PELAKSANAAN UPACARA CABURKEN
BULUNG
(KA
WIN GANTUNG) DI DESA BELINTENG
KAB.LANGKAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Diuji Dalam Ujian-Mempertahankan Skripsi
Oleh:
DESI REH MALEM
NIM.0210310672
11- -GL~. T-ER_I~-~A-
·
1-1 - - - - --~
ASA L• : P=NF.HBIT
[
"'l .t t.O U~<.
:OJ/b6tLl
_I
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
F AKUL T AS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ioi diajukao oleh DESI REB MALEM. NIM. 0210310672 Program studi S-1 Peodidikaa Sejarah
Fabltas D•u Sosial Universitas Negeri Medao
Telab Diperiksa dan Disetujui Untuk Diaji Dalam Ujiao Mempertabaokan Skripsi
W\.
Ketua Jaruuo Pend. SejarahMedan, Februari 2007
Dosea
pembimbiog SkripsiDra. ni Aodayaoi, M.Si NIP.131410007
Dra. Puspitawati, M.Si NIP.l31924049
---·
j",~!UK
PcRPUSi
MI.•U\1\1
1
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESABAN
Skripsi ia.i Diajakaa oleb
Desi
RelaM.lem,
NIM.
0210310672 Telab Dipertahaakaa didepan Tim PengajiPada Taoggall
M.ret
2007Dna.
Puspitawati, M.SiPembimbing
Dra. Samsidar Taojung, M.pd Peoguji
Drs. Payerli Pasaribu. M.Si Penguji
Dra. Trisni Alldayani, M.Si Penguji
TIMPENGUJI
Disdlljui daa Disahkan Pada Tanggall
M.ret
2007Puma Ujian,
Dekan
Falmltu Dma Sosial Uaimed
Drs. Resto, MS
NIP. 131 662 724
ABSTRAK
Desi Rchmalem, 0210310672, Pelaksanaan Upcara Caburken Bulung (Kawin
Gantung) di
Desa
Bclinteng Kabupaten Langkal Skripsi jurusan Sejarah, Fakultasllmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2007.
Pcnclitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi upacara Caburken Bulung dalam
kchidupan sosial budaya masyarakat Karo, meodeskripsikan proses pelak t.aan
upacara Caburken Bulung dalam kehidupan .masayarak:t Karo di ·desa Uel n1 •tg
Kabupatcn Langkat, memaltami makna dari simbol yang digunakan dalam proses pelaksanaan upacara, terutama arti dari benda-benda yang men]adi lambang atau simbol yang dipergunakan, untuk mengetahui bagairnana pengaruh upacara tersebut terhadap kchidupan masyarakat Karo.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi laogsune ::tda
pelaksanaan upacara Caburken Bulung dan dari kajian pustaka. Populasi pend m
masyarakat Karo di desa Belinteng yang mengerti tentang upacara Caburken Buumg, sampcl dalam penelitian adalah Bapak Rahem Ointing (Ketua Ada!} dukun J!llr '
sibaso), orang tua si anak yang dl CaburkenBulung. masyarakat de s.~ yllng mcnyaksikan.
Pelaksanaan upaeara ini biasanya dilakukan di tempat pihak perempuan atau sesuai dengan musyawarah dimana ingin dilaktikan upacara tersebut ingin dilah. "' 111.
Upacara ini dihadiri oleh unsur rakut sitelu (kalimbubu, senina I sembuyak d an unak
bent}. Dalam upacara Caburken Bulung disediakan benda-benda yang memthk makna-makna yang tcrkandung didalamnya seperti piso pengambal (piso I'-'"'
lada), cincin, sejenis rumputan (parang teguh) dan lain-lain.
Hasil yang di peroleh dari penelitian ini adalah upacara Caburken Bulung Ill' ., 1 •
untuk menghindari malapetaka, menyembuhkan anak yang sering sakit-sak t.
mcmpererat persaudaraan.
KATAPENGANTAR
Puji dan syuJ....'11r penulis panjatkan kepada Allah SWf alaS rahmat dan hidayah
Nyalah, penulis dapat menyelcsaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperleh gelar sarjaoa pendidikan, dengan judul
" PELAKSANAAN UPACARA CABURK.EN BULUNG (KAWIN GANTUNG) DI
DESA BELINTENG KABUP A TEN LANGKA T".
