• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah studi kebijakan pai\POSISI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UU NO 20 TAHUN 2003 TENTANG SISDIKNAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "makalah studi kebijakan pai\POSISI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UU NO 20 TAHUN 2003 TENTANG SISDIKNAS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

POSISI PENDIDIKAN ISLAM DALAM UU NO 20 TAHUN 2003 TENTANG SISDIKNAS A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Puji syukur kepada allah swt yang telah memberikan rahmat, taufik serta maunahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Posisi Pendidikan Islam Dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi muhammad saw beserta para ahli baitnya, para sahabat dan ummatnya hinggga sampai hari kiamat.

Masalah pendidikan merupakan persoalan yang sangat penting bagi semua umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Menurut Malik Fajar, Masalah pendidikan adalah masalah yang tidak pernah tuntas untuk dibicarakan, karena masalah pendidikan menyangkut persoalan manusia dalam rangka memberi makna dan arah normal kepada eksistensi fitrinya.1

Lantas bagaimanakah dengan pendidikan Islam di Indonesia? Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan

ke-1 Yunus Hasyim Syam. Mendidik Anak ala Muhammad. Yogyakarta: Penerbit Sketsa, 2005, hal. 10

102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).2

Pada dasarnya pemerintah sudah berupaya melakukan perbaikan namun hal ini belum dilakukan secara mendasar, sehingga terkesan seadanya saja. Usaha pembaharuan dan peningkatan pendidikan Islam sering bersifat sepotong-sepotong atau tidak komprehensif dan menyeluruh serta sebagian besar sistem dan lembaga pendidikan Islam belum dikelola secara professional.3

Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki pendidikan Islam di Indonesia dapat kita lihat komitmen mereka dalam penyusunan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, walaupun ada sebagian Pasalnya, pemerintah belum merealisasikan secara konsisten, contohnya Pasal 49 ayat 1 tentang anggaran pendidikan. Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan tentang pendidikan di indonesia dengan judul posisi pendidikan islam dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.

2. Rumusan masalah

a. Bagaimanakah definisi pendidikan islam?

b. Bagaimanakah Posisi pendidikan islam dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas?

c. Apakah yang melatar belakangi munculnya UU No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas?

3. Tujuan penulisan

2 http://www.tugaskuliah .info/2010/05/makalah-pemerataan-pendidikan.html diakses pada tanggal 05 bulan Maret tahun 2011 3 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi

(2)

a. Untuk mendeskripsikan definisi pendidikan islam; b. Untuk mendeskripsikan Posisi pendidikan Islam dalam

UU No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas;

c. Untuk mengetahui Apa yang melatar belakangi munculnya UU No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. B. PEMBAHASAN

1. Pendidikan

a. Definisi Pendidikan islam

Definisi pendidikan dari segi bahasa adalah kata yang berasal dari bahasa arab “Tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “Tarbiyah wa Ta’lim”.4 Sedangkan dalam bahasa inggris pendidikan adalah berasal dari kata “Education” yang mempunyai arti knowledge resulting from teacher or training.5

Dari segi istilah Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri.6Adapun pengertian

pendidikan islam ialah proses

pembimbingan,pembelajaran,dan atau pelatihan terhadap manusia agar nantinya menjadi orang islam yang

4 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 25

5 Pearson Education, Longman Handy Learner’s Dictionary Of America English,( Edinbourgh : library of congress cataloging,2003),hlm.131

6 Nurani Suyomukti,Teori- Teori Pendidikan,(Jakarta : Ar-Ruz Media,2010), hlm.27

berkehidupan serta mampu melaksanakan peranan dan tugas-tugas sebagai muslim.7

Ada tiga unsur utama yang harus terdapat dalam proses pendidikan, yaitu :

1) Pendidik (orang tua,

guru/ustadz/dosen/ulama/pembimbing);

2) Peserta didik (anak/santri/mahasiswa/mustami);

3) Ilmu atau pesan yang disampaikan (nasihat, materi pelajaran /kuliah/ ceramah/ bimbingan).

