49 DAFTAR PUSTAKA
Bakker. 1984. Filsafat Kebudayaan (Sebuah Pengantar). Yogyakarta. Kanisius Bastomi, Suwaji. 1986. Kebudayaan Apresiasi Pendidikan Seni. Semarang : IKIP. Harsojo. 196. Pengantar Antropologi. Bandung: Universitas Negeri Pajajaran. Geertz, Clifford. 1981. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta
: grafiti.
Julie Indah Rini. 2010. Perayaan 1 Suro di Pulau Jawa.Surakarta : PT. Multi Kreasi Satudelapan
Kamanjaya, Karkono.1992. Ruwatan Murwokolo. Yogyakarta: Duta Wacana University
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentaliet Dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia
_________. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Rakyat. _________. 1981. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Pers
_________. 1982. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru _________. 1984. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: UNNES.
_________. 1992. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
_________. 1993. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: Gamedia
_________. 1997. Pengantar Antropologi. Pokok-pokok Etnografi Jilid II. Ihromi, T.O. 1980. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.
Minsarwati, Wisnu. 2002. Mitos Merapi dan Kearifan Ekologi. Yogyakarta, Kreasi Kencana.
Mulyono, Sri. 1979. Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang. Jakarta : PT Gunung Agung
50 Purwadi, M. Hum. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Sujamto. 1991. Refleksi Budaya Jawa. Semarang: Dahara Prize.
Sunyata, dkk. 1996. Fungsi, Kedudukan, dan Struktur Cerita Rakyat Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud.
Van Reusen. 1992. Perkembangan Tradisi dan Kebudaaan Masyarakat. Tarsito. Bandung.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kasusastraan. Jakarta, PT Gramedia
Widiarto, Tri. 2005. Pengantar Antropologi Budaya. Salatiga: Widya Sari press. Zeffry. 1998. Manusia Mitos dan Mitologi. Jakarta, Fakultas Sastra Universitas
51 DAFTAR INFORMAN
NO NAMA UMUR AGAMA PEKERJAAN ALAMAT 1. Suma Marbi 77 Tahun Islam Petani Gompyong, Cukil
Rt 15 Rw 05 2. Pawira Wardi 74 Tahun Islam Petani Gompyong, Cukil
52
54 HASIL WAWANCARA
Informasi : Bapak Kusnin
55 Bapak Kusnin
Informasi : Bapak Pawira
Dalam Tradisi Dhawuhan terdapat beberapa mantra (japa mantra) dbapak pawira adalah orang tertua atau dituakan di daerah Cukil. sehingga beliau mengetahui mantra yang dibaccakan dalam prosesi adata Dhawuhan ngembang. adapun mantranya adalah sebagai berikut :
Sedaya wilayah desa Cukil, desa Keboan saha Kemethul sakpiturute,
sedaya wilayahipun tansah manuwun datheng kersanipun gusti Allah Subhanlahu Wata’alla mugi-mugi tansah diparingono rahayu wilujeng kalis sambikala
satunggal punapa-punapa. Lan ugi ngantos bapak kepala desa Cukil kepala desa
Keboan sak perangkatipun sedaya tansah diparingono rahayu wilujeng kalis
sambikala satunggal punapa-punapa anggenipun makarya pawilutan kalis
sambikala satunggal punapa-punapa. Lan ugi kangge dateng rakyat kakung lan
putri sepuh saha anom sedaya tansah tuah linangkung sedaya pinaringanipun
kanti pawilutanipun kanthi sedaya rahayu wilujeng tansah kalis sambikala
satunggal punapa punapa.
Panyuwunipun pinandangipun kawula sumanggahaken dateng
ngarsanipun allah subhanallahuwataalla. Lan ugi pepunden kula sedoyo sak
garwo, sak putro dumatheng perangkat sedayanipun tansah sagetto ngelindungi
menopo engkang dados seja lan Panyuwunipun.
Lan tujuan ing wekdal ing dinten punika, sami-sami tujuanipun inggih punika,
56 keDhawuhan enten jawoh gkang sae, engkang awon panjenengan singkiraken
engkang tebih, engkang sae panjenengan caketaken dateng keluarga desa Cukil,
Keboan, saha Kemethul
Dengan mantra ini diharapakan akan turun hujan yang baik dan memakmurkan daerah desa Cukil.
