• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar, tingkat pendidikan dan golongan jabatan : studi kasus guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar, tingkat pendidikan dan golongan jabatan : studi kasus guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta."

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DITINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN

GOLONGAN JABATAN

Studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta Sri Utami

Universitas Sanata Dharma 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar; (2) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadaap sertifkasi guru ditinjau dari golongan jabatan.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian adalah 469 guru. Jumlah sampel penelitian 216 guru. Teknik penarikan sampel adalah proportional sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah analisis varians (anova).

(2)

ix ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFFESSIONAL CERTIFICATE PERCEIVED FROM

PERIOD OF WORKING, EDUCATIONAL LEVEL AND OFFICIAL STRATIFICATION

A Case Study at High School Teachers in Gondomanan District, Yogyakarta Regency, Yogyakarta

Sri Utami

Sanata Dharma University 2011

The purpose of this research is to know the different perception of teachers towards teacher’s proffessional certivicate preceived from: (1) period of working; (2) educational level; (3) official stratification.

This research is a case study conducted at high school teachers in Gondokusuman District, Yogyakarta Regency. The population of this research was 469 teachers. The samples of this research were 216 teachers. The method of sampling was proportional sampling method. The method of data collection was questionnaire. The technique of data analysis was varian analysis (anova).

(3)

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI

GURU DI TINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT

PENDIDIKAN DAN GOLONGAN JABATAN

Studi Kasus: Guru SMA di Kecamatan Gondokusuman

Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Sri Utami

041334063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI

GURU DI TINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT

PENDIDIKAN DAN GOLONGAN JABATAN

Studi Kasus: Guru SMA di Kecamatan Gondokusuman

Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Sri Utami

041334063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus juru selamatku

Kedua orang tuaku tercinta, Kakak-kakakku,

(8)

v

MOTTO

Pengalaman adalah semacam guru yang paling keras…

yang pada awalnya memberikan ujian

dan setelah itu, pelajaran tentang hidup

_Barbara Johnson_

Cara terbaik untuk keluar dari suatu

persoalan adalah memecahkannya

Sepanjang pengharapan kristiani terpelihara, hidup tidak akan

menghancurkan kita dan kita tidak akan

terbebani dengan godaan dan kesengsaraan.

Kita tahu bahwa Tuhan dapat membawa kita keluar dari hal terburuk.

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DITINJAU DARI LAMA MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN

GOLONGAN JABATAN

Studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta

Sri Utami

Universitas Sanata Dharma 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lama mengajar; (2) perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadaap sertifkasi guru ditinjau dari golongan jabatan.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian adalah 469 guru. Jumlah sampel penelitian 216 guru. Teknik penarikan sampel adalah proportional sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah analisis varians (anova).

(12)

ix ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFFESSIONAL CERTIFICATE PERCEIVED FROM

PERIOD OF WORKING, EDUCATIONAL LEVEL AND OFFICIAL STRATIFICATION

A Case Study at High School Teachers in Gondomanan District, Yogyakarta Regency, Yogyakarta

Sri Utami

Sanata Dharma University 2011

The purpose of this research is to know the different perception of teachers towards teacher’s proffessional certivicate preceived from: (1) period of working; (2) educational level; (3) official stratification.

This research is a case study conducted at high school teachers in Gondokusuman District, Yogyakarta Regency. The population of this research was 469 teachers. The samples of this research were 216 teachers. The method of sampling was proportional sampling method. The method of data collection was questionnaire. The technique of data analysis was varian analysis (anova).

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus

Kristus yang telah memberikan kekuatan dan cinta-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Persepsi Guru

Terhadap sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama Mengajar, Tingkat Pendidikan dan

Golongan Jabatan” studi kasus pada guru SMA di Kecamatan Gondokusuman

Kota Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi

ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan

Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono S.Pd., M.Si. selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Akuntansi dan pembimbing yang telah bersedia menyediakan

waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat berarti dalam membimbing

penyelesaian skripsi ini.

4. Drs. Joko Wicoyo, S.Pd., M.S. yang telah meluangkan waktu dalam

memberikan bimbingan, kritik dan saran serta bantuan dalam proses

(14)

xi

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji I yang

telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji II yang

telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah

memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Tenaga Administrasi Sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi, Pak

Wawiek dan Mbak Aris, dkk atas bantuan dan pelayanannya dalam hal

administrasi perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

9. Kepala Sekolah dan para guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota

Yogyakarta, terima kasih atas bantuannya sehingga penelitian ini dapat

berjalan dengan lancar.

10.Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Andreas Cipto Mardi dan Ibu Katarina

Kastimah atas doa, cinta, dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga untuk

anak-anaknya.

11.Saudara-saudaraku tercinta, Mas Agus, Mbak Nanik, Mas Tri, dan Mas Anton

atas dukungan serta doanya selama ini.

12.Bruder Y. Sarju, SJ atas dukungan baik materiil dan spirituilnya juga atas doa

dan kasih sayangnya selama ini (maaf kalau saya tidak lulus tepat waktu).

(15)

xii

14.Keluarga Bapak Michael, ibu, Johan dan Agnes atas dukungan dan doanya.

15.Teman-temanku: Mbak Wiwied, Mas Petrick, Wahyu, dan si kecil Lupita atas

bantuannya, dukungan dan persaudaraan kita, makasih sudah boleh numpang

di rumah kalian ^_^.

16.All my friends anak PAK’04 kelas A, B dan C sepesial buat mereka yang turut

membantu penyelesaian skripsi ini.

