• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh: NURAINI NPM. 0843010152

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Penelitian ini didasarkan dari pemaknaan karikatur editorial clekit. Karikatur

sebagai wahana penyampai kritik social sering kali kita temui di dalam media ini,

Dalam karikatur ini menggambarkan Pers yang Berkuasa karena pers mempunyai

fungsi controlling atau pengawasan terhadap kinerja penguasa yang kemudian

disampaikan kepada masyarakat.

Teori Charles Sanders Peirce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui

hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan objek yang dirujuknya dan dari

hubungan tersebut menghasilkan Interpretan.

Metode yang di gunakan adalah analisis semiotic yang termasuk dalam

penelitian kualitatif. Disini metode kualitatif menggunakan teori Charles Sanders

Peirce, dengan menggunakan kategori tanda yaitu Ikon, Indeks dan Simbol

Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang didapat dari pemaknaan

karikatur clekit, yang merupakan dari makna konotasi – konotasi yang sengaja dibuat

oleh pengarang untuk membuat pembaca menemukan kode – kode yang tersembunyi

di dalam pemaknaan gambar karikatur clekit ini. Pengarang memberikan ideology

atau persepsi yang baru dan berbeda didalam gambar karikatur ini.

Kata kunci : Karikatur, Pers, Penguasa

The study was based on the meaning of editorial cartoons clekit. Caricatured

as a vehicle for social criticism often conveys we find in the media, In this caricature

reflects the authorities are afraid of journalist , because journalist have the function

of controlling or monitoring the performance of the authority which is then relayed to

the society.

Charles Sanders Peirce's theory argues that the mark is formed by the

triangular relationship that is the sign associated with the object to which it refers,

and of these relationships result in Interpretan.

The method used is included in the semiotic analysis of qualitative research.

Here a qualitative method using the theory of Charles Sanders Peirce, using

categories that mark icon, index and symbol.

(3)

beserta junjungan-Nya Nabi Muhammad SAW. Dengan kehadirat-Nya pula maka penulis telah menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN J AWA POS (Studi Semiotika Repr esentasi Pemaknaan Kar ikatur Clekit “Per s Yang Berk uasa” Edisi 09 Febr uar i 2012 Pada Har ian J awa Pos) Adapun Skripsi ini merupakan perkuliahan mandiri yang bersifat praktis dimana harus ditempuh oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur. Kegiatan ini adalah sebagai wadah mahasiswa dalam menerapkan dan membandingkan teori yang diterima dengan keadaan sebenarnya yang ada di lapangan.

Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis dalam menyusun Skripsi ini. Meskipun demikian dalam menyusun Skripsi ini penulis telah mendapatkan bimbingan, serta saran – saran dari berbagai pihak yang sangat membantu. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi – tingginya pada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

(4)

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4. Drs. Saifuddin Zuhri, MSi sebagai Sekretaris Progdi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak dan Ibu Dosen Progdi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam materi perkuliahan.

6. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang senantiasa memberikan doa agar terselesainya Skripsi ini.

7. Mas Dani yang udah memberi dorongan dan semangat kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.

8. Teman – teman seperjuanganku Jimbe dan Cindol yang telah memberi dukungan dan berjuang bersama- sama dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis semoga dengan terselesainya Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Mei 2012

(5)

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………...……….. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang masalah………...1

1.2

Perumusan masalah………..………..13

1.3

Tujuan Penelitian…………..………..13

1.4

Manfaat Penelitian………..14

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori………..……..15

2.1.1 Surat kabar sebagai media komunikasi massa………15

2.1. 2 Karikatur………...…………...……...18

2.1.3 Kritik Sosial………...………..…20

(6)

2.1.8 Pria………..39

2.1.9 Kaos………....39

2.1.10 Topi……….40

2.1.11 Kursi………...45

2.1.12 Ekspresi wajah dan Tatapan mata….……….46

2.1.13 Postur Tubuh………..47

2.1.14 Tipografi……….48

2.1.15 Mulut………..51

2.1.16 Tangan……….………...51

2.1.17 Semiotika Charles Sanders Peirce……...………..51

2.1.18 Penguasa………. ……..…...………55

2.1.19 Ketakutan………..………55

2.1.20 Kepala………..……….56

2.1.21 Keringat………..………56

(7)

2.2 Kerangka Berfikir……….………..………..59

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian……….………….…..…...……….60

3.2 Kerangka Konseptual………..……..……….…..62

3.2.1 Corpus………...…….………..62

3.2.1.1 Karikatur………...………63

3.2.1.2 Semiotika………..…………..……….………...63

3.3 Unit Analisis ………..………...…..………...63

3.4 Teknik Pengumpulan Data………...………..…..………65

3.5 Teknik Analisis Data……….………..….……....65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Editorial Clekit……….….…………...67

4.2 Gambaran umum objek Harian Jawa Pos………...……….69

4.3 Penyajian Data………..………...71

(8)

4.4.2 Indeks………...80

4.4.3 Simbol………..………83

4.5 Interpretasi Objek terhadap Objek Karikatur Clekit……...…..…..88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………...…..…...90

(9)

1.1 Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat membutuhkan informasi, sehingga media massa menjadi faktor kebutuhan utama masyarakat. Media massa terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film dan internet. Media cetak seperti majalah, buku, surat kabar justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya (Cangara, 2005 : 128)

(10)

utama yang disajikan. Tetapi juga dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan terhadap masyarakat. Karikatur membangun masyarakat melalui pesan – pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis.

Dalam menyampaikan informasinya, media mempunyai cara pengemasan yang variatif dan beragam yang disesuaikan dengan segmentasi konsumennya, orientasi internal dari media itu sendiri dan banyak factor – factor kepentingan yang lain. Kegiatan komunikasi massa yang dilakukan secara rutin dan konstan bukan hanya bersifat informatif, yaitu agar orang lain tahu dan mengerti, tetapi juga mengandung unsur persuasif agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, atau juga melakukan suatu perbuatan. Media massa seperti surat kabar, majalah, tabloid, radio, televisi dan lain sebagainya juga menyajikan berbagai macam informasi. Informasi sendiri tiada bergerak yang sesungguhnya terlihat adalah penyampaian suatu pesan, interpretasi penyampaian dan penciptaan penyampaian pesan itu sendiri.

(11)

karena menatap gambar jauh lebih mudah dipahami dan merupakan simbol yang jelas dan mudah dikenal (Waluyanto,2000:128).

