KONSTRUKTIFKEPALASEKOLAH DASAR
DI PASAMAN BARAT
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
A B I S A R
1204781
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA
PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI KEPALA SEKOLAH
DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP PERILAKU
KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIF KEPALA SEKOLAH DASAR
DI PASAMAN BARAT
Oleh Abisar
S.Pd. UNP Padang 2003
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi
Administrasi Pendidikan
© Abisar 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Pembimbing I
Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D
NIP.19530612 198103 1 003
Pembimbing II
Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd NIP.19700524 199402 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8
1. Identifikasi Masalah ... 8
2. Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 13
E. Struktur Organisasi Tesis ... 13
BAB II.LANDASAN TEORITIS A. Kajian Pustaka ... 15
1. Kajian Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif dalam Administrasi Pendidikan ... 15
a. Pengertian Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif ... 15
b. Indikator Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif ... 19
1) Kebersamaan dalam Belajar ... 24
2) Upaya Membangkitkan Potensi Siswa ... 27
3) Membangun Semangat/Memotivasi ... 30
4) Keterkaitan Pembelajaran dengan Lingkungan ... 32
Abisiar, 2014
6) Refleksi Hasil Belajar ... 38
2. Kajian Motivasi Berprestasi dalam Administrasi Pendidikan ... 40
a. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 40
b. Indikator Motivasi Berprestasi ... 41
1) Ketekunan pada Tugas ... 44
2) Orientasi Keberhasilan ... 47
3) Menghindari Kegagalan ... 49
4) Kemampuan Menanggulangi Masalah ... 51
3. Kajian Iklim Sekolah dalam Administrasi Pendidikan... 53
a. Pengertian Iklim Sekolah ... 53
b. Indikator Iklim Sekolah... 56
1) Lingkungan Fisik ... 59
2) Sikap dan Moral Personil ... 62
3) Komunikasi dan Interaksi Antar Personil... 65
4) Perubahan dan Pembaharuan ... 68
5) Produktivitas ... 71
B. Kerangka Pemikiran ... 73
C. Hipotesis Penelitian... 74
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 77
B. Metode Penelitian ... 79
C. Defenisi Operasional ... 79
D. Instrumen Penelitian ... 80
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 82
F. Teknik Pengumpulan Data ... 85
G. Analisis Data... 85
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 88
a. Deskripsi Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif
Kepala Sekolah ... 89
b. Deskripsi Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 91
c. Deskripsi Iklim Sekolah Dasar... 92
2. Pengujian Analisis ... 94
a. Uji Normalitas Data ... 94
b. Uji Linier Data ... 95
c. Uji Homogenitas ... 96
d. Pengujian Hipotesis ... 97
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101
1. Analisis Deskripsi Data Penelitian ... 101
a. Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 101
b. Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 105
c. Iklim Sekolah ... 108
2. Analisis Pengujian Hipotesis ... 111
a. Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 111
b. Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 114
c. Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 117
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 122
B. Rekomendasi ... 123
Abisiar, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Akreditas Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012 ... 3
3.1. Populasi Penelitin ... 75
3.2. Penarikan Sampel dari Populasi Penelitian ... 76
3.3. Penyebaran Sampel Berdasarkan Akreditasi Sekolah ... 77
3.4. Penetapan sampel Berdasarkan Area dan Akreditasi Sekolah ... 77
3.5. Responden Penelitian ... 78
3.6. Kisi-kisi Angket Penelitian ... 80
3.7. Panduan Menginterpretasikan Indeks Kesukaran... 85
3.8. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 87
4.1. Panduan Menginterpretasikan Indeks Kesukaran... 89
4.2. Deskripsi Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 90
4.3. Deskripsi Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 91
4.4. Deskripsi Iklim Sekolah ... 93
4.5. Hasil Uji Normalitas Data ... 95
4.6. Hasil Uji Linieritas X1 terhadap Y Data ... 95
4.7. Hasil Uji Linier X2 terhadap Y ... 96
4.8. Hasil Uji Linier Data ... 96
4.10. Hasil Pengujian Hipotesis pengaruh X1 terhadap Y ... 98
4.11. Hasil Pengujian Hipotesis pengaruh X2 terhadap Y ... 98
4.12. Hasil Pengujian Hipotesis pengaruh X1 dan X2terhadap Y ... 99
4.13. Besarnya Pengaruh pada Masing-masing Hipotesis ... 99
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 10
2.1. Model Kuadran Kebutuhan Berprestasi ... 42
2.2. Kerangka Pemikiran ... 73
4.1. Histogram Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 90
4.2. Histogram Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 92
4.3. Histogram Iklim Sekolah ... 93
Abisiar, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Penelitian ... 128
2. Histogram Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 133
a. Hasil Jawaban Responden ... 133
b. Perhitungan Validitas ... 134
c. Perhitungan Reliabelitas ... 135
d. Contoh Perhitungan Koefisien Korelasi ... 136
3. Hasil Perhitungan Uji Coba Angket Variabel Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah (X1)... 137
a. Hasil Jawaban Responden ... 137
b. Perhitungan Validitas ... 138
c. Perhitungan Reliabelitas ... 139
d. Contoh Perhitungan Koefisien Korelasi ... 140
4. Hasil Perhitungan Uji Coba Angket Variabel Iklim Sekolah (X2) ... 141
b. Perhitungan Validitas ... 142
c. Perhitungan Reliabelitas ... 143
d. Contoh Perhitungan Koefisien Korelasi ... 144
5. Hasil Perolehan Data Variabel Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah... 145
6. Hasil Perolehan Data Variabel Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah ... 146
7. Hasil Perolehan Data Responden Kepala Sekolah Variabel Iklim Sekolah ... 147
8. Hasil Perolehan Data Responden Guru Variabel Iklim Sekolah ... 148
9. Hasil Perolehan Dara Lembaga Variabel Iklim Sekolah ... 149
10. Rekapitulasi Hasil Angket ... 150
11. Uji Normalitas Data ... 151
a. Variabel Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah (X1) ... 151
b. Variabel Iklim Sekolah (X2) ... 152
c. Variabel Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 153
12. Uji Linier Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 156
13. Uji Homogen Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah ... 157
14. Pengujian Hipotesis... 158
a. Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah (X1) terhadap Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y) ... 158
b. Pengaruh Iklim Sekolah (X2) terhadap Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (Y) ... 159
Abisiar, 2014
d. Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah (X1) dan Iklim
Sekolah (X2) terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran
Konstruktif Kepala Sekolah (Y) ... 162
15. Persamaan Regresi Ganda ... 164
16. Surat Keputusan Pembimbingan ... 167
17. Surat Izin Penelitin Lapangan dari SPs UPI Bandung ... 169
18. Rekomendasi Observasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Pasaman Barat ... 170
19. Tabel Nilai-nilai Chi Kuadrat ... 171
20. Tabel Kurva Normal Persentase Daerah Kurva Normal dari O s/d Z ... 172
21. Tabel Nilai-nilai r Product Moment ... 173
22. Tabel Nilai-nilai Distribusi t ... 174
ii
Pengaruh Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Perilaku Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif
Kepala Sekolah Dasar di Pasaman Barat
Abisar 1204781
ABSTRAK
Implementasi kepemimpinan di sekolah diarahkan pada upaya membangun kebersamaan pembelajaran dalam kerangka kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah. Motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah merupakan variabel yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah dasar. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara; (1) motivasi berprestasi kepala sekolah terhadap perilaku kepemimpinan konstruktif kepala sekolah, (2) iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan konstruktif kepala sekolah, (3) motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah.