Selain itu, ada tiga unsur lain sebagai pendukung atau penunjang dalam proses pendidikan agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan,yaitu:

a) Tersedianya sarana prasarana yang memadai; yaitu berupa ruangan, bangunan atau tempat tertentu

misalnya ruangan kelas bangunan

sekolah,perpustakaan,

masjid,laboratorium,museum,koprasi dan lain sebagainya.

b) Metode yang menarik

Peran metode dalam pendidikan sangatlah penting. Sehubungan itu agar menggunakan metode yang menarik perhatian peserta didik. Misalnya dalm pemberian nasehat atau ceramah yang diselingi oleh kisah-kisah para nabi,sahabat,atau orang-orang salih. Juga hendaknya jangan hanya menggunakan suatu metode, tetapi gunakan juga metode yang lainya. Lebih baik lagi apabila dengan disertai menggunakan alat peraga.

(3)

c) Pengelolahan/manajemen yang profesioanal. Untuk mencapai hasil pendidikan sesuai yang diharapkan maka diperlukan pengelolaan atau manajemen yang profesional. 8

b. Tujuan Pendidikan Islam

Setiap upaya guru dalam proses pendidikan diatur oleh tujuan tertentu, apapun jenis tujuan itu. Kejelasan tujuan yang terlihat pada rumusan dan definisinya berpengaruh terhadap kemungkinan keberhasilan pencapaiannya.9

Pendidikan islam berhubungan erat dengan agama islam itu sendiri lengkap dengan akidah syariat dan sistem kehidupannya. keduanya ibarat dua kendaraan yang berjalan diatas dua jalur seimbang, baik dari segi tujuan maupn rambu-rambu yang disyaratkan bagi hamba Allah yang membekali diri dengan takwa, ilmu,hidayah,serta akhlak untuk menempuh perjalanan hidup.10

Diantara beberapa tujuan pendidikan islam antara lain : 1) Menetapkan akidah tauhid sebagai pandangan manusia

yang paling tinggi terhadap allah dan mengatur kehidupan individu dan masyarakat muslim

2) Memperhatikan nilai-nilai islam dan mendiik anak-anak dengan perilaku-perilaku dan akhlak yang mulia, seiring dengan pengetahuan terhadap ilmu-ilmu al-qur’an hadits-hadits nabi dan sejarah kenabian.

8 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.15

9Hery Noer Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta : Friska Agung Insani,2003),hlm.111

10 Ibiid, hlm 138

3) Mendidik seorang muslim untuk menjadi orang yang benar-benar amanah dan bertanggung jawab dalam setiap perkataan dan perbuatan.

4) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan berfikir logis dan brfikir ilmiah bagi seorang muslim sehingga ia dapat berfikir secara jernih tentang dzat maha pencipta dan tanda-tanda kebesarannya di muka bumi.

5) Membentuk seorang muslim yang mencintai pekerjaan yang mulia dalam segala aspek dan menyadarkan seorang muslim terhadap bentuk relasi kemanusiaan dilingkungan keluarga dan masyarakat.

6) Menyingkap sisi perdaban dalam islam, dengan membuktikan bahwa islam merupakan sumber hukum dalam setiap waktu dan tempat.

7) Menjauhkan seorang muslim dari aliran-aliran pemikiran yang bertentangan dengan nilai-nilai islam yang bersumber dari konsep al-qur’an dan sunah nabi.11 2. Posisi pendidikan Islam dalam UU No 20 tahun 2003

tentang Sisdiknas

Pendidikan agama islam dapat diartikan sebagai program yang terencana dalam mennyiapkan peserta didiik untuk mengenal,memahami,menghayati,hingga mengimanai ajaran agama islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannnya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.

