• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PERILAKU KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIFKEPALASEKOLAH DASAR DI PASAMAN BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PERILAKU KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIFKEPALASEKOLAH DASAR DI PASAMAN BARAT."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTRUKTIFKEPALASEKOLAH DASAR

DI PASAMAN BARAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

A B I S A R

1204781

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI KEPALA SEKOLAH

DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PERILAKU

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN

KONSTRUKTIF KEPALA SEKOLAH DASAR

DI PASAMAN BARAT

Oleh Abisar

S.Pd. UNP Padang 2003

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi

Administrasi Pendidikan

© Abisar 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

Pembimbing I

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D

NIP.19530612 198103 1 003

Pembimbing II

Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd NIP.19700524 199402 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 13

E. Struktur Organisasi Tesis ... 13

BAB II.LANDASAN TEORITIS A. Kajian Pustaka ... 15

1. Kajian Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif dalam Administrasi Pendidikan ... 15

a. Pengertian Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif ... 15

b. Indikator Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif ... 19

1) Kebersamaan dalam Belajar ... 24

2) Upaya Membangkitkan Potensi Siswa ... 27

3) Membangun Semangat/Memotivasi ... 30

4) Keterkaitan Pembelajaran dengan Lingkungan ... 32

(5)

Abisiar, 2014

6) Refleksi Hasil Belajar ... 38

2. Kajian Motivasi Berprestasi dalam Administrasi Pendidikan ... 40

a. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 40

b. Indikator Motivasi Berprestasi ... 41

1) Ketekunan pada Tugas ... 44

2) Orientasi Keberhasilan ... 47

3) Menghindari Kegagalan ... 49

4) Kemampuan Menanggulangi Masalah ... 51

3. Kajian Iklim Sekolah dalam Administrasi Pendidikan... 53

a. Pengertian Iklim Sekolah ... 53

b. Indikator Iklim Sekolah... 56

1) Lingkungan Fisik ... 59

2) Sikap dan Moral Personil ... 62

3) Komunikasi dan Interaksi Antar Personil... 65

4) Perubahan dan Pembaharuan ... 68

5) Produktivitas ... 71

B. Kerangka Pemikiran ... 73

C. Hipotesis Penelitian... 74

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 77

B. Metode Penelitian ... 79

C. Defenisi Operasional ... 79

D. Instrumen Penelitian ... 80

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 82

F. Teknik Pengumpulan Data ... 85

G. Analisis Data... 85

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 88

(6)

a. Deskripsi Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif

Kepala Sekolah ... 89

b. Deskripsi Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 91

c. Deskripsi Iklim Sekolah Dasar... 92

2. Pengujian Analisis ... 94

a. Uji Normalitas Data ... 94

b. Uji Linier Data ... 95

c. Uji Homogenitas ... 96

d. Pengujian Hipotesis ... 97

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101

1. Analisis Deskripsi Data Penelitian ... 101

a. Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 101

b. Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 105

c. Iklim Sekolah ... 108

2. Analisis Pengujian Hipotesis ... 111

a. Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 111

b. Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 114

c. Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 117

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 122

B. Rekomendasi ... 123

(7)

Abisiar, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Akreditas Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012 ... 3

3.1. Populasi Penelitin ... 75

3.2. Penarikan Sampel dari Populasi Penelitian ... 76

3.3. Penyebaran Sampel Berdasarkan Akreditasi Sekolah ... 77

3.4. Penetapan sampel Berdasarkan Area dan Akreditasi Sekolah ... 77

3.5. Responden Penelitian ... 78

3.6. Kisi-kisi Angket Penelitian ... 80

3.7. Panduan Menginterpretasikan Indeks Kesukaran... 85

3.8. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 87

4.1. Panduan Menginterpretasikan Indeks Kesukaran... 89

4.2. Deskripsi Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 90

4.3. Deskripsi Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 91

4.4. Deskripsi Iklim Sekolah ... 93

4.5. Hasil Uji Normalitas Data ... 95

4.6. Hasil Uji Linieritas X1 terhadap Y Data ... 95

4.7. Hasil Uji Linier X2 terhadap Y ... 96

4.8. Hasil Uji Linier Data ... 96

(8)

4.10. Hasil Pengujian Hipotesis pengaruh X1 terhadap Y ... 98

4.11. Hasil Pengujian Hipotesis pengaruh X2 terhadap Y ... 98

4.12. Hasil Pengujian Hipotesis pengaruh X1 dan X2terhadap Y ... 99

4.13. Besarnya Pengaruh pada Masing-masing Hipotesis ... 99

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 10

2.1. Model Kuadran Kebutuhan Berprestasi ... 42

2.2. Kerangka Pemikiran ... 73

4.1. Histogram Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 90

4.2. Histogram Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 92

4.3. Histogram Iklim Sekolah ... 93

(9)

Abisiar, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ... 128

2. Histogram Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 133

a. Hasil Jawaban Responden ... 133

b. Perhitungan Validitas ... 134

c. Perhitungan Reliabelitas ... 135

d. Contoh Perhitungan Koefisien Korelasi ... 136

3. Hasil Perhitungan Uji Coba Angket Variabel Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah (X1)... 137

a. Hasil Jawaban Responden ... 137

b. Perhitungan Validitas ... 138

c. Perhitungan Reliabelitas ... 139

d. Contoh Perhitungan Koefisien Korelasi ... 140

4. Hasil Perhitungan Uji Coba Angket Variabel Iklim Sekolah (X2) ... 141

(10)

b. Perhitungan Validitas ... 142

c. Perhitungan Reliabelitas ... 143

d. Contoh Perhitungan Koefisien Korelasi ... 144

5. Hasil Perolehan Data Variabel Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah... 145

6. Hasil Perolehan Data Variabel Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 146

7. Hasil Perolehan Data Responden Kepala Sekolah Variabel Iklim Sekolah ... 147

8. Hasil Perolehan Data Responden Guru Variabel Iklim Sekolah ... 148

9. Hasil Perolehan Dara Lembaga Variabel Iklim Sekolah ... 149

10. Rekapitulasi Hasil Angket ... 150

11. Uji Normalitas Data ... 151

a. Variabel Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah (X1) ... 151

b. Variabel Iklim Sekolah (X2) ... 152

c. Variabel Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 153

12. Uji Linier Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 156

13. Uji Homogen Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 157

14. Pengujian Hipotesis... 158

a. Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah (X1) terhadap Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y) ... 158

b. Pengaruh Iklim Sekolah (X2) terhadap Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y) ... 159

(11)

Abisiar, 2014

d. Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah (X1) dan Iklim

Sekolah (X2) terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran

Konstruktif Kepala Sekolah (Y) ... 162

15. Persamaan Regresi Ganda ... 164

16. Surat Keputusan Pembimbingan ... 167

17. Surat Izin Penelitin Lapangan dari SPs UPI Bandung ... 169

18. Rekomendasi Observasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Pasaman Barat ... 170

19. Tabel Nilai-nilai Chi Kuadrat ... 171

20. Tabel Kurva Normal Persentase Daerah Kurva Normal dari O s/d Z ... 172

21. Tabel Nilai-nilai r Product Moment ... 173

22. Tabel Nilai-nilai Distribusi t ... 174

(12)

ii

Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif

Kepala Sekolah Dasar di Pasaman Barat

Abisar 1204781

ABSTRAK

Implementasi kepemimpinan di sekolah diarahkan pada upaya membangun kebersamaan pembelajaran dalam kerangka kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah. Motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah merupakan variabel yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah dasar. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara; (1) motivasi berprestasi kepala sekolah terhadap perilaku kepemimpinan konstruktif kepala sekolah, (2) iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan konstruktif kepala sekolah, (3) motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah.