17.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas

kerjasama, bantuan, dukungan, doa dan perhatiannya sehingga skripsi ini

benar-benar terselesaikan dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan masukan,

saran dan kritik yang sekiranya dapat melengkapi dan menyempurnakan isi

skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap

adanya perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap

skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Yogyakarta, 12 April 2011

(16)

xiii

 

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... xi

KATA ENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi ... 7

1. Pengertian Persepsi ... 7

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 8

B. Guru ... 10

1. Tugas, Tanggung Jawab dan Peranan Guru ... 10

(17)

xiv

 

1. Pengertian Sertifikasi ... 13

2. Sertifikasi Guru dalam Jabatan ... 13

3. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi ... 14

D. Lama Mengajar ... 19

E. Tingkat pendidikan ... 20

1. Pendidikan Formal ... 20

2. Pendidikan Nonformal ... 20

3. Pendidikan Informal ... 20

F. Golongan Jabatan ... 22

1. Golongan Jabatan ... 22

2. Penilaian Bobot Jabatan ... 23

G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 24

1. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Lama Mengajar ... 24

2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 26

3. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 29

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 30

4. Populasi ... 30

5. Sampel ... 30

6. Teknik Penarikan Sampel ... 31

E. Operasionalisasi Variabel ... 31

1. Variabel Penelitian ... 31

(18)

xv

 

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 38

1. Uji Validitas ... 38

2. Uji Reliabilitas ... 41

H. Uji Prasyarat Analisis ... 43

1. Uji Normalitas ... 43

2. Uji Homogenitas ... 44

I. Teknik Analisis Data ... 45

1. Rumusan Hipotesis ... 45

2. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan ... 46

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 50

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 51

2. Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru ... 53

B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 58

1. Uji Normalitas ... 58

2. Uji Homogenitas ... 60

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 62

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama mengajar ... 65

2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 67

3. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian ... 72

(19)

xvi

 

(20)

xvii

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Uji Sertifikasi Guru ... 32

Tabel 3.2 Skor Pernyataan Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Guru ... 34

Tabel 3.3 Pengelompokan Lama Mengajar dan Pemberian Skor ... 37

Tabel 3.4 Pengelompokan Tingkat Pendidikan dan Pemberian Skor ... 37

Tabel 3.5 Pengelompokan Golongan Jabatan dan Pemberian Skor ... 37

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas yang Tidak Valid ... 39

Tabel 3.7 Hasl Uji Validitas untuk Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru .. 40

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 42

Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 50

Tabel 4.2 Deskripsi Responden menurut Lama Mengajar Guru ... 51

Tabel 4.3 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Lama Mengajar Guru ... 51

Tabel 4.4 Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru ... 51

Tabel 4.5 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Tingkat Pendidikan Guru ... 52

Tabel 4.6 Deskripsi Responde menurut Golongan Jabatan Guru ... 52

Tabel 4.7 Kesimpulan Deskripsi Responden menurut Golongan Jabatan Guru ... 52

Tabel 4.8 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru ... 53

(21)

xviii

 

Tabel 4.10 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 55 Tabel 4.11 persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari

Golongan Jabatan ... 56 Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi

Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Lama Mengajar ... 58 Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi

Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 59 Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi

Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan ... 59 Tabel 4.15 Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Lama

Mengajar ... 60 Tabel 4.16 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Tingkat

Pendidikan ... 61 Tabel 4.17 Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Guru Ditinjau dari

Golongan Jabatan ... 61 Tabel 4.18 Tabel Anova Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi

Guru Ditinjau dari Lama Mengajar ... 62 Tabel 4.19 Tabel Anova Perbedaan Persepsi Guru terhadap Sertifikasi

Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 63 Tabel 4.20 Tabel Anova Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi

(22)

xix

 

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan tenaga pendidik yang mempunyai fungsi, peran dan

kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan

dan karenanya perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Sebagai

tenaga profesional, guru dituntut mampu melaksanakan sistem pendidikan

nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa agar nantinya menghasilkan output atau anak didik yang

potensial dan dapat berkembang dengan maksimal.

Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan telah merencanakan program kegiatan untuk

mengimplementasikan amanat Undang-Undang No.14 tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen (UUGD). Program tersebut antara lain pelaksanaan sertifikasi

guru, peningkatan kualifikasi, peningkatan kompetensi guru dan pendidikan di

daerah terpencil serta penghargaan akhir masa bakti bagi guru dan beasiswa

bagi putra-putri guru yang berprestasi.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat

pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru

(24)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 10 tahun

2009 menyatakan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui

uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dan pemberian sertifikat

pendidik secara langsung. Di dalam pasal 2 ayat 2 berbunyi uji kompetensi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat diikuti oleh guru dalam

jabatan yang: (a) memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-I) atau diploma

empat (D-IV), (b) belum memenuhi kualifikasi akademik S-I atau D-IV

apabila sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20

tahun sebagai guru atau mempunyai golongan IV/a atau yang memenuhi

angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a.

Dalam seleksi, lama mengajar dan umur diutamakan untuk mendapatkan

kesempatan sertifikasi terlebih dahulu. Prioritas berikutnya ialah mereka yang

berpangkat lebih tinggi dan yang mendapat tugas-tugas tambahan seperti

kepala sekolah, Pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran, dan guru inti.

Di Indonesia, kompetensi guru tidak hanya dilihat dari

profesionalismenya dalam mengajar, tetapi dapat dilihat dari lama mengajar,

tingkat pendidikan dan golongan. Ditinjau dari lama mengajar, guru

mempunyai masa mengajar yang bervariasi. Bagi guru yang telah bekerja

dalam waktu lama akan berpeluang besar dalam mengikuti uji sertifikasi guru

dalam jabatan dibandingkan dengan guru yang baru saja bekerja. Apabila guru

sudah lama mengajar maka guru tersebut mempunyai nilai lebih dibanding

(25)

terbanyak di antara komponen yang lain seperti tingkat pendidikan dan

golongan jabatan.

