PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN
PENERIMAAN PERILAKU
DISFUNGSIONAL TERHADAP AUDIT
JUDGMENT
1.
Pendahuluan
Profesi akuntan publik merupakan profesi yang bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Dalam melakukan tugas audit, auditor harus mengevaluasi berbagai alternatif informasi dalam jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan yaitu bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit (IAI, 2001). Melihat pentingnya peran akuntan dan masyarakat bisnis, maka sewajarnya pula profesi akuntan menuntut adanya kemampuan dalam memproses informasi untuk menentukan
audit judgment pada sebuah penugasan audit
(Jamilah, 2007).
auditor semakin penting dalam memahami dan meningkatkan judgment audit dalam melaksanakan audit laporan keuangan (Wedemeyer, 2010). Wedemeyer (2010) menggunakan istilah “audit judgment” untuk menggambarkan setiap keputusan atau evaluasi yang dibuat oleh auditor, yang mempengaruhi atau mengatur proses dan hasil audit laporan keuangan. Audit judgment mungkin rentan terhadap perubahan karena audit melibatkan keyakinan terhadap asersi laporan keuangan berdasarkan bukti baru yang ditemukan (Kennedy, 1993).
Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgment yang didasarkan pada kejadian-kejadian masa lalu, sekarang, dan yang akan datang (Jamilah, 2007). Pertimbangan audit mengacu pada penilaian subjektif yang dibuat sebagai tindakan awal dalam proses audit. Pertimbangan auditor penting dalam proses audit karena mencakup kompetensi auditor, efektivitas arsitektur sistem informasi bagi auditor, dan signifikansi (materialitas) dari unsur laporan keuangan (Prachsriphum et al., 2011). Standar Profesional Auditor Publik (SPAP) dalam SA 312 mengatur mengenai pertimbangan audit yang harus dilakukan oleh akuntan publik antara lain pertimbangan materialitas dan pertimbangan risiko audit.
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk baku. Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut (SPAP, 2001).
Audit judgment mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Judgment mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Risiko audit dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif (SPAP, 2001).
pembuatan opini akhir auditor terhadap laporan keuangan suatu entitas. Judgment pribadi auditor tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor perilaku individu.
Miller (2009) menjelaskan faktor-faktor yang akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan. Dalam peranan pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan risiko. Turban et al (2005) juga menyebutkan bahwa tipe kepribadian, gender, dan kognisi manusia dapat mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang.
Menurut Allport (Suryabrata, 1995: 248) kepribadian adalah organisasi dinamis dan system psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Kepribadian juga merupakan sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arahan pada tingkah laku individu. Sehingga, tipe kepribadian juga turut mempengaruhi cara pengambilan keputusan.
maka kasus-kasus penyimpangan tersebut tidak seharusnya terjadi (Lim-u-sanno, 2009).
Auditor perlu melakukan pemeriksaan untuk dapat mengetahui apakah laporan keuangan organisasi telah disusun wajar sesuai dengan SAK yang berlaku dan memberikan opini terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut. Ada kalanya opini audit kurang mendapatkan respon yang positif dikarenakan adanya kemungkinan terjadinya penyimpangan perilaku oleh seorang auditor dalam proses audit (Donelly et. al., 2003). Penerimaan atas perilaku disfungsional akan mempengaruhi bagaimana proses audit akan dilakukan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh DeZoort dan Lord (1994) melihat adanya pengaruh tekanan atasan pada konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan hukum, hilangnya profesionalitas, dan hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial. Chung dan Monroe (2001) mengamati tentang pengaruh gender dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Hasil yang diperoleh adalah kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor dan gender berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment yang diambil oleh auditor.
Shields (1995) telah menemukan indikasi sejumlah faktor level individu terbukti berpengaruh terhadap keputusan seorang auditor. Pengaruh dari keberadaan faktor-faktor ini berubah-ubah seiring dengan meningkatnya kompleksitas tugas yang dihadapi (Tan dan Kao, 1999).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Dalam penelitian-penelitian ini dilakukan investigasi dari pengaruh variabel tipe kepribadian dan variabel penerimaan perilaku disfungsional terhadap audit judgment. Perbedaan antara tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B akan mempunyai perbedaan dalam pengambilan keputusan audit judgment. Tidak terkecuali dalam profesi auditor yang akan mengalami atau melakukan perilaku yang menyimpang. Sehingga dalam penelitian ini akan diketahui adakah pengaruh dari hasil audit judgment jika dikaitkan dengan tipe kepribadian dan perilaku seorang auditor.
pengetahuan di bidang akuntansi keperilakuan dan auditing untuk menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya, (4) memberikan kontribusi untuk Kantor Akuntan Publik agar menjadi lebih baik lagi dalam mengambil audit judgment yang tidak bertentangan dengan standar profesional.
