Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Matematika
disusun oleh: Mokhamad Irwan
1006800
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP
Oleh
MOKHAMAD IRWAN
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Mokhamad Irwan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan suatu penelitian desain (design research) tentang pengembangan bahan ajar materi Kubus dan Balok. Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini salah satunya kesulitan belajar yang dialami siswa berkaitan dengan rendahnya kemampuan komunikasi siswa SMP. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan bahan ajar sebagai alternatif solusi untuk meminimalisir kesulitan belajar siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi ini serta mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk bahan ajar melalui Contextual Teaching and Learning untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. Penelitian desain terdiri dari tiga fase yaitu preliminary first design, experiment, dan retrospective analysis. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk bahan ajar melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa SMP adalah bahan ajar yang dimulai dengan situasi atau keadaan nyata yang kemudian siswa diinstruksikan untuk mengomunikasikan situasi atau keadaaan tersebut ke dalam ide atau model matematika
Kata Kunci : Design Research, Komunikasi Matematis
ABSTRACT
This research is a study design (design research) on the development of Beam Cube teaching material. The problem underlying this study is the difficulties experienced by students associated with lower communication ability in junior high school students. Therefore, teachers need to develop teaching materials as an alternative solution to minimize the learning difficulties of students and making it easier for students to understand the material and to develop students' mathematical communication skills. The purpose of this study was to determine the form of teaching materials through Contextual Teaching and Learning to develop mathematical communication ability junior high school students. The study design consisted of three phases, namely a first preliminary design, experiments, and retrospective analysis. The subject of research is the eighth grade students of SMP Negeri 16 Bandung. Based on the results of research and discussion, it can be concluded that this form of teaching materials through Contextual Teaching and Learning (CTL) for junior high school students develop communication skills is teaching material that starts with the real situation or circumstances that subsequently instructed students to communicate the situation or circumstances to the ideas or models mathematics
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Batasan Masalah ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Bahan Ajar ... 9
B. Contextual Teaching and Lerning (CTL) ... 12
C. Komunikasi Matematis ... 17
D. Teori-teori Belajar yang Digunakan ... 22
E. Penelitian yang Relevan ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Metode Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Prosedur Penelitian ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Pembahasan dan Hasil Pengembangan Bahan Ajar Materi Unsur-Unsur Kubus dan Balok ... 35
B. Pembahasan dan Hasil Pengembangan Bahan Ajar Materi Jaring-Jaring serta Luas Permukaan Kubus dan Balok... 80
C. Pembahasan dan Hasil Pengembangan Bahan Ajar Materi Volume Kubus dan Balok ... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129
A. Kesimpulan ... 129
B. Saran ... 130
DAFTAR PUSTAKA ... 131
LAMPIRAN ... 134
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Ukuran-Ukuran Kotak Dot Bayi ... 86
Tabel 4.2. Ukuran-Ukuran Kotak Pasta Gigi ... 92
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Contoh jawaban benar siswa untuk soal nomor 3 ... 36
Gambar 4.2. Contoh jawaban kurang benar siswa untuk soal nomor 3 ... 37
Gambar 4.3. Contoh jawaban hampir benar siswa untuk soal nomor 3 ... 37
Gambar 4.4. Contoh jawaban kurang tepat siswa untuk soal nomor 4 ... 38
