• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA : Pengembangan Model Konseling Realitas dalam Setting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy pada MAN di Kota Payakumbuh dan Kabupaten “Limapuluh” Kota.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA : Pengembangan Model Konseling Realitas dalam Setting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy pada MAN di Kota Payakumbuh dan Kabupaten “Limapuluh” Kota."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

(Pengembangan Model Konseling Realitas dalam Setting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy pada MAN di Kota Payakumbuh

dan Kabupaten “Limapuluh” Kota)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Promovendus Masril 0908082

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(3)

i Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

(Pengembangan Model Konseling Realitas dalam Setting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy pada MAN di Kota Payakumbuh

dan Kabupaten “Limapuluh” Kota)

Oleh MASRIL

Drs. (BK) IKIP Padang 1988

M.Pd. (BK) Universitas Pendidikan Indonesia 2001

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Masril 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,

(4)

Masril, 2015

(5)

ii Masril, 2015

(6)

Masril, 2015

(7)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Masril. (2015). Model Konseling Realitas untuk Penguatan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir Siswa (Pengembangan Model Konseling Realitas dalam Seting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy pada MAN di Kota Payakumbuh dan Kabupaten “Limapuluh” Kota). Disertasi. Dibimbing oleh Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M,Pd (Promotor), Prof. Dr. Ahman, M.Pd (Ko-promotor), dan Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd (anggota). Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, di Bandung.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Model Konseling Realitas dalam Seting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy untuk Penguatan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir (RdKK) siswa. Model penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan Pengembangan (Research & Development) dengan tiga tahapan utama, yakni: studi pendahuluan, pengembangan model, dan aplikasi model. Uji validitas model melalui dua cara, yakni, uji rasional oleh pakar (expert judgment), dan uji lapangan, menggunakan quasi experimental design, dengan pretest-posttest control group design. Subjek penelitian adalah siswa MAN di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat tahun ajaran 2013/2014 yang memiliki kemampuan RdKK lemah. Tenik penempatan sampel menjadi dua kelompok (eksperimen dan kontrol) dengan random assignment. Hasil studi pendahuluan menunjukkan; lebih dari sepertiga siswa memiliki RdKK pada tingkatan 2 (memiliki cita-cita karir, namun tidak mempunyai perencanaan strategi pencapaian). Kemampuan RdKK meliputi empat aspek, yaitu, aspek regulasi pikiran, perasaan negatif, keinginan, dan tindakan. Pada aspek regulasi-pikiran, siswa lemah pada indikator mengelola sumber daya diri-fisik, psikis, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Pada aspek regulasi-perasaan negatif, siswa lemah dalam mengelola perasaan marah dan malas. Pada aspek regulasi-keinginan, siswa lemah dalam menyiapkan diri mewujudkan cita-cita, dan bertanggung jawab mengarahkan diri. Pada aspek tindakan, kelemahan siswa dalam memelihara komitmen terhadap keinginan. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara RdKK siswa laki-laki dan perempuan. RdKK siswa di Kota sedikit lebih tinggi dibanding siswa di Kabupaten. Pendidikan dan pekerjaan orang tua juga berpengaruh terhadap RdKK siswa, namun tidak signifikan secara statistik. RdKK dan IQ hanya berkorelasi pada tingkat IQ rata-rata dan atas rata-rata, tetapi tidak berkorelasi dengan IQ cerdas dan bawah rata-rata. RdKK perempuan cerdas jauh lebih tinggi dibanding laki-laki cerdas. Model Konseling Realitas Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy efektif memperkuat RdKK siswa. Hal itu ditandai oleh peningkatan skor posttest kelompok eksperimen secara signifikan setelah diberikan intervensi, dan peningkatan serupa tidak terjadi pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi. Skor posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding skor posttest kelompok kontrol. Hasil evaluasi terhadap proses konseling juga menunjukkan adanya kepuasan dan perubahan perilaku siswa, dan keinginan yang kuat untuk mengubah cara mengendalikan diri menuju cita-cita karir.

(8)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Masril. (2015). Reality Counseling Model to Reinforce Students’ Self-Regulation in Career Readiness (A Development of Reality Counseling Model in Group Setting with Bibliotherapy Strategy in MAN1 in Payakumbuh City and “Limapuluh” Kota Regency). A Dissertation. Supervised by Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. (Promoter), Prof. Dr. Ahman, M.Pd. (Co-Promoter), and Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd. (Member). Guidance and Counseling Study Program, the School of Postgraduate Studies, Indonesia University of Education.

The research aims to produce a model of Group Reality Counseling with Bibliotherapy Strategy to reinforce students’ Self-Regulation in Career Readiness (henceforth SRCR). It adopted Research and Development method, divided into three main stages, namely: a preliminary study, model development, and model application. To test the model validity, expert judgment and field observation were carried out with quasi-experimental design, more specifically the pretest-posttest control group design. The subjects of this research were MAN students in Payakumbuh and Limapuluh Kota District, West Sumatera, school year 2013/2014, who had weak skills in SRCR. The samples were randomly assigned to the experimental and control groups. The results of preliminary study show that more than a third of students with level 2 SRCR (they had career goals, but no strategic planning to achieve the goals). SRCR skills include regulation of the mind, negative feelings, desires, and actions. In terms of mind-regulation, the students indicated low skills in managing self-physical, psychological, physical-environmental, and social resources. With regard to regulation of negative feelings, the students were weak in preparing themselves to realize their goals and taking responsibility in self-regulating themselves. In terms of action, the weakness was found in getting committed to their desires. There was no significant difference in the SRCR between male and female students. The SRCR of students in the City tended to be higher than that of the students in the District. Parents’ academic background and occupation also influenced students’ SRCR, albeit not significantly. SRCR only correlated to average and above-the-average IQs, but it did not correlate to superior and below-average IQs. Intelligent females’ SRCR was much higher than that of intelligent males. The Group Reality Counseling Model with Bibliotherapy Strategy is effective in reinforcing students’ SRCR. The effectiveness is marked by the experimental group’s increased scores in the posttest after intervention, but the same increase did not occur in the control group without intervention. The experimental group’s posttest scores were higher than those of the control group. Evaluation of the counseling process also reveals satisfaction of and behavioral changes among students and a strong desire to change how they regulate themselves towards their career paths.

Keywords: Group Reality Counseling with Bibliotherapy Strategy, choice theory, self-regulation, career readiness, and self-regulation in career-readiness.

(9)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1.2 Identifikasi Masalah………... BAB II KAJIAN TEORITIS: REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN

KARIR, KONSELING REALITAS BERBASIS TEORI PILIHAN, BIBLIOTHERAPY, DAN MODEL KONSELING REALITAS SETING KELOMPOK DENGAN STRATEGI BIBLIOTHERAPY 2.1 Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir……… 2.1.1 Pengertian Regulasi-diri………... 2.1.2 Pengertian Kesiapan Karir ………. 2.1.3 Pengertian Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir ………. 2.1.4 Pengaruh Regulasi-diri terhadap “Kesuksesan”…... 2.1.5 Kaitan Regulasi-diri dan Kepribadian ……… 2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Regulasi-diri… ... 2.1.7 Upaya Peningkatan Regulasi-diri……….. 2.1.8 Penelitian yang Relevan………... 2.2 Konseling Realitas Berbasis Teori Pilihan ……….

2.2.1 Teori Pilihan ..………

2.2.2 Konsep Utama Teori Pilihan………... 2.3 Model Konseling Realitas Seting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy untuk Penguatan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir ……… 2.3.1 Pengertian Model ………... 2.3.2 Model Konseling Realitas Seting Kelompok ………..

2.3.3 Bibliotherapy ……….

2.3.4 Tujuan, Sasaran Model, dan Fungsi Konselor ………..

(10)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.3.5 Asumsi-asumsi Model ………... 2.3.6 Prosedur Konseling Realitas Seting Kelompok dengan

Strategi Bibliotherapy ……… 2.4Kerangka Pikir Kaitan Pilihan Cita-cita Karir, Regulasi-diri

dalam Kesiapan Karir, dan Konseling Realitas Berbasis Teori Pilihan dengan Strategi Biblotherapy ……….