(4)

Dalam sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), mata kuliah pendidikan agama merupakan mata kuliah yang wajib diikutioleh semua mahasiswa yang beragama di seluruh perguruan tinggi umum, disetiap jurusan, program studi dan jenjang pendidikan, baik perguruan tinggi umum maupun swasta. mata kuliah pendidikan agama diharapkan dapat menjadi landasan bagi pembentukan watak atau kepribadian para lulusan perguruan tinggi di indonesia sesuai dengan agama yang dipeluknya. Hal ini menunjukkkan bahwa pemerinytah memandang penting pendidikan agama diajarkan di perguruan tinggi umum.12

Mata kuliah pendidikan agama ini merupakan suatu bentuk penyelenggaraan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional yaitu mengambangkan manusia indonesia seutuhnya yakni manusia indonesia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan YME, dan budi pekertiluhur,mempunyai pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan madiri serta memilki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Adapun visi mata kuliah pendidikan agama islam diperguruan tinggi umum adalah untuk menjadikan ajaran agama islam sebagai sumber nilai dan pedoman yangmengantarkan mahasiswa dalam pengembangan profesi dan kepribadian islam. Sedangkan misinya adalah untuk membina kepribadian mahasiswa secara utuh dengan harapan bahwa mahasiswa kelak akan menjadi ilmua yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt ., serta mampu

12 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran Dan Kepribadian Muslim,(Bandung : PT Remaja rosdakarya,2006 ),hlm,6

memgabdikan ilmunya untuk kesejahtraan umat manusia. memperhatikan rumusan diatas, nampak betapa besarnya peran pendidikan agama dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. karena sosok pribadi yang beriman dan bertakwa hanya akan terwujud manakala sistem pendidikan nasional menjadikan agama sebagai ruh dalam pengembangan kurikulumnya disetiap jenjang dan tingkatan. dalam kurikulum pendidikan umum (baik negrimaupun swasta ), mata kuliah pendidikan agama merupakan bagian integral dari kurikulum nasional dan diklompokkan kedalam matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) bersama (MPK) lainnya, yaitu pancasila dan kewarganaan. oleh karenanya, pendidikan agama bertugas membina kepribadian mahasiswa sebagai calon sarjana indonesia yang beriman dan bertakwa serta memilki integritas kepribadian yang tinggi.

Karena kedudukannnya yang sangat strategis, maka pendidikan agama islam harus mendapatkan perhatian yang serius. Terlebih para lulusan perguruan tinggi umum sangat berpeluang besar untuk tampil menjadi pemimpin bangsa di masa depan atau sebaliknya mereka itu juga berpotensi untuk menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Mereka mempunyai kesempatan dan peluang yang sangat luas untuk mengakses berbagai informasi dan perkembangan teknologi mutakhir sesuai dengan ilmu yang mereka tekuni. Oleh karena itu sebagai mahasiswa yang beragama islam, maka sudah seharusnya jika dalam diri mereka itu memilki kesadaran yang mendalam dan semangat yang besar akan wajibnya melakukan pembelajaran dan kajian terhadap ajaran islam.13

(5)

Di dalam UU No 20 tahun 2003 ada beberapa pasal dan ayat yang membahas mengenai posisi pendidikan agama islam. Beberapa pasal dan ayat yang membahas mengenai posisi pendidikan agama islam itu antra lain : a. Pasal 1 ayat (1), pendidikan adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

b. Pasal 1 ayat (2), pendidikan nasional adalah:

Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

c. Pasal 4 ayat (1)

Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukkan bangsa.

d. Pasal 12 ayat (1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:

mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

e. Pasal 15

Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

f. Pasal 17 ayat (2)

Pendidikan dasar terbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

g. Pasal 18 ayat (3)

Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

h. Pasal 28 ayat (3)

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

i. Pasal 30 tentang pendidikan keagamaan

1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

(6)

4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

j. Pasal 36 ayat (3)

Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

1) Peningkatan iman dan takwa;

2) Peningkatan akhlak mulia; dan seterusnya… k. Pasal 37

1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:

a) pendidikan agama

b) pendidikan kewarganegaraan; dan seterusnya… 2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:

a) pendidikan agama;

b) pendidikan kewarganegaraan; dan c) bahasa.

l. Pasal 55 ayat (1) mengenai Pendidikan Berbasis Masyarakat

Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.14 3. Latar belakang munculnya UU No 20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas

Sebelum munculnya UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas ada tiga fase yang dilalui dan ketiga dari fase

14 Tim Penerbit Asa Mandiri, Undang-undang Guru dan Dosen & Undang-undang Sisdiknas. (Jakarta: Penerbit Asa Mandiri, 2007),hlm. 50-52

tersebut ditandai dengan ciri khas masing-masing. Ketiga fase tersebut ialah :

a. Fase pertama ialah fase sejak mulai tumbuhnya pendidikan islam sejak awal masuknya islam ke indonesia sampai munculnya zaman pembaharuan pendiikan islam di Indonesia.

