• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KRITIK TARI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MULTIKULTUR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 TANGERANG ( Penelitian Tindakan di SMA Negeri 7 Tangerang ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KRITIK TARI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MULTIKULTUR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 TANGERANG ( Penelitian Tindakan di SMA Negeri 7 Tangerang )."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

( Penelitian Tindakan di SMA Negeri 7 Tangerang )

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Seni Konsentrasi Pendidikan Seni Tari

Oleh :

Lisna Hikmawaty

NIM 1201350

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Pemahaman Multikultur Siswa Kelas

XI SMA Negeri 7 Tangerang

Oleh

Lisna Hikmawaty

S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi PendidikanSeni

© Didi Sukyadi 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KRITIK TARI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MULTIKULTUR SISWA KELAS XI

SMA NEGERI 7 TANGERANG Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M. Hum.

NIP 195212051986112001

Pembimbing II

Dr. Trianti Nugraheni, M. Si.

NIP 197303161997022001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

Dr. Sukanta, S. Kar., M. Hum.

(4)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

Lisna Hikmawaty. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kritik Tari Untuk Meningkatkan Pemahaman Multikultur Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Tangerang.

Tesis. Program Studi Pendidikan Seni, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman multikultur siswa kelas XI SMA Negeri 7 Tangerang setelah melalui penerapan model pembelajaran kritik tari. Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah Action Research model Jerrold E. Kemp. Penelitian ini mengambil sampel sejumlah 40 siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 7 Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman multikultur siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kritik tari. Terdapat tiga aspek multikultur yaitu, pemahaman, penghargaan dan penilaian. Indikator ketercapaian ketiga aspek tersebut dilihat dari pemahaman ragam gerak, busana dan musik dari masing – masing daerah, pemahaman keterkaitan teks dengan konteks tari, menghargai perbedaan antar budaya, dapat melihat keunikan dari setiap daerah dan pendapat mengenai perbedaan keunikan antar budaya maupun budaya yang sama. Peningkatan pemahaman multikultur siswa dilihat dari kritik lisan dan tulisan.

(5)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii

ABSTRACT

Lisna Hikmawaty. 2014. Applied Critical Dance Study Model to Increase Second Year Student of SMA Negeri 7 Tangerang Comprehension About Multiculture. Thesis. Arts Department, Master Degree, Indonesia University of Education.

Objective of this research is to find out about second year Student of SMA Negeri 7 Tangerang increase of multi culture comprehension after they have been applied with critical dance study model. The approaching technic that has been applied in this research is qualitative, whereas the method that has been used is Jerrold E. Kemp Action Research Model. This research has been taken of 40 samples of second year student in SMA Negeri 7 Tangerang. The results show that the student comprehension can be increased by using the critical dance study model. There are 3 multi culture aspects, comprehension, appreciation, and evaluation. The indicator of achievement from that 3 aspects can be seen from their comprehension about range of motion in dance, clothing and music from each region, ctext related to dance context, appreciate the differences between cultures, can see the uniqueness of each region, and giving opinion about the differences uniqueness between culture or their own culture. Their increasing of multi culture comprehension can be seen from audio and text critics.

(6)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR FOTO ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Batasan Istilah ... 11

1. Kritik tari ... 11

2. Multikultur ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 16

F. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Teori yang Digunakan ... 19

1. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 19

2. Teori Belajar Konstruktivistik ... 21

3. Pendidikan Multikultur ... 26

B. Penelitian Terdahulu ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 39

B. Prosedur atau Langkah – langkah Penelitian ... 40

C. Setting Penelitian ... 44

(7)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

2. Subjek Penelitian ... 44

D. Instrumen Penelitian... 44

1. Pedoman Observasi ... 44

2. Pedoman Wawancara ... 46

3. Pedoman Lembar Kerja Siswa ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Observasi atau Pengamatan ... 46

2. Wawancara ... 47

3. Studi Dokumen ... 47

F. Teknik Analisis Data ... 48

1. Reduksi Data ... 48

2. Displai Data ... 49

3. Verifikasi Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal Siswa ... 50

A. Proses dan Tahapan ... 53

1. Siklus I ... 54

a. Pertemuan I ... 54

b. Pertemuan II ... 59

2. Siklus II... 64

a. Pertemuan III ... 64

b. Pertemuan IV ... 69

3. Siklus III ... 73

a. Pertemuan V ... 73

b. Pertemuan VI ... 77

c. Pertemuan VII ... 81

B. Hasil Pembelajaran... 81

1. Hasil Observasi Setiap Pertemuan ... 81

2. Hasil Perkembangan Siswa ... 83

(8)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

b. Hasil Perkembangan Aspek Penghargaan ... 91

c. Hasil Perkembangan Aspek Penilaian ... 93

3. Hasil Lembar Kerja Siswa ... 95

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemajemukan merupakan karakteristik budaya yang dimiliki

Indonesia. Kemajemukan budaya tersebut merupakan kekayaan bangsa

yang harus dipertahankan. Kemajemukan disebut juga dengan

keberagaman yang memiliki kata dasar ragam. Berdasarkan kamus besar

bahasa Indonesia ( KBBI ), ragam berarti (1) sikap, tingkah laku, cara (2)

macam, jenis (3) musik, lagu, lagam (4) warna, corak (5) tata bahasa. Hal

tersebut merupakan keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia.

Usman Pelly dalam buku Ilmu Sosial & Budaya Dasar

mengkategorikan masyarakat majemuk ke dalam dua hal yaitu

pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal. Secara horizontal,

masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan ras, bahasa daerah, adat

istiadat, agama, pakaian, makanan dan budaya lain. Secara vertikal,

dikelompokkan berdasarkan penghasilan, pendidikan, pemukiman,

pekerjaan dan kedudukan sosial politik. Kategori tersebut menjadikan

masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk.

Kemajemukan Indonesia terlihat dengan banyaknya etnis atau suku

bangsa. Indonesia memiliki beragam etnis atau disebut juga dengan

multisubetnis. Bangsa Indonesia terdiri dari ratusan etnis, agama, budaya

dan adat istiadat, yang tersebar di sekitar 13. 000 pulau besar dan kecil,

serta memiliki ratusan bahasa daerah ( Koentjaraningrat, 1970 : 21 – 33 ;

Thohari , 2000 : 129 ; Dalam Jurnal pembangunan pendidikan : Fondasi

dan Aplikasi, Amirin). Hampir di setiap pulau memiliki lebih dari satu

etnis atau suku bangsa. Akan tetapi beberapa suku menjadi suku mayoritas

(10)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lain juga terlihat berdasarkan jumlah penduduk yang besar, wilayah yang

luas, kekayaan alam dan daerah tropis, persebaran serta jumlah pulau yang

banyak.