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik saran, kritik, dorongan kepada penulis dengan maksud
untuk mendapatkan basil yang baik agar karya tulis ini dapat memberikan sumbangan
bagi khasanah ilmu pengetahuan atau setidaknya untuk pribadi penulis sendu.
Bagi pihak-pihak yang Ielah mcrnberikan bantuan, saran, kritik, doron!\i n dalam
pcnyusunan skripsi penulis, maka dikesempatan ini peoulis ingin menghaturkao
ribuan terima kasih terutama kepada :
- Kedua orang tua pcnulis yaitu ayahanda (Aim) dan ibunda tercinta yang tclab
memberi pcogayoman, bimbingan dan dorongan kepada penu lis dengan kasib
sayang, kcsabaran dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan ~~ t 1111.,
serta abang Tua, engah, unda, kak liken sidik, dan Amelia, yam tcrus
mendulrung peoulis, kiranya Allah SWT dapat melindungi kita scmua
- Bapak Drs. Restu MS sclaku dekan fakultas ilmu sosial UNIMEO.
- lbu Ora, Trisni Andayani M.Si, selaku ketua jurnsan pendidikan :.ejarah
UNIMED.
- lbu Ora. Lukita Ningsih,M.Hum selaku sclcretaris jurusan pendidil.-an scjardb
UNIMEO.
- lbu Ora, Puspitawati, MSi, selaku dosen pembimbing skripsi y:u. clah
banyak memberikan arahan dan dorongan serta meluangkan waktunya pada
pcnulis selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
- lbu Dra. Samsidar Tanjung MPd, selaku Penasehat Akademik selama penulis menimba ilmu di jurusan Pendidikan Sejarah.
- Bapak Rajanami Sembiring, selaku Camat di kecamatan Sei Bingai yang telah memberikan izin dan bantuan da!am pengumpulan data selama penelitJan d1 lakukan dan juga kepada Bapak Jabaten Torong, selaku Kepala
Desa
Belinteng yang telah banyak membantu.
- Spesial buat bang Rigan yang telah banyak meluangkan waktu dengan mcncmani dan menjaga penulis selama penelitian sampai penyclesaian skn >si ini, makasih ya atas kesabaran, kesetiaan dan dorongan serta motivas1 yaug selalu diberikan kepada penulis.
- Sahabat-sahabatku yang k"U kasihi Juni, Kak Rubiah, Ima, Yetty yang selah mempcrhatikan, mendukung, serta mcmberikan banyak saran, kritik dan dua
kepada penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.
- Bapak dan lbu serta teman-teman khususnya warga desa Belinteng yang ll'fal· berscdia memberi dan membantu penulis dalam pengumpulan data selama pcnelitian berlangsung.
- Teman-teman khususnya stambuk 2002, yang terus memperhatikan dau memberi semangat kepada penulis.
Semua p1hak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi '"' menjadi hutang budi dan pcngorbanan mereka adalah pemberian yang tak tenula1 manakala ada yang kurang patut dan pantas dari penulis
"Maar'
jualah yang h:m\'a bisa diucapkan. Semoga skripsi ini yang jaub dari kesempumaan dapat memben manfaat bagi peminat sejarah khususnya pembaca umumnya sebagai penamh<tf wawasan dan ilmu pengetahuan.Medan, Februari 2007
~~m
NIM 02 1 031 0672DAFTAR lSl
ABSTRAK ... ..
KATA PENGANTAR ... II
DAFTAR ISL.. ... -
... - ... --.... - -.. ---
LVBAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...
IB. Tdentifikasi Masalah...
5C. Pembatasan Masalah. ...
5D. Perumusan Masatah ...
5E. Tujuan Penel itian... 6
F.
Manfaat Penelitian ...
6BAB
II KAJIANPUST AKA
A.Kerangka Teoritis...
8B. Kerangka Konseptual ... ... ... ... ... II
C.Kerangka Berpikir...