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey dan pendekatan deskriptif analitik. Sampel diambil melalui random sampling area sebanyak 40 sekolah dari 259 sekolah se-Kabupaten Pasaman Barat. Teknik pengumpulan data melalui angket skala lima kategori Likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi pearson product moment, determinasi, dan regresi (sederhana dan ganda)
Hasil penelitian diperoleh gambaran aktual: (1) perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah berada pada kategori sangat tinggi, (2) motivasi berprestasi kepala sekolah berada pada kategori tinggi dan (3) iklim sekolah berada pada kategori kondusif. Pengujian hipotesis menunjukan pengaruh yang signifikan antara; (1) Motivasi berprestasi kepala sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala Sekolah (2) Iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah, dan (3) Motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kepemimpinan memegang peranan penting dalam upaya menjamin
kelangsungan sebuah organisasi, termasuk di dalamnya organisasi sekolah.
Kemajuan suatu sekolah sering dihubungkan dengan kemampuan kepala
sekolah menjalankan fugsi kepemimpinannya. Sekolah yang berkembang dan
maju dalam mencapai tujuannya biasanya dipimpin oleh kepala sekolah yang
memiliki perilaku kepemimpinan yang baik. Walaupun tidak selalu sekolah
baik itu lahir dari kepemimpinan kepala sekolah yang baik, namun
kecenderungan itu telah menunjukkan bahwa sekolah bermutu karena
dipimpin oleh kepala sekolah yang memiliki sistem manajemen pengelolaan
sekolah yang bermutu juga.
Sistem pengelolaan sekolah memiliki keunikan tersendiri, karena
persekolahan adalah pelayanan jasa. Hasil sekolah tidak dapat dilihat
langsung seperti mutu barang yang langsung terlihat bagus atau buruknya
hasil sebuah produk tersebut.Hasil sekolah hanya dapat dilihat melalui mutu
lulusannya di tengah-tengah masyarakat dalam bentuk tindakan-tindakan
yang menunjukkan perilaku masyarakat berpendidikan. Hasil pendidikan
terlihat melalui interaksi dan komunikasi yang dibangun individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan kemampuan individu dalam beradptasi
dengan lingkungan tersebut. Dengan demikian hasil pendidikan hanya terlihat
melalui tindakan yang hasilnya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang
lebih panjang dan menyatu dengan kehidupan itu sendiri.
Berangkat dari hasil pendidikan yang unik maka diperlukan sistem
pengelolaan sekolah yang lebih baik melalui perilaku kepemimpinan yang
2
kepemimpinan yang mampu menjembatani proses mendewasakan seseorang
atau sekelompok orang sehingga berlangsung secara wajar dan mencapai
tujuan pengajaran yang direncanakan. Kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan memiliki tanggung jawab membangun kelangsungngan
pembelajaran tersebut agar lebih bermakna sehingga sistem persekolahan itu
tidak sekedar wujudnya, akan tetapi kebermaknaannya dalam bentuk perilaku
peserta didik yang lebih baik dan mencapai tingkat kedewasaannya sesuai
dengan tugas perkembangan usianya.
Pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran konstruktif yang
berangkat dari fenomena yang terjadi di alam, apa yang seharusnya terjadi
dan mengambil makna dari kejadian itu sehingga proses pembelajaran yang
terpenting adalah perubahan tingkahlaku dan bukan semata-mata pada
implementasi kegiatannya. Oleh sebab itu perilaku kepemimpinan kepala
sekolah diarahkan pada upaya mengelola kegiatan tersebut dalam bentuk
perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif. Pimpinan berada di depan
memberikan contoh keteladanan melalui perilaku yang menunjukkan jika apa
yang dilakukan oleh pimpinan dapat ditiru karena pimpinan menunjukkan
karisma yang menjadi panutan bagi orang lain. Kepemimpinan yang
demikian akan dapat menggerakkan organisasi (sekolah) tanpa perintah.
Orang lain akan melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan dengan penuh
kesadaran tanpa adanya paksaan dari orang lain dan pada akhirnya
membentuk suatu pembiasaan atau budaya.
Pimpinan menyadari bahwa mutu kepemimpinannya bukanlah hasil
kerja pribadinya. Bagaimanapun bagusnya keterampilan kepemimpinannya
dan didukung motivasi dirinya yang kuat tidak akan berarti tanpa didukung
oleh orang lain. Nilai kepemimpinan itu bukan berada pada indivudu tetapi
ada pada sistem yang membangun terlaksananya kepemimpinan itu sendiri.
Bagaimanapun bagusnya seorang pemimpin tidak akan dapat melaksanakan
kepemimpinannya dengan baik jika ia dihadapkan pada suatu organisasi
dukungan. Sebaliknya, dengan kemampuan kepemimpinan yang sedang, akan
tetapi semua sistem dalam organisasi itu mendukung terlaksananya
kepemimpinan tersebut, maka memungkinkan seorang pemimpin tersebut
dapat melakukan kepemimpinan yang lebih baik.
Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif adalah kebersamaan.
Kepala sekolah, guru, karyawan sekolah dan peserta didik merupakan
komunitas yang membangun kebersamaan itu. Kepala sekolah meletakkan
peran kepemimpinannya dalam kerangka pembelajaran konstruktif, sehingga
rasa kekeluargaan, komunikasi yang kental terbangun dengan baik. Pimpinan
lebih mengarahkan gaya kepemimpinannya pada sosok teman diskusi, sosok
teman berbagi pengalaman dan membicarakan langkah kemajuan sekolah
secara bersama. Hubungan antara seorang atasan dan bawahan dihilangkan
sehingga yang timbul adalah kebersamaan.
Observasi awal yang penulis lakukan pada beberapa sekolah dasar di
Pasaman Barat menunjukkan indikasi belum terlaksananya pengelolaan
sekolah yang mengedepankan perilaku kepemimpinan pembelajaran
konstruktif di sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan pada satu sisi dan
guru dan karyawan pada sisi yang lain seolah memiliki sekat pembatas.
Batasan itu sepertinya menjadi dinding tebal yang menunjukkan status yang
berbeda. Antara kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan karyawan
(guru) sebagai yang terpimpin menunjukkan komunikasi dua arah yang lebih
sedikit jika dibandingkan komunikasi sesama karyawan. Komunikasi lebih
banyak bersifat satu arah dalam bentuk perintah-perintah yang harus
dilakukan sebagai wujud kebijakan organisasi.
Sebuah pengamatan penulis, ketika seorang kepala sekolah berjalan
pada lorong sekolah dan pada saat itu seorang guru berjalan di ujung pada
lorong yang sama, maka guru tersebut berbelok untuk menghindari
berpapasan dengan kepala sekolah tersebut. Begitu juga ketika jam istirahat,
suasana di rungan kantor guru terlihat sekelompok guru yang sedang
4
Dalam suasana yang demikian kepala sekolah masuk. Secara spontan
hilanglah gurauan tersebut, tidak ada komunikasi, dan semuanya diam. Dari
pengamatan tersebut penulis memberi kesimpulan sementara bahwa
komunikasi antara kepala sekolah sebagai pimpinan dan karyawan tidak
terlaksana dengan baik. Kebersamaan dalam belajar kurang sehingga guru
yang menjadi sosok yang berhadapan langsung dengan peserta didik kurang
mendapat bimbingan dari pimpinan.