Tingkat pendidikan guru yang bervariasi juga diduga menyebabkan

perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru. Pedoman sertifikasi guru

dalam jabatan menetapkan bahwa guru yang bisa mengikuti uji sertifikasi

adalah guru dengan tingkat pendidikan lulusan S-1 atau diploma IV.

Karenanya, guru yang masih lulusan D-II dan D-III masih harus bekerja keras

untuk dapat mengikuti uji sertifikasi ini. Sedangkan guru yang sudah

berpendidikan S-1 tinggal mengikuti aturan yang sudah ditentukan untuk

dapat mengikuti uji sertifikasi.

Golongan jabatan juga bervariasi. Selain lama mengajar dan tingkat

pendidikan, golongan jabatan juga merupakan komponen yang

dipertimbangkan untuk memenuhi persyaratan kualifikasi akademik. Guru

yang bergolongan jabatan rendah diduga berpandangan positif tentang uji

sertifikasi ini. Mereka akan termotivasi untuk mengikuti uji sertifikasi karena

jika mereka lulus maka akan mendapatkan tunjangan satu kali gaji pokok dan

kesejahteraan mereka akan lebih terjamin. Sedangkan pandangan guru yang

telah bergolongan jabatan tinggi terhadap uji sertifikasi ini diduga berlawanan

dengan guru yang bergolongan jabatan rendah. Rasa ketertarikan terhadap

sertifikasi kurang karena guru bergolongan jabatan tinggi merasa sudah

terjamin kesejahteraannya.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik

(26)

TERHADAP SERTIFIKASI GURU DI TINJAU DARI LAMA

MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN GOLONGAN

JABATAN.

Studi kasus pada Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka masalah

yang muncul adalah:

Kesiapan dan persepsi guru dengan adanya sertifikasi guru baik yang

boleh mengikuti ujian sertifikasi (S-1) maupun yang tidak dapat mengikuti

ujian sertifikasi yaitu belum memenuhi kualifikasi akademik S-I atau D-IV

dan belum mencapai usia 50 tahun dan belum mempunyai pengalaman kerja

20 tahun sebagai guru atau belum mempunyai golongan IV/a atau yang

memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi guru

terhadap sertifikasi guru. Agar penelitian lebih terarah dan mengingat waktu,

biaya dan tenaga yang terbatas, maka penelitian hanya dibatasi pada tiga

faktor yang diduga kuat mempengaruhi sertifikasi guru dalam jabatan, yaitu:

(27)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari

lama mengajar guru?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari

tingkat pendidikan guru?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari

golongan jabatan guru?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi

guru ditinjau dari lama mengajar.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi

guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi

guru ditinjau dari golongan jabat

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

(28)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk

meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan profesionalitas sebagai

tenaga pendidik juga menjadi masukan bagi guru lain yang belum

mengikuti uji sertifikasi.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah

untuk dapat menyediakan guru yang berkompeten dan berkualitas.

3. Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

bagi dinas pendidikan tentang tanggapan para guru terhadap uji sertifikasi,

sehingga dinas pendidikan dapat membuat kebijakan yang sesuai dan

selaras berkaitan dengan profesi guru.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang

membutuhkan dan menambah referensi kepustakaan dan berguna bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.

5. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman peneliti khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan dan

(29)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

Pada bagian ini akan dibahas tentang persepsi dan faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi.

1. Pengertian Persepsi

Manusia tidak bisa dilepaskan dari lingkungan hidupnya. Oleh

karena itu, pentinglah bagi manusia mengenal dan mengamati

lingkungannya, lalu mengendalikan atau memanfaatkannya, guna

memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusiawinya, dan untuk

mempertahankan hidupnya. Karena itu, manusia mencoba mengamati dan

mengenal lingkungan hidupnya dengan bantuan indera (panca indera).

Proses terjadinya persepsi adalah adanya objek yang menimbulkan

rangsangan. Rangsangan tersebut mengenai alat indera lalu dilanjutkan ke

otak, kemudian terjadilah suatu proses di otak sehingga manusia atau

individu dapat menyadari apa yang dia terima.

Menurut Kartono Kartini (1984:57) persepsi adalah mengalami

sesuatu dalam pengertian melihat sesuatu, mendengar sesuatu, membaui

atau merasakan sesuatu tanpa mampu mengadakan pemisahan antara diri

(30)

Menurut Dakir (1967:67) istilah persepsi digunakan untuk

mengetahui bagaimana prosesnya mengetahui sesuatu dari sekitar dengan

mempergunakan alat-alat indera.

Pendapat lain dikemukakan oleh Mitfah Thoha (1983:138) persepsi

adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam

memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat pendengaran,

penglihatan, penghayatan perasaan dan penciuman.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi

adalah memahami, menerima, mengorganisasi dan menginterpretasikan

rangsangan dari lingkungan melalui panca indera sehingga individu

menyadari dan mengerti tentang yang diinderakan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut M Thoha (1988:45-52) ada dua faktor yang mempengaruhi

persepsi yaitu:

a. Faktor dari Luar yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar

antara lain:

1) Intensitas

Prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin

besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal

(31)

2) Ukuran

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk objek semakin

mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.

3) Pengulangan (repetition)

Dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang

diulang akan memberi perhatian yang lebih besar dibanding hanya

dalam sekali lihat.

4) Gerakan (moving)

Prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa orang akan

memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam

jangkauan pandangannya dibandingkan dari objek yang diam.

5) Baru dan familiar

Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru

maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik

perhatian.

b. Faktor dari Dalam

Proses belajar (learning) semua faktor dari dalam yang

membentuk adanya perhatian kepada suatu objek sehingga

menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan

kejiwaan. Kekompleksan kejiwaan ini selaras dengan proses

pemahaman / belajar dan motivasi yang dipunyai masing-masing.

Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi dari

(32)

motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

proses belajar, tapi keduanya juga mempunyai dampak yang sangat

penting dalam proses pemilihan persepsi.

Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur ini sangat erat

hubungannya dengan proses belajar dan motivasi mempunyai akibat

tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi situasi.

B. Guru

1. Tugas, Tanggung Jawab dan Peranan Guru

a. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Menurut Peters (dalam

Nana Sudjana, 1989:15) ada tiga tugas dan tanggung jawab guru,

yaitu:

1) Guru sebagai Pengajar

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam

merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru

dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan

teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan

diajarkannya.

2) Guru sebagai Pembimbing

Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas

memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yag

(33)

hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi

juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan

nilai-nilai para siswa.

3) Guru sebagai Administrator Kelas

Tugas sebagai administrator kelas pada hakekatnya

merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan

ketatalaksanaan pada umumnya.

b. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Menurut Uzer Usman (1995:9-12) membagi peran guru menjadi

empat bagian, yaitu:

1) Guru sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru

hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang

diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti

meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya

karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai

siswa. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk

senantiasa belajar dalam bebagai kesempatan.

2) Guru sebagai Pengelola Kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya

mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta

merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

(34)

terarah kepada tujuan-tujan pendidikan. Pengawasan terhadap

lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut

menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang

baik bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,

memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan

dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena

media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih

mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mediator guru

pun menjadi perantara dalam hubungan antarmanusia. Tujuannya

agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan

yang interaktif.

Selain sebagai mediator, guru juga berperan sebagai

fasilitator, yaitu guru hendaknya mampu mengusahakan sumber

belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan

proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks,

majalah ataupun surat kabar.

4) Guru sebagai Evaluator

Guru sebagai evaluator di sini hendaknya mengetahui apakah

tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum dan apakah

materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan

(35)

Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan

pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta

ketepatan atau keefektifan metode dalam mengajar.

C. Sertifikasi dan Sertifikasi Guru dalam Jabatan

1. Pengertian Sertifikasi

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat

pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada

guru dan dosen sebagai tenaga profesional (Depdiknas:2007

http://www.depdiknas.go.id). 2. Sertifikasi Guru dalam Jabatan

Profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan

praktik pendidikan yang berkualitas yang bertujuan guna menentukan

kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran,

meningkatkan profesionalisme guru, serta mengangkat harkat dan

martabat guru. Proses sertifikasi dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang

memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan

(36)

3. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

a. Tujuan sertifikasi

Secara garis besar sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan

kualitas guru yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada

peningkatan mutu pendidikan (Zamroni,

http://www.sertifikasiguru.org). Tujuan lain diadakannya sertifikasi

guru yakni (http://www.tkplb.org).

1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai

agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional

2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan

3) Meningkatkan martabat guru

4) Meningkatkan professional guru

b. Manfaat Sertifikasi

Adapun manfaat uji sertifikasi guru dapat diberikan sebagai berikut:

(Sawali Tuhusetya, http://jalan-mendaki.blogspot.com)

1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten,

yang dapat merusak citra profesi guru.

2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak

berkualitas dan profesional.

3) Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu

(37)

4) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari

keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari

ketentuan-ketentuan yang berlaku.

5) Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.

c. Sepuluh Komponen dalam Sertifikasi

Dalam Permendiknas Nomor 10 Tahun 2009 tentang sertifikasi

guru dalam jabatan disebutkan bahwa sertifikasi guru dalam jabatan

dilaksanakan melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio

atau penilaian kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi

guru, dengan mencakup 10 (sepuluh) komponen yaitu:

1) Kualifikasi akademik

2) Pendidikan dan pelatihan

3) Pengalaman mengajar

4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran

5) Penilaian dari atasan dan pengawas

6) Prestasi akademik

7) Karya pengembangan profesi

8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah

9) Pengalaman organisasi dibidang pendidikan dan sosial

10)Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

d. Kualifikasi dan Kompetensi Keguruan

1) Kompetensi Pedagogik

(38)

a) Pemahaman terhadap peserta didik, dengan indikator esensial:

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif dan kepribadian dan mengidentifikasi

bekal-ajar awal peserta didik

b) Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial:

memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar

dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran

berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin

dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan

pembelajaran yang dipilih.

c) Pelaksanaan pembelajaran dengan indikator esensial: menata

latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran

yang kondusif.

d) Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, dengan

indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi

(assesment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan

dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses

dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar

(mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian

pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran

secara umum

e) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

(39)

memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai

potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk

mengembangkan berbagai potensi nonakademik

2) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal

yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak

mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator

esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai

dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki

konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:

menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan

memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif memiliki

indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada

kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta

menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial:

memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik

dan memiliki perilaku yang disegani. Akhlak mulia dan dapat

menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai

dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka

(40)

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar. Kemampuan yang dimaksud adalah

mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik dan memiliki indikator esensial, yaitu berkomunikasi secara

efektif dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga

kependidikan, juga dengan orang tua/wali peserta didik dan

masyarakat sekitar.

4) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup

penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan

substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Penguasaan

substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki

indikator esensial: pemahaman materi ajar yang ada dalam

kurikulum sekolah; pemahaman struktur, konsep dan metode

keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar;

pemahaman hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan

penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

(41)

esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis

untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. Banyak ahli

pendidikan yang memberikan koreksi bahwa kompetensi

professional seharusnya lebih cocok digunakan dengan istilah

kompetensi akademik.

D. Lama Mengajar

Lama mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanaan tugas sebagai

pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari

lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok

masyarakat penyelenggara pendidikan).

Kinerja masa lalu dapat menjadi indikator yang tepat dari kemampuan

dan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan karena pekerja telah

melakukan pekerjaan sebelumnya dan menggemari pekerjaan tersebut

sehingga mampu bekerja dengan baik.