Isi surat kabar yang bersifat hiburan salah satunya adalah karikatur. sebuah gambar lelucon, bersifat lucu dan mengandung unsur humor yang membawa pesan social. Berasal dari bahasa italia, Caricatura tempat kartun pertama muncul di dunia pada abad XVII. Perintisnya bernama Amnibale Carraci, seorang karikaturis yang mampu mengubah wajah seseorang menjadi bentuk binatang maupun sayuran tetapi tetap mirip dengan subyeknya yang bertujuan sebagai ungkapan kritik atau protes social. Akan tetapi, karikatur pertama muncul di Inggris yang dipelopori oleh Thomas Rowiadson (1756-18270) dan James Gillary (1757-1815). Dalam perkembangan selanjutnya, karikatur dihubungkan dengan jurnalisme (Panuju,2005:86)

Di Indonesia sendiri saat ini karikatur memperoleh tempat yang cukup berperan dalam perkembangan media massa khususnya surat kabar, karena gambar ini senantiasa dimuat untuk melengkapi artikel – artikel dimedia massa tersebut. Salah satu definisi karikatur yang diberikan Junaedhi berbunyi :

(12)

memahami pesan – pesan yang tersirat dalam gambar tersebut. Hal inilah yang menjadikan karikatur sebagai media komunikasi dan segala hal yang penting bagi sosialisasi penyajian informasi.

Karya seni berupa karikatur adalah bagian tidak terpisahkan dari media massa cetak. Karikatur diartikan sebagai opini redaksi media dalam bentuk gambar yang syarat dengan muatan kritik social dengan memasukkan unsur kelucuan, atau humor agar siapapun yang melihatnya bisa tersenyum termasuk tokoh atau obyek yang dikarikaturkan itu sendiri. (Sumandria,2004:3)

Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita temui didalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan opini. Keberadaannya biasa disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati artikel – artikel yang lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran. Meskipun sebenarnya pesan – pesan yang disampaikan dalam sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan – pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel, namun pesan – pesan dalam karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan.

(13)

simbolis. Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda – tanda komunikatif. Lewat bentuk – bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika.

Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari unsur – unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berfikir secara kritis serta ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan dikemas secara humoris, dengan demikian memahami karikatur juga perlu memiliki referensi – referensi sosial agar mampu menangkap pesan yang disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh isi, maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline.

(14)

Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers Nasional.

(15)

pers . ha l ini terlihat, dengan keluarnya Peraturan Menteri Penerangan No. 1 tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha penerbitan Pers (SIUPP), yang dalam praktiknya ternyata menjadi senjata ampuh untuk mengontrol isi redaksional pers dan pembredelan. Albert Camus, novelis terkenal dari Perancis pernah mengatakan bahwa pers bebas dapat baik dan dapat buruk, namun tanpa pers bebas yang ada hanya celaka. Oleh karena salah satu fungsinya ialah melakukan kontrol sosial itulah, pers melakukan kritik dan koreksi terhadap segala sesuatu yang menurutnya tidak beres dalam segala persoalan. Karena itu, ada anggapan bahwa pers lebih suka memberitakan hal-hal yang salah daripada yang benar.

(16)

Fungsi ini secara eksplisit dalam bentuk berita dan implisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana, kadang – kadang cerita bersambung atau berita bergambar yang mengandung aspek pendidikan. Fungsi ketiga dari pers yaitu adalah fungsi menghibur, hal – hal yang bersifat hiburan sering dimuat disurat kabar untuk mengimbangi berita – berita berat (hard news) dan artikel – artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, karikatur. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan semata – mata untuk melepaskan ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangi berita atau artikel yang berat. Fungsi pers yang keempat yaitu fungsi mempengaruhi dan menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena surat kabar bersifat independen yang bebas menyatakan pendapat dan bebas melakukan control social (Effendy, 2000:94)

(17)

pemerintah. Idealisme berarti pula mendukung pemerintah apabila memang pantas didukung.

Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan nonverbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar lebih mudah diingat daripada kata – kata, paling cepat pemahamannya dan mudah dimengerti, karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya. Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.

(18)

Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung), artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa symbol. Dengan kata lain, makna yang terkandung dalam kartun tersebut merupakan makna yang terselubung. Symbol – symbol pada gambar kartun tersebut merupakan symbol yang disertai signal (maksud) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka yang menerimanya.

Sementara itu pesan yang dikemukakan dalam karikatur, disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.

(19)

individu tentang suatu permasalahan.

Digunakannya gambar karikatur dari harian Jawa Pos edisi 09 Februari 2012 sebagai objek penelitian, dikarenakan gambar karikatur tersebut merupakan penggambaran tentang “Pers Yang Berkuasa”. Gambar karikatur merupakan simbolic speech (komunikasi tidak langsung) artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar karikatur tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam gambar karikatur adalah makna yang terselubung. Simbol – simbol pada gambar karikatur tersebut merupakan simbol yang disertai maksud (signal) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima)

(20)

juga dapat menggunakan dengan memaknai gambar kartun. Sebagai Koran nasional peredaran Jawa Pos meliputi hampir seluruh kota di Indonesia dan selalu menjadi market leader.

Dalam rubrik karikatur Jawa Pos yang disebut “Clekit”. Jawa Pos lebih kritis dan menggambarkan situasi social yang terjadi di masyarakat. sekmen karikatur pada Koran Jawa Pos yaitu clekit lebih berani dalam mengkritisi social yang sedang terjadi. Clekit berani menggambarkan Pers yang Berkuasa. Dalam kasus ini Jawa Pos berani menampilkan gambar Pers yang Berkuasa. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan studi semiotic Peirce pada gambar karikatur tersebut.

Dari beberapa uraian diatas, pemilihan gambar karikatur Clekit sebagai objek penelitian karena gambar karikaturnya yang unik, karena apa yang disajikan dalam gambar karikatur editorial tersebut seakan – akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut pandang masyarakat Indonesia yang diwakili oleh kartunis. Dalam mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan semiotik menurut Charles Sanders Peirce yaitu tanda atas ikon, indeks, dan symbol yang berhubungan dengan acuannya.

