viii ABSTRAK
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DITINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN
GOLONGAN JABATAN
Studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta Sri Utami
Universitas Sanata Dharma 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar; (2) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadaap sertifkasi guru ditinjau dari golongan jabatan.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian adalah 469 guru. Jumlah sampel penelitian 216 guru. Teknik penarikan sampel adalah proportional sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah analisis varians (anova).
ix ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFFESSIONAL CERTIFICATE PERCEIVED FROM
PERIOD OF WORKING, EDUCATIONAL LEVEL AND OFFICIAL STRATIFICATION
A Case Study at High School Teachers in Gondomanan District, Yogyakarta Regency, Yogyakarta
Sri Utami
Sanata Dharma University 2011
The purpose of this research is to know the different perception of teachers towards teacher’s proffessional certivicate preceived from: (1) period of working; (2) educational level; (3) official stratification.
This research is a case study conducted at high school teachers in Gondokusuman District, Yogyakarta Regency. The population of this research was 469 teachers. The samples of this research were 216 teachers. The method of sampling was proportional sampling method. The method of data collection was questionnaire. The technique of data analysis was varian analysis (anova).
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI
GURU DI TINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT
PENDIDIKAN DAN GOLONGAN JABATAN
Studi Kasus: Guru SMA di Kecamatan Gondokusuman
Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Sri Utami
041334063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI
GURU DI TINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT
PENDIDIKAN DAN GOLONGAN JABATAN
Studi Kasus: Guru SMA di Kecamatan Gondokusuman
Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Sri Utami
041334063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus juru selamatku
Kedua orang tuaku tercinta, Kakak-kakakku,
v
MOTTO
Pengalaman adalah semacam guru yang paling keras…
yang pada awalnya memberikan ujian
dan setelah itu, pelajaran tentang hidup
_Barbara Johnson_
Cara terbaik untuk keluar dari suatu
persoalan adalah memecahkannya
Sepanjang pengharapan kristiani terpelihara, hidup tidak akan
menghancurkan kita dan kita tidak akan
terbebani dengan godaan dan kesengsaraan.
Kita tahu bahwa Tuhan dapat membawa kita keluar dari hal terburuk.
viii ABSTRAK
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DITINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN
GOLONGAN JABATAN
Studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta
Sri Utami
Universitas Sanata Dharma 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar; (2) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadaap sertifkasi guru ditinjau dari golongan jabatan.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian adalah 469 guru. Jumlah sampel penelitian 216 guru. Teknik penarikan sampel adalah proportional sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah analisis varians (anova).
ix ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFFESSIONAL CERTIFICATE PERCEIVED FROM
PERIOD OF WORKING, EDUCATIONAL LEVEL AND OFFICIAL STRATIFICATION
A Case Study at High School Teachers in Gondomanan District, Yogyakarta Regency, Yogyakarta
Sri Utami
Sanata Dharma University 2011
The purpose of this research is to know the different perception of teachers towards teacher’s proffessional certivicate preceived from: (1) period of working; (2) educational level; (3) official stratification.
This research is a case study conducted at high school teachers in Gondokusuman District, Yogyakarta Regency. The population of this research was 469 teachers. The samples of this research were 216 teachers. The method of sampling was proportional sampling method. The method of data collection was questionnaire. The technique of data analysis was varian analysis (anova).
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus
Kristus yang telah memberikan kekuatan dan cinta-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Persepsi Guru
Terhadap sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama Mengajar, Tingkat Pendidikan dan
Golongan Jabatan” studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman
Kota Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi
ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono S.Pd., M.Si. selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Akuntansi dan pembimbing yang telah bersedia menyediakan
waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat berarti dalam membimbing
penyelesaian skripsi ini.
4. Drs. Joko Wicoyo, S.Pd., M.S. yang telah meluangkan waktu dalam
memberikan bimbingan, kritik dan saran serta bantuan dalam proses
xi
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji I yang
telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji II yang
telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam proses perkuliahan.
8. Tenaga Administrasi Sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi, Pak
Wawiek dan Mbak Aris, dkk atas bantuan dan pelayanannya dalam hal
administrasi perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
9. Kepala Sekolah dan para guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota
Yogyakarta, terima kasih atas bantuannya sehingga penelitian ini dapat
berjalan dengan lancar.
10.Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Andreas Cipto Mardi dan Ibu Katarina
Kastimah atas doa, cinta, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga untuk
anak-anaknya.
11.Saudara-saudaraku tercinta, Mas Agus, Mbak Nanik, Mas Tri, dan Mas Anton
atas dukungan serta doanya selama ini.
12.Bruder Y. Sarju, SJ atas dukungan baik materiil dan spirituilnya juga atas doa
dan kasih sayangnya selama ini (maaf kalau saya tidak lulus tepat waktu).
xii
14.Keluarga Bapak Michael, ibu, Johan dan Agnes atas dukungan dan doanya.
15.Teman-temanku: Mbak Wiwied, Mas Petrick, Wahyu, dan si kecil Lupita atas
bantuannya, dukungan dan persaudaraan kita, makasih sudah boleh numpang
di rumah kalian ^_^.
16.All my friends anak PAK’04 kelas A, B dan C sepesial buat mereka yang turut
membantu penyelesaian skripsi ini.