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey dan pendekatan deskriptif analitik. Sampel diambil melalui random sampling area sebanyak 40 sekolah dari 259 sekolah se-Kabupaten Pasaman Barat. Teknik pengumpulan data melalui angket skala lima kategori Likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi pearson product moment, determinasi, dan regresi (sederhana dan ganda)

Hasil penelitian diperoleh gambaran aktual: (1) perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah berada pada kategori sangat tinggi, (2) motivasi berprestasi kepala sekolah berada pada kategori tinggi dan (3) iklim sekolah berada pada kategori kondusif. Pengujian hipotesis menunjukan pengaruh yang signifikan antara; (1) Motivasi berprestasi kepala sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala Sekolah (2) Iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah, dan (3) Motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kepemimpinan memegang peranan penting dalam upaya menjamin

kelangsungan sebuah organisasi, termasuk di dalamnya organisasi sekolah.

Kemajuan suatu sekolah sering dihubungkan dengan kemampuan kepala

sekolah menjalankan fugsi kepemimpinannya. Sekolah yang berkembang dan

maju dalam mencapai tujuannya biasanya dipimpin oleh kepala sekolah yang

memiliki perilaku kepemimpinan yang baik. Walaupun tidak selalu sekolah

baik itu lahir dari kepemimpinan kepala sekolah yang baik, namun

kecenderungan itu telah menunjukkan bahwa sekolah bermutu karena

dipimpin oleh kepala sekolah yang memiliki sistem manajemen pengelolaan

sekolah yang bermutu juga.

Sistem pengelolaan sekolah memiliki keunikan tersendiri, karena

persekolahan adalah pelayanan jasa. Hasil sekolah tidak dapat dilihat

langsung seperti mutu barang yang langsung terlihat bagus atau buruknya

hasil sebuah produk tersebut.Hasil sekolah hanya dapat dilihat melalui mutu

lulusannya di tengah-tengah masyarakat dalam bentuk tindakan-tindakan

yang menunjukkan perilaku masyarakat berpendidikan. Hasil pendidikan

terlihat melalui interaksi dan komunikasi yang dibangun individu dalam

berinteraksi dengan lingkungan dan kemampuan individu dalam beradptasi

dengan lingkungan tersebut. Dengan demikian hasil pendidikan hanya terlihat

melalui tindakan yang hasilnya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang

lebih panjang dan menyatu dengan kehidupan itu sendiri.

Berangkat dari hasil pendidikan yang unik maka diperlukan sistem

pengelolaan sekolah yang lebih baik melalui perilaku kepemimpinan yang

(14)

2

kepemimpinan yang mampu menjembatani proses mendewasakan seseorang

atau sekelompok orang sehingga berlangsung secara wajar dan mencapai

tujuan pengajaran yang direncanakan. Kepala sekolah sebagai pemimpin

pendidikan memiliki tanggung jawab membangun kelangsungngan

pembelajaran tersebut agar lebih bermakna sehingga sistem persekolahan itu

tidak sekedar wujudnya, akan tetapi kebermaknaannya dalam bentuk perilaku

peserta didik yang lebih baik dan mencapai tingkat kedewasaannya sesuai

dengan tugas perkembangan usianya.

Pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran konstruktif yang

berangkat dari fenomena yang terjadi di alam, apa yang seharusnya terjadi

dan mengambil makna dari kejadian itu sehingga proses pembelajaran yang

terpenting adalah perubahan tingkahlaku dan bukan semata-mata pada

implementasi kegiatannya. Oleh sebab itu perilaku kepemimpinan kepala

sekolah diarahkan pada upaya mengelola kegiatan tersebut dalam bentuk

perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif. Pimpinan berada di depan

memberikan contoh keteladanan melalui perilaku yang menunjukkan jika apa

yang dilakukan oleh pimpinan dapat ditiru karena pimpinan menunjukkan

karisma yang menjadi panutan bagi orang lain. Kepemimpinan yang

demikian akan dapat menggerakkan organisasi (sekolah) tanpa perintah.

Orang lain akan melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan dengan penuh

kesadaran tanpa adanya paksaan dari orang lain dan pada akhirnya

membentuk suatu pembiasaan atau budaya.

Pimpinan menyadari bahwa mutu kepemimpinannya bukanlah hasil

kerja pribadinya. Bagaimanapun bagusnya keterampilan kepemimpinannya

dan didukung motivasi dirinya yang kuat tidak akan berarti tanpa didukung

oleh orang lain. Nilai kepemimpinan itu bukan berada pada indivudu tetapi

ada pada sistem yang membangun terlaksananya kepemimpinan itu sendiri.

Bagaimanapun bagusnya seorang pemimpin tidak akan dapat melaksanakan

kepemimpinannya dengan baik jika ia dihadapkan pada suatu organisasi

(15)

dukungan. Sebaliknya, dengan kemampuan kepemimpinan yang sedang, akan

tetapi semua sistem dalam organisasi itu mendukung terlaksananya

kepemimpinan tersebut, maka memungkinkan seorang pemimpin tersebut

dapat melakukan kepemimpinan yang lebih baik.

Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif adalah kebersamaan.

Kepala sekolah, guru, karyawan sekolah dan peserta didik merupakan

komunitas yang membangun kebersamaan itu. Kepala sekolah meletakkan

peran kepemimpinannya dalam kerangka pembelajaran konstruktif, sehingga

rasa kekeluargaan, komunikasi yang kental terbangun dengan baik. Pimpinan

lebih mengarahkan gaya kepemimpinannya pada sosok teman diskusi, sosok

teman berbagi pengalaman dan membicarakan langkah kemajuan sekolah

secara bersama. Hubungan antara seorang atasan dan bawahan dihilangkan

sehingga yang timbul adalah kebersamaan.

Observasi awal yang penulis lakukan pada beberapa sekolah dasar di

Pasaman Barat menunjukkan indikasi belum terlaksananya pengelolaan

sekolah yang mengedepankan perilaku kepemimpinan pembelajaran

konstruktif di sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan pada satu sisi dan

guru dan karyawan pada sisi yang lain seolah memiliki sekat pembatas.

Batasan itu sepertinya menjadi dinding tebal yang menunjukkan status yang

berbeda. Antara kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan karyawan

(guru) sebagai yang terpimpin menunjukkan komunikasi dua arah yang lebih

sedikit jika dibandingkan komunikasi sesama karyawan. Komunikasi lebih

banyak bersifat satu arah dalam bentuk perintah-perintah yang harus

dilakukan sebagai wujud kebijakan organisasi.

Sebuah pengamatan penulis, ketika seorang kepala sekolah berjalan

pada lorong sekolah dan pada saat itu seorang guru berjalan di ujung pada

lorong yang sama, maka guru tersebut berbelok untuk menghindari

berpapasan dengan kepala sekolah tersebut. Begitu juga ketika jam istirahat,

suasana di rungan kantor guru terlihat sekelompok guru yang sedang

(16)

4

Dalam suasana yang demikian kepala sekolah masuk. Secara spontan

hilanglah gurauan tersebut, tidak ada komunikasi, dan semuanya diam. Dari

pengamatan tersebut penulis memberi kesimpulan sementara bahwa

komunikasi antara kepala sekolah sebagai pimpinan dan karyawan tidak

terlaksana dengan baik. Kebersamaan dalam belajar kurang sehingga guru

yang menjadi sosok yang berhadapan langsung dengan peserta didik kurang

mendapat bimbingan dari pimpinan.