51 52

55

BAB III METODE PENELITIAN ………..

3.1 Metode dan Desain Penelitian ………... 3.2 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ………

3.2.1 Lokasi Penelitian ………

3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian ……… 3.3 Definisi Operasional ……….. 3.3.1 Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir ……….. 3.3.2 Model Konseling Realitas Seting Kelompok ………

3.4 Hipotesis ……….

3.5 Pengembangan Instrumen Penelitian ………. 3.6 Prosedur Penelitian ………. 3.6.1 Tahap 1: Studi Pendahuluan ………... 3.6.2 Tahap 2: Pengembangan dan Validasi Model ……… 3.6.3 Tahap 3: Uji Coba Lapangan ………. 3.6.4 Tahap 4: Revisi Model ………... 3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis data ………. 3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ……… 3.7.2 Teknik Analisis Data ……….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 92

4.1 Hasil Studi Pendahuluan dan Pembahasan ……….…… 92 4.1.1 Profil Kemampuan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir

Siswa ……….

4.1.2 Perbedaan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir Siswa Laki-laki dan Perempuan ……… 4.1.3 Perbedaan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir Berdasarkan

Perbedaan Wilayah (Kota dan Kabupaten) ………. 4.1.4 Kontribusi Faktor Jenis Kelamin (X1), Pendidikan Ayah

(X2), Pendidikan Ibu (X3), dan IQ (X4) terahadap Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir (Y) ………... 4.1.5 Interaksi IQ dan Jenis Kelamin - Regulasi-diri dalam

Kesiapan Karir ……….

4.1.6 Telaah Terhadap Studi Pendahuluan ……… 4.2 Model Hipotetik (Substansi Model) ………..

4.2.1 Rasional Model ……….

4.2.2 Definisi Model dan Model Konseling Realitas Berbasis Teori Pilihan dengan Strategi Biblotherapy……….. 4.2.3 Tujuan, Sasaran Model, dan Fungsi Konselor………..

(11)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2.4 Asumsi Model ………

4.2.5 Tahap-tahap Model Konseling Realitas Seting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy ……….. 4.2.6 Kompetensi Konselor untuk Implementasi Model ……….. 4.2.7 Evaluasi dan Indikator Keberhasilan ………

4.2.8 Validasi Model ………..

4.2.9 Uji Coba Terbatas Model Hipotetik ……….. 4.2.10 Hasil Uji Coba Terbatas ……… 4.3 Model Konseling Realitas Kelompok dengan Strategi

Bibliotherapy (Hasil Revisi)………

4.3.1 Rasional Model ………..

4.3.2 Konsepsi Model Konseling Realitas Seting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy ……… 4.3.3 Tujuan, Sasaran Model, dan Fungsi Konselor………

4.3.4 Asumsi Model ………

4.3.5 Tahap-tahap Konseling Realitas Kelompok……….. 4.3.6 Kompetensi Konselor Untuk Implementasi Model ……….. 4.3.7 Evaluasi dan Indikator Keberhasilan ………. 4.3.8 Struktur Model dan Isi Intervensi ……….

140 4.4 Efektifitas Model Konseling Realitas Seting Kelompok untuk

Penguatan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir Siswa MAN … 4.4.1 Uji Normalitas dan Homogenitas Data………... 4.4.2 Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol, Uji Independent t-test Posttest-Posttest dan Pretest-Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 4.4.3 Uji N-gain untuk Mengetahui Tingkat Efektifitas Model

Konseling Realitas Seting Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy untuk Penguatan RdKK Siswa ……….. 4.4.4 Validitas Praktis (Practical Validity) ……… 4.4.5 Keterbatasan Penelitian ………. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ………...

5.1 Simpulan ……….

5.1.1 Profil Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir Siswa ………….

(12)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Deskripsi Data Kemampuan Regulasi-diri Siswa MAN di Kota Payakumbuh tahun 2007 ………. Tabel 3.1: Jumlah siswa yang disurvey, populasi, dan sampel ………. Tabel 3.2: Kisi-kisi dan Kriteria Skala RdKK Siswa ……… Tabel 3.3: Tingkatan RdKK Siswa ……… Tabel 3.4: Klasifikasi dan Kriteria N-gain ……… Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Tingkat Kemampuan RdKK Siswa MAN di

Kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota Berdasarkan Rerata Skor. Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi RdKK Siswa pada Masing-masing MAN …….. Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Tingkat RdKK pada Masing-masing Aspek ….. Tabel 4.4: Perbandingan Rerata hitung (Rh), Rerata ideal (Ri), Rerata tertinggi (Rt), Rerata terendah (Rr), Rerata terendah ideal (Rri), dan SD RdKK (Total dan Per-aspek) …………... Tabel 4.5: Perbandingan Rerata hitung (Rh), Rerata Ideal (Ri), Rerata Tertinggi

(Rt), Rerata terendah (Rr), Rerata terendah ideal dan SD Setiap Indikator Regulasi-pikiran .,………. Tabel 4.6: Distribusi Frekuensi Intensitas Regulasi-diri pada Indikator 1 – 4

Aspek 1 Regulasi-Pikiran ………

Tabel 4.7: Berbandingan Rerata hitung (Rh), Rerata ideal (Ri), Rerata tertinggi (Rt), Rerata terendah (Rr), Rerara terendah ideal (Rti) dan SD dari delapan Indikator pada Aspek 2 (Regulasi-perasaan)………... Tabel 4.8: Perbandingan Rerata hitung (Rh), Rerata ideal (Ri), Rerata tertinggi

(Rt), Rerata terendah (Rr), Rerata terendah ideal (Rti) dan SD dari empat Indikator pada Aspek 3 (Regulasi-keinginan)……… Tabel 4.9: Distribusi Frekuensi Menurut Intensitasnya pada Indikator 1 - 4

Aspek 3 Regulasi-keinginan ……… Tabel 4.10: Perbandingan Rerata hitung (Rh), Rerata ideal (Ri), Rerata Tertinggi

(Rt), Rerata Terendah (Rr), Rerata terendah ideal (Rri), dan SD dari tiga Indikator Aspek 4 (Regulasi-tindakan) ……… Tabel 4.11: Distribusi Frekuensi Menurut Intensitasnya pada Indikator 1-3

Aspek 4 (Regulasi-tindakan) ……… Tabel 4.12: Sembilan Indikator RdKK Siswa yang Menjadi Masalah Siswa ……. Tabel 4.13: Perbandingan Rerata Skor Laki-laki dan Perempuan pada RdKK

(total) dan Masing-masing Aspek ……… Tabel 4.14: Hasil Uji Beda RdKK Laki-laki-Perempuan dengan Mann Whitney...

(13)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.15: Hasil Uji Beda RdKK Siswa di Kota-Kabupaten Dengan Mann

Whitney ………

Tabel 4.16: Analisis Korelasi Berganda ………. Tabel 4.17: Pengujian Hipotesis Secara Overall (Uji F) ……… Tabel 4.18: Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ………... Tabel 4.19: Analisis Regresi Berganda ……….. Tabel 4.20: Hasil Perhitungan ANOVA RdKK menurut IQ dan Jenis Kelamin… Tabel 4.21: Hasil Tes Post Hoc untuk Faktor IQ pada Regulasi-diri dalam

Kesiapan Karir ………. Tabel 4.22: Persamaan dan Perbedaan Aspek RdKK dan Total Behavior... Tabel 4.23: Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest RdKK siswa MAN 3

Payakumbuh ……….... Tabel 4.24: Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest RdKK Total Siswa

MAN 3 Payakumbuh ………... Tabel 4.25: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK Total Kelompok

Eksperimen Siswa MAN 3 Payakumbuh ………. Tabel 4.26: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK aspek 1 Kelompok

Eksperimen Siswa MAN 3 Payakumbuh ……… Tabel 4.27: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK aspek 2 Kelompok

Eksperimen Siswa MAN 3 Payakumbuh ……… Tabel 4.28: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK aspek 3 Kelompok