Keberagaman Indonesia tidak selalu menciptakan keindahan,

keunikan dan hal positif lainnya. Keberagaman tersebut juga berpotensi

sebagai suatu ancaman. Ancaman tersebut berupa perpecahan antar

kelompok, kecemburuan sosial dan lain sebagainya. Ancaman atau konflik

yang terjadi di Indonesia sebenarnya bukan berasal dari perbedaan itu

sendiri, akan tetapi adanya kesalahpahaman yang ditimbulkan dari

komunikasi. Agar tidak tercipta kesalahpahaman seperti itu, maka

kesadaran untuk menghargai, menghormati serta menegakkan prinsip

kesetaraan harus tercipta. Apabila kesadaran seperti itu sudah tercipta,

antar individu maupun kelompok, dapat saling mengenal, memahami,

menghayati dan saling berkomunikasi serta tujuan pendidikan

multikultural yang diterapkan dapat tercapai.

Mengenai tujuan gerakan pendidikan multikultural itu, Banks

(2002:1-4) merumuskan ada empat :

1. Membantu individu memahami diri sendiri secara mendalam dengan mengaca diri dari kaca mata budaya lain

(“to help individuals gain greater self-understanding by viewing themselves from the perspectives of other cultures”).

2. Membekali peserta didik pengetahuan mengenai etnis dan budaya-budaya lain, budayanya sendiri dalam budaya “mayoritas,” dan lintas budaya (“to provide students with

cultural and ethnic alternatives”).

3. Mengurangi derita dan diskriminasi ras, warna kulit, dan budaya (“to reduce the pain and discrimination that members

of some ethnic groups experience because of their unique racial, physical, and cultural characteristics”).

4. Membantu para peserta didik menguasai kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung (“to help students to master

essential reading, writing, and math skills”).

Tujuan tersebut menegaskan bahwa pendidikan multikultural akan

(11)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diterapkan pada penelitian ini. Salah satu cara untuk mencapai tujuan

tersebut adalah melalui penerapan model pembelajaran kritik tari.

Terdapat tiga aspek multikultur yaitu pemahaman, penghargaan dan

penilaian. Ketiga aspek tersebut dapat dibina melalui model pembelajaran

kritik tari. Berkenaan dengan kurikulum 2013, kritik mampu mencapai

kompetensi yang telah ditetapkan yaitu membaca, menulis

mendengarkan, berkreasi dan mengobservasi sampai terbentuk suatu

kompetensi (Mulyasa, 2013 : 7). Kritik dapat diterapkan pada siswa SD

dan SMP, hanya saja disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang berbeda –

beda.

Kritik tari merupakan mata kuliah pada jurusan pendidikan seni

tari di perguruan tinggi. Mata kuliah ini diterapkan untuk mahasiswa

dalam mengkritik sebuah pertunjukan karya tari. Kritik sendiri menurut

KBBI adalah tanggapan. Kegiatan mengkritik dilakukan mulai dari

mendeskripsi, menganalisis, menginterpretasi dan mengevaluasi.

Kegiatan mengkrtitik yang dimulai dari mendeskripsi, menganalisis,

mengintrepretasi dan mengevaluasi itu disebut dengan pola penyajian

kritik tari. Karya tari yang biasanya dikritik merupakan karya tari

dramatik atau karya tari yang memiliki alur cerita dan maksud tertentu

yang ingin disampaikan koreografer kepada masyarakat, baik itu

kontemporer maupun tradisi. Melalui model pembelajaran kritik tari,

mahasiswa diharapkan mampu untuk menganalisis kemudian mengkritik

sebuah karya dengan tulisan dan membantu mahasiswa untuk berpikir

kritis. Model pembelajaran kritik tari dirasa mampu untuk dapat

diimplementasikan di Sekolah Menengah Atas ( SMA ), karena

perkembangan kognitif remaja mampu berpikir secara konseptual.

Peneliti juga merasa kebiasaan untuk berfikir kritis harus ditanamkan

(12)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pola penyajian kritik seperti ini mampu untuk membantu siswa

berpikir kritis. Di dalam deskripsi, siswa mampu menguraikan teks tari.

Pada analisis, siswa mampu untuk mengaitkan antara teks dan konteks tari.

Kemudian pada evaluasi, siswa mampu untuk mengungkapkan keunikan

dari daerah tersebut. Melalui tahapan pola penyajian kritik tersebut, siswa

mampu mengkonstruk pikirannya sendiri dengan terstuktur. Hal ini

berdampak pada kebiasaan siswa ketika mengkrtitik suatu hal akan

berdasarkan alasan dan memberikan solusi atas apa yang dikritiknya.

Tidak semata – mata menilai sesuatu tanpa dasar dan tidak memberikan

solusi. Siswa kelas XI termasuk ke dalam kategori remaja yang sudah

berpikir secara konseptual. Seperti yang dikatakan Bracee dan brace (

dalam Dariyo, 2004 : 57 ) bahwa ciri – ciri perkembangan kognitif remaja

ditandai dengan :

a. Individu telah memiliki pengetahuan gagasan inderawi yang cukup baik.

b. Individu mampu memahami hubungan antara dua ide atau lebih

c. Individu dapat melaksanakan tugas tanpa perintah atau instruksi dari gurunya.

d. Individu dapat menjawab secara praktis (applied), menyeluruh (comprehensive), mengartikan (interpretative) suatu informasi yang dangkal

Adapun letak perbedaan ciri – ciri perkembangan kognitif anak

dengan remaja menurut Santrock ( dalam Dariyo, 2004 : 57 ) yaitu

meliputi aspek berpikir abstrak, idealistik, maupun logika.

(13)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Idealistik. Remaja sering berpikir mengenai suatu kemungkinan. Mereka berpikir secara ideal (das sollen) mengenai diri sendiri, orang lain, maupun masalah – masalah sosial kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya. Ketika menghadapi hal – hal yang tidak benar (tidak beres), maka remaja mengkritik agar hal itu segera diperbaiki dan menjadi benar kembali.

c. Logika. Remaja mulai berpikir seperti seorang ilmuwan. Mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk memecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara pemecahan itu secara runtut, teratur dan sistematis. Hal ini menurut Piaget, cara berpikir hiphotetical

deductive reasoning (penalaran deduktif hipotesis), adalah

cara berpikir dengan mengambil suatu masalah, lalu diambil suatu dugaan dan kemudian dicoba dipecahkan secara sistematis menurut metode ilmiah.

Pada penjelasan di atas, ditegaskan bahwa remaja sudah bisa

untuk berpikir kritis. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menerapkan

model penerapan kritik tari pada siswa Sekolah Menengah Atas.

Penerapan model pembelajaran kritik tari yang diimplementasikan di

sekolah akan berbeda dengan yang diimplementasikan di perguruan tinggi.

