrat, protein,

lemak, karnitin, vitamin, dan mineral dengan volume dan komposisi

yang berbeda-beda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi

(Hendarto, 2008).

1) Karbohidrat

Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI dan

berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Kadar laktosa dalam

ASI hampir 2 kali lipat dibandingkan susu sapi atau susu formula.

Namun demikian angka kejadian diare karena intoleransi laktosa

jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini

disebabkan karena laktosa dalam ASI lebih mudah diserap oleh

bayi.

2) Protein

Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey

dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein

whey yang lebih mudah dicerna bayi dengan kadar beta

laktoglobulin (fraksi dari protein whey) yang rendah, sehingga

tidak menyebabkan alergi. Profil asam amino dalam ASI memiliki

jenis yang lebih lengkap yang membantu perkembangan otak serta

kandungan nukleotida yang berperan dalam meningkatkan

(11)

commit to user

6

3) Lemak

ASI memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan

susu formula untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat

selama masa bayi. Lemak dalam ASI mengandung omega 3 dan

omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi, serta DHA

dan ARA yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan

retina pada mata. ASI juga mengandung lemak jenuh dan tak jenuh

dengan komposisi seimbang sehingga tidak membahayakan

kesehatan bayi dalam jangka panjang.

4) Karnitin

ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada

kolostrum. Karnitin mempunyai peran dalam membantu proses

pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan

metabolisme tubuh.

5) Vitamin

Kandungan vitamin dalam ASI sangat lengkap. Diantaranya

vitamin K yang dibutuhkan dalam pembekuan darah, vitamin D

yang dapat mencegah bayi menderita penyakit tulang, vitamin E

yang berfungsi dalam ketahanan sel darah merah, vitamin A yang

berfungsi untuk kesehatan mata, pembelahan sel, dan kekebalan

(12)

commit to user

7

6) Mineral

Mineral utama dalam ASI adalah kalsium yang berfungsi

untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan

saraf dan pembekuan darah. Kadar kalsium dalam ASI lebih rendah

dibandingkan susu formula, namun lebih mudah terserap

pencernaan bayi. Selain itu ASI mengandung zat besi dan zink yang

dibutuhkan dalam berbagai proses metabolisme tubuh.

(Hendarto, 2008).

Komposisi ASI dengan nutrisi serta berbagai faktor

pertumbuhan tersebut sangat menentukan proses pertumbuhan dan

perkembangan otak bayi. Oleh karena itu, penting untuk

mempertimbangkan manajemen pemberiannya (Purwanti, 2004).

d. Manajemen Pemberian ASI

Memberikan ASI secara maksimal perlu ditunjang dengan

manajemen pemberian ASI yang baik. Dalam menyusui ibu harus

memperhatikan hal-hal berikut ini :

1) Ketrampilan menyusui, meliputi posisi serta perlekatan yang tepat

bagi ibu dan bayi saat menyusui.

2) Lama menyusu. Lama menyusu berbeda-beda tiap periode

menyusu. Rata-rata bayi menyusu selama 5 – 15 menit

menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing bayi.

3) Frekuensi menyusu. Berhubungan dengan berapa sering bayi

(13)

commit to user

8

jenis, yaitu dengan jadwal (restricted ‘token’ breast feeding) dan

tanpa jadwal (unrestricted atau on demand). Namun lebih

dianjurkan jika bayi disusui tanpa jadwal (on demand), karena bayi

akan menentukan sendiri kebutuhannya (Roesli, 2008). Jadi ibu

harus menyusui bayinya bila bayi menangis karena haus atau lapar

dan ketika ibu merasa harus menyusui bayinya. Termasuk pada

malam hari, bayi yang sehat akan menyusu dengan semangat

minimal 8 – 12 kali per hari (Riordan, 2004).

e. Mengukur Kecukupan ASI

Bayi dapat dikatakan tercukupi kebutuhan ASInya bila :

1) Berat badan sewaktu lahir telah tercapai kembali

sekurang-kurangnya pada akhir minggu kedua setelah lahir dan selama itu

tidak terjadi penurunan berat badan yang lebih dari 10%.

2) Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan

kenaikan berat badan sesuai dengan usianya.

3) Bayi tampak puas dan tidur nyenyak setelah menyusu

4) Ibu merasakan perubahan tegangan pada payudara sebelum dan

sesudah menyusui serta merasakan pengaliran ASI yang cukup

selama menyusui (subjektif) (Wiryo, 2002).

