• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Portofolio Optimal pada saham – saham indeks Lq 45 dengan menggunakan Metode Indeks Tunggal di Bei periode waktu 2006 sampai 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Portofolio Optimal pada saham – saham indeks Lq 45 dengan menggunakan Metode Indeks Tunggal di Bei periode waktu 2006 sampai 2010."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM – SAHAM INDEK LQ-45 DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS TUNGGAL DI BEI

PERIODE 2006 SAMPAI 2010

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Admisistrasi Bisnis pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh : ADI SULISTYO

NPM. 0742010048

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

SURABAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan judul “ANALISIS PORTOFOLIO OPTIM AL PADA SAHAM – SAHAM INDEKS LQ 45

DENGAN M ENGGUNAKAN M ETODE INDEKS TUNGGAL DI BEI PERIODE W AKTU 2006 SAM PAI 2010”. Penulisan laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat untuk

mendapatkan gelar S1 Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak RY. Rusdianto.Sos M .Si selaku dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan pengarahan serta dorongan sejak awal hingga akhir penyusunan laporan skripsi ini.

Penyusunan laporan skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hj. Suparwati, Dra, M.Si, sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(3)

3. Bapak Nurhadi, Drs, M.Si, sebagai sekertaris Progdi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

5. Semua keluarga yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik

materiil maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga terjadi kesempurnaan dalam penulisan laporan skripsi ini.

Surabaya, Mei 2011

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….………..…..…i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI....…ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI………...…iii

KATA PENGANTAR……….……….……..……..iv

DAFTAR ISI……….………..…………..vi

DAFTAR TABEL………..……….……..……..x

DAFTAR GAMBAR………...………..…………..xi

DAFTAR LAMPIRAN………...……….….…………..xi

ABSTRAKSI………..…….... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Teori Manajemen Keuangan ... 7

2.2.1 Manajemen Keuangan ... 7

2.3 Investasi ... 9

(5)

2.3.2 Manajemen Investasi ... 11

2.3.3 Jenis-Jenis Investasi ... 12

2.3.4 Tujuan Investasi ... 12

2.3.5 Proses Investasi ... 12

2.4 Pasar Modal ... 13

2.4.1 Pengertian Pasar Modal dan Bursa Efek ... 14

2.4.2 Fungsi dan Peranan Pasar Modal ... 14

2.4.3 Bentuk – bentuk Pasar Modal. ... 15

2.4.4 Pelaku Pasar Modal ... 16

2.4.5 Faktor – factor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal ... 17

2.4.6 Instrumen pasar modal ... 19

2.4.7 Resiko investasi di pasar modal ... 20

2.5 Saham ... 21

2.5.1 Pengertian Saham ... 22

2.5.2 Jenis – jenis saham ... 22

2.5.3 Keuntungan investasi dalam bentuk saham ... 22

2.5.4 Resiko investasi dalam bentuk saham ... 24

2.5.5 Indeks Harga Saham ... 24

2.6 Suku Bunga ... 25

2.6.1 Pengertian Suku Bunga ... 27

2.6.2 Macam – macam Suku Bunga ... 28

2.7 Teori Portofolio ... 28

2.7.1 Pengertian teori portofolio ... 28

2.7.2 Strategi Portofolio Saham ... 29

2.7.3 Return Portofolio ... 31

2.7.4 Resiko Portofolio ... 31

2.7.5 Beta Portofolio ... 31

(6)

2.8 Model Indeks Tunggal ... 33

2.8.1 Latar belakang Model Indeks Tunggal ... 33

2.8.2 Model Indeks Tunggal dan komponen returnnya ... 34

2.8.3 Asumsi Model Indeks Tunggal... 34

2.8.4 Varian return saham dalam Model Indeks Tunggal ... 35

2.8.5 Portofolio Optimal berdasarkan Model Indeks Tunggal………...35

2.8.6 Analisis Portofolio Menggunakan Model Indeks Tunggal ... 37

2.9 Kerangka Berpikir ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Definisi Operasional dan pengukuran variable ... 40

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.3 Teknik pengumpulan data ... 41

3.3.1 Jenis Data ... 43

3.3.2 Sumber data ... 43

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.4 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data... 55

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55

4.1.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal ... 55

4.1.1.2 Sejarah Singkat PT.Bursa Efek Indonesia………...56

4.1.1.3 Visi dan Misi PT.Bursa Efek Indonesia………...61

4.1.1.4 Struktur Organisasi PT.Bursa Efek Indonesia………...61

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

(7)

4.1.2.2 Perkembangan Indeks LQ 45……….…………...82

4.1.2.3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI………...……...86

4.2 Analisis Data ... 87

4.2.1 Perhitungan Return Saham Individu ( Ri ) dan Return Ekspektasi saham Individu ( E(Ri) ) ... 87

4.2.2 Perhitungan Return Pasar ( Rm ) dan Return ekspektasi Pasar (E(Rm)) .. ... 88

4.2.3 Perhitungan Beta Individu (βi) ... 89

4.2.4 Perhitungan Alfa individu (αi) ... 90

4.2.5 Perhitungan Varian Return Pasar (σm2 ) ... 91

4.2.6 Perhitungan Tingkat Resiko tidak sistematis (σei2 ) ... 92

4.2.7 Perhitungan Tingkat Resiko Total (σi2 ) ... 93

4.2.8 Perhitungan Return Bebas Resiko ( RBR atau E(Rf) ) ... 94

4.2.9 Perhitungan Excess Return to Beta (ERB) ... 94

4.2.10 Perhitungan Proporsi Dana ( Wi ) ... 98

4.2.11 Perhitungan Alfa Portofolio (αp) dan Beta Portofolio (βp) ... 98

4.2.12 Perhitungan Return Ekspektasi Portofolio (E(Rp)) dan Resiko Portofolio (σp2 ) dihitung dengan menggunakan rumus (3.19) dan (3.20) ... 100

4.3 Pembahasan ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

5.1 Kesimpulan ... 104

5.2 SARAN ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Struktur organisasi BEI………62

Gambar 4.2 Perkembangan Indek LQ 45………85

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Harga Penutupan Saham Bulanan……….111

Lampiran 2. Perhitungan Ri, E(Ri), Varian, SD………115

Lampiran 3. Perhitungan Rm, dan E(Rm), ………...119

Lampiran 4. Perhitungan Beta………..……..120

Lampiran 5. Perhitungan Alfa………...……….121

Lampiran 6. Perhitungan Erb, Ci, Xi, Wi………..……….122

(10)

ABSTRAKSI

Adi Sulistyo, Analisis Portofolio Optimal pada saham – saham indeks Lq 45 dengan menggunakan Metode Indeks Tunggal di Bei periode waktu 2006 sampai 2010

Investor yang rasional menginvestasikan dananya ke dalam saham efisien, yaitu saham yang mempunyai return tinggi dengan risiko minimal. Sampel dalam penelitian ini menggunakan saham yang aktif pada LQ 45 berdasarkan volume penjulannya, yaitu saham yang volume penjulannya di atas 10 juta lembar. Tujuan penelitian adalah untuk membentuk portofolio optimal. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 17 saham yang menjadi kandidat portofolio dari 45 saham yang diteliti dengan nilai Ci (cut-of-point ) sebesar 2.47 %.