2.
Rerangka Konsep Penelitian dan
Perumusan Hipotesis
Rerangka Konsep Penelitian
Pengambilan keputusan ialah perumusan beraneka alternatif tindakan dalam menggarap situasi yang dihadapi serta penetapan pilihan yang tepat antara beberapa alternatif yang tersedia, setelah diadakan pengevaluasian mengenai keefektifan masing-masing untuk mecapai sasaran para pengambil keputusan (Radford, 1984).
Miller menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan. Sebagai nilai individu dalam pengambilan keputusan adalah keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika dihadapkan pada permasalahan dan diharuskan mengambil keputusan. Nilai-nilai ini sudah tertanam sejak kecil melalui proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
Seringkali pengambilan keputusan memiliki suatu ideology tertentu yang mempunyai arti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu prinsip tertentu. Disisi lain, pengambilan keputusan oleh orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kepuasan dan kekuasaannya secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan risiko. Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi risiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan risiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.
memproses sejumlah besar informasi, tekanan waktu, dan ketahanan diri. Ia juga mempengaruhi aturan dan pola komunikasi dari seorang pengambilan keputusan.
Dalam dunia audit, auditor akan membuat pertimbangan dan keputusan didalam keadaan yang sulit dan tidak pasti. Sebagai jawabannya, kesalahan atau pertimbangan dan keputusan mungkin dipengaruhi oleh tipe kepribadian dari masing-masing auditor (Lim-u-sanno, 2009). Tipe kepribadian tertentu akan membuat kualitas judgment yang lebih baik dibandingkan dengan tipe yang lainnya (Turban et al., 1995). Perbedaan mengenai tipe kepribadian akan mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap pengambilan keputusan. Perbedaan tipe kepribadian juga akan membuat perbedaan seseorang auditor dalam pembuatan audit judgment.
disfungsional. Semakin sering auditor menerima risiko yang berkaitan dengan perilaku disfungsional akan membuat kualitas judgment rendah (Donelly et. al., 2003). Dengan demikian tipe kepribadian dan penerimaan perilaku disfungsional sebagai dimensi dari aspek individual akan mengalami perbedaan terhadap judgment yang akan diambil oleh seorang auditor.
Dengan demikian tipe kepribadian dan penerimaan perilaku disfungsional sebagai dimensi dari aspek individual akan mengalami perbedaan terhadap judgment yang akan diambil oleh seorang auditor. Berdasarkan uraian tersebut diatas, diperoleh sebuah gambaran model teoritis yang menggambarkan hubungan antar variabel adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Model Penelitian
H1
H2
Audit Judgment
Dalam melaksanakan audit, auditor mengacu pada standar yang telah ditetapkan dalam standar Auditing. Salah satu standar yang harus dipenuhi oleh auditor dalam pekerjaan audit adalah
Tipe Kepribadian
Penerimaan Perilaku
Disfungsional
perencanaan audit. Di dalam perencanaan audit dikatakan bahwa auditor antara lain harus mempertimbangkan berbagai risiko audit dan tingkat materialitas awal untuk tujuan audit.
Dalam pelaksanaan prosedur audit yang mendetail, auditor membuat berbagai pertimbangan (judgment) yang akan mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan pendapat auditor (DeZoort,2006). Kenyataan ini membuat auditor harus mengenali risiko dan tingkat materialitas mengenai saldo akun yang telah ditetapkan pada saat perencanaan audit. Judgment audit akan dijumpai pada setiap tahapan audit. Pada tahap awal perencanaan audit, judgment digunakan untuk menetapkan prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan. Hal ini dikarenakan judgment pada tahap awal audit ditentukan berdasarkan pertimbangan pada tingkat materialitas yang diramalkan (Basri,2011).
Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (SPAP, 2001).
Judgment auditor tentang materialitas dan risiko adalah suatu masalah kebijakan professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralaskan dari laporan keuangan (Fridati, 2005). Definisi materialitas itu sendiri adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena penghilangan atau salah saji (Mulyadi, 2002: 158). Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Mulyadi, 2002:165).