(21)

yang dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat diliat dari dua aspek yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dengan ragam bahasanya, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkan, apakah secara ikonis, indeksikal, atau simbolis. Tanda – tanda yang telah dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.(Sobur,2004:86)

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin meneliti tentang pemaknaan karikatur yang menggambarkan “ Pers Yang Berkuasa”. 1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : bagaimana pemaknaan karikatur “Clekit” dalam rubik opini pada koran Jawa Pos Edisi Kamis, 09 Februari 2012?

1.3 Tujuan Penelitian

(22)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada Ilmu komunikasi mengenai karikatur Clekit dalam rubrik opini pada Koran Jawa Pos Edisi Kamis, 09 Febuari 2012.

2. Secara Praktis

(23)

2.1 Landasan teor i

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman” (Ardianto & Erdinaya, 2005:99). Perkembangan surat kabar

di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru. Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol adalah informasi” (Ardianto & Erdinaya, 2005:104).

(24)

dari berita— berita internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi surat kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau peristiwa dalam realitas dilaporkan (Efendy, 2000:92). Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan dan karikaturis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.

Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Pareno (2005 : 24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut :

1) Berita merupakan unsur utama yang dominan.

2) Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.

3) Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.

4) Umpan balik relatif lebih lamban.

5) Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.

6) Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.

(25)

kepada umum dan film yang dipertunjukan di gedung – gedung bioskop (Effendy, 2003:79).

Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (Media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa) yang dihasilkan oleh teknologi modern. (Nurudin, 2007:4).

Secara teoritis, berbagai media massa memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberikan efek lain diluar fungsinya itu. Efek media massa tidak hanya mempengaruhi sikap seseorang namun pula dapat mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi sistem – sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.

Hal tersebut dapat mempengaruhi seeorang dalam waktu pendek sehingga dengan cepat mempengaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan – perubahan dalam waktu yang lama.

(26)

terjadinya penyebaran budaya global yang menyebabkan masyarakat berubah dari tradisional ke modern. Selain itu, media massa juga mampu mengubah masyarakat dari kota sampai ke desa, sehingga menjadi masyarakat konsumerisme.“ (Bungin, 2006:320).

Berkaitan dengan efek media massa yang juga dapat memberikan efek kepada khalayaknya adalah surat kabar. Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur, bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali (Djuroto, 2002:11).

Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin tahu sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih prestise, menghilangkan kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik yang serius. Bagi sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas. Sebagian pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak sosial. Ada pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan sehari - hari. (Rivers dan Peterson, 2003: 313)

2.1.2 Kar ikatur

(27)

dibumbui dengan humor, karikatur merupakan kartun satir yang kadang dapat menyindir seseorang dan membuat seseorang tersenyum kecut saat membacanya. Karikatur cenderung diisi dengan humor. (Sobur, 2003:138).

Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara jenaka tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Bahkan, seringkali gambar terkesan lucu, sehingga membuat para pembaca tersenyum dan tertawa karena mengandung unsur humor. Pejabat pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi objek karikatur pun tidak tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang karena dirinya diangkat kepermukaan oleh kartunis. (Sobur, 2003:140). Selain itu, menurut Sutarno pimpinan redaksi harian Suara Pembaruan, karikatur merupakan salah satu bentuk karya jurnalistik non-verbal yang cukup efektif dan mengena baik dalam penyampaian pesan maupun kritik social.

Dalam eksiklopedia of the art dijelaskan, karikatur merupakan representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih- lebihkan sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana kritik sosial dan politik (Sumandiria, 2005:8).

(28)

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar – gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik (Sobur, 2006:140).

Adapun sifat-sifat karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam (Sibarani, 2001), yaitu: karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan karikatur politik. Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang (biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek lain atau situasi di sekelilingnya secara karikatural. Karikatur sosial mengemukakan dan menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa keadilan sosial. Sedangkan karikatur politik menggambarkan tentang situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para tokoh politik (Sibarani, 2001).

2.1.3 Kr itik Sosial

(29)

kesalahan terhadap sesuatu. Kritik awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo = memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil.

Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas, ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet. Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya, ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi (Masoed, 1999: 42).

(30)

Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain, kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Masoed, 1999: 47).

Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial. dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari menilai gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Perspektif kritik sosial yang demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka melihat kritik social adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial (Masoed, 1999:49). Kritik social yang murni kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan – kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik social kiranya didasarkan pada rasa tanggung jawab bahwa manusia bersama – sama bertanggung jawab atas perkembangan lingkungan.

(31)

hendaknya ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya (Panuju, 1999: 49).

Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu menjadi kabur (Masoed, 1999: 71).

(32)

Kritik - kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.

Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini. (Ali, 1999: 194).

Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu sendiri.

2.1.4 Komunikasi Non Ver bal

(33)

dan perilaku non verbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat non verbal. (Mulyana, 2001:312)

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi beberapa bagian, antara lain :

1. Isyarat Tangan

Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama.

2. Postur Tubuh

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William, misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen.

3. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

(34)

kemarahan, kejijikan dan minat. Ekspresi-ekspresi wajah tersebut dianggap “murni”, sedangkan keadaan emosional lainnya (misalnya malu, rasa berdosa, bingung, puas) sianggap “campuran”, yang umumnya lebih bergantung pada interpretasi. (Mulyana, 2001:334)

2.1.5 Har i Per s Nasional

Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers Nasional. Pers pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

1. Zaman Belanda

Pada tahun 1828 di Jakarta diterbitkan Javasche Courant yang isinya memuat berita- beritaresmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa. Sedangkan di Surabaya Soerabajash Advertentiebland terbit pada tahun 1835 yang kemudian namanya diganti menjadi Soerabajash Niews en Advertentiebland.

(35)

Handelsbland. Surat-surat kabar yang terbit pada masa ini tidak mempunyai arti secara politis, karena lebih merupakan surat kabar periklanan. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar setiap kali terbit. Semua penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum diperiksa oleh penguasa setempat. Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda terdapat 16 surat kabar berbahasa Belanda, dan 12 surat kabar berbahasa melayu diantaranya adalah Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar, Selompret Melayu dan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan Surat kabar berbahasa jawa Bromartani yang terbit di Solo.

