DAFTAR ISI
1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup………...………4
1.3Tujuan Perancangan……….4
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data………...…………....4
1.5Skema Perancangan………..5
BAB II LANDASAN TEORI 2.1Kampanye………..……….……….7
2.2 Komunikasi………..……….14
BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1Dinas Kesehatan Kota Bandung………..…16
3.2Data Pustaka……….…....…18
3.3 Survei Melalui Kuesioner……….……35
3.4 Wawancara Narasumber……….…..41
3.5Tinjauan Terhadap Proyek Sejenis……….……..42
3.6Segmentasi, Targeting, Positioning……….……….43
3.7 SWOT………...………44
BAB IV PEMECAHAN MASALAH
4.1Konsep komunikasi………...…..….46
4.2Konsep Media………...……47
4.3Konsep Kreatif……….….…50
4.4 Hasil Karya……….…..…51
4.5 Budgeting……….……58
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan……….59
5.2 Saran………...59
5.3 Saran dari dosen……….………60
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Perancangan………6
Gambar 2.1Model Kampanye Ostergaard………...….13
Gambar 3.1 Logo Dinas Kesehatan………..16
Gambar 3.2 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan………...….17
Gambar 3.3 Diagram Obesitas pada Diabetes tipe 2………..…..31
Gambar 3.4 Gambar Kampanye One Day no Rice………..42
Gambar 4.1 Timeline………....47
Gambar 4.2 Logo………..……51
Gambar 4.3 poster seri 1………...52
Gambar 4.4 Poster Seri 2………...………...53
Gambar 4.5 Poster Event……….53
Gambar 4.6 Flyer……….54
Gambar 4.7 Baliho………...54
Gambar 4.8 Web Banner dan aplikasinya…………...……….…55
Gambar 4.9 Koran………...56
Gambar 4.10 Billboard……….56
Gambar 4.11 Facebook………56
1
menggunakan nasi putih sebagai makanan pokok utama sehari-hari. Hampir sebagian
besar masyarakat Indonesia bergantung kepada nasi putih dan menganggap belum
makan bila belum mengkonsumsi nasi. Sebenarnya selain nasi, masih banyak alternatif
makanan pokok berkarbohidrat lainnya, yaitu singkong, sagu, jagung kentang, dan ubi
jalar. Menurut fakta yang ada konsumsi beras kita di tahun 1954 cuma 53,5%, tetapi
tahun 2008 sudah mencapai 86,6% peranannya terhadap karbohidrat penduduk
Indonesia. Porsi jagung untuk kebutuhan karbohidrat turun drastis dari tahun 1954 yang
mencapai 18,9%, pada tahun 2008 hanya 0,7%. Di samping itu, ternyata konsumsi kita
terhadap beras mungkin salah satu yang tertinggi di dunia mencapai 139,15 kg per
kapita per tahun. Dari segi ketahanan pangan jelas produksi beras di negara kita ini tidak
mencukupi untuk konsumsi seluruh penduduk di Indonesia sehingga negara kita harus
mengimpor beras dari negara lain.
Selain itu dari segi kesehatan ternyata juga banyak manfaat yang didapat bila
mengurangi konsumsi nasi. Salah satunya adalah menghindari dari obesitas. Coba kita
pikirkan, saat kita mengkonsumsi nasi, tubuh kita akan mengubah karbohidrat menjadi
glukosa dan kemudian masuk ke dalam darah. Tetapi dalam kondisi normal, glukosa
sudah ada di dalam darah. Dan ketika gula darah berada dalam kondisi stabil, berarti
tujuan glukosa berikutnya adalah masuk ke liver dalam jumlah sedikit untuk memenuhi
kebutuhan cadangan di situ. Tujuan selanjutnya adalah glukosa akan melihat apakah
2
Universitas Kristen Maranatha yang berarti, maka glikogen dalam otot pasti akan cenderung penuh. Lalu kalau penuh,
ke mana lagi glukosa akan pergi? Jelas akan disimpan oleh tubuh sebagai cadangan
lemak atau fat. Hal inilah yang kemudian menimbulkan obesitas pada manusia.