Dalam kaitannya dengan laporan keuangan,
judgement yang diputuskan oleh auditor akan
opini dari auditor mengenai kewajaran laporan keuangan, tingkat risiko dan materialitas tersebut terbentuk dari pengukuran atas yaitu keandalan sistem pengendalian internal klien, kesesuaian pencatatan transaksi akuntansi dengan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum, ada tidaknya pembatasan audit yang dilakukan oleh klien, konsistensi pencatatan transaksi akuntansi.
Pengaruh Tipe kepribadian terhadap Audit Judgment
Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian (Miller, 2009). Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
tidak pasti. Sebagai jawabannya, kesalahan atau pertimbangan dan keputusan mungkin dipengaruhi oleh karakteristik dari masing-masing auditor. Dalam hal ini, pengambilan pertimbangan secara tidak bias adalah inti dari peningkatan karakteristik dalam pertimbangan auditor dan dapat mengurangi distorsi pertimbangan audit yang akan mempengaruhi rencana pengambilan keputusan audit dan kinerja audit (Lim-u-sanno, 2009)
Dalam pengambilan keputusan yang akan diambil oleh auditor menyangkut audit judgment, akan dipengaruhi oleh kepribadian dari masing-masing auditor. Menurut Frieldman dan Rosenman (1974) tipe kepribadian ada dua jenis, yaitu tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B. Mereka menyimpulkan bahwa orang yang mempunyai tipe kepribadian A sangat kompetitif dan berorientasi pada pencapaian, merasa waktu selalu mendesak, sulit untuk bersantai dan menjadi tidak sabar dan marah jika berhadapan dengan keterlambatan atau dengan orang yang dipandang tidak kompeten. Sedangkan orang dengan tipe kepribadian B lebih mampu bersantai tanpa merasa bersalah dan bekerja tanpa melihat nafsu, tidak harus tergesa-gesa yang menyebabkan ketidaksabaran dan tidak mudah marah.
responden yang mereka teliti. Orang kota diyakini memiliki peluang lebih besar menjadi tipe A, karena stres yang tinggi dan kesibukan yang terus meningkat.
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasi dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seseorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memdanu dalam pengambilan keputusan (Arvey, 1994).
henti-hentinya ingin mencapai sesuatu yang lebih tinggi (tinggi dan banyak), dengan waktu yang terasa selalu kurang. Ciri-ciri dari jenis kepribadian tipe A termasuk pemikiran yang sarat dengan bagaimana manusia dapat mengejar waktu, bagaimana manusia bersaing terus-menerus dengan ketat, bagaimana tingkah laku manusia hampir selalu mengarah kepada permusuhan, keinginan yang besar untuk menggunakan waktu yang luang dan ketidaksabaran menyelesaikan tugas.
Sedangkan lawan dari jenis kepribadian tipe A adalah jenis kepribadian B. Manusia dengan jenis kepribadian tipe B jarang berperilaku untuk saling bersaing atau bersikap agresif dalam keadaan-keadaan dimana perilaku berkompetisi dianggap tidak wajar dan tidak penting. Dengan kepribadian dasar tipe A yang cenderung untuk berani mengambil risiko, maka audit judgment yang dihasilkan akan lebih berisiko jika dibandingkan dengan auditor dengan tipe kepribadian B.
H1: Terdapat perbedaan audit judgment antara tipe
kepribadian A dan tipe kepribadian B.
Pengaruh Penerimaan Perilaku Disfungsional terhadap Pengambilan Audit Judgment
antara pandangan yang ia pegang menyangkut lingkungan dan apa yang benar-benar ada di dalam lingkungan. Dengan kata lain, kognisi adalah kemampuan untuk merasa dan memahami informasi. Model-model kognisi berusaha menjelaskan atau memahami proses kognitif manusia. Model tersebut berusaha menjelaskan, sebagai contoh, bagaimana orang meninjau opini yang telah ia pegang untuk menyesuaikan diri dengan beragam pilihan yang mereka buat.