14BAB Lll METOOOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi Pcnelitian... 15
B. Populasi
danSampel ... ___________ ... 16
C. Teknik Pengumpulan Data ... 16
D. Teknik Analisa Data... ... ... .... ... ... 17
BAB TV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Mengcnai Suku Batak Karo ... 18
a. Sejarah Sui-"'11 Batak Karo ... ... I ll b. Sistem Kekerabatan Suku Batak Karo ... 20
c. Sistern Religi ... 2ll d . Jenis-Jenis Perkawinan pada Masyarakat Karo ... 29
B. Masyarakat Karo di
Desa
Belintcng ... 31I . Sejarah
Desa
Belinteng ... 312. Letak dan Luas Desa Belinteng ... 32
3. Keadaan Penduduk Desa Belinteng .. .. ... ... 33
C. Pembahasan Hasil Penelitian Upacara ... J I . Maksud Pelaksanaan Upacara Caburken Bulung ... 1~
2. Proses Pelaksanaan Upacara Caburken Bulung ...
:w
3. Makna Yang Terkandung Dalam Simbol-Simbol Yang Dipergunakan Pada Upacara Caburken Bulung ... 604. Pelaksanaan Upacara Caburken Bulung Pada Masa .Ki:ni ... 61
S. Perubahan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Dalam Upacara Caburken BulungPada Saat Ini Dengan Upacara Caburke Bulung Di Masa l.alu ... 63
A. Latar Belakang Masalab
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan k~lompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya, sebab
kebudayaan ada kerena adanya masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud dari
kebudayaan itu adalah adat istiadat sedangkan upacara merupakan wujud nyald
aktifitas dari adat istiadat yang berbubungan dengan segala aspek kehidupan manusia
baik itu aspek sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
Dalam masyarakat tradisional mengaL.1ifkan kebudayaan itu antara lain
diwujudkan dalam pelaksanaan berbagai macarn upacara tradisiooal yang roemant;
menjadi sarana sosialisasi bagi kebudayaan yang telah dimantapkan Jewat pew·.uisan
(transfonnasi) tradisi yang telah diturunkan dari generasi ke generasi
Setiap tindakan manusia yang dilakukan melalui proses belaj ar di..chut
kebudayaaiL Didalam kebudayaan terdapat unsur-unsur yang bersifat universal
artinya unsur-unsur tersebut didapatkan didalam semua kebudayaan dari semu:• s k
bangsa yang ada di dunia. Unsur-unsur ini disebut dengan istilah unsur kebudayaan
universal, terdiri dari tujuh unsur yakni : Bahasa; Sistem Pengetahuan; Org;.misasi
Sosial; Sistern Peralatan Hidup; Sistem mata Pencaharian Hidup; Sistem Religi: dar
Sistem Kesenian. (Koen~araningrat 1981 , 203-204 ).
Salah satu unsur kebudayaan yang universal tersebut adalah sistem religt
(sistem kepercayaan), didalam sistem religi tennuat sistem upacara. Upacara tersebJJt
biasanya berupa perayaan atau adat kebesaran yang dipandang mengandung tujuan.
2
'.Ujuan tertenllL Biasanya upacara dilakukan bersama dengan para kerabat alau dapat
pula dilak:ukan sendiri-sendiri. Hal ini bertujuan untuk berkomunikasi dan
mengembangkan hubungan baik dcngan makluk halus dan supra natural seperti
Tuhan, roh para leluhur, setan, bantu, dan sebagainya.
Pada masyarakat Karo terdapat berbagai bentuk upacara yang berhubungan
dengaB kepercayaan religius mereka. Menurut Bangun (1986 : 41-42) walaupun
masyarakat Karo secara resmi telah memeluk ajaran Kristen. lslam dan Katolik,
namun masih' ditemukan pada pemeluk agama tersebut adanya keterikalan pada
kepercayaan tra<lisionalnya. Oimana masih berkembang terus usaha membuat
jimat-jimat, pergi ke gua untuk mendapatkan berkah,memberi penghormalan kepada
roh-roh nenek moyang dengan upacara, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Karo belum bisa meninggalkan secara penuh kepercayaan tradisionalnya,
meskipun mereka sudah memeluk agama yang melarang penyelenggaraan segala
ritual-ritualtersebul.