Perbedaan terletak dari karya tari yang akan dikritik. Karya tari yang akan

dikritik pada penelitian ini adalah tari daerah. Alasan pemilihan karya tari

daerah menjadi kajian yang akan dikritik, karena dampak dari globalisasi

budaya barat yang semakin mempengaruhi dan kemudian secara perlahan

mengikis budaya Nusantara. Oleh karena itu, siswa sebaiknya

diperkenalkan pada budaya Nusantara yang menjadi identitas bangsa.

Selain itu, tuntutan kurikulum memang mengharuskan siswa

mengapresiasi karya tari daerah setempat. Oleh karena yang dikritik

merupakan tari daerah, maka fokus kajian yang akan dikritik juga berbeda.

Apabila pada karya tari pertunjukan dramatik yang menjadi fokus kajian

adalah kesesuaian unsur – unsur tari ( gerak, musik, busana, tata pentas,

tata rias, tata cahaya dan properti ) dengan cerita atau tema, maka fokus

(14)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ragam gerak, musik, busana serta kebudayaan masyarakatnya ).

Pemahaman mengenai teks diungkapkan agar siswa mengenal terlebih

dahulu teks tari dan menjadi langkah awal siswa untuk dapat menganalisis

konteks tari. Pada penelitian ini, konteks tari yang disampaikan adalah

mengenai ciri – ciri masyarakat di suatu daerah dan tujuan dari

pemahaman multikultur yang ingin dicapai adalah sikap saling menghargai

antar inividu dengan budaya yang berbeda. Ketercapaian sikap saling

menghargai ini menjadi langkah awal siswa dalam memahami

keberagaman atau multikultur. Kajian kritik pada penelitian ini tentunya

dikaitkan dengan pemahaman multikultur tersebut yang dapat dilihat

melalui sebuah karya tari. Pengamatan pemahaman multikultur dapat

dilihat dari tiga aspek yaitu, pemahaman, penghargaan dan penilaian.

Karya tari setempat yang akan dikritik adalah tari Lenggang

Cisadane yang berasal dari Kota Tangerang. Lokasi penelitian memang

berpusat di Kota Tangerang. Lenggang Cisadane merupakan sebuah

tarian yang terdiri dari tiga etnis yaitu, Betawi, Sunda dan China atau

Tionghoa. Etnis Betawi dan Sunda dapat dilihat dan didengar dari gerak,

busana dan musik. Pada tari ini, Etnis China atau biasa disebut Tionghoa

dapat dilihat dan didengar dari busana dan musik. Ketiga etnis itulah yang

banyak bermukim di Kota Tangerang dan dijadikan pijakan dari tari

Lenggang Cisadane. Keberagaman etnis yang dimiliki Tangerang

menjadikannya identitas tersendiri. Apabila dilihat dari sejarah, menurut

Walikota Tangerang yaitu Wahidin Halim dalam tulisannya yang berjudul

“Ziarah Budaya Kota Tangerang”, penduduk Tangerang awalnya dapat

dibilang hanya beretnis dan berbudaya Sunda. Kemudian akibat dari

kebijakan kompeni Belanda di bidang kependudukan di Batavia

melahirkan ragam etnis dan budaya melayu Betawi. Penduduk Betawi ini

(15)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kebijakan kompeni tersebut melahirkan pula keturunan orang China

dalam jumlah banyak yang menyebar ke daerah Tangerang. Daerah

Tangerang Utara bagian Timur berpenduduk etnis Betawi dan China.

Daerah Tangerang Timur bagian Selatan berpenduduk budaya Betawi.

Tangerang Selatan berpenduduk dan berbudaya Sunda. Sementara daerah

Tangerang Utara sebelah Barat berpenduduk dan berbudaya Jawa.

Keberagaman seperti itulah yang membuat budaya Tangerang terbilang

unik.

Selain terdapat banyak etnis, Tangerang juga memiliki beragam

agama. Perwujudan dari keberagaman agama tampak terlihat dari

bangunan – bangunan tempat ibadah dari masing – masing agama yang

terdapat di Kota Tangerang. Hanya saja pemeluk agama Islam menjadi

mayoritas. Hal ini terlihat dari motto Kota Tangrang yaitu “Kota

Tangerang Berakhlakul Karimah”. Akan tetapi pengertian atau visi dari akhlakul karimah tidak hanya milik warga muslim saja. Visi akhlakul

karimah juga melihat perbedaan agama, ras, suku dan perbedaan pendapat

yang berujung bagi terwujudnya masyarakat madani ( Halim, 2011).

Pemahaman multikultural melalui penerapan model pembelajaran

kritik tari harus dimulai dari pembelajaran di sekolah. Lembaga

pendidikan terutama sekolah seharusnya menjadi wadah untuk

menerapkan kesadaran sosial. Kesadaran sosial seperti itu dapat di

terapkan pada setiap mata pelajaran. Melalui berbagai pendekatan

pembelajaran, perilaku seperti menghargai atau menghormati, salah

satunya dapat diwujudkan dengan adanya diskusi kelompok. Hal tersebut

dapat dilihat dari interaksi antar siswa ketika mereka saling bertukar

pendapat. Tentunya, pembelajaran tersebut mengacu pada kurikulum

(16)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berlakunya Kurikulum 2013 yang dicanangkan oleh pemerintah,

menjadi acuan baru bagi lembaga pendidikan khususnya pada

implementasi yang difokuskan. Menurut Mendikbud Mohammad Nuh,

implementasi Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pengembangan

kreativitas siswa dan penguatan karakter ( Mulyoto, 2013 : 115 ).

Dikatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi 1) mengembangkan

potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik. 2)

memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. 3)

meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia (

Muchlas dan Hariyanto, 2013 : 52 ).

Pada umumnya proses pembelajaran apresiasi seni tari di Sekolah

hanya memberikan kebebasan berpendapat kepada siswa untuk menilai

sebuah tarian tanpa dibekali pengetahuan mengenai aspek yang

terkandung di dalam karya tersebut. Hasilnya siswa terlihat pasif dan tidak

tahu apa yang harus disampaikan melalui pendapat mereka. Proses

pembelajaran seperti ini tentunya tidak akan efektif untuk mencapai tujuan

pembelajaran dengan membentuk domain kognitif, afektif dan

psikomotorik secara seimbang dan proporsional.

Terdapat lima tahapan pembelajaran menurut kurikulum 2013,

yaitu melihat dan mendengar, menanya, menyajikan, mengasosiasikan dan

mendokumentasikan. Untuk penelitian ini, kegiatan apresiasi terdapat pada

tahapan melihat dan mendengar yaitu melalui pengamatan video beberapa

tarian. Siswa diberi kebebasan untuk bertanya dan berpendapat. Pada

tahap menyajikan, siswa diberi ruang untuk mengekspresikan tarian

tersebut. Pada tahap mendokumentasi, barulah siswa mengkritik tarian

tersebut.