Sistem pengelolaan sekolah dasar di Pasaman Barat dinilai masih

kurang. Salah satu bukti yang menunjukkan rendahnya sistem pengelolaan

sekolah adalah tingkat akreditasi sekolah yang masih rendah. Akreditasi

Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat tahun 2012 adalah sebagai

berikut :

Tabel 1.1.

Akreditasi Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012

No Nama Kecamatan Jumlah

Sekolah

Akreditasi

A B C Akreditasi Belum

1 Gunung Tuleh 22 0 9 13 0

2 Kinali 42 0 12 30 0

3 Koto Balingka 19 0 4 15 0

4 Lembah Melintang 28 0 17 11 0

5 Luhak Nan Duo 26 2 10 14 0

6 Pasaman 34 0 15 19 0

7 Ranah Batahan 20 0 9 11 0

8 Sasak Ranah Pasisia 9 0 2 7 0

9 Sungai Aur 22 2 6 14 0

10 Sungai Beremas 11 0 3 8 0

11 Talamau 26 2 8 16 0

Jumlah 259 6 95 158 0

Persentase 100 2,32 36,68 61,00 0,00

Membaca tabel di atas maka jelas bahwa hanya 2,32% sekolah yang

(17)

menunjukkan akrediasi C dan belum berakreditasi. Dengan demikin dapat

dinyatakan bahwa lebih 50% Sekolah Dasar di Pasaman Barat menunjukkan

akreditasi yang masih rendah.

Tingkat akreditasi sekolah menjadi tanggung jawab kepemimpinan

kepala sekolah. Kepemimpinan di sekolah hendaknya dapat membawa

perubahan mutu sekolah tersebut sehingga lebih baik ke depan.

Rendahnya sistem pengelolaan sekolah oleh pimpinan akan berdampak

menurunnya mutu sekolah itu sendiri, sehingga hal ini memerlukan

penanganan yang baik. Pengelolaan sekolah yang rendah melalui perilaku

kepemimpinan yang kurang maksimal berdampak pada kelangsungan

masyarakat luas pada masa mendatang. Dampak kedewasaan peserta didik

dalam beradaptasi dengan lingkungannya akan terbawa, kedewasaan dalam

berfikir akan berkurang sehingga menjadi masalah bagi masyarakat luas.

Oleh sebab itu permasalahan tersebut tidak memerlukan penanganan yang

cepat dan tepat.

Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman

Barat seharusnya telah melaksanakan kepemimpinan pembelajaran konstruktif.

Kepala Sekolah Dasar di Pasaman Barat hendaknya dapat menjalankan

kepemimpinannya secara terkait dengan sistem pembelajaran itu sendiri.

Kepemimpinan yang dijalankan hendaknya kepemimpinan pembelajaran,

dimana orang-orang yang terlibat dapat bekerjasama secara terbuka dan penuh

kekeluargaan sehingga mencapai tujuan belajar dengan baik.

Kepala Sekolah Dasar selaku pimpinan sekolah di Pasaman Barat,

masih belum menunjukkan perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif.

Pada umumnya kepala sekolah menunjukkan perilaku kepemimpinan sebagai

bos, atau sebagai atasan yang memberi perintah pada karyawan (guru) dan

karyawan tersebut harus melaksanakan apa yang diperintahkan bos tersebut.

Guru kurang diberi kewenangan untuk mengembangkan kemampuannya dalam

membangun pembelajaran sendiri. Apa yang dilakukan oleh guru cenderung

(18)

6

langsung guru tersebut. Jika kepala sekolah memberikan perintah maka guru

akan bekerja dan jika tidak ada perintah tentunya guru tidak memiliki

keberanian untuk mengambil kebijakan sendiri.

Kepala sekolah selaku pimpinan di sekolah hendaknya dapat

memotivasi orang-orang (guru) sebagai orang yang dipimpinya agar dapat

bekerja dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah.

Untuk itu kepala sekolah hendaknya dapat mengetahui kebutuhan (needs) dan

keinginan (wants) dari guru, (Fahmi, 2012). Namun kebutuhan dan keinginan

dari guru tersebut akan dapat membentu pencapaian tujuan organisasi (sekolah)

jika apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan tersebut sejalan dengan tujuan

organisasi (sekolah) tersebut.

Dalam mewujudkan suatu pekerjaan terlaksana dengan baik dan

orang-orang yang berkualitas masih tetap bekerja dengan motivasi tinggi seorang-orang

pemimpin dengan kepemilikan gaya kepemimpinan yang ada mampu

mewujudkan semua itu tetap berjalan dengan sempurna, (Fahmi, 2012:153).

Dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah berperan besar dalam menentukan

kualitas motivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran sehingga

siswa yang lebih berprestasi (tujuan) dapat dicapai.

Disamping memotivasi bawahan (guru), kepala sekolah hendaknya

dapat memotivasi dirinya dengan cara mencintai pekerjaannya itu menjadi

sebuah kebutuhan dan tanggung jawab yang melekat pada tugas

kekepalasekolahannya itu. Untuk itu kepala sekolah hendaknya dapat

memotivasi dirinya serta memiliki itikad untuk melaksanakan pekerjan itu

sebaik-baiknya, unggul, berprestasi dan dapat dipertanggungjawabkan secara

profesional.

Kepala sekolah hendaknya memiliki motivasi yang kuat untuk

melakukan sesuatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai

prestasi dengan predikat terpuji. Kepala sekolah harus berupaya mewujudkan

sekolah yang dipimpinnya sehingga sekolah tersebut maju dan menjadi sekolah

(19)

harus memiliki visi dan misi yang membangun dan dapat mewujudkan visi dan

misi tersebut menjadi kenyataan.

Motivasi berprestasi dapat terwujud jika didukung oleh iklim organisasi

(sekolah) yang juga baik. Iklim sekolah menjadi hal penting dalam menjaga

kelangsungan sekolah itu sendiri. It is about that essence of a school(Freiberg

H J & Stein T.A., 2005:3) Iklim sekolah adalah jantung dan jiwa dari sekolah.

Begitulah penting iklim menjadi perhatian bagi oarang-orang yang ada di

sekolah tersebut. Menurut Rivai dan Murni (2010:221) ”iklim sekolah dapat

ditujukkan dari beragam poin yang menguntungkan; dua perspektif berguna

adalah perilaku keterbukaan dan kesehatan hubungan interpersonal”. Perilaku

keterbukaan di sekolah diwujudkan melalui hubungan baik antara kepala

sekolah, guru, karyawan sekolah dan peserta didik. Hubungan tersebut

diwujudkan melalui sikap saling menghargai dan memahami akan tugas dan

tanggung jawab masing masing.

Keberhasilan kepemimpinan di suatu sekolah diduga dapat dipengaruhi

iklim sekolah itu sendiri. Terjalinnya hubungan yang baik diantara semua

personil sekolah baik hubungan secara vertikal maupun secara horisontal akan

mempengaruhi perilaku para anggota sekolah yang salah satunya perilaku

kepemimpinan kepala sekolah. Untuk itu iklim sekolah juga merupakan aspek

yang penting untuk diperhatikan.

Penelitian yang dilakukan Alhadza A (2011) dalam ”Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi terhadap Efektivitas

Kepemimpinan Kepala Sekolah (Survei Terhadap Kepala SLTP di Provinsi

Sulawesi Tenggara” menemukan besarnya pengaruh motivasi berprestasi

terhadap efektivitas kepemimpinan adalah 0,65. Artinya, bila motivasi

ditingkatkan sebesar satu satuan maka efektivitas kepemimpinan akan

meningkat sebesar 0,65 satuan. Apabila efektivitas kepemimpinan kepala

sekolah diinginkan meningkat, maka motivasi berprestasi harus diberi

(20)

8

kondisi yang memungkinkan kepala sekolah memiliki motivasi berprestasi

yang tinggi.