Diana Nasution dalam blognya http://dianasution. blogspot.com/2008/08/panduan-penyusunanportofolio.html menuliskan lama mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik

pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang

berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat

penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat

(42)

E. Tingkat Pendidikan

Tingkat adalah tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan,

kemajuan, peradaban). Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara) mendidik. Jadi

tingkat pendidikan adalah ukuran tinggi rendahnya seseorang diukur dari

berapa lamanya dia mengenyam pendidikan. Jenjang pendidikan adalah

tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan

peserta didik tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.

Ada tiga jenis pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

yaitu:

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Misalnya SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Misalnya berbentuk kursus-kursus.

3. Pendidikan Informal

Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Menurut Winkel (1986:160), pendidikan informal adalah suatu jenis

pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak

(43)

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai

empat macam program pendidikan guru (Piet A Sahertian, 1994:68) yaitu:

1. Program gelar yang melalui Sarjana (S1) dengan lama studi empat sampai

tujuh tahun.

2. Program Pasca Sarjana dengan lama studi enam sampai sembilan tahun.

3. Program Nongelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut:

a. Program Diploma 1 (D-I) dengan lama studi satu sampai dua tahun.

b. Program Diploma 2 (D-II) dengan lama studi dua sampai tiga tahun.

c. Program Diploma 3 (D-III) dengan lama studi tiga sampai lima tahun.

Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada

mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh

kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta

mengajar ini terdiri atas:

1. Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.

2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah

memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.

3. Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester

setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.

4. Akta IV dengan beban kredit 20 SKS ditempuh selama dua semester

setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.

5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160

(44)

F. Golongan Jabatan

1. Golongan Jabatan

Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun

1676 tentang Rumpun jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil pasal 5

ayat 2 menyatakan berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan

fungsional, maka jabatan fungsional keahlian dibagi dalam empat jenjang

jabatan yaitu:

a. Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas

dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan

kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari

Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan pembina

utama, golongan IV/e.

b. Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas

dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan

kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari

Pembina, golongan ruang IV/a sempai dengan pembina utama muda,

golongan ruang IV/c.

c. Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas

dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan

kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari

Penata, golongan ruang III/c sampai dengan penata tingkat I, golongan

(45)

d. Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas

dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan

kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari

penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan penata muda tingkat

I, golongan ruang III/b.

2. Penilaian Bobot Jabatan

Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun

1676 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil pasal 6

ayat 2 dituliskan berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka

jabatan fungsional keterampilan dibagi dalam empat jenjang jabatan yaitu:

a. Jenjang penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang

tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan

penilai pelaksanaan pekerjaan jabatan fungsional tingkat di bawahnya

yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional

penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan

kepangkatan mulai dari penata, golongan ruang III/c sampai dengan

Penata tingkat I, golongan ruang III/d.

b. Jenjang Pelaksana Lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional

keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana

tingkat lanjutan pembimbing, pangawas dan mensyaratkan

pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa

(46)

penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda

Tingkat I, golongan ruang III/d.

c. Jenjang Pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan

yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan

pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa

cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari

Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b sampai dengan pengatur

tingkat I, golongan ruang II/d.

d. Jenjang Pelaksana Pemula, adalah jenjang jabatan fungsional

keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu

pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan teknis operasional

penunjang yang didasari cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan

kepangkatan mulai dari pengatur muda, golongan ruang II/a.

G. Kerangka Berfikir dan Hipotesis

1. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Lama

Mengajar.

Persepsi merupakan proses pengenalan terhadap sesuatu yang ada

dan terjadi di sekitarnya, dan persepsi itu sering dipengaruhi oleh

kemampuan dan kematangan serta pengalaman seseorang. Guru dalam

menghadapi uji sertifikasi harus memenuhi salah satu komponen

kualifikasi yakni pengalaman mengajar. Dengan pengalaman mengajar,

(47)

syarat mutlak uji sertifikasi. Pengalaman mengajar yang dimaksud adalah

masa kerja guru dalam melaksanaan tugas sebagai pendidik pada satuan

pendidikan tertentu.

Dengan pengalaman mengajar yang tinggi, guru diharapkan mampu

menjadi tenaga pendidik yang kompeten di bidangnya sehingga mampu

mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang ditunjang dengan

pemberian sertifikasi yang akan meningkatkan martabat guru. Dengan

pengalaman mengajar yang tinggi dirasa akan lebih mudah memenuhi

persyaratan dibandingkan guru yang baru saja bekerja. Dengan demikian

diduga kuat ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifkasi guru dalam

jabatan ditinjau dari lama mengajar. Dugaan tersebut di atas semakin

dikuatkan dengan besarnya bobot penilaian portofolio pada aspek masa

kerja. Bagi guru yang sudah bekerja selama lebih dari 25 tahun akan

mendapatkan skor 160, sedangan guru yang memiliki masa kerja di bawah

itu akan mendapat nilai yang lebih rendah.

Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut diduga

kuat ada perbedaan persepsi antara guru yang memiliki pengalaman

mengajar yang lebih banyak dengan guru lainnya yang memiliki

pengalaman mengajar lebih sedikit ditinjau dari lama mengajarnya. Oleh

sebab itu, guru yang sudah lama bekerja akan mempunyai persepsi yang

(48)

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari lama

mengajar.

2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Tingkat

Pendidikan.

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh

oleh guru.