Gambar 4.5. Contoh jawaban Kurang Benar Siswa Untuk Soal Nomor 3 ... 38
Gambar 4.6. Contoh jawaban hampir benar siswa untuk soal nomor 3 ... 38
Gambar 4.7. Ilustrasi diagonal bidang kubus ... 47
Gambar 4.8. Ilustrasi bidang diagonal kubus ... 47
Gambar 4.9. Ilustrasi diagonal ruang kubus... 47
Gambar 4.10. Ilustrasi bidang diagonal dan diagonal ruang balok ... 50
Gambar 4.11. Ilustrasi bidang diagonal balok ... 50
Gambar 4.12. Aktivitas siswa saat mengerjakan LKS ... 57
Gambar 4.13. Jawaban benar Siswa untuk aktivitas 1 ... 60
Gambar 4.14. Jawaban siswa untuk aktivitas 2 dengan penamaan berbeda dengan apa yang diharapkan peneliti ………... 61
Gambar 4.15. Jawaban kurang benar siswa untuk aktivitas 2 karena kesalahan penamaan kubus ... 62
Gambar 4.16. Penamaan kubus yang diharapkan peneliti ... 63
Gambar 4.17. (a) dan (b) Jawaban benar siswa dengan penamaan balok sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti ... 64
Gambar 4.18. (a) dan (b) Jawaban benar siswa dengan penamaan balok berbeda dengan yang diharapkan oleh peneliti ... 66
Gambar 4.19. Jawaban hampir benar siswa untuk definisi unsur-unsur kubus dan balok ... 67
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.21. Jawaban benar siswa untuk pertanyaan mengenai identifikasi
sifat kubus ... 69
Gambar 4.22. Jawaban siswa mengenai identifikasi sifat balok ... 70
Gambar 4.23. Jawaban hampir benar siswa untuk identifikasi sifat kubus dan balok ... 71
Gambar 4.24. Jawaban hampir benar siswa untuk identifikasi sifat-sifat kubus dan balok ... 72
Gambar 4.25. (a) dan (b) Jawaban siswa untuk aktivitas 4 soal nomor 1 dan 2 ... 73
Gambar 4.26. Revisi pada aktivitas 2... 76
Gambar 4.27. Revisi pada aktivitas 2 tentang identifikasi unsur-unsur kubus 76 Gambar 4.28. Revisi pada aktivitas 2 tentang identifikasi unsur-unsur balok . 77 Gambar 4.29. Revisi pada aktivitas 3 tentang identifikasi sifat kubus ... 78
Gambar 4.30. Revisi pada aktivitas 3 tentang identifikasi sifat-sifat balok ... 79
Gambar 4.31. Contoh jawaban salah siswa untuk soal nomor 1 bagian b ... 82
Gambar 4.32. Contoh jawaban hampir benar siswa untuk soal nomor 1 bagian b ... 82
Gambar 4.33. Contoh jawaban siswa benar untuk soal nomor 1 bagian b ... 82
Gambar 4.34. Contoh jawaban hampir benar siswa untuk soal nomor 1 bagian b ... 83
Gambar 4.35. Contoh jawaban benar siswa untuk soal nomor 1 ... 83
Gambar 4.36. Contoh jawaban salah siswa untuk soal nomor 5 ... 84
Gambar 4.37. Media pembelajaran yang digunakan dalam aktivitas 1 ... 91
Gambar 4.38. Aktivitas siswa saat mengerjakan LKS 2 ... 100
Gambar 4.39. (a) dan (b) Jawaban siswa untuk aktivitas 1 ... 101
Gambar 4.40. Tabel jawaban siswa untuk luas permukaan kubus masing-masing kelompok ... 102
Gambar 4.41. Jawaban benar siswa untuk merumuskan luas permukaan kubus ... 103
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.43. Jaring-jaring kubus yang dibuat siswa ... 104
Gambar 4.44. Jawaban benar siswa untuk aktivitas 2 ... 105
Gambar 4.45. Tabel jawaban siswa untuk luas permukaan balok masing-masing kelompok ... 106
Gambar 4.46. Jawaban siswa untuk merumuskan luas permukaan balok menggunakan aljabar ... 107
Gambar 4.47. Jawaban siswa yang kurang tepat untuk merumuskan luas permukaan balok ... 107
Gambar 4.48. Jaring-jaring balok yang dibuat oleh siswa ... 108
Gambar 4.49. Jawaban siswa untuk soal nomor 1 ... 109
Gambar 4.50. Jawaban salah siswa untuk soal nomor 2 ... 109
Gambar 4.51. Contoh jawaban benar siswa untuk soal nomor 2 ... 111
Gambar 4.52. Contoh jawaban kurang benar siswa untuk soal nomor 2 ... 111
Gambar 4.53. Contoh jawaban hampir benar siswa untuk soal nomor 2 ... 111
Gambar 4.54. Aktivitas siswa saat mengerjakan LKS 3 ... 121
Gambar 4.55. Jawaban siswa untuk aktivitas 1 LKS 3 ... 122
Gambar 4.56. Jawaban siswa untuk rumusan volume kubus tanpa disertai alasan ... 123
Gambar 4.57. Jawaban hampir benar siswa untuk rumusan volume kubus ... 123
Gambar 4.58. Jawaban keliru untuk aktivitas 2 bagian a ... 124
Gambar 4.59. Jawaban benar siswa untuk aktivitas 2 bagian b ... 125
Gambar 4.60. Jawaban hampir benar siswa untuk merumuskan volume balok ... 125