Dalam berbagai situasi untuk mempertahankan pekerjaan, perilaku individu untuk memilih atau melakukan sesuatu ditentukan oleh opini mereka. Berdasarkan pada paparan teori kognisi tersebut, pilihan seorang auditor untuk menerima perilaku audit disfungsional dapat dipengaruhi oleh opini individu auditor. Kemampuan auditor untuk melakukan program audit sesuai dengan prosedur audit merupakan faktor yang sangat penting. Auditor yang mampu melaksanakan audit sesuai dengan program audit akan memilih untuk bertindak fungsional, sedangkan auditor yang tidak mampu melaksanakan audit sesuai dengan program audit akan termotivasi untuk menerima perilaku audit disfungsional.
auditor melakukan penyimpangan terhadap standar audit dan kode etik. Perilaku ini diperkirakan sebagai akibat dari adanya tipe kepribadian auditor disamping adanya kemungkinan lainnya. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit secara negatif dari segi keakuratan dan reliabilitas. Penyimpangan yang dilakukan auditor dalam audit dapat dikategorikan sebagai sebuah perilaku disfungsional dalam audit (Donelly et. al., 2003) .
Penerimaan perilaku disfungsional merupakan suatu bentuk reaksi terhadap lingkungan atau semisal sistem pengendalian (Otley dan Pierce, 1995; Lightner et. al., 1983; Alderman dan Deitrick, 1982 dalam Donelly et. al., 2003). Sistem pengendalian yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya konflik dan mengarah pada perilaku disfungsional. Donelly et. al., (2003) menyatakan bahwa sikap auditor yang menerima perilaku disfungsional merupakan indikator perilaku disfungsional aktual.
perilaku disfungsional. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Terdapat perbedaan audit judgment antara auditor yang menerima perilaku disfungsional dan yang menolak perilaku disfungsional.
3.
Metode Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Auditor Publik (KAP) di Jawa Tengah. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang didasarkan pada kriteria: (1) auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di kota Semarang dan Solo; (2) minimal level responden auditor adalah senior; (3) lama bekerja pada Kantor Akuntan Publik tersebut minimal 2 tahun; (4) auditor yang bekerja pada KAP Jawa Tengah yang terdaftar pada Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI pada tahun 2011. Data yang digunakan adalah data primer berupa data demografi responden, tipe kepribadian, audit judgment dan penerimaan perilaku disfungsional auditor. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden.
(Simamora, 2002), yaitu partner atau rekanan, manajer atau supervisor, senior auditor dan junior auditor.
Pengukuran tipe kepribadian dengan cara menjumlahkan skor tiap pertanyaan yang diukur dengan skala interval, responden diminta untuk melakukan ranking preferensi terhadap item pertanyaan. Setiap pertanyaan diberikan lima kemungkinan jawaban dengan skala terendah 1 = sangat tidak setuju dan tertinggi adalah 5 = sangat setuju. Setelah diketahui jumlah dari masing-masing indikator tipe kepribadian, maka akan ditentukan responden tersebut mempunyai tipe kepribadian A atau B.
Pengukuran penerimaan perilaku disfungsional dengan cara menjumlahkan skor tiap pertanyaan yang diukur dengan skala interval, responden diminta untuk memberikan jawaban atas setiap pertanyaan. Setiap pertanyaan diberikan dua alternatif jawaban setuju dan tidak setuju. Masing-masing dari jawaban tersebut akan dinilai apakah jawaban dari responden benar atau salah, nilai yang diberikan atas jawaban benar adalah 1. Setelah diketahui jumlah total, maka akan ditentukan apakah responden tersebut bersikap menerima atau menolak perilaku disfungsional.
pertanyaan diberikan dua alternatif jawaban setuju dan tidak setuju. Masing-masing dari jawaban tersebut akan dinilai apakah jawaban dari responden benar atau salah, poin yang diberikan atas jawaban benar adalah 10. Apabila salah maka poin nya adalah 0. Poin ini kemudian akan dijumlahkan.
Tabel 3.1.
Konsep/Variabel, Definisi dan Indikator Empiris Konsep/
Allport (Suryabrata, 1995: 248) kepribadian adalah organisasi dinamis dan sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Kepribadian juga merupakan sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arahan pada tingkah laku individu.
Konsep/ Variabel
Definisi Indikator Empiris
2. Melaporkan
waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek
3. Pemerolehan
bukti yang kurang
4. Pemrosesan yang
kurang akurat
5. Mengganti
prosedur yang sudah ada
6. Pengunduran diri
7. Ketidaktepatan
memberikan laporan audit
8. Kesalahan dalam
tahapan audit.