Eksperimen Siswa MAN 3 Payakumbuh ……… Tabel 4.29: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK aspek 4 Kelompok

Eksperimen Siswa MAN 3 Payakumbuh ……… Tabel 4.30: Hasil Perhitungan N-gain Pretest-Posttest RdKK Total Kelompok

Eksperimen Siswa MAN 3 Payakumbuh ……… Tabel 4.31: Hasil Perhitungan N-gain Pretest-Posttest RdKK aspek 1-4

Kelompok Eksperimen Siswa MAN 3 Payakumbuh ……….. Tabel 4.32: Persamaan dan Perbedaan Aspek RdKK dan Total Behavior... Tabel 4.33: Rincian Materi dan Masalah RdKK pada Sesi-sesi Tahap Kerja …… Tabel 4.34: Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest RdKK Kelompok

Eksperimen dan Kontrol MAN 1 dan MAN Padang Jopang ...…….. Tabel 4.35: Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan Posttest-Posttest

RdKK Total Kelompok Eksperimen dan Kontrol MAN 1 dan MAN Padang Jopang ……… Tabel 4.36: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest- Posttest RdKK total Kelompok

Eksperimen Siswa MAN 1 Payakumbuh ……… Tabel 4.37: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest- Posttest Aspek 1 (Regulasi-pikiran)

Kelompok Eksperimen Siswa MAN 1 Payakumbuh ……….. Tabel 4.38: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest- Posttest Aspek 2 Kelompok

Eksperimen Siswa MAN 1 Payakumbuh ……… Tabel 4.39: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest- Posttest total dan Aspek-aspek

Kelompok Eksperimen Siswa MAN 1 Payakumbuh ……….. Tabel 4.40: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest- Posttest Aspek 4

(Regulasi-tindakan) Kelompok Eksperimen Siswa MAN 1 Payakumbuh ……..

(14)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.41: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest–Posttest RdKK total Kelompok Kontrol Siswa MAN 1 Kota Payakumbuh ………. Tabel 4.42: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest–Posttest RdKK Aspek 1 Kelompok

Kontrol Siswa MAN 1 Kota Payakumbuh ……… Tabel 4.43: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest–Posttest RdKK Aspek 2 Kelompok Kontrol Siswa MAN 1 Kota Payakumbuh……… Tabel 4.44: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest–Posttest RdKK Aspek 3 Kelompok

Kontrol Siswa MAN 1 Kota Payakumbuh………. Tabel 4.45: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest–Posttest RdKK Aspek 4 Kelompok

Kontrol Siswa MAN 1 Kota Payakumbuh………. Tabel 4.46: Hasil Uji-t Perbedaan Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol RdKK Total Siswa MAN 1 Payakumbuh……… Tabel 4.47: Hasil Uji Independent t-test Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol RdKK Aspek 1 Siswa MAN 1 Payakumbuh Tabel 4.48: Hasil Uji Independent t-test Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol RdKK Aspek 2 Siswa MAN 1 Payakumbuh. Tabel 4.49: Hasil Uji Independent t-test Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol RdKK Aspek 3 Siswa MAN 1 Payakumbuh. Tabel 4.50: Hasil Uji Independent t-test Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol RdKK Aspek 4 Siswa MAN 1 Payakumbuh Tabel 4.51: Hasil Uji Independent Samples t-test Pretest-Pretest RdKK total

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa MAN 1 Payakumbuh….. Tabel 4.52: Hasil Uji Independent Samples t-test Pretest-Pretest RdKK Aspek 1 Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa MAN 1 Payakumbuh….. Tabel 4.53: Hasil Uji Independent Samples t-test Pretest-Pretest RdKK Aspek 2

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa MAN 1 Payakumbuh….. Tabel 4.54: Hasil Uji Independent Samples t-test Pretest-Pretest RdKK Aspek 3

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa MAN 1 Payakumbuh….. Tabel 4.55: Hasil Uji Independent Samples t-test Pretest-Pretest RdKK Aspek 4

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa MAN 1 Payakumbuh….. Tabel 4.56: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest Total Kelompok

Eksperimen Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota……… Tabel 4.57: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest Aspek 1 Kelompok

Eksperimen Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota……… Tabel 4.58: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest Aspek 2 Kelompok

Eksperimen Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota……… Tabel 4.59: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest Aspek 3 Kelompok

Eksperimen Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota……… Tabel 4.60: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest Aspek 4 Kelompok

Eksperimen Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota……… Tabel 4.61: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK Total Kelompok

Kontrol Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota………….. Tabel 4.62: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK Aspek 1 Kelompok

Kontrol Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota………… Tabel 4.63: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK Aspek 2 Kelompok

(15)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kontrol Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota…………. Tabel 4.64: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK Aspek 3 Kelompok Kontrol Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota…………. Tabel 4.65: Hasil Uji-t Berpasangan Pretest-Posttest RdKK Aspek 4 Kelompok Kontrol Siswa MAN Padang Jopang Kabupaten 50 Kota…………. Tabel 4.66: Hasil Uji Independent t-test Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol RdKK Total Siswa MAN Padang Jopang…. Tabel 4.67: Hasil Uji Independent t-test Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol RdKK Aspek 1 Siswa MAN Padang Jopang. Tabel 4.68: Hasil Uji Independent t-test Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol RdKK Aspek 2 Siswa MAN Padang Jopang.. Tabel 4.69: Hasil Uji Independent t-test Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol RdKK Aspek 3 Siswa MAN Padang Jopang.. Tabel 4.70: Hasil Uji Independent t-test Posttest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol RdKK Aspek 4 Siswa MAN Padang Jopang.. Tabel 4.71: Hasil Uji Independent t-test Pretest-Pretest RdKK Total Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol Siswa MAN Padang Jopang…... Tabel 4.72: Hasil Uji Independent t-test Pretest-Pretest RdKK Aspek 1

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa MAN Padang Jopang…... Tabel 4.73: Hasil Uji Independent t-test Pretest-Pretest RdKK Aspek 2

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa MAN Padang Jopang…... Tabel 4.74: Hasil Uji Independent t-test Pretest-Pretest RdKK Aspek 3

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa MAN Padang Jopang…... Tabel 4.75: Hasil Uji Independent t-test Pretest-Pretest RdKK Aspek 4

Kelompok Eksperimen dan Kontrol Siswa MAN Padang Jopang…... Tabel 4.76: Hasil Perhitungan N-gain Pretest-Posttest RdKK Total Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol siswa MAN 1 dan MAN Padang Jopang ………. Tabel 4.77: Hasil Perhitungan N-gain Pretest-Posttest Aspek-aspek RdKK

Kelompok Eksperimen dan Pretest-Posttest Kelompok Kontrol pada MAN 1 dan MAN Padang Jopang …………... ………. Tabel 4.78: Distribusi Frekuensi Tingkat RdKK Siswa Kelompok Eksperimen

(16)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: Kaitan regulasi-diri dengan berbagai faktor dan konteks………… Gambar 2.1: Fotmat Triadic Regulasi-diri tentang suatu pandangan kognisi

sosial dan self-regulated academic learning..……….. Gambar 2.2: Lingkaran Fase Regulasi-diri………... Gambar 2.3: Skema Fungsi Regulasi-diri Terus Maju vs Berhenti ………... Gambar 2.4: Skema Saling Hubungan Rgulasi-diri dalam Kesiapan Karir

dengan Teori Pilihan ………... Gambar 4.1: Daerah Penolakan Ho pada Pengujian Secara Bersama-sama…….

(17)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1: Bagan 3.2: Bagan 3.3:

Bagan 4.1:

Rancangan Quasi Experiment untuk Uji Efektifitas Model ………. Tahapan Pengembangan Model Konseling Realitas Kelompok untuk Penguatan RdKK Siswa ……….. Desain Model Konseling Realitas Kelompok untuk Penguatan RdKK Siswa ……….. Model Konseling Realitas Kelompok untuk Penguatan RdKK

Siswa ………..