Penelitian dalam jurnal Center for Social and Emotional Education

(2010) menemukan empat area fokus iklim organisasi (sekolah) yaitu

keselamatan, hubungan, situasi belajar dan lingkungan instusional yang

didasari pola manajemen organisasi itu. Pola manajemen organisasi sekolah

tersebut dilakukan oleh pemimpin sebagai pemegang pengelolaan yang utama

di sekolah. Dengan demikian untuk menciptakan iklim sekolah yang baik maka

dibutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang baik.

Kepemimpinan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan

motivasi berprestasi dan iklim sekolah yang kondusif. Kepala sekolah harus

memiliki kemampuan dalam membina, membimbing setiap personil yang

dipimpin ke dalam aktifitas-aktifitas yang dapat mendorong mereka untuk

bertumbuh dan berkembang dan bukan sebaliknya kearah yang merugikan

individu. Karakteristik pemimpin yang demikian disebut pemimpin

pembelajaran konstruktif.

Pemimpin yang konstruktif menurut Wira (2012) dalam abbavoice,

Volume 3, Edisi Pembentukan dan Pengabdian, (2012:33-34), bergerak menuju

sasaran yang pasti dan tidak merugikan/menghancurkan sekelilingnya,

khususnya manusia. Jadi, dia tidak memiliki sifat destruktif, bahkan

rekan-rekan yang bekerja bersama-sama dengan dia akan dibuatnya menjadi maju

dan berprestasi dan berupaya menciptakan iklim yang kondusif. Pemimpin

yang konstruktif ini tidak bertepuk dada/memuji diri sendiri kalau berhasil dan

tidak putus asa kalau gagal.

Sebagai bentuk akibat perilaku kepemimpinan yang mengedepankan

adanya atasan dan bawahan, dan guru hanya menerima perintah dari kepala

sekolah selaku atasan dalam arti komunikasi satu arah maka proses belajar

mengajar sulit mencapai tujuan yang diinginkan. Berangkat dari permasalahan

tersebut penulis tertarik meneliti dari aspek perilaku kepemimpinan

(21)

Objek penelitian yang digunakan adalah Sekolah Dasar di Kabupaten

Pasaman Barat. Untuk itu penulis akan meneliti ”Pengaruh Motivasi

Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah dengan Perilaku Kepemimpinan

Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman

Barat”.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Mutu sekolah berangkat dari sistem pengelolaan sekolah yang baik.

Pengelolaan sekolah dilakukan melalui upaya membangun terlaksananya

proses mendewasakan peserta didik ke arah yang lebih baik sehingga tugas

perkembangkan belajar siswa berjalan dengan baik. Kegiatan ini dilakukan

melalui perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah.

Fungsi kepala sekolah dalam perilaku kepemimpinan konstruktif

pembelajaran kepala sekolah adalah sebagai sosok yang memberi contoh

untuk diteladani karena sosok pimpinan tersebut memiliki kepribadian

yang baik sehingga menjadi panutan bagi orang lain. Oleh sebab itu

kepemimpinan pembelajaran konstruktif kurang memberi komando dan

perintah-perintah, melainkan kesadaran sendiri dalam bersamaan dan

terlaksananya komunikasi dua arah yang saling mengisi sehingga tercapai

tujuan pembelajaran dengan baik.

Proses pembelajaran konstruktif melibatkan lingkungan sebagai

fenomena alam yang ikut menjadi sumber belajar. Dengan demikian,

proses kepemimpinan pembelajaran konstruktif tidak berdiri sendiri.

Pimpinan tidak menjadi penentu satu-satunyakeberhasilan atau tujuan

yang akan dicapai sekolah tersebut. Semua sistem persekolahan ikut

(22)

10

dengan peserta didik. Kepemimpinan konstruktif meletakkan fungsinya

sebagai sosok yang berbagi pengetahuan dan pembelajaran sehingga jarak

antara pimpinan dan terpimpin tidak menjadi sebuah sekat yang

menjadikan kelompok-kelompok di antara keduanya.Dengan demikian

proses pembelajaran melalui kepemimpinan pembelajaran konstruktif

menjadikan masing-masing pribadi memiliki sumbangan pikiran yang

membangun kelangsungan sistem persekolahan tersebut.

Implementasi perilaku kepemimpinan di beberapa Sekolah Dasar

Pasaman Barat menunjukkan jika perilaku kepemimpinan pembelajaran

konstruktif kepala sekolah belum berjalan sesuai dengan apa yang

seharusnya dilakukan dalam teori perilaku kepemimpinan pembelajaran

konstruktif. Perilaku kepemimpinan yang dilaksanakan kepala sekolah

lebih terarah pada kepemimpinan seorang menejer bos yang memberikan

perintah-perintah untuk dilaksanakan oleh bawahan. Guru cenderung

melakukan apa yang diperintahkan pimpinan sesuai dengan petunjuk yang

harus dilakukan, dan sedikit sekali yang bertindak sesuai dengan kebijakan

dirinya sendiri. Proses persekolahan terkesan sebagai sebuah pola yang

terulang secara terus menerus. Pola lama dipakai sama persis dari waktu ke

waktu tanpa adanya inisiatif untuk berkembang. Proses berfikir kreatif

menjadi berkurang.

Pengelolaan sekolah hendaknya melakukan hal yang berbeda.

Perilaku kepemimpinan kepala sekolah hendaknya mampu menjembatani

terjadinya proses mendewasakan peserta didik melalui kegitan

pembelajaran yang saling memberi dan saling menerima. Masing-masing

personil memiliki wawasan perkembangan pembelajaran dan terjadinya

kegiatan komunikasi dan interaksi yang bersifat membangun dalam

kerangka tercapainya tujuan sekolah. Pengelolaan ini diwujudkan melalui

(23)

Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif berjalan dengan

baik jika sejumlah variabel yang mempenngaruhinya mendukung

terlaksananya perilaku kepemimpinan tersebut. Berbagai faktor

diperkirakan mempengaruhi perilaku kepemimpinan pembelajaran

konstruktif kepala sekolah, namun secara umum dapat dibedakan atas dua

faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah

faktor-faktor yang muncul dari diri pemimpin itu sendiri, sedangkan faktor

eksternal adalah faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik bawahan

dan situasi, termasuk didalamnya situasi organisasi dan sosial.

Faktor-faktor diduga mempengaruhi perilaku kepemimpinan kepala

sekolah adalah: 1) Iklim organisasi, 2) kepribadian, 3) motivasi, 4)

manajemen, 5) situasional, 6) nilai budaya, 7) karakteristik organisasi dan

8) kekuasaan. Faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan kepala

sekolah tersebut disajikan pada gambar 1 berikut ini.

Diadabtasi Dari : Purwanto (2004), Hersey dan Blanchard (2005), Yukl (2005), Sallis (2007), Yukl (2009) dan Rivai dan Murni (2010)

(24)

12

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku

Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah

Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang yang

menyebabkan ia mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai

produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi berprestasi merupakan dorongan

yng timbul pada diri personil sekolah tersebut agar ia secara antusias dapat

melaksanakan tugas yang ia kerjakan sehingga mencapai kulitas kerja

yang lebih baik (Mangkunegara, 2005) Komitmen berprestasi merupakan

derajat keterlibatan relatif dari individu terhadap organisasi (sekolah).

Komitmen tersebut diimplementasikan melalui penerimaan yang kuat

terhadap tujuan, berupaya mengarahkan kemampuan dan usahanya, serta

keinginan yang kuat untuk berkembang bersama organisasi (sekolah).