2. Zaman Jepang

(36)
(37)
(38)

nasional yang melahirkan PWI, sebagai organisasi wartawan pertama pasca kemerdekaan Indonesia dan menetapkan Sumanang sebagai ketuanya. Namun, PWI bukanlah organisasi wartawan pertama yang didirikan di Indonesia. Jauh sebelum itu, dizaman Belanda sejumlah organisasi wartawan telah berdiri dan menjadi wadah organisasi para wartawan. Satu di antaranya yang paling menonjol adalah Inlandsche Journalisten Bond (IJB). Organisasi ini berdiri pada tahun 1914 di Surakarta. Pendiri IJB antara lain Mas Marco Kartodikromo yang mengaku muridnya dari Tirto Adhi Surjo, kemudian juga pendiri lainnya adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Sosro Kartono dan Ki Hadjar Dewantara. IJB merupakan organisasi wartawan pelopor yang radikal, dimana sejumlah anggotanya sering diadili bahkan ada yang diasingkan ke Digul oleh penguasa kolonial Belanda. Selain IJB, organisasi wartawan lainnya adalah Sarekat Journalists Asia (berdiri 1925), Perkumpulan Kaum Journalists (1931), serta Persatuan Djurnalis Indonesia (1940). Berbagai organisasi wartawan tersebut tidak berumur panjang akibat tekanan dari pemerintahan kolonial. Pada tahun 1984, melalui Peraturan Menteri Penerangan Harmoko (Permenpen) No. 2/1984, PWI dinyatakan sebagai satu-satunya organisasi wartawan atau wadah tunggal, yang boleh hidup di Indonesia adalah PWI. Dan setahun setelah menjadi wadah tunggal, pada 1985 PWI berhasil mengegolkan HPN tersebut.

(39)

gagasan atau berita – berita dengan kata tertulis. Sedangkan pers dalam arti luas adalah memasukkan didalamnya semua media mass communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik

dengan kata – kata tertulis maupun dengan lisan.(Menurut Oemar Seno Adji).

Seni atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari – hari secara indah dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya (Menurut Kustandi Suhandang)

(40)

beberapa fungsi antara lain adalah fungsi menyiarkan informasi yang merupakan fungsi utama dari sebuah surat kabar. Khalayak pembaca memerlukan informasi mengenai hal atau peristiwa yang terjadi. Fungsi yang kedua itu mendidik, merupakan sarana pendidikan massa, surat kabar memuat tulisan – tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi ini secara eksplisit dalam bentuk berita dan implisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana, kadang – kadang cerita bersambung atau berita bergambar yang mengandung aspek pendidikan. Fungsi ketiga dari pers yaitu adalah fungsi menghibur, hal – hal yang bersifat hiburan sering dimuat disurat kabar untuk mengimbangi berita – berita berat (hard news) dan artikel – artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, karikatur. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan semata – mata untuk melepaskan ketegangan pikiran setelah para pembaca dihidangi berita atau artikel yang berat. Fungsi pers yang keempat yaitu fungsi mempengaruhi dan menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena surat kabar bersifat independen yang bebas menyatakan pendapat dan bebas melakukan control social (Effendy, 2000:94)

(41)

rencana dalam menanggapi permasalahan – permasalahan yang terjadi dan berkembang yang merupakan berita utama dari surat kabar tersebut atau berita – berita yang menjadi head line dibeberapa surat kabar. Dari fungsinya ini tidak lepas dari idealisme yang disandang pers dengan menyatakan pendapatnya secara bebas tetapi bertanggung jawab. Idealisme yang melekat pekat pada pers tidak berarti selalu harus mengkritik pemerintah, apalagi mencari – cari kesalahan – kesalahan pemerintah. Idealisme berarti pula mendukung pemerintah apabila memang pantas didukung.

Pers berdasarkan UU RI No 40 Tahun 1999 adalah :

1. Pers adalah lembaga social dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk gambar, suara, gambar dan suara, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. 2. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan

jurnalistik.

3. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers

(42)

Semiotik adalah ilmu tanda. Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti “tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya : asap menandai api (Sobur,2003:17). Tanda terdapat dimana – mana “Kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda. Charles Sanders Peirce menegaskan bahwa “ manusia hanya dapat berpikir dengan sarana tanda, tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi”. Menurut Van Zoest mengartikan semiotik sebagai “Ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya : cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya dan penerimaanya oleh mereka yang mempergunakannya” (Sobur,2002:96).

(43)

Sobur, 2006:15).

Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika ada dua orang yaitu Charles Sanders Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dapat dianggap sebagai pemuka – pemuka semiotika modern. Kedua tokoh inilah yang memunculkan dua aliran utama semiotika modern, yang satu menggunakan konsep Peirce dan yang lain menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan itu mungkin terutama oleh perbedaan yang mendasar. Peirce adalah ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah cikal bakal linguistic umum. Menurut Peirce kata “semiotika“

merupakan kata yang sudah digunakan sejak abad ke – 18 oleh ahli filsafat Jerman Lambert, yang merupakan sinonim dari kata logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran menurut hipotesis Peirce yang mendasar dilakukan melalui tanda – tanda.

(44)

adanya dua tradisi dari semiotik. Tradisi linguistic menunjukan tradisi – tradisi yang berhubungan dengan Saussure sampai Hjelmslev dan Barthes yang menggunakan istilah semiologi. Sedang yang menggunakan teori umum tentang tanda – tanda yang dikaitkan dengan nama – nama Peirce dan Morris menggunakan istilah semiotics. Kata semiotika kemudian diterima sebagai sinonim dari kata semiologi (Sobur,2003:13)

2.1.7 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of Meaning, (Odgen dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008: 27) telah

mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

(45)

pada manusia. “Kita”, lanjut Devito, menggunakan kata - kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata - kata ini secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan - pesan akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.

Ada tiga hal yang dijelaskan para filosofi dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur, 2004: 258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997: 123 - 125) sebagai berikut :

(46)

kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata - kata ini dan berubah khusus yang terjadi pada dimensi emosional makna.

3) Makna membutuhkan acuan, walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata. Komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4) Penyingkiran berlebihan akun mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan dan konsep - konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5) Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

(47)

merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003: 285 - 289).

2.1.8 Pr ia

Pria adalah kaum laki – laki yang telah memasuki tingkat kedewasaan (merupakan masa atau perjalanan hidup seorang pria setelah berubah dari anak- anak) yang bisa mempertanggung jawabkan segala perbuatannya. Seorang pria lebih dimaknai sebagai laki – laki dewasa yang memiliki pola pikir tentang kehidupan secara matang.