17.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas
kerjasama, bantuan, dukungan, doa dan perhatiannya sehingga skripsi ini
benar-benar terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan masukan,
saran dan kritik yang sekiranya dapat melengkapi dan menyempurnakan isi
skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap
adanya perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap
skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 12 April 2011
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... xi
KATA ENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi ... 7
1. Pengertian Persepsi ... 7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 8
B. Guru ... 10
1. Tugas, Tanggung Jawab dan Peranan Guru ... 10
xiv
1. Pengertian Sertifikasi ... 13
2. Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 13
3. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi ... 14
D. Lama Mengajar ... 19
E. Tingkat pendidikan ... 20
1. Pendidikan Formal ... 20
2. Pendidikan Nonformal ... 20
3. Pendidikan Informal ... 20
F. Golongan Jabatan ... 22
1. Golongan Jabatan ... 22
2. Penilaian Bobot Jabatan ... 23
G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 24
1. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Lama Mengajar ... 24
2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 26
3. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 29
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 30
4. Populasi ... 30
5. Sampel ... 30
6. Teknik Penarikan Sampel ... 31
E. Operasionalisasi Variabel ... 31
1. Variabel Penelitian ... 31
xv
F. Teknik Pengumpulan Data ... 38
G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 38
1. Uji Validitas ... 38
2. Uji Reliabilitas ... 41
H. Uji Prasyarat Analisis ... 43
1. Uji Normalitas ... 43
2. Uji Homogenitas ... 44
I. Teknik Analisis Data ... 45
1. Rumusan Hipotesis ... 45
2. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan ... 46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 50
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 51
2. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru ... 53
B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 58
1. Uji Normalitas ... 58
2. Uji Homogenitas ... 60
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 62
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama mengajar ... 65
2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 67
3. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan ... 69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Keterbatasan Penelitian ... 72
xvi
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Uji Sertifikasi Guru ... 32
Tabel 3.2 Skor Pernyataan Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru ... 34
Tabel 3.3 Pengelompokan Lama Mengajar dan Pemberian Skor ... 37
Tabel 3.4 Pengelompokan Tingkat Pendidikan dan Pemberian Skor ... 37
Tabel 3.5 Pengelompokan Golongan Jabatan dan Pemberian Skor ... 37
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas yang Tidak Valid ... 39
Tabel 3.7 Hasl Uji Validitas untuk Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru .. 40
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 42
Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 50
Tabel 4.2 Deskripsi Responden menurut Lama Mengajar Guru ... 51
Tabel 4.3 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Lama Mengajar Guru ... 51
Tabel 4.4 Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru ... 51
Tabel 4.5 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru ... 52
Tabel 4.6 Deskripsi Responde menurut Golongan Jabatan Guru ... 52
Tabel 4.7 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Golongan Jabatan Guru ... 52
Tabel 4.8 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru ... 53
xviii
Tabel 4.10 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 55 Tabel 4.11 persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari
Golongan Jabatan ... 56 Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi
Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama Mengajar ... 58 Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi
Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 59 Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi
Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan ... 59 Tabel 4.15 Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Lama
Mengajar ... 60 Tabel 4.16 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Tingkat
Pendidikan ... 61 Tabel 4.17 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari
Golongan Jabatan ... 61 Tabel 4.18 Tabel Anova Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
Guru Ditinjau dari Lama Mengajar ... 62 Tabel 4.19 Tabel Anova Perbedaan Persepsi Guru terhadap Sertifikasi
Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 63 Tabel 4.20 Tabel Anova Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan tenaga pendidik yang mempunyai fungsi, peran dan
kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan
dan karenanya perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Sebagai
tenaga profesional, guru dituntut mampu melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa agar nantinya menghasilkan output atau anak didik yang
potensial dan dapat berkembang dengan maksimal.
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan telah merencanakan program kegiatan untuk
mengimplementasikan amanat Undang-Undang No.14 tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen (UUGD). Program tersebut antara lain pelaksanaan sertifikasi
guru, peningkatan kualifikasi, peningkatan kompetensi guru dan pendidikan di
daerah terpencil serta penghargaan akhir masa bakti bagi guru dan beasiswa
bagi putra-putri guru yang berprestasi.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 10 tahun
2009 menyatakan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui
uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dan pemberian sertifikat
pendidik secara langsung. Di dalam pasal 2 ayat 2 berbunyi uji kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat diikuti oleh guru dalam
jabatan yang: (a) memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-I) atau diploma
empat (D-IV), (b) belum memenuhi kualifikasi akademik S-I atau D-IV
apabila sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20
tahun sebagai guru atau mempunyai golongan IV/a atau yang memenuhi
angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a.
Dalam seleksi, lama mengajar dan umur diutamakan untuk mendapatkan
kesempatan sertifikasi terlebih dahulu. Prioritas berikutnya ialah mereka yang
berpangkat lebih tinggi dan yang mendapat tugas-tugas tambahan seperti
kepala sekolah, Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran, dan guru inti.
Di Indonesia, kompetensi guru tidak hanya dilihat dari
profesionalismenya dalam mengajar, tetapi dapat dilihat dari lama mengajar,
tingkat pendidikan dan golongan. Ditinjau dari lama mengajar, guru
mempunyai masa mengajar yang bervariasi. Bagi guru yang telah bekerja
dalam waktu lama akan berpeluang besar dalam mengikuti uji sertifikasi guru
dalam jabatan dibandingkan dengan guru yang baru saja bekerja. Apabila guru
sudah lama mengajar maka guru tersebut mempunyai nilai lebih dibanding
terbanyak di antara komponen yang lain seperti tingkat pendidikan dan
golongan jabatan.