Gambar 4.61. Jawaban benar siswa untuk Aktivitas 3 ... 126
Gambar 4.62. Jawaban kurang benar siswa untuk Aktivitas 3 ... 127
Gambar 4.63. Revisi aktivitas 1 pada LKS 3 ... 128
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Komunikasi Awal ... 135
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 144
Lampiran A.3 Bahan Ajar Awal ... 173
Lampiran A.4 Revisi Bahan Ajar ... 206
Lampiran B.1 Jawaban Bahan Ajar yang Diharapkan ... 238
Lampiran B.2 Jawaban Tes Komunikasi Siswa ... 272
Lampiran B.3 Jawaban LKS Siswa ... 278
Lampiran B.4 Hasil Wawancara ... 315
Lampiran C.1 Surat Izin Penelitian ... 316
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang matematika tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
sehari-hari. Matematika itu ada di setiap jenjang sekolah di Indonesia, mulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat Sekolah Menengah. Namun, tidak sedikit
siswa yang kurang menyukai matematika. Menurut Sudaman (2012) Jika siswa
mempunyai kesan negatif terhadap matematika, bahkan membenci karena
kesulitannya, itu sama saja mereka tidak menyukai tantangan kesulitan yang
ditawarkannya. Mungkin hal tersebut disebabkan oleh objeknya yang abstrak atau
cara mengajar guru yang kurang menarik.
Menurut Ekawati (2011) tujuan diberikannya matematika di sekolah adalah
untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Lebih lanjut, National Research Council dalam Nobonnizar (2013:1) menyatakan pentingnya matematika dengan pernyataan berikut : “Mathematics is the key to opportunity.”. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ekawati (2011)
yang menyebutkan bahwa matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang. Siswa
yang dapat menguasai matematika dapat membuka peluang masa depannya yang
cerah. Karena dengan menguasai matematika, dapat pula menguasai teknologi yang
berkembang begitu pesat dewasa ini.
Mengingat betapa pentingnya matematika, tidak heran dari tingkat sekolah
dasar hingga sekolah menengah selalu ada mata pelajaran matematika. Namun,
semakin lamanya siswa belajar matematika tidak serta merta membuat siswa
menyukai matematika, hal tersebut senada dengan yang disampaikan Turmudi
dalam Panjaitan (2012:2),
Bertahun-tahun telah diupayakan agar matematika dapat dikuasai siswa dengan baik oleh ahli pendidikan dan ahli pendidikan matematika. Namun, hasilnya masih menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai matematika dari setiap kelasnya.
Menurut Panjaitan (2012:1) pembelajaran matematika berfungsi
2
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematika yang berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, dan
tabel. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cornellius dalam Panjaitan (2012:1) :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) juga telah merumuskan
tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam Petunjuk Pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan-tujuan mata pelajaran matematika di sekolah yang telah
dirumuskan oleh BSNP, Utari (2006:3) menyebutkan ada lima kemampuan dasar
matematika yang harus dikuasai oleh siswa dalam Sekolah Menengah, yaitu
kemampuan : (1) mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur,
prinsip dan ide matematika, (2) menyelesaikan masalah matematik (mathematical
problem solving), (3) bernalar matematika (mathematical reasoning), (4)
melakukan koneksi matematik (mathematical connection), dan (5) komunikasi
matematik (matchematical communication). Pendapat tersebut sesuai dengan
3
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lulusan (Nobonnizar, 2013:2) yang menyebutkan melalui pembelajaran
matematika, siswa diharapkan dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Penjelasan di atas menjelaskan betapa pentingnya kemampuan komunikasi dalam
pembelajaran matematika guna menyampaikan ide ataupun gagasan untuk
menyelesaikan permasalahan matematika. Lebih lanjut, diharapkan kemampuan
komunikasi matematis juga dapat membawa siswa untuk menyelesaikan masalah
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika.