2.1.9 Kaos

Kaos adalah Pakaian sederhana ringan untuk tubuh bagian atas, biasanya lengan pendek [T - shirt disebut demikian karena bentuknya]. Sebuah T-shirt biasanya tanpa kancing dan kerah, dengan leher bulat dan lengan pendek. kaos ini bisa dikenakan oleh siapa saja, baik pria dan wanita, dan untuk semua kelompok umur, termasuk bayi, remaja, dan dewasa.

Kaos terbuat dari katon yang umumnya lembut , jadi jika dibandingkan dengan baju lebih enak menggunakan kaos karena bahan lebih nyaman dipakai. Di indonesia terdapat berbagai macam merk kaos, contohnya:

(48)

3. Ie-be 4. Skaters 5. Darboss 6. BlackAngel

kaos ini biasanya tersebar di daerah jawa. Kaos juga merupakan lambang semangat, karena saat kita memakai kaos itu kita harus menyesuaikan apa gambar/motif dari kaos itu.terdapat model kaos saat ini misalnya: model kaos distro,kaos couple,kaos partai/komunitas,kaos group. (http://maniaartthirst.blogspot.com/2012/03/pengertian-kaos.html)

2.1.10 Topi

Topi adalah suatu jenis penutup kepala. Penggunaan Topi dimaksudkan untuk beberapa alasan. Umumnya digunakan sebagai aksesoris pakaian. Dalam beberapa upacara seremonial dan keagamaan penggunaan topi dapat menjadi keharusan. Di dunia militer topi dapat menyatakan tingkat dan kepangkatan seorang pasukan.

Bentuk umum sebuah topi:

• Memiliki penutup kepala bagian atas.

(49)

Di dunia Barat, kopiah sesekali berfungsi sebagai simbol relaksasi . Dalam kartun, karakter yang ditampilkan mengenakan kopiah sering sambil berbaring di tempat tidur gantung berlibur atau sekedar bersantai setelah seharian bekerja keras. Hal ini mungkin penasaran citra sebuah kemunduran untuk praktek bahasa Inggris akhir abad 19 laki-laki memakai jaket longgar merokok dan dikepang kopiah seperti hiasan kepala saat bersantai informal di malam hari. Dalam setiap kasus topi fez yakin untuk mendapatkan perhatian, terutama jika seorang pria mengendarai mobil kecil dalam parade.

2.Boater

Yang dibuat dari jerami, pendayung itu dan umumnya dianggap sebagai topi hangat-cuaca. Pada hari-hari ketika pria lebih sering mengenakan topi di luar, "Straw Hat Hari", hari ketika orang-orang beralih dari mengenakan topi musim dingin mereka untuk topi musim panas mereka, dipandang sebagai tanda awal musim panas. Juga tahu sebagai pernyataan fashion dari kuartet pangkas mana-mana

3.Bowler

(50)

pelayan atau pelayan; di London itu sendiri, bagaimanapun, itu terkait dengan profesional, dan seorang pria yang mengenakan topi bowler dalam "Kota" aman dapat diasumsikan menjadi pengacara, broker saham , bankir atau pejabat pemerintah

4.Gatsby(NewsboyCap)

The Gatsby sangat populer di Eropa dan Amerika Serikat pada akhir abad ke-20 ke-19 dan awal antara kedua anak laki-laki dan pria dewasa. Seperti namanya, sekarang berhubungan dengan koran anak laki-laki, dan kadang-kadang terkait dengan komunitas golf juga. Meskipun secara tradisional topi laki-laki, baru-baru topi telah menjadi lebih populer dengan wanita

5.Ber et

Baret itu pernah dianggap sebagai topi nasional Prancis. Ini telah berkurang dalam popularitas, seperti topi untuk pria di seluruh dunia telah berkurang dalam popularitas, sejak sekitar tahun 1960. Masih dianggap sebagai masalah kebanggaan Prancis, itu dikenakan baik oleh perempuan dan laki-laki. Baret juga merek dagang stereotip sutradara film , artis dan Beatniks. Juga dibuat terkenal oleh Prince dalam lagu nya, "Raspberry Baret."

6.Sombr er o

(51)

petani biasanya terbuat dari jerami, sementara Hispanik kaya memakai sombreros terbuat dari merasa. Hal ini hampir tak terlihat di daerah perkotaan yang modern, kecuali sebagai bagian dari pakaian yang dikenakan dalam perayaan folkloric tertentu. Topi Sombrero sangat menarik dan sering digunakan dalam perayaan tradisional Meksiko

7.TopHat

Topi atas pertama dibuat dengan merasa, paling sering menjadi berang-berang bulu dirasakan. Kemudian, mereka akan terbuat dari sutra. Struktur bawah merasa atau sutra terbuat dari bahan yang disebut Goss. Ini terbuat dari lapisan belacu tertutup lem keras. Ketika lembut dipanaskan di atas api, lem melembutkan, yang memungkinkan topi yang akan dicetak untuk membentuk. Sebuah versi populer, terutama di Amerika Serikat pada abad ke-19, adalah topi cerobong asap, yang dipopulerkan oleh Abraham Lincoln selama kepresidenannya. Tidak seperti banyak atas topi, versi ini lurus, seperti pipa, dan tidak lebih luas di bagian atas dan bawah. Seringkali mereka lebih tinggi dari topi khas atas. Dikatakan bahwa Lincoln akan menyimpan surat penting di dalam topi itu. Dan mari kita tidak lupa bahwa kelinci sering bersembunyi di topi tinggi dan manusia salju tampaknya seperti mereka.

8.Fedor a

(52)

dan cuaca, dan fakta bahwa hal itu bisa digulung bila tidak digunakan. Topi kadang-kadang dikaitkan dengan Larangan era gangster dan para detektif yang berusaha untuk membawa mereka ke pengadilan. Dalam film-film Hollywood tahun 1940-an, karakter sering memakai topi fedora, terutama ketika bermain detektif swasta, gangster, atau lainnya "pria tangguh" peran. Sebuah mantel parit sering bagian dari kostum, contoh menonjol menjadi karakter Humphrey Bogart di Casablanca. Fedora secara luas diakui dengan karakter The Blues Brothers dan Indiana Jones . Fedora ini terkait erat dengan karakter film noir.