Tingkat pendidikan guru yang bervariasi juga diduga menyebabkan
perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru. Pedoman sertifikasi guru
dalam jabatan menetapkan bahwa guru yang bisa mengikuti uji sertifikasi
adalah guru dengan tingkat pendidikan lulusan S-1 atau diploma IV.
Karenanya, guru yang masih lulusan D-II dan D-III masih harus bekerja keras
untuk dapat mengikuti uji sertifikasi ini. Sedangkan guru yang sudah
berpendidikan S-1 tinggal mengikuti aturan yang sudah ditentukan untuk
dapat mengikuti uji sertifikasi.
Golongan jabatan juga bervariasi. Selain lama mengajar dan tingkat
pendidikan, golongan jabatan juga merupakan komponen yang
dipertimbangkan untuk memenuhi persyaratan kualifikasi akademik. Guru
yang bergolongan jabatan rendah diduga berpandangan positif tentang uji
sertifikasi ini. Mereka akan termotivasi untuk mengikuti uji sertifikasi karena
jika mereka lulus maka akan mendapatkan tunjangan satu kali gaji pokok dan
kesejahteraan mereka akan lebih terjamin. Sedangkan pandangan guru yang
telah bergolongan jabatan tinggi terhadap uji sertifikasi ini diduga berlawanan
dengan guru yang bergolongan jabatan rendah. Rasa ketertarikan terhadap
sertifikasi kurang karena guru bergolongan jabatan tinggi merasa sudah
terjamin kesejahteraannya.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik
TERHADAP SERTIFIKASI GURU DI TINJAU DARI LAMA
MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN GOLONGAN
JABATAN.
Studi kasus pada Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka masalah
yang muncul adalah:
Kesiapan dan persepsi guru dengan adanya sertifikasi guru baik yang
boleh mengikuti ujian sertifikasi (S-1) maupun yang tidak dapat mengikuti
ujian sertifikasi yaitu belum memenuhi kualifikasi akademik S-I atau D-IV
dan belum mencapai usia 50 tahun dan belum mempunyai pengalaman kerja
20 tahun sebagai guru atau belum mempunyai golongan IV/a atau yang
memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi guru
terhadap sertifikasi guru. Agar penelitian lebih terarah dan mengingat waktu,
biaya dan tenaga yang terbatas, maka penelitian hanya dibatasi pada tiga
faktor yang diduga kuat mempengaruhi sertifikasi guru dalam jabatan, yaitu:
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari
lama mengajar guru?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari
tingkat pendidikan guru?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari
golongan jabatan guru?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi
guru ditinjau dari lama mengajar.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi
guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi
guru ditinjau dari golongan jabat
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk
meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan profesionalitas sebagai
tenaga pendidik juga menjadi masukan bagi guru lain yang belum
mengikuti uji sertifikasi.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah
untuk dapat menyediakan guru yang berkompeten dan berkualitas.
3. Bagi Dinas Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi dinas pendidikan tentang tanggapan para guru terhadap uji sertifikasi,
sehingga dinas pendidikan dapat membuat kebijakan yang sesuai dan
selaras berkaitan dengan profesi guru.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan menambah referensi kepustakaan dan berguna bagi
penelitian-penelitian selanjutnya.
5. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman peneliti khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan dan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
Pada bagian ini akan dibahas tentang persepsi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi.
1. Pengertian Persepsi
Manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan hidupnya. Oleh
karena itu, pentinglah bagi manusia mengenal dan mengamati
lingkungannya, lalu mengendalikan atau memanfaatkannya, guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusiawinya, dan untuk
mempertahankan hidupnya. Karena itu, manusia mencoba mengamati dan
mengenal lingkungan hidupnya dengan bantuan indera (panca indera).
Proses terjadinya persepsi adalah adanya objek yang menimbulkan
rangsangan. Rangsangan tersebut mengenai alat indera lalu dilanjutkan ke
otak, kemudian terjadilah suatu proses di otak sehingga manusia atau
individu dapat menyadari apa yang dia terima.
Menurut Kartono Kartini (1984:57) persepsi adalah mengalami
sesuatu dalam pengertian melihat sesuatu, mendengar sesuatu, membaui
atau merasakan sesuatu tanpa mampu mengadakan pemisahan antara diri
Menurut Dakir (1967:67) istilah persepsi digunakan untuk
mengetahui bagaimana prosesnya mengetahui sesuatu dari sekitar dengan
mempergunakan alat-alat indera.
Pendapat lain dikemukakan oleh Mitfah Thoha (1983:138) persepsi
adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam
memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat pendengaran,
penglihatan, penghayatan perasaan dan penciuman.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah memahami, menerima, mengorganisasi dan menginterpretasikan
rangsangan dari lingkungan melalui panca indera sehingga individu
menyadari dan mengerti tentang yang diinderakan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut M Thoha (1988:45-52) ada dua faktor yang mempengaruhi
persepsi yaitu:
a. Faktor dari Luar yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar
antara lain:
1) Intensitas
Prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin
besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal
2) Ukuran
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk objek semakin
mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
3) Pengulangan (repetition)
Dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang
diulang akan memberi perhatian yang lebih besar dibanding hanya
dalam sekali lihat.