5) Bayi akan buang air kecil minimal 6 – 8 kali sehari dan buang air

(14)

commit to user

9

f. Kendala Pemberian ASI

1) Keadaan psikologi ibu, ibu merasa ASInya kurang, padahal tidak,

hanya kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup bagi

bayinya. Keadaan stress, khawatir, dan ketidak-bahagiaan ibu juga

dapat mempengaruhi pemberian ASI.

2) Pengetahuan ibu tentang laktasi, ibu kurang memahami tentang

manajemen laktasi yang benar.

3) Bayi terlanjur mendapatkan pralacteal feeding, seperti susu

formula atau pemberian air gula pada hari-hari pertama kelahiran.

4) Faktor fisik ibu, seperti adanya kelainan anatomi payudara ibu,

puting ibu lecet, payudara bengkak, dan ibu yang sedang sakit juga

dapat mempengaruhi proses pemberian ASI.

5) Ibu hamil lagi pada saat masih menyusui

6) Ibu bekerja diluar rumah

7) Kelainan kongenital bayi

(Pratiwi, 2008)

2. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan

paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa

bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan

fisik maupun status gizi, kecuali jika terdapat kelainan klinis seperti

(15)

commit to user

10

Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, usia

0 – 6 bulan dan 6 – 12 bulan. Untuk usia 0 -6 bulan, pertumbuhan berat

badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140 – 200 gram

dan akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6.

Sedangkan pada usia 6 – 12 bulan terjadi penambahan setiap minggu

sekitar 25 – 40 gram dan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan

lahir pada akhir bulan ke 12 (Hidayat, 2009).

Berat badan digunakan sebagai pemantau status gizi dengan alasan:

a. Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

b. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan

secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

c. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan

luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan

penjelasan secara meluas.

d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan

pengukur.

e. Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan sebagai alat yang baik

untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga

berat badan sebagai dasar pengisiannya.

f. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status

gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana

(16)

commit to user

11

g. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian

yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh

masyarakat.

(Supariasa, 2006)

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pertambahan berat badan

yang tidak memadai pada bayi menurut Riordan (2004) antara lain :

1) Pembatasan durasi menyusui.

2) Menyusu yang sangat lama, ditandai dengan bayi yang terlihat ingin

tidur atau graze.

3) Pembatasan jumlah menyusu-mengantuk. Pada kebanyakan kasus,

bayi harus menyusu dengan semangat minimal 8 – 12 kali per hari.

4) Pemberian makanan tambahan sebelum usia 6 bulan.

5) Posisi bayi yang tidak baik saat menyusu.

6) Hisapan yang tidak efektif atau tidak teratur.

7) Masalah kesehatan.

3. Hubungan frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi

Selain karena kandungan nutrisi alami yang mudah diserap saluran

cerna bayi, ASI mengandung growth factor yang menunjang pertumbuhan

bayi terutama dari segi berat badan. Bayi yang sehat akan menyusu 8 – 12

(17)

commit to user

12

diharapkan memiliki pertambahan berat badan yang normal (Riordan,

2004).

B. Kerangka Konsep

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

C. Hipotesis

Ada hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan

berat badan pada bayi.

Pertambahan Berat Badan Bayi Frekuensi Pemberian ASI

1. Pemberian MP-ASI

2. Ketrampilan menyusui

3. Masalah kesehatan 1. Psikologi ibu.

2. Pengetahuan ibu.

3. Pralacteal feeding.

4. Faktor fisik ibu.

5. Kehamilan

6. Pekerjaan ibu

(18)

commit to user

13

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent). Pada penelitian ini frekuensi

pemberian ASI sebagai variabel bebas dan pertambahan berat badan bayi

sebagai variabel terikat diukur secara bersamaan (Taufiqurrohman, 2009).

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kartasura pada bulan Februari – Juli

2011.

C.Populasi Penelitian 1. Populasi Target

Pasangan ibu dan bayi di Kartasura.

2. Populasi Aktual

Pasangan ibu dan bayi yang diberi ASI di wilayah kerja Puskesmas

Kartasura.

D.Sampel dan Teknik Sampling 1. Sampel

Bayi yang diberi ASI di wilayah kerja Puskesmas Kartasura pada

(19)

commit to user

14

2. Teknik Sampling

Sampel diambil dari populasi aktual dengan teknik purposive

sampling. Pada teknik purposive sampling peneliti memilih responden

berdasarkan kepada pertimbangan subyektifnya (Sastroasmoro, 2006). Ibu

yang memiliki bayi yang diberi ASI di wilayah kerja Puskesmas Kartasura

pada tanggal 11 – 20 Juli 2011 dan memenuhi kriteria oleh peneliti

dijadikan sebagai responden.