Sistem pengelolaan sekolah dasar di Pasaman Barat dinilai masih
kurang. Salah satu bukti yang menunjukkan rendahnya sistem pengelolaan
sekolah adalah tingkat akreditasi sekolah yang masih rendah. Akreditasi
Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat tahun 2012 adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.1.
Akreditasi Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012
No Nama Kecamatan Jumlah
Sekolah
Akreditasi
A B C Akreditasi Belum
1 Gunung Tuleh 22 0 9 13 0
2 Kinali 42 0 12 30 0
3 Koto Balingka 19 0 4 15 0
4 Lembah Melintang 28 0 17 11 0
5 Luhak Nan Duo 26 2 10 14 0
6 Pasaman 34 0 15 19 0
7 Ranah Batahan 20 0 9 11 0
8 Sasak Ranah Pasisia 9 0 2 7 0
9 Sungai Aur 22 2 6 14 0
10 Sungai Beremas 11 0 3 8 0
11 Talamau 26 2 8 16 0
Jumlah 259 6 95 158 0
Persentase 100 2,32 36,68 61,00 0,00
Membaca tabel di atas maka jelas bahwa hanya 2,32% sekolah yang
menunjukkan akrediasi C dan belum berakreditasi. Dengan demikin dapat
dinyatakan bahwa lebih 50% Sekolah Dasar di Pasaman Barat menunjukkan
akreditasi yang masih rendah.
Tingkat akreditasi sekolah menjadi tanggung jawab kepemimpinan
kepala sekolah. Kepemimpinan di sekolah hendaknya dapat membawa
perubahan mutu sekolah tersebut sehingga lebih baik ke depan.
Rendahnya sistem pengelolaan sekolah oleh pimpinan akan berdampak
menurunnya mutu sekolah itu sendiri, sehingga hal ini memerlukan
penanganan yang baik. Pengelolaan sekolah yang rendah melalui perilaku
kepemimpinan yang kurang maksimal berdampak pada kelangsungan
masyarakat luas pada masa mendatang. Dampak kedewasaan peserta didik
dalam beradaptasi dengan lingkungannya akan terbawa, kedewasaan dalam
berfikir akan berkurang sehingga menjadi masalah bagi masyarakat luas.
Oleh sebab itu permasalahan tersebut tidak memerlukan penanganan yang
cepat dan tepat.
Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman
Barat seharusnya telah melaksanakan kepemimpinan pembelajaran konstruktif.
Kepala Sekolah Dasar di Pasaman Barat hendaknya dapat menjalankan
kepemimpinannya secara terkait dengan sistem pembelajaran itu sendiri.
Kepemimpinan yang dijalankan hendaknya kepemimpinan pembelajaran,
dimana orang-orang yang terlibat dapat bekerjasama secara terbuka dan penuh
kekeluargaan sehingga mencapai tujuan belajar dengan baik.
Kepala Sekolah Dasar selaku pimpinan sekolah di Pasaman Barat,
masih belum menunjukkan perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif.
Pada umumnya kepala sekolah menunjukkan perilaku kepemimpinan sebagai
bos, atau sebagai atasan yang memberi perintah pada karyawan (guru) dan
karyawan tersebut harus melaksanakan apa yang diperintahkan bos tersebut.
Guru kurang diberi kewenangan untuk mengembangkan kemampuannya dalam
membangun pembelajaran sendiri. Apa yang dilakukan oleh guru cenderung
6
langsung guru tersebut. Jika kepala sekolah memberikan perintah maka guru
akan bekerja dan jika tidak ada perintah tentunya guru tidak memiliki
keberanian untuk mengambil kebijakan sendiri.
Kepala sekolah selaku pimpinan di sekolah hendaknya dapat
memotivasi orang-orang (guru) sebagai orang yang dipimpinya agar dapat
bekerja dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah.
Untuk itu kepala sekolah hendaknya dapat mengetahui kebutuhan (needs) dan
keinginan (wants) dari guru, (Fahmi, 2012). Namun kebutuhan dan keinginan
dari guru tersebut akan dapat membentu pencapaian tujuan organisasi (sekolah)
jika apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan tersebut sejalan dengan tujuan
organisasi (sekolah) tersebut.
Dalam mewujudkan suatu pekerjaan terlaksana dengan baik dan
orang-orang yang berkualitas masih tetap bekerja dengan motivasi tinggi seorang-orang
pemimpin dengan kepemilikan gaya kepemimpinan yang ada mampu
mewujudkan semua itu tetap berjalan dengan sempurna, (Fahmi, 2012:153).
Dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah berperan besar dalam menentukan
kualitas motivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran sehingga
siswa yang lebih berprestasi (tujuan) dapat dicapai.
Disamping memotivasi bawahan (guru), kepala sekolah hendaknya
dapat memotivasi dirinya dengan cara mencintai pekerjaannya itu menjadi
sebuah kebutuhan dan tanggung jawab yang melekat pada tugas
kekepalasekolahannya itu. Untuk itu kepala sekolah hendaknya dapat
memotivasi dirinya serta memiliki itikad untuk melaksanakan pekerjan itu
sebaik-baiknya, unggul, berprestasi dan dapat dipertanggungjawabkan secara
profesional.
Kepala sekolah hendaknya memiliki motivasi yang kuat untuk
melakukan sesuatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai
prestasi dengan predikat terpuji. Kepala sekolah harus berupaya mewujudkan
sekolah yang dipimpinnya sehingga sekolah tersebut maju dan menjadi sekolah
harus memiliki visi dan misi yang membangun dan dapat mewujudkan visi dan
misi tersebut menjadi kenyataan.
Motivasi berprestasi dapat terwujud jika didukung oleh iklim organisasi
(sekolah) yang juga baik. Iklim sekolah menjadi hal penting dalam menjaga
kelangsungan sekolah itu sendiri. It is about that essence of a school(Freiberg
H J & Stein T.A., 2005:3) Iklim sekolah adalah jantung dan jiwa dari sekolah.
Begitulah penting iklim menjadi perhatian bagi oarang-orang yang ada di
sekolah tersebut. Menurut Rivai dan Murni (2010:221) ”iklim sekolah dapat
ditujukkan dari beragam poin yang menguntungkan; dua perspektif berguna
adalah perilaku keterbukaan dan kesehatan hubungan interpersonal”. Perilaku
keterbukaan di sekolah diwujudkan melalui hubungan baik antara kepala
sekolah, guru, karyawan sekolah dan peserta didik. Hubungan tersebut
diwujudkan melalui sikap saling menghargai dan memahami akan tugas dan
tanggung jawab masing masing.
Keberhasilan kepemimpinan di suatu sekolah diduga dapat dipengaruhi
iklim sekolah itu sendiri. Terjalinnya hubungan yang baik diantara semua
personil sekolah baik hubungan secara vertikal maupun secara horisontal akan
mempengaruhi perilaku para anggota sekolah yang salah satunya perilaku
kepemimpinan kepala sekolah. Untuk itu iklim sekolah juga merupakan aspek
yang penting untuk diperhatikan.
Penelitian yang dilakukan Alhadza A (2011) dalam ”Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi terhadap Efektivitas
Kepemimpinan Kepala Sekolah (Survei Terhadap Kepala SLTP di Provinsi
Sulawesi Tenggara” menemukan besarnya pengaruh motivasi berprestasi
terhadap efektivitas kepemimpinan adalah 0,65. Artinya, bila motivasi
ditingkatkan sebesar satu satuan maka efektivitas kepemimpinan akan
meningkat sebesar 0,65 satuan. Apabila efektivitas kepemimpinan kepala
sekolah diinginkan meningkat, maka motivasi berprestasi harus diberi
8
kondisi yang memungkinkan kepala sekolah memiliki motivasi berprestasi
yang tinggi.