Abdurrahman (Panjaitan, 2012:2) mengemukakan bahwa matematika
merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa. Padahal, sudah
jelas bahwa matematika adalah mata pelajaran yang selalu ada dalam setiap jenjang
pendidikan. Hal tersebut menggambarkan betapa pentingnya matematika. Namun,
fakta di lapangan masih banyak siswa yang tidak menyukai matematika. Salah satu
kemungkinan penyebab hal tersebut adalah bahan ajar matematika yang kurang
menarik.
Kemampuan komunikasi dan matematika tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika
di Indonesia pada umumnya dan Kota Bandung khususnya dalam aspek komunikasi
matematis masih rendah. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Hidayati (2013:2) di
SMPN 26 Bandung, SMPN 14 Bandung, dan SMPN 1 Cimenyan Bandung
menunjukkan bahwa siswa belum dapat mengomunikasikan gagasan matematika
dengan baik. Hasil studi pendahuluan tersebut sesuai dengan kemampuan
komunikasi matematis siswa Indonesia secara umum yang masih terbilang rendah.
Laporan TIMSS (Fachrurazi, 2011:78) menyebutkan bahwa kemampuan siswa
Indonesia dalam komunikasi matematis sangat jauh di bawah negara-negara lain.
Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan
komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di
bawah Negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.
Lebih jauh, Fauzan (Izzati dan Suryadi, 2010:722) mengemukakan
rendahnya kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi matematis
siswa disebabkan oleh praktik pembelajaran di sekolah yang menunjukkan adanya
4
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
soal yang dimungkinkan akan muncul dalam Ujian Nasional (UN) dan
soal-soal UN bukan berisi soal-soal yang tentang kemampuan komunikasi siswa. Hal
tersebut sejalan dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Izzati dan
Suryadi (2010:723) terhadap 39 siswa kelas VII pada salah satu SMP berstandar
nasional di Bandung, berkesimpulan belum ada siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis yang baik/efektif.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, peneliti berpikir dibutuhkan
suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan bahan ajar. Menurut
Salirawati (hal.2), bahan ajar dipandang sebagai sarana yang harus secara jelas
dapat mengomunikasikan informasi, konsep, pengetahuan, dan mengembangkan
kemampuan sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami dengan baik oleh guru dan
peserta didik. Dengan kata lain, bahan ajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan
bahan ajar, yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum,
karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan
bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standard kompetensi lulusan telah ditetapkan
oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang
digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga
profesional (Depdiknas, 2008 :8-9). Oleh karenanya, bagi guru atau pendidik
bahan ajar merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan. Bahan ajar dapat menjadi
alat yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
memecahkan masalah-masalah belajar siswa.
Berdasarkan pejelasan di atas, pengembangan bahan ajar merupakan sesuatu
yang perlu dilakukan oleh pendidik. Dewasa ini, telah banyak dikembangkan
metode pembelajaran beserta bahan ajar yang inovatif. Namun, fakta di lapangan
menurut Mulyana (2008:4) pembelajaran di Indonesia pada umumnya selalu
dimulai dengan guru menjelaskan konsep atau prinsip, selanjutnya siswa
5
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang berkaitan dengan konsep prinsip yang diambil dari Lembar Kerja Siswa
(LKS) atau buku teks untuk dikerjakan secara individual atau kelompok.
Pembelajaran seperti itu hanya menekankan siswa untuk mencatat dan menghapal
sehingga membuat tingkat pemahaman siswa hanya terbatas pada soal-soal yang
dicontohkan oleh guru dan berakibat tingkat kebermaknaan belajar siswa menjadi
cenderung rendah dan kemampuan komunikasi matematis siswa juga tidak dapat
berkembang dengan baik.