E.Estimasi Besar Sampel

Estimasi atau perkiraan besar sampel dihitung dengan rumus :

(Notoatmojo, 2002)

Maka jumlah sampel :

(20)

commit to user

a. Mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan.

b. Bayi diberi ASI oleh ibunya.

c. Memiliki KMS.

d. Bayi tidak sedang sakit.

e. Bayi tidak mempunyai kelainan kongenital.

2. Kriteria Eksklusi a. Tidak bersedia diteliti.

(21)

commit to user

Timbangan & Grafik KMS Lambat : garis kurva datar Baik : garis kurva naik Kurang : garis kurva turun Buruk : BGM

(Hidayat, 2008)

Ordinal

Tabel 3.1. Tabel Definisi Operasional

H.Cara Kerja

Peneliti mengunjungi wilayah kerja Puskesmas Kartasura, menemui

pasangan ibu dan bayi yang sesuai dengan kriteria untuk dijadikan sampel. Ibu

yang bersedia menjadi responden akan diberi sejumlah pertanyaan mengenai

frekuensi pemberian ASI dalam bentuk kuesioner tertutup. Sementara bayi

akan ditimbang berat badannya menggunakan timbangan yang memenuhi

syarat. Hasil penimbangan dimasukkan dalam grafik pertumbuhan berat badan

dalam KMS, kemudian dibandingkan dengan hasil penimbangan bulan lalu.

(22)

commit to user

17

1. Instrumen Penelitian a. Frekuensi pemberian ASI

Pengukuran frekuensi pemberian ASI dapat dilakukan dengan

lembar pertanyaan kuesioner yang diberikan langsung pada responden

dan diisi sendiri oleh responden. Kuesioner dalam penelitian ini

berbentuk kuesioner tertutup yaitu responden menjawab pertanyaan

dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang telah

disediakan (Hidayat, 2007).

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpulan data, kuesioner

akan dilakukan uji coba terlebih dulu dengan validitas dan reliabilitas

agar informasi yang diperoleh kelak merupakan informasi yang shahih.

No Aspek favourable unfavorable Jumlah

1 Frekuensi

Tabel 3. 2 : Kisi-kisi instrumen Frekuensi Pemberian ASI

1) Uji validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang

berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data.

Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur

(Nursalam, 2008).

Uji validitas dilakukan dengan analisis butir soal yaitu skor

yang ada pada butir soal dipandang sebagai nilai x dan skor total

(23)

commit to user

18

product moment. Setelah diperoleh harga rxy hasilnya dikonsultasikan

dengan harga kritik product moment. Jika harga rxy > rtabel maka dapat

dikatakan butir itu valid dengan a = 5% (Notoatmodjo, 2005).

Perhitungan validitas kuesioner dengan menggunakan rumus:

(

)

(

)

Uji coba kuesioner dilakukan di wilayah Banyuanyar pada

tanggal 1 Juli 2011. Sejumlah 54 responden diberi kuesioner yang

akan diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah dilakukan uji coba,

dari 12 soal dalam kuesioner frekuensi pemberian ASI diperoleh hasil

dengan 12 soal yang dinyatakan valid.

2) Uji Reliabilitas

Reliabitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Jika hasil uji

reliabilitas sebesar 0,6 kuesioner dinyatakan reliabel (Ghozali, 2001).

Cara perhitungan reliabilitas menggunakan teknik Cronbach’s

(24)

commit to user

19

Keterangan :

: reabilitas instrumen (koefisien Cronbach’s Alpha)

: varians total atau varians skor total

: jumlah keseluruhan varians item

: jumlah item yang valid (Arikunto, 2006)

Setelah uji validitas, dilakukan uji reliabilitas pada kuesioner

frekuensi pemberian ASI. Kuesioner dinyatakan reliabel karena hasil

hitung uji reliabilitas lebih besar dibandingkan .

b. Pertambahan berat badan bayi

Pengukuran pertambahan berat badan bayi dapat dilakukan

dengan menimbang bayi menggunakan timbangan bayi jenis dacin yang

memenuhi standar kemudian dibandingkan dengan baku untuk anak

sehat (KMS) (Pudjiadi, 2008).

2. Cara Pengambilan Data

Pengumpulan data mencakup data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari kuesioner serta penimbangan berat badan bayi secara

langsung di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari grafik pertumbuhan berat badan bayi dalam KMS.

Peneliti mendatangi 4 posyandu di wilayah kerja puskesmas

Kartasura, pada tanggal 11 – 25 Juli 2011. Peneliti membagikan kuesioner

(25)

commit to user

20

posyandu tersebut. Responden yang digunakan dalam penelitian dipilih dari

pasangan ibu dan bayi yang mengikuti kegiatan posyandu, sesuai dengan

kriteria retriksi yang telah ditentukan.

Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dengan cara :

a) Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden yang

memenuhi kriteria untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden.

b) Setelah mendapat persetujuan, peneliti memberikan lembar kuesioner

kepada responden.

c) Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan dan analisis data.

Sementara ibu yang terpilih menjadi responden mengisi lembar

kuesioner, bayinya ditimbang, dibantu oleh kader setempat. Dua orang

kader pada masing-masing posyandu membantu peneliti dalam

mempersiapkan penimbangan dan mengisi grafik KMS bayi. Penimbangan

dilakukan sebelum jam 10.00 pagi, agar memperoleh hasil yang akurat,

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menentukan usia dan jenis kelamin bayi.

b) Mengukur berat badan bayi dengan timbangan bayi jenis dacin.

Sebelum menimbang, periksa lebih dahulu apakah alat sudah dalam

keadaan seimbang (menunjuk angka 0). Bayi ditimbang dalam posisi

berbaring terlentang tanpa baju (Matondang, 2003).

c) Masukkan hasil pengukuran berat badan berdasarkan usia ke dalam

(26)

commit to user

21

d) Menilai pertambahan berat badan bayi dengan menggunakan kurva

pertumbuhan dalam KMS.

(Hidayat, 2008)

I. Analisis Data

1. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis data, data yang telah dikumpulkan diolah

terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Informasi

yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan,

terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2007).

2. Analisis Data a. Analisis Univariat

Mendiskripsikan semua variabel dengan tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara frekuensi

pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi. Variabel bebas

dan terikat dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal, sehingga

untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan uji

statistik parametrik yaitu Regresi Linier.

Adapun rumus Regresi Linieradalah :

(27)

commit to user

22

Keterangan :

y = variabel tergantung

x = variable bebas

a= konstanta

(28)

commit to user

23 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden 1. Umur Ibu

Hasil distribusi dari 54 responden berdasarkan umur ibu yang

menjadi sampel adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Umur Ibu

No Umur Jumlah Prosentase

1. < 20 tahun 4 7,4%

2. 20 s/d 35 tahun 27 50,0%

3. > 35 tahun 23 42,6%

Jumlah 54 100,0%

(Sumber : Data primer, 2011)

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui distribusi umur ibu

yang menjadi responden sebagian besar berusia 20 – 35 tahun (50%).

2. Pekerjaan Ibu

Hasil distribusi berdasarkan pekerjaan ibu yang menjadi responden

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu

No Pekerjaan Jumlah Prosentase

1. Ibu Rumah Tangga 48 88,9%

2. Swasta 6 11,1%

Jumlah 54 100,0%

(29)

commit to user

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui distribusi pekerjaan

ibu yang menjadi responden sebagian besar adalah sebagai ibu rumah

tangga (88,9%).

3. Tempat Kerja

Hasil distribusi berdasarkan tempat kerja ibu yang menjadi

responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tempat Kerja

No Tempat Kerja Jumlah Prosentase

1. Di dalam rumah 48 88,9%

2. Di luar rumah 6 11,1%

Jumlah 54 100,0%

(Sumber : Data primer, 2011)

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui distribusi tempat

kerja ibu yang menjadi responden sebagian besar di dalam rumah (88,9%).

4. Jenis Kelamin Bayi

Hasil distribusi 54 responden berdasarkan jenis kelamin bayi yang

menjadi responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Bayi

No Jenis Kelamin Bayi Jumlah Prosentase

1. Laki-laki 19 35,2%

2. Perempuan 35 64,8%

Jumlah 54 100,0%

(Sumber : Data primer, 2011)

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui distribusi jenis

kelamin bayi yang menjadi responden sebagian besar adalah perempuan

(30)

commit to user 5. Umur Bayi

Hasil distribusi 54 responden berdasarkan umur bayi di wilayah

kerja Puskesmas Kartasura adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Umur Bayi

No Umur Bayi Jumlah Prosentase

1. 0 – 6 bulan 17 31,5%

2. 6 – 12 bulan 37 68,5%

Jumlah 54 100,0%

(Sumber : Data primer, 2011)

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

umur bayi yang menjadi responden adalah berumur 6 – 12 bulan (68,5%).

B. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat menghasilkan distribusi dan prosentase dari setiap

variabel serta bertujuan untuk menyampaikan gambaran secara

menyeluruh dari komponen variabel bebas dan terikat menggunakan tabel

atau grafik. Untuk mengetahui gambaran frekuensi pemberian ASI dengan

pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura, dilakukan analisis

(31)

commit to user a. Frekuensi Pemberian ASI

Frekuensi pemberian ASI ibu yang memiliki bayi di wilayah

kerja Puskesmas Kartasura adalah sebagai berikut:

19(35,2%)

Gambar 4.1 Diagram Batang Frekuensi Pemberian ASI

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 54

responden, 19 responden (35,2%) termasuk dalam kategori kurang dan

35 responden (64,8%) termasuk dalam kategori cukup. Sehingga dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai frekuensi

pemberian ASI yang cukup.

b. Pertambahan Berat Badan Bayi

Pertambahan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura

(32)

commit to user (Sumber : Data primer, 2011)

Gambar 4.2 Diagram Batang Pertambahan Berat Badan Bayi

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 54

responden, 3 diantaranya (5,6%) pertambahan berat badannya

tergolong kurang, 8 responden (14,8%) dengan pertambahan berat

badan lambat dan 43 responden (79,6%) dengan perkembangan berat

badan yang baik. Sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar

pertambahan berat badan bayi mengalami pertambahan yang baik.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat

(33)

commit to user

menggunakan alat analisis regresi linier dengan menggunakan bantuan

program komputer SPSS 17.0 for windows.

Hasil perhitungan hubungan antara frekuensi pemberian ASI

dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.6 HubunganAntara Frekuensi Pemberian ASI dengan

Pertambahan Berat Badan Bayi

Frekuensi Pemberian ASI

Pertambahan

Berat Badan Bayi Total BGM Kurang Lambat Baik

(Sumber: data primer, 2011)

Berdasarkan hasil perhitungan cross tabulasi pada Tabel 4.6 dapat

diketahui bahwa yang paling dominan dalam frekuensi pemberian ASI

cukup dengan pertambahan berat badan yang baik yaitu sebanyak 30

responden (55,6%). Maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi pemberian

ASI secara cukup akan mempengaruhi pertumbuhan dan tentunya berat

badan akan mengalami kenaikan.

Setelah data tersebut diolah, kemudian dilakukan pengujian data

(34)

commit to user

Y = 2,195 + 0,331. Nilai konstanta (a) = 2,195 dengan parameter positif

artinya tanpa adanya variabel frekuensi pemberian ASI, variabel

pertambahan berat badan tetap ada, dan nilai koefisien (b) = 0,331 dengan

parameter positif artinya jika variabel frekuensi pemberian ASI meningkat

satu satuan maka akan meningkatkan variabel pertambahan berat badan.

Semakin baik frekuensi pemberian ASI ibu pada bayinya maka dapat

meningkatkan berat badan bayi tersebut.

Hasil perhitungan dengan menggunakan regresi linier diketahui

thitung sebesar 2,160 > ttabel sebesar 2,007 dengan p = 0,035. Oleh karena

nilai thitung (2,160)> ttabel(2,007) dan p = 0,035 < 0,05 maka H0 ditolak dan

Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi

pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas

(35)

commit to user

30

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa

terdapat hubungan frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan

bayi di Puskesmas Kartasura. Dalam bab ini membahas mengenai karakteristik

responden, masing-masing variabel, serta hasil analisis data.

A.Karakteristik Responden 1. Umur

Umur ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

ibu dalam memberikan ASI pada bayinya. Responden yang terbanyak pada

penelitian ini adalah ibu berusia 20-35 tahun (50%). Menurut Hartanto

(2003), rentang umur antara 20-35 merupakan periode usia reproduksi sehat

yang baik untuk mengandung dan melahirkan. Usia reproduksi ibu yang

sehat mempengaruhi keadaan psikologi, kematangan pola berpikir, dan

pengetahuan ibu akan pentingnya ASI. Pada usia ini, ibu cenderung lebih

siap secara psikologis untuk menyusui, serta lebih memperhatikan tumbuh

kembang bayi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyati (2006), diperoleh 91,3%

dari total sampel yang diteliti berusia antara 20 – 35 tahun. Hal ini

menunjukkan adanya persamaan karakteristik umur responden dalam

penelitian.