Sebubungan dengan hal tersebut, masyarakat Karo j uga ada yang menganut
kepercayaan tradisional Karo yang disebut dengan Pemena (Pemena berarti pertama
atau sebelum ada yang mendahului). Penganut Pemena percaya kepada kekuatan
alam seperti pohon-pohon besar, gua-gua, batu-batu besar dan lain-lairt Oisamping
itu juga mempercayai kekuatan
dari
rob-rob halus, makhluk halus, roh-roh leluhurdan sebagainya (kepercayaan ini tergolong pada animisme dan dinamisme). Mereka
juga mempunyai suatu kepercayaan kepada Tuhan pencipm alam semesta yang
mereka sebut dengan Kiniteken (Penganutnya <lisebut Erlciniteken yang artinya orang
3
Salah satu upacara yang berhubungan dengan kepercayaan tradisional Karo, dimana upacara ini sampai sekaraog masih seriog dilaksanakan oleh masyarakat Karo adalah upacara Caburken bulung yakni perkaw:inan yang diJaksanakan ketika seseorang masih anak-anak dengan impalnya yaitu antara anak kalimbubu (pibak
pernberi
gadis/pihak perempuan) dengan putera Anajc beru(pihak penenmagadis/pihak laki-laki).
•I
Menurut (Bangun 1986: 141 ); perkawinan yang dilakukan semasa orang masih anak-anak maksudnya adalah untuk menghindar:i penyakit atau
imtuk
lebih mempererat hubungan keluarga dimana setelah dewasa diharapkan antara kcdua orang ini dilanj utkan kejenjang perkawinan yang sesungguhnya:·Upacara caburken bulung adalah upacara perkawinan simbolis dan bersifat sementara, hal ini biasanya akan dilakukan karena adanya mimpi buruk yang dialami oleh pihak kalimbubu maupun pihak anak beru atau untuk menghilangkan perasa:u yang mengganjal diantara mereka yang mungkin dikarenal.:an selama ini hubw1ga mereka tidak baik (antara kalimbubu dan anak bern). Upacara ini biasanya jnta dilakukan bila banyak kejadian-kejadian yang mengganggu dalam kehidupan seseorang selain dari mimpi buruk sebagai tersebut diatas juga bisa karena anak yang bersangkutan sering sakit-sakitan dan Jain-Jain.
4
Meslcipun perkawinan caburken bullmg sifatnya serncnt:aill tetapi tetap
dilak-ukan
upacara
sebagaimana upacara perkawinan umumnya seperti adanyapemberian mas kawin (unjuken) , dan juga diadakan pesta (Purba, 1990 : 9). Tetapi
berbeda halnya dari perkawinan usia dewasa dimana pada pasangan dewasa setelah
melakukan upacara perkawinan , pasangan suami istri akan hidup bersama, maka
perkawinan yang terjadi pada masa anak-anak ini hanya sebagai simbol saja, sebab
anak yang dinikahkan ini tcrkadang masih bayi.
Sekalipun upacara ini umum dilakukan oleh masyarakat Karo pada masa lalu
khususnya, tetapi tidak pada semua orang ini bisa diJakukan karena caburken bufung
ini hanya bisa dilaksanakan terbatas hanya pada mereka yang bertutur impaf saja, dan
upacara inipun hanya bisa dilakukan sekali seumur hidup yakni sebelwn seseorang
menikah yang sesungguhnya.
Seiring dengan perkembangan zaman terutama dengan semakin banyaknya
rnasyarakat menganut agama, dimana dari ketentuan agama banyak yang
mengganggap haJ ini agak menyimpang dari ketentuan agama. Juga dengan makin
berkembangnya ilmu pengetahuan seltingga banyak orang yang lebih bcrpikir
rasional maka lcini semakin jarang orang yang mau melakukan upacara tersebut.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, dan mengingat bahwa
upacara ini unik dimana peneliti menduga tidak banyak suku Jain khususnya eli
Indonesia yang melak-ukannya sebelum warisan budaya ini benar-benar menJadi
hiJang. maka peneliti tertarik untuk mendokumentasikan proses pelaksanaan upacara
caburken bufung pada masyarakat Karo di desa Belinteng, Kabupaten LangkaL
5
simbol-simbol yang dipergunakan dan untuk melihat apakah ada perubahan dalam
pelaksanaan upacara coburken bulung pada saat ini dengan di masa lalu.