Madnesen dan Sheal (Suherman, 2008) mengemukakan bahwa
kebermaknaan belajar bergantung bagaimana cara belajar. Jika belajar hanya
dengan membaca, kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari
melihat 30%, dari mendengar dan melihat 50%, mengatakan komunikasi
mencapai 70%, dan belajar dengan melakukan dan mengomunikasikan bisa
mencapai 90%. Dari pemaparan tersebut, bahan ajar yang seharusnya digunakan
adalah bahan ajar yang dapat menuntun siswa untuk berlatih mengomunikasikan
gagasannya, sehingga kebermaknaan belajar dapat dicapai secara maksimal.
Menurut Hidayat (2013:7), pembelajaran matematika akan lebih bermakna
apabila dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan menghubungkan
dengan konteks kehidupan nyata siswa. Dengan demikian, belajar tidak hanya
menghafal akan tetapi mengonstruksi pengetahuan dan keterampilan baru melalui
fakta-fakta yang siswa alami. Pembelajaran yang menyokong hal tersebut adalah
pembelajaran kontekstual atau Contekstual Teaching and Learning (CTL),
selanjutnya ditulis CTL. Salah satu prinsip dari CTL adalah masyarakat belajar,
dalam prinsip ini terdapat kegiatan sharing yang melibatkan beberapa orang
sehingga terjalin komunikasi dua atau multi arah. Dengan adanya komunikasi dua
atau multi arah tersebut, kemampuan komunikasi matematis siswa diharapkan
dapat berkembang dengan baik. Dalam konteks pembelajaran matematika,
komunikasi yang digunakan adalah komunikasi tertulis karena siswa dituntut
untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika menggunakan tulisan atau
uraian bukan dengan komunikasi secara lisan.
CTL dengan ketujuh prinsipnya diharapkan dapat membuat siswa berpikir
6
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(2010:305), kemampuan komunikasi siswa dapat meningkat signifikan
menggunakan CTL dibanding dengan pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bahan ajar yang
dapat mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sehingga dapat membantu
mengurangi kesulitan belajar siswa, oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul, “Pengembangan Bahan Ajar Melalui
Contextual Teahing and Learning (CTL) untuk Mengembangkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini secara umum adalah “Bagaimana bentuk bahan ajar
pada materi kubus dan balok melalui Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP.”
Adapun rinciannya sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk bahan ajar melalui Contextual Teaching and Learning
(CTL) yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk menyatakan situasi,
gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, dan model
matematika.
2. Bagaimana bentuk bahan melalui Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk menjelaskan ide, situasi,
dan relasi matematika secara tulisan.
3. Bagaimana bentuk bahan ajar melalui Contextual Teaching and Learning
(CTL) yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk menyelesaikan
masalah matematika menggunakan gambar, bagan, tabel, atau secara aljabar.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan di atas, maka penelitian
tentang pengembangan bahan ajar ini secara umum bertujuan untuk mengetahui
7
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Learning (CTL) yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematis
siswa SMP, adapun rinciannya adalah:
1. Mengetahui bahan ajar melalui Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk menyatakan situasi,
gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, dan model
matematika.
2. Mengetahui bahan ajar melalui Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk menjelaskan ide, situasi,
dan relasi matematika secara tulisan.
3. Mengetahui bahan ajar melalui Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah
matematika menggunakan gambar, bagan, tabel, atau secara aljabar.
D. Batasan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini memiliki batasan yaitu materi
kubus dan balok . Pokok bahasan dalam penelitian ini yaitu kubus dan balok yang
terdapat di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP).
E. Manfaat
Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai alur penyusunan bahan
ajar melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis siswa SMP.
2. Mendapat pengalaman penyusunan bahan ajar melalui Contextual Teaching
and Learning (CTL) untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
8
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Definisi Operasional
Agar pada kajian dalam penelitian ini tidak terjadi kesalahpahaman,
kerancuan makna, atau perbedaan persepsi, maka beberapa istilah perlu
didefinisikan secara operasional. Istilah-istilah tersebut adalah :
1. Bahan Ajar
Bahan yang dimaksud dalam penelitian ini berupa bahan ajar cetak berjenis
Lembar Kerja Siswa (LKS).
2. Kemampuan Komunikasi Matematis
Kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan menyatakan ide-ide atau gagasan-gagasan matematika secara
tertulis dengan indikator sebagai berikut:
a. Menggunakan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan
gambar, tabel, atau secara aljabar.
b. Menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa,
simbol, ide, atau model matematika.