83 85

(18)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1: Interaksi IQ dan Jenis Kelamin terhadap Regulasi-diri dalam

Kesiapan Karir ………... 128

(19)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data IQ dan RdKK siswa MAN 1 Payakumbuh……… 271 Lampiran 2: Perbandingan kemampuan RdKK siswa MAN 1 Payakumbuh

berdasarkan masing-masing aspek………. 275 Lampiran 3: Data IQ dan RdKK siswa MAN Padang Jopang Kabupaten “50”

Kota……… 278

Lampiran 4: Perbandingan kemampuan RdKK siswa MAN Padang Jopang

berdasarkan masing-masing aspek………. 282 Lampiran 5: Data IQ dan RdKK siswa MAN 3 Payakumbuh……… 285 Lampiran 6: Perbandingan kemampuan RdKK siswa MAN 3 Payakumbuh

(20)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran 16: Data aspek 2 (Regulasi-perasaan) MAN 3 Payakumbuh………... 316 Lampiran 17: Data aspek 3 (Regulasi-keinginan) MAN 3 Payakumbuh………. 318 Lampiran 18: Data aspek 4 (Regulasi-tindakan) MAN 1 Payakumbuh………... 320 Lampiran 19: Data pretest-posttest kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol siswa MAN 1 Payakumbuh………... 322 Lampiran 20: Tabel hasil uji normalitas dan homogenitas data kelompok

eksperimen dan kontrol MAN 1 Payakumbuh………... 324 Lampiran 21: Data pretest-posttest kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol siswa MAN Padang Jopang………... 326 Lampiran 22: Tabel hasil uji normalitas dan homogenitas data kelompok

eksperimen dan kontrol MAN Padang Jopang……….. 328 Lampiran 23: Data pretest dan posttest kelompok eksperimen siswa MAN 3

Payakumbuh……… 330

Lampiran 24: Hasil uji normalitas data pretest dan posttest kelompok

eksperimen siswa MAN 3 Payakumbuh………. 3310 Lampiran 25: Hasil perhitungan uji paired t-test pretest-posttest dan

independent sample t-test posttest-posttest kelompok eksperimen dan kontrol pada MAN 1 Payakumbuh dan MAN Padang

Jopang………. 332

Lampiran 26: Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian………... 341 Lampiran 27: Testimoni Pengalaman Anggota Koneling Realitas Setting

(21)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan faktor penting bagi kemajuan suatu bangsa. Maju atau tidaknya suatu Negara/bangsa bukan ditentukan oleh kekayaan alamnya yang melimpah, melainkan oleh pendidikan yang berkualitas dari masyarakatnya. Musliar Kasim (mantan Wakil Mendikbud RI) dalam pidatonya pada acara FIP JIP perguruan tinggi di Indonesia wilayah Barat di Padang tahun 2011 lalu pernah mengatakan bahwa “Tidak ada satu pun negara maju di dunia yang maju tanpa pendidikan”. Pendidikan yang dimaksud tentulah pendidikan yang memenuhi standar-standar kualitas, yang prosesnya mampu mencerdaskan dan memandirikan peserta didik, sehingga dapat membawa perubahan (transformasi) bagi peserta didik. Sebagaimana dikemukakan Kartadinata (2011:73) bahwa “Pendidikan adalah upaya normatif yang membawa manusia dari kondisi apa adanya (what it is) kepada kondisi bagaimana seharusnya (what should be) melalui pengembangan situasi yang memfasilitasi individu untuk merealisasikan dirinya melalui rangkaian proses memilih dan mengambil keputusan bertindak sepanjang kehidupannya”.

Jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu bebrbeda-beda di setiap negara. Perbebrbeda-bedaan tersebut dimungkinkan tergantung ideologi dan filosifi masing-masing negara. Walaupun demikian, tujuan mendasar pendidikan tentulah sama, yaitu mengembangkan potensi diri peserta didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan, kepribadian yang baik, dan terampil dalam bidang yang ditekuninya. Meskipun manusia diciptakan Allah dengan sebaik-baik kejadian (QS, 95:4), namun tanpa pendidikan, maka harkat dan martabatnya yang secara potensial ditinggikan Allah tidak akan terangkat dengan sendirinya dalam kehidupan sehari-hari jika tidak individu yang bersangkutan yang aktif mengangkatnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS (58:11) yang artinya

(22)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengetahuan beberapa derajat.” Ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia harus

berusaha terlebih dahulu, yaitu beriman dan berilmu pengetahuan, barulah “tangan Allah” mengangkat derajatnya. Ini sejalan dengan ayat lain dalam QS (13:11) yang artinya “…Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum jika mereka tidak mengubah keadaan yang ada pada diri mereka….”

Jepang adalah salah satu contoh nyata betapa pendidikan berpengaruh bagi kemajuan masyarakatnya. Meskipun Jepang pernah hancur oleh bom atom akibat perang dunia II, namun pada waktu yang tidak terlalu lama, Jepang bisa bangkit kembali menjadi Negara maju dan disegani bangsa-bangsa lain di dunia, bangsa yang bermartabat. Hal itu karena kepiawaian Kaisar Jepang di masa itu (Hirohito atau yang terkenal dengan sebutan Teno Haika) yang dengan bijak memprioritaskan pembangunan kebangkitan melalui pendidikan.

Di Indonesia, seperti tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN), pendidikan dikonsepsikan sebagai berikut.

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”

Konsepsi pendidikan di atas mengandung sejumlah implikasi, bahwa: (1) pendidikan itu adalah usaha sadar dan terencana (bukan usaha sporadis yang tiba-tiba); (2) pendidikan adalah sebuah proses yang dapat menghasilkan peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya; (3) pendidikan mestinya mampu membuat peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan; (4) memiliki kemampuan pengendalian diri; (5) berkepribadian (kebangsaan Indonesia); (6) berkecerdasan (bukan hanya kecerdasan intelektual, tetapi cerdas secara komprehensif; (7) berakhlak mulia. (8) berketerampilan yang berguna untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia.

(23)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan keterampilan tentang materi-materi pembelajaran, sekaligus juga memiliki kemampuan mental dalam pengendalian-diri atau meregulasi-diri sesuai tingkat tugas perkembangannya. Goleman (1998) menempatkan kemampuan regulasi-diri sebagai salah satu ciri dari lima ciri kecerdasan emosional (emotional intelligence).

Meskipun UU pendidikan No. 20/2003 telah memberikan arahan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, peradaban bangsa yang bermartabat, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan seterusnya, namun fenomena di masyarakat masih mengindikasikan bahwa tujuan pendidikan tersebut belum sepenuhnya tercapai. Hal itu terlihat dari perilaku masyarakat yang mudah marah, agresif, brutal, reaktif, pasif, tingkat pengangguran tinggi, orientasi menjadi pegawai negeri, termasuk perilaku korupsi, dan sebagainya.

Salah satu penyebabnya adalah proses pendidikan belum mampu mengembangkan aspek-aspek non-intelektual dari peserta didik, termasuk kemampuan pengendalian-diri (regulasi-diri). Karena itu, maka diperlukan berbagai upaya dari pendidik (khususnya Guru bimbingan dan konseling/konselor) untuk mewujudkan suasana belajar dan proses bimbingan dan konseling yang kondusif, inspiratif, dan memotivasi peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya, seperti diharapkan dalam UU No. 20/2003.

Moh. Iqbal (1976:25) dalam Kartadinata (2011:11) mengemukakan bahwa pendidikan tidak hanya mengembangkan nilai-nilai instrumental, meskipun itu penting, tetapi juga harus membawa manusia mampu menyeberang dari nilai-nilai instrumental menuju nilai instrinsik. Pendidikan mempunyai fungsi pengembangan, yakni membantu individu mengembangkan diri sesuai dengan fitrahnya dan segala keunikannya; fungsi peragaman (diferensiasi) yakni membantu individu memilih arah perkembangan yang tepat sesuai dengan potensinya; fungsi integrasi yakni membawa keragaman perkembangan itu ke arah dan tujuan yang hakiki, yakni, menjadi manusia yang utuh atau kaffah.