Iklim sekolah merupakan seperangkat sifat-sifat lingkungan sekolah

yang dirasakan langsung atau tidak langsung oleh personil sekolah, serta

diduga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku personil itu dalam

bekerja. iklim sekolah merupakan kualitas dan karakter dari kehidupan

sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua dan pengalaman

personil sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan

norma-norma, tujuan, nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan

mengajar, serta struktur organisasi (Cohen et.al. dalam Pinkus, 2009:14).

2. Perumusan Masalah

Penelitian tidak mungkin dilakukan terhadap semua variabel yang

mempengaruhi tersebut. Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan

penulis, maka penelitian ini dibatasi pada dua variabel yang

mempengaruhi perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala

sekolah, sehingga perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

”Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah

(25)

sekolah”. Fenomena masalah di lapangan yang kelihatan lebih dominan adalah motivasi berprestasi dan iklim sekolah maka penelitian ini hanya

dibatasi pada faktor tersebut. Dengan demikian penelitian ini hanya akan

meneliti pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah

terhadap perilaku kepemimpinan konstruktif kepala sekolah.

Rincian perumusan masalah dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Bagaimana perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala

Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat?

b. Bagaimana motivasi berprestasi Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten

Pasaman Barat?

c. Bagaimana iklim Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat?

d. Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi Kepala Sekolah Dasar

terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala

Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat?

e. Seberapa besar pengaruh iklim sekolahterhadap perilaku

kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah Dasar di

Kabupaten Pasaman Barat?

f. Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan

iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran

konstruktif Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

a. Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah Dasar

di Kabupaten Pasaman Barat.

b. Motivasi berprestasi Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.

c. Iklim Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.

d. Pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah terhadap perilaku

kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah Dasar di

(26)

14

e. Pengaruh iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran

konstruktif kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.

f. Pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah secara

bersama-sama terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif

Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai masukan

bagi :

1. Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah untuk menambah

pengetahuan, meningkatkan motivasi dan komitmen berprestasi.

2. Pengawas TK/SD dan UPTPD dalam memberikan pembinaan

meningkatkan motivasi dan komitmen berprestasi kepala Sekolah Dasar

Negeri di Lingkungan Kabupaten Pasaman Barat

3. Pengelola Pendidikan dan pengambil keputusan dalam rangka proses

rekrutmen dan pembinaan kepala sekolah meningkatkan motivasi dan

komitmen berprestasi kepala Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten

Pasaman Barat.

4. Peneliti untuk menambah wawasan, pengembangan ilmu dan memotivasi

diri serta menunjukkan komitmen berprestasi dalam bekerja.

E. Struktur Organisasi Tesis

Untuk lebih memahami alur dalam penulisan tesis ini, dikemukakan

struktur organisasi tesis. Struktur organisasi tesis dalam tulisan ini terdiri dari:

Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,

manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi tesis.

Bab II Kajian Pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian

berisi tentang kajian pustaka yang terdiri dari kajian kepemimpinan

(27)

dalam studi Administrasi Pendidikan dan kajian iklim sekolah dalam studi

Administrasi Pendidikan.

Bab III Metode Penelitian, berisi tentang lokasi dan subjek populasi

dan sampel penelitian, desain penelitian, defenisi operasional, instrumen

penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan

analisa data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang hasil

penelitian yang terdiri dari deskripsi data motivasi berprestasi, deskripsi data

iklim sekolah, deskripsi data kepemimpinan pembelajaran konstruktif, dan

analisis statistik, serta pembahasan hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan dari isi tesis

(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengungkap pengaruh motivasi berprestasi

kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan

pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku kepemimpinan

pembelajaran konstruktif kepala sekolah. Variabel bebas adalah motivasi

berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah. Data mengenai perilaku

kepemimpinan konstruktif kepala sekolah diperoleh melalui tanggapan guru

dan motivasi berprestasi kepala sekolah diperoleh melalui tanggapanlangsung

kepala sekolah. Gurumemberikan tanggapan atau jawaban terhadap perilaku

kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah dan dan iklim

sekolah. Sementara kepala sekolah memberikan tanggapan atau jawaban

mengenai motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah. Oleh sebab

itu sumber data yang dibutuhkan berasal dari kepala sekolah dan guru.

Dengan demikian maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh kepala sekolah dan guru Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman

Barat. Jumlah Sekolah Dasar yang ada adalah 259 sekolah dengan 259 orang

kepala sekolah dan 2025 orang guru yang tersebar di 11 kecamatan. Data

selengkapnya seperti yang tertera dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. PopulasiPenelitian

No Nama Kecamatan Jumlah SD/

Kepala Sekolah Guru

Jumlah Total

1 Gunung Tuleh 22 184 206

2 Kinali 42 289 331

3 Koto Balingka 19 148 167

(29)

5 Luhak Nan Duo 26 215 241

Sumberdata :PemerintahKabupatenPasaman Barat

Untuk memperoleh sampel penelitian digunakan teknik stratifife

sampling. Adapun dasar pokok dari stratifife sampling adalah populasi

berada pada tempat yang memiliki karakteristik yang beragam (Riduan,

2010:58).

Karakteristik populasi tidak homogen karena wilayah populasi

berada pada wilayah pusat kota, wilayah pinggiran kota dan wilayah luar

kota. Untuk itu pengambilan sampel harus memperhatikan perbedaan

tersebut (area sampling). Menurut Riduan (2010:60) ”area sampling ialah

teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap

wilayah geografis yang ada”. Dengan demikian wilayah populasi dibagi

berdasarkan wilayah geografis yang terdiri dari wilayah kota, wilayah

pinggiran kota dan wilayah luar kota.Pembagian wilayah pada populasi

dan penyampelannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2.

Penarikan Sampel dari Populasi Penelitian

Wilayah Kabupaten Pemilihan

Sampel Sampel Wilayah

Jumlah

Lembah Melintang Tidak

Pinggiran

Koto Balingka Tidak

Sungai Aur Tidak

Luar kota Sasak RP Ya Sasak RP

Sungai Beremas

9 11

(30)

77

Kinali Tidak -

-

- -

Ranah Batahan Tidak

Jumlah 128

Disamping karakteristik wilayah, tingkat akreditasi sekolah diduga

ikut mempengaruhi populasi penelitian. Berdasarkan akreditasi maka

terdapat 9 sekolah akreditasi A, 57 sekolah berakreditasi B, 57 sekolah

akreditasi C dan sisanya 5 sekolah belum berakreditasi. Data

selengkapnya seperti tabel 3.3

Tabel 3.3.

Penyebaran Sampel Berdasarkan Akreditasi Sekolah

No Nama Kecamatan Akreditasi Jumlah

A B C Akreditasi Belum

1 Pasaman 0 15 19 0 34

2 Luhak Nan Duo 2 10 14 0 26

3 Talamau 2 8 16 0 26

4 Gunung Tuleh 0 9 13 0 22

5 Sasak Ranah Pasisia 0 2 7 0 9

6 Sungai Beremas 0 3 8 0 11

Jumlah 4 47 77 0 128

Setelah pemilihan sampel ditentukan dan terdapat 6 kecamatan

yang mewakili semua area, selanjutnya diteruskan dengan penarikan

sampel untuk menentukan jumlah dan sekolah yang akan dijadikan

responden penelitian. Masing masing kecamatan pada sampel wilayah

diambil 30%. Data selengkapnya pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4.