Menurut Aloysius Loyola Widyatmoko (2008:28) dalam skripsinya

yang berjudul Persepsi guru terhadap program sertifikasi bagi guru dalam

jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, beban mengajar dan

status guru, persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan

merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap guru didalam

memahami setiap informasi tentang pemberian sertifikat pendidik melalu

uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio. Persepsi guru akan

berbeda pada latar belakang guru yang berbeda. Adanya perbedaan tingkat

pendidikan masing-masing guru akan menimbulkan pandangan yang

berbeda terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan tersebut karena

guru dengan latar belakang pendidikan yang berbeda akan memiliki

pemahaman yang berbeda terhadap kompetensinya sebagai agen

pembelajaran. Semakin ia memahami kompetensi tersebut maka semakin

besar kesempatan untuk lulus uji sertifikasi.

Dalam Permendiknas No 10 tahun 2009, dinyatakan bahwa

(49)

kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dan belum

memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV)

apabila sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja

20 tahun sebagai guru dan mempunyai golongan IV/a, atau yang

memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a. Jadi,

sudah pasti guru yang belum memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1)

atau diploma empat (D-IV) dan belum mencapai usia 50 tahun dan juga

belum mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru dan belum

mempunyai golongan IV/a, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif

setara dengan golongan IV/a tidak dapat mengikuti uji sertifikasi ini.

Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat

diduga terdapat perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru

lainnya ditinjau dari tingkat pendidikannya.

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari

tingkat pendidikan.

3. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru ditinjau dari Golongan

Jabatan.

Menurut H. Eko Guswanto (2009:33) dalam skripsi yang berjudul

Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi, Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan,

Status Guru, dan Golongan Ruang, golongan ruang guru erat kaitannya

dengan tingkat pendidikan guru. Sebab golongan ruang yang dipegang

(50)

tinggi tingkat pendidikannya, semakin tinggi golongan ruangnya dan

semakin tinggi gaji yang diterimanya sehingga kesejahteraannya dapat

terjamin. Faktanya setiap guru mempunyai golongan jabatan yang

berbeda-beda sebab tingkat pendidikannya juga berbeda.

Pada umumnya guru-guru yang bekerja di Sekolah Menengah Atas

paling rendah bergolongan III/a yaitu penata muda sampai pada tingkat

golongan tertinggi yaitu IV/e atau pembina utama. Dari adanya perbedaan

golongan itu maka dimungkinkan juga adanya perbedaan persepsi guru

terhadap sertifikasi.

Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat

diduga terdapat perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru

lainnya ditinjau dari golongan jabatan.

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari

(51)

29

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berupa studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan

dengan mengambil suatu tempat yang telah ditentukan sebagai tempat

penelitian, maka kesimpulan yang ditarik hanya berlaku pada objek yang

diteliti saja dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Kecamatan Gondokusuman Kota

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat data untuk

variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan (Suharsimi

Arikunto, 1998:116). Dengan demikian subjek penelitian ini adalah guru

(52)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan variabel atau apa yang menjadi titik

perhatian. Dengan demikian objek penelitian ini adalah golongan jabatan,

tingkat pendidikan, lama mengajar, dan persepsi guru terhadap sertifikasi

guru.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi

Arikunto, 1998:115). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2004:72). Dalam penelitian ini populasinya adalah

guru SMA di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Jumlah

penelitian ini sebanyak 469 guru (Badan Pusat Statistik Yogyakarta).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang representatif (Suharsimi,

1991:104). Menurut Sugiyono (1676:50) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti.

Sedangkan untuk menentukan besarnya sampel dari populasi,

peneliti menggunakan rumus Slovin (1960) (dalam Consuelo dkk,

1993:161) sebagai berikut:

2 1 Ne

N n

(53)

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

E = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).

Dalam penelitian ini, ditentukan nilai kritis sebesar 5%.

Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/ batas

kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :

(

)

2 05 , 0 469 1

469

+ =

n

= 215.88 atau sekitar 216 orang yang akan menjadi sampel.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah proportional sampling. Jumlah populasi penelitian ini adalah 469

guru yang terdiri dari 248 guru swasta dan 221 guru negeri. Oleh sebab itu,

jumlah guru yang diambil dari guru swasta adalah (248/469x216) = 114

guru dan guru negeri adalah (221/469x216) = 102 guru.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1991:102).

Varibel yang akan diteliti adalah: Persepsi guru terhadap sertifikasi guru,

(54)

2. Instrumen Penelitian

a. Sertifikasi Guru

Dalam Undang-Undang No 10 tahun 2009, Sertifikasi bagi guru

dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru

yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan

konseling atau konselor, dan guru yang diangkat dalam jabatan

pengawas satuan pendidikan.

Berikut ini adalah tabel kisi-kisi rancangan kuesioner uji

sertifikasi guru menurut Eko Guswanto (2009:40) dalam penelitiannya

yang berjudul Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi ditinjau dari

Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan Ruang.

[image:54.612.95.515.200.706.2]

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Kuesioner Uji Sertifikasi Guru

No Variabel Dimensi Indikator Pernyataan

Positif Negatif

1 Sertifikasi Guru

1. Kualifikasi akademik

1. Pendidikan formal seorang guru

1

2. Pendidikan

dan pelatihan

2. Pelatihan meningkatkan kompetensi pedagogik

3. Bukti keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan yang disahkan.

2

3

3. Pengalaman

mengajar

4. Pengalaman mengajar berpengaruh pada kompetensi pedagogik

5. Pengalaman mengajar berpengaruh pada kompetensi profesional

4

5

(55)

dan pelaksanaan pembelajaran ditunjukkan dengan komponen merumuskan RPP

7. Kompetensi profesional ditunjukkan dengan menggunakan media pembelajaran

8. Kompetensi pedagogik ditunjukkan dengan kegiatan pembelajaran dalam RPP

9.Kompetensi pedagogik ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam penilaian belajar

7

8

9

5. Penilaian dari

atasan dan pengawas

10.Dasar penilaian dari atasan adalah etos kerja dan kreativitas 10 6. Prestasi akademik 11.Kompetensi profesional ditunjukkan dalam keikutsertaan guru dalam lomba

11

7. Karya

pengembanga n profesi

12.Kompetensi profesional dapat ditunjukkan melalui penerbitkan buku atau artikel.