4) Gerakan (moving)
Prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa orang akan
memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam
jangkauan pandangannya dibandingkan dari objek yang diam.
5) Baru dan familiar
Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru
maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik
perhatian.
b. Faktor dari Dalam
Proses belajar (learning) semua faktor dari dalam yang
membentuk adanya perhatian kepada suatu objek sehingga
menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan
kejiwaan. Kekompleksan kejiwaan ini selaras dengan proses
pemahaman / belajar dan motivasi yang dipunyai masing-masing.
Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi dari
motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari
proses belajar, tapi keduanya juga mempunyai dampak yang sangat
penting dalam proses pemilihan persepsi.
Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur ini sangat erat
hubungannya dengan proses belajar dan motivasi mempunyai akibat
tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi situasi.
B. Guru
1. Tugas, Tanggung Jawab dan Peranan Guru
a. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Menurut Peters (dalam
Nana Sudjana, 1989:15) ada tiga tugas dan tanggung jawab guru,
yaitu:
1) Guru sebagai Pengajar
Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru
dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan
teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan
diajarkannya.
2) Guru sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas
memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yag
hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi
juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan
nilai-nilai para siswa.
3) Guru sebagai Administrator Kelas
Tugas sebagai administrator kelas pada hakekatnya
merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan
ketatalaksanaan pada umumnya.
b. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Uzer Usman (1995:9-12) membagi peran guru menjadi
empat bagian, yaitu:
1) Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya
karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai
siswa. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk
senantiasa belajar dalam bebagai kesempatan.
2) Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
terarah kepada tujuan-tujan pendidikan. Pengawasan terhadap
lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut
menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang
baik bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mediator guru
pun menjadi perantara dalam hubungan antarmanusia. Tujuannya
agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan
yang interaktif.
Selain sebagai mediator, guru juga berperan sebagai
fasilitator, yaitu guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan
proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks,
majalah ataupun surat kabar.
4) Guru sebagai Evaluator
Guru sebagai evaluator di sini hendaknya mengetahui apakah
tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum dan apakah
materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta
ketepatan atau keefektifan metode dalam mengajar.
C. Sertifikasi dan Sertifikasi Guru dalam Jabatan
1. Pengertian Sertifikasi
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional (Depdiknas:2007
http://www.depdiknas.go.id). 2. Sertifikasi Guru dalam Jabatan
Profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan
praktik pendidikan yang berkualitas yang bertujuan guna menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran,
meningkatkan profesionalisme guru, serta mengangkat harkat dan
martabat guru. Proses sertifikasi dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan
3. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
a. Tujuan sertifikasi
Secara garis besar sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan
kualitas guru yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada
peningkatan mutu pendidikan (Zamroni,
http://www.sertifikasiguru.org). Tujuan lain diadakannya sertifikasi
guru yakni (http://www.tkplb.org).
1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan
3) Meningkatkan martabat guru
4) Meningkatkan professional guru
b. Manfaat Sertifikasi
Adapun manfaat uji sertifikasi guru dapat diberikan sebagai berikut:
(Sawali Tuhusetya, http://jalan-mendaki.blogspot.com)
1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
yang dapat merusak citra profesi guru.
2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan profesional.
3) Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu
4) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari
keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
5) Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.
c. Sepuluh Komponen dalam Sertifikasi
Dalam Permendiknas Nomor 10 Tahun 2009 tentang sertifikasi
guru dalam jabatan disebutkan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan
dilaksanakan melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio
atau penilaian kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi
guru, dengan mencakup 10 (sepuluh) komponen yaitu:
1) Kualifikasi akademik
2) Pendidikan dan pelatihan
3) Pengalaman mengajar
4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
5) Penilaian dari atasan dan pengawas
6) Prestasi akademik
7) Karya pengembangan profesi
8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah
9) Pengalaman organisasi dibidang pendidikan dan sosial
10)Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
d. Kualifikasi dan Kompetensi Keguruan
1) Kompetensi Pedagogik
a) Pemahaman terhadap peserta didik, dengan indikator esensial:
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif dan kepribadian dan mengidentifikasi
bekal-ajar awal peserta didik
b) Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial:
memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar
dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan
pembelajaran yang dipilih.
c) Pelaksanaan pembelajaran dengan indikator esensial: menata
latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran
yang kondusif.
d) Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, dengan
indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi
(assesment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses
dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar
(mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran
secara umum
e) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai
potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi nonakademik
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai
dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan
memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif memiliki
indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial:
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik
dan memiliki perilaku yang disegani. Akhlak mulia dan dapat
menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Kemampuan yang dimaksud adalah
mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik dan memiliki indikator esensial, yaitu berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga
kependidikan, juga dengan orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan
terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Penguasaan
substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki
indikator esensial: pemahaman materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah; pemahaman struktur, konsep dan metode
keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar;
pemahaman hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan
penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. Banyak ahli
pendidikan yang memberikan koreksi bahwa kompetensi
professional seharusnya lebih cocok digunakan dengan istilah
kompetensi akademik.