Portofolio optimal dibentuk oleh 8 saham yang mempunyai excess returns to beta (ERB) terbesar, yaitu UNVR nilai ERBnya sebesar 21.5 %, AALI nilai ERBnya sebesar 12.15%, UNTR nilai ERBnya sebesar 3.49 %, INDF nilai ERBnya sebesar 2.89 %, ASII nilai ERBnya sebesar 2.88 %, BMRI nilai ERBnya sebesar 2.74 %, BBCA nilai ERBnya sebesar 2.65 %, dan SMCB nilai ERBnya sebesar 2.54 %.

Proporsi dana dari kedelapan saham tersebut adalah UNVR sebesar 59.10 %, AALI sebesar 3.63 %, UNTR sebesar 17.63 %, INDF sebesar 7.60 %, ASII sebesar 8.30 %, BMRI sebesar 2.85 %, BBCA sebesar 0.89 %, dan SMCB sebesar 0 %. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa investor yang rasional akan menginvestasikan dananya ke dalam portofolio optimal yang terdiri dari saham UNVR, AALI, UNTR, INDF, ASII, BMRI, BBCA, dan SMCB karena saham - saham tersebut memberikan return tinggi dengan tingkat risiko yang relatif rendah.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak khususnya masyarakat bisnis. Perkembangan pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternative dan sarana investasi yang menarik bagi para pelaku pasar modal. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya masyarakat bisnis untuk mencari alternative sumber pembiayaan usaha selain bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar modal untuk mendapatkan dana yang diperlukan tanpa harus membayar beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

(12)

Dalam melaksanakan kegiatan investasi, seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu tingkat pengembalian dan juga risiko yang mungkin timbul akibat adanya ketidakpastian. Investasi dapat dilakukan dalam dua bentuk, investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian asset produktif, pendirian pabrik dan lainnya. Bentuk lain investasi pada financial asset dapat dilakukan pada pasar uang (berupa sertifikat deposito, commercial paper, dan lainnya) maupun pasar modal (berupa saham, obligasi, dll).

Investor pada umumnya merupakan pihak yang sangat tidak menyukai risiko tetapi menginginkan return yang maksimal. Pasar modal menjadi pilihan yang tepat di kalangan investor, karena menjanjikan tingkat return

yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi di sektor real asset maupun di pasar uang. Meskipun investasi di pasar modal menjanjikan tingkat return

yang lebih tinggi, namun kita perlu ingat bahwa semakin besar return, maka tingkat risikonya akan semakin besar pula. Untuk itulah sebagai seorang investor hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana investasi dapat menghasilkan return optimal pada tingkat risiko yang minimal. Maka para investor meminimalkan risiko yang mereka tanggung dengan melakukan diversifikasi, diversifikasi dapat diwujudkan dengan cara mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi, dengan kata lain mereka membentuk portofolio.

(13)

para investor untuk menentukan pilihannya dengan membuat suatu indeks yang dikenal sebagai indeks liquid 45 (LQ-45). Indeks ini terdiri dari saham – saham yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan likuiditas yang tinggi.

Walaupun saham indeks liquid 45 (LQ-45) merupakan saham pilihan yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan likuiditas yang tinggi tetapi dalam melakukan portofolio saham indeks liquid 45 (LQ-45) seorang investor tetap harus memperhatikan tingkat suku bunga yang berlaku yang diwakili oleh suku bunga Bank Indonesia ( SBI ) serta harus memperhatikan harga tiap - tiap saham yang akan dimasukkan dalam portofolio karena harga saham akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham individu.

Dalam memilih saham yang akan dimasukkan dalam portofolio, seorang investor harus menghindari naluri spekulasi dan harus bersikap analisis dalam menentukan kombinasi saham, proporsi dana untuk masing – masing saham, serta tingkat keuntungan dan tingkat resiko. Ada beberpa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis portofolio, salah satunya adalah metode Model Indeks Tunggal. Saham – saham yang dimasukkan ke dalam rangkaian portofolio merupakan saham - saham yang memiliki kinerja yang baik. Penilaian kinerja saham ditentukan dengan menggunakan rasio ERB (excess return to beta).

(14)

dapat menentukan exess return to beta (ERB) yang mencerminkan tingkat keuntungan yang sangat mungkin dapat dicapai. Untuk mendapatkan ERB yang dikatakan tinggi, diperlukan sebuah titik pembatas (C*). Dengan menentukan titik pembatas (C*) akan diketahui saham – saham yang memiliki nilai ERB yang tinggi, yang juga merupakan saham – saham yang memiliki tingkat keuntungan yang optimal dengan tingkat risiko yang minimal. Dengan Model Indeks Tunggal, juga dapat ditentukan besarnya proporsi dana yang akan diinvestasikan.

Model indeks tunggal yang dikembangkan Sharpe (1963) merupakan suatu model penyederhanaan analisis portofolio atas proses investasi model Markowits yang membutuhkan input data dan perhitungan yang jauh lebih sedikit. Model ini beranggapan return saham berhubungan linier dengan

return pasar.

(15)

1.2Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kombinasi portofolio optimal berdasarkan Model Indeks Tunggal pada saham – saham indek LQ 45 tahun 2006 sampai tahun 2010?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk membentuk portofolio optimal dengan menggunakan model indeks tunggal pada saham – saham indek LQ 45 tahun 2006 sampai tahun 2010?

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini anatara lain adalah

1. Penelitian ini bermanfaat sebagai media implementasi teori – teori portofolio khususnya Model Indeks Tunggal.

2. Sebagai tambahan wawasan informasi tentang investasi di Pasar Modal. Khususnya validitas saham LQ 45 dalam pembentukan portofolio optimal yang dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini adalah penelitian yang dilakukan oleh desi Promborini Sumanti (2003), dengan judul “ Penentuan Portofolio optimal menggunakan Model Indeks Tunggal Pada Saham LQ 45 di PT. Bursa Efek Jakarta.” Populasi penelitian tersebut asalah semua saham LQ 45 yang tercatat pada PT. Bursa Efek Jakarta pada periode februari 2002 sampai januari 2003 yaitu sebanyak 45 saham. Dengan sampel 18 saham teraktif dari saham LQ 45. Masalah yang penelitian tesebut adalah : 1. Bagaimana menentukan portofolio saham LQ 45 yang dapat memberikan keuntungan optimal dengan resiko minimal. 2. Berapakah besarnya proporsi dana untuk masing – masing saham agar terbentuk portofolio yang optimal. 3. Berapakah besarnya tingkat keuntungan dan tingkat resiko dari portofolio yang terbentuk. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 18 saham yang digunakan sebagai sampel, setelah dianalisis diperoleh hasil bahwa :

(17)

2. Proporsi dana untuk ISAT : 8,31%, MEDC : 7,96%, ASGR : 20,95%, TLKM : 19,04%, ASII : 18,07%, PNBM : 12,72%, ANTM : 4,07%, UNTR : 7,99%, dan MPPA : 0,87%.

3. Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio yang telah terbentuk untuk saham ISAT : 2,33%, MEDC : 2,76%, ASGR : 6,98%, TLKM : 6,27%, ASII : 5,23%, dan PNBN : 2,77%, ANTM : 0,83%, UNTR : 1,47%, dan MPPA : 0,15%, dengan rata – rata 28,79%. Sedangkan tingkat reesiko portofolio untuk sahan ISAT : 0,31%, MEDC : 0,49%, ASGR : 1,36%, TLKM : 1,25%, ASII : 0,94%, PNBN : 0,23%, ANTM : 0,05%, UNTR : 0,06%, dan MPPA : 0,000008%, dengan rata – rata 4,68%.