B. Idenlifikasi Masalab
Berdasarkan Ia tar belakang .masalah diatas maka yang menjadi identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai beril-ut :
I. Sistem religi (sistem kepercayaan) sebagai bagian dari un.sur kebudayaan yang
universal.
2. Bentuk upacara yang bcrhubungan dcngan kepercayaan religius pada masyarakat
Karo.
3. Kcbcradaan upacara tradisional caburken bulung sebagai upacara penyembuhan
di Desa Belinteng Kabupaten Langkat.
C. P embatasan Masalah
Yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ioi adalah " Pclaksanaan
Upacara coburken bulung (Kawin Gantung) di
Desa
Belinteng Kahupaten Langkat" .D. Perumusan Masala h
Yang mcnjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
I. Apa j!Ungsi upacara caburken bulung pada masyarakat Karo khususnya di lokasi
penelitiao.
2. Bagaimaoakah proses pelaksanaan upacara caburken bulung di desa Belinteng
6
3. Apa makna dari simbol-simbol yang digunakan dalam proses pelaksanaan
upacara caburken bulung tersebut ?
4. Apakah ada terjadi perubaban dalam pelaksanaan upacara caburken bulung pada
saat ini dengan upacara caburken bulung di masa lalu.
E. Tujuan Penelitiao
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebag~i berik--ut :
I. Untuk mengetahui fungsi upacara tersebut dalam kehidupan sosial l•udaya
masyarakat Karo di lokasi pene litian.
2. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan upacara Caburken Bulunr dalam
kehid upan masyarakat Karo di desa Belinteng Kabupaten Langkat.
3. Unruk dapat memahami makna dari simbol yang digunakan da lam proses
pelaksanaan upacara caburken bulung tersebut terutama arti dari benda-bcnda
yang menjadi lambang atau simbol yang dipergunakan.
4. Untuk mcngetahui perubahan dalam pclaksanaan upacara caburkcn bulunr p.1da
saat ini dengan upacara caburken bulung di masa lalu
F. Maofaat Peoelitiao
Adapun manfaat yang io&>in diperoleh sesudah melakukan peneliti'\11 101
adalah :
I. Membcrikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca mengcnai
pelaksanaan Upacara caburken bulung.
7
3. Sebagai
bahan
masukan khususnya bagi geoerasi muda supaya lebih mengcnaltradisi budaya masyarakat Karo.
4. Sebagai bahan perhatian PEMDA-SU agar upacara Caburken bulung menjadi
salah satu aset budaya nasiooal yang mempunyai potensi untuk menjadi daya
tarik wisatawan.
5. Sebagai bahan pengetahuan dan keterampilan bagi peneliti dalam pernbuatan
A. Kesimpulan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1,. Masyarakat karo di desa Bclintcng adalah roasyarakat yang masih mcmcgang
teguh nilai-nilai budaya asli, hal ini dibuktikan dengan masih dilaksanalcannya
upacara caburken bulung. Fungsi upacara caburken buhmg adalah untuk
mengusir bala atau mcnjadi obat karena salah satu pihak sering sakit-sakitan
dan mempererat tali silaturahmi antara pihak kalimbubu dengan pihak wmk
beru.
2. Pclaksanaan upacara caburken bulung biasanya dilakukan di rumah pihak
perempuan atau scsuai dengan keputusan kedua belah pihak. Sebelum upacara
dilaksanakan tcrlcbih dahulu ditentukan hari yang baik ( nikJik wari melm!t)
yang dilakukan oleh g un1 simeteh wari telu puluh ( dukun yang meng('l'lh •1
hari yang baik diantara tiga pul uh hari yang ada ).
3. Dalam upacara caburken bulung dihadiri oleh seluruh kelompok kerahat d.!P
masing-masing pihak seperti pihak laki-laki ( sukut I pihak yang mengadak 1
pesta), kalimbubu (pihak \wnita) dan anak beru ( dari pihalc lalci-lal-i dan u.m
pihak perempuan ).