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
desain (design research). Menurut Gravemeijer (Nobonnizar, 2013:17), design
research also called developmental research, is a type of research methods which
the core is formed by classroom teaching experiments that center on the
development of instructional sequences and the local instructional theories that
underpin them.
Penelitian desain adalah suatu jenis penelitian yang berpusat pada
pengembangan tahap instruksional pembelajaran dan teori pembelajaran pada
siswa. Dalam hal ini, penelitian desain bertujuan untuk merumuskan, mengetahui
dan mengembangkan bahan ajar.
Design research terdiri dari tiga fase, yaitu preliminary design, experiment,
dan retrospective analysis (Mulyana, 2012:127-128). Penjelasan dari ketiga fase
tersebut yaitu :
1. Preliminary Design (Desain Permulaan)
Pada fase ini dibuat Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang berarti
lintasan belajar (proses berpikir) hipotesis. HLT disusun berdasarkan Learning
Obstacles atau hambatan belajar yang dialami oleh siswa. Menurut Cornu
(Setiawati, 2011:793) terdapat empat jenis hambatan (obstacles) dalam proses
pembelajaran, yaitu : hambatan kognitif, hambatan genetis dan psikologis,
hambatan didaktis, dan hambatan epistemologi.
HLT memuat antisipasi tentang hal-hal yang mungkin akan terjadi, baik
proses berpikir siswa sebelum menerima pembelajaran maupun selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membuat HLT ini
30
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berpengalaman dalam pembelajaran, dan dengan peneliti yang ahli dalam bidang
yang terkait.
HLT terdiri dari tiga bagian yaitu tujuan pembelajaran, aktivitas
pembelajaran, dan hipotesis proses pembelajaran yang akan terjadi. Dalam fase
pertama ini, HLT berfungsi sebagai petunjuk dalam mendesain panduan
pembelajaran. Maksud dari petunjuk dalam hal ini yaitu agar terfokus dalam hal
bagaimana menyampaikan materi ajar, petunjuk bagaimana mengamati proses
pembelajaran yang akan terjadi di kelas, dan petunjuk melakukan wawancara baik
dengan guru, siswa, ataupun pihak-pihak yang terkait.
2. Experiment (Eksperimen)
Dalam fase ini, desain yang sudah dirancang, diuji cobakan kepada siswa.
Uji coba ini bertujuan untuk melihat apakah hal-hal yang sudah diantisipasi dalam
fase preliminary design sesuai dengan kenyataan yang terjadi atau tidak.
Pengalaman-pengalaman baik berupa data hasil pengerjaan bahan ajar atau proses
yang terjadi saat pengerjaan bahan ajar akan dikumpulkan sebagai dasaracuan
dalam perbaikan atau modifikasi HLT untuk proses pembelajaran selanjutnya.
Fungsi HLT dalam fase ini untuk memfokuskan pada aktivitas, proses
pembelajaran, dan observasi.
3. Retrospective Analysis (Analisis Tinjauan)
Pada fase ini, semua data yang diperoleh pada fase eksperimen dianalisis.
Proses analisanya berupa antar HLT yang diantisipasi sebelum pembelajaran dan
aktivitas yang benar-benar terjadi, dilanjutkan dengan analisis
kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan sintesa kemungkinan-kemungkinan-kemungkinan-kemungkinan yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki HLT, yang akan digunakan pada siklus
selanjutnya.(preliminary design, experiment, dan retrospective analysis
31
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 16
Bandung tahun ajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas
VIII.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data dan fakta yang diperlukan maka disusunlah
instrumen yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)
Bahan ajar yang disusun ini terdiri dari tugas-tugas yang harus diselesaikan
oleh siswa sehingga dapat memahami dan menerapkan konsep dalam bab kubus
dan balok. Bahan ajar ini disusun dengan mempertimbangkan aspek kemampuan
komunikasi matematis, sehingga tugas-tugas pada bahan ajar ini diharapkan dapat
32
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah sekumpulan pertanyaan terurut yang akan
diajukan kepada responden secara langsung melalui lisan. Wawancara akan
dilakukan terhadap siswa setelah pengujian bahan ajar selesai. Wawancara ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesan siswa terhadap bahan ajar yang
telah dibuat sehingga diketahui kesulitan-kesulitan siswa yang selanjutnya akan
menjadi bahan pertimbangan untuk membuat revisi bahan ajar.