(24)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menuju kemandirian (independence), namun bukan kemandirian yang terlepas dengan orang lain, melainkan saling ketergantungan (interdependence). Di situ lah peran pendidikan, membawa peserta didik dari dependen menuju independen, dan interdependen. Salah satu wujud kemandirian itu adalah dimilikinya kemampuan regulasi-diri dalam berbagai konteks kehidupan, termasuk regulasi-diri dalam kesiapan karir.

Pendidikan adalah proses menuju perubahan bagi individu maupun masyarakat, termasuk perubahan nasib (bagi yang belum beruntung secara ekonomi), dan proses memelihara nasib bagi individu atau masyarakat yang sudah mapan ekonomi. Untuk menghasilkan semangat perubahan pada diri peserta didik tentu tidak bisa hanya dengan mengajarkan mata pelajaran saja, melainkan harus dikembangkan secara integral semua dimensi kecakapan hidup yang harus dimiliki setiap manusia. Seperti dimensi intelektual, spiritual, emosional, sosial, dan berbagai dimensi non-akademik lainnya, termasuk regulasi-diri dalam kesiapan karir.

Arif Rahman (2011:28) mengilustrasikan pendidikan sebagai alat pancing yang harus dimiliki setiap orang untuk dapat menangkap ikan. Semakin banyak varian pancingnya, maka akan semakin banyak pula kesempatan orang tersebut untuk mendapatkan ikan yang beraneka jenis dan bentuk. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak peluang untuk berkarir.

Namun kebanyakan sekolah belum banyak menyentuh hal-hal seperti itu. Ironisnya adalah sekolah hanya dianggap sebagai keperluan menghadapi ujian akhir Nasional. Akibatnya mata pelajaran yang tidak masuk dalam mata ujian Nasional (seperti mata pelajaran Agama, PKN, dan lainnya) dianggap tidak begitu penting. Belajar masih sebatas untuk belajar, belum sampai pada untuk keterampilan hidup (life skill).

(25)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

potensi peserta didik sebagai tujuan individual. Ia menekankan bahwa ketiga tujuan tersebut harus dimiliki setiap peserta didik sebagai satu keutuhan. Pendidikan bukan simplikasi tujuan yang dipusatkan pada pengembangan intelektual yang diukur dengan angka ujian Nasional saja.

Selanjutnya Kartadinata (2012:5) mengemukakan bahwa tujuan utuh pendidikan adalah tujuan individual, tujuan kolektif, dan tujuan eksistensial. Tujuan individual yaitu tujuan yang harus dicapai oleh setiap peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya. Tujuan kolektif adalah tujuan yang harus dicapai dalam wujud kecerdasan kehidupan bangsa. Tujuan eksistensial adalah tujuan yang harus terwujud dalam karakter bangsa yang bermartabat yang memiliki daya saing dan ketahanan hidup yang kokoh.

Karena itu, peranan guru bimbingan dan konseling/ konselor penting agar belajar tidak hanya sebatas untuk mampu lulus ujian akhir, melainkan untuk perencanaan kehidupan secara lebih bermakna, mengangkat harkat dan martabat diri dalam hidup bermasyarakat melalui peningkatan motivasi hidup dalam layanan bimbingan dan konseling, yang dinamakan “perencanaan individual”, yang pada akhirnya untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara.

(26)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itu. Pertama; menerima masa lampau, masa kini, dan masa depan sebagai ketidakpastian. Kedua; bersikap positif tentang ketidakpastian. Konselor perlu mengkombinasikan antara otak kiri (yang tradisional, linier, dan rasional) dengan otak kanan (yang kreatif, non-linier, dan intuitif) untuk merencanakan dan memutuskan suatu paradoksis dan ketidakmenentuan (ambigu). “Positive uncertainty” menyarankan 4 (empat) langkah kreatif menghadapi ketidakpastian itu. (1) fokus dan fleksibel; (2) sadar dan hati-hati; (3) objektif dan optimis; (4) praktis dan magical. Itulah pentingnya dikembangkan kemampuan regulasi-diri dalam kesiapan karir, terutama untuk para siswa yang lemah regulasi-dirinya. Sebagaimana dijelaskan Barkley (1997:55-56) yang dikutip Murtagh, Anne M. & Todd, Susan A. (2004) dalam Journal of Articles in Support of the Hypothesis Articles, bahwa regulasi-diri adalah "perilaku yang lebih kompleks yang memerlukan perencanaan membangkitkan diri (self-generated plans) dan adaptasi fleksibel terhadap tuntutan perubahan untuk suatu tugas tertentu".

Rendahnya mutu sebagian besar manusia Indonesia juga terkait dengan belum terkembangkannya kemampuan diri (self-regulation), khususnya regulasi-diri dalam kesiapan karir (self-regulation of career readiness) pada regulasi-diri setiap peserta didik sebagai upaya mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Orang Indonesia masih senang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang porsi olah pikirnya kecil dibanding olah fisiknya, seperti bekerja sebagai pembantu rumah tangga, buruh kasar, dan pekerjaan-pekerjaan fisik lainnya. Diterimanya pekerjaan-pekerjaan seperti itu diduga karena tidak terkembangkannya kemampuan regulasi-diri dalam kesiapan karir siswa di sekolah. Seperti dikemukakan Miller & Brickman, dalam Educational Psychology Review (2004) bahwa tujuan masa depan seseorang akan mempengaruhi regulasi-dirinya.

(27)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seseorang akan mempengaruhi regulasi-diri dan akan berdampak pada upaya mereka mengembangkan sub tujuan yang berdekatan yang mengarah pada pencapaian tujuan masa depan yang dicita-citakannya.

Mengkritisi alur pikir di atas, tujuan masa depan yang menjadi ekspektasi seseorang tidaklah otomatis membuat yang bersangkutan meregulasi-dirinya apabila mereka tidak mengerti langkah-langkah cara mewujudkannya. Sebagaimana diketahui secara kasat mata di masyarakat Indonesia bahwa hampir semua orang (kalau ditanya) berharap masa depannya lebih baik, namun usahanya minim dan tidak mau kerja keras. Padahal, hidup bahagia (yang realistis) tidak bisa hanya dengan harapan dan perencaan belaka, tanpa diikuti tindakan. Allah berfirman dalam QS 13 ayat 11

“…Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum jika kaum itu tidak mengubah

diri mereka sendiri.” Hidup bahagia mesti sejalan antara; harapan, perencanaan, dan tindakan, serta mampu mengatasi hal yang dapat menggerogoti tercapainya kebahagiaan itu. Kombinasi antara pengelolaan ketiganya itulah yang oleh Bandura dinamakan self-regulation (pengelolaan/pengaturan-diri).

Data tahun 2007 di salah satu MAN di Kota Payakumbuh yang diperoleh dengan menggunakan Skala Kecerdasan Emosional yang dikembangkan Helma tahun 2000, diketahui bahwa sebanyak 77 siswa dari 193 (39,9%) siswa rendah kemampuan regulasi-diri mereka. Sebanyak 13 siswa (16,88%) di antaranya memiliki IQ cerdas (120-140), dan 21 siswa (27,27%) ber-IQ di atas rata-rata (110-119). Data tersebut menunjukkan bahwa antara IQ dan kemampuan regulasi-diri tidak berbanding lurus. Siswa yang IQ-nya tinggi tidak serta-merta kemampuan regulasi-dirinya juga tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

Deskripsi Data Kemampuan Regulasi-diri siswa MAN… di Kota Payakumbuh tahun 2007

N

Regulasi-diri

lemah IQ

.f %

Cerdas (120-140)

Atas Rata2

(110-119) Total

.f % .f % .f %

(28)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber data: Dokumentasi UPT-LBK STAIN Batusangkar

Siswa dengan potensi IQ cerdas dan di atas rata-rata, secara potensial, memiliki peluang besar untuk meraih sukses dalam berbagai bidang akademik maupun non-akademik. Namun, jika kemampuan regulasi-dirinya rendah, maka peluang itu menjadi kecil. Demikian halnya dengan regulasi-diri dalam kesiapan karir. Karena itu perlu diupayakan konseling untuk meningkatkan regulasi-diri, khususnya regulasi-diri dalam kesiapan karir, yang tujuannya untuk mengantisipasi kegagalan siswa dalam mengeksplorasi potensi mereka secara maksimal. Itulah antara lain peranan Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor.