9.Cowboy

Pada hari-hari awal, topi koboi itu dihargai karena fungsional, dengan pinggiran lebar melindungi bekerja koboi dari matahari dan hujan. Hal ini dapat digunakan untuk sinyal orang lain, kipas api unggun, atau tarik air dari sungai. Hari ini, sementara topi masih dapat melayani tujuan-tujuan ini, kebanyakan orang memakai mereka untuk nilai estetika sebagai bagian dari gaya hidup Barat.

10.BaseballCap

(53)

topi bisbol modern lahir. The "RUU" atau "penuh" dirancang untuk melindungi mata pemain dari matahari. Biasanya, penuh itu jauh lebih singkat dalam hari hari sebelumnya dari topi bisbol. Juga, topi telah menjadi lebih terstruktur, dibandingkan tutup keseluruhan "floppy" dari abad ke-20 ke-19 dan awal.

Topi berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas, sebagai sebuah alat yang digunakan untuk menutupi bagian rambut atau kepala dan juga bisa berfungsi sebagai aksesoris untuk memperindah penampilan. (http://www.fb.co.id/blogs/17/420/jenis-jenis-topi)

2.1.11 Kur si

Kursi adalah salah satu karya seni rupa (desain) yang sangat unik. Istilah “kursi” diduga kuat berasal dari kata kursiyun dalam bahasa arab. Kata kursiyun terdapat dalam Al Qur’an yang mempunyai pengertian fungsi dan makna berbeda jika ditafsirkan dalam konteks yang berbeda pula. Dalam konteks social, kursi adalah atribut yang dapat digunakan untuk menampilkan status social, prestise, dan gengsi para pemiliknya. Dalam konteks ini pemahaman kursi itu termasuk pula singgasana, dhampar kencana, padmasana, amparan dan dhingklik. Temuan utama di

(54)

wujud kursi juga dapat dijadikan sebagai “alat” untuk memamerkan kekayaan, memperkokoh kedudukan, kewibawaan, jabatan, keagungan, kehormatan, kejayaan, atau sebagai symbol status social.

Dalam gambar karikatur ini terdapat kursi yang bertuliskan penguasa kursi tersebut di gambarkan sebagai jabatan paling tinggi dalam sebuah organisasi yang berkuasa atau berwenang.

2.1.12 Ek spr esi wajah dan Tatapan mata

Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah ketakutan atau cemas merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal dan dapat menyampaikan keadaan emosi karena hal yang sedang dikerjakan tersebut sudah diketahui oleh salah satu pihak yaitu pers.

(55)

indera penglihatan yaitu mata, mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak

mata berfungsi untuk melihat, tanpa mata kita tidak akan bisa melihat betapa indahnya dunia ini, tatapan mata dalam gambar karikatur penguasa yang takut dengan pers dalam penelitian ini terlihat bahwa matanya melihat kearah penguasa dan terdapat keringat yang menandakan penguasa tersebut ketakutan ketika melihat pers.

2.1.13 Postur Tubuh

Postur tubuh sering bersifat simbolik, postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William misalnya menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen. Melalui gambar karikatur tersebut dapat diambil beberapa persepsi bahwa dari sisi fisik, Pria yang memiliki postur gemuk identik dengan Pria subur dan sudah mendapatkan kemapanan dari kehidupannya.

(56)

diketahui tubuh memerlukan beberapa jenis vitamin seperti Vitamin C, Vitamin D, Vitamin K, Vitamin E, magnesium, asam folat. Beberapa vitamin tersebut dapat diperoleh melalui berbagai makanan seperti sayuran berwarna hijau tua dan oranye seperti sawi, wortel, dan tomat. Serta buah seperti papaya, mangga dan sebagainya.

Tubuh sehat ideal secara fisik dapat dilihat dan dinilai dari penampilan luar. Secara umum orang biasanya menilai tubuh sehat ideal dilihat dari postur tubuh, sikap dan tutur kata serta interaksi orang tersebut dengan orang lain. Namun pengertian tubuh sehat ideal dari segi kesehatan mencangkup hal yang lebih luas, yang tidak cukup hanya penilaian secara lahiriah. Untuk menyatakan seseorang mempunyai tubuh sehat ideal, memerlukan juga penilaian secara psikologi. Meskipun secara fisik orang tersebut sehat, namun bila ada kelainan jiwa yang dapat mengganggu kehidupan orang di lingkungannya, orang tersebut tidak sehat.

2.1.14 Tipografi

(57)

menyusun huruf dalam suatu komposisi perlu dilatih, agar secara keseluruhan enak dipandang. Contoh tipe huruf yang bersifat dekoratif, mengkombinasikan huruf besar dan huruf kecil akan lebih mudah untuk dibaca, daripada menggunakan huruf besar (kapital) semua. Namun apabila disukai alternative kedua bisa digunakan dengan mengatur jarak(spasi) antar huruf. Huruf dapat ditransformasikan menjadi suatu karya seni yaitu dengan mengolah bentuk dari huruf, kata atau blok tulisan tersebut sesuai dengan fungsinya masing – masing sehingga tercipta suatu bentuk, tekstur yang kemudian dikomunikasikan sebagai pesan, mood atau berupa gambar hias. Berikut ini beberapa jenis huruf yang memiliki karakter atau kepribadian tertentu :

1. Serif adalah kelompok huruf yang memiliki “tangkai” (stem). Lihatlah font Times New Roman, Bodoni, Garamond,atau Egyptian misalnya

persis mendekati ujung kaki – kaki hurufnya, baik dibagian atas maupun bawah, terdapat pelebaran yang menyerupai penopang atau tangkai. Jenis serif adalah pilihan yang disukai untuk teks selama berabad – abad, keterbacaannyalah yang membuat huruf ini tetap popular hingga saat ini. 2. Jenis huruf sans serif dan slab serif, jenis huruf ini tidak memiliki garis

– garis kecil yang disebut counterstroke. Huruf ini berkarakter streamline, fungsional, modern dan kontemporer. Contoh : Arial, Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic, Helvetica

(58)

mengingatkan pada suasana disekolah dasar.

4. Jenis tulisan tangan yang melingkar – lingkar seperti tipe snell Roundhand, apabila dikehendaki untuk mengungkapkan suasana

kenangan lama.

5. Tipe klasik seperti Bouer Bodoni menciptakan kesan anggun.

6. Tipe huruf computer modern seperti tipe huruf Émigré, nama perusahaan yang mendesain huruf, yang menawarkan beberapa jenis huruf Mancitosh tepat untuk menciptakan kesan modern dan gaya remaja.