Diperlukan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran untuk

(17)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam pendekatan scientific. Proses pembelajaran yang mengimplentasikan pendekatan scientific akan menyentuh ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Terdapat tiga model pembelajaran yang

digunakan dalam pendekatan scientific yaitu, Problem Based Learning,

Project Based Learning, Inkuiri Sosial dan Group Investigation. Akan

tetapi model pembelajaran yang digunakan adalah Inkuiri Sosial dan

Group Investigation melalui pembelajaran kelompok. Model pembelajaran

tersebut mengajarkan siswa untuk mengenal masalah, merumuskan

masalah dan mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas suatu

masalah. Menarik kesimpulan dan menyajikan secara lisan atau tulisan.

Pada pelaksanaannya, kebanyakan guru masih menggunakan pendekatan

dengan guru sebagai satu – satunya sumber belajar ( teacher center ).

Padahal, jika diingat kembali mulai dari Kurikulum 2004 yaitu Kurikulum

Berbasis Kompetensi sudah ditekankan untuk memfokuskan pembelajaran

kepada siswa sebagai sumber belajar ( student center ). Minimnya

interaksi siswa yang terbangun selama proses pembelajaran berlangsung

dirasa kurang efektif pada pola pembelajaran lama, karena siswa hanya

terpusat pada guru sebagai satu – satunya sumber belajar. Namun bukan

berarti bahwa pola pembelajaran lama ditinggalkan begitu saja, hanya

pada pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan tujuan pembelajaran

di setiap pertemuan dan porsinya akan lebih sedikit. Pola pembelajaran

yang menekankan siswa sebagai sumber belajar tentunya didukung dengan

metode serta media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan hal penting yang perlu dipikirkan

sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Setelah menentukan tujuan

pembelajaran di setiap pertemuan, barulah kemudian menentukan metode

(18)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberi pengaruh efektif atau tidaknya kegiatan proses belajar mengajar

berlangsung serta mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Selama ini

metode pembelajaran hampir tidak begitu dipikirkan oleh pendidik

khususnya guru di sekolah. Terkait dengan pendekatan yang menjadikan

guru sebagai satu – satunya sumber belajar ( teacher center ), maka

metode yang digunakan hanya berupa ceramah tanpa adanya keterlibatan

siswa di dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini tentu saja menjadikan

kegiatan pembelajaran kurang efektif. Kegiatan pembelajaran seperti ini

juga dirasa tidak kondusif. Dikatakan demikian, karena penggunaan

metode ceramah yang dilakukan secara berkelanjutan membuat siswa

merasa bosan dan tidak peduli terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.

Hasilnya siswa menjadi tidak mengerti mengenai materi yang diajarkan

dan tidak mendapatkan pengetahuan apa – apa dari pembelajaran tersebut.

Jarang sekali guru menggunakan metode yang melibatkan siswa

untuk berperan aktif di dalam kegiatan pembelajaran, seperti tanya jawab,

tukar pendapat, diskusi, presentasi dan lain sebagainya yang membangun

siswa untuk menggali pikirannya sendiri. Selain itu, dengan penggunaan

metode yang melibatkan siswa untuk berperan aktif, akan mengurangi

kebosanan siswa selama kegiatan pembelajaran, karena siswa sibuk untuk

terus berpikir dan bekerja sama. Secara tidak langsung, kegiatan

pembelajaran seperti ini tidak hanya membentuk domain kognitif siswa

saja, tetapi pembentukan domain afektif juga terbangun dengan adanya

kerjasama antara individu di dalam diskusi, keaktifan berpresentasi, tanya

jawab dan seterusnya. Di dalam penelitian ini, domain psikomotorik juga

akan terbentuk, ketika siswa mengekspresikan ragam gerak tarian tersebut.

Pembelajaran dengan menerapkan konsep kritik tari diharapkan

mampu untuk meningkatkan pemahaman multikultural siswa secara teks

(19)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menonton beberapa tarian yang terdapat di Indonesia. Kemudian

pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Terdapat beberapa

keuntungan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Pertama, anak

bermasalah dapat mengenal dirinya melalui teman – teman kelompok.

Kedua, sikap – sikap positif anak dapat dikembangkan seperti toleransi,

saling menghargai, kerjasama, tanggung jawab, disiplin, kreativitas dan

sikap – sikap kelompok lainnya. Ketiga, dapat menghilangkan beban –

beban moril seperti malu, penakut, dan sifat – sifat egoistis, agresif, manja

dan sebagainya. Keempat, dapat menghilangkan ketegangan – ketegangan

emosi. Kelima, dapat mengembangkan gairah hidup dalam melakukan

tugas, suka menolong, disiplin dan sikap – sikap sosial lainnya ( Hartinah,

2009 : 9 ). Melalui keuntungan pendekatan kelompok, interaksi siswa

selama pembelajaran terlihat aktif. Hal ini yang menjadi alasan

menggunakan pendekatan kelompok dalam kegiatan pembelajaran.

Terdapat tujuh karakter yang ingin dibangun melalui pembelajaran

kelompok yaitu, kepedulian sosial, tanggung jawab, toleransi, kerja keras,

cinta tanah air dan semangat kebangsaan, bersahabat dan komunikatif dan

cinta damai ( Suyadi, 2013 : 66 )

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kegiatan mengkritik karya

tari khususnya tari daerah dengan fokus kajian teks dan konteks tari

tersebut, diharapkan mampu untuk meningkatkan pemahaman multikultur

siswa. Pengembangan karakter siswa juga akan terbentuk melalui

pembelajaran kelompok yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran.

Oleh karena itu, hal tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kritik Tari Untuk Meningkatkan Pemahaman Multikultur Siswa Kelas XI SMA 7 Tangerang “.

(20)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan permasalahan di atas, maka fokus penelitian adalah :

Bagaimana pemahaman multikultur dapat ditingkatkan melalui penerapan

model pembelajaran kritik tari ?. Adapun pertanyaan – pertanyaan

penelitian yang akan membantu pengumpulan data adalah :

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kritik tari dalam

meningkatkan pemahaman multikultur siswa SMA kelas XI ?

2. Bagaimana tahapan penerapan dengan menggunakan model

pembelajaran krtitik tari dalam pembelajaran tari ?

3. Bagaimana hasil pembelajaran setelah diterapkan model pembelajaran

kritik tari dalam meningkatkan pemahaman multikultur siswa SMA

kelas XI ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Menggambarkan penerapan model pembelajaran kritik tari dalam

meningkatkan pemahaman multikultur dalam pembelajaran tari.

2. Menggambarkan tahapan penerapan dengan menggunakan model

pembelajaran kritik tari.

3. Menjelaskan peningkatan pemahaman multikultur siswa SMA kelasXI

sebagai hasil penerapan model pembelajaran kritik tari.