Fenomena lain yang mengindikasikan rendahnya kemampuan regulasi-diri siswa adalah sebagai berikut. Pertama, ada siswa yang suka membolos pada saat jam belajar di kelas (meskipun jumlah kecil). Kedua, sering terlambat masuk kelas. Ketiga, sering terlambat mengerjakan pekerjaan rumah (homework). Keempat. setiap tanggal 10, tiap bulan, ada sejumlah siswa yang tidak masuk sekolah, karena belum membayar SPP. Kelima, sedikit sekali persentase siswa yang mau melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Namun tidak diperoleh data yang memadai apakah tidak melanjutkan studi karena tidak lulus masuk perguruan tinggi, atau karena tidak berani melanjutkan studi disebabkan ketiadaan biaya (wawancara dengan seorang pegawai TU di MAN 3 Kota Payakumbuh). Fenomena tersebut dapat diduga terkait dengan lemahnya kemampuan regulasi-diri siswa.

Hampir sama dengan di MAN 3 Payakumbuh, fenomena siswa pada MAN 1 Kabupaten Limapuluh Kota yang paling menonjol adalah: Pertama, rendahnya minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Kebanyakan siswa ingin bekerja setelah tamat MAN. Kedua, tingginya persentase siswa yang mengalami ketidaktuntasan penguasaan materi ajar berdasarkan SKM (Standar Kompetensi Minimal), sehingga banyak yang harus mengikuti program remedial. Program remedial pun juga tidak diikuti siswa secara bersungguh-sungguh.

(29)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam kesiapan karir. Secara teoritis regulasi-diri dalam kesiapan karir dapat memperkuat ketangguhan individu menghadapi berbagai rintangan dalam mewujudkan cita-cita karir mereka. Karena proses pengembangan regulasi-diri akan

“mengajarkan” siswa bagaimana mengendalikan pikiran, keinginan, perasaan, dan tindakan dalam persiapan karir mereka di masa depan, guna perubahan nasib.

Melalui proses bimbingan dan konseling, pengembangan regulasi-diri dalam kesiapan karir, siswa akan mendapat pelajaran tentang cara berpikir strategis mewujudkan cita-cita dan mengatasi rintangan, membangkitkan keinginan untuk keluar dari kemiskinan melalui pendidikan, belajar mengendalikan perasaan negatif yang bisa melemahkan keinginan dan berpikir strategis. Orang yang meregulasi-diri berarti ia belajar berkomitmen mengelola tindakannya menuju cita-cita karir untuk masa depan yang lebih baik.

Goleman (1998) menulis bahwa salah satu ciri orang yang cerdas emosional adalah orang yang mampu meregulasi-diri (self-regulation). Regulasi-diri dipandang sebagai salah satu aspek penting (yang dikategorikan aspek non-intelektual) dalam usaha meraih kesuksesan hidup sehari-hari pada setiap orang, di samping kecerdasan intelektual.

“Kecerdasan emosional adalah kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban

stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, serta berempati dan berdoa”

(Goleman, 1998:45 – edisi terjemahan).

Goleman (2009) dalam Nesweek, menjelaskan kembali sebagai berikut.

My model of emotional intelligence elaborates four domains of ability: self-awareness, self-regulation, empathy, and interpersonal skill. The first two – self-awareness and self-regulation — are themselves elements of executive function, all of which are based in the operations of zones of the prefrontal cortex”.

(30)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang dalam mewujudkan tujuan hidupnya sering kali berhadapan dengan masalah. Namun tidak semua orang siap menghadapi masalah tersebut. Salah satu intsrumen penting untuk menghadapi masalah itu adalah kemampuan regulasi-diri. Sebagaimana dikemukakan Goleman (1998:58) bahwa orang-orang yang rendah kemampuannya dalam meregulasi-diri akan terus-menerus bertarung dalam perasaan murung, sementara mereka yang tinggi kemampuan regulasi-dirinya dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemesorotan dan kajatuhan dalam kehidupannya.

Singer dan Bashir (1999:265) dalam sebuah artikel juga menyatakan bahwa regulasi-diri dianggap sebagai "meta" construct yang didefinisikan sebagai "seperangkat perilaku yang digunakan secara fleksibel untuk membimbing, memonitor, dan mengarahkan kinerja seseorang menuju keberhasilan, yakni mencapai tujuan tertentu. Mereka mendukung bahwa regulasi-diri dibangun dengan interaksi sosial. Oleh karena itu, regulasi-diri terjadi dalam pengaturan di mana siswa terlibat dalam penampilan tugas-tugas akademik. Ini juga merupakan hasil dari proses pribadi, lingkungan, dan perilaku sendiri.

Ia menjelaskan bahwa proses regulasi-diri itu meliputi tiga sub-proses, yakni perilaku monitoring-diri, evaluasi diri, dan penyesuaian-diri. Regulasi-diri dapat dilihat pada bagaimana siswa mempersiapkan diri untuk belajar, tetap terlibat dalam tugas-tugas, dan pendekatan pemecahan masalah mereka.

Sejalan dengan itu, Boekaerts, Pintrich, & Zeidner (2000:1) mengemukakan bahwa regulasi-diri mencakup berbagai konteks, meliputi regulasi-diri dalam belajar (self-regulated learning), pengendalian-diri (self-controling), dan manajemen-diri (self-management). Baumeister dan Vohs (2004) sebagaimana dikutip (McCullough & Willoughby, 2009:500) dalam bulletin psikologi yang diterbitkan APA (American Psychology Association) mendefinisikan regulasi-diri dengan aktivitas "bagaimana seseorang mengontrol diri atau tanggapannya untuk mengejar tujuan dan memenuhi standar" hidupnya.

(31)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam diri seseorang, tindakannya tidak lagi memerlukan upaya pertimbangan. Sebagian besar dari perilaku mereka terjadi secara relatif lebih mudah dan otomatis (Fitzsimmons & Bargh, 2004). Sejalan dengan itu, Fishbach, Zhang, & Koo (2009) mengemukakan bahwa regulasi-diri yang sukses apabila siswa memprioritaskan tujuan, dan setiap saat rela untuk mengorbankan atau menunda tujuan-tujuan lain yang mengganggu pencapaian tujuan utama yang ingin dicapai.

Tujuan yang dimaksud dalam regulasi-diri sifatnya luas dan dalam jangka waktu yang panjang. Misalnya, regulasi-diri dalam belajar (self-regulation learning), regulasi-diri dalam menghadapi tugas-tugas yang lebih menantang (Boekaerts, Pintrich, & Zeidner (2000), regulasi-diri menghadapi kejadian yang menimpa diri (McCullough & Willoughby, 2009:500), motivasi yang berorientasi masa depan (Future-Oriented Motivation) (Miller, & Brickman, 2004), untuk meraih tujuan hidup sesuai standar tertentu (to pursue and live up to standards), mewujudkan ide-ide, moral injunctions, norms, performance targets, expectations (Peterson & Seligman, 2004:500), atau regulasi-diri dalam perilaku sehat seperti berhenti merokok, menghindari memakan makanan berlemak, menghilangkan ketergantungan obat (narkoba dan lain-lain), menurunkan berat badan bagi yang mengalami obesitas atau diet bagi penderita diabetes, dan sebagainya (de Ridder & de Wit, 2006).

Ada banyak model konseling yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan regulasi-diri dalam kesiapan karir. Antara lain adalah model: CBT (Cognitive Behavior Therapy), REBT (Rational Emotive Behavior Therapy), Reality Therapi/ Reality Counseling, atau Reality Counseling dengan strategi bibliotherapy.