Pada fase ini mulai diajarkan pengenalan nilai-nilai islami, selanjutnya baru muncul lembaga-lembaga pendidikan islam yang diawali dengan munculnya masjid,pesantern,meunasah,rangkang,dayah,dan surau. Ciri yang paling menonjol dalam fase ini adalah : Pertama, materipelajaran terkonsentrasi kepada pengembangan dan pendalaman ilmu-ilmu agama seperti tauhid,fikih,tasawuf,akhlak,tafsir,hadits,dan lain-lain yang sejenis dengan itu. Kedua, metodenya adalah sorogan, wetonan, dan muzakarah (musyawarah). Ketiga,sistemnya nonklasikal yakni dengan memakai system halaqah.

b. Fase kedua sejak masuknya ide-ide pembaharuan pendidikan islam di Indonesia

Ide-ide pembaharuan pendidikan islam ini dimulai pada abad ke 19 masehi yang berawal dari gerakan pembaharu di Mesir,Turki,Saudi Arabiya, dan juga Indonesia. Diantara para tokoh pembaharu islam antara lain Muhammad ali pasya, Sultan muhammad II di Turki, Said ahmad khan di India, Abdullah ahmad di Indonesia.

Ada empat faktor yang mendorong munculnya pembaharuan pendidikan islam di indonesia :

(7)

dijadikan titik tolak menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada.

2) Sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda.

3) adanya usaha dari umat islam untuk memperkuat organisasinya dalam bidang sosial dan ekonomi 4) banyak yang tidak puas dengan metode pendidikan

tradisional di dalam mempelajari al-qur’an dan studi agama.15

c. Fase ketiga sejak diundangkannya tentang sistem pendidikan nasional.

Fase ini berawal dari keluarnya UU No. 2 Tahun 1989 yang kemudian diikuti oleh sejumlah peraturan pemerintah tentang pendidikan yang selanjutnya diikuti pula dengan lahirnya UU No. 20 Tahun 2003. adapun peraturan pemerintah itu antara lain :

1) PP No. 27 Tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah;

2) PP No. 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar; 3) PP No. 29 Tahun 1990 tentang pendidikan

menengah;

4) PP No. 30 Tahun 1990 yang kemudian disempurnakan dengan PP No. 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi;

5) PP No. 72 Tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa; 6) PP No. 73 Tahun 1991 tentang pendidikan luar

sekolah;

7) PP No. 38 Tahun 1992 tentang tenaga kependidikan;

15 Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah,( Jakarta : LP3ES,1986), hlm 46-47

8) PP No. 39 Tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan nasional.16

Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan yang sekian lama terasa mandeg dan tidak mampu lagi menjawab tuntutan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara di era global. Reformasi pendidikan merupakan sebuah langkah strategis sebagai respons sekaligus penguatan terhadap reformasi politik yang ditempuh pemerintah Indonesia yaitu perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralistik menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi kepada daerah. Otonomi dan desentralisasi kewenangan menuntut dilakukannya berbagai perubahan, penyesuaian, pembudayaan dan pembaruan dalam rangka mewujudkan proses pendidikan yang bermutu, otonom, demokratis, memperhatikan keragaman, serta mampu mendorong partisipasi masyarakat.

Dalam UU No 20 tahun 2003 ada beberapa pasal yang menyinggung tentang pendidikan islam. Di dalam aturan tersebut setidaknya ada tiga hal yang terkait dengan pendidikan islam.

1) Kelembagaaan formal, nonformal, dan informal didudukannya lembaga madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang diakui keberadaannya setara dengan pendidikan sekolah.Dan dipertegas pula tentang kedudukannya sebagai sekolah yang berciri khas agama islam, selanjutnya diakui majlis taklim sebagai

(8)

pendidikan non formal dan masukan Raudlotul Athfal sebagai lembaga pendidikan anak usia dini dan dipertegas pula tentang pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan.