3. Soal Uji Learning Obstacles
Soal tes komunikasi ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan memperhatikan indikator kemampuan komunikasi
matematis, selanjutnya diujikan kepada beberapa siswa yang telah mempelajari
materi lingkaran untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Adapun rincian mengenai ketiga tahap
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Melakukan seminar proposal penelitian.
c. Melakukan perbaikan proposal penelitian pada bagian yang harus diperbaiki.
d. Melakukan telaah literatur.
e. Menyusun instrumen tes uji Learning Obstacles.
f. Mengujikan instrumen tes uji Learning Obstacles.
g. Menganalisis kesulitan belajar yang dialami siswa.
h. Melakukan diskusi dengan guru yang bersangkutan dan dosen.
i. Menyusun bahan ajar.
33
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan
desain awal (bahan ajar).
b. Melaksanakan observasi selama pembelajaran berlangsung.
c. Mengumpulkan data hasil uji coba.
d. Menganalisis data hasil uji coba dan faktor penyebab suatu tindakan berhasil
atau gagal.
e. Melakukan perbaikan desain.
f. Mengolah dan menarik kesimpulan hasil uji coba.
3. Tahap Akhir
a. Melakukan ujian siding skripsi.
b. Melakukan perbaikan (revisi) skripsi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi dan wawancara. Observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera yaitu
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap (Arikunto,
2010:199). Pada penelitian ini, observasi dilakukan kepada siswa ketika
pembelajaran sedang berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui
tugas-tugas dalam bahan ajar yang sulit diselesaikan siswa dan membutuhkan
intervensi (bantuan) dari guru dalam penyelesaiannya.
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto,
2010:198). Wawancara terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui lebih jelas
mengenai tugas-tugas yang mana yang dirasa sulit oleh siswa selain dari jawaban
34
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Bahan Ajar
Setelah bahan ajar diselesaikan oleh siswa, maka dilakukan analisis terhadap
jawaban-jawaban dari siswa sebagai suatu data. Teknik yang digunakan untuk
menganalisis data tersebut berdasarkan Model Miles and Huberman (Hasanah,
2012), yang menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas. Aktivitas
dalam analisis data yaitu, data reduction (reduksi data), data display (penyajian
data), conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/verifikasi).
Data reduction berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan data display. Melalui penyajian data,
maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami. Untuk menyajikan data pada penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Kemudian penarikan kesimpulan
berdasarkan data yang telah diperoleh untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Penentuan teknik ini mempertimbangkan kesesuaiannya dengan desain
penelitian yang telah dirancang sehingga dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
secara sistematis.
2. Analisis Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap siswa setelah selesai
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bahan ajar materi kubus dan balok melalui Contextual Teaching and
Learning (CTL) yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk
menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa,
simbol, ide, dan model matematika adalah bahan ajar yang disajikan melalui
suatu gambar atau situasi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
materi kubus dan balok lalu siswa diinstruksikan untuk menggambarkan
ilustrasi dari gambar dan situasi yang telah disajikan tersebut ke dalam
konsep kubus dan balok.
2. Bahan ajar pada materi kubus dan balok melalui Contextual Teaching and
Learning (CTL) yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk
menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan yaitu bahan ajar
yang dimulai dengan kegiatan menemukan / inquary konsep-konsep kubus
dan balok kemudian siswa diinstruksikan untuk mengungkapkan ide
mengenai definisi dan kesimpulan konsep kubus dan balok yang baru mereka
temukan tersebut menggunakan bahasa mereka sendiri.
3. Bentuk bahan ajar pada materi kubus dan balok melalui Contextual Teaching
and Learning (CTL) yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk
menyelesaikan masalah matematika menggunakan gambar, bagan, tabel, atau
secara aljabar yaitu bahan ajar yang dimulai dengan memberikan
permasalahan yang disajikan dalam bentuk uraian cerita berkaitan dengan
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dahulu permasalahan yang ditanyakan lalu siswa menyelesaikan
130
diberikan tersebut menggunakan gambar, bagan, tabel atau secara aljabar.