D. Lama Mengajar
Lama mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanaan tugas sebagai
pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari
lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok
masyarakat penyelenggara pendidikan).
Kinerja masa lalu dapat menjadi indikator yang tepat dari kemampuan
dan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan karena pekerja telah
melakukan pekerjaan sebelumnya dan menggemari pekerjaan tersebut
sehingga mampu bekerja dengan baik.
Diana Nasution dalam blognya http://dianasution. blogspot.com/2008/08/panduan-penyusunanportofolio.html menuliskan lama mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik
pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang
berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat
penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat
E. Tingkat Pendidikan
Tingkat adalah tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan,
kemajuan, peradaban). Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara) mendidik. Jadi
tingkat pendidikan adalah ukuran tinggi rendahnya seseorang diukur dari
berapa lamanya dia mengenyam pendidikan. Jenjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.
Ada tiga jenis pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
yaitu:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Misalnya SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Misalnya berbentuk kursus-kursus.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Menurut Winkel (1986:160), pendidikan informal adalah suatu jenis
pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai
empat macam program pendidikan guru (Piet A Sahertian, 1994:68) yaitu:
1. Program gelar yang melalui Sarjana (S1) dengan lama studi empat sampai
tujuh tahun.
2. Program Pasca Sarjana dengan lama studi enam sampai sembilan tahun.
3. Program Nongelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut:
a. Program Diploma 1 (D-I) dengan lama studi satu sampai dua tahun.
b. Program Diploma 2 (D-II) dengan lama studi dua sampai tiga tahun.
c. Program Diploma 3 (D-III) dengan lama studi tiga sampai lima tahun.
Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada
mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh
kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta
mengajar ini terdiri atas:
1. Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.
2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah
memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.
3. Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester
setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.
4. Akta IV dengan beban kredit 20 SKS ditempuh selama dua semester
setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.
5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160
F. Golongan Jabatan
1. Golongan Jabatan
Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
1676 tentang Rumpun jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil pasal 5
ayat 2 menyatakan berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan
fungsional, maka jabatan fungsional keahlian dibagi dalam empat jenjang
jabatan yaitu:
a. Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas
dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari
Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan pembina
utama, golongan IV/e.
b. Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas
dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari
Pembina, golongan ruang IV/a sempai dengan pembina utama muda,
golongan ruang IV/c.
c. Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas
dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari
Penata, golongan ruang III/c sampai dengan penata tingkat I, golongan
d. Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas
dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari
penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan penata muda tingkat
I, golongan ruang III/b.
2. Penilaian Bobot Jabatan
Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
1676 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil pasal 6
ayat 2 dituliskan berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka
jabatan fungsional keterampilan dibagi dalam empat jenjang jabatan yaitu:
a. Jenjang penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang
tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan
penilai pelaksanaan pekerjaan jabatan fungsional tingkat di bawahnya
yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional
penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan
kepangkatan mulai dari penata, golongan ruang III/c sampai dengan
Penata tingkat I, golongan ruang III/d.
b. Jenjang Pelaksana Lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional
keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana
tingkat lanjutan pembimbing, pangawas dan mensyaratkan
pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa
penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda
Tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Jenjang Pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan
yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan
pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa
cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari
Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b sampai dengan pengatur
tingkat I, golongan ruang II/d.
d. Jenjang Pelaksana Pemula, adalah jenjang jabatan fungsional
keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu
pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan teknis operasional
penunjang yang didasari cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan
kepangkatan mulai dari pengatur muda, golongan ruang II/a.
G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis
1. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Lama
Mengajar.
Persepsi merupakan proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada
dan terjadi di sekitarnya, dan persepsi itu sering dipengaruhi oleh
kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Guru dalam
menghadapi uji sertifikasi harus memenuhi salah satu komponen
kualifikasi yakni pengalaman mengajar. Dengan pengalaman mengajar,
syarat mutlak uji sertifikasi. Pengalaman mengajar yang dimaksud adalah
masa kerja guru dalam melaksanaan tugas sebagai pendidik pada satuan
pendidikan tertentu.
Dengan pengalaman mengajar yang tinggi, guru diharapkan mampu
menjadi tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya sehingga mampu
mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang ditunjang dengan
pemberian sertifikasi yang akan meningkatkan martabat guru. Dengan
pengalaman mengajar yang tinggi dirasa akan lebih mudah memenuhi
persyaratan dibandingkan guru yang baru saja bekerja. Dengan demikian
diduga kuat ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifkasi guru dalam
jabatan ditinjau dari lama mengajar. Dugaan tersebut di atas semakin
dikuatkan dengan besarnya bobot penilaian portofolio pada aspek masa
kerja. Bagi guru yang sudah bekerja selama lebih dari 25 tahun akan
mendapatkan skor 160, sedangan guru yang memiliki masa kerja di bawah
itu akan mendapat nilai yang lebih rendah.
Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut diduga
kuat ada perbedaan persepsi antara guru yang memiliki pengalaman
mengajar yang lebih banyak dengan guru lainnya yang memiliki
pengalaman mengajar lebih sedikit ditinjau dari lama mengajarnya. Oleh
sebab itu, guru yang sudah lama bekerja akan mempunyai persepsi yang
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama
mengajar.
2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Tingkat
Pendidikan.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh
oleh guru.