Penelitian tersebut dilakukan dengan periode waktu antara februari 2002 sampai dengan januari 2003, sehingga informasi yang dihasilkan tidak lagi relevan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan informasi yang relevan untuk saat ini. Penelitian ini menggunakan populasi 45 saham di PT. Bursa Efek Indonesia yang tergabung bdalam LQ 45 dengan sampel sebanyak 17 saham teraktif sedangkan periode waktunya juli 2006 sampai juli 2010.

2.2 Teori Manajemen Keuangan

2.2.1 Manajemen Keuangan

(18)

analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Orang yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan.

Manajemen keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi -fungsi keuangan. Fungsi - -fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh dana ( raising of fund ) dan bagaimana menggunakan dana tersebut. Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjakan aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk hutang atau modal sendiri.

Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan dapat di definisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksi mumkan nilai perusahaan. Kegiatan penting lai nnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat aspek yaitu :

(19)

2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan , serta segala hal yang berkaitan dengannya.

3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin.

4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.

2.3 Investasi

2.3.1 Pengertian Investasi

Investasi merupakan kegiatan mengelola dana pihak yang kelebihan dana untuk mendapatkan imbal hasil di masa yang akan datang. Dalam sistem ekonomi terbuka suatu Negara khususnya Indonesia, kegiatan investasi mampu meningkatkan kemakmuran Negara ditandai dengan pembangunan suatu usaha dan industri baru yang mampu menggerakkan perekonomian. Secara umum suatu dana / modal dapat berasal investor dari luar negeri (asing) atau dalam negeri (domestic).

Ada banyak pengertian investasi Reilly dan Brown (6 : 2006) memberikan pengertian investasi adalah, investment is the current commitment of dollar for a period of time to derive future payment that will

compensate the investor for:

(20)

2. the expected rate of inflation

3. the uncertainty of the future payment.

Jadi dapat diartikan investasi adalah komitmen sejumlah dollar saat ini pada suatu periode untuk menarik pembayaran pada masa yang akan datang dan investor akan menerima kompensasi untuk :

1. Waktu dana tersebut dilaksanakan. 2. Harapan tingkat inflasi.

3. Ketidakpastian pembayaran masa depan.

Menurut Jogiyanto (2000 : 5) investasi adalah penundaan komsumsi untuk digunakan di dalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu.

Menurut Sunariyah (2003 : 4) pengertian investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimilki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat keuntungan di masa–masa yang akan datang.

(21)

2.3.2 Manajemen Investasi

Investasi dalam arti luas merupakan pengorbanan sejumlah uang saat ini untuk memperoleh sejumlah uang di masa akan datang. Menurut Sunariyah ( 2004 : 4 ) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 195 ) dikatakan bahwa, investasi adalah komitmen dana dengan tujuan memperoleh pengembalian ekonomi selama satu periode waktu, yang biasanya dalam bentuk arus kas periodic dan atau nilai akhir.

Definisi berikutnya adalah menurut Tandelilin ( 2001 : 37 ), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Menurut Suad Husnan ( 2004 : 18 ) menyatakan investasi adalah setiap penggunaan uang dengan maksud untuk memperoleh penghasilan.

Menurut bentuknya investasi dibedakan menjadi investasi dalam aktiva finansial ( financial investment ) dan investasi dalam aktiva riil (

(22)

tingkat pengembalian yang tinggi, tentu akan menghadapi resiko yang tinggi pula. Untuk menyikapi hal tersebut, maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan upaya diversifikasi yang tepat di antara bermacam – macam bentuk pilihan investasi yang ada.

2.3.3 Jenis-Jenis Investasi

Menurut Jogiyanto (2000 : 6), investasi ke dalam aktiva keuangan dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Investasi langsung yaitu, investasi yang dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan dari perusahaan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain.

2. Investasi tidak langsung yaitu investasi yang dapat dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva–aktiva keuangan dari perusahaan lain.

2.3.4 Tujuan Investasi

Dalam berinvestasi, para investor memiliki berbagai macam tujuan yang diharapkan. Sejak perekonomian primitif sampai perekonomian modern. Tujuan adalah untuk memperoleh hasil atau keuntungan yang maksimal. Menurut Tandellilin (2001 : 4) ada beberapa tujuan investor melakukan investasi antara lain:

(23)

3. Dorongan untuk menghemat pajak

2.3.5 Proses Investasi

Menurut Husnan (2005 : 47) menunjukan bagaimana pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak invastasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menentukan kebijakan investasi.

Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi yang dilakukan.

2. Analisis sekuritas.

Salah satu tujuan kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas mana yang nampaknya mispriced. Bisa dilakukan dengan analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data (perubahan) harga di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Analisis fundamental berupaya mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.

3. Pembentukan portofolio.

(24)

proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.

4. Melakukan revisi portofolio.

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki.

5. Evaluasi kinerja portofolio.

Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun resiko yang ditanggung.

2.4Pasar Modal

2.4.1 Pengertian Pasar Modal dan Bursa Efek

Menurut Sunariyah (2003 : 4) pengertian Pasar Modal secara umum adalah sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank – bank konvensional dan semua lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar.

Menurut Tandelilin (2001 : 13) Pasar Modal adalah peremuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan peihak yang membutuhkan dana dengan memperjual-belikan sekuritas.

(25)

hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun oleh perusahaan swasta.

Berdasarkan definisi - definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pasar Modal adalah suatu pasar yang memfasilitasi perdagangan surat berharga atau sekuritas, yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menanamkan dana mereka.

Dengan demikian para pemodal tidak dapat melakukan jual beli antar mereka sendiri secara langsung.

2.4.2 Fungsi dan Peranan Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu Negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu Negara dengan Negara yang lain. Hampir semua Negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam Negara dengan perekonomian social ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan (Sunariyah, 2003:7).

Ditinjau dari sisi kepentingan para pelaku modal (aspek makro) peranan pasar modal pada suatu Negara dapat dilihat dari lima aspek sebagai berikut :

(26)

2. Pasar modal memberikan kesempatan pada investor untuk menjual kembali surat berharga yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 3. Pasar modal memberikan kesempatan pada investor untuk

mempertahankan return yang diharapkan.

4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan perekonomian.

5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Biaya informasi tersebut diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

a. Biaya pencarian (search cost) informasi tentang perusahaan (emiten). b. Biaya informasi (information cost) termasuk mencari informasi tentang

kelebihan atau kelemahan surat berharga suatu perusahaan peblik.

Menurut Sunariyah (2003:9) fungsi pasar modal dalam perekonomian nasional adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Tabungan (Saving Function)

2. Fungsi Kekayaan (Wealth Function)

3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Function) 4. Fungsi Pinjaman (Credit Function)

2.4.3 Bentuk – bentuk Pasar Modal.

(27)

1. Pasar perdana (primary market) merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham – saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa.

2. Pasar sekunder (secondary market) didefinisikan sebagai perdagangan saham melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pada pasar sekunder saham dan sekuritas lain diperjual belikan secara luas.

3. Pasar ketiga (third market) merupakan tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market)

4. Pasar keempat (fourth market) merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek.

2.4.4Pelaku Pasar Modal

Menurut Sunariyah (2003:28) pasar modal melibatkan banyak orang dan lembaga diantaranya adalah

1. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

(28)

2. Pelaksana Bursa

Bursa efek menurut Kepres No. 53 adalah suatu pertemuan yang terorganisir dan digunakan untuk penyelenggaraan pertemuan jual beli efek.