13.Bukti karya pengembangan profesi harus disahkan oleh kepala dinas

12

13

8. Keikutsertaan

dalam forum ilmiah

14.Profesionalitas ditunjukkan dari peran guru sebagai narasumber

15.Profesionalitas ditunjukkan dari peran guru sebagai peserta dalam forum ilmiah

16.Bukti dalam forum ilmiah harus disahkan oleh kepala dinas

15

16

14

9. Pengalaman

organisasi

17.Kompetensi kepribadian dan sosial ditunjukkan dari

(56)

dibidang pendidikan dan sosial

kesediaan guru pengurus organisasi

18.Bukti dalam pengalaman organisasi disahkan oleh

kepala dinas 18

10. Penghargaan

yang relevan dengan bidang pendidikan

19.Guru yang pernah mendapatkan penghargaan diberi pengakuan

19

Sumber: H. Eko Guswanto, (2009) Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan Ruang.

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk

kuesioner dan masing-masing pernyataan diukur dengan skala likert.

[image:56.612.93.515.104.594.2]

Pemberian skor pada setiap pernyataan adalah sebagai berikut:

Table 3.2

Skor Pernyataan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat setuju

Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5

b. Lama Mengajar

Menurut Masnur Muslich (2007:102) lama mengajar yaitu

masa kerja guru dalam melaksanaan tugas sebagai pendidik pada

satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga

yang berwenang. Pemberian skor untuk variabel lama mengajar

adalah sebagai berikut (surat dikti tentang pedoman penyusunan

(57)

1) > 31 tahun : Skor 190

2) 29 – 31 tahun : Skor 205

3) 26 – 28 tahun : Skor 190

4) 23 – 25 tahun : Skor 175

5) 20 – 19 tahun : Skor 160

6) 17 – 19 tahun : Skor 145

7) 14 – 16 tahun : Skor 130

8) 11 – 13 tahun : Skor 115

9) 8 – 10 tahun : Skor 100

10)6 – 7 tahun : Skor 85

11) 5 tahun : Skor 70

c. Tingkat Pendidikan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1982:950,204)

dijelaskan bahwa tingkat adalah tinggi rendahnya martabat

(kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban). Pendidikan adalah

perbuatan (hal, cara) mendidik. Tingkat pendidikan adalah pendidikan

formal terakhir yang telah ditempuh atau diselesaikan seorang guru.

Pemberian skor untuk variabel tingkat pendidikan adalah sebagai

berikut:

1) Belum memiliki kualifikasi akademik SI/DIV apabila sudah

memiliki golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif

(58)

2) Belum memiliki kualifikasi akademik SI/DIV apabila sudah

mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20

tahun sebagai guru diberi skor 2

3) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau Diploma Empat

(D/IV) diberi skor

d. Golongan Jabatan

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwodarminto,

1982:281,242) golongan jabatan adalah pekerjaan dalam suatu

pemerintahan atau organisasi. Pemberian skor untuk variabel golongan

jabatan adalah sebagai berikut:

Golongan II/a skor 1

Golongan II/b skor 2

Golongan II/c skor 3

Golongan II/d skor 4

Golongan III/a skor 5

Golongan III/b skor 6

Golongan III/c skor 7

Golongan III/d skor 8

Golongan IV/a skor 9

Golongan IV/b skor 10

Golongan IV/c skor 11

Golongan IV/d skor 12

(59)

3. Pengukuran variabel bebas

Dalam penelitian ini, variabel bebas diukur dengan menggunakan

empat alternatif jawaban sebagai berikut:

a) Lama mengajar

[image:59.612.95.513.155.651.2]

Dalam hal ini dikelompokkan dan diberi skor sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengelompokan Lama Mengajar dan Pemberian Skor

Kriteria Lama Mengajar Skor

Baru 5-10 tahun 1

Sedang 11-20 tahun 2

Lama 21 tahun ke atas 3

b) Tingkat Pendidikan

Tabel 3.4

Pengelompokan Tingkat Pendidikan dan Pemberian Skor Kriteria Tingkat Pendidikan Skor

Rendah Diploma III 1

Sedang Sarjana 2

Tinggi Magister 3

c) Golongan Jabatan

Tabel 3.5

Pengelompokan Golongan Jabatan dan Pemberian Skor Kriteria Golongan Jabatan Skor

(60)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

menghimpun data yang dibutuhkan. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk

mengungkap data tentang persepsi guru terhadap sertifikasi guru, lama

mengajar, tingkat pendidikan, dan golongan.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Pengujian Instrumen

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner yang dibagikan

kepada responden, dan terdiri dari tiga variabel yaitu variabel lama

mengajar, tingkat pendidikan, dan golongan.

a. Uji Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam

penelitian ini untuk menguji validitas instrumen penelitian digunakan

rumus product moment, yaitu sebagai berikut:

( )( )

(

)

{

}

{

( )

}

− = 2 2

2

χ

γ

γ

χ

γ

χ

χγ

χγ N N N r Keterangan:

rχγ = koefisien korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan N = jumlah responden

Σχ = jumlah kuadrat skor χ

Σγ = jumlah skor γ

Σχ2 = jumlah kuadrat skor χ Σγ2

(61)

Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan

korelasi dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada

rtabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya, butir

soal tersebut tidak valid.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner H. Eko

Guswanto, (2009) dengan skripsinya yang berjudul Persepsi Guru terhadap

Uji Sertifikasi ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Guru dan Golongan