Menurut Aloysius Loyola Widyatmoko (2008:28) dalam skripsinya
yang berjudul Persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam
jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar dan
status guru, persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan
merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap guru didalam
memahami setiap informasi tentang pemberian sertifikat pendidik melalu
uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio. Persepsi guru akan
berbeda pada latar belakang guru yang berbeda. Adanya perbedaan tingkat
pendidikan masing-masing guru akan menimbulkan pandangan yang
berbeda terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan tersebut karena
guru dengan latar belakang pendidikan yang berbeda akan memiliki
pemahaman yang berbeda terhadap kompetensinya sebagai agen
pembelajaran. Semakin ia memahami kompetensi tersebut maka semakin
besar kesempatan untuk lulus uji sertifikasi.
Dalam Permendiknas No 10 tahun 2009, dinyatakan bahwa
kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dan belum
memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV)
apabila sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja
20 tahun sebagai guru dan mempunyai golongan IV/a, atau yang
memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a. Jadi,
sudah pasti guru yang belum memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1)
atau diploma empat (D-IV) dan belum mencapai usia 50 tahun dan juga
belum mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru dan belum
mempunyai golongan IV/a, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif
setara dengan golongan IV/a tidak dapat mengikuti uji sertifikasi ini.
Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat
diduga terdapat perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru
lainnya ditinjau dari tingkat pendidikannya.
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari
tingkat pendidikan.
3. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Golongan
Jabatan.
Menurut H. Eko Guswanto (2009:33) dalam skripsi yang berjudul
Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi, Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan,
Status Guru, dan Golongan Ruang, golongan ruang guru erat kaitannya
dengan tingkat pendidikan guru. Sebab golongan ruang yang dipegang
tinggi tingkat pendidikannya, semakin tinggi golongan ruangnya dan
semakin tinggi gaji yang diterimanya sehingga kesejahteraannya dapat
terjamin. Faktanya setiap guru mempunyai golongan jabatan yang
berbeda-beda sebab tingkat pendidikannya juga berbeda.
Pada umumnya guru-guru yang bekerja di Sekolah Menengah Atas
paling rendah bergolongan III/a yaitu penata muda sampai pada tingkat
golongan tertinggi yaitu IV/e atau pembina utama. Dari adanya perbedaan
golongan itu maka dimungkinkan juga adanya perbedaan persepsi guru
terhadap sertifikasi.
Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat
diduga terdapat perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru
lainnya ditinjau dari golongan jabatan.
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari
29
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berupa studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengambil suatu tempat yang telah ditentukan sebagai tempat
penelitian, maka kesimpulan yang ditarik hanya berlaku pada objek yang
diteliti saja dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Kecamatan Gondokusuman Kota
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk
variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Suharsimi
Arikunto, 1998:116). Dengan demikian subjek penelitian ini adalah guru
2. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan variabel atau apa yang menjadi titik
perhatian. Dengan demikian objek penelitian ini adalah golongan jabatan,
tingkat pendidikan, lama mengajar, dan persepsi guru terhadap sertifikasi
guru.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi
Arikunto, 1998:115). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2004:72). Dalam penelitian ini populasinya adalah
guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Jumlah
penelitian ini sebanyak 469 guru (Badan Pusat Statistik Yogyakarta).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang representatif (Suharsimi,
1991:104). Menurut Sugiyono (1676:50) sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti.
Sedangkan untuk menentukan besarnya sampel dari populasi,
peneliti menggunakan rumus Slovin (1960) (dalam Consuelo dkk,
1993:161) sebagai berikut:
2 1 Ne
N n
Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).
Dalam penelitian ini, ditentukan nilai kritis sebesar 5%.
Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/ batas
kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :
(
)
2 05 , 0 469 1469
+ =
n
= 215.88 atau sekitar 216 orang yang akan menjadi sampel.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah proportional sampling. Jumlah populasi penelitian ini adalah 469
guru yang terdiri dari 248 guru swasta dan 221 guru negeri. Oleh sebab itu,
jumlah guru yang diambil dari guru swasta adalah (248/469x216) = 114
guru dan guru negeri adalah (221/469x216) = 102 guru.
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1991:102).
Varibel yang akan diteliti adalah: Persepsi guru terhadap sertifikasi guru,
2. Instrumen Penelitian
a. Sertifikasi Guru
Dalam Undang-Undang No 10 tahun 2009, Sertifikasi bagi guru
dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru
yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan
konseling atau konselor, dan guru yang diangkat dalam jabatan
pengawas satuan pendidikan.
Berikut ini adalah tabel kisi-kisi rancangan kuesioner uji
sertifikasi guru menurut Eko Guswanto (2009:40) dalam penelitiannya
yang berjudul Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi ditinjau dari
Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan Ruang.