Tingkat obesitas pada masyarakat Indonesia sejak tahun 1989 terus naik hingga
sekarang, baik pada kelompok pria maupun wanita dan kenaikan obesitas ini terjadi
akibat berubahnya pola hidup terutama pola makan. Menurut dokter gizi Fiastuti
Witjaksono MSC. SpGK, survei tahun 1989 menunjukkan obesitas di daerah perkotaan
adalah 1,1% sedangkan di pedesaan adalah 0,7%. 10 tahun kemudian, angka ini naik
menjadi 5,3% di perkotaan dan 4,3% di desa. Pada tahun 2004, Himpunan Studi
Obesitas Indonesia menemukan angka obesitas pada pria telah naik menjadi 8,16% dan
untuk wanita 11,2%.
Selain obesitas, konsumsi nasi berlebih juga dalam memicu timbulnya penyakit
diabetes melitus. Menurut Dr Phaidon L Toruan, MM, dokter gizi dan pakar hidup sehat
dari Jakarta, salah satu manfaat mengganti kebiasaan makan nasi adalah menghindari
dari penyakit diabetes melitus tipe 2 (diabetes karena gaya hidup). Asal tahu saja nasi
memiliki kadar gula yang tinggi yang dapat meningkatkan level glukosa dalam darah
sehingga bisa memicu resiko terkena diabetes. Dan bagi penderita diabetes harus
mengatur kadar gulanya, salah satunya dengan mengurangi makan nasi agar penyakitnya
tidak kambuh. ketika nasi putih dicerna oleh tubuh, nasi putih akan langsung diolah
menjadi energi dengan cepat dan meningkatkan kadar gula darah. Sebaliknya jenis
karbohidrat seperti ubi, jagung, singkong, gandum, dan nasi merah merupakan
karbohidrat dengan kadar gula yang rendah dan kaya akan serat sehingga dapat menahan
kenyang lebih lama hingga 6 jam.
Sebuah riset yang dilakukan di Amerika Serikat yang melibatkan 200.000 orang
menunjukan bahwa mengkonsumsi nasi putih sebanyak 150 gram lebih dari 5 kali
seminggu dapat meningkatkan resiko diabetes sebesar 17% dibandingkan dengan
orang-orang yang makan hanya 1 porsi nasi dalam sebulan. Dari hasil penelitian itu
3
Universitas Kristen Maranatha Menurut data World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan
ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2009,
terdapat sekitar 8 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Bahkan pada 2025,
jumlah penderita penyakit ini diprediksi meningkat tajam menjadi 21 juta orang.
Ironisnya dari jumlah itu, baru 50% yang sadar mengidapnya dan di antara mereka
hanya 30% yang datang berobat teratur.
Diabetes melitus atau kencing manis merupakan penyakit gula yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal akibat tubuh kekurangan insulin.
Diabetes melitus menyebabkan penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran
kencing, infeksi paru, dan infeksi kaki. Biasanya penyakit diabetes ini rentan pada usia
35-45 tahun.
Pemerintah Indonesia sendiri pernah membuat sebuah kampanye “One Day No Rice” atau sehari tanpa mengkonsumsi nasi putih. Kampanye ini ternyata menuai pro
dan kontra dikalangan masyarakat Indonesia yang sudah terlanjur bergantung pada nasi
sebagai makanan pokok utama mereka. Tidak mudah mengubah pola pikir masyarakat
Indonesia yang sudah lama bergantung pada nasi sampai-sampai muncul anggapan “belum makan bila belum makan nasi”. Program pemerintah ini tidak sepenuhnya salah karena yang dibutuhkan sebenernya oleh tubuh kita bukanlah nasi, melainkan
karbohidrat yang dikandungnya. Sedangkan selain nasi, masih banyak karbohidrat yang
jauh lebih baik seperti jagung, kentang, ubi dan lain-lain.
Karena hal itulah pada kesempatan ini, saya ingin membuat sebuah kampanye “Less Rice More Healthy” untuk memberitahukan kepada masyarakat Indonesia agar mulai mengurangi konsumsi nasi dan beralih kepada makanan pokok alternatif seperti
4
Universitas Kristen Maranatha
1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup
Adapun permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1. Bagaimana menciptakan awareness kepada masyarakat bahwa mengkonsumsi
nasi berlebih kurang baik bagi kesehatan?
2. Bagaimana cara penyampaian kepada masyarakat agar mulai mengurangi
mengkonsumsi nasi/ karbohidrat?
3. Bagaimana menciptakan kampanye yang efektif dan promotif untuk mendorong
masyarakat agar mulai mencoba mengurangi konsumsi nasi/ karbohidrat?
Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas berupa riset dan persuasi
visual kepada masyarakat berusia 25-35 tahun. Tujuannya untuk mengenalkan makanan
alternatif apa saja yang baik sebagai pengganti nasi dan pengenalan seputar diabetes
mencakup area wilayah Bandung dan sekitarnya dari semua golongan, terutama
golongan ekonomi menengah dan golongan ekonomi atas.