(32)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perempuan. Untuk laki-laki, tingkat optimisme dan harga diri (self-esteem) mempengaruhi ekspektasi karir, dan secara berurutan memprediksi tujuan karir, perencanaan karir, dan eksplorasi karir. Pada perempuan, optimisme secara langsung mempengaruhi tujuan karir, yang kemudian memprediksi perencanaan karir dan eksplorasi karir. Harga diri (self-esteem) memprediksi harapan karir, yang kemudian langsung mempengaruhi perencanaan karir dan eksplorasi karir, dengan melewati tujuan karir. Perbedaan tersebut juga dimungkinkan karena antara laki-laki dan perempuan bukan hanya berbeda secara fisik, tetapi juga psikologis.

Regulasi-diri dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antara faktor-faktor tersebut ada yang bersumber dari dalam diri dan dari luar diri. Faktor-faktor yang mengganggu Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir, di antaranya adalah gangguan emosi itu sendiri, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan kurang perhatian (attention-deficit), hyperactivity, termasuk stres (Murtagh, & Todd, 2004), di samping faktor lingkungan (Boekaerts, et. al., 2000:15). Demikian juga tentang Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir, selain dipengaruhi oleh faktor-faktor pribadi, juga dipengaruhi oleh nilai-nilai dan pengetahuan yang dibentuk oleh pengalaman masa lalu di rumah, di sekolah, teman, dan media (Miller & Brickman, 2004). McCabe, Cunnington, & Gunn (2004) mengemukakan bahwa Regulasi-diri mulai berkembang sejak tahun pertama dari kehidupan setiap orang dan berkelanjutan sampai di usia dewasa. Faktor-faktor yang turut mempengaruhinya adalah karakteristik individu itu sendiri (meliputi gender, temperament, dan clinical conditions), lingkungan di rumah (seperti; anggota keluarga, kelompok sebaya, dan seisi rumah lainnya), lingkungan yang lebih luas (seperti; tetangga, sekolah, dan budaya). Faktor-faktor tersebut secara sederhana dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini.

(33)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2. Identifikasi Masalah

(34)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

salah satu komponen layanan adalah layanan peminatan dan perencanaan individual (psl. 6 ayat (1) point b) dan bidang layanan karir (psl. 6 ayat (2) point d). Kedua point tersebut sangat terkait dengan kemampuan regulasi-diri.

Dengan dimilikinya kemampuan regulasi-diri, maka para siswa diprediksi akan mampu secara aktif mengembangkan potensi dirinya lebih lanjut, termasuk motivasi untuk berubah, sejalan dengan berubahnya mindset (pola pikir) siswa dalam menghadapi masalah yang dialaminya dalam mewujudkan minat dan perencanaan hidupnya atau minat terhadap karir tertentu. Misalnya masalah ekonomi lemah. Sebagaimana dikemukakan Cameron & Leventhal (2003) dalam de Ridder & de Wit (2006:3) bahwa regulasi-diri memiliki dua sifat dasar yang universal, yaitu: Pertama, sebagai sistem motivasi dinamis dalam menetapkan, mengembangkan, dan menerapkan strategi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan; menilai serta merevisi tujuan dan strategi dalam rangka penyesuaian. Oleh karena itu, sebelum dilakukan intervensi untuk peningkatan kemampuan regulasi-diri kesiapan karir, perlu diketahui apakah para siswa memiliki cita-cita tentang masa depan mereka atau tidak. Jika tidak, maka upaya intervensi harus dimulai dari membangkitkan cita-cita.

Kedua, regulasi-diri juga berfungsi sebagai pengelolaan respon emosional yang dipandang sebagai elemen penting dari sistem motivasi dan proses kognisi. Karena emosi memiliki dua sisi, positif dan negatif. Emosi positif akan menjaga, bahkan mendorong pikiran dan keinginan menjadi tindakan untuk mewujudkan keinginan. Sebaliknya, emosi negatif (sedih, kecewa, pesimis, marah, dan sebagainya) dapat menjadi penghalang bahkan menghancurkan pikiran dan keinginan menjadi suatu tindakan (action).

(35)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesiapan karir mereka. Karena itu penelitian ini mencoba untuk melihat seperti apa gambaran kemampuan regulasi diri dalam kesiapan karir siswa pada MAN di Kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota. Setelah diperoleh gambarannya, maka penelitian selanjutnya adalah untuk mendisain model konseling guna memperkuat kemampuan regulasi-diri siswa dalam konteks kesiapan karir.

Secara hipotetik, ada sejumlah alternatif pendekatan dan strategi konseling yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan regulasi-diri dalam kesiapan karir siswa. Antara lain Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), Konseling Transaksional Analitis, Konseling Gestalt, Cognitive Behavior Therapy (CBT), Konseling Realitas (Reality Counseling), dan lainnya. Masing-masing penganut mengklaim keefektifan pendekatan tersebut. Meskipun demikian, sebagaimana telah disinggung pada bagian latar belakang penelitian, pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Konseling Realitas Kelompok dengan strategi bibliotherapy.

Alasan memilih konseling realitas adalah karena filosofi, konsep dasar, dan asumsi-asumsi yang dibangun dalam teori ini sesuai/cocok dengan aspek-aspek/dimensi dari kemampuan regulasi-diri itu sendiri. Seperti dikemukakan di atas bahwa ada empat dimensi regulasi-diri, yakni: meregulasi pikiran (thinkings), keinginan (desires), perasaan (feelings), dan tindakan (actions).

(36)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Agar intervensi tidak bersifat dogmatis, maka strategi yang digunakan adalah bibliotherapy. Bibliotherapy yang dimaksud bukan hanya menggunakan bahan bacaan, melainkan lebih luas, selain bacaan, juga berupa film, foto/gambar, dan benda-benda yang dapat menginspirasi siswa dalam kesiapan karirnya (Hugh Crago dalam Hunt, 2005:180). Dengan strategi ini secara hipotetik memungkinkan membandingkan dirinya dengan kisah-kisah yang menjadi konten dari buku/bab tertentu dari buku, film, dan foto-foto tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghasilkan Model Konseling untuk

penguatan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir siswa yang efektivitasnya teruji secara empiris.

Selain tujuan utama tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Memperoleh gambaran/profil Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir siswa MAN

di Kota Payakumbuh dan Kabupaten “Limapuluh” Kota.

2) Mengetahui apakah ada perbedaan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir antara siswa laki-laki dan perempuan.

3) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir siswa berdasarkan perbedaan wilayah (Kota dan Kabupaten).

4) Untuk mengetahui pengaruh faktor Jenis Kelamin, Pendidikan Ayah, Pendidikan Ibu, dan IQ terhadap Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir Siswa. 5) Memperoleh gambaran apakah terdapat interaksi antara kemampuan

regulasi-diri dalam kesiapan karir dengan Jenis Kelamin dan tingkat IQ siswa. 1.4 Pertanyaan Penelitian

Mengetahui apakah Model Konseling Realitas Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy yang dihasilkan ini efektif untuk penguatan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir siswa.

(37)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Seperti apa profil kemampuan Regulasi-diri Kesiapan Karir siswa MAN di

Kota Payakumbuh dan Kabupaten “Limapuluh” Kota?

2) Apakah terdapat perbedaan kemampuan Regulasi-diri Kesiapan Karir siswa secara signifikan antara laki-laki dan perempuan?

3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan Regulasi-diri Kesiapan Karir siswa secara signifikan berdasarkan perbedaan wilayah?

4) Apakah ada pengaruh berbagai faktor (jenis kelamin, pendidikan ayah & ibu, dan IQ) terhadap Regulasi-diri Kesiapan Karir siswa?

5) Apakah ada interaksi antara kemampuan Regulasi-diri Kesiapan Karir siswa dengan tingkatan IQ?

6) Bagaimana struktur Model Konseling Realitas Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy untuk peningkatan kemampuan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir siswa?

Apakah Model Konseling Realitas Kelompok dengan Strategi Bibliotherapy yang dihasilkan efektif untuk meningkatkan Regulasi-diri Kesiapan Karir?