(36)

commit to user

31

2. Pekerjaan ibu

Faktor lain yang mempengaruhi frekuensi pemberian ASI adalah

pekerjaan ibu. Pekerjaan responden dalam penelitian ini paling banyak

adalah ibu rumah tangga (88,9%). Bekerja bagi ibu bukan alasan untuk

menghentikan pemberian ASI (Roesli, 2000). Ibu rumah tangga cenderung

lebih fokus dalam merawat bayi dan keluarganya, sehingga dapat

memberikan ASI dengan frekuensi cukup.

Berdasarkan penelitian terdahulu, diperoleh responden dengan

pekerjaan yang lebih bervariasi, mulai dari pegawai swasta, wiraswasta,

pegawai negeri sipil (PNS), dengan dominasi ibu rumah tangga sebanyak

47,8% (Suyati, 2006). Hal ini menunjukan adanya persamaan karakteristik

pekerjaan responden dalam penelitian.

3. Tempat Kerja Ibu

Responden pada penelitian ini tidak semuanya bekerja. Lebih banyak

didominasi oleh ibu yang tidak bekerja di luar rumah (88,9%). Dengan

demikian ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak untuk

merawat anaknya dibandingkan ibu pekerja, yang harus berada di luar

rumah dalam kurun waktu tertentu (Roesli, 2000).

4. Jenis Kelamin Bayi

Bayi yang diteliti sebagai sampel terdiri dari 19 bayi (35,2%)

berjenis kelamin laki-laki, dan 35 bayi (64,8%) berjenis kelamin perempuan.

Hal ini sesuai dengan data jumlah penduduk Kartasura, dimana penduduk

(37)

commit to user

32

laju pertumbuhan antara anak laki-laki dan perempuan berbeda.

Pertumbuhan anak perempuan lebih cepat dari pada laki-laki tetapi setelah

melewati masa pubertas pertumbuhan laki-laki lebih cepat dari pada

perempuan (Depkes RI, 2005).

5. Umur Bayi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh 17 bayi (31,5%) berusia 0 – 6

bulan dan 37 bayi (68,5%) berusia 6 – 12 bulan. Data tersebut menunjukkan

bahwa sebagian besar bayi berusia 6 – 12 bulan. Dalam usia ini, bayi telah

mendapatkan makanan tambahan, sehingga frekuensi pemberian ASInya

cenderung menurun.

Setelah usia 6 bulan disamping ASI dapat pula diberikan makanan

tambahan, namun pemberiannya harus diberikan secara tepat meliputi kapan

memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang

diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah,

2008).

B.Frekuensi Pemberian ASI

Dari 54 responden yang dijadikan sampel, 35 responden (64,8%)

memberikan ASI sebanyak 8 – 12 kali dalam sehari, sedangkan 19 responden

(35,2%) kurang dari 8 kali dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar bayi di wilayah kerja puskesmas Kartasura mendapatkan ASI dengan

(38)

commit to user

33

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alami pertama dan utama

selama tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun kedua

(Rosidah, 2008). ASI secara unik memang dikondisikan untuk memenuhi

kebutuhan bayi manusia. ASI mengandung nutrisi dengan kemampuan biologis

tinggi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sedang tumbuh dengan cepat

(Tridjaja, 2008).

ASI dengan nutrisi serta berbagai faktor pertumbuhan tersebut sangat

menentukan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu,

penting untuk mempertimbangkan manajemen pemberiannya. Termasuk

memperhatikan frekuensi pemberiannya, bayi yang sehat akan menyusu 8 – 12

kali per hari (Riordan, 2004).

Adapun faktor yang mempengaruhi pemberian ASI antara lain adalah

keadaan psikologi ibu, pengetahuan ibu, pemberian pralacteal feeding,

pekerjaan dan tempat kerja ibu, serta faktor fisik ibu dan bayi (Pratiwi, 2008).

Alasan yang seringkali menjadi alasan kurangnya frekuensi pemberian ASI

adalah tidak memiliki waktu karena ibu harus bekerja di luar rumah. Beberapa

ibu rumah tangga mengeluh produksi ASInya kurang sedangkan bayinya selalu

menangis karena lapar. Sehingga ibu lebih memilih untuk memberi bayinya

susu formula dan bubur instan sebagai pendamping ASI meski bayi belum

berusia 6 bulan. Sebagian besar bayi yang diteliti berusia 6 – 12 bulan, dimana

bayi sudah mulai dikenalkan makanan tambahan yang dapat mempengaruhi

(39)

commit to user

34

Masalah tersebut seharusnya dapat diatasi dengan manajemen

pemberian ASI yang tepat. Seperti pada ibu pekerja, dapat memberikan ASI

perah yang sudah diperah sebelumnya dan disimpan dalam botol, sebagai

persediaan bayi ketika ibu sedang bekerja (Roesli, 2000). Pengaturan

pemberian makanan tambahan dengan tepat gizi serta waktu pemberiannya

juga dapat mempertahankan frekuensi pemberian ASI yang cukup pada bayi

yang telah berusia 6 bulan ke atas (Rosidah, 2008).