4. Proses pelaksanaan caburken bulung memiliki arti dari benda-benda van
menjadi lambang atau simbol yang dipergunakan seperti : Piso pengumbat.
(piso tumbuk !ada) digunakan sebagai lambang pengikat tendi antara si
lalu-laki dengan impalnya agar tendinya keras seperti besi mersik; ( mw
66
Pengambat (cincin pemgikat), melambangkan bahwa tefUfi si wanita diikat dengan impalnya; Parang Teguh (sejenis rerumputan yang kuat dan teguh} melambangkan
Jcuatnya
ikatan antara tefUfisehingga
sangat sulit untukdiputuska~ Vis Arinteneng (sejenis kain adat Karo yang berwama hitam), melambangkan agar jiwa dan te fUfi bisa tenang dan penyakit bisa sembuh,
tidak
ada yang menggangu; Pinggan Pasu, Pasu berarti berkat. sehingga pinggan pasu d(gunakan agar segala berkat yang diberikan kalimbubu kepada arwfc
beru dapat d.iterima tanpa terhalang apapun; Nasi, A yam yang masih lengkap, telur ayam ; melambangkan kebersamaan antara anak beru dan fcalirnbubu
tidak pemah tcrpisahkan dan lain-lain
5. Pada masa l.;ni upacara caburken bulung telab jarang dilaksankan, hal tru dipengaruhi olch beberapa faktor diantaranya adalah: Faktor agama, pendidikan, ekonomi dan lain-lain. Proses pelaksanaan upacara caburken bulung sejak dahulu sampai sekarang sudah ada mengalami perubahan pcrubahan yang terjadi seperti pada musik pengiring, mahar/emas ka" tn.
penentuan hari pelaksanaan, dan pantangan-pantangan dalam ikatan cahurke11
DAFfAR P USTAKA
Bangun, Roberto, 2006, Mengenal Suku Karo, PT. Kesaint Blane lndah, Jakarta
Bangun Tridah, 1986, Manusia Batak Karo, PT. Gunung Agung, • Jakarta
Ginting, EP. DR. Pdt. 1994, Religi Karo, Membaca Relegi Karo
Dengan Mata Uang Yang Baru, Kabanjahe, Abdi Karya.
Ginting, Perdana S.Th. 1990. Religi Adat Karo
Koentjaraningrat, 1983, Metode-Metode Pe nelitian Masyarakat (Editor), Jakarta : PT. Gramedia
_ _ _ _ 1982, Pengantar llm u Antropologi Aksara Barn, Jakarta.
_ _ _ _ 1982, Sejarah Teori Antropologi Ul Mess, Jakarta
_ _ _ _ 1999, Man usia dan Kebudayaan di Indonesia, Djarnbatan
Meuraxa Dada, 1983, Sejarah Kebudayaan Suk'll di Sumatera Utara, Medan
Me1alatoa M Yunus, 1995, Ensiklopedia Suku-Suku Bangsa di
' Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
Prinst
Darwan,
Darwin, 1984, Sejarah dan Kebudayaan Karo, Jakarta,CV. Yrama Prinst
_ _ _ _ 1985, Adat Karo Kongres Kebudayaan Karo, Medan
Purba,
VE,
1990, Mengeoa1 Tradisiooa1 Masyarakat Karya Medan Fakultas Sastra USUPasaribu, Rudolf, 1988, Agama, Suku dan Batako1ogi, Medan : Penerbi 1 Pieter.
Ro1ita, 2003,
Proses
Pe1aksanaanUpacara
Ngemabh Anak Kulau,Skripsi Jurusan Scjarah Faku1tas llmu Sosial Universitas Negen Mcdan.
Sembiring, Sri Alem, 1992, Guru Si Baso. Sk:ripsi Sarjana Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Singarimbun, Masri, 1982, Metode Penelitian Survey Jakarta LPJES
Sitepu, AG, 1981/1982, Seni Mengeoal Kerajinan Tradisional Karo, Depdikbud Rl
Sitepu Bujur, 1996, Pilar Budaya Karo, Percetakan Bali Scan, Medan
Suyono, Aryono, 1988, Kamus Antropologi, Jakarta, Akademika
Press.
Tarigan, HG, 1990, Perciken Budaya Karo, Bandung : Yayasan Merga Silima