Audit Judgment
Kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya
1. Pertimbangan materialitas
2. Pertimbangan
Tingkat Risiko
Model statistik dalam penelitian ini adalah:
H0 :
µ
A =µB
(Tipe kepribadian A = tipekepribadian B)
dan
H0 :
µ
mpd =µ
tpd (Menerima perilaku disfungsional = menolak perilaku disfungsional)H1 :
µ
mpd ≠µtpd
(Menerima perilaku disfungsional≠ menolak perilaku disfungsional)
Untuk menganalisis pengaruh variabel tipe kepribadian (X1), dan penerimaan perilaku disfungsional (X2) terhadap audit judgment (Y) digunakan metoda statistik dengan tingkat taraf signifikansi α = 0,05.
Pengujian instrumen penelitian baik dari segi validitasnya maupun reliabilitasnya, dan dikatakan valid dan reliabel jika nilai korelasinya lebih besar dari 0.3 (Masrun dalam Sugiono, 2002:106) dan koefisien keandalannya (Cronbach Alpha) lebih besar dari 0.6 (Sekaran 2006:311). Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, data akan diuji dengan anova univariate. Kesemua analisis akan dilakukan dengan alat uji SPSS 20.
4.
Hasil Olah Data dan Interpretasi
Hasil uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
• Tipe Kepribadian A
Dari hasil pengujian, terdapat 8 pertanyaan indikator yang tidak valid (nilai item-total correlation < 0.3) namun reliabilitas dari kuesioner masih terjaga.
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Tipe A
Kode Correlation Kode Correlation
TKA01 0.602 TKA09 0.176 TKA02 0.286 TKA10 0.05 TKA03 0.318 TKA11 0.229 TKA04 0.453 TKA12 0.597 TKA05 0.507 TKA13 0.735 TKA06 0.552 TKA14 0.1 TKA07 0.315 TKA15 0.442 TKA08 0.24 TKA16 0.189 TKA09 0.176 TKA17 0.164 TKA10 0.05 Cronbach Alfa = 0.762 (Reliabel)
• Tipe Kepribadian B
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Tipe B
Kode Correlation Kode Correlation TKB01 0.529 TKB09 0.225 TKB02 0.702 TKB10 0.614 TKB03 0.474 TKB11 0.52 TKB04 0.322 TKB12 0.143 TKB05 0.42 TKB13 0.533 TKB06 0.585 TKB14 0.347 TKB07 0.131 TKB15 0.403 TKB08 -0.235 TKB16 0.111 Cronbach Alfa = 0.764 (reliable)
Demografi Responden
Berikut ini adalah data demografi responden penelitian:
Tabel 4.3 Demografi Responden
Karakteristik Total Prosentase
Jenis Kelamin
- Wanita 17 29%
- Pria 42 71%
Jabatan - Senior Auditor 46 78%
- Supervisor 13 22%
- Partner 0 0%
Tipe Kepribadian
- Tipe A 42 71%
- Tipe B 17 29%
Perilaku Disfungsional
- Menerima 23 39%
- Menolak 36 61%
- Wanita, Kepribadian A 13 22% - Wanita, Kepribadian B 4 7% - Pria, Kepribadian A 29 49% - Pria, Kepribadian B 13 22%
Dari data responden, didapatkan hasil auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di kota Semarang dan Solo mayoritas berjenis kelamin pria, yaitu sebesar 71%. Jabatan yang dimiliki responden mayoritas berasal dari level senior auditor, yang mempunyai kisaran lama bekerja 2 hingga 4 tahun. Mayoritas tipe kepribadian yang dimiliki auditor sebagai responden adalah tipe A. Dari hasil pengolahan data responden maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam jabatan senior auditor yang masih berusia muda dan berjenis kelamin pria. Dengan tipe kepribadian A, maka responden akan semakin ambisius dan agresif dalam dunia kerja. Sehingga responden akan cenderung menolak perilaku disfungsional, karena mereka merasa yakin dan mampu melakukan prosedur audit sesuai dengan standar yang ditetapkan diawal.
Uji Anova
Tabel 4.4
Descriptive Statistics. Dependent Variable: Audit Judgement Penerimaan
Perilaku
Tipe Kepribadian Mean Std. Dev.