C.Pertambahan Berat Badan Bayi

Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, usia 0 –

6 bulan dan 6 – 12 bulan. Untuk usia 0 – 6 bulan, pertumbuhan berat badan

akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140 – 200 gram dan akan

menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6. Sedangkan pada usia

6 – 12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25 – 40 gram dan

terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir pada akhir bulan ke 12

(Hidayat, 2009).

Berat badan sering digunakan untuk melihat status gizi pada bayi. Berat

badan merupakan parameter yang baik untuk melihat perubahan konsumsi

makanan dan kesehatan dalam waktu singkat. Pemantauan secara periodik

dapat memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. Guna memonitor

pertumbuhan bayi setiap bulan digunakan grafik pertumbuhan dalam Kartu

(40)

commit to user

35

Kurva pertumbuhan dihasilkan dari hubungan antara titik-titik berat

badan. Anak yang sehat maka kurva berat badan selalu naik setiap bulan.

Pertumbuhan anak yang baik ditunjukkan dengan garis naik, walaupun gizi

kurang. Pertumbuhan anak yang tidak baik ditunjukkan dengan garis datar atau

turun, walaupun gizi baik (Perinasia, 2008).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan 3 bayi (5,6%)

memiliki pertambahan berat badan kurang dengan kurva KMS yang menurun,

8 bayi (14,8%) memiliki pertambahan berat badan lambat dengan kurva KMS

yang datar, dan 43 bayi (79,6%) memiliki pertambahan berat badan yang baik

dengan kurva KMS yang mengarah naik, serta tidak ada bayi yang berada di

bawah garis merah atau mengalami gizi buruk. Sehingga dapat diketahui

bahwa sebagian besar pertambahan berat badan bayi mengalami pertambahan

yang baik.

D.Hubungan Antara Frekuensi Pemberian ASI dengan Pertambahan Berat Badan Bayi

Berdasarkan hasil perhitungan cross tabulasi pada Tabel 4.6 dapat

diketahui bahwa bayi dengan frekuensi pemberian ASI cukup dengan

pertambahan berat badan yang baik yaitu sebanyak 30 responden (55,6%).

Setelah data tersebut diolah kemudian dilakukan pengujian data dengan

menggunakan uji regresi linier. Hasil uji regresi linier di atas diperoleh hasil

persamaan regresi : Y = 2,195 + 0,331. Nilai konstanta (a) = 2,195 dengan

(41)

commit to user

36

variabel pertambahan berat badan tetap ada, dan nilai koefisien (b) = 0,331

dengan parameter positif artinya jika variabel frekuensi pemberian ASI

meningkat satu satuan maka akan meningkatkan variabel pertambahan berat

badan. Semakin baik frekuensi pemberian ASI ibu pada bayinya maka dapat

meningkatkan berat badan bayi tersebut.

Hasil perhitungan dengan menggunakan regresi linier diketahui thitung

sebesar 2,160 > ttabel sebesar 2,007 dengan p = 0,035. Oleh karena nilai thitung

(2,160) > ttabel(2,007) dan p = 0,035 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima,

artinya terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI

dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura.

Frekuensi pemberian ASI yang cukup akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan bayi yang dapat dilihat dari pertambahan berat badan bayi tiap

bulan. Hal ini karena kandungan nutrisi alami yang mudah diserap saluran

cerna bayi serta growth factor dalam ASI yang menunjang pertumbuhan bayi

terutama dari segi berat badan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa bayi yang diberi ASI dengan frekuensi menyusu yang tepat akan

memiliki pertambahan berat badan yang normal (Riordan, 2004).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suyati (2006), diperoleh

hasil bayi dengan ASI eksklusif yang pertumbuhan berat badannya baik

sebanyak 92,6% dari total sampel penelitian. Hal ini semakin menguatkan

bahwa pemberian ASI memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan berat

badan bayi. Namun terdapat juga faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan

(42)

commit to user

37

umur dan jenis kelamin; serta faktor eksternal yang meliputi asupan gizi

(pemberian makanan tambahan), psikologi, sosio-ekonomi, lingkungan

pengasuhan, dan stimulasi (Poedjiadi, 2008).