Penetapan Sampel Berdasarkan Area dan Akreditasi

No Nama Kecamatan Sampel (30%) Jum lah

A B C Akreditasi Belum

1 Pasaman 0 5 6 0 11

2 Luhak Nan Duo 1 3 4 0 8

3 Talamau 1 2 5 0 8

4 Gunung Tuleh 0 3 4 0 7

5 Sasak Ranah Pasisia 0 1 2 0 3

(31)

Jumlah 2 15 23 0 40

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dan guru

dari 40 sekolah yang dinyatakan sebagai sampel. Data responden

selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 3.5. Responden Penelitian Nama

Kecamatam Nama Sekolah

Kepala

Sekolah Guru Pasaman

(11 Sekolah)

SDN 01 Pasaman SDN 03 Pasaman SDN 04 Pasaman SDN 06 Pasaman SDN 07 Pasaman SDN 08 Pasaman SDN 10 Pasaman SDN 14 Pasaman SDN 15 Pasaman SDN 23 Pasaman SDN 27 Pasaman

1

SDN 01 Talamau SDN 02 Talamau SDN 05 Talamau SDN 08 Talamau SDN 12 Talamau SDN 13 Talamau SDN 16 Talamau SDN 25 Talamau

1

SDN 04 Gunung Tuleh SDN 06 Gunung Tuleh SDN 09 Gunung Tuleh SDN 10 Gunung Tuleh SDN 11 Gunung Tuleh SDN 14 Gunung Tuleh

(32)

79

SDN 19 Gunung Tuleh 1 6

Sasak Ranah Pasisia

(3 Sekolah)

SDN 01 Sasak Ranah Pasisia SDN 03 Sasak Ranah Pasisia SDN 07 Sasak Ranah Pasisia

1

SDN 01 Sungai Beremas SDN 07 Sungai Beremas SDN 09 Sungai Beremas

1

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2005:3). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi dan iklim sekolah

terhadap perilaku kepemimpinan pembelajarankonstruktif kepala Sekolah

Dasar di Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif karena penelitian ini merupakan upaya pembuktian teori yang telah

ada. Metode kuantitatif digunakan bila masalah penelitian sudah jelas,

bermaksud menguji hipotesis dan mendapatkan data yang akurat berdasarkan

fenomena empiris dan terukur (Sugiyono,2006)

Jenis metode kuantitatif yang akan digunakan adalah survey, karena

data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi sehingga

ditemukan distribusi hubungan antar variabel yang diteliti. Menurut Ridwan

(2010:49)

Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Dengan demikian penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

survey sehingga ditemukan pengaruh motivasi berpretstasi guru dan iklim

sekolah terhadap kepemimpinan konstruktif kepala sekolah dasar.

(33)

Variabel penelitian adalah hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti yang dipelajari sehingga mendapatkan informasi sampai adanya

kesimpulan. Dalam penelitian ini dikemukakan defenisi operasional

masing-masing variabel, sebagai berikut :

1. Kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah

dimaksudkansebagai bentuk kepemimpinan di sekolah yang

mengedepankan sistem membangun kebersamaan untuk mencapai tujuan

pendidikan.

2. Motivasi berprestasi guru dimaksudkan adanya semangat ingin berbuat

yang lebih baik dari sebelumnya tas pekerjaan yang dilakukan sehingga

memperoleh hasil yang lebih memuaskan

3. Iklim sekolah dimaksudkan sebagai suasana yang terjadi di sekolah

menyangkut hubungan antar personil sekolah yang mempengaruhi

kualitas kerja di sekolah.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan model skala

Likert. Menurut Riduan, (2010:86) Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau

gejala sosial. Alternatif jawabannya adalah selalu (SL), sering (SR),

kadang-kadang (KD), Jarang (JR) atau tidak pernah (TP).

Instrumen disusun melalui masing masing variabel yang dijabarkan

dalam indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut dijabarkan lagi dalam

bentuk item-item. Dalam item item ini terdapat sejumlah pernyataan yang

disusun dengan berpedoman pada teori pada bab II. Pernyataan-pernyataan

inilah yang dijadikan dasar penyusunan angket. Kisi-kisi angket penelitiannya

adalah :

Tabel 3.6.

Kisi-kisi Angket Penelitian

(34)

81 Lambert L et.al. (2002), Klotz A & Lynck (2007), Sinha C.J (2012),

a. Pembelajaran dilakukan secara timbal balik

b. Guru sebagai pemberi informasi

c. Guru sebagai penerima hasil belajar

d. Guru menjiwai pembelajaran

e. Guru melakukan kunjungan rumah

f. Keterbukaan untuk membantu

g. Hubungan kekeluargaan

h. Memberikan pujian terhadap prestasi

1

a. Mengembangkan minat siswa

b. Membangun makna secara bersama

c. Pembelajaran melalui pengalaman

d. Mengarahkan prestasi

e. Menggali bakat siswa

9

a. Siswa merasa nyaman bertanya pada guru

b. Siswa mau menjawab pertanyaan guru

c. Perilaku guru yang bersahabat

d. Kepedulian guru terhadap siswa

e. Guru menyenangkan bagi siswa

14

a. Belajar dari keberhasilan terdahulu

b. Pembelajaran melalui norma yang berlaku

c. Belajar dari kebiasaan masyarakat

d. Kepedulian terhadap orang lain

e. Pembelajaran mendukung pencapaian tujuan

f. Hubungan siswa di tengah masyarakat

g. Kebermaknaan isi pembelajaran

19

a. Pembelajaran membantu siswa bersosialisasi

b. Konsep pembelajaran yang bermakna

c. Adanya kesetaraan dalam belajar

d. Sistem demokratis dalam belajar

e. Mengembangkan keterampilan siswa

26

a. Kedewasaan dalam bertindak

b. Sosialisasi dalam bermasyarakat

c. Prestasi belajar yang meningkat

d. Produk hasil belajar siswa

e. Pameran atau promosi hasil pembelajaran

31

(Sumber: Hoy & Miskel (2008),

a. Memiliki orientasi tugas dengan jelas

b. Keyakinan pada pelaksanaan tugas

c. Pemberian umpan balik

d. Efektivitas diri dalam bekerja

e. Pilihan tugas yang menantang

f. Tidak merasa jenuh

1

a. Keyakinan pada kemampuan sendiri

b. Penguasaan pengalaman dalam bekerja

c. Harapan untuk sukses

d. Belajar dari orang sukses

e. Memperhatikan peluang untuk sukses

f. Berpartisipasi dalam kegiatan

g. Bekerja lebih keras

(35)

h. Membuat karya baru 14

3.Menghindari

kegagalan

a. Belajar dari pengalaman kegagalan

b. Tidak merasa cemas

c. Menilai kegiatan yang sudah berlalu

d. Meningkatkan keterampilan

e. Meningkatkan perhatian pada tugas

f. Meningkatkan ketelitian

15

a. Cepat mengambil tindakan

b. Keyakinan akan menyelesaikan masalah

c. Ketenangan dalam bertindak

d. Tidak merasa cemas

e. Memahami orientasi tugas dengan jelas

f. Menguasai situasi organisasi/sekolah

21

a. Lingkungan yang bersih

b. Perawatan taman sekolah

c. Penggunaan ruang istirahat (kantor guru)

d. Ketersediaan tempat duduk di luar rungan

e. Struktur fisik sekolah

f. Sirkulasi udara

g. Penggunaan gedung

1

a. Perilaku siswa dalam belajar

b. Perilaku siswa dalam bermain

c. Sikap siswa terhadap guru

d. Perlakukan guru terhadap siswa

e. Tata tertib sekolah

f. Otonomi guru dalam belajar

8

a. Hubungan kekeluargaan di sekolah

b. Keharmonisan antar personil

c. Humor sesama guru di sekolah

d. Penghargaan sesama personil di sekolah

e. Komunikasi sekolah dengan masyarakat

f. Penanggulangan konflik

14

a. Meningkatkan semangat kerja personil

b. Perawatan gedung sekolah

c. Perencanaan sekolah ke depan

d. Perbaikan cara belajar di kelas

20 21 22 23

5.produktivitas a. Prestasi siswa di sekolah

b. Prestasi siswa di luar sekolah

c. Kemandirian siswa di masyarakat

d. Pendidikan masa depan siswa

24 25 26 27

E. Proses Pengembangan Instrumen

Setelah instrumen tersusun, maka instrumen tersebut belum dapat

digunakan. Instrumen perlu diukur kesahihannya melalui uji validitas, uji

(36)