7. Jenis huruf Courier mengingatkan pada huruf mesin ketik dan mengesankan Koran yang baru terbit.

8. Tipe Copperlate menyerupai tuisan tangan, mampu menciptakan kesan terampil dan berkualitas.

9. Jenis Classic, serif, seperti Bodani, Caslon, Century atau Garamond menciptakan kesan suasana bergengsi dan abadi serta klasik.

10.Tipe huruf Cheltenham Old Style member kesan terbuka serta mengingatkan kita kepada kitab (buku) ejaan kuno.

(59)

Mulut adalah salah satu anggota bagian tubuh yang penting dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya digunakan untuk mengeluarkan kata – kata, dipakai untuk memakan sesuatu dan untuk tersenyum.

Mulut yang terbuka lebar itu juga bisa diartikan sebagai ingin memakan sesuatu makanan atau berteriak karena kaget atau marah.

2.1.16 Tangan

Tangan adalah bagian tubuh diujung suatu lengan, sebagian besar manusia memiliki dua tangan. Biasanya dengan empat jari dan satu ibu jari. Bagian dalam tangan adalah telapak tangan. Ibu jari disebut juga jari jempol selain itu keempat jari yaitu jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking.

2.1.17 Semiotika Char les Sander s Peir ce

(60)

dengan berbagai makna. Saussure tidak terlalu memperhatikan realitas dari makna seperti yang dikemukakan oleh Peirce. (Bintoro,2002:12)

Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema “PENGUASA yang takut dengan PERS” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda – tanda (gambar, kata – kata, dan lainnya) dalam format sebuah kartun editorial. Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaiman suatu peristiwa masyarakat dipandang, dituangkan dan dinilai.

Teori Semiotik Peirce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan objek yang dirujuknya. Hubungan tersebut membuahkan interpretan. Peirce menjelaskan modelnya sebagai berikut :

“A sign is something which stands to somebody for something in the

respect or capacity. It addresses somebody, that is, creates in the mind of

that person an equivalent sign, or perhaps a more developed sign. The

sign which it creates I call the interpretant of the first sign. The sign for

something, its object. (Tanda adalah sesuatu yang memberi arti atas

(61)

sesuatu yang disebut objek).” (Fiske, 1985:45).

Model semiotik Peirce dapat digambarkan dalam bentuk segitiga seperti berikut :

Gambar 2.1 Model Semiotik Peirce

Sumber: Fiske (1990:42)

Garis – garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungannya antara satu elemen dengan lainnya. Tanda merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri, yaitu objek dipahami oleh seseorang. Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretan merupakan konsep mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalaman pengguna tanda terhadap sebuah objek. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang maka muncul makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Diantara ketiganya, interpretanlah yang paling sulit dipahami.

Interpretant Objek

(62)

pengendapan kita dengan tanda itu sendiri.

Berdasarkan objeknya Peirce membagi tanda atas icon (ikon), Index (indeks), symbol (simbol). Ketiga kategori tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Model Kategori Tanda

Sumber: Fiske (1990:47)

Model tersebut merupakan hal penting dan sangat fundamental dari hakekat tanda. Pierce mengungkapkan sebagai berikut :

1. Ikon

Adalah tanda yang berhubungan antara tanda acuannya bersifat bersamaan bentuk alamiah (berupa hubungan kemiripian). Misalnya adalah potret dan peta. Potret merupakan ikonik dari orang yang ada dalam potret tersebut, sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam peta tersebut.

Index Simbol

(63)

Adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataannya misalnya adalah asap sebagai tanda adanya api.

3. Simbol

Adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara tanda dan acuannya (berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian). Misalnya orang yang menggelengkan kepalanya merupakan simbol yang menandakan ketidak setujuan yang termasuk secara konvensional. (Sobur, 2003:41).

2.1.18 Penguasa

Penguasa adalah seorang pemimpin atau orang yang menguasai dan memegang jabatan paling tinggi dalam sebuah organisasi yang mempunyai hak mengatur dan memutuskan sebuah kebijakan untuk menyelenggarakan sesuatu. penguasa yang tidak baik akan melakukan apa aja yang dia mau tanpa memikirkan orang lain seharusnya Menjadi seorang penguasa/pemimpin yang baik hendaknya berkewajiban memberi teladan yang baik. (http://kamusbahasaindonesia.org)

2.1.19 Ketakutan

(64)

juga terkait dengan suatu perilaku spesifik untuk melarikan diri dan menghindar.

2.1.20 Kepala

Kepala biasanya terdiri dari otak, mata, telinga, hidung dan mulut. Yang kesemuanya membantu berbagai fungsi sensor seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan.

Dalam karikatur ini kepala seorang penguasa melihat ke atas disertai dengan keringat yang menandakan penguasa tersebut ketakutan ketika melihat pers.

2.1.21 Ker ingat

Keringat adalah air yang dikeluarkan oleh tubuh. Pada umumnya manusia selalu mengeluarkan keringat ketika selesai melakukan aktivitas. Dan umumnya orang yang berkeringat itu menandakan orang tersebut sedang mengalami ketakutan atau kecemasan serta melakukan gerak yang membuat dia mengeluarkan keringat.

2.1.22 Gar is

(65)

melalui ritme, simetri, keseimbangan akan membentuk pola-pola tertentu sehingga garis sudah dapat berbicara sebagai media ekspresi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Djelantik (2001: 20) bahwa:

Garis-garis bisa disusun sedemikian sehingga menimbulkan ilusi pada pengamat, yakni “kesan buatan”. Membuat persepsi yang diterima sang pengamat lain dari pada yang sesungguhnya. Suatu teknik gambar yang dipakai sehari-hari yang disebut perspektif memberi ilusi jarak jauh dan dekat dengan mengarahkan garis-garisnya ke suatu titik jauh pada horison atau cakrawala sama dengan akhir pandangan mata.

(66)

kekurang tajaman pada garis besarnya merupakan bukti dari lemahnya imajinasi, peniruan, dan kecerobohan.