Penelitian dalam jurnal Center for Social and Emotional Education
(2010) menemukan empat area fokus iklim organisasi (sekolah) yaitu
keselamatan, hubungan, situasi belajar dan lingkungan instusional yang
didasari pola manajemen organisasi itu. Pola manajemen organisasi sekolah
tersebut dilakukan oleh pemimpin sebagai pemegang pengelolaan yang utama
di sekolah. Dengan demikian untuk menciptakan iklim sekolah yang baik maka
dibutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang baik.
Kepemimpinan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan
motivasi berprestasi dan iklim sekolah yang kondusif. Kepala sekolah harus
memiliki kemampuan dalam membina, membimbing setiap personil yang
dipimpin ke dalam aktifitas-aktifitas yang dapat mendorong mereka untuk
bertumbuh dan berkembang dan bukan sebaliknya kearah yang merugikan
individu. Karakteristik pemimpin yang demikian disebut pemimpin
pembelajaran konstruktif.
Pemimpin yang konstruktif menurut Wira (2012) dalam abbavoice,
Volume 3, Edisi Pembentukan dan Pengabdian, (2012:33-34), bergerak menuju
sasaran yang pasti dan tidak merugikan/menghancurkan sekelilingnya,
khususnya manusia. Jadi, dia tidak memiliki sifat destruktif, bahkan
rekan-rekan yang bekerja bersama-sama dengan dia akan dibuatnya menjadi maju
dan berprestasi dan berupaya menciptakan iklim yang kondusif. Pemimpin
yang konstruktif ini tidak bertepuk dada/memuji diri sendiri kalau berhasil dan
tidak putus asa kalau gagal.
Sebagai bentuk akibat perilaku kepemimpinan yang mengedepankan
adanya atasan dan bawahan, dan guru hanya menerima perintah dari kepala
sekolah selaku atasan dalam arti komunikasi satu arah maka proses belajar
mengajar sulit mencapai tujuan yang diinginkan. Berangkat dari permasalahan
tersebut penulis tertarik meneliti dari aspek perilaku kepemimpinan
Objek penelitian yang digunakan adalah Sekolah Dasar di Kabupaten
Pasaman Barat. Untuk itu penulis akan meneliti ”Pengaruh Motivasi
Berprestasi Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah dengan Perilaku Kepemimpinan
Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman
Barat”.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Mutu sekolah berangkat dari sistem pengelolaan sekolah yang baik.
Pengelolaan sekolah dilakukan melalui upaya membangun terlaksananya
proses mendewasakan peserta didik ke arah yang lebih baik sehingga tugas
perkembangkan belajar siswa berjalan dengan baik. Kegiatan ini dilakukan
melalui perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah.
Fungsi kepala sekolah dalam perilaku kepemimpinan konstruktif
pembelajaran kepala sekolah adalah sebagai sosok yang memberi contoh
untuk diteladani karena sosok pimpinan tersebut memiliki kepribadian
yang baik sehingga menjadi panutan bagi orang lain. Oleh sebab itu
kepemimpinan pembelajaran konstruktif kurang memberi komando dan
perintah-perintah, melainkan kesadaran sendiri dalam bersamaan dan
terlaksananya komunikasi dua arah yang saling mengisi sehingga tercapai
tujuan pembelajaran dengan baik.
Proses pembelajaran konstruktif melibatkan lingkungan sebagai
fenomena alam yang ikut menjadi sumber belajar. Dengan demikian,
proses kepemimpinan pembelajaran konstruktif tidak berdiri sendiri.
Pimpinan tidak menjadi penentu satu-satunyakeberhasilan atau tujuan
yang akan dicapai sekolah tersebut. Semua sistem persekolahan ikut
10
dengan peserta didik. Kepemimpinan konstruktif meletakkan fungsinya
sebagai sosok yang berbagi pengetahuan dan pembelajaran sehingga jarak
antara pimpinan dan terpimpin tidak menjadi sebuah sekat yang
menjadikan kelompok-kelompok di antara keduanya.Dengan demikian
proses pembelajaran melalui kepemimpinan pembelajaran konstruktif
menjadikan masing-masing pribadi memiliki sumbangan pikiran yang
membangun kelangsungan sistem persekolahan tersebut.
Implementasi perilaku kepemimpinan di beberapa Sekolah Dasar
Pasaman Barat menunjukkan jika perilaku kepemimpinan pembelajaran
konstruktif kepala sekolah belum berjalan sesuai dengan apa yang
seharusnya dilakukan dalam teori perilaku kepemimpinan pembelajaran
konstruktif. Perilaku kepemimpinan yang dilaksanakan kepala sekolah
lebih terarah pada kepemimpinan seorang menejer bos yang memberikan
perintah-perintah untuk dilaksanakan oleh bawahan. Guru cenderung
melakukan apa yang diperintahkan pimpinan sesuai dengan petunjuk yang
harus dilakukan, dan sedikit sekali yang bertindak sesuai dengan kebijakan
dirinya sendiri. Proses persekolahan terkesan sebagai sebuah pola yang
terulang secara terus menerus. Pola lama dipakai sama persis dari waktu ke
waktu tanpa adanya inisiatif untuk berkembang. Proses berfikir kreatif
menjadi berkurang.
Pengelolaan sekolah hendaknya melakukan hal yang berbeda.
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah hendaknya mampu menjembatani
terjadinya proses mendewasakan peserta didik melalui kegitan
pembelajaran yang saling memberi dan saling menerima. Masing-masing
personil memiliki wawasan perkembangan pembelajaran dan terjadinya
kegiatan komunikasi dan interaksi yang bersifat membangun dalam
kerangka tercapainya tujuan sekolah. Pengelolaan ini diwujudkan melalui
Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif berjalan dengan
baik jika sejumlah variabel yang mempenngaruhinya mendukung
terlaksananya perilaku kepemimpinan tersebut. Berbagai faktor
diperkirakan mempengaruhi perilaku kepemimpinan pembelajaran
konstruktif kepala sekolah, namun secara umum dapat dibedakan atas dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor-faktor yang muncul dari diri pemimpin itu sendiri, sedangkan faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik bawahan
dan situasi, termasuk didalamnya situasi organisasi dan sosial.
Faktor-faktor diduga mempengaruhi perilaku kepemimpinan kepala
sekolah adalah: 1) Iklim organisasi, 2) kepribadian, 3) motivasi, 4)
manajemen, 5) situasional, 6) nilai budaya, 7) karakteristik organisasi dan
8) kekuasaan. Faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan kepala
sekolah tersebut disajikan pada gambar 1 berikut ini.
Diadabtasi Dari : Purwanto (2004), Hersey dan Blanchard (2005), Yukl (2005), Sallis (2007), Yukl (2009) dan Rivai dan Murni (2010)
12
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku
Kepemimpinan Pembelajaran Konstruktif Kepala Sekolah
Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang yang
menyebabkan ia mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi berprestasi merupakan dorongan
yng timbul pada diri personil sekolah tersebut agar ia secara antusias dapat
melaksanakan tugas yang ia kerjakan sehingga mencapai kulitas kerja
yang lebih baik (Mangkunegara, 2005) Komitmen berprestasi merupakan
derajat keterlibatan relatif dari individu terhadap organisasi (sekolah).