83

maupun secara kelopok. Validitas butir menggunakan rumus Pearson Product

Moment (Riduan, 2010:110) sebagai berikut :

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

2

Sedangkan untuk menentukan reabelitas menggunakan rumus

Spearman Brown dalam (Riduan, 2010:116).sebagai berikut:

b

pengumpul data. Ukuran keterandalan validitas butir berpedoman pada t

tabel sesuai dengan pendapat (Riduan, 2010:112). Hasil yang diperoleh

sebagai berikut:

1. Uji Coba Variabel Perilaku Kepemimpinan Konstruktif Kepala Sekolah

Jumlah item angket untuk variabel perilaku kepemimpinan

konstruktif kepala sekolah adalah 35 item, setelah dilakukan uji coba

angket 30 item dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan

dk 30-2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048sehingga ke 30 item tersebut dinyatakan valid dan sisanya 5 item dinyatakan

tidak valid. Item yang valid adalah nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 12, 13,

14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

dan 35. Sedangkn item yang tidak valid adalah item nomor 5, 9, 11,

(37)

Demikian juga uji reliabelitas, 32 item dinyatakan memiliki t

hitung di atas t tabel. T tabel dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi

5% diperoleh nilai r = 0,374 sehingga ke 32 item tersebut dinyatakan

reliabel dan sisanya 3 item dinyatakan tidak relibel.Item-item yang

dinyatakan tidak valid dan atau tidak reliabel diperiksa kembali

pernyataannya dan dilakukan perbaikan sehingga semua item yang

ada tetap dipergunakan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 2.

2. Uji Coba Variabel Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah

Jumlah item angket untuk variabel motivasi berprestasi kepala

sekolah adalah 26 item, setelah dilakukan uji coba angket 24 item

dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 - 2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 24 item

tersebut dinyatakan valid dan sisanya 2 item dinyatakan tidak valid.

Item yang valid adalah nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, dan 26. Sedangkn item yang

tidak valid adalah item nomor 6 dan 9.

Demikian juga uji reliabelitas, 24 item dinyatakan memiliki t

hitung di atas t tabel. T tabel dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi

5% diperoleh nilai r = 0,374 sehingga ke 24 item tersebut dinyatakan

reliabel dan sisanya 2 item dinyatakan tidak relibel. Item-item yang

dinyatakan tidak valid dan atau tidak reliabel diperiksa kembali

pernyataannya dan dilakukan perbaikan sehingga semua item yang

ada tetap dipergunakan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 3

3. Uji Coba Iklim Sekolah

Jumlah item angket untuk variabel iklim sekolah adalah 28

(38)

85

hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 - 2 = 28 dengan α untuk uji dua

pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 25 item tersebut dinyatakan valid

dan sisanya 3 item dinyatakan tidak valid. Item yang valid adalah

nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23, 24, 25, 26 dan 27. Sedangkan item yang tidak valid adalah

item nomor 5, 9 dan 28.

Demikian juga uji reliabelitas, 27 item dinyatakan memiliki t

hitung di atas t tabel. T tabel dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi

5% diperoleh nilai r = 0,374 sehingga ke 27 item tersebut dinyatakan

reliabel dan sisanya 1 item dinyatakan tidak relibel. Item-item yang

dinyatakan tidak valid dan atau tidak reliabel diperiksa kembali

pernyataannya dan dilakukan perbaikan sehingga semua item yang

ada tetap dipergunakan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 4.

Sebelum hipotesis diuji terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

data dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (Riduan, 2010:182) yaitu :

  k

i fe

fe fo X

1

2

2 ( )

F. Teknik Pengumpulan Data

Setelah instrumen dinyatakan valid, reliabel, dan normal, maka

instrumen telah layak dipakai sebagai alat pengumpul data. Angket

disebarkan kepada responden dan dikumpulkan kembali untuk dianalisis.

Data kualitatif di jadikan data kuantitatif dengan skor 5, 4, 3, 2, dan 1. Data

yang telah diskor diinterpretasikan sesuai dengan panduan untuk

menginterpretasikan indeks kesukaran(Sugiyono, 2005)

Tabel 3.7

(39)

No Rata-rata Skor Kriteria

1 1,00 – 1,80 Tidak baik/Sangat rendah

2 1,81 – 2,60 Kurang baik/Rendah

3 2,61 – 3,40 Cukup baik/Cukup tinggi

4 3,41 – 4,20 Baik/Tinggi

5 4,21 – 5,00 Sangat baik/Sangat tinggi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitik teknik survey. Data dikumpulkan dengan kuesioner

yang dilakukan melalui penyebaran angket tertulis, berisi pernyataan yang

diajukan dengan lima alternatif pilihan jawaban. Responden akan

memberikan pernyataan seputar pengalamannya sehubungan dengan

kepemimpinan, motivasi berprestasi dan iklim sekolah.

G. Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah

sebagai berikut;

1. Setelah angket terkumpul secara lengkap, peneliti memeriksa kembali

jumlahnya, fisiknya dan kelengkapan pengisiannya. Angket yang belum

lengkap, dipisahkan dan ditindaklanjuti melalui telepon untuk pengisian

kekurangannya.

2. Upaya kodifikasi dilakukan pada masing-masing kuesioner yang masuk,

dengan demikian terjadi pengelompokan responden sesuai dengan tujuan

penelitian serta memudahkan pelacakan kembali, apabila dibutuhkan.

3. Memberi nilai untuk setiap responden menurut ukuran yang sudah

ditetapkan, sehingga diperoleh nilai tiap-tiap responden

4. Dilakukan tabulasi data untuk menghitung setiap item dan selanjutnya data

mentah ditransformasikan ke data interval.

5. menyajikan data dalam bentuk tabel atau dengan deskripsi data

(40)

87

6. Dilakukan uji normalitas, linieritas dan homogenitas sebagai syarat

penghitungan hipotesis.

7. Penghitungan hipotesis menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Untuk mencari hubungan atau pengaruh antar variabel tunggal

digunakan rumus Korelasi Pearson Product (PPM). Rumus itu dapat

digunakan apabila (1) data yang dipilih secara acak (random), (2)

datanya berdistribusi normal, (3) data yang dihubungkan berpola linier,

dan (4) data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai

dengan subjek yang sama (Riduan, 2010:136). Data dalam penelitian

ini memenuhi syarat, sehingga rumus PPM dapat digunakan. Rumus

PPM tersebut adalah :

b. Memberi arti untuk tingkat hubungan antar dua variabel dengan

interpretasi koefisien korelasi dalam Riduan (2010:136) sebagai

berikut :

Tabel. 3.7.