D. Batasan Istilah 1. Kritik tari

Pengertian kritik tari menurut Kusumawardani dalam bukunya

Cara Cepat Menulis Kritik Tari mengemukakan :

(21)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pengertian tersebut, terlihat jelas bahwa kegiatan

mengkritik bisa memberikan gambaran mengenai suatu nilai yang

terdapat dalam karya tari. Terlihat pula pola penyajiannya yang dengan

secara mudah untuk dapat dipahami dan diaplikasikan ke dalam

pembelajaran.

Karakteristik jenis kritik tari bermacam – macam, seperti yang

dikatakan oleh bangun (2001 : 7) yaitu :

Pakar lainnya membagi kritik menjadi empat, yakni kritik mekanik, kontekstualis, organismik, dan formalisme (pepper, 1990). Ahli teori lain membagi tipe kritik menjadi jurnalistik, pedagogic, skolar dan kritik popular (Feldman, 1967 : 451 – 452). Bahkan ada pakar yang membagi kecenderungan kritik seni abad ke – 20 menjadi enam, yakni kritik Marxist, psikoanalistik, lingusitik-stilistik, neo organistik, formalis dan kritik filosofis eksistensialis (wellek, 1964 : 345 – 346). Pakar lainnya memperkenalkan kritik normative (by rules),

kontekstual, impresionis, intensionalis dan kritik intrinsik (Stolnitz, 1984 : 43-44)

Namun dalam Mamanmoor (2002 : 43) dan Bangun (2001 : 6

– 13), dikemukakan bahwa kritik seni oleh ahli seni rupa Barat dipilah menjadi empat jenis yaitu kritik jurnalistik, kritik pedagogis, kritik

akademis, dan kritik popular. Adapun rangkuman karakteristik masing

– masing jenis kritik sebagai berikut.

Jenis kritik Tari

Pengertian Sasaran Tujuan Isi Kesimpulan

(22)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu atau pameran terhadap kualitas karya seni didasari oleh standar nilai yang telah disepakati di setiap cabang seni penilaian yang telah dibuat, disepakati dan dibakukan terlebih dahulu, sehingga hasil penilaian dapat dikritisi, namun metode tersebut belum dapat dipecahkan melalui teori – teori seni

Tabel 1.1

(23)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jenis kritik tari yang dikembangkan di sekolah adalah kritik

pedagogis. Telah dijelaskan pada tabel bahwa fokus kritik pedagogis

adalah respon kritis terhadap proses dan hasil penciptaan karya seni

peserta didik. Adapun berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan

yaitu mengapresiasi tari daerah setempat, maka fokusnya menjadi

respon kritis pada proses dan hasil penciptaan karya seni tari daerah

setempat.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, pola penyajian kritik

tari dalam bentuk tulisan terdiri dari deskripsi, analisis, interpretasi dan

evaluasi. Kemampuan dalam menyajikan pola – pola tersebut

bergantung pada cara siswa mengamati ragam gerak tari, busana,

musik serta konteks masyarakat daerah tersebut dengan menyusun

kata – kata.

Komponen – komponen yang dituangkan untuk menulis

deskripsi adalah menjelaskan secara singkat mengenai tari setempat

yang akan dikritik. Penjelasan dapat dimulai dengan pengertian nama

tari, asal tari tersebut, durasi dan lain sebagainya. Kegiatan

menganalisis dengan memperhatikan dan kemudian menjelaskan

mengenai ragam gerak tari, busana serta musik dari tari tersebut.

Kemudian pada kegiatan mengevaluasi siswa melakukan kegiatan

menilai sebuah karya mengenai kekurangan dan kelebihan karya tari

tersebut. Kekurangan yang terdapat pada tari tersebut kemudian diulas

untuk diberikan masukan agar kekurangan tersebut seharusnya bisa

diperbaiki. Sementara keunikan yang muncul dapat dikatakan sebagai

kelebihan dari tari tersebut.

2. Multikultural

Multikultural terdiri dari dua suku kata yaitu multi dan

(24)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berarti banyak atau lebih dari satu. Kultural berarti berhubungan

dengan kebudayaan. Dapat disimpulkan bahwa multikultural berarti

memiliki banyak atau lebih dari satu budaya. Indonesia dapat

dikatakan masyarakat multikultural, karena banyaknya suku yang

terdapat di negara yang berasaskan Pancasila ini. Konsep masyarakat

multikultural sebenarnya relatif baru. Sekitar 1970-an, gerakan

multikultural muncul pertama kali di Kanada. Kemudian diikuti

Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan lain – lainnya (Sirry,

2003 ; Busthami, 2004 ; Suparlan, 2004 ; dalam Mahfud, 2006).

Melalui keanekaragaman ini kita dapat mewujudkan masyarakat

multikultural, apabila warganya dapat hidup berdampingan, toleran

dan saling menghargai. Nilai budaya tersebut bukan hanya sebuah

wacana, tetapi harus menjadi patokan etika dan moral dalam bertindak

yang benar bagi orang Indonesia. Nilai tersebut harus dijadikan acuan

bertindak, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun tindakan

individual.

Adapun peranan multikultural terhadap integrasi bangsa,

menurut Educational Resources Information Center (ERIC),

setidaknya multikultural berperan dalam ; (1) mempromosikan

kehidupan masyarakat yang selaras / harmonis, (2) mewujudkan model

hubungan budaya yang sesuai, (3) menghargai perbedaan – perbedaan,

(4) memperbaiki munculnya prasangka – prasangka sosial, (5)

menghargai keanekaragaman dan menumbuhkan demokrasi (http:/

/eric-web . tc. Columbia.edu/alert / ia 35.html).

Kekerasan antar kelompok yang meledak di akhir tahun

1990-an di berbagai kawas1990-an di Indonesia menunjukk1990-an betapa rent1990-annya

rasa kebersamaan yang dibangun dalam negara, betapa kentalnya

(25)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

antarkelompok menyangkut nilai – nilai multikultural. Adanya konflik

berkaitan dengan tuntutan pengakuan identitas etnis atau diri pada

umumnya disebabkan oleh tidak adanya kesadaran semacam itu.

Kebudayaan yang tumbuh dari sebuah komunitas, dipandang sebagai

keharusan yang wajib diakui keberadaannya. Sikap berlebihan itu

kemudian memberikan peluang bagi masyarakat untuk tidak mengakui

eksistensi budaya kelompok lain. Di dalam hal ini, diperlukan sebuah

kebijakan yang bijak utuk memberikan keluasan bergerak bagi masing

– masing budaya dengan tetap mengakui keberadaan budaya yang lain. Jika tidak, hal – hal yang terjadi antarbudaya akan terjebak pada sikap

fanatik, ekslusif yang tentunya akan berdampak pada perpecahan.

Peranan multikultural yang dirasa mampu untuk

mengakomodir kesetaraan dalam perbedaan merupakan sebuah konsep

yang mampu meredam konflik dalam masyarakat yang menuntut

pengakuan atas eksistensi dan keunikan budaya kelompok etnis sangat

lumrah terjadi. Masyarakat multikultural diciptakan mampu

memberikan ruang yang luas bagi berbagai identitas kelompok.