57 Informasi : Bapak Marbi
Awal mulanya kata Dhawuhan berasal dari kata dhawah (jatuh). Dhawuhan sendiri merupakan suatu tradisi yang berasal dari kalangan petani Desa Cukil. Dengan tradisi ini masyarakat mempercayainya sebagai sarana berinteraksi dengan roh-roh baik (lelembut). Agar membantu para petani, memberikan sumber air kehidupan bagi mereka yaitu air hujan. Malam Selasa Kliwon jatuh pada bulan Oktober tanggal 22 hari Senin. Masyarakat beranggapan bahwa hari itu dianggap tepat untuk mengadakan ritual. Hal ini karena, warisan leluhur yang menyuruh mereka melakukan ritual tersebut pada hari Selasa Kliwon. Masyarakat meyakini mempunyai kekuatan lebih dari pada hari biasanya. Tradisi ini merupakan adat kebiasaan yang diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Desa Cukil dan dilakukan secara turun-temurun. Tradisi Dhawuhan merupakan syarat spiritual yang wajib bagi masyarakat Desa Cukil dan apabila dilanggar dipercaya dapat menimbulkan bencana kekeringan. Dalam Tradisi Dhawuhan ada persembahan berupa sesaji. Sesaji diletakkan di setiap sudut desa dan di tempat-tempat yang dianggap keramat oleh warga masyarakat Desa Cukil. Sesaji tersebut meliputi: rokok 2 batang, candu, nasi golong, dan kembang menyan.
58 Informasi : Bapak Hery Soeharno
Tradisi Dhawuhan merupakan upaya masyarakat Desa Cukil untuk meminta hujan bila terjadi kekeringan yang sangat panjang. Upaya meminta hujan, dilakukan dengan upacara sedekahan dan persembahan sesaji setiap hari Selasa Kliwon mangsa kelima (Penanggalan Jawa). Berbagai jenis makanan tradisi dihidangkan seperti: nasi tumpeng, satu ekor ayam utuh, kembang menyan, rokok 2 batang, candhu, ketupat, dawet dan sebagainya. Makanan itu disantap setelah upacara sesaji selesai dan diberkati terlebih dahulu dengan doa-doa yang dipimpin oleh pemimpin upacara. Dalam hal ini ialah sesepuhupacara.
59 PETA DESA CUKIL KECAMATAN TENGARAN
60 INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA
A. Wawancara dengan Bapak Pawira (salah seorang penduduk setempat) 1. Apa yang dimaksud dengan Tradisi Dhawuhan?
2. Apa yang melatar belakangi dengan diadakannya Tradisi Dhawuhan? 3. Makna apa yang tersirat dalam Tradisi Dhawuhan?
B. Wawancara dengan Bapak Suma Marbi
1. Sejak kapan persiapan pelaksanaan didakan Tradisi Dhawuhan? 2. Bagaimana urutan Prosesi Tradisi Dhawuhan?
3. Sarana apa saja yang digunakan dalam penyelenggraan Tradisi
Dhawuhan?
C. Wawancara dengan Bapak Soeharno (Kadus Cukil) 1. Ada berapa dusun dalam Desa Cukil?
2. Bagaimana proses persiapan dan pelaksanaan Tradisi Dhawuhan? D. Wawancara dengan Bapak Suwarno Suprapto (Kepala Desa Cukil)
1. Benda-benda apa saja yang diperlukan sebagai sarana Tradisi
Dhawuhan?
2. Apakah ada faktor pendukung dalam penyelenggaraan Tradisi
Dhawuhan?
61 DOKUMENTASI PENELITIAN DALAM PROSESI
UPACARA DHAWUHAN
Gambar 1. Warga berdatangan untuk mengikuti upacara (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
62
Gambar 3. Warga sedang mengumpulkan makanan sesaji (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
63 Gambar 5. Warga sedang memotong Ingkung (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
64 Gambar 7. Sambutan Kepala Desa Cukil (Edi Suprapto) sebelum proses
Selametan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
65 Gambar 9. Penyiraman Dawet oleh Kepala Desa Cukil (Suprapto) dan beberapa
warga setelah sesaji dibacakan doa (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
66 Gambar 11. Ayam utuh (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
67 Gambar 13. Kembang Menyan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
68 Gambar 15. Peneliti bersama Bapak Suma Marbi (jaket abu-abu), Pawira Kusnin
(kemeja biru) dan Pawira Wardi (batik coklat).(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
69 Gambar 17. Peneliti dirumah warga ikut serta dalam memasak, berbagai makanan
sesaji. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
70 Gambar 19. Peneliti bersama masyarakat Desa Cukil meninggalkan Ngembang.