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X

(41)

2

diterminasi dan r adalah nilai koefisien korelasi

c. Untuk menentukan kebermaknaan hubungan variabel X dan variabel Y

dilakukan uji signifikansi dalam Ridwan, 2010:137) yaitu :

2

korelasi dan n adalah jumlah sampel.

d. Untuk menghitung nilai korelasi (antara X1 dan X2 terhadap Y)

digunakan rumus korelasi ganda (Ridwan, 2010:140) yaitu :

Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda, maka perlu

dicari F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabelyaitu

1

dan n adalah jumlah sampel.

e. Untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas digunakan rumus

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya

dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala Sekolah

Dasar di kabupaten Pasaman Barat berada pada katagori sangat tinggi

diketahui melalui; kebersamaan dalam belajar, upaya membangkitkan

potensi siswa, membangun semangat/memotivasi, keterkaitan

pembelajaran dengan lingkungan, kesesuaian konsep belajar dengan

nilai dan refleksi hasil belajar siswa.

2. Motivasi berprestasi kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman

Barat berada pada kategori tinggi diketahui melalui ketekunan pada

tugas, orientasi keberhasilan, upaya menghindari kegagalan dan

kemampuan dalam menanggulangi masalah yang timbul.

3. Iklim Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat berada pada

kategori yang kondusif diketahui melalui; lingkungan fisik, sikap dan

moral personil, komunikasi dan interaksi, perubahan dan

pembaharuan dan produktivitas.

4. Motivasi berprestasi kepala sekolah memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif

kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat dengan hasil

korelasi yang cukup kuat.

5. Iklim sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala Sekolah Dasar di

Kabupaten Pasaman Barat dengan hasil korelasi yang kuat.

6. Motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah memiliki

(43)

pembelajaran konstruktif kepala Sekolah Dasar di Kabupaten

Pasaman Barat dengan hasil korelasi yang kuat.

B. Rekomendasi

Dengan melihat hasil penelitian yang ada maka penulis

memberikan rekomendasi sebagai berikut :

1. Kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah diukur

melalui kebersamaan dalam belajar, upaya membangkitkan potensi

siswa, membangun semangat/memotivasi, keterkaitan pembelajaran

dengan lingkungan, kesesuaian konsep belajar dengan nilai dan

refleksi hasil belajar siswa. Membangun semangat/memotivasi

hendaknya dapat menjadi perhatian yang lebih tinggi karena terbukti

membangun semangat/memotivasi memperoleh hasil terendah. Kalau

masalah ini dibiarkan sekolah maka akan berdampak pada perilaku

kepemimpinan konstruktif kepala sekolah. Dalam hal ini pimpinan

hendaknya lebih mengedepankan kebersamaan dalam belajar dalam

rangka mengelola sekolah sehingga upaya meningkatkan prestasi

sekolah menjadi tanggungjawab bersama. Kepala sekolah hendaknya

lebih banyak memberikan contoh yang akan diikuti oleh personil

lainnya dibandingkan dengan kepala sekolah memberikan perintah.

Memberi contoh menjadikan personil termotivasi dan bukan merasa

terpaksa untuk melakukannya.

2. Motivasi berprestasi kepala sekolah, diukur melaluiketekunan pada

tugas, orientasi keberhasilan, upaya menghindari kegagalan dan

kemampuan dalam menanggulangi masalah yang timbul. Upaya

menghindari kegagalan hendaknya dapat menjadi perhatian bagi

sekolah karena terbukti memperoleh hasil yang lebih rendah.Kalau

masalah ini dibiarkan oleh kepala sekolah maka akan berdampak

terhadap menurunnya motivasi berprestasi kepala sekolah. Kepala

sekolah hendaknya dapat belajar dari pengalaman sebelumnya baik itu

(44)

124

Keberhasilan dipandang sebagai kegiatan yang dapat dicontoh dan

dipelajari lebih lanjut untuk dapat mengulangi kesuksesan sebelumnya

dan bahkan mengupayakan kegiatan yang lebih sukses dari

sebelumnya. Sementara kegagalan dapat dijadikan pelajaran untuk

tidak mengulangi kegagalan tersebut, tentunya dengan memperhatikan

kelemahan dan kekurangan sebelumnya dan berusaha untuk menutupi

kelemahan dan kekurangan tersebut.

3. Iklim sekolah diukur melalui lingkungan fisik, sikap dan moral

personil, komunikasi dan interaksi, perubahan dan pembaharuan dan

produktivitas. Lingkungan fisik dan produktivitas hendaknya dapat

menjadi perhatian yang lebih tinggi karena terbukti lingkungan fisik

dan produktivitas memperoleh hasil terendah. Kalau masalah ini

dibiarkan maka akan berdampak pada menurunnya iklim sekolah dan

akan berdampak pada aspek lainnya. Persiapan gedung sekolah

hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhannya, misalnya

kebutuhan ruang belajar, ruang perpustakaan, ruang laboratorium,

ruang ibadah, ruang tunggu, ruang pertemuan, toilet, parkir kenderaan

dan lain sebagainya dengan kondisi yang terpelihara dengan baik,

bersih, teratur dan rapi sehingga menyenangkan bagi personil sekolah.

4. Besarnya pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim

sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif

kepala sekolah dapat dijadikan pertimbangan bagi sekolah dalam

usaha meningkatkan efektivitas kepemimpinan di sekolah.

5. Penelitian ini hanya meneliti dua variabel yang mempengaruhi

perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif, sementara masih

banyak faktor lain yang juga ikut mempengaruhi perilaku

kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah tersebut.

Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat melengkapi kekurangan

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Alhadza, Abdullah. (2011). ”Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi terhadap Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (Survei Terhadap Kepala SLTP di Provinsi Sulawesi Tenggara”

Barnawi. (2010). Ikhwal Kepemimpinan Pendidikan Pemikiran Pendidikan. 27 Juli

Bandura A. (2009:8) Exercise of personal and collective efficacy in changing societies. Self-efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge University Press

Best Practice Briefs. (2004). School Climate and Learning 31 Desember 2004. Journal Internasional

Billsberry, Jon. (2009). ”The Social Construction of Leadership Education”.

Journal of Leadership Education. 08. (2) 1-9

Brophi, J. (2004). Motivating Students to Learn (Second Edition.) London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers

Burger, John, M. et al. (2007). Intelligent Leadership. Contructs For Thinking Educational Leaders.Netherlands: Springers

Conley S & Muncey DE (2005). Organizational Climate and Teacher Professionalism: Identifying Teacher Work Environment Dimensions, School Climate: Measuring, Improving and Sustaining Healthy Learning Environments. London: Falmers Press

Creemers and Reezigt.(2005) The Role of School and Classroom Climate in Elementary School Learning Environments School Climate: Measuring, Improving and Sustaining Healthy Learning Environments. London: Falmers Press

Engkoswara dan Komariah, (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alpabeta

Fahmi, Irham. (2012). Manajemen. Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alpabeta.

Gambar

Tabel 1.1. Akreditasi Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012
Gambar 1.1.
Tabel 3.1. PopulasiPenelitian
Tabel 3.2. Penarikan Sampel dari Populasi Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Meski Susno mengaku tidak mengetahui alasan penangkapan dirinya/ namun sebaliknya/ Polri justru menyatakan bahwa penahanan Susno/ telah memenuhi alat bukti yang

Analisis Persebaran Lokasi Minimarket terhadap Perubahan Pendapatan Pedagang Kelontong di Pasar Tradisional.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

The evaluation result shows that IPLT of Karanganyar needs to expand service area, make regulation about IPLT management and WC suction duty, repair treatment units and repair

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko usaha bank (Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Net Interest Margin) berpengaruh

Susan Stainback dalam Sugiyono (2011:244) mmenyatakan bahwa “Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami

dan simbolik materi hidrolisis garam dalam courseware multimedia yang

Data tanggapan responden yang diperoleh berupa ceklist. Berikut adalah kriteria penilaian butir soal.. Memberikan skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua

“ Bagaimanakah kualitas tes tertulis Two-tier Multiple Choice yang dikembangkan pada materi pokok Organisasi