Berdasarkan output deskriptif diperoleh auditor yang menolak perilaku disfungsional dan mempunyai tipe kepribadian A sebanyak 19 orang. Auditor yang menolak perilaku disfungsional dan memiliki tipe B sebanyak 7 orang. Auditor yang menerima perilaku disfungsional dan mempunyai tipe kepribadian A sebanyak 23 orang, dan untuk auditor yang menerima perilaku disfungsional dan mempunyai tipe kepribadian B sebanyak 10 orang.
penerimaan perilaku disfungsional. Hal ini berarti bahwa audit judgment yang dihasilkan oleh auditor yang menerima perilaku disfungsional akan lebih tidak etis jika dibandingkan dengan yang menolak perilaku disfungsional.
Tabel 4.5
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Audit Judgement
Source Type III Sum of
yang signifikan antara auditor yang menerima atau menolak audit judgment dalam pembuatan audit judgment. Hal ini berarti perilaku disfungsional auditor berpengaruh terhadap audit judgment.
Tabel 4.6 Multiple Comparisons
Dependent Variable: Audit Judgement Scheffe
Interaksi I Interaksi II Mean
Difference Sig.
Menolak & Tipe A Menolak & Tipe B -0.913 0.678 Menolak & Tipe A Menerima & Tipe A 1.319 0.102 Menolak & Tipe A Menerima & Tipe B 1.644 0.110 Menolak & Tipe A Menolak & Tipe A 0.913 0.739 Menolak & Tipe B Menerima & Tipe A 2.232* 0.028 Menolak & Tipe B Menerima & Tipe B 2.557* 0.028 Menerima & Tipe A Menolak & Tipe B -2.232* 0.028 Menerima & Tipe A Menerima & Tipe B 0.325 0.965 Menerima & Tipe A Menolak dan Tipe A -1.644 0.110 Menerima & Tipe B Menolak dan Tipe B -2.557* 0.028 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Interpretasi hasil pengolahan data
Hipotesis pertama menyatakan bahwa tipe kepribadian mempunyai perbedaan terhadap audit judgment memberikan hasil yang tidak signifikan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa masing-masing tipe kepribadian tidak mempunyai perbedaan terhadap pembuatan audit judgment. Auditor dengan tipe kepribadian A maupun B akan mempertimbangkan sikap professionalnya saat melakukan proses audit judgment.
Dengan hasil penelitian ini, auditor tidak mempertimbangkan aspek psikologi mengenai tipe kepribadian. Kemungkinan yang terjadi adalah auditor telah mengedepankan sikap profesionalitas dalam pekerjaannya. Karena profesi auditor dibatasi oleh kode etik dan standar professional.
Konsep profesionalisme adalah konsep untuk mengukur bagaimana para professional memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Dengan anggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik. Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya sikap profesional tercermin dari perilaku yang professional (Yendrawati, 2008).
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) prinsip dasar kode etik yang wajib dipatuhi oleh auditor mencakup:
1.Prinsip integritas. Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan professional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
2.Prinsip objektivitas. Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain yang mempengaruhi pertimbangan professional maupun pertimbangan bisnisnya.
3.Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional. Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan. Setiap praktisi harus bertindak secara professional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
5.Prinsip perilaku professional. Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Tipe Standar Profesional 1. Standar Auditing 2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review 4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu
Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.
kognisi memberikan pendapat bahwa seseorang akan mengambil keputusan sesuai dengan opini yang mereka anut. Auditor yang mampu untuk mempertahankan prosedur audit dengan benar dan mampu untuk mengerjakan setiap proses audit dengan benar, maka dia akan cenderung untuk menolak perilaku disfungsional. Auditor yang menolak perilaku disfungsional akan menghasilkan audit judgment yang lebih baik jika dibandingkan dengan auditor yang menerima perilaku disfungsional.
Penelitian Donnely et. al. (2003) menyatakan bahwa sistem pengendalian yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya konflik dan mengarah pada perilaku disfungsional. Peraturan mengenai kode etik dan standar professional auditor di Indonesia telah dilakukan secara berkesinambungan dan terprogram, sehingga dengan sistem yang dilakukan di Indonesia tidak membuat auditor merasa tertekan terhadap sistem pengendalian.
audit judgment yang dihasilkan oleh auditor akan cenderung tidak etis.