3. Emiten

Emiten adalah pihak yang membutuhkan dana guna membelanjai operasi maupun rancangan investasi.

4. Perusahaan Efek

Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh ijin untuk usaha beberapa kegiatan sebagai penjamin emisi efek perantara pedagang efek, manager investasi atau penasehat investasi.

5. Lembaga Kliring Penjamin, Penyimpan dan Penyelesaian

Lembaga kliring dan penjamin berfungsi untuk melakukan kliring dan penjamin efek dari transaksi yang terjadi. Lembaga penyimpanan dan penyelesaian berfungsi mempermudah penyelesaian pemindah bukuan serta proses penyimpanan efek.

6. Reksa dana

Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi kembali atau perdagangan efek.

7. Lembaga penunjang pasar modal

Adalah tempat penitipan harta, biro administrasi efek, wali amanat, atau penanggung yang menyediakan jasanya.

(29)

Merupakan pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek – efek yang diperdagangkan di pasar modal.

2.4.5Faktor – factor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal

Secara rinci faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal menurut Husnan (1998:8) antara lain adalah :

a. Supply sekuritas

Harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal.

b. Demand akan sekuritas

Harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas – sekuritas yang ditawarkan. c. Kondisi politik dan ekonomi

Faktor ini akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas.

d. Masalah hukum dan peraturan

(30)

e. Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efesien.

2.4.6Instrumen pasar modal

Menurut Sunariyah (2003:30) pengertian surat berharga pasar modal sebagai berikut :

1. Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT).

2. Obligasi, meruipakan surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat.

3. Derivative efek

a. Right/klaim, biasa dikenal dengan bukti hak memesan saham terlebih dahulu.

b. Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk enam bulan atau lebih.

c. Obligasi convertible yaitu obligasi yang setelah jangka waktu tertentu selama masa tertentu dan harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten.

d. Saham deviden, perusahaan membagikan deviden dalam bentuk baru

(31)

f. Sertifikat / ADR /CD adalah suatu tanada terima yang memberikan bukti bahwa saham perusahaan asing disimpan sebagai titipan atau berada dibawah penguasaan suatu bank Amerika, yang dipergunakan untuk mempercepat transaksi dan pengalihan penerima manfaat dari suatu efek asing di Amerika.

g. Sertifikat dana yaitu efek yang diterbitkan oleh PT. Danareksa.

2.4.7Resiko investasi di pasar modal

Dalam kegiatan investasi, resiko merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan. Usaha untuk menghilangkan resiko secara keseluruhan adalah usaha yang mustahil. Dalam pengertian investasi resiko selalu dikaitkan dengan tingkat variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat berharga.

Menurut Husnan (2005:158) membedakan resiko investasi menjadi tiga resiko :

1. Resiko Sistematis

Resiko sistematis adalah resiko yang selalu ada dalam setiap kegiatan investasi yang bias dihilangkan dengan diversifikasi, dapat pula disebut resiko pasr karena berkaitan dengan perekonomian secara makro, misalnya

purchasing power risk, political risk, dan lain- lain. 2. Resiko tidak sisematis

(32)

masing – masing perusahaan seperti : resiko kebangkrutan, resiko manajemen, dsb.

3. Resiko total

4. Resiko total merupakan gabungan dari resiko sistematis dengan resiko tidak sistematis.

2.5 Saham

2.5.1 Pengertian Saham

Menurut Darmaji & Fakhrudin (2001:5) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbata. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Menurut Sunariyah (2003:30) saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut Emiten. Pemilik saham adalah pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.

2.5.2 Jenis – jenis saham

Menurut Jogianto (200:67) jenis – jenis saham terdiri dari :

(33)

Beberapa saham Preferen yaitu : a. Convertible Preffered Stock.

Saham ini memungkinkan pemegangnya untuk menukar dengan saham biasa dengan resiko penukaran yang telah ditentukan.

b. Callable preffered stock

Memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai tertentu. Harga tembusan ini biasanya lebih dari nilai nominalnya.

c. Floating atau Adjustable-rate Prefferen stock (ARP)

Saham preferen ini tidak membayar deviden secara tetap, tetapi tingkat

deviden yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas treasury bill.

2. Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa, pemegang saham biasanya memperoleh hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan (Gitosudarmo:1999:265).

Ada beberapa hak yang dimilki oleh pemegang saham biasa (Jogianto, 2000:73) :

a. Hak control

Pemegang saham biasa mempunyai untuk memilih direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya.

(34)

Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasa berhak untuk mendapatkan keuntungan perusahaan. Pembagian keuntungan perusahaan (deviden) untuk saham biasa ini dilakukan jika perusahaan sudah membayar

deviden untuk saham preferen. c. Hak Preemptive

Hak ini member prioritas pada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru sehinga presentasi kepemilikannya tidak berubah. 3. Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah

dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.

2.5.3 Keuntungan investasi dalam bentuk saham

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham (Darmadji dan Fakhrudin, 2001:8) yaitu : 1. Deviden yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit

saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk karena adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

2.5.4 Resiko investasi dalam bentuk saham

(35)

1. Tidak mendapatkan deviden.

2. Capital Loss

3. Perusahaan bangkrut atau likuidasi 4. Saham di delist dari bursa.

5. Saham di suspend

2.5.5 Indeks Harga Saham

Indeks harga saham merupakan yang didasarkan pada perhitungan statistik yang menggambarkan perkembangan harga – harga saham terhadap tahun dasarnya. Menurut Sunariyah (2003:122) indeks harga saham mempunyai bentuk penyajian, diantaranya :

1. Indeks Harga Saham Individual

Indeks harga saham individual menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga masing – masing saham, sampai pada tanggal tertentu.

2. Indeks Harga Saham Gabungan a. Seluruh Saham

Indeks Harga Saham Gabungan menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, pada tanggal tertentu. Indek harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek.

(36)

Indeks harga saham kelompok adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kelompok saham yang tercatat disuatu bursa efek. Indeks harga saham gabungan kelompok saham di Indonesia ada dua, yaitu:

2) Indeks LQ 45

Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain pemilihan atas

likuiditas, seleksi atas saham – saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar.

Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45 ini. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi indeks LQ 45 maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria.

Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 februari 1997. Hari dasar untuk perhitungan 13 juli 1994 dengan nilai dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar dari 1993 – juni 1994, hingga terpilih 45 emiten 72% dari total kapitalisasi pasar dan 72,5% dari total nilai transaksi di pasar regular untuk dapat masuk dalam Indeks LQ 45 suatu saham harus memenuhi kriteria – kriteria berikut ini :

(37)

b) Harus termasuk dalam urutan 60 terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar ( rata – rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir )

c) Telah tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia minimal selama 3 bulan. 3) Indeks JII (Jakarta Islamic Indeks)

Jakarta Isalamic Indeks terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham – saham yang dengan syariah islam. Penetuan kriteria pemilihan saham dalam JII melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment Management. JII dimaksudkan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. c. Jenis Usaha Sektoral

Indeks sektoral pertama kali diperkenalkan pada 2 januari 1996 dengan nilai awal indeks 100 untuk setip sector dan menggunakan hari dasar 28 desember 1995. Indeks sektoral merupakan sub indeks dari IHSG.