2.1.23 Konsep Bayangan

Bayang- bayang terjadi apabila cahaya terhalang sesuatu, maka terbentuklah bayang – bayang. Cahaya merambat dalam garis lurus. Bila cahaya terhalang sesuatu maka akan timbulah bayangan. Jika sumber cahayanya lemah, seperti matahari pada hari berawan, bayangan tidak kentara atau terlihat. Ditempat teduh tidak ada bayang- bayang, karena tempat teduh sudah merupakan bayangan sebuah benda yang menghalangi sinar matahari. Apabila suatu benda bergerak mendekati cahaya, bayang – bayang benda tersebut membesar karena benda tersebut menghalangi cahaya menjadi lebih besar, maka bayang – bayang yang timbul pun akan menjadi makin besar. Dan apabila benda menjauhi cahaya, bayang – bayang benda itupun menjadi kecil karena benda tersebut hanya menjadi penghalang yang semakin kecil.

2.1.24 War na hitam

(67)

Menurut Van Zoest, manusia adalah homo semioticus dimana masing-masing individu mempunyai latar belakang pemikiran yang berbeda, dalam memaknai suatu objek atau peristiwa. Manusia dapat memproklamasikan sesuatu, apa saja, sebagai tanda karena hal itu dapat dilakukan oleh semua manusia (Sobur, 2003:13). Pada penelitian ini melakukan pemaknaan atau menginterpretasikan dengan cara mengidentifikasi secara keseluruhan. Makna yang akan diidentifikasi pertama adalah makna denotative, yaitu mencatat semua tanda visual atau makna mengambang dan bisa dibaca dipermukaan. Selanjutnya, akan diidentifikasi makna-makna yang tersembunyi yaitu makna konotatif atau kita membaca yang tersirat yang memungkinkan terbacanya nilai-nilai yang digunakan sebagai referensi untuk mengkonstruksikan makna karikatur.

(68)

terdapat dalam karikatur Clekit tersebut baik dari makna denotative maupun dari konotatif. Maka dari itu tanda-tanda yang akan diuraikan berdasarkan struktur penanda dan petanda, agar dapat diperoleh dan terbaca makna denotative maupun konotatif.

(69)

3.1. Metode Penelitian

(70)

untuk mengkaji tanda. Dengan metode ini peneliti berusaha menggali realitas dari interpretasi simbol-simbol dan tanda-tanda yang ada di dalam Karikatur Jawa Pos Edisi 09 Februari 2012, yang kemudian akan menjadi corpus penelitian ini. Peneliti menggunakan metode penelitian analisis yang dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce untuk memaknai Karikatur dalam surat kabar harian Jawa Pos edisi 09 Februari 2012.

3.2 Ker angka Konseptual 3.2.1 Cor pus

Corpus merupakan sekumpulan bahan yang terbatas dan ditentukan pada perkembangannya oleh analisis. Di dalam Corpus inilah terdapat pembahasan masalah.Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsur akan memelihara sebuah system kemiripan dan perbedaan yang lengkap, Corpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf waktu (sinkroni) (Kurniawan, 2001:70).

(71)

3.2.1.1. Kar ikatur

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun, pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik (Sobur, 2006: 40).

3.2.1.2. Semiotika

Dalam melihat suatu tanda sering tidak kita sadari bahwa tanda mempunyai makna yang berbeda dalam tiap penggunaannya, maka itu ada pentingnya juga kita belajar semiotika. "Semiotika adalah studi tentang pertandaan dan makna dari sistem tanda, ilmu tentang tanda, bagaimana makna dibangun dalam "teks", media, atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkonsumsi makna" (Fiske, 2004: 282).

3.3.Unit Analisis

(72)

1. Ikon adalah bentuk tanda yang dalam berbagai bentuk menyerupai objek tanda tersebut.

• Pria yang bertubuh gemuk yang memakai kaos dan topi yang bertuliskan PERS dengan tatapan mata yang melihat ke atas.

• Seorang penguasa yang ketakutan yang hanya kelihatan tangan, kepala dan mata yang melihat ke atas serta mengeluarkan keringat.

2. Indeks adalah suatu tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau timbal balik, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.

• Tulisan PENGUASA • Tulisan PERS

• Tulisan Selamat hari Pers Nasional • Keringat

• Ekspresi mulut yang terbuka lebar

3. Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamaiah antara tanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbiter atau semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian di masyarakat.

(73)

• Lidah dan Gigi • Garis Hitam 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap karikatur clekit yang dimuat pada harian Jawa Pos Edisi 09 Februari 2012 yang mengangkat tema “ Pers Yang Berkuasa” yang dapat disebut sebagai data primer dalam penelitian. Teknik pengumpulan data lainnya adalah melalui teknik dokumentasi seperti koran, buku – buku dan internet. Peneliti juga melakukan studi kepustakaan untuk melengkapi data – data bahan penelitian yang dapat dijadikan sebagai referensi pendukung. Selanjutnya data – data tersebut dianalisa berdasarkan teori, dan data dari penelitian ini kemudian digunakan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam karikatur Clekit yang bertema “Pers Yang Berkuasa” tersebut ke dalam sistem tanda komunikasi berupa gambar – gambar dan tulisan yang ada.

3.5Teknik Analisis Data

(74)
(75)

4.1. Editor ial Clekit

Karikatur Editorial Clekit Jawa Pos awalnya h

Gambar

Gambar 2.2 Model Kategori Tanda

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat diigunakan sebagai sumber acuan atau sumber kepustakaan berkenan dengan proses pembelajaran menulis teks deskripsi dan berpikir kreatif, khususya

Pungukuran arah kiblat untuk masjid-masjid di desa Padamara dengan menggunakan alat bantu GPS, qibla locator dan menggunakan alat ukur theodolit diketahui bahwa hasil

Dukungan instrumental : sebagian besar keluarga memberikan dukungan instrumental pada anak, dengan menjaga kesehatan, menjaga dari kelelahan, makan, minum, dan istirahat,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio aktivitas yang terdiri dari perputaran kas, perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap likuiditas

Evaluasi dapat dilakukan dalam dua bentuk evaluasi yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama dan di antara tahapan-tahapan tersebut. Tujuan

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja pelayanan siswa, citra institusi terhadap kepuasan siswa selama belajar di Teknik Metalurgi FT Unjani khususnya, Fakultas

Wujud dari citra sebenarnya dapat dirasakan dari hasil penelitian, penerimaan, kesadaran, dan pengertian baik semacam tanda respek dan rasa hormat dari publik

sedangkan skor Addition Test setelah minum air gula sebesar 338 lebih tinggi daripada skor Addition Test sebelum minum air gula sebesar 283 .Terdapat perbedaan