Dampaknya, akan tercipta suatu kedamaian dalam sistem budaya

kehidupan masyarakat.

E. Manfaat Penelitian Kegunaan Teoretis

Pendidikan seni tari menjadi peran penting sebagai media untuk

pembentukan karakter, interaksi sosial dan mengenal budaya melalui

gerak, busana, musik serta karakteristik masyarakat dari masing – masing

daerah. Adapun ketentuan pemerintah pada kurikulum yang tengah

diterapkan yaitu penekanan terhadap pendidikan multikultur yang

(26)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan tujuan pendidikan di Sekolah Menengah Atas

(SMA) maka pendidikan seni di SMA lebih menekankan pada Apresiasi

seni tari Nusantara lebih khususnya apresiasi seni tari daerah setempat.

Pengolahan apresiasi terhadap seni tari daerah setempat dilakukan melalui

tulisan siswa berupa kritik dengan mengacu kepada aspek multikultural

terhadap teks serta konteks tari yang bersangkutan. Penekanan kegiatan

seni lebih mengarah pada daya pikir dan interaksi sosial siswa.

Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini diharapkan

bermanfaat secara teoretis bagi pengembangan konsep dan strategi

pembelajaran seni budaya khususnya seni tari.

Kegunaan Praktis 1. Peneliti

Peneliti dapat terus mengembangkan metode yang telah dilakukan

untuk diterapkan kepada peserta didik atau pada penelitian lanjutan.

2. Siswa

1. Memberikan kemudahan bagi siswa dalam mengapresiasi sebuah

karya tari.

2. Memberikan pemahaman akan budaya lain di luar budayanya

sendiri

3. Bersikap menghargai terhadap budaya lain

3. Guru

Memberikan pengalaman baru bagi guru Seni Budaya di Sekolah

dengan menggunakan konsep kritik tari dalam mengapresiasi sebuah

karya tari.

4. Lembaga Pendidikan

Menjadi sumber informasi mengenai metode pengajaran yang

(27)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Sistematika Penulisan Tesis

1. BAB I Pendahuluan

Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika

yang digunakan dalam tesis.

2. BAB II Landasan Teoretis

Bab ini mengulas bebagai teori pendukung yang enjadi landasan

dalam pengembangan model pembelajaran kritik tari untuk

meningkatkan pemahaman multikultur. Terdapat dua teori yang

menjadi landasan pada penelitian ini, yaitu teori pendidikan

multikultur dan teori pembelajaran.

3. BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan ihwal penelitian kualitatif dengan

menggunakan penelitian action reserch. Bab ini juga meliputi

pembahasan setting penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

4. BAB IV Hasil Penelitian

Bab ini meliputi pemaparan dan analisis data untuk menghasilkan

temuan pembahasan atau analisis temuan.

5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini meliputi penafisran dan pemaknaan peneltian, terhadap

hasil analisis temuan penelitian dalam bentuk kesimpulan penelitian.

Implikasi dalam penelitian berapa rekomendasi yang ditujukan kepada

(28)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

(29)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian “Penerapan Model

Pembelajaran Kritik Tari Untuk Meningkatkan Pemahaman Multikultur

Siswa Kelas XI SMA Negeri 7 Tangerang ” adalah Action Research.

Metode ini sesuai digunakan untuk penelitian yang diterapkan pada siswa

sekolah, pada penelitian ini khususnya siswa Sekolah Menangah Atas (

SMA ). Berdasar dari pengertian Action Research sendiri adalah penelitian

yang dialakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses

pembelajaran, sehingga hasil belajar atau pencapaian tujuan pembelajaran

dapat ditingkatkan (Daryanto, 2011 : 4). Terdapat banyak model penelitian

tindakan, diantaranya adalah model Kurt Lewin, Kemmis dan Taggart,

Riel, Bachman dan Pieget. Maing – masing model memiliki tahapan yang

berdeda. Akan tetapi semua tahapan model penelitian tindakan tetap

merujuk kepada inti yaitu dilakukan dengan cara (1) merencanakan, (2)

melaksanakan dan (3) merefleksikan ( Kusumah, 2010 : 9 ). Model

penelitian yang sesuai untuk digunakan pada penelitian ini adalah model

Penelitian tindakan menurut Bachman. Karena pada penelitian ini, tahapan

siklus yang dilakukan langsung kepada perencanaan, tindakan dan refleksi

atau pegamatan. Ketiga kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian ini

(30)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

Model Penelitian Tindakan Menurut Bachman (Mertler, 2011 : 28)

B. Prosedur atau Langkah – langkah Penelitian

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang

berangkat dari suatu ide gagasan peneliti. Tahap selanjutnya yang

dilaksanakan pada penelitian ini adalah perencanaan ( planning).

Langkah – langkah persiapan dilakukan dengan memperhatikan hal

(31)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas XI IPA

Semester II.

b. Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah – langkah

yang dilakukan oleh guru dan bentuk – bentuk kegiatan siswa.

Terdapat tiga siklus pada penelitian ini. Setiap siklus terdiri dari

dua pertemuan. Pada pertemuan pertama, guru memberikan tes

awal kemudian menayangkan video karya tari Nusantara dan

mancanegara, kemudian siswa mengapresiasi karya tari tersebut

secara lisan. Pertemuan kedua, guru memberikan beberapa contoh

artikel dalam menulis kritik tari karya daerah, kemudian siswa

ditugaskan untuk membaca dan menganalisis artikel tersebut.

Pertemuan ketiga sampai dengan keenam, guru menugaskan siswa

untuk melakukan presentasi kelompok. Pertemuan ketujuh, siswa

melakukan tes akhir. Adapun deskripsi singkat mengenai kegiatan

seluruh pembelajaran, terangkup dalam silabus di bawah ini.

Tabel 3.1 Silabus Pertemuan Materi Pembelajaran Strategi dan

(32)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(33)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Mempersiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Media yang digunakan pada kegiatan seluruh

penelitian ialah CD (video tari), Artikel serta Power Point siswa

d. Mempersiapkan cara merekam pengumpulan data, menganalisis

data serta proses dan hasil tindakan perbaikan

2. Tindakan (Acting) dan Pengamatan (Observating)

Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti

sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti (Sanjaya,

2009). Tindakan ini dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah

disusun dalam perencanaan penelitian dengan tujuan untuk

memperbaiki proses pembelajaran dan menyelesaikan masalah.

Tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah

dengan menugaskan siswa untuk menonton dan mengapresiasi karya

pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua, guru menugaskan

siswa untuk membaca dan menganalisis artikel. Kemudian pada

pertemuan tiga sampai enam, guru menugaskan siswa untuk

melakukan presentasi. Presentasi dilakukan dengan membuat beberapa

kelompok dalam kelas, dengan masing masing kelompok membahas

mengenai beberapa daerah yang telah ditetapkan oleh guru. Pertemuan

ketujuh, melakukan tes akhir.