2) Pendidikan islam sebagai mata pelajaran dikokonnya matapelajaran agama sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik disemua jalur,jenis dan jenjang pendidikan.

3) Pendidikan islam sebagai nilai, terdapat seperangkat nilai-nilai islam dalam system pendidikan nasional. 17 C. KESIMPULAN

Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Berdasarkan pada Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Di dalam UU No 20 tahun 2003 ada beberapa pasal dan ayat yang membahas mengenai posisi pendidikan agama islam. Beberapa pasal dan ayat yang membahas mengenai posisi pendidikan agama islam itu antra lain : 1. Pasal 1 ayat (1),

2. Pasal 1 ayat (2) 3. Pasal 4 ayat (1) 4. Pasal 12 ayat (1) 5. Pasal 15

17 Ibid.,hlm.9

6. Pasal 17 ayat (2) 7. Pasal 18 ayat (3) 8. Pasal 28 ayat (3) 9. Pasal 36 ayat (3) 10.Pasal 37

11.Pasal 55 ayat (1)

Sebelum munculnya UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas ada tiga fase yang dilalui dan ketiga dari fase tersebut ditandai dengan ciri khas masing-masing. Ketiga fase tersebut ialah :

a. Fase pertama ialah fase sejak mulai tumbuhnya pendidikan islam sejak awal masuknya islam ke indonesia sampai munculnya zaman pembaharuan pendiikan islam di Indonesia.

b. Fase kedua sejak masuknya ide-ide pembaharuan pendidikan islam di Indonesia

c. Fase ketiga sejak diundangkannya tentang sistem pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Alim, Muhammad.Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran Dan Kepribadian Muslim,Bandung : PT Remaja rosdakarya,2006 .

Aly,Noer, Hery dan S,Munzier.Watak Pendidikan Islam, Jakarta : Friska Agung Insani.2003.

(9)

Daradjat, Zakiah.Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Daulay, Putra,Haidar.Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia,Jakarta : Prenada media. 2004.

Education,Pearson.Longman Handy Learner’s Dictionary Of America English,Edinbourgh : library of congress cataloging.2003.

http://www.tugaskuliah.info/2010/05/makalah-pemerataan-pendidikan.html diakses pada tanggal 05 bulan Maret tahun 2011.

Muchtar,Jauhari, Heri.Fikih Pendidikan,Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2005.

Musthafa, Fuhaim,Asy-Syaikh.Manhaj Pendidikan Anak Muslim,( Kairo : Darut-Tauzi’wan-Nsyril Islamiyah, 2003) di terjemahkan oleh Abdilllah Obid dan Yessi HM. Basyaruddin.Jaksel : Mustaqim. 2004.

Penerbit, Tim, Mandiri,Asa.Undang-undang Guru dan Dosen & Undang-undang Sisdiknas. Jakarta: Penerbit Asa Mandiri, 2007.

Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta : LP3ES.1986.

Suyomukti,Nurani.Teori- Teori Pendidikan,Jakarta : Ar-Ruz Media.2010.

Syam,Hasyim, Yunus. Mendidik Anak ala Muhammad. Yogyakarta: Sketsa, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

mengajar guru dilaksanakan maka mutu sekolah akan semakin

Dengan adanya suatu sistem yang didalamnya terdapat basis data sebagai pendukung diharapkan dapat membantu perusahaan dalam melakukan aktivitas bisinis baik pada saat sekarang

Identifikasi Deskripsi Prosedur Pengujian Masukan Keluaran yang diharapkan Kriteria Evaluasi Hasil Hasil yang didapat Kesimpulan PI_01 Menampilk an laporan invoice

Permasalahan yang ada karena adanya penggantian logo yang dilakukan oleh Q2 Technologies maka dari itu perlu adannya strategi untuk meningkatkan brand awareness dari para customer

Apart from AJI there are few civil society organisations (CSOs) in Indonesia that have produced reports and analyses of the role of policy in media development –despite the freedom