2.6 Suku Bunga

2.6.1 Pengertian Suku Bunga

(38)

2.62 Macam – macam Suku Bunga

Menurut Kasmir (2001 : 133) suku bunga dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Suku bunga pinjaman

Suku bunga yang besarnya ditentukan oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang yang dipinjamkan kepada pihak lain. Besarnya suku bunga pinjaman berbeda – beda sesuai dengan penggunaan pinjaman.

2. Suku bunga simpanan

Suku bunga yang ditentukan oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang nasabah yang disimpan di bank yang bersangkutan. Besarnya prosentase suku bunga simpanan berbeda – beda diantaranya ditentukan oleh unsur jangka waktu.

2.7 Teori Portofolio

2.7.1 Pengertian teori portofolio

Menurut Sunariyah (2000:180) portofolio adalah serangkaian kombinasi dari beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh investor, baik itu investor perorangan maupun investor lembaga. Kombinasi aktiva tersebut bisa terdiri dari aktiva riil, aktiva financial,

ataupun gabungan antara keduanya.

(39)

sekaligus meminimumkan resiko. Dalam teori modern terdapat tiga asumsi pokok :

1. Perilaku investor adalah menghindari resiko dan mengharapkan imbalan dalam setiap investasinya. Imbalan tersebut adalah tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari tingkat investasi tanpa resiko atau dengan resiko yang rendah.

2. Resiko dari return yang diharapkan dari suatu portofolio dapat dihitung dengan fungsi utilitas.

3. Resiko sebuah saham dari portofolio tidak dapat dievaluasi secara terpisah denagn resiko portofolionya.

2.7.2 Strategi Portofolio Saham

Menurut Tandelilin (2001:119) strategi yang bias dilakukan investor dalam pembentukan portofolio saham ada dua, yaitu :

1. Strategi aktif

Strategi aktif meliputi tindakan investor secara aktif dalam melakukan pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi, mengikuti waktu dan pergerakan harga saham serta bebagai tindakan aktif lainnya untuk menghasilkan return abnormal. Return abnormal adalah return

(40)

a. Pendekatan Fundamental

Pendekatan unruk menganalisis suatu saham berdasarkan pada data –data perusahaan seperti earning, deviden, penjualan, dan lain – lain.

b. Pendekatan analisis teknikal

Pendekatan untuk mencari pola pergerakan harga saham yang dapat dipakai untuk meramalkan pergerakan harga saham dikemudian hari. 2. Strategi pasif

Strategi pasif meliputi tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi pada saham dan hanya mendasarkan pergerakan sahamnya pada pergerakan indeks pasar. Artinya investor tidak secara aktif mencari informasi ataupun melakukan jual – beli saham yang dapat menghasilkan return yang abnormal, dalam hal ini investor hanya mengikuti indeks pasar. Strategi pasif dalam portofolio saham meliputi : a. Strategi beli dan simpan

Dalam strategi ini investor membeli sejumlah saham dan tetap memegangnya untuk beberapa waktu tertentu. Tujuan dilakukannya strategi ini adalah untuk menghindari biaya transaksi dan biaya tambahan lainnya yang terlalu tinggi.

b. Strategi mengikuti indeks

(41)

2.7.3 Return Portofolio

Menurut Jogianto (200:141) return portofolio terdiri dari :

a. Return realisasi portofolio, yaitu rata – rata tertibang dari return – return

realisasi tiap – tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.

b. Return ekspektasi portofolio, adalah rata – rata – tertimbang dari return - return ekspektasi tiap – tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio.

2.7.4 Resiko Portofolio

Menurut Jogianto (2000:143) konsep dari resiko portofolio pertama kali diperkenankan secara formal oleh Harry M. Markowitz di tahun 1950-an. Dia menunjukan bahwa secara umum resiko mungkin dapat dikurangi dalam menggabungkan beberapa sekuritas tunggal kedalam bentuk portofolio. Persyaratan utama untuk dapat mengurangi resiko di dalam portofolio adalah untuk masing – masing sekuritas tidak berkorelasi secara positif dan sempurna.

2.7.5 Beta Portofolio

Menurut Jogianto (2000:263), Beta portofolio umumnya lebih akurat dibandingkan dengan beta tiap – tiap individual sekuritas. Alasannya adalah sebagai berikut ini :

(42)

turun. Beta portofolio akan meniadakan perubahan beta individual sekuritas dengan perubahan beta individual sekuritas yang lainnya. Dengan demikian jika diasumsikan Beta adalah konstan dari waktu ke waktu, maka Beta portofolio akan lebih cepat dibandingkan dengan Beta individual sekuritas.

2. Perhitungan Beta individual sekuritas juga tidak lepas dari kesalahan pengukuran (measurement error) atau kesalahan acak ( random error).

Pembentukan portofolio akan mengurangi kesalahan acak ini karena kesalahan acak atau sekuritas mungkin akan ditiadakan oleh kesalahan acak sekuritas lainnya. Dengan demikian, Beta portofolio juga diharapkan akan lebih tepat dibandingkan dengan Beta individual sekuritas.

2.7.6 Evaluasi Kinerja Portofolio

Menurut Tandelilin (2001:320) dalam mengevaluasi kinerja saham suatu portofolio ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu : 1. Tingkat resiko

Dalam mengevaluasi kinerja portofolio harus diperhatikan apakah return portofolio yang diperoleh harus ditanggung. Dengankata lain pengukuran kinerja portofolio tidak hanya dilihat dari besarnya return

portofolio saja tetapi juga harus memperhatikan besarnya resiko yang harus ditanggung untuk memperoleh return tersebut.

(43)

Dalam mengevaluasi kinerja portofoio periode waktu harus diperhatikan karena seperti halnya resiko, faktor waktu juga mempengaruhi return portofolio.

3. Penggunaan patok duga ( benchmark ) yang sesuai

Dalam mengevaluasi kinerja portofolio harus membuat perbandingan antar return portofolio yang dievaluasi dengan return

portofolio lain yang sebanding. Portofolio yang terpilih sebagai Bechmark

harus bisa mencerminkan tujuan yang digunakan oleh investor secara akurat.

4. Tujuan investasi

Dalam mengevaluasi kinerja portofolio harus memperhatikan tujuan yang ditetapkan oleh investor atau manajer investasi karena tujuan investasi yang berbeda akan mempengaruhi kinerja portofolio yang dikelola.

2.8 Model Indeks Tunggal

2.8.1 Latar belakang Model Indeks Tunggal

Model indeks tunggal pertama kali dikembangkan oleh Wiliam Sharpe pada tahun 1963 untuk menyederhanakan perhitungan pembentukan pada model Markowitz.

(44)

saham yang hendak dimasukkan dalam analisis portofolio. Jika investor memilki (n) sekuritas, maka jumlah koefisien korelasi yang diperhitungkan mengikuti rumus N(N-1)/2. Sehingga seandainya terdapat 20 saham maka terdapat (20(20–1)/2) = 190 koefisien korelasi ( Jogianto, 2000:221 )

2.8.2 Model Indeks Tunggal dan komponen returnnya

Model indeks tunggal membagi return dari suatu sekuritas kedalam dua komponen, yaitu sebagai berikut :

1. Komponen return yang unik diwakili oleh yang (αi) yang independen

terhadap return pasar. Bagi return yang unik hanya berhubungan dengan peristiwa mikro yang mempengaruhi perusahaan tertentu saja, tetapi tidak mempengaruhi semua perusahaan – perusahaan secar umum.

2. Komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang diwakili oleh βi-Rm. Bagi return yang berhubungan dengan return pasar ditunjukkna oleh Beta ( βi ) yang merupakan sensivitas return suatu

sekuritas terhadap return dari pasar.