Di dalam penelitian ini, Observasi dilakukan untuk

mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang

berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan observasi yaitu dengan

mengamati langsung kegiatan siswa selama proses pembelajaran,

situasi kelas, interaksi siswa dan hasil yang diperoeh. Kegiatan

observasi berlangsung dalam kegiatan pembelajaran selama enam

pertemuann. Semua data yang diperoleh dicatat dalam suatu catatan

observasi.

(34)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap ini merupakan kegiatan analisis tentang hasil tindakan

hingga memunculkan program atau perencanaan baru. Refleksi Dalam

hal ini yaitu kegiatan untuk mengetahui sejauh mana tindakan

membawa perubahan, kelebihan, kekurangan, langkah – langkah

penyempurnaan dan sebagainya. Jika hasilnya belum memuaskan atau

masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan.

Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi atas proses

pembelajaran di dalam masing – masing pertemuan. Sebelum

melakukan pertemuan serta kegiatan di dalam kelas, diperlukan adanya

rencana pelaksaan pembelajaran (RPP), guna tercapainya tujuan

pembelajaran.

C. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA 7 Tangerang Provinsi

Banten, karena untuk pembelajaran apresiasi seni tari di SMA Negeri 7

Tangerang belum pernah dilaksanakan selama tiga tahun peneliti

belajar di Sekolah tersebut. Peneliti merupakan almamater SMA

Negeri 7 Tangerang.

2. Subyek Penelitian

Subyek yang diambil dari penelitian ini sebanyak empat puluh

siswa yaitu Kelas XI IPA 4 SMA 7 Tangerang Provinsi Banten.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penerapan model

pembelajaran kritik tari berupa

1. Pedoman Observasi

Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk

mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Adapun lembar observasi untuk guru terdiri dari tiga

(35)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran dan komponen kepribadian. Sementara lembar

observasi untuk siswa berdasar dari tiga aspek multikultur yaitu

pemahaman, penghargaan dan penilaian.

Pedoman observasi yang digunakan berupa pemberian tanda (√)

pada lembar observasi yang telah disediakan, baik untuk guru maupun

siswa. Selain berupa pemberian tanda (√), digunakan pula lembar

observasi tidak terstruktur berupa catatan pribadi peneliti terhadap

perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun

Indikator pemahaman multikutur yang digunakan untuk melihat

peningkatan siswa selama kegiatan pembelajaran adalah sebagai

berikut.

Tabel 3. 2

Indikator Pemahaman Multikultural

No Variabel Aspek Indikator

No. Butir

Jumlah Butir

1 Multikultur 1. Pemahaman 1.1.Memahami ragam gerak,

busana dan musik dari

masing – masing daerah

1.2.Memahami keterkaitan

teks dengan konteks tari

1.1, 1.2

2

2 2. Penghargaan 2.1.Menghargai perbedaan

antar budaya

2.2.Menumbuhkan sikap

simpati terhadap budaya 2.1, 2.2

(36)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lain

3 3. Penilaian 3.1.Dapat melihat keunikan

dari setiap daerah

3.2.Pendapat mengenai

perbedaan keunikan antar

budaya maupun budaya

yang sama

3.1, 3.2

2

2. Pedoman Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

wawancara terbuka. Pertanyaan – pertanyaan diajukan untuk seluruh

siswa kelas XI IPA 4 sebagai subyek penelitian. Seluruh pertanyaan

yang diajukan yaitu mengenai pendalaman materi selama proses

kegiatan pembelajaran. Wawancara dilakukan di akhir pembelajaran,

ketika siswa telah melaksanakan tes akhir.

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

1. Observasi atau pengamatan

Terdapat beberapa jenis observasi yaitu, observasi terbuka,

observasi terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik (

Daryanto, 2011 : 36 ). Observasi yang akan digunakan pada penelitian

ini adalah observasi terfokus. Observasi terfokus ditujukan untuk

mengamati aspek – aspek tertentu yang telah ditentukan. Observasi

terfokus pada penelitian ini adalah mengumpulkan informasi tentang

kegiatan siswa sebagai pengaruh tindakan yang dilakukan guru.

Observasi atau pengamatan pada penelitian ini dilakukan di setiap

pertemuan pembelajaran. Oleh karena itu, jumlah observasi atau

(37)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini. Terdapat enam kali observasi atau pengamatan yang

dilakukan.

Observasi atau pengamatan yang dilaksanakan pada pertemuan

pertama yaitu memperhatikan apreasiasi siswa terhadap karya tari

Nusantara dan mancanegara serta pemahaman siswa terhadap teks dan

konteks tari. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran di

dalam kelas mulai pukul 10.00 sampai dengan 11.30, pada hari selasa,

25 Maret 2014.

Fokus observasi atau pengamatan pada pertemuan kedua yaitu

memperhatikan analisis siswa mengenai artikel tari. Perhatian tertuju

pada kemampuan siswa dalam menganalisis pola penyajian kritik tari

serta memahami pola penyajian kritik tari tersebut. Pengamatan

dilakukan selama proses pembelajaran di dalam kelas mulai pukul

10.00 sampai dengan 11.30, pada hari selasa, 01 April 2014.

Fokus observasi atau pengamatan pada pertemuan ketiga (08

April 2014), keempat (22 April 2014), kelima (29 April 2014) sampai

keenam (06 Mei 2014) yaitu memperhatikan kegiatan diskusi serta

tanya jawab siswa mengenai kebudayaan daerah secara teks dan

konteks. Diskusi serta tanya jawab dilakukan melalui kegiatan

presentasi kelompok. Pengamatan dilakukan selama proses

pembelajaran di dalam kelas mulai pukul 10.00 sampai dengan 11.30,

setiap hari selasa .

2. Wawancara

Hasil wawancara yang dilakukan kemudian dibuat kesimpulan atau

rangkuman untuk mendukung peningkatan data yang telah diperoleh

mengenai pemahaman multikultur siswa.

3. Studi Dokumen

Studi dokumen dalam penelitian ini berupa video tari Lenggang

Cisadane. Video tari Lenggang Cisadane diperlihatkan kepada siswa

(38)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lenggang Cisadane siswa akan mengenal dan memahami

keberagaman budaya baik etnis dan agama yang ada di Kota

Tangerang. Kegiatan yang dilakukan pada awal penelitian yaitu pada

pertemuan pertama, berupa esai yang berisikan tulisan siswa mengenai

Tari Lenggang Cisadane tanpa diberi pengetahuan mengenai aspek apa

saja yang harus diperhatikan dan ditulis. Guru hanya menugaskan

siswa untuk memperhatikan gerak, musik, kostum serta budaya apa

saja yang terdapat pada Tari Lenggang Cisadane. Kemudian kegiatan

siswa yang dilakukan di akhir penelitian yaitu pada pertemuan ketujuh,

siswa ditugaskan kembali oleh guru untuk melakukan kegiatan

mengkritik dengan mendeskripsi, menganalisis serta mengevaluasi

Tari Lenggang Cisadane. Siswa mendeskripsi Tari Lenggang Cisadane

secara umum, menganalisis unsur tari ( gerak, musik dan kostum ) dan

keterkaitannya dengan karakteristik budaya yang terdapat pada Tari

Lenggang Cisadane serta mengevaluasi kelemahan dan kelebihan tari

Lenggang Cisadane.