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1) Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para parktisi Bimbingan dan Konseling sehubungan dengan varibel-variabel penelitian ini, baik variavel dependen (Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir), maupun variabel independen (pendekatan Konseling Realitas).

2) Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan skill para prakatisi profesi Bimbingan dan Konseling/Konselor di sekolah maupun di luar sekolah tentang model, teknik, dan strategi pengembangan kemampuan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir.

(38)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Kemampuan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir merupakan salah satu aspek kepribadian penting yang harus dimiliki setiap orang dalam menyongsong masa depannya yang lebih baik (Mischel, Cantor, & Feldman, 1996; Goleman, 1998:58; Singer & Bashir, 1999; Miller & Brickman, 2004).

2) Kemampuan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir bersifat multi dimensional yang saling memperkuat dengan berbagai aspek kepribadian positif lainnya (Bandura, 1986; Cameron & Leventhal, 2003).

3) Kemampuan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir dapat dikembangkan (Locke, 1991, dalam Boekaerts, Pintrich, & Zeidner, 2000; Miller & Brickman, 2004).

4) Kemampuan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir merupakan pusat kehidupan bagi individu dan bermanfaat dalam berbagai kontek kehidupan pribadi maupun sosial (Boekaerts, Pintrich, & Zeidner, 2000).

(39)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Disain Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan Penelitian dan Pengembangan (Research & Development) yang bertujuan untuk menghasilkan model konseling, yaitu Model Konseling Realitas dalam Seting Kelompok dengan Strategi Biblotherapy untuk Penguatan Regulasi-diri dalam Kesiapan Karir (RdKK) siswa. Melalui penelitian ini model hipotetik yang dikembangkan, divalidasi, kemudian diuji efektivitasnya melalui eksperimen. Metode eksperimen yang digunakan adalah quasi experimental design. Metode eksperimen, secara umum, ada empat bentuk, yaitu pra-experiment, quasi experiment, quasi experiment, dan singgle subjeck design (Fraenkel & Wallen, 1993; Heppner, Wampold, & Kivlighan, 2008) yang masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda. Penggunaan quasi experimental design sebagai motode penelitian ini adalah karena partisipan merupakan bagian dari system persekolahan yang mengikat sehingga tidak mudah untuk dilakukan pengkondisian sebagaimana yang dituntut dalam quasi experimental design yaitu yang dinamakan Kerlinger’s MAXMINCON principle. Artinya sebuah penelitian harus berusaha untuk memaksimalkan variansi dari variabel yang diteliti, meminimalkan variansi eror, dan mengontrol variabel luar (extraneous variables) yang dapat mengancam validitas hasil. Mengingat partisipan adalah siswa yang aktif dalam kegiatan belajar sehari-hari, sebagai bagian dari system persekolahan, maka tidak mungkin untuk melakukan pengkondisian (baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol). Sehingga siswa dapat saja memperoleh infomasi yang sama dengan yang dibahas dalam intervensi, misalnya dari siaran televisi, diskusi dengan teman, dan sebagainya. Karena itu maka dalam penelitian ini digunakan metode quasi-experimental.

(40)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian tersebut efektif. Kriteria tersebut meliputi practical significance dan statistical significance. Practical significance meliputi kesesuaian antara hasil yang diperoleh secara statistik dengan kenyataan empiris di lapangan. Statistical significance adalah apabila nilai-nilai yang diamati (misalnya sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dalam kelompok ekperimen, perbedaan nilai rata-rata untuk dua atau lebih kelompok) memberikan nilai statistik (ρ value) melebihi tingkat alpha yang telah ditetapkan peneliti (Creswell, 2008:647); dengan catatan kesimpulan yang dihasilkan bukanlah karena kesalahan sampling (Fraenkel & Wallen, 1993:557). Praktical significance adalah sejauh mana hasil suatu penelitian yang signifikan secara statistik benar-benar berguna (secara kualitatif) atau dapat dimanfaatkan secara aktual di lapangan (Kirk, 2014). Artinya, apakah model yang dikembangkan dapat menghasilkan perilaku baru sebagaimana diharapkan. Perilaku baru yang diharapkan dalam konteks penelitian ini adalah meningkatnya atau semakin kuatnya kemampuan Regulasi-diri siswa dalam Kesiapan Karir (RdKK) siswa.

Menurut tujuan, penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian dasar, terapan, evaluasi, pengembangan, dan penelitian tindakan. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Penelitian terapan berkaitan dengan aplikasi teori untuk memecahkan masalah tertentu. Penelitian evaluasi untuk memberikan masukan atau mendukung kebijakan pengambilan keputusan. Penelitian dan pengembangan (research and development) bertujuan untuk menghasilkan suatu produk sehingga menambah khasanah baru yang teruji yang dapat diterapkan dalam profesi tertentu (seperti profesi Bimbingan dan Konseling). Sedangkan penelitian tindakan (action research) adalah untuk pemecahan masalah yang sifatnya segera dan sangat

kontekstual.

(41)

Masril, 2015

MODEL KONSELING REALITAS UNTUK PENGUATAN REGULASI-DIRI DALAM KESIAPAN KARIR SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

produk berbasis penelitian yang dilakukan secara sistematis, tervalidasi secara rasional oleh pakar, kemudian diuji di lapangan dengan metode eksperimen, dan direvisi sampai memenuhi kriteria tertentu yang efektif (Gall, Gall, & Borg, 2003:569). Model R & D yang banyak digunakan oleh para peneliti dalam penelitian pendidikan adalah model Dick & Carey. Model tersebut terdiri dari 10 tahapan sebagai berikut. (1) tahap studi pendahuluan; (2) studi pustaka; (3) rancangan model hipotetik; (4) validasi model oleh ahli; (5) revisi model; (6) uji coba lapangan; (7) analisis dan revisi; (8) model hasil revisi; (9) implementasi model; dan (10) model yang dihasilkan (Gall, Gall, & Borg, 2003:570).

Untuk melaksanakan langkah ke-6 & 8 (uji coba lapangan dan implementasi model) digunakan metode eksperimen. Secara konvensional, ada tiga kategori metode eksperimen, yaitu pre-experimental designs, experimental designs, dan quasi-experimental designs (Furqon & Emilia, 2009:13). Penelitian ini memakai quasi-experimental designs dengan bentuk pretest-posttest control group design seperti berikut.

R 01 X 02 R 03 04

Namun penentuan sampel tetap menggunakan random selection dari sejumlah populasi, dan random assignment untuk membagi sampel menjadi dua kelompok yang (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) sehingga kondisi awal kedua kelompok mendekati equivalen. Penggunaan random selection untuk menentukan sampel agar sampel merupakan representasi dari populasi.

3.2Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 3.1Jumlah siswa yang disurvey, populasi, dan sampel
Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala RdKK Siswa
Tabel 3.3 Tingkatan RdKK Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sementara dalam artian sempit (mikro), Liliwery mendefinisikan sosiologi komunikasi sebagai cabang dari sosiologi yang mempelajari atau yang menerangkan mengenai

Set Setelah elah sis siswa wa dib diberi erikan kan per persam samaan aan sat satu u var variabe iabel, l, sis siswa wa dap dapat at men menent entuka ukan n

Tersedianya obat-obat yang diperlukan dalam sediaan generik akan mempercepat penurunan biaya obat yang harus ditanggung pemerintah, cara lain adalah dengan mengharuskan rumah

Pada luas permukaan, semakin kecil ukuran partikel padatan dalam reaksi maka kemungkinan tumbukan antara partikel reaktan semakin besar. Tumbukan yang

Menurut Taylor dan Caruana (2002) dalam Hais Dama (2010) mengemukakan bahwa kepuasan nasabah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas nasabah. Nasabah yang

air dan berfungsi sebagai perunut yang efektif dalam mengidentifikasi sumber dan evolusi air dalam lapisan tanah. Penelitian ini dilakukan dengan menempatkan sejumlah alat

When you have completed your Speaking tests you should despatch the necessary paperwork and recorded samples for external moderation to Cambridge for moderation as soon as possible