Ruang. Peneliti melakukan uji coba ulang karena pada penelitian terdahulu

masih menggunakan ketetapan Undang-undang tahun 2008 sedangkan

penelitian ini menggunakan ketetapan Undang-undang tahun 2009,

sehingga peneliti merasa perlu melakukan uji coba kembali. Uji validitas

dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi guru terhadap

Uji Sertifikasi dan dilakukan terhadap 30 responden. Hasil sebelumnya

yang dilakukan peneliti terdahulu menyatakan bahwa 28 item tersebut

valid, kemudian setelah dilakukan uji coba kembali terhadap 28 item

tersebut ternyata ada 9 item yang tidak valid. Hasil yang tidak valid adalah

[image:61.612.96.512.179.714.2]

sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Yang Tidak Valid Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

2 0,361 -0,274 Tidak valid

6 0,361 0,337 Tidak valid

8 0,361 0,196 Tidak valid

13 0,361 0,088 Tidak valid

14 0,361 0,242 Tidak valid

15 0,361 0,039 Tidak valid

(62)

21 0,361 0,345 Tidak valid

25 0,361 -0,081 Tidak valid

Selanjutnya uji validitas ini dilakukan pada sembilan belas (19)

butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi. Hasil

[image:62.612.95.512.195.594.2]

pengujian validitas terhadap 19 item disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas untuk Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

1 0,361 0,581 Valid

3 0,361 0,592 Valid

4 0,361 0,721 Valid

5 0,361 0,652 Valid

7 0,361 0,496 Valid

9 0,361 0,445 Valid

10 0,361 0,562 Valid

11 0,361 0,771 Valid

12 0,361 0,582 Valid

16 0,361 0,768 Valid

18 0,361 0,501 Valid

19 0,361 0,405 Valid

20 0,361 0,653 Valid

19 0,361 0,640 Valid

23 0,361 0,464 Valid

24 0,361 0,376 Valid

26 0,361 0,395 Valid

27 0,361 0,616 Valid

28 0,361 0,688 Valid

Sumber: Data sebelum penelitian

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada

persepsi guru terhadap uji sertifikasi menunjukkan bahwa ke dua puluh

dua butir pertanyaan adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini dilakukan

dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Dengan jumlah

(63)

maka diperoleh nilai r tabel sebesar 0,361. Dari hasil perhitungan diperoleh

bahwa keseluruhan nilai r hitung semuanya menunjukkan angka yang lebih

besar dari dari pada r tabel (r hitung > 0,361). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan variabel persepsi guru

terhadap uji sertifikasi adalah valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998:170). Pengujian reliabilitas

didasarkan pada perhitungan koefisien alpha (α) dari Cronbach (Husein

Umar, 2003:90) yaitu sebagai berikut:

11

r =

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

2

2 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11

r = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan

2

t

σ = varian total 2

b

σ = jumlah varian butir

Nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut

(Husein Umar, 2003:91):

2 σ =

( )

η η χ χ
(64)

Keterangan :

η = jumlah responden

χ = nilai skor yang dipilih ( total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)

Jika nilai alpha lebih dari 0,60 maka instrument penelitian dinyatakan

reliabel sebaliknya jika nilai alpha kurang dari 0,60 maka instrument

penelitian dinyatakan tidak reliabel Nunnaly (1978) dalam Iman Gozhali

(2001).

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows versi

[image:64.612.95.515.219.607.2]

12. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.8

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status

Persepsi guru terhadap uji sertifikasi

0,6 0,915 Reliabel

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel

(0,915 > 0,6). Ini berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel

persepsi guru terhadap Uji Sertifikasi dapat dikatakan andal. Pengambilan

kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel.

Dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan

(65)

H. Uji Prasyarat Analisis

Pengujian prasyarat analisis mencakup uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

apakah data yang terjaring berdistribusi normal, sehingga analisis untuk

menguji hipotesis dapat dilakukan. Dalam uji normalitas ini digunakan

rumus uji satu sampel dari Kolmogorov-Smirnov One Sample Test, yaitu

tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor observasi) dan

distribusi teoritisnya. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis dan

yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar. Artinya distribusi

sampling yang diamati benar-benar merupakan observasi suatu sampel

random dari distribusi teoritis (Imam Ghozali, 2002:35-36).

Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan perhatian pada

penyimpangan (deviasi) terbesar. Harga Fo (X) – Sn terbesar dinamakan

deviasi maksimum. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk

normalitas sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002:36):

( )

X S

( )

X

F maksimum

D= on

Keterangan:

D = Deviasi maksimum

Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

Sn ( X ) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Kriteria penerimaan:

(66)

b. Jika nilai Kolmogorov- Smirnov lebih kecil dari nilai probabilitas (ρ = 0,05) maka H0 ditolak.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi

masing-masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebag

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Uji Sertifikasi Guru
Table 3.2 Skor Pernyataan Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Guru
Tabel 3.3 Pengelompokan Lama Mengajar dan Pemberian Skor
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Yang Tidak Valid
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ethical leadership berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi di panti asuhan yang berada di bawah Dinas Sosial

Model YPR ini pada prinsipnya adalah suatu model keadaan tetap (steady state model), yaitu, model yang menggambarkan keadaan stok dan hasil tangkapan dimana.. pola

(peNakilan tetap) dari berbagai negara anggota van8 berasal dari organissi ini telah berkenb g Misinisinya, Pada unuhnva, scbagai. p€nghnbug &taJa negara negara

Hasil karakterisasi XRD memperlihatkan bahwa struktur yang dihasilkan dari powder TiO 2 -M adalah anatase dengan ukuran kristalin berkisar antara 9 sampai 16

Bahwa rapat Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Jalur Intake DIII universitas Anda-las tanggal 12 Juni 2017,

Dengan pengembangan model yang dilakukan yaitu koordinasi rantai pasok desentralisasi untuk lead time yang terkontrol dengan menggunakan mekanisme revenue sharing akan

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'