5.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Penelitian ini mengamati tipe kepribadian dan penerimaan perilaku disfungsional terhadap audit judgment. Studi ini dilakukan di Propinsi Jawa Tengah pada auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik Jawa Tengah mulai pada level jabatan senior auditor. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, tipe kepribadian tidak mempunyai perbedaan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian dari masing-masing auditor tidak akan mempengaruhi hasil audit judgment. Setiap auditor akan menggunakan sikap profesionalitasnya agar tidak mempengaruhi kualitas pekerjaan audit. Kedua, penerimaan perilaku disfungsional mempunyai perbedaan dalam pengambilan audit judgment, artinya jika auditor menerima perilaku disfungsional maka audit judgment yang dihasilkan akan lebih tidak etis.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdolmohammadi, M dan A. Wright. 1987. “An Examination of Effect of Experience dan Task Complexcity on Audit judgment”. Journal of The Accounting Review., LXII (1): 1-13
Arvey, R. D.; Bouchard, T. J. ”Genetics, Twins, dan Organizational Behavior”, Greenwich, CT: JAI Press, 1994. hal. 65-66.
Basri, Hasan. 2011. “Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor di KAP Kota Makassar)”. Skripsi, Universitas Hassanudin.
Chakraborty, I., Hu, P. J. dan Cui, D. “Examining the Effects of Cognitive Style in Individuals’ Technology Use Decision Making”, Decision Support Systems, 45, 2008, 228-241. DeZoort, T, Harrison, P., & Taylor, M. (2006). “Accountability &
Auditors’ Materiality Judgements: The Effects of Differential Pressure Strength on Conservatism, Variability, dan Effect”. Accounting, Organisation dan Society, vol.31,
iss.1, pp. 373 – 390. http://dx.doi.org/10.1016/j.aos.2005.09.001
Donnelly, David P., Jeffrey J.Q, dan David O., 2003. “Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior : An Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristics”. Journal of Behavioral Research In Accounting : vol. 15 : 87-107.
Dutta, D. K. dan Thornhill, S. “The Evaluation of Growth Inventions: Toward a Cognition-Based Model”, Journal of Business Venturing, 23, 2008, 307-332.
materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan di Yogyakarta”. Skripsi UII.
Friedman dan Rosenman, 1974. “Type A Behavior dan Your Heart”. New York : Afred A. Knop, 1974, p.84.
Hogarth. R. M., dan H.J. Einhorn., 1992., “Order Effects in Belief Updating: The Belief-Adjustment Mode”. Cognitive Psychology 24: 1 – 55.
IAI-Kompartemen Akuntan Publik, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, PT Salemba Empat, Jakarta
Jamilah, Siti., Zaenal Fanani, dan Grahita Chdanrarin., 2007. “ Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment”. Jurnal SNA X Makassar. Kennedy, Jane., 1993. “Debiasing Audit Judgment with
Accountability: A Framework dan Experimental Results”.
Journal of Accounting Research : vol. 31.
Kreitner dan Kinicki. 2005. “Perilaku Organisasi, buku 1”. PT Salemba Empat, Jakarta
Libby, R., 1995. “The Role of Knowledge dan Memory in Audit judgment”. In Judgment dan Decision-Making Research in Accounting dan Auditing, edited by R. Ashton, dan A. Ashton. , NY: Cambridge University Press. New York.
Lim-u-sanno, Kulwadee, 2009. “Audit Risk Judgment dan Performance of Thai Auditors: An Empirical Investigation of Their Antecendents dan Consequences”. Journal of Accademy of Business dan Economics: Vol. 9.
Miller, John D., 2009. “Teori-teori Pengambilan Keputusan”.http://hendriansdiamond.blogspot.com/2012 /01/choice-menurut-terry-1989-faktor-faktor.html. 23 Februari 2012.
Mulyadi, 2002. “Auditing”. PT Salemba Empat, Jakarta
Prachsriphum, Suttinee, Chuchuea, dan Sunisa., 2010. “Audit judgment competency dan audit reporting quality: an empirical research of tax-auditors in Thaildan”. Journal of Academy of Business dan Economics (2011).
Suryabrata, Sumadi., 1995. “Psikologi Pendidikan”. CV Rajawali, Jakarta.
Syahrir. 2002. “Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Akuntan Publik Dengan Kinerja, Kepuasan Kerja, Komitmen, dan Keinginan Berpindah” Tesis S2, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Turban, Efraim., Jay E. Aronson, dan Ting – Peng Liang., 2005. “ Decision Support Systems dan Intelligent Systems”. Edisi Ketujuh. Penerbit Dani, Yogyakarta.
Wedemeyer, Phil D., 2010. “ A discussion of auditor judgment as the critical component in audit quality – A practitioner's perspective”. International Journal of Disclosure dan Governance (2010) 7, 320–333.