1.3Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan karya desain yang akan dilaksanakan ialah:
1. Memberitahukan pada masyarakat bahwa mengkonsumsi nasi secara berlebih
kurang baik bagi kesehatan.
2. Mengajak masyarakat untuk mulai mengurangi mengkonsumsi nasi dan mulai
peduli akan kesehatannya sejak dini.
5
Universitas Kristen Maranatha
1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada seorang dokter dan seorang ahli gizi yang tentunya
pakar seputar kesehatan diabetes dan gizi pada makanan alternatif pengganti
nasi.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka yang diambil untuk proyek kampanye ini adalah buku-buku yang
berkenaan dengan penyakit obesitas, diabetes dan gizi pada makanan. Studi
pustaka ini juga mengambil informasi dari internet sebagai bahan penunjang dan
pelengkap tugas akhir penulis.
3. Kuesioner
Kuesioner disebarkan kepada responden yang merupakan target kampanye ini
untuk mengetahui kecenderungan mereka mengetahui seputar makanan alternatif
yang baik bagi tubuh.
1.5Skema Perancangan
Skema dan pemetaan diperlukan untuk perancangan dan penulisan tugas akhir agar
dapat berjalan teratur dan terorganisir. Berikut ini merupakan skema pemikiran dan
6
59
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fakta membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih
bergantung pada nasi sebagai makanan utama mereka meskipun kenyataan menunjukan
bahwa mengkonsumsi nasi secara berlebih kurang baik bagi kesehatan karena dapat
menyebabkan obesitas dan penyakit lainnya seperti serangan jantung, diabetes, stroke,
dan lain-lain. Karena itu untuk menciptakan awareness yang tepat bagi masyarakat, pake
kampanye ini penulis buat dengan teknik fotografi dengan cara menunjukkan
dampaknya secara langsung pada masyarakat tentang jenis-jenis penyakit dan efek yang
ditimbulkan dari penyakit tersebut melalui visualisasi foto. Diharapkan dengan
memberikan visualisasi tersebut masyarakat dapat mengetahui efek buruk dari konsumsi
nasi berlebih. Selain itu juga diharapkan masyarakat yang melihat kampanye ini dapat
memulai mengurangi konsumsi nasi mereka dan mulai beralih pada sumber karbohidrat
alternatif lainnya yang juga diperlihatkan pada kampanye ini seperti oatmeal, jagung,
dan kentang. Dengan memberikan gambaran tentang jenis penyakit dan makanan
karbohidrat alternatif melalui fotografi, diharapkan pesan yang disampaikan dapat
tersampaikan secara efektif pada masyarakat.
5.2 Saran
Semoga penulisan dan perancangan kampanye “Less Rice More Healthy” ini
dapat berguna bagi pembaca dan masyarakat luas agar dapat memahami dan menjaga
pola hidup mereka dimana banyak sekali dampak yang diakibatkan dari konsumsi nasi
berlebih bagi segi kesehatan. Alangkah baiknya jika kita menjaga asupan nasi yang kita
60
Universitas Kristen Maranatha
5.3 Saran dari dosen
Setelah melalui serangkaian sidang yang dilakukan oleh penulis, diperoleh
masukan dari para dosen penguji mengenali judul kampanye yang semula menggunakan
one day no rice menjadi less rice more healthy dengan pertimbangan bahwa kampanye
one day no rice yang dibuat selebih dulu oleh pemerintah dianggap memiliki image yang
buruk dimata masyarakat sehingga akan sulit untuk direbranding. Oleh karena itu
penulis menggantinya dengan less rice more healthy dengan pertimbangan masyarakat
Indonesia yang sulit untuk menghilangkan nasi dari daftar makanan yang dikonsumsinya
sehingga dengan tagline tersebut diharapkan masyarakat diajakan untuk mulai
mengurangi porsi nasi yang dikonsumsinya. Kemudian penggunaan logo yang sederhana
dengan menonjolkan tagline dari kampanye itu sendiri. Penggunaan model dengan
kisaran usia 25-35tahun dengan pakaian dan properti yang disesuaikan dengan target
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Antar Venus, M.A. 2004. Manajemen Kampanye.Bandung. Simbiosa Rekatama Media
Vieynthia Tjahjadi. 2010. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Diabetes. Semarang. Pustaka Widyamara