F. Teknik Analisis data

Analisis data kualitatif dalam Mertler (2011), meliputi sebuah

proses analisis induktif. Proses analisi data sebelum dilaksanakan tindakan

adalah dengan mengamati atau mengobservasi karakteristik siswa kelas

XI, wawancara siswa dan guru mengenai pembelajaran Seni Budaya yang

telah dilaksanakan sebelumnya. Ketika melakukan analisis data kualitatif,

peneliti mengawalinya dengan observasi spesifik yaitu data, mencatat /

mencermati setiap pola di dalam data tersebut, merumuskan dan terakhir

menyimpulkan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan triangulasi data yaitu, Reduksi data, penyajian data dan

verivikasi data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman ( Sugiyono,

2012 : 247 ). Teknik pengolahan dan penafsiran data akan menempuh

tahapan pelaksanaan sebagai berikut.

(39)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Semua data yang telah terkumpul akan diolah dengan

menemukan hal – hal pokok. Hal pertama yang dilakukan yaitu guru

membaca semua hasil kerja siswa, kemudian memilih hasil siswa yang

terlihat menulis pola penyajian kritik tari secara lengkap. Melalui

tahapan ini, terdapat beberapa siswa yang telah menuliskannya secara

lengkap. Tahapan ini dilakukan agar terlihat berapa siswa yang dengan

lengkap menyajikan tulisan mengenai Tari Lenggang Cisadane.

2. Display data

Hasil dari pemilihan beberapa tulisan siswa yang sudah dipilih,

kemudian diperiksa lagi untuk membuat rangkuman temuan penelitian,

sehingga pola maupun tema dari pembelajaran kritik tari untuk

meningkatkan pemahaman multikultur siswa dapat diperoleh dengan

mudah.

3. Verifikasi data

Melakukan pengujian atas kesimpulan yang telah diambil,

(40)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Pemahaman multikultur dapat ditingkatkan melalui penerapan

model pembelajaran kritik tari. Pola penyajian di dalam kritik tari yang

meliputi deskripsi, analisis, interpretasi dan evaluasi, diulas dengan

memperhatikan aspek multikultural yaitu pemahaman, penghargaan

dan penilaian. Adapun Indikator dari masing – masing aspek multikultur tersebut ialah pemahaman ragam gerak, busana dan musik

dari masing – masing daerah, pemahaman keterkaitan teks dengan konteks tari, penghargaan terhadap keunikan dari setiap daerah,

Menumbuhkan sikap simpati terhadap budaya lain, penilaian mengenai

perbedaan keunikan antar budaya dan penilaian mengenai plagiarism

budaya.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pemahaman multikultur

siswa sebelum dan sesudah penelitian meningkat. Hal ini terlihat dari

tulisan atau kritik siswa mengenai teks dan konteks tari terhadap tari

lenggang cisadane. Jika pada awal penelitian siswa hanya menjelaskan

mengenai jenis tari Lenggang Cisadane yang merupakan tari

kelompok, menyebutkan beberapa daerah yang terdapat di dalam tari

Lenggang Cisadane, menyebutkan terdapat musik marawais berupa

rebana serta shalawat dan unsur musik Tionghoa yang khas dengan

alat musik petiknya, sampai pada interpretasi awal siswa mengenai

makna dari nama Tari Lenggang Cisadane. Maka pada akhir penelitian

tulisan atau kritik siswa menjadi lebih mendalam. Hal tersebut terlihat

dari penjelasan siswa mengenai tari Lenggang Cisadane pada awal

paragraf, keunikan gerak dari masing - masing daerah yang diterdapat

pada tari Lenggang Cisadane serta kesesuaian gerak yang terdapat

pada tari Lenggang Cisadane dengan ciri khas gerak yang terdapat

(41)

Lisna Hikmawaty, 2014

Penerapan model pembelajaran kritik tari untuk meningkatkan pemahaman multikultur siswa kelas xi SMA Negeri 7 Tangerang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada daerah tersebut, begitu pula dengan musik, penjelasan mengenai

busana yang dipakai, keterkaitan semua unsur tersebut dengan

karakteristik masyarakat daerah yang dimaksud.

Aspek pemahaman siswa terlihat dari penjelasan serta tulisan

siswa pada bagian deskripsi dan análisis. Penghargaan siswa terlihat

dari sikap keingintahuan siswa terhadap budaya daerah. Penilaian

siswa terlihat dari bagian evaluasi mengenai keunikan teks tari yang

terdapat dari tiap daerah.

B. Saran 1. Siswa

Siswa diharapkan terus melakukan kegiatan mengkritik demi

keberlangsungan tari tradisi yang semakin dilupakan. Melalui kegiatan

mengkritik siswa semakin mengenal dan menghargai tari tradisi

Indonesia.

2. Pendidik

Model pembelajaran yang telah diterapkan oleh peneliti dapat

dikembangkan kembali untuk bisa mencapai hasil yang maksimal bagi

apresiasi siswa terhadap budaya daerah khususnya seni tari tradisional.

3. Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan diharapkan untuk terus mendukung

pembelajaran dengan menerapkan pendidikan multikultur. Pengenalan

mengenai budaya kepada masyarakat harus dimulai sejak dini dan

salah satunya melalui sekolah atau lembaga pendidikan.

4. Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan penelitian lanjutan untuk hasil yang

lebih maksimal. Peneliti diharapkan terus mengembangkan ide dan

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Menurut Bachman
Tabel 3.1 Silabus

Referensi

Dokumen terkait

kelas eksperimen hasil belajar yang dicapai lebih tinggi dibandingkan dengan.. hasil belajar kelas kontrol dengan model

“ Electronics Devices and Circuit Theory ” .Prentice-Hall.Inc.New Jersey,

Lampiran

Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

Penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Sektor Industri Kecil Keripik di Kota Binjai” ini bertujuan guna mengetahui faktor internal yang terdiri dari kekuatan

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk men- gukur keberhasilan sasaran Pencegahan yang Terintegrasi terdiri atas tiga indikator, dengan capaian kinerja

Masalah keberlakuan UUD 1945 tersebut menjadi alasan untuk melakukan perubahan UUD 1945 karena secara tekstual memang Bung Karno menyatakan UUD 1945 adalah “Undang-Undang Dasar

[r]