Permasalahan yang diberikan dapat berupa latihan soal-soal
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Revisi bahan ajar belum diujikan sehingga belum terlihat keefektifannya,
sehingga disarankan untuk mengimplementasikan bahan revisi di sekolah yang
berbeda dengan tingkatan yang sama.
2. Pada saat penyusunan bahan ajar, sebaiknya mengetahui lebih detail mengenai
kemampuan siswa terhadap materi prasyarat yang menunjang proses
pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
3. Disarankan untuk melakukan penelitian mengenai pengembangan bahan ajar
matematika pada materi yang berbeda dengan menggunakan pendekatan yang
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir. (2011). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. .[Online].Tersedia:Http://Abdussakir.Wordpress.Com/2011/02/09/Pembelajar
an -Geometri-Sesuai-Teori-Van-Hiele-Lengkap/. [5 Mei 2014].
Agustina, N. (2012). Desain Didaktis Pembelajaran Matematika SMP pada Pokok Bahasan Kubus. Skripsi pada FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: BSNP.
Bandono. (2009). PengembanganBahan Ajar. [Online]. Tersedia:http://bandono.web. Id /2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. [10 Desember 2013].
Depdiknas (2009). Diklat/ Bimtek KTSP. Jakarta.
--- (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta.
Ekawati, E. (2011). Peran, Fungsi, Tujuan, dan Karakteristik Matematika Sekolah. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik-matematika-sekolah/. [3 Desember 2013].
Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal UPI [online]. Vol 1, halaman 76-89. Tersedia :
http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf [10 Januari 2014].
Gintings, A. 2010. Esensi praktis Belajar & Pembelajaran. Bandung : Humaniora.
Haniago, D. A .(2009). Teori Belajar Ausubel .[Online].Tersedia:
Http://Id.Shvoong.Com/Exact-Sciences/1959737-Teori-Belajar-Ausubel/.[5
Mei 2014].
Hasanah, R.S. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Aktivitas Kritis Siswa SMP pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Matematis. Skripsi pada FST UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : Tidak Diterbitkan.
Hidayati, P. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Knisley untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI, Bandung : Tidak Diterbitkan.
Izzati, N. dan Suryadi, D. (2011). Komunikasi Matematika dan Pendidikan Matematika Realistik. Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Yogyakarta.
Kadir. (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Potensi Pesisir Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik, Komunikasi Matematik, Dan Keterampilan Sosial Siswa SMP. Disertasi SPS UPI : Tidak Diterbitkan.
Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya.
Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi Doktor pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
---. (2012). “Pengembangan Bahan Ajar Melalui Penelitian Desain”. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 1, 126-137.
National Council of Teachers of Matematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United State of America: NCTM.
Nobonnizar. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Komunikasi Matematika dalam Materi Dimensi Tiga di SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan.
Nopiyani, D. (2013). Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Berbantuan Geogebra Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI : Tidak Diterbitkan.
Mokhamad Irwan, 2014
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Panjaitan, R.A. (2012). Studi Tentang Kendala Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Kesebangunan kela IX Semester I di Sekolah Menengah Pertama Kecamatan Medan Petisah Tahun Ajaran 2011/2012.Skripsi pada FMPIA UNIMED : Tidak Diterbitkan.
Salirawati, D. Teknik Penyusunan Modul Pembelajaran. Tersedia : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PengmbGN%20Modul%20dan%20Bhn %20Ajar_0.doc. [ 28 Januari 2013 ].
Setiawati. (2012). “Hambatan Epistemologi (Epistemological Obstacles) dalam Persamaan Kuadrat Pada Siswa Madrasah Aliyah”. Jurnal Ilmiah International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics Education, 787-800.
Sudaman. (2012). Adversity Quotient: Kajian Kemungkinan Pengintegrasiannya dalam Pembelajaran Matematika. Tondo: Universitas Tadulako.
Suhaedi, D.(2012) “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMPMelalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”. Makalah pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Suherman, E. et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
---. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out Perkuliahan. Bandung : Tidak Diterbitkan.