Komitmen tersebut diimplementasikan melalui penerimaan yang kuat
terhadap tujuan, berupaya mengarahkan kemampuan dan usahanya, serta
keinginan yang kuat untuk berkembang bersama organisasi (sekolah).
Iklim sekolah merupakan seperangkat sifat-sifat lingkungan sekolah
yang dirasakan langsung atau tidak langsung oleh personil sekolah, serta
diduga memiliki pengaruh besar terhadap perilaku personil itu dalam
bekerja. iklim sekolah merupakan kualitas dan karakter dari kehidupan
sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua dan pengalaman
personil sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan
norma-norma, tujuan, nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan
mengajar, serta struktur organisasi (Cohen et.al. dalam Pinkus, 2009:14).
2. Perumusan Masalah
Penelitian tidak mungkin dilakukan terhadap semua variabel yang
mempengaruhi tersebut. Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan
penulis, maka penelitian ini dibatasi pada dua variabel yang
mempengaruhi perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala
sekolah, sehingga perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
”Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah
sekolah”. Fenomena masalah di lapangan yang kelihatan lebih dominan adalah motivasi berprestasi dan iklim sekolah maka penelitian ini hanya
dibatasi pada faktor tersebut. Dengan demikian penelitian ini hanya akan
meneliti pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah
terhadap perilaku kepemimpinan konstruktif kepala sekolah.
Rincian perumusan masalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Bagaimana perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala
Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat?
b. Bagaimana motivasi berprestasi Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten
Pasaman Barat?
c. Bagaimana iklim Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat?
d. Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi Kepala Sekolah Dasar
terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala
Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat?
e. Seberapa besar pengaruh iklim sekolahterhadap perilaku
kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah Dasar di
Kabupaten Pasaman Barat?
f. Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan
iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran
konstruktif Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :
a. Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah Dasar
di Kabupaten Pasaman Barat.
b. Motivasi berprestasi Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.
c. Iklim Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.
d. Pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah terhadap perilaku
kepemimpinan pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah Dasar di
14
e. Pengaruh iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran
konstruktif kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.
f. Pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah secara
bersama-sama terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif
Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai masukan
bagi :
1. Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah untuk menambah
pengetahuan, meningkatkan motivasi dan komitmen berprestasi.
2. Pengawas TK/SD dan UPTPD dalam memberikan pembinaan
meningkatkan motivasi dan komitmen berprestasi kepala Sekolah Dasar
Negeri di Lingkungan Kabupaten Pasaman Barat
3. Pengelola Pendidikan dan pengambil keputusan dalam rangka proses
rekrutmen dan pembinaan kepala sekolah meningkatkan motivasi dan
komitmen berprestasi kepala Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten
Pasaman Barat.
4. Peneliti untuk menambah wawasan, pengembangan ilmu dan memotivasi
diri serta menunjukkan komitmen berprestasi dalam bekerja.
E. Struktur Organisasi Tesis
Untuk lebih memahami alur dalam penulisan tesis ini, dikemukakan
struktur organisasi tesis. Struktur organisasi tesis dalam tulisan ini terdiri dari:
Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,
manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi tesis.
Bab II Kajian Pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian
berisi tentang kajian pustaka yang terdiri dari kajian kepemimpinan
dalam studi Administrasi Pendidikan dan kajian iklim sekolah dalam studi
Administrasi Pendidikan.
Bab III Metode Penelitian, berisi tentang lokasi dan subjek populasi
dan sampel penelitian, desain penelitian, defenisi operasional, instrumen
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan
analisa data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang hasil
penelitian yang terdiri dari deskripsi data motivasi berprestasi, deskripsi data
iklim sekolah, deskripsi data kepemimpinan pembelajaran konstruktif, dan
analisis statistik, serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan dari isi tesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengungkap pengaruh motivasi berprestasi
kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap perilaku kepemimpinan
pembelajaran konstruktif Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku kepemimpinan
pembelajaran konstruktif kepala sekolah. Variabel bebas adalah motivasi
berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah. Data mengenai perilaku
kepemimpinan konstruktif kepala sekolah diperoleh melalui tanggapan guru
dan motivasi berprestasi kepala sekolah diperoleh melalui tanggapanlangsung
kepala sekolah. Gurumemberikan tanggapan atau jawaban terhadap perilaku
kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah dan dan iklim
sekolah. Sementara kepala sekolah memberikan tanggapan atau jawaban
mengenai motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah. Oleh sebab
itu sumber data yang dibutuhkan berasal dari kepala sekolah dan guru.
Dengan demikian maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh kepala sekolah dan guru Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman
Barat. Jumlah Sekolah Dasar yang ada adalah 259 sekolah dengan 259 orang
kepala sekolah dan 2025 orang guru yang tersebar di 11 kecamatan. Data
selengkapnya seperti yang tertera dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1. PopulasiPenelitian
No Nama Kecamatan Jumlah SD/
Kepala Sekolah Guru
Jumlah Total
1 Gunung Tuleh 22 184 206
2 Kinali 42 289 331
3 Koto Balingka 19 148 167
5 Luhak Nan Duo 26 215 241
Sumberdata :PemerintahKabupatenPasaman Barat
Untuk memperoleh sampel penelitian digunakan teknik stratifife
sampling. Adapun dasar pokok dari stratifife sampling adalah populasi
berada pada tempat yang memiliki karakteristik yang beragam (Riduan,
2010:58).
Karakteristik populasi tidak homogen karena wilayah populasi
berada pada wilayah pusat kota, wilayah pinggiran kota dan wilayah luar
kota. Untuk itu pengambilan sampel harus memperhatikan perbedaan
tersebut (area sampling). Menurut Riduan (2010:60) ”area sampling ialah
teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap
wilayah geografis yang ada”. Dengan demikian wilayah populasi dibagi
berdasarkan wilayah geografis yang terdiri dari wilayah kota, wilayah
pinggiran kota dan wilayah luar kota.Pembagian wilayah pada populasi
dan penyampelannya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2.
Penarikan Sampel dari Populasi Penelitian
Wilayah Kabupaten Pemilihan
Sampel Sampel Wilayah
Jumlah
Lembah Melintang Tidak
Pinggiran
Koto Balingka Tidak
Sungai Aur Tidak
Luar kota Sasak RP Ya Sasak RP
Sungai Beremas
9 11
77
Kinali Tidak -
-
- -
Ranah Batahan Tidak
Jumlah 128
Disamping karakteristik wilayah, tingkat akreditasi sekolah diduga
ikut mempengaruhi populasi penelitian. Berdasarkan akreditasi maka
terdapat 9 sekolah akreditasi A, 57 sekolah berakreditasi B, 57 sekolah
akreditasi C dan sisanya 5 sekolah belum berakreditasi. Data
selengkapnya seperti tabel 3.3
Tabel 3.3.
Penyebaran Sampel Berdasarkan Akreditasi Sekolah
No Nama Kecamatan Akreditasi Jumlah
A B C Akreditasi Belum
1 Pasaman 0 15 19 0 34
2 Luhak Nan Duo 2 10 14 0 26
3 Talamau 2 8 16 0 26
4 Gunung Tuleh 0 9 13 0 22
5 Sasak Ranah Pasisia 0 2 7 0 9
6 Sungai Beremas 0 3 8 0 11
Jumlah 4 47 77 0 128
Setelah pemilihan sampel ditentukan dan terdapat 6 kecamatan
yang mewakili semua area, selanjutnya diteruskan dengan penarikan
sampel untuk menentukan jumlah dan sekolah yang akan dijadikan
responden penelitian. Masing masing kecamatan pada sampel wilayah
diambil 30%. Data selengkapnya pada tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4.