2.8.3 Asumsi Model Indeks Tunggal

(45)

ej untuk semua nilai dari I dan j. asumsi ini secara matematis dapat dituliskan sebagai :

Cov (ei, ej) = 0………..(2.1)

Return indeks pasar (Rm) dan kesalahan residu untuk tiap – tiaop sekuritas (ei ) dan merupakan variable – variable acak. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa ei tidak berkovari dengan return indeks pasar ( Rm ). Asumsi kedua ini dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut : Cov (ei,Rm) = 0……….(2.2)

2.8.4 Varian return saham dalam Model Indeks Tunggal

Resiko (Varian return) saham dalam model undeks tunggal terdiri dari dua bagian :

1. Resiko yang berhubungan dengan pasar (market relate risk) yaitu βi2 σm. 2. Resiko untuk masing – masing perusahaan (unique risk) yaitu σei2.

Dalam model indeks tunggal α1 dan βi adalah konstan dari waktu

ke waktu untuk masing – masing saham.

2.8.5 Portofolio Optimal berdasarkan Model Indeks Tunggal

(46)

Portofolio yag optimal terdiri dari aktiva – aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB, sedangkan aktiva – aktiva yang mempunyai nilai rasio yang rendah tidak dimasukkan dalam portofolio optimal. Dengan demikian diperlukan sebuah titik pembatas (cut – off point) yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi. Besarnya titik pembatas ini dapat ditentukan dengan langkah – langkah sebagai berikut ini :

1. Urutan sekuritas – sekuritas dengan niai ERB tersebar ke nilai ERB kecil. Sekuritas – sekuritas dengan nilai ERB terbesar merupakan kandidat untuk dimasukkan ke portofolio optimal.

2. Hitung nilai Ai dan Bi untuk masing – masing sekuritas ke-I sebagai berikut :

……….(2.3)

dan

……….(2.4)

3. Hitung nilai Ci, yaitu C untuk sekuritas ke-I yang dihitung dari kumulasi nilai – nilai A1 sampai dengan Ai dan nilai – nilai B1 sampai dengan nilai Bi. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

………(2.5)

4. Besarnya cut-off point (C*) adalah nilai C dimana nilai ERB terakhir kali Ai = [ E (Ri) – RBR ] βi

σei2

(47)

5. Sekuritas – sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritas – sekuritas yang mempunyai nilai ERB yang lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C*. Sekuritas – sekuritas yang mempinyai ERB lebih kecil dari ERB titik C* tidak diikut sertakan dalam pembentukan.

2.8.6 Analisis Portofolio Menggunakan Model Indeks Tunggal

Menurut Jogianto (2000:218) analisis portofolio menyangkut perhitungan return ekspektasi portofolio dan resiko portofolio.

1. Return ekspektasi portofolio

Return ekspektasi suatu portofolio selalu merupakan rata – rata tertimbang dari return ekspektasi individu sekuritas pembentukan.

Model indeks tunggal mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ini:

a. Beta dari portofolio (βp) merupakan rata – rata tertimbang dari beta masing – masing sekuritas (βi) :

………(2.6)

b. Alpha dari portofolio (αp) juga merupakan rata – rata tertimbang dari Alpha tiap – tiap sekuritas (αi) :

………...(2.7)

(48)

Varian dari suatu portofolio yang dihitung berdasarkan model indeks tunggal adalah :

………..(2.8)

2.9 Kerangka Berpikir

(49)

yang masuk dalam kategori optimal. Kemudian dari saham-saham yang optimal itu dapat ditentukan besarnya proporsi dana yang akan diinvestasikan.

Untuk lebih memperjelas uraian diatas berikut digambarkan diagram kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1.1 : Kerangka Berfikir

Saham – saham LQ 45 yang akt if

M et ode indeks t unggal

Port ofolio opt im al Rencana invest asi

saham

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan pengukuran variable

Definisi operasional dan pengukuran variable dari sampel yang diteliti adalah sebagai berikut :

1. Portofolio optimal

Portofolio saham LQ 45 yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat resiko yang sudah pasti atau portofolio saham LQ 45 yang mengandung resiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti. Satuan pengukuran adalah persen dengan skala pengukuran adalah skala rasio.

2. Return saham individu (Ri)

Keuntungan atau tingkat pengembalian dari masing – masing saham, berupa

deviden dan capital gain atau capital loss. Satuan pengukurannya adalah persen dengan skala pengukuran adalah sakala rasio.

3. Retun pasar (Rmt)

(51)

4. Return bebas resiko (Rbr)

Keuntungan atau tingkat pengembalian dari investasi pada aktiva bebas resiko yang diwakili oleh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ). Satuan pengukurannya adalah persen dengan skala pengukuran adalah skala rasio.

5. Return ekspektasi portofolio [E(Rp)]

Rata - rata tertimbang dari return ekspektasi masing – masing saham. Satuan pengukurannya adalah persen dengan skala pengukuran adalah skala rasio. 6. Resiko prtofolio (σp2)

Resiko yang dikaitkan dengan resiko pasar total saham individu. Satuan pengukurannya adalah persen dengan skala pengukuran adalah skala rasio.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi

(52)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 17 saham LQ 45, dengan teknik penentuan sampel menggunakan metode purpodive sampling yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan secara sengaja. Menurut Sekaran (1999:235) purposive sampling terkadang sangat penting digunakan untuk mencari informasi sasaran secara spesifik arena tipe – tipe khusus dari obyek penelitian dapat memberikan informasi yang diperlukan, dan mereka merupakan kelompok yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Bertolak dari pernyataan diatas maka sampel dalam penelitian ini diplih secara cermat berdasarkan kriteria – kriteria sebagai berikut:

a. Saham tersebut masuk dalam saham LQ 45 berturut – turut yaitu periode juli 2006 sampai juli 2010.

b. Saham tersebut merupakan saham LQ 45 teraktif berdasarkan volume penjulannya, yaitu saham yang volume penjulannya di atas 10 juta lembar.

(53)

Tabel 3.1 : Kode dan nama dari 17 saham yang menjadi sampel

8 INCO PT Int ernasional Nickel Indonesia 9 INDF PT Indofood Sukses M akmur 10 ISAT PT Indosat

11 M EDC PT M edco Energi Int ernasional 12 PGAS PT Perusahaan Gas Negara 13 SM CB PT Holcim Indonesia

14 TLKM PT t elekomunikasi Indonesia 15 UNSP PT Bakri Sumat era Plant at ion 16 UNTR PT Unit ed Tract or

17 UNVR PT Unilever Indonesia

Sumber: JSX Monthly Statistic tahun 2006 - 2010, diolah.

3.3Teknik pengumpulan data

3.3.1Jenis Data

(54)

3.3.2Sumber data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ada di Surabaya yang bersumber dari JSX Statistic serta dari website PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu http://www.Bei.co.id

3.3.3Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengmpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : 1. Studi kasus

Mempelajari berbagai literature dan teori – teori yang berkaitas dengan masalah penelitian.

2. Dokumentasi

Mengumpulkan data dari dokumen yang tersedia yan berkaitan dengan masalah penelitian.