E.Kendala Penelitian

Peneliti menemui kesulitan dalam mencari responden bayi berusia 0 –

12 bulan. Hal ini disebabkan pasangan ibu dan balita yang aktif mengunjungi

posyandu sebagian besar adalah yang berusia lebih dari satu tahun.

Ketidak-teraturan ibu dalam menimbangkan bayinya ke posyandu juga menjadi

hambatan dalam penelitian ini. Akibatnya beberapa responden menjadi drop

out karena tidak dapat dinilai pertumbuhan berat badan dari hasil penimbangan

bulan lalu. Namun peneliti dapat memenuhi jumlah sampel sebanyak 54

responden dengan menggabungkan hasil penelitian dari beberapa posyandu.

Untuk itu diperlukan peran dari tenaga kesehatan dalam meningkatkan

kesadaran ibu untuk mamantau pertumbuhan bayinya, minimal dengan aktif

(43)

commit to user

38 BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara frekuensi

pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura

dapat ditarik kesimpulan:

1. Frekuensi pemberian ASI ibu pada bayi di Puskesmas Kartasura termasuk

dalam kategori cukup yaitu sebanyak 64,8% atau 35 responden.

2. Pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura mengalami

pertambahan yang baik yaitu sebanyak 79,6% atau 43 responden.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI

dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura, dimana

nilai thitung (2,160)> ttabel(2,007) dan p = 0,035 < 0,05.

4. Diperoleh hasil persamaan regresi : Y = 2,195 + 0,331. Nilai konstanta (a)

dan koefisien (b) menunjukkan parameter positif artinya tanpa adanya

variabel frekuensi pemberian ASI, variabel pertambahan berat badan tetap

ada, serta jika variabel frekuensi pemberian ASI meningkat satu satuan

(44)

commit to user

39 B. Saran

Adanya berbagai keterbatasan dan kekurangan dari penelitian ini, maka

penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Perlu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memantau

pertumbuhan bayi, misalkan dengan mengadakan kegiatan penyuluhan

agar ibu tertarik mengikuti kegiatan posyandu setiap bulan. Lebih

meningkatkan kualitas kerja para kader di posyandu dengan mengadakan

pelatihan serta mengadakan regenerasi kader.

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat khususnya keluarga yang memiliki bayi

hendaknya mendukung program pemberian ASI eksklusif dengan ikut

mengawasi manajemen pemberiannya serta memantau laju pertumbuhan

dan perkembangan bayinya.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih meningkatkan penelitian

dengan mencari faktor lain yang mempengaruhi berat badan bayi seperti

ras, genetik, keluarga, umur, jenis kelamin, psikologi, sosio-ekonomi,

lingkungan pengasuhan, dan stimulasi. Sehingga didapatkan penelitian

Gambar

Tabel 3.1. Tabel Definisi Operasional
Tabel 3. 2 : Kisi-kisi instrumen Frekuensi Pemberian ASI
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tempat Kerja
+5

Referensi

Dokumen terkait

Persiapan Shoting dan pengambilan View masjid dalam acara Safari Ramadhan di masjid Syuhada’ Produser: Dimas Al Kausar Atlantis Kameramen: Arifudin Kameramen insert:

Komunikasi persuasif account officer sangat diperlukan dalam setiap tahapan tersebut agar dapat memberikan hasil yang maksimal dalam upaya menarik calon

Masjid juga mengacu kepada kesederhanaan bentuk. Ini berarti walaupun masjid sebagai sarana ibadah tetapi tidak alasan pembangunan masjid dilandasi dengan kepentingan

Tumbuhan pantuk atau ransa (Astrocaryum sp.) paling banyak dimanfaatkan sebagai makanan. Daun, batang muda atau umbut, dan tunas merupakan bagian tumbuhan yang

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yang akan memberikan Hubungan Pemberian Permainan Edukatif dengan

1) SKL adalah profil kompetensi lulusan yang akan dicapai oleh peserta didik setelah mempelajari semua mata pelajaran pada jenjang tertentu yang mencakup

Apakah Bapak/Ibu bertanggung jawab atas setiap tugas yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan perusahaana. Sangat

Unsur Ca sangat tidak bergerak dalam tanaman, alih tempat terbatas dari daun tua ke bagian yang sedang tumbuh, dapat menyebabkan kekurangan Ca dalam buah, umbi dan titik tumbuh