Penetapan Sampel Berdasarkan Area dan Akreditasi
No Nama Kecamatan Sampel (30%) Jum lah
A B C Akreditasi Belum
1 Pasaman 0 5 6 0 11
2 Luhak Nan Duo 1 3 4 0 8
3 Talamau 1 2 5 0 8
4 Gunung Tuleh 0 3 4 0 7
5 Sasak Ranah Pasisia 0 1 2 0 3
Jumlah 2 15 23 0 40
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh kepala sekolah dan guru
dari 40 sekolah yang dinyatakan sebagai sampel. Data responden
selengkapnya sebagai berikut :
Tabel 3.5. Responden Penelitian Nama
Kecamatam Nama Sekolah
Kepala
Sekolah Guru Pasaman
(11 Sekolah)
SDN 01 Pasaman SDN 03 Pasaman SDN 04 Pasaman SDN 06 Pasaman SDN 07 Pasaman SDN 08 Pasaman SDN 10 Pasaman SDN 14 Pasaman SDN 15 Pasaman SDN 23 Pasaman SDN 27 Pasaman
1
SDN 01 Talamau SDN 02 Talamau SDN 05 Talamau SDN 08 Talamau SDN 12 Talamau SDN 13 Talamau SDN 16 Talamau SDN 25 Talamau
1
SDN 04 Gunung Tuleh SDN 06 Gunung Tuleh SDN 09 Gunung Tuleh SDN 10 Gunung Tuleh SDN 11 Gunung Tuleh SDN 14 Gunung Tuleh
79
SDN 19 Gunung Tuleh 1 6
Sasak Ranah Pasisia
(3 Sekolah)
SDN 01 Sasak Ranah Pasisia SDN 03 Sasak Ranah Pasisia SDN 07 Sasak Ranah Pasisia
1
SDN 01 Sungai Beremas SDN 07 Sungai Beremas SDN 09 Sungai Beremas
1
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2005:3). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi dan iklim sekolah
terhadap perilaku kepemimpinan pembelajarankonstruktif kepala Sekolah
Dasar di Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif karena penelitian ini merupakan upaya pembuktian teori yang telah
ada. Metode kuantitatif digunakan bila masalah penelitian sudah jelas,
bermaksud menguji hipotesis dan mendapatkan data yang akurat berdasarkan
fenomena empiris dan terukur (Sugiyono,2006)
Jenis metode kuantitatif yang akan digunakan adalah survey, karena
data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi sehingga
ditemukan distribusi hubungan antar variabel yang diteliti. Menurut Ridwan
(2010:49)
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Dengan demikian penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
survey sehingga ditemukan pengaruh motivasi berpretstasi guru dan iklim
sekolah terhadap kepemimpinan konstruktif kepala sekolah dasar.
Variabel penelitian adalah hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti yang dipelajari sehingga mendapatkan informasi sampai adanya
kesimpulan. Dalam penelitian ini dikemukakan defenisi operasional
masing-masing variabel, sebagai berikut :
1. Kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah
dimaksudkansebagai bentuk kepemimpinan di sekolah yang
mengedepankan sistem membangun kebersamaan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
2. Motivasi berprestasi guru dimaksudkan adanya semangat ingin berbuat
yang lebih baik dari sebelumnya tas pekerjaan yang dilakukan sehingga
memperoleh hasil yang lebih memuaskan
3. Iklim sekolah dimaksudkan sebagai suasana yang terjadi di sekolah
menyangkut hubungan antar personil sekolah yang mempengaruhi
kualitas kerja di sekolah.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan model skala
Likert. Menurut Riduan, (2010:86) Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau
gejala sosial. Alternatif jawabannya adalah selalu (SL), sering (SR),
kadang-kadang (KD), Jarang (JR) atau tidak pernah (TP).
Instrumen disusun melalui masing masing variabel yang dijabarkan
dalam indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut dijabarkan lagi dalam
bentuk item-item. Dalam item item ini terdapat sejumlah pernyataan yang
disusun dengan berpedoman pada teori pada bab II. Pernyataan-pernyataan
inilah yang dijadikan dasar penyusunan angket. Kisi-kisi angket penelitiannya
adalah :
Tabel 3.6.
Kisi-kisi Angket Penelitian
81 Lambert L et.al. (2002), Klotz A & Lynck (2007), Sinha C.J (2012),
a. Pembelajaran dilakukan secara timbal balik
b. Guru sebagai pemberi informasi
c. Guru sebagai penerima hasil belajar
d. Guru menjiwai pembelajaran
e. Guru melakukan kunjungan rumah
f. Keterbukaan untuk membantu
g. Hubungan kekeluargaan
h. Memberikan pujian terhadap prestasi
1
a. Mengembangkan minat siswa
b. Membangun makna secara bersama
c. Pembelajaran melalui pengalaman
d. Mengarahkan prestasi
e. Menggali bakat siswa
9
a. Siswa merasa nyaman bertanya pada guru
b. Siswa mau menjawab pertanyaan guru
c. Perilaku guru yang bersahabat
d. Kepedulian guru terhadap siswa
e. Guru menyenangkan bagi siswa
14
a. Belajar dari keberhasilan terdahulu
b. Pembelajaran melalui norma yang berlaku
c. Belajar dari kebiasaan masyarakat
d. Kepedulian terhadap orang lain
e. Pembelajaran mendukung pencapaian tujuan
f. Hubungan siswa di tengah masyarakat
g. Kebermaknaan isi pembelajaran
19
a. Pembelajaran membantu siswa bersosialisasi
b. Konsep pembelajaran yang bermakna
c. Adanya kesetaraan dalam belajar
d. Sistem demokratis dalam belajar
e. Mengembangkan keterampilan siswa
26
a. Kedewasaan dalam bertindak
b. Sosialisasi dalam bermasyarakat
c. Prestasi belajar yang meningkat
d. Produk hasil belajar siswa
e. Pameran atau promosi hasil pembelajaran
31
(Sumber: Hoy & Miskel (2008),
a. Memiliki orientasi tugas dengan jelas
b. Keyakinan pada pelaksanaan tugas
c. Pemberian umpan balik
d. Efektivitas diri dalam bekerja
e. Pilihan tugas yang menantang
f. Tidak merasa jenuh
1
a. Keyakinan pada kemampuan sendiri
b. Penguasaan pengalaman dalam bekerja
c. Harapan untuk sukses
d. Belajar dari orang sukses
e. Memperhatikan peluang untuk sukses
f. Berpartisipasi dalam kegiatan
g. Bekerja lebih keras
h. Membuat karya baru 14
3.Menghindari
kegagalan
a. Belajar dari pengalaman kegagalan
b. Tidak merasa cemas
c. Menilai kegiatan yang sudah berlalu
d. Meningkatkan keterampilan
e. Meningkatkan perhatian pada tugas
f. Meningkatkan ketelitian
15
a. Cepat mengambil tindakan
b. Keyakinan akan menyelesaikan masalah
c. Ketenangan dalam bertindak
d. Tidak merasa cemas
e. Memahami orientasi tugas dengan jelas
f. Menguasai situasi organisasi/sekolah
21
a. Lingkungan yang bersih
b. Perawatan taman sekolah
c. Penggunaan ruang istirahat (kantor guru)
d. Ketersediaan tempat duduk di luar rungan
e. Struktur fisik sekolah
f. Sirkulasi udara
g. Penggunaan gedung
1
a. Perilaku siswa dalam belajar
b. Perilaku siswa dalam bermain
c. Sikap siswa terhadap guru
d. Perlakukan guru terhadap siswa
e. Tata tertib sekolah
f. Otonomi guru dalam belajar
8
a. Hubungan kekeluargaan di sekolah
b. Keharmonisan antar personil
c. Humor sesama guru di sekolah
d. Penghargaan sesama personil di sekolah
e. Komunikasi sekolah dengan masyarakat
f. Penanggulangan konflik
14
a. Meningkatkan semangat kerja personil
b. Perawatan gedung sekolah
c. Perencanaan sekolah ke depan
d. Perbaikan cara belajar di kelas
20 21 22 23
5.produktivitas a. Prestasi siswa di sekolah
b. Prestasi siswa di luar sekolah
c. Kemandirian siswa di masyarakat
d. Pendidikan masa depan siswa
24 25 26 27
E. Proses Pengembangan Instrumen
Setelah instrumen tersusun, maka instrumen tersebut belum dapat
digunakan. Instrumen perlu diukur kesahihannya melalui uji validitas, uji
83
maupun secara kelopok. Validitas butir menggunakan rumus Pearson Product
Moment (Riduan, 2010:110) sebagai berikut :
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
2
Sedangkan untuk menentukan reabelitas menggunakan rumus
Spearman Brown dalam (Riduan, 2010:116).sebagai berikut:
b
pengumpul data. Ukuran keterandalan validitas butir berpedoman pada t
tabel sesuai dengan pendapat (Riduan, 2010:112). Hasil yang diperoleh
sebagai berikut:
1. Uji Coba Variabel Perilaku Kepemimpinan Konstruktif Kepala Sekolah
Jumlah item angket untuk variabel perilaku kepemimpinan
konstruktif kepala sekolah adalah 35 item, setelah dilakukan uji coba
angket 30 item dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan
dk 30-2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048sehingga ke 30 item tersebut dinyatakan valid dan sisanya 5 item dinyatakan
tidak valid. Item yang valid adalah nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 12, 13,
14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
dan 35. Sedangkn item yang tidak valid adalah item nomor 5, 9, 11,
Demikian juga uji reliabelitas, 32 item dinyatakan memiliki t
hitung di atas t tabel. T tabel dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi
5% diperoleh nilai r = 0,374 sehingga ke 32 item tersebut dinyatakan
reliabel dan sisanya 3 item dinyatakan tidak relibel.Item-item yang
dinyatakan tidak valid dan atau tidak reliabel diperiksa kembali
pernyataannya dan dilakukan perbaikan sehingga semua item yang
ada tetap dipergunakan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 2.
2. Uji Coba Variabel Motivasi Berprestasi Kepala Sekolah
Jumlah item angket untuk variabel motivasi berprestasi kepala
sekolah adalah 26 item, setelah dilakukan uji coba angket 24 item
dinyatakan memiliki t hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 - 2 = 28 dengan α untuk uji dua pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 24 item
tersebut dinyatakan valid dan sisanya 2 item dinyatakan tidak valid.
Item yang valid adalah nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, dan 26. Sedangkn item yang
tidak valid adalah item nomor 6 dan 9.
Demikian juga uji reliabelitas, 24 item dinyatakan memiliki t
hitung di atas t tabel. T tabel dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi
5% diperoleh nilai r = 0,374 sehingga ke 24 item tersebut dinyatakan
reliabel dan sisanya 2 item dinyatakan tidak relibel. Item-item yang
dinyatakan tidak valid dan atau tidak reliabel diperiksa kembali
pernyataannya dan dilakukan perbaikan sehingga semua item yang
ada tetap dipergunakan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 3
3. Uji Coba Iklim Sekolah
Jumlah item angket untuk variabel iklim sekolah adalah 28
85
hitung di atas t tabel. T tabel dengan dk 30 - 2 = 28 dengan α untuk uji dua
pihak 0,05 adalah 2,048 sehingga ke 25 item tersebut dinyatakan valid
dan sisanya 3 item dinyatakan tidak valid. Item yang valid adalah
nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 26 dan 27. Sedangkan item yang tidak valid adalah
item nomor 5, 9 dan 28.
Demikian juga uji reliabelitas, 27 item dinyatakan memiliki t
hitung di atas t tabel. T tabel dengan N= 30 - 2 = 28 dan taraf signifikansi
5% diperoleh nilai r = 0,374 sehingga ke 27 item tersebut dinyatakan
reliabel dan sisanya 1 item dinyatakan tidak relibel. Item-item yang
dinyatakan tidak valid dan atau tidak reliabel diperiksa kembali
pernyataannya dan dilakukan perbaikan sehingga semua item yang
ada tetap dipergunakan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 4.
Sebelum hipotesis diuji terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
data dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (Riduan, 2010:182) yaitu :
k
i fe
fe fo X
1
2
2 ( )
F. Teknik Pengumpulan Data
Setelah instrumen dinyatakan valid, reliabel, dan normal, maka
instrumen telah layak dipakai sebagai alat pengumpul data. Angket
disebarkan kepada responden dan dikumpulkan kembali untuk dianalisis.
Data kualitatif di jadikan data kuantitatif dengan skor 5, 4, 3, 2, dan 1. Data
yang telah diskor diinterpretasikan sesuai dengan panduan untuk
menginterpretasikan indeks kesukaran(Sugiyono, 2005)
Tabel 3.7
No Rata-rata Skor Kriteria
1 1,00 – 1,80 Tidak baik/Sangat rendah
2 1,81 – 2,60 Kurang baik/Rendah
3 2,61 – 3,40 Cukup baik/Cukup tinggi
4 3,41 – 4,20 Baik/Tinggi
5 4,21 – 5,00 Sangat baik/Sangat tinggi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitik teknik survey. Data dikumpulkan dengan kuesioner
yang dilakukan melalui penyebaran angket tertulis, berisi pernyataan yang
diajukan dengan lima alternatif pilihan jawaban. Responden akan
memberikan pernyataan seputar pengalamannya sehubungan dengan
kepemimpinan, motivasi berprestasi dan iklim sekolah.
G. Analisis Data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut;
1. Setelah angket terkumpul secara lengkap, peneliti memeriksa kembali
jumlahnya, fisiknya dan kelengkapan pengisiannya. Angket yang belum
lengkap, dipisahkan dan ditindaklanjuti melalui telepon untuk pengisian
kekurangannya.
2. Upaya kodifikasi dilakukan pada masing-masing kuesioner yang masuk,
dengan demikian terjadi pengelompokan responden sesuai dengan tujuan
penelitian serta memudahkan pelacakan kembali, apabila dibutuhkan.
3. Memberi nilai untuk setiap responden menurut ukuran yang sudah
ditetapkan, sehingga diperoleh nilai tiap-tiap responden
4. Dilakukan tabulasi data untuk menghitung setiap item dan selanjutnya data
mentah ditransformasikan ke data interval.
5. menyajikan data dalam bentuk tabel atau dengan deskripsi data
87
6. Dilakukan uji normalitas, linieritas dan homogenitas sebagai syarat
penghitungan hipotesis.
7. Penghitungan hipotesis menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Untuk mencari hubungan atau pengaruh antar variabel tunggal
digunakan rumus Korelasi Pearson Product (PPM). Rumus itu dapat
digunakan apabila (1) data yang dipilih secara acak (random), (2)
datanya berdistribusi normal, (3) data yang dihubungkan berpola linier,
dan (4) data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai
dengan subjek yang sama (Riduan, 2010:136). Data dalam penelitian
ini memenuhi syarat, sehingga rumus PPM dapat digunakan. Rumus
PPM tersebut adalah :
b. Memberi arti untuk tingkat hubungan antar dua variabel dengan
interpretasi koefisien korelasi dalam Riduan (2010:136) sebagai
berikut :
Tabel. 3.7.
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X
2
diterminasi dan r adalah nilai koefisien korelasi
c. Untuk menentukan kebermaknaan hubungan variabel X dan variabel Y
dilakukan uji signifikansi dalam Ridwan, 2010:137) yaitu :
2
korelasi dan n adalah jumlah sampel.
d. Untuk menghitung nilai korelasi (antara X1 dan X2 terhadap Y)
digunakan rumus korelasi ganda (Ridwan, 2010:140) yaitu :
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda, maka perlu
dicari F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabelyaitu
1
dan n adalah jumlah sampel.
e. Untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas digunakan rumus
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya
dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala Sekolah
Dasar di kabupaten Pasaman Barat berada pada katagori sangat tinggi
diketahui melalui; kebersamaan dalam belajar, upaya membangkitkan
potensi siswa, membangun semangat/memotivasi, keterkaitan
pembelajaran dengan lingkungan, kesesuaian konsep belajar dengan
nilai dan refleksi hasil belajar siswa.
2. Motivasi berprestasi kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman
Barat berada pada kategori tinggi diketahui melalui ketekunan pada
tugas, orientasi keberhasilan, upaya menghindari kegagalan dan
kemampuan dalam menanggulangi masalah yang timbul.
3. Iklim Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat berada pada
kategori yang kondusif diketahui melalui; lingkungan fisik, sikap dan
moral personil, komunikasi dan interaksi, perubahan dan
pembaharuan dan produktivitas.
4. Motivasi berprestasi kepala sekolah memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif
kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Pasaman Barat dengan hasil
korelasi yang cukup kuat.
5. Iklim sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala Sekolah Dasar di
Kabupaten Pasaman Barat dengan hasil korelasi yang kuat.
6. Motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim sekolah memiliki
pembelajaran konstruktif kepala Sekolah Dasar di Kabupaten
Pasaman Barat dengan hasil korelasi yang kuat.
B. Rekomendasi
Dengan melihat hasil penelitian yang ada maka penulis
memberikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah diukur
melalui kebersamaan dalam belajar, upaya membangkitkan potensi
siswa, membangun semangat/memotivasi, keterkaitan pembelajaran
dengan lingkungan, kesesuaian konsep belajar dengan nilai dan
refleksi hasil belajar siswa. Membangun semangat/memotivasi
hendaknya dapat menjadi perhatian yang lebih tinggi karena terbukti
membangun semangat/memotivasi memperoleh hasil terendah. Kalau
masalah ini dibiarkan sekolah maka akan berdampak pada perilaku
kepemimpinan konstruktif kepala sekolah. Dalam hal ini pimpinan
hendaknya lebih mengedepankan kebersamaan dalam belajar dalam
rangka mengelola sekolah sehingga upaya meningkatkan prestasi
sekolah menjadi tanggungjawab bersama. Kepala sekolah hendaknya
lebih banyak memberikan contoh yang akan diikuti oleh personil
lainnya dibandingkan dengan kepala sekolah memberikan perintah.
Memberi contoh menjadikan personil termotivasi dan bukan merasa
terpaksa untuk melakukannya.
2. Motivasi berprestasi kepala sekolah, diukur melaluiketekunan pada
tugas, orientasi keberhasilan, upaya menghindari kegagalan dan
kemampuan dalam menanggulangi masalah yang timbul. Upaya
menghindari kegagalan hendaknya dapat menjadi perhatian bagi
sekolah karena terbukti memperoleh hasil yang lebih rendah.Kalau
masalah ini dibiarkan oleh kepala sekolah maka akan berdampak
terhadap menurunnya motivasi berprestasi kepala sekolah. Kepala
sekolah hendaknya dapat belajar dari pengalaman sebelumnya baik itu
124
Keberhasilan dipandang sebagai kegiatan yang dapat dicontoh dan
dipelajari lebih lanjut untuk dapat mengulangi kesuksesan sebelumnya
dan bahkan mengupayakan kegiatan yang lebih sukses dari
sebelumnya. Sementara kegagalan dapat dijadikan pelajaran untuk
tidak mengulangi kegagalan tersebut, tentunya dengan memperhatikan
kelemahan dan kekurangan sebelumnya dan berusaha untuk menutupi
kelemahan dan kekurangan tersebut.
3. Iklim sekolah diukur melalui lingkungan fisik, sikap dan moral
personil, komunikasi dan interaksi, perubahan dan pembaharuan dan
produktivitas. Lingkungan fisik dan produktivitas hendaknya dapat
menjadi perhatian yang lebih tinggi karena terbukti lingkungan fisik
dan produktivitas memperoleh hasil terendah. Kalau masalah ini
dibiarkan maka akan berdampak pada menurunnya iklim sekolah dan
akan berdampak pada aspek lainnya. Persiapan gedung sekolah
hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhannya, misalnya
kebutuhan ruang belajar, ruang perpustakaan, ruang laboratorium,
ruang ibadah, ruang tunggu, ruang pertemuan, toilet, parkir kenderaan
dan lain sebagainya dengan kondisi yang terpelihara dengan baik,
bersih, teratur dan rapi sehingga menyenangkan bagi personil sekolah.
4. Besarnya pengaruh motivasi berprestasi kepala sekolah dan iklim
sekolah terhadap perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif
kepala sekolah dapat dijadikan pertimbangan bagi sekolah dalam
usaha meningkatkan efektivitas kepemimpinan di sekolah.
5. Penelitian ini hanya meneliti dua variabel yang mempengaruhi
perilaku kepemimpinan pembelajaran konstruktif, sementara masih
banyak faktor lain yang juga ikut mempengaruhi perilaku
kepemimpinan pembelajaran konstruktif kepala sekolah tersebut.
Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat melengkapi kekurangan
DAFTAR PUSTAKA
Alhadza, Abdullah. (2011). ”Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi terhadap Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah (Survei Terhadap Kepala SLTP di Provinsi Sulawesi Tenggara”
Barnawi. (2010). Ikhwal Kepemimpinan Pendidikan Pemikiran Pendidikan. 27 Juli
Bandura A. (2009:8) Exercise of personal and collective efficacy in changing societies. Self-efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge University Press
Best Practice Briefs. (2004). School Climate and Learning 31 Desember 2004. Journal Internasional
Billsberry, Jon. (2009). ”The Social Construction of Leadership Education”.
Journal of Leadership Education. 08. (2) 1-9
Brophi, J. (2004). Motivating Students to Learn (Second Edition.) London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers
Burger, John, M. et al. (2007). Intelligent Leadership. Contructs For Thinking Educational Leaders.Netherlands: Springers
Conley S & Muncey DE (2005). Organizational Climate and Teacher Professionalism: Identifying Teacher Work Environment Dimensions, School Climate: Measuring, Improving and Sustaining Healthy Learning Environments. London: Falmers Press
Creemers and Reezigt.(2005) The Role of School and Classroom Climate in Elementary School Learning Environments School Climate: Measuring, Improving and Sustaining Healthy Learning Environments. London: Falmers Press
Engkoswara dan Komariah, (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alpabeta
Fahmi, Irham. (2012). Manajemen. Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alpabeta.