[image:54.612.95.515.200.706.2]
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Kuesioner Uji Sertifikasi Guru
No Variabel Dimensi Indikator Pernyataan
Positif Negatif
1 Sertifikasi Guru
1. Kualifikasi akademik
1. Pendidikan formal seorang guru
1
2. Pendidikan
dan pelatihan
2. Pelatihan meningkatkan kompetensi pedagogik
3. Bukti keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan yang disahkan.
2
3
3. Pengalaman
mengajar
4. Pengalaman mengajar berpengaruh pada kompetensi pedagogik
5. Pengalaman mengajar berpengaruh pada kompetensi profesional
4
5
dan pelaksanaan pembelajaran ditunjukkan dengan komponen merumuskan RPP
7. Kompetensi profesional ditunjukkan dengan menggunakan media pembelajaran
8. Kompetensi pedagogik ditunjukkan dengan kegiatan pembelajaran dalam RPP
9.Kompetensi pedagogik ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam penilaian belajar
7
8
9
5. Penilaian dari
atasan dan pengawas
10.Dasar penilaian dari atasan adalah etos kerja dan kreativitas 10 6. Prestasi akademik 11.Kompetensi profesional ditunjukkan dalam keikutsertaan guru dalam lomba
11
7. Karya
pengembanga n profesi
12.Kompetensi profesional dapat ditunjukkan melalui penerbitkan buku atau artikel.
13.Bukti karya pengembangan profesi harus disahkan oleh kepala dinas
12
13
8. Keikutsertaan
dalam forum ilmiah
14.Profesionalitas ditunjukkan dari peran guru sebagai narasumber
15.Profesionalitas ditunjukkan dari peran guru sebagai peserta dalam forum ilmiah
16.Bukti dalam forum ilmiah harus disahkan oleh kepala dinas
15
16
14
9. Pengalaman
organisasi
17.Kompetensi kepribadian dan sosial ditunjukkan dari
dibidang pendidikan dan sosial
kesediaan guru pengurus organisasi
18.Bukti dalam pengalaman organisasi disahkan oleh
kepala dinas 18
10. Penghargaan
yang relevan dengan bidang pendidikan
19.Guru yang pernah mendapatkan penghargaan diberi pengakuan
19
Sumber: H. Eko Guswanto, (2009) Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan Ruang.
Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk
kuesioner dan masing-masing pernyataan diukur dengan skala likert.
[image:56.612.93.515.104.594.2]Pemberian skor pada setiap pernyataan adalah sebagai berikut:
Table 3.2
Skor Pernyataan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat setuju
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1 1 2 3 4 5
b. Lama Mengajar
Menurut Masnur Muslich (2007:102) lama mengajar yaitu
masa kerja guru dalam melaksanaan tugas sebagai pendidik pada
satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga
yang berwenang. Pemberian skor untuk variabel lama mengajar
adalah sebagai berikut (surat dikti tentang pedoman penyusunan
1) > 31 tahun : Skor 190
2) 29 – 31 tahun : Skor 205
3) 26 – 28 tahun : Skor 190
4) 23 – 25 tahun : Skor 175
5) 20 – 19 tahun : Skor 160
6) 17 – 19 tahun : Skor 145
7) 14 – 16 tahun : Skor 130
8) 11 – 13 tahun : Skor 115
9) 8 – 10 tahun : Skor 100
10)6 – 7 tahun : Skor 85
11) 5 tahun : Skor 70
c. Tingkat Pendidikan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1982:950,204)
dijelaskan bahwa tingkat adalah tinggi rendahnya martabat
(kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban). Pendidikan adalah
perbuatan (hal, cara) mendidik. Tingkat pendidikan adalah pendidikan
formal terakhir yang telah ditempuh atau diselesaikan seorang guru.
Pemberian skor untuk variabel tingkat pendidikan adalah sebagai
berikut:
1) Belum memiliki kualifikasi akademik SI/DIV apabila sudah
memiliki golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif
2) Belum memiliki kualifikasi akademik SI/DIV apabila sudah
mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20
tahun sebagai guru diberi skor 2
3) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau Diploma Empat
(D/IV) diberi skor
d. Golongan Jabatan
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwodarminto,
1982:281,242) golongan jabatan adalah pekerjaan dalam suatu
pemerintahan atau organisasi. Pemberian skor untuk variabel golongan
jabatan adalah sebagai berikut:
Golongan II/a skor 1
Golongan II/b skor 2
Golongan II/c skor 3
Golongan II/d skor 4
Golongan III/a skor 5
Golongan III/b skor 6
Golongan III/c skor 7
Golongan III/d skor 8
Golongan IV/a skor 9
Golongan IV/b skor 10
Golongan IV/c skor 11
Golongan IV/d skor 12
3. Pengukuran variabel bebas
Dalam penelitian ini, variabel bebas diukur dengan menggunakan
empat alternatif jawaban sebagai berikut:
a) Lama mengajar
[image:59.612.95.513.155.651.2]Dalam hal ini dikelompokkan dan diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pengelompokan Lama Mengajar dan Pemberian Skor
Kriteria Lama Mengajar Skor
Baru 5-10 tahun 1
Sedang 11-20 tahun 2
Lama 21 tahun ke atas 3
b) Tingkat Pendidikan
Tabel 3.4
Pengelompokan Tingkat Pendidikan dan Pemberian Skor Kriteria Tingkat Pendidikan Skor
Rendah Diploma III 1
Sedang Sarjana 2
Tinggi Magister 3
c) Golongan Jabatan
Tabel 3.5
Pengelompokan Golongan Jabatan dan Pemberian Skor Kriteria Golongan Jabatan Skor
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
menghimpun data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk
mengungkap data tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru, lama
mengajar, tingkat pendidikan, dan golongan.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Pengujian Instrumen
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner yang dibagikan
kepada responden, dan terdiri dari tiga variabel yaitu variabel lama
mengajar, tingkat pendidikan, dan golongan.
a. Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam
penelitian ini untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan
rumus product moment, yaitu sebagai berikut:
( )( )
(
)
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−( )
∑
}
− = 2 22
χ
γ
γ
χ
γ
χ
χγ
χγ N N N r Keterangan:rχγ = koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan N = jumlah responden
Σχ = jumlah kuadrat skor χ
Σγ = jumlah skor γ
Σχ2 = jumlah kuadrat skor χ Σγ2
Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan
korelasi dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada
rtabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya, butir
soal tersebut tidak valid.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner H. Eko
Guswanto, (2009) dengan skripsinya yang berjudul Persepsi Guru terhadap
Uji Sertifikasi ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan
Ruang. Peneliti melakukan uji coba ulang karena pada penelitian terdahulu
masih menggunakan ketetapan Undang-undang tahun 2008 sedangkan
penelitian ini menggunakan ketetapan Undang-undang tahun 2009,
sehingga peneliti merasa perlu melakukan uji coba kembali. Uji validitas
dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi guru terhadap
Uji Sertifikasi dan dilakukan terhadap 30 responden. Hasil sebelumnya
yang dilakukan peneliti terdahulu menyatakan bahwa 28 item tersebut
valid, kemudian setelah dilakukan uji coba kembali terhadap 28 item
tersebut ternyata ada 9 item yang tidak valid. Hasil yang tidak valid adalah
[image:61.612.96.512.179.714.2]sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Yang Tidak Valid Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
2 0,361 -0,274 Tidak valid
6 0,361 0,337 Tidak valid
8 0,361 0,196 Tidak valid
13 0,361 0,088 Tidak valid
14 0,361 0,242 Tidak valid
15 0,361 0,039 Tidak valid
21 0,361 0,345 Tidak valid
25 0,361 -0,081 Tidak valid
Selanjutnya uji validitas ini dilakukan pada sembilan belas (19)
butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi. Hasil
[image:62.612.95.512.195.594.2]pengujian validitas terhadap 19 item disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas untuk Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,361 0,581 Valid
3 0,361 0,592 Valid
4 0,361 0,721 Valid
5 0,361 0,652 Valid
7 0,361 0,496 Valid
9 0,361 0,445 Valid
10 0,361 0,562 Valid
11 0,361 0,771 Valid
12 0,361 0,582 Valid
16 0,361 0,768 Valid
18 0,361 0,501 Valid
19 0,361 0,405 Valid
20 0,361 0,653 Valid
19 0,361 0,640 Valid
23 0,361 0,464 Valid
24 0,361 0,376 Valid
26 0,361 0,395 Valid
27 0,361 0,616 Valid
28 0,361 0,688 Valid
Sumber: Data sebelum penelitian
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada
persepsi guru terhadap uji sertifikasi menunjukkan bahwa ke dua puluh
dua butir pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini dilakukan
dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Dengan jumlah
maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,361. Dari hasil perhitungan diperoleh
bahwa keseluruhan nilai r hitung semuanya menunjukkan angka yang lebih
besar dari dari pada r tabel (r hitung > 0,361). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan variabel persepsi guru
terhadap uji sertifikasi adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998:170). Pengujian reliabilitas
didasarkan pada perhitungan koefisien alpha (α) dari Cronbach (Husein
Umar, 2003:90) yaitu sebagai berikut:
11
r = ⎟⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
−
∑
22 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11
r = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan
2
t
σ = varian total 2
b
σ = jumlah varian butir
Nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut
(Husein Umar, 2003:91):
2 σ =
( )
η η χ χKeterangan :
η = jumlah responden
χ = nilai skor yang dipilih ( total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)
Jika nilai alpha lebih dari 0,60 maka instrument penelitian dinyatakan
reliabel sebaliknya jika nilai alpha kurang dari 0,60 maka instrument
penelitian dinyatakan tidak reliabel Nunnaly (1978) dalam Iman Gozhali
(2001).
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows versi
[image:64.612.95.515.219.607.2]12. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.8
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status
Persepsi guru terhadap uji sertifikasi
0,6 0,915 Reliabel
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel
(0,915 > 0,6). Ini berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel
persepsi guru terhadap Uji Sertifikasi dapat dikatakan andal. Pengambilan
kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel.
Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan
H. Uji Prasyarat Analisis
Pengujian prasyarat analisis mencakup uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data yang terjaring berdistribusi normal, sehingga analisis untuk
menguji hipotesis dapat dilakukan. Dalam uji normalitas ini digunakan
rumus uji satu sampel dari Kolmogorov-Smirnov One Sample Test, yaitu
tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor observasi) dan
distribusi teoritisnya. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis dan
yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar. Artinya distribusi
sampling yang diamati benar-benar merupakan observasi suatu sampel
random dari distribusi teoritis (Imam Ghozali, 2002:35-36).
Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan perhatian pada
penyimpangan (deviasi) terbesar. Harga Fo (X) – Sn terbesar dinamakan
deviasi maksimum. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk
normalitas sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002:36):
( )
X S( )
XF maksimum
D= o − n
Keterangan:
D = Deviasi maksimum
Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn ( X ) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Kriteria penerimaan:
b. Jika nilai Kolmogorov- Smirnov lebih kecil dari nilai probabilitas (ρ = 0,05) maka H0 ditolak.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi
masing-masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebag