• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik pendingin adsorpsi amonia-CaCL2 energi termal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik pendingin adsorpsi amonia-CaCL2 energi termal."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ENERGI TERMAL

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Mesin

Diajukan Oleh:

HOUTSMA SIMON TOMBOY NIM : 095214015

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ADSORPTION REFRIGERATION

FINAL PROJECT

Presented as partitial fulfilment of the requirement

as to obtain the Sarjana Teknik degree

in Mechanical Engineering

By:

HOUTSMA SIMON TOMBOY Student Number : 095214015

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Negara-negara berkembang belum semua daerah memiliki jaringan listrik sehingga diperlukan sistim pendingin yang dapat bekerja tanpa adanya energi listrik. Salah satu sistem pendingin yang tidak memerlukan energi listrik adalah sistem pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2. Sistem pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2 hanya memerlukan energi termal untuk dapat bekerja. Unjuk kerja alat pendingin menggunakan adsorben CaCl2 yang dijual di pasar lokal belum banyak diketahui. Tujuan penelitian adalah mengetahui temperatur terendah dan koefisien unjuk kerja (COP) yang dapat dicapai alat pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2. Pada penelitian ini pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2 menggunakan stainless

steel sebagai material dengan dimensi diameter tabung generator 10 cm dengan

panjang 40 cm Alat pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2 yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yakni (1) Katup desorpsi-adsorpsi (2) generator dan (3) evaporator sekaligus berfungsi sebagai kondensor. Variabel yang divariasikan adalah : (1) Massa CaCl2 : 425 gram dan 850 gram (2) Tekanan amonia : 1 bar, 9 bar , 11,5 bar, 11,7 bar dan 12,3 bar (3) massa ammonia : 7,7gram, 14,3gram, 18,2 gram, 20,6 gram. Temperatur terendah sebesar 0oC dihasilkan oleh variasi massa CaCl2 850 gram dengan massa amonia 20,6 gram dengan tekanan 11,5 bar dan COP tertinggi dihasilkan oleh massa amonia 14,3 gram dengan CaCl2 850 gram pada tekanan amonia 9 bar.

(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkah dan rahmat Tuhan Yang Maha Sempurna,

sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini

merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program

studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

Penulis merasa bahwa penilitian yang sedang di lakukan merupakan

penelitian yang tidak mudah, karena pada penelitian ini penulis melakukan

langsung cara pembuatan dari awal, pengambilan data, pemahaman tentang

prinsip kerja alat, dan solusi yang tepat terhadap masalah yang dihadapi.

Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Karakteristik Pendingin Adsorpsi Amonia-CaCl2 Energi Termal” ini karena adanya bantuan

dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ir. P.K. Purwadi, M.T. selaku Ketua Program studi Teknik Mesin.

3. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang

telah mendampingi dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

4. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan materi

(9)

ix

5. Laboran ( Ag. Rony Windaryawan ) yang telah membantu memberikan

ijin dalam penggunakan fasilitas laboratorium untuk keperluan penelitian

ini.

6. Rekan kerja Briyanttony Bancing Lautt dan Petrus Agus Dwi Ratnatha

yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir.

7. Drs.Samuel Suwondo dan segenap rekan GpdI Sosrowijayan yang telah

memberikan dukungan dan doa.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan

laporan ini karena keterbatasan pengetahuan yang belum diperoleh, oleh karena

itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang

bersifat membangun dalam penyempurnaan tugas ini. Semoga karya ini berguna

bagi mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca lainnya. Terima kasih.

Yogyakarta,

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

TITLE PAGE ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... .iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.l Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan ... 4

(11)

xi

BAB III. METODE PENELITIAN ... ..10

3.l Deskripsi Alat ... ..10

3.2 Variabel yang Divariasikan ... ..13

3.3 Variabel yang Diukur ... ..14

3.4 Langkah Penelitian ... ..14

3.5 Peralatan Pendukung ... ..17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... ..21

4.1 Tabel data ... 21

BAB V. PENUTUP ... ..38

5.1Kesimpulan ... ..38

5.2Saran ... ..38

DAFTAR PUSTAKA ... ..39

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel massa amonia 7,7 gram menggunakan CaCl 2 425 gram

pada tekanan amonia 11,5 bar ... 20

Tabel 4.2 Tabel desorpsi amonia 7,7 gram menggunakan CaCl2 425 gram pada tekanan ,7 bar ... 21

Tabel 4.3 Tabel adsorpsi I CaCl2 425 gram pada tekanan amonia 11,7 bar . 22 Tabel 4.4 Massa amoniak 18,2 gram menggunakan CaCl2 425 gram Pada tekanan 2,3 bar. ... 22

Tabel 4.5 Tabel desorpsi II massa amonia 18,2 gram menggunakan CaCl2 425 gram pada tekanan amonia 12,3 bar ……... 23

Tabel 4.6 Tabel proses adsorpsi II massa amonia 18,2 gram menggunakan CaCl2 425 gram pada tekanan amonia 12,3 bar. ... 24

Tabel 4.7 Pengisian massa amonia 1,5 bar CaCl 850 gram. ... 24

Tabel 4.8 Proses desorpsi I amoniak 1,5 bar CaCl2 850 gram. ... 25

Tabel 4.9 Massa amonia 14,6 gram CaCl2 425 gram tekanan 1 bar. ... 25

Tabel 4.10 Desorpsi II massa amonia 14,3 gram CaCl2 850gram... 26

Tabel 4.11 Tabel Adsorpsi II massa amonia 14, gram CaCl2 850 gram tekanan awal 9 bar ... 27

Tabel 4.12 Tabel massa amonia 20,6 gram menggunakan CaCl2 850 gram. . 28

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema alat penelitian ... ... 9

Gambar 3.2 Skema proses desorpsi ... ... 10

Gambar 3.3 Skema proses adsorpsi ... ... 11

Gambar 3.4 Dimensi generator ... ... 11

Gambar 3.5 Dimensi evaporator ... ... 11

Gambar 3.6 Skema variabel yang diukur ... 12

Gambar 3.7 Stop watch ... ... 15

Gambar 3.8 Kompor listrik ... ... 16

Gambar 3.9 Logger ... ... 16

Gambar 3.10 Termokopel ... ... 17

Gambar 3.11 Ember ... ... 17

Gambar 3.12 CaCl2 ... ...18

Gambar 3.13 Manometer ... ... 18

Gambar 4.1 Perubahan tekanan proses desorsi adsorpsi semua variasi ... 30

Gambar 4.2 Perubahan temperatur desorpsi-adsorpsi semua variasi ... 35

Gambar 4.3 Grafik perbandingan temperatur evaporator per waktu ... 37

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, khususnya di daerah

pedesaan atau daerah terpencil, kebutuhan sistem pendingin untuk

pengawetan/ penyimpanan obat dan bahan makanan, dirasakan semakin

meningkat. Sistem pendinginan yang ada saat ini kebanyakan bekerja

dengan sistim kompresi uap menggunakan energi listrik dan refrijeran

sintetik seperti : R-11, R-12, R-22, R-134a, dan R-502. Masalah yang ada

adalah belum semua desa atau daerah memiliki jaringan listrik sehingga

sistim pendingin sederhana yang dapat bekerja tanpa adanya jaringan listrik

merupakan alternatif pemecahan permasalahan kebutuhan sistem pendingin

di daerah yang belum ada jaringan listrik.

Salah satu sistem pendingin yang tidak memerlukan energi listrik adalah

sistem pendingin adsorpsi. Sistem pendingin adsorpsi hanya memerlukan

energi panas untuk dapat bekerja. Energi panas yang diperlukan dapat

berasal dari pembakaraan kayu, arang, bahan bakar minyak dan gas bumi.

Energi panas juga dapat berasal dari buangan proses industri, biomassa,

biogas atau dari energi alam seperti panas bumi dan energi surya.

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjajagi kemungkinan

penerapan sistim pendingin adsorpsi energi panas menggunakan refrijeran

(15)

pendingin di masyarakat terutama di daerah yang belum terdapat jaringan

listrik. Dapat tidaknya suatu sistim pendingin diterapkan pada masyarakat

ditentukan oleh beberapa hal. Hal pertama adalah bagaimana unjuk kerja

yang dapat dihasilkan oleh sistim pendingin tersebut. Unjuk kerja suatu

sistim pendingin dapat dilihat dari temperatur terendah yang dapat dicapai

dan koefisien unjuk kerja (COP) yang dapat dihasilkan. Temperatur

terendah dan COP yang dihasilkan harus dapat memenuhi kapasitas

pendinginan (laju pendinginan) yang diperlukan masyarakat. Hal kedua

yang juga penting adalah desain alat pendingin tersebut harus dapat

dioperasikan dan dirawat sendiri oleh masyarakat pengguna serta dapat

dibuat dengan teknologi dan bahan yang ada di daerah

1.2. Batasan Masalah

Temperatur terendah yang dapat dicapai tergantung tekanan pada

evaporator, temperatur fluida pendingin kondensor, dan massa CaCl2 pada generator. Unjuk kerja alat pendingin tergantung pada unjuk kerja generator

dan evaporator. Unjuk kerja generator selain ditentukan oleh kemampuan

generator dalam menghasilkan uap pada proses pemanasan juga tergantung

pada kemampuan generator menyerap amonia dalam CaCl1 pada proses adsorbsi. Pada penelitian ini generator juga berfungsi sebagai adsorber dan

evaporator juga berfungsi sebagai kondensor serta logger yang digunakan

hanya mampu menampilkan temperatur terendah sebesar -5℃ dan lamanya

suhu -5℃ dapat bertahan. Pada penelitian ini volume amonia dimasukkan

(16)

pengaruhnya terhadap temperatur pendinginan dan unjuk kerja yang

dihasilkan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu :

1. Membuat model pendingin adsorpsi sederhana dengan bahan yang ada di

pasar lokal dan teknologi yang didukung kemampuan indusri lokal.

2. Mengetahui koefisien unjuk kerja tertinggi yang dapat dihasilkan.

3. Mengetahui temperatur terendah yang dapat dihasilkan oleh sistem

pendingin adsorpsi.

1.4. ManfaatPenelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini :

1. Menambah kepustakaan teknologi pendingin sistem adsorpsi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk penelitian

lebih lanjut.

(17)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian yang Pernah Dilakukan

Penelitian sistem pendingin absorbsi oleh Ayala (1994)

menggunakan refrijeran amoniak-air dengan penggerak energi panas bumi

yang menghasilkan temperatur pemanasan 90OC-145OC di Meksiko untuk pendingin hasil pertanian menghasilkan kapasitas pendinginan sebesar

10,5 kW. Modifikasi sistem ini dengan menggunakan refrijeran

amoniak-litium nitrat (NH3/LiNO3) menghasilkan temperatur pendinginan 0O C-10OC. Penelitian oleh Grover (1998) dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja pendingin absorbsi kecil dengan pasangan refrijeran (i) air-litium

chlorida dan (ii) air-litium chlorida/litium bromida (dengan perbandingan

berat 1:1).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan untuk temperatur evaporator

yang sama refrijeran air-Libr/LiCl memerlukan temperatur pemanasan

yang lebih kecil. Penelitian pendingin absorbsi oleh Best (2007)

menggunakan refrijeran litium bromida-air menunjukan jika campuran

refrijeran yang digunakan semakin jenuh maka temperatur sumber panas

yang digunakan dapat semakin tinggi tanpa resiko terjadinya kristalisasi.

Dengan semakin tingginya temperatur sumber panas yang

digunakan maka temperatur pendinginan yang dihasilkan dapat semakin

(18)

refrijeran air-litium bromida dilakukan untuk mengetahui pengaruh

perubahan kondisi kerja pada unjuk kerja yang dihasilkan.

Hasil yang didapat menunjukan parameter yang penting adalah

temperatur pemanasan dan perbandingan laju aliran. Semakin tinggi

temperatur pemanasan semakin tinggi unjuk kerja yang dihasilkan. Laju

aliran yang lebih besar memerlukan temperatur generator yang lebih

tinggi. Shiming (2001) menggunakan refrijeran baru untuk sistem

pendingin absorbsi yakni 2,2,2-trifluoroethanol (TFE)-N-methylpyrolidone

(NMP). Refrijeran baru ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan

refrijeran klasik seperti H2O–LiBr and HNO3–H2O. Keunggulan refrijeran baru tersebut adalah dapat menghasilkan temperatur yang lebih rendah

dengan menggunakan energi pemanas yang lebih sedikit. Keunggulan ini

disebabkan terutama karena sifat refrijeran TFE–NMP tidak mengalami

kristalisasi, tekanan kerja yang rendah, temperatur pembekuan yang

rendah dan kestabilan termal yang baik pada temperatur tinggi.

Kelemahan refrijeran baru ini adalah temperatur penguapan antara

TFE dan NMP yang hampir sama. Studi untuk mengetahui karakteristik

alat pendingin energi surya oleh Ali (2002) pada sebuah prototipe

menghasilkan COP sebesar 19%. Pengujian dilakukan dengan menghitung

energi yang diberikan dan dihasilkan tiap komponen alat pada beberapa

variasi kondisi kerja. Beberapa penelitian pendingin adsorbsi

menggunakan zeolit-air oleh Hinotani (1983) mendapatkan bahwa harga

(19)

medekati konstan pada temperatur pemanasan 160OC atau lebih. Grenier (1983) melakukan eksperimen sistem pendingin adsorbsi surya

menggunakan zeolit-air dan mendapatkan harga COP sebesar 0,12. Pons

(1986) meneliti pendingin adsorpsi zeolit-air tetapi COP nya hanya 0,1.

Zhu Zepei (1987) melakukan pengetesan pada sistem pendingin adsorbsi

surya menggunakan zeolit-air dengan kolektor plat datar dan kondensor

berpendingin udara mendapatkan COP yang rendah sebesar 0,054

modifikasi yang dilakukan dengan memvakumkan sistem dan penggunaan

reflektor datar tidak banyak menaikkan harga COP. Kreussler (1999)

melakukan penelitian dan hasilnya adalah dengan pemanasan 150O C didapatkan energi pendinginan sebesar 250 kJ per kilogram zeolit. Sebuah

penyimpan dengan volume 125 L dapat didinginkan menggunakan

kolektor seluas 3 m2. Ramos (2003) mendapatkan COP sebesar 0,25 dengan menggunakan kolektor parabola secara terpisah dari sistem

pendingin sehingga setiap kali diperlukan proses pemvakuman. Sistem

yang dipakai Ramos tidak menggunakan kondensor, Ramos juga

mendapatkan kapasitas adsorbsi zeolit mencapai optimal dengan

pemanasan tabung zeolit sebesar 250OC.

2.2 Dasar Teori

Alat pendingin adsorpsi umumnya terdiri dari 3 (tiga) komponen

utama yaitu: (1) generator, (2) katup desorpsi-adsorpsi dan (3) evaporator.

Siklus pendinginan adsorpsi terdiri dari proses adsorpsi (penyerapan)

(20)

(proses desorpsi) proses ini dapat dilihat pada Gambar 1. Proses adsorpsi

dan desorbsi terjadi pada generator.

Pada proses desorpsi generator memerlukan energi panas dalam

penelitian ini sebagai sumber energi panas digunakan kompor listrik untuk

mempermudah pengukuran besar energi panas yang digunakan. Refrijeran

yang digunakan pada penelitian ini adalah amonia . Pada sistem pendingin

adsorpsi dengan refrijeran amonia diperlukan bahan lain sebagai adsorben

yakni Calsium Chlorida(CaCl2).

DESORPSI

ADSORPSI

GENERATOR EVAPORATOR

Adsorber berfungsi untuk menyerap uap amonia pada sistem

pendingin agar proses pendinginan bahan (makanan dan obat).

Unjuk kerja pendingin adsorpsi umumnya dinyatakan dengan

koefisien prestasi adsorpsi (COPAdsorpsi) dan dapat dihitung dengan persamaan (Arismunandar, 1995) :

COPAdsorpsi =

(1)

Kerja pendinginan = ∆(m.hfg)evaporator (2)

Kerja pemanasan pada generator dapat dihitung dengan persamaan

(21)

Kerja pemanasan =

(3)

Pada penelitian ini, analisa digunakan pendekatan siklus pendingin

carnot, ini dikarenakan untuk perhitungan kerja pemanasan pada

temperatur refrijeran dan adsorber pada generator tidak bisa dilakukan,

karena tidak memungkinkannya peletakkan termokopel di dalam generator

untuk mengukur temperatur pada amonia dan CaCl2, berikut penjelasan siklus pendingin carnot:

Karena proses melingkar carnot adalah proses reversible, maka

proses dapat dibalik. Proses yang dibalik ini disebut refrigerator carnot.

Jadi refrigerator carnot bekerja dengan kebalikan dari mesin carnot.

Refrigerator carnot menerima kerja luar W dan menyerap panas Q1

dari reservoir dingin (heat sink) temperatur T1 serta memberikan panas Q2

ke reservoir panas temperatur T2. Skema diagram alir refrigerator carnot,

(22)

Gambar 2.1.1. Skema diagram alir refrigeration carnot

Jadi dapat dibuat hubungan :

Q1 = Q2 – W (4)

W = Q2 – Q1 (5)

koefisien performance,

COP = (6)

=

(7)

=

(8)

=

(9)

=

(10)

Sehingga dapat digunakan :

COP = T1/T2 (11)

Untuk menghitung massa amonia digunakan persamaan gas ideal

(Thermodynamics 5th edition,hal 438 ) :

P.v = m.R.T (12)

(23)

10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Deskripsi Alat

Skema pendingin adsorpsi menggunakan Amonia-CaCl2 ditunjukan gambar 3.1

Gambar 3.1.Skema alat pendingin adsorpsi

Keterangan gambar :

1. Generator

2. Keran desorpsi-adsorpsi

3. Evaporator yang berfungsi juga sebagai kondensor

Proses desorpsi adalah proses pemisahan amonia dari CaCl2 melalui proses pemanasan, skema gambar proses desorpsi dapat dilihat dari Gambar 3.2

1

(24)

Gambar 3.2.Skema proses desorpsi

Keterangan :

1. Kompor listrik

2. Kotak berisi minyak

3. Generator

4. Keran saluran masuk

5. Keran desorpsi-adsorpsi

6. Manometer

7. Evaporator

Proses adsorpsi adalah proses penyerapan amonia kedalam generator yang

berisi CaCl2 Gambar 3.3

1

2 4

7

5

(25)

Gambar 3.3. Skema proses adsorpsi

Berikut ini adalah dimensi dari generator

Gambar 3.4. Dimensi generator

Berikut ini adalah gambar dari dimensi evaporator

Gambar 3.5. Dimensi evaporator

AIR

40cm

30cm

2,54cm

15 cm

1

0

cm

16 cm

15cm 5

15 cm

(26)

3.2.Variabel Yang Divariasikan

Variabel yang divariasikan dalam penelitian yaitu:

1. Variasi massa CaCl2 425 gram dan 850 gram.

2. Variasi tekanan amonia 1 bar; 9 bar; 11,5 bar ; 11,7 bar ; 12,7 bar

3. Variasi massa amonia 7,7 gram; 14,3 gram; 18,2 gram; 20,6 gram.

Contoh perhitungan mencari massa amonia :

Tekanan (P) terukur = 1 bar, P absolut = (1+1)bar = 2 bar

P absolut = 200000 N/m2

Volume tabung pengisian (V)= 0,00513 m3. Tetapan Gas (R) = 8,314 (J/mol.K).

Temperatur (T)= 333 K.

Massa per mol (mr) = 17 gram/mol.

P.V = n.R.T

=

= 0,37 mol

m = n.mr = 0,37 mol . 17 gram/mol

m = 6,3 gram, massa amonia dengan tekanan 1 bar dan temperatur 333K

(27)

3.3.Variabel yang Diukur

Gambar 3.6. Skema Variabel yang diukur

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur antara lain :

1. Temperatur generator (T1). 2. Temperatur evaporator (T2). 3. Tekanan sistem (P).

4. Energi panas yang digunakan (W).

5. Waktu yang digunakan (t).

3.4.Langkah Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian Pendingin adsorpsi ini menggunakan

metode langsung yaitu penulis mengumpulkan data dengan menguji langsung

alat yang telah dibuat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

T1

T2

P

(28)

Gambar 3.7. Skema tabung pengisian

1. Penelitian diawali dengan pemisahan amonia dengan air ( Gambar 3.7)

2. Alat ukur termokopel yang telah disiapkan dipasang pada setiap bagian

yang akan diukur temperaturnya.

3. Generator diisi dengan CaCl2 sesuai variasi massa.

4. Generator pendingin adsorpsi divakumkan selama beberapa menit dengan

menggunakan pompa vakum.

5. Alat diisi dengan amonia sesuai dengan massa amonia yang divariasikan

dengan tabung pengisi.

6. Kemudian alat pendingin adsorpsi dipanasi menggunakan kompor listrik.

Pada kompor listrik, terdapat tingkatan-tingkatan level panas. Jadi jika

panas yang diharapkan sudah konstan atau lampu pada penunjuk kompor

mati, maka level kompor listrik dapat dinaikan. Keadaan tersebut bisa

terus berlanjut hingga level kompor listrik maksimal. Proses pemanasan P1

(29)

terjadi hingga tekanan yang ada di alat ukur manometer menunjukan

tekanan maksimal saat alat bekerja (konstan) proses ini dinamakan proses

desorbsi sesuai gambar 3.3.

7. Setelah tekanan konstan, kompor dimatikan dan di geser. Lalu dilanjutkan

ketahap keselanjutnya yaitu proses pendinginan.

8. Sebelum proses pendinginan, keran adsorpsi-desorpsi ditutup.

9. Generator didinginkan sampai mencapai temperatur awal (T1). Setelah T1

mendekati temperatur awal sebelum pemanasan, pada evaporator diberi air

pendingin supaya terjadi pengembunan amonia pada evaporator.

10.Kemudian keran desorpsi-adsorpsi dibuka sehingga tekanan sistem turun

sampai menjadi vakum kembali, pada saat tekanan turun ini terjadi proses

adsorbsi yaitu penyerapan amonia ke dalam CaCl2 pada saat proses inilah temperatur evaporator ( T2 ) diukur dan dicata penurunan temperatur yang dihasilkan.

11.Pengambilan data dilakukan setiap 5 menit untuk proses adsorpsi dan

proses desorpsi dengan mencatat temperatur di setiap titik

12.Data yang dicatat saat proses desorpsi adalah waktu (t), tekanan (P),

temperatur generator (T1), temperatur minyak (T2), sedangkan data yang

dicatat saat proses adsorpsi adalah waktu (t), tekanan (P), temperatur

generator (T1), temperatur evaporator (T2).

13.Untuk mengetahui unjuk kerja dapat digunakan persamaan 11 yaitu T1/T2

atau T.evaporator / T.generator Analisa akan lebih mudah dilakukan

(30)

1. Perubahan tekanan evaporator pada proses desorpsi-adsorpsi

2. Perubahan temperatur evaporator pada proses desorpsi-adsorpsi

3. Perbandingan temperatur evaporator tiap variasi

4. Perbandingan COP tiap variasi

3.5.Peralatan Pendukung

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :

a. Stopwatch

Alat ini digunakan untuk mengukur waktu pencatatan tekanan dan

temperatur.

Gambar 3.8. Stopwatch

b. Kompor Listrik

Kompor listrik yang dapat diatur dayanya digunakan untuk

(31)

Gambar 3.9. Kompor listrik

c. Pencatat (Logger)

Logger digunakan untuk mencatat dan menampilkan temperatur di

setiap titik dari termokopel.

Gambar 3.10. Logger

d. Termokopel

Termokopel digunakan untuk mengukur temperatur yang

(32)

Gambar 3.11. Termokopel

e. Ember

Ember digunakan untuk merendam evaporator saat proses desorbsi

dan merendam generator saat proses pendinginan dan adsorpsi.

Gambar 3.12. Ember

f. CaCl2 (Calsium Chloride)

(33)

Gambar 3.13 .CaCl2 g. Manometer

Manometer digunakan untuk mengukur tekanan evaporator.

(34)

21

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel data

(35)

Tabel 4.1 Tabel massa amonia 7,7 gram menggunakan CaCl2 425 gram pada

(36)

Tabel 4.2 Tabel desorpsi amonia 7,7gram menggunakan CaCl2 425 gram pada

Tabel 4.3 Tabel adsorpsi I CaCl2 425 gram pada tekanan amonia 11,7 bar.

(37)

Tabel 4.4 Massa amoniak 18,2 gram menggunakan CaCl2 425 gram pada tekanan 2,3 bar pada tekanan amonia 2,3 bar (lanjutan) .

No Waktu Tekanan Temperatur Keterangan

P1(bar) P2(bar) T1(oC) T2(oC) T3(oC) T4(oC) gram pada tekanan amonia 12,3 bar.

(38)

Tabel 4.5 Tabel desorpsi II massa amonia 18,2 gram menggunakan CaCl2 425 gram pada tekanan amonia 12,3 bar.

No. Waktu P(bar) Temperatur Keterangan T1(oC) T2(oC)

Tabel 4.6 Tabel proses adsorpsi II massa amonia 18,2 gram menggunakan CaCl2 425 gram pada tekanan amonia 12,3 bar.

No. Waktu Tekanan

No. Waktu Tekanan Temperatur Keterangan P1(bar) P2(bar) T1(oC) T2(oC) T3(oC) T4(oC)

(39)

Tabel 4.7 Pengisian massa amonia 8 gram menggunakan CaCl2 850 gram pada tekanan 1,5 bar.(lanjutan )

No Waktu Tekanan Temperatur Keterangan P1(bar) P2(bar) T1(oC) T2(oC) T3(oC) T4(oC)

Tabel 4.8 Proses desorpsi I massa amonia 8 gram menggunakan CaCl2 850 gram pada tekanan amonia 1 bar

(40)
(41)

Tabel 4.9 Massa amonia 14,6 gram menggunakan CaCl2 850 gram pada tekanan 1 bar (lanjutan).

No. Waktu Tekanan Temperatur Keterangan

P1(bar) P2(bar) T1(oC) T2(oC) T3(oC) T4(oC)

36 240 1,3 1,0 61 50 32 33

37 245 1,3 1,0 60 49 32 33

38 250 1,1 1,0 60 49 32 33

Tabel 4.10 Desorpsi II massa amonia 14,3 gram menggunakan massa CaCl2 850gram

(42)

Tabel 4.10 Desorpsi II massa amonia 14,3 gram menggunakan massa CaCl2 850gram gram tekanan amonia 9 bar

No. Waktu Tekanan (bar) Temperatur COP Keterangan T1(oC) T1(oC)

1 5 0,0 22 25 0,88 Tanggal 30 Mei 2012

2 10 0,0 22 25 0,88 T awal = 25 0C ,T akhir = 25 0C

3 15 0,0 24 25 0,96 Penambahan Amoniak 1 bar

4 20 Vakum 25 26 0,96 Tekanan awal= 8,7 bar

Tabel 4.12 Tabel massa amonia 20,6 gram menggunakan CaCl2 850 gram.

(43)

Tabel 4.12 Tabel massa amonia 20,6 gram menggunakan CaCl2 850 gram (lanjutan)

No. Waktu Tekanan Temperatur Keterangan

P1(bar) P2(bar) T1(oC) T2(oC) T3(oC) T4(oC)

8 40 0,5 0,5 49 38 30 29

9 45 0,8 0,6 52 43 32 32

10 50 1,0 0,9 54 44 33 32

11 55 1,3 1,0 59 46 33 32

Tabel 4.13 Desorpsi massa ammonia 20,6 gram menggunakan CaCl2 850gram.

(44)

Tabel 4.13 Desorpsi massa ammonia 20,6 gram menggunakan CaCl2 850gram.

No. Waktu Tekanan (bar) Temperatur Keterangan T1(oC) T2(oC)

Tabel 4.14 Proses adsorpsi ke III tekanan amonia 11,5 bar

No. Waktu Tekanan

Berdasarkan data penelitian diatas, pendingin adsorpsi ini meliputi

beberapa proses, yaitu :

4.2.a Proses desorpsi : Proses pelepasan uap amonia murni dari adsorben

melalui proses pemanasan dengan kompor listrik saat generator

(45)

4.2.b Proses Pendinginan/ kondensasi : proses pendinginan dan

pengembunan uap amonia dengan cara mencelupkan tabung

generator kedalam bak atau ember.

4.2.c Proses adsorpsi : Proses penyerapan amonia murni oleh adsorben.

Proses penyerapan ini bisa terjadi dikarenakan perbedaan tekanan

antara ruang didalam evaporator dan ruang didalam generator,

amonia murni ini terhisap dan menguap menjadi uap amonia. Proses

penguapan amonia ini menyerap kalor yang ada disekitar evaporator

sehingga temperatur evaporator akan turun.

Gambar 4.1Perubahan tekanan pada proses desorpsi-adsorpsi pada semua variasi

Massa amonia 7,7 gram pada CaCl2 425 gram menunjukan proses desorpsi yang terjadi hingga mencapai tekanan 11,7 bar, pada saat proses pendinginan atau

kondensasi saat katup desorpsi-adsorpsi ditutup terjadi bocor di dalam keran yang

(46)

diakibatkan oleh sil di dalam keran ataupun penutupan keran yang tidak rapat

sehingga tekanan turun menjadi 10,5 bar.

Pada saat temperatur generator turun kemudian keran desorpsi-adsorpsi

dibuka sehingga terjadi penurunan tekanan namun tidak mencapai 0 bar, kondisi

ini dipengaruhi laju kecepatan amonia yang membuat tekanan turun namun massa

amonia terlampau sedikit sehingga tidak mampu terserap total oleh CaCl2 sehingga masih di permukaan CaCl2. Sebagai akibat terlalu sedikitnya massa amonia temperatur evaporator bertahan pada 2oC selama 7 menit.

Percobaan berikutnya diasumsikan menambah massa amonia dengan

tujuan untuk menambah laju kecepatan dan temperatur yag dihasilkan lebih lama

bertahan. Proses desorpsi dan adsorpsi yang terjadi pada saat generator CaCl2 425 gram ini diberi tambahan amonia sebesar 10,5 gram sehingga menjadi 18,2 gram.

Pada saat proses desorpsi tekanan mencapai 12,3 bar terjadi kebocoran di

dalam keran sehingga saat proses kondensasi tinggal amonia 10,3 bar yang tersisa,

kebocoran ini terjadi saat tekanan tinggi dan terjadi tekanan di dalam keran

sehingga mengakibatkan bocor di dalam keran sehingga tekanan menjadi 10,3 bar.

Pada saat proses adsorpsi tekanan terendah amonia lebih tinggi dibandingkan

variasi sebelumnya ini dikarenakan amonia yang ada mengambang di permukaan

dan tidak mampu terserap sempurna sehingga terukur 3,4 bar.

Peneletian berikutnya dengan memvariasikan massa CaCl2 menjadi 850 gram, diharapkan laju kecepatan amonia lebih baik dan mampu menyerap tekanan

(47)

lama dan kenaikan yang terjadi tidak signifikan yaitu 1 bar sehingga tidak

dilakukan proses adsorpsi, kenaikan tekanan yang lambat ini berdasarkan volume

yang lebih besar dibandingkan dengan volume massa CaCl2 425 gram, sehingga dengan temperatur pemanasan yang sama pada massa CaCl2 850 gram tidak terjadi kenaikan yang signifikan sehingga perlu ditambahkan massa amonia.

Pada proses desorpsi yang terjadi pada penambahan amonia 6,3 gram

sehingga massa amoniak menjadi 14,3 gram pada CaCl2 850 gram, generator dipanasi sampai mencapai tekanan 9 bar. Pada saat kondensasi kembali terjadi

kebocoran namun tidak begitu banyak menjadi 8,7 bar. Pada saat proses adsorpsi

terjadi penurunan secara cepat sehingga mencapai kondisi vakum ini dikarenakan

massa amonia mampu diserap sepenuhnya oleh massa CaCl2 850 gram ini merupakan kondisi dimana banyaknya massa CaCl2 terlampau sedikit sehingga berpengaruh pada tekanan akhir saat proses adsorpsi .

Dengan data dari percobaan sebelumnya maka perlu ditambahkan massa

amonia sehingga mampu menghasilkan tekanan yang tinggi, laju kecepatan yang

lebih baik serta temperatur evaporator terendah. Proses desorpsi pada variasi

penambahan massa amonia kedua sebesar 6,3 gram lagi sehingga massa amoniak

menjadi 20,6 gram pada CaCl2 850 gram. Tabung dipanasi sampai tekanan mencapai 11,5 bar kemudian ditutup dan didinginkan supaya terjadi proses

kondensasi pada saat proses adsorpsi ketika keran dibuka tekanan turun tapi tidak

mencapai vakum ini dikarenakan CaCl2 sudah menjadi jenuh sehingga tidak mampu mencapai tekanan vakum atau bisa diakibatkan amonia yang sudah terlalu

(48)

Gambar 4.2.Perubahan temperatur proses desorpsi-adsorpsi pada semua variasi

Pada massa 7,7 gram proses desorpsi saat temperatur mencapai 69oC pada saat penurunan tekanan proses adsorpsi terjadi penurunan tekanan dan juga

penurunan temperatur, temperatur yang mampu dicapai oleh variasi ini sebesar

2oC dengan lama bertahan selama 7 menit, pada grafik ini pemanasan hampir mencapai temperatur 100oC ini menunjukan bahwa tekanan sebanding dengan temperatur, ketika tekanan tinggi saat proses deorpsi terjadi penurunan tekanan

sehingga terjadi ruang kosong di dalam generator sehingga pada evaporator

amonia murni menguap dan mengambil kalor pada sisi evaporator sehingga

terjadi penurunan temperatur pada evaporator. Tidak terjadi bunga es sebagai

akibat massa amonia terlampau sedikit dan laju kecepatan amonia yang tinggi.

Pada massa amonia 18,2 gram proses desorpsi yang terjadi mencapai

temperatur maksimal sebesar 94oC, ketika proses desorpsi terjadi penurunan temperatur hingga mencapai temperatur terendah sebesar 7,5oC pada tekanan 3,5 bar. Temperatur ini lebih besar daripada temperatur sebelumnya dikarenakan

(49)

banyaknya massa amonia berpengaruh terhadap penurunan temperatur pada

evaporator namun akibatnya laju kecepatan amonia rendah sehingga temperatur di

sisi evaporator lebih tinggi dibandingkan dengan massa amonia 7,7 gram.

Untuk mendapat hasil temperatur evaporator terendah maka dilakukan

variasi massa dari CaCl2 menjadi 850 gram. Proses desorpsi, temperatur yang didapat naik akan tetapi tidak mampu menghasilkan tekanan yang tinggi sebagai

akibat kurangnya massa amonia yang terdapat dalam generator karena volume

CaCl2 850 gram lebih besar dibandingkan dengan 450 gram sehingga perlu ditambahkan massa amonia.

Pada massa amonia 14,3 gram proses desorpsi dengan tekanan maksimal 9

bar dengan temperatur 92oC, pada saat proses desorpsi temperatur terendah yang mampu dicapai oleh variasi ini sebesar 22oC , temperatur tidak mampu dihasilkan lebih rendah diakibatkan massa amonia kurang banyak dikarenakan volume CaCl2 yang besar sehingga perlu ditambahkan massa amonia.

Pada massa amonia 20,6 gram proses desorpsi mencapai temperatur

(50)

Gambar 4.3 Grafik perbandingan temperatur evaporator dengan waktu

Pada saat temperatur evaporator mencapai 0oC jumlah massa amonia merupakan yang terbanyak diantara variasi yang lain akan tetapi pada saat

temperatur terendah tidak menghasilkan waktu pendinginan yang lama sebagai

akibat laju massa amonia terserap secara cepat ke dalam CaCl2 dan kondisi CaCl2 menjadi jenuh dan tidak mampu mencapai kondisi vakum.

Pada saat temperatur 2oC laju penyerapan cepat akan tetapi massa amonia terserap ke dalam CaCl2 dan mencapai kondisi vakum sehingga perlu ditambahkan variasi penambahan massa amonia. Pada variasi massa amonia 18,2 gram dengan

CaCl2 425 gram kondisi massa CaCl2 sudah mencapai kondisi jenuh sehingga tidak mampu menghasilkan tekann terendah yang berakibat pada temperatur yang

dihasilkanpun lebih tinggi dari variasi sebelumnya.

(51)

Gambar 4.4 Grafik perbandingan COP pada tiap variasi

Pada COP tertinggi ternyata tidak tergantung pada jumlah massa amonia

yang ada akan tetapi tergantung pada temperatur evaporator dibandingakan

dengan temperatur generator saat proses adsorpsi, Temperatur tertinggi evaporator

menghasilkan perbandingan COP tertinggi yang mengakibatkan lama pendinginan

lebih tinggi diantara yang lain yaitu selama 10 menit. COP ini menunjukan

semakin besar nilai COP yang ada maka lama pendinginan akan semakin lama

tapi belum tentu menghasilkan temperatur terendah dari evaporator tersebut.

(52)

37 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa

hal :

1. Telah berhasil dibuat alat pendingin adsorpsi CaCl2-Amonia yang mudah dibuat dan bahan-bahan tersedia dipasar lokal yang didukung kemampuan

industri lokal.

2. COP yang dihasilkan pada penelitian ini sebesar 0,92 pada variasi massa

amonia sebesar 14,3 gram menggunakan massa CaCl2 sebesar 850 gram pada tekanan amonia 9 bar.

3. Temperatur evaporator terendah yang dihasilkan adalah 0℃ yang bertahan selama 4 menit pada variasi massa amonia 20,6 gram dengan massa CaCl2 850 gram pada tekanan amonia 11,5 bar.

5.2 Saran

1. Proses pendinginan sistem adsorpsi membutuhkan tekanan yang tinggi

dan tidak mudah bocor baik pada sambungan maupun pada keran.

2. Pada saat proses pengisian amoniak kedalam generator perlu dicermati

saat amoniak mulai habis dan amonia cair yang dipakai harus mempunyai

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ali R., Ghalban E. (2002), Operational Results of an Intermittent Absorption

Cooling Unit, International Journal of Energy Research 26 (9):825-835

(2002)

Ayala R., Frias J. L., Lam L., Heard C. L., Holland F. A. (1994), Experimental

assessment of an ammonia/lithium nitrate absorption cooler operated on low temperature geothermal energy. Heat recovery systems & CHP ISSN

0890-4332 CODEN HRSCEQ, 1994, vol. 14, no4, pp. 437-446 (5 ref.)

Arismunandar, Wiranto, (1995). Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta, Pradnya Paramita.

Best, R., Holland, F.A. (2007), A study of the operating characteristics of an

experimental absorption cooler using ternary systems, International Journal of

Energy Research, Volume 14 Issue 5, Pages 553 – 561 2007

Eisa M.A.R., Holland, F.A. (2007), A study of the operating parameters in a

water-lithium bromide absorption cooler, International Journal of Energy

Research, Volume 10 Issue 2, Pages 137 – 144 2007

Grenier, Ph. (1983), Experimental Result on a 12 m3 Solar Powered Cold Store Using the Intermittent Zeolite 13x-Water Cycle. Solar World Congress,

Pergamon Press, pp. 353-358, 1984

Grover G.S, Devotta S., Holland F.A. (1998), Performance of an experimental

absorption cooler using aqueous lithium chloride and lithium chloride/lithium bromide solutions, Ind. Eng. Chem. Res., 1989, 28 (2), pp 250–253

Hinotani, K. (1983), Development of Solar Actuated Zeolite Refrigeration System. Solar World Congress, Vol.1, Pergamon Press, pp. 527-531.

Kreussler, S (1999), Experiments on Solar adsorption refrigeration Using Zeolite

and Water. Laboratory for Solar Energy, University of Applied Sciences

Germany.

(54)

LAMPIRAN

c.Pembuatan pendingin adsorpsi d. Perakitan pendingin adsorpsi a.Pembuatan tabung pengisian b. Perakitan tabung pengisian

(55)

vi

ABSTRAK

Negara-negara berkembang belum semua daerah memiliki jaringan listrik sehingga diperlukan sistim pendingin yang dapat bekerja tanpa adanya energi listrik. Salah satu sistem pendingin yang tidak memerlukan energi listrik adalah sistem pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2. Sistem pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2 hanya memerlukan energi termal untuk dapat bekerja. Unjuk kerja alat pendingin menggunakan adsorben CaCl2 yang dijual di pasar lokal belum banyak diketahui. Tujuan penelitian adalah mengetahui temperatur terendah dan koefisien unjuk kerja (COP) yang dapat dicapai alat pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2. Pada penelitian ini pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2 menggunakan stainless

steel sebagai material dengan dimensi diameter tabung generator 10 cm dengan

panjang 40 cm Alat pendingin adsorpsi Amonia-CaCl2 yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yakni (1) Katup desorpsi-adsorpsi (2) generator dan (3) evaporator sekaligus berfungsi sebagai kondensor. Variabel yang divariasikan adalah : (1) Massa CaCl2 : 425 gram dan 850 gram (2) Tekanan amonia : 1 bar, 9 bar , 11,5 bar, 11,7 bar dan 12,3 bar (3) massa ammonia : 7,7gram, 14,3gram, 18,2 gram, 20,6 gram. Temperatur terendah sebesar 0oC dihasilkan oleh variasi massa CaCl2 850 gram dengan massa amonia 20,6 gram dengan tekanan 11,5 bar dan COP tertinggi dihasilkan oleh massa amonia 14,3 gram dengan CaCl2 850 gram pada tekanan amonia 9 bar.

Gambar

Gambar 2.1.1. Skema diagram alir refrigeration carnot
Gambar 3.1.Skema alat pendingin adsorpsi
Gambar 3.2.Skema proses desorpsi
Gambar 3.3. Skema proses adsorpsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kendala dalam Model Pengembangan Modal Sosial melalui Peran dan Partisipasi POT ( Paguyupan Orang Tua) untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SDI

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji dampak erupsi Gunung Merapi terhadap kondisi sosial ekonomi petani salak di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang,

Pada hari ini dilakukan seperti biasa daily scrum bersama dengan tim, penulis menjelaskan kepada tim jika penulis masih mengerjakan perbaikan fitur settlement

Adanya perbedaan respon tanaman dalam bentuk hubungan antara pemberian pupuk N dan P dengan BKTOT tanaman terhadap pada kedua jenis tanah diduga berhubungan dengan sifat kedua

Yakın zamanlarda icat edilerek bir müddet kullanıldıktan sonra şimdi artık batmağa başlıyan Haınparsum notası da bazı bilgi pintilerinin elinde bir sır

Tahap-tahap penelitian ini terdiri atas (1) penetapan fokus penelitian yaitu peneliti meminta ijin penelitian, melakukan observasi awal, memberikan pretes pada

Kesimpulan penelitian faktor yang mempengaruhi keaktifan kader dalam pelaksanaan posbindu lansia di desa karangnanas sokaraja banyumas yaitu pengetahuan tentang

Maksud dari kegiatan ini dilaksanakan untuk menyusun dokumen teknis berupa gambar secara rinci (detail desain), rencana kerja dan syarat-syarat, spesifikasi teknis termasuk BOQ,