3. Wawancara

(55)

3.4 Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan hasil perhitungan dari data yang telah dikumpulkan diperlukan teknik analisis data dengan tahapan sebagai berikau :

1. Menentukan tingkat pengembalian saham individu (Rit)

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:109) sebagai berikut ini :

………..………(3.1)

Dimana :

Rit = tingkat pengembalian saham i pada periode t Pt = Harga saham individu pada periode t

Pt-1= Harga saham individu pada periode t-1(sebelumnya) 2. Menentukan tingkat pengembalian pasar (Rmt)

Dapat dihitung menggunakan rumus (Jogianto, 2000:204) sebagai berikut :

……….………...…………(3.2)

Dimana :

Rmt = tingkat pengembalian pasar pada periode t ILQ 45t = Indeks LQ 45 periode t.

(56)

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:211) sebagai berikut :

………..(3.3)

Dimana :

m = rata – rata tingkat pengembalian pasar pada periode t

= tingkat pengembalian pasar yang diharapkan pada periode t.

= Tingkat pengembalian pasar pada periode t

= tingkat periode penelitian

4. Menentukan Beta saham Individu (βi)

Beta saham individu merupakan resiko sistem dari masing – masing saham terhadap resiko pasar. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:246) sebagai berikut :

……….………..……..………..(3.4)

Dimana :

Βi = Beta saham i

Rmt = Tingkat pengembalian pasar pada periode t.

= rata – rata tingkat pengembalian pasar pada periode t.

Rit = Tingkat pengembalian saham i pada periode t.

(57)

5. Alfa saham individu (αi)

Alfa saham individu merupakan bagian dari keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan dati masing – masing saham yang independent

terhadap return pasar. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:224) sebagai berikut

………..……..(3.5)

Dimana :

αi = Alfa saham i.

E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i. βi = Beta saham i

E(Rm) = Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan.

6. Menentukan rata – rata tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham individu [ i] = E(Ri)

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto,2000:126) sebagai berikut :

……….(3.6)

Dimana :

E (Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i.

(58)

n = Jumlah periode penelitian

7. Menentukan varians dari tingkat pengembalian pasar (σm2 )

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:212) sebagai berikut :

………...………..……(3.7)

Dimana : σm2

= Varians tingkat pengembalian pasar.

Rmt = Tingkat pengembalian pasar pada periode t. E (Rm) = Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan n = Jumlah periode penelitian.

8. Menentukan tingkat resiko tidak sistematis (σei2)

Dapat ditentukan dengan mengunakan rumus (Jogianto, 2000:212) sebagai berikut :

………(3.8)

Dengan nilai (eit) adalah sebesar :

………..………(3.9)

Dimana :

σei² = Tingkat resiko tidak sistematis

eit = kesalahan residu saham i pada periode t.

(59)

Rit = tingkat pengembalian saham i pada periode t. αi = Alfa saham i.

βi = Beta saham i

Rmt = tingkat pengembalian pasar pada periode t n = Jumlah periode penelitian

9. Menentukan tingkat resiko total saham individu (σi²)

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:210) sebagai berikut :

σi² = βi².σm² +σei²……….…………..(3.10)

dimana :

σi² = tingkat resiko total saham i

βi = Beta saham i

σm² = Varians tingkat pengemabalian pasar.

σei² = Tingkat resiko tidak sistematis saham i

10.Menentukan tingkat pengembalian bebas resiko (Rbr)

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

………(3.11)

Dimana :

(60)

11.Menentukan excess return to beta (Beta)

Angka yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan masuk atau tidaknya suatu saham ke dalam portofolio optimal.

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:225) sebagai berikut :

………(3.12)

Dimana :

ERB = Excess Return to beta

E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i. Rbr = Tingkat pengembalian bebas resiko

Βi = Beta saham i

ERB yang positif dimasukkan dalam kandidat portofolio optimal. Penyusunan peringkat saham portofolio optimal berdasarkan nilai ERB, mulai dari yang tertingi sampai yang terendah.

12.Menentukan cut-off point (C*)

Sebuah titik pembatas untuk menentukan nilai ERB yang bias dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Nilai C* merupakan nilai yang terbesar dari nilai ERB yang lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik Ci. Dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (Jogianto, 2000:227) sebagai berikut :

(61)

Dengan nilai Ci adalah sebesar :

………..….….(3.14)

Dimana :

C*= cut-off point

ERB = Excess Return to beta

σm² = Varian tingkat pengembalian saham

E (Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i. Rbr = Tingkat Pengembalian bebas resiko

βi = Beta saham i.

σei² = Tingkat resiko tidak sistematis saham i.

untuk saham yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai ERB di titik C* diikut sertakan dalam pembentkan portofolio optimal. Untuk saham yang mempunyai nilai ERB lebih kecil dengan nilai ERB di titik C* tidak diikut sertakan dalam pembentukan portofolio optimal.

13.Menentukan proporsi dana untuk masing – masing saham (wi)

Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:230) sebagai berikut :

……….…….…..(3.15)

(62)

………(3.16)

Dimana :

Wi = Proporsi dana untuk saham i. Xi = Skala Timbangan atas saham i. k = Jumlah saham pada portofolio optimal. βi = Beta saham i.

ERB = Excess Return to Beta

C* = cut-off point.

14.Menentukan Alfa portofolio (αp)

Alfa portofolio merupakan rata – rata tertimbang dari beta masing – masing saham. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogianto, 2000:219) sebagai berikut :

………(3.17)

Dimana :

αp = Alfa portofolio

Wi = Proporsi dana untuk saham i. αi = Alfa saham i

15.Menentukan beta portofolio (βp)

(63)

………(3.18)

Dimana :

βp = Beta portofolio.

Wi = Proporsi dana untuk saham i. βi = Beta saham i.

16.Menghitung return ekspektasi portofolio [E(RP)]

Return ekspektasi portofolio merupakan rata – rata tertimbang tingkat pengembalian yang diharapkan dari masing – masing saham. Dapat dihitung dengan rumus (Jogianto, 2000:219) sebagai berikut:

……….(3.19)

Dimana :

E (Rp) = Tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan. αp = Alfa portofolio.

βp = Beta Portofolio

E (Rm) = Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan 17.Menghitung tingkat resiko portofolio (σp²)

Resiko portofolio merupakan resiko yang berkaitan dengan resiko pasar dan resiko total saham individu. Dapat dihitung menggunakan rumus (Jogianto, 2000:220) sebagai berikut :

………..(3.20)

(64)

σp² = Tingkat resiko portofolio

βp² = Beta portofolio

σm² = Varians tingkat pengembalian pasar.

Wi = Proporsi dana untuk saham i.

(65)

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1.1 Sejarah singkat Pasar Modal

Pasar modal di Indonesia yang sekarang ini kita kenal sebenarnya

sudah ada sejak zaman pemerintahan Kolonial Belanda. Tujuan

Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Pasar Modal pada waktu itu

adalah untuk menghimpin dana guna menunjang ekspansi usaha

perkebunan milik orang – orang belanda di Indonesia. Para Investor yang

berkecimpung di Bursa Efek pada waktu intu adalah orang – orang Hindia

Belanda dan Eropa lainnya. Munculnya Pasar Modal di Indonesia secara

resmi diawali dengan didirikannya verenigin voor de efefectenhandel di

Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912. perkembangan Pasar Modal di

Jakarta pada waktu itu cukup menggembirakan sehingga Pemerintah

Kolonial Belanda terdorong untuk membuka Bursa Efek di kota lain, yaitu

di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Semarang pada tanggal 1

Agustus 1925.

Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak politik di Eropa yang

mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia. Melihat situasi yang tidak

menguntungkan ini, Pemerintah Kolonial Belanda menutup Bursa Efek di

(66)

56

Efek di Jakarta. Kemudian, pada tanggal 10 Mei 1940 Bursa Efek di

Jakarta juga ditutup, yang disebabkan oleh Perang Dunia II. Dengan

penutupan ketiga Bursa Efek tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di

Indonesia menjadi terhenti.

Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan

dari Pemerintah Hindia Belanda, Pemerintah mengeluarkan undang –

undang darurat No.13 tentang Bursa, untuk mengaktifkan Bursa Efek di

Indonesia. Berdasarkan undang – undang tersebut, kemudian ditetapkan

sebagai Undang – Undang No. 15 Tahun 1952. Sejak itu, bursa efek

dibuka kembali dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan sebelum

PD II. Namun, keadaan ini hanya berlangsung sampai dengan tahun 1958.

Pada tanggal 10 Agustus 1977, Preseiden Republik Indonesia secara resmi

membuka kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go

public PT. Semen Cibinong.

Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada

tanggal 10 Agustus 1977, Bursa Efek mulai terus berkembang. Pemerintah

memberikan beberapa kemudahan untuk mengatur operasional tentang

Bursa Efek.

4.1.1.2 Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )

Sejarah Bursa Efek Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah

Belanda di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1912 namun kemudian

(67)

57

dikembangkan menjadi bursa modal yang modern dengan menerapkan

Jakarta Automoted Trading Systems ( JATS ) yang terintegrasi dengan

sistem kliring dan penyelesaian, serta depositori saham yang dimiliki oleh

PT. Kustodian Depositori Efek Indonesia ( KDEI ).

Perdagangan surat berharga dimulai di Pasar Modal Indonesia sejak

3 Juni 1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977,

yang dikenal sebagai kebangkitan pasar modal Indonesia. Setelah Bursa

Efek Jakarta dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan

diswastakan, mulailah pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat

pesat. Pasar modal tumbuh pesat periode 1992 – 1997. Krisis di Asia

Tenggara tahun 1997 membuat pasar modal jatuh. Indeks Harga Saham

Gabungan ( IHSG ) Turun ke posisi paling rendah. Bagaimanapun, masalah

pasar modal tidak lepas dari arus investasi yang akan menentukan

pertumbuhan ekonomi sebuah kawasan, negara-negara di Asia Tenggara

termasuk indonesia.

Sejarah bursa efek Indonesia mengalami pasang surut dalam

menghadapi situasi pasar modal di Indonesia, sehingga dapat digambarkan

perkembangannya menurut perkembangan zaman di Indonesia, yang dapat

diuraikan dibawah ini :

1. Era Orde Lama ( sebelum tahun 1976 )

Kegiatan jual beli saham dan obligasi di Indonesia sebenarnya telah

dimulai pada abad ke -19, yaitu dengan berdirinya cabang Bursa Efek

(68)

58

1912. Kegiatan usaha bursa pada saat itu adalah memperdagangkan saham

dan obligasi perusahaan- perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi

di Indonesia. Obligasi Pemerintah Kotapraja dan sertifikat saham

perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh Kantor Administrasi

di Belanda. Selain cabang di Batavia, selanjutnya diikuti dengan

pembukaan cabang Semarang dan Surabaya.

Sejak terjadi Perang Dunia Ke-2, Pemerintah Hindia Belanda

menutup ketiga bursa tersebut pada tanggal 17 Mei 1940 dan

mengharuskan semua efek disimpan pada bank yang telah ditunjuk. Pasar

modal di Indonesia mulai aktif kembali pada saat Pemerintah RI

mengeluarkan obligasi pemerintah dan mendirikan bursa efek di Jakarta,

yaitu pada ttanggal 31 Juni 1952. Keadaan ekonomi dan politik yang

sedang bergejolak pada saat itu telah menyebabkan perkembangan bursa

berjalan sangat lambat yang diindikasikan oleh rendahnya nilai nominal

saham dan obligasi, sehingga tidak menarik bagi investor.

2. Era Orde Baru

Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali pada tanggal 10 Agustus

1977 pada masa orde baru sebagai hasil dari Keputusan Presiden No. 52

tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian Badan Pembina Pasar

Modal, pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal ( Bepepam ) dan PT.

Danareksa. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang

sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta. Periode ini juga disebut periode

(69)

59

tercatat di Bursa Efek Jakarta. Selama tahun 1988 sampai dengan tahun

1990 jumlah perusahaan yang terdapat di Bursa efek Jakarta meningkat

menjaadi 127 perusahaan.

Kemudian pada tahun 1966 jumlah perusahaan meningkat menjadi

238. Pada periode ini, terjadi Initial Public Offering ( IPO ), yang menjadi

peristiwa nasional. Periode ini juga dicatat sebagai periode kebangkitan

Bursa Efek Surabaya ( BES ) yang diaktifkan kembali pada tanggal 16 juni

1989. Semua sekuritas yang tercatat di Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) secara

otomatis juga diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya.

Karena peningkatan kegiatan transaksi dirasakan sudah melebihi

kapasitas manual, Bursa Efek Jakarta memutuskan untuk mengotomatisasi

kegiatan transaksi di bursa. Sistem otomatis yang diterapkan di Bursa Efek

Jakarta diberi nama Jakarta Automated Trade System (JATS) dan mulai

beroperasi pada tanggal 22 Mei 1995. Dan pada tanggal 19 September

1996 di Bursa Efek Surabaya juga diterapkan sistem otomatis, yang disebut

Surabaya Market Information and Automated Remote Trading (S-MART).

Sistem S-MART ini diintegrasikan dengan sistem JATS dan sistem KDEI (

Kliring Deposit Efek Indonesia) untuk penyelesaian transaksi.

3. Era Krisis Moneter Sampai Dengan Sekarang

Periode ini adalah ketika Indonesia dilanda krisis moneter. Krisis

yang terjadi dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia,

termasuk Indonesia, terhadap dolar Amerika Serikat. Tahun 2000 Sistem

Gambar

Gambar 4.3 Perkembangan SBI…………………………………………………..…87
Gambar 1.1  : Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 : Kode dan nama dari 17 saham yang menjadi sampel
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BEI
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2014) pembentukan portofolio optimal pada saham-saham yang tergabung dalam Indeks LQ 45 periode tahun 2011- 2013 dengan menggunakan Model Indeks Tunggal menemukan bahwa

Agar investor yang akan menginvestasikan dananya di Bursa Efek dapat melakukan analisis pemilihan saham dan penentuan portofolio optimal untuk mendapatkan return

(2014) pembentukan portofolio optimal pada saham-saham yang tergabung dalam Indeks LQ 45 periode tahun 2011- 2013 dengan menggunakan Model Indeks Tunggal menemukan bahwa

memaksimalkan return dan meminimalkan risiko dalam membentuk saham-saham terpilih sebagai pertimbangan investasi dengan menggunakan model indeks tunggal yang

Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa investor yang rasional akan menginvestasikan dananya ke dalam portofolio optimal yang terdiri dari saham INDF , UNVR dan ASII karena

Dari seluruh sampel yang digunakan, berdasarkan kriteria ERB, diperoleh 37 saham emiten yang membentuk 10 portfolio optimal periode bulanan sepanjang tahun

(2014) pembentukan portofolio optimal pada saham-saham yang tergabung dalam Indeks LQ 45 periode tahun 2011- 2013 dengan menggunakan Model Indeks Tunggal menemukan bahwa

Strategi yang banyak digunakan investor untuk meminimalkan risiko investasi saham adalah dengan membentuk portofolio saham yaitu mengalokasikan dana pada