• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI PADA KELOMPOK SOSIAL ( Studi Kasus pada Surabaya Satria Club dalam Memperoleh Anggota ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI PADA KELOMPOK SOSIAL ( Studi Kasus pada Surabaya Satria Club dalam Memperoleh Anggota )."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Anggota )

SKRIPSI

Disusun oleh :

RACHMAD ROMADHONI NPM. 07.430.10.137

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Oleh :

RACHMAD ROMADHONI N P M : 074 3010 137

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji

Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

Pada tanggal 20 J uni 2013

PEMBIMBING TIM PENGUJ I 1. Ketua

Sumardjijati, Dr a, MSi Ir. Didik Tranggono, Msi NIP. 19620323 199103 2001 NIP. 195812251990011001

2. Sekr etaris

Sumardjijati, Dr a, MSi NIP. 19620323 199103 200

3. Anggota

Zainal Abidin A.S.sos, Msi, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1

M enget ahui,

WS. DEKAN

(3)

Disusun Oleh :

Rachmad Romadhoni NPM. 074 3010 137

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

SUMARDJ IJ ATI, Dra, MSi NIP: 196203231991032001

Mengetahui D E K A N

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Strategi Komunikasi Pada Kelompok Sosial ( Studi Kasus Pada Sur abaya Satr ia Club Dalam Memperoleh Anggota) “.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya meskipun penulis sudah berusaha sebaik-baiknya. Hal tersebut karena masih kurangnya ilmu, penulis bersedia menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Mengingat hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Ibu Sumardjijati, Dra, Msi. selaku Dosen Pembimbing utama dalam penelitian ini, dan ucapan terima kasih pula kepada :

1. Ibu Dra. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S. Sos., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

(5)

4. Kekasih yang paling ku cinta, Margaretha Yurike yang tak pernah lelah memberi dukungan kepada saya.

5. Rekan-rekan dari Surabaya Satria Club (SSC) yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa laporan ini dapat berguna untuk teman-teman mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi, maka saran dan kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, 15 Maret 2013 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2. ManfaatPraktis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Kajian Pustaka ... 10

2.2.1. Komunikasi ... 10

2.2.2. Strategi Komunikasi ... 14

2.2.2.1 Pengertian Strategi Komunikasi ... 14

(7)

2.2.3. Kelompok Sosial ... 27

3.6.3. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen ... 42

3.7. teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

4.1.1. Sejarah Singkat Surabaya Satria Club ... 45

4.1.2. Sifat dan Tujuan Surabaya Satria Club ... 46

4.1.3. Lokasi Surabaya Satria Club ... 46

(8)

4.1.6. Kegiatan Surabaya Satria Club (SSC)... 51

4.2. Hasil Penelitian... 53

4.2.1. Nara Sumber ... 53

4.2.2. Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club (SSC) dalam Meningkatkan Anggota ... 57

4.2.2.1. Strategi Umum ... 58

4.2.2.2. Strategi Khusus ... 65

4.3. Pembahasan ... 67

4.3.1. Komunikasi Surabaya Satria Club ... 67

4.3.2. Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club ... 68

4.3.3. Rumusan Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club 70 4.3.4. Fungsi Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 74

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

RACHMAD ROMADHONI, COMMUNICATION STRATEGY ON SOCIAL GROUP (CASE STUDY ON SURABAYA SATRIA CLUB IN ACQUIRING MEMBERS)

To research is based on phenomena development of social group motorcycle in city that are more frequent into a reality resulting from social development of the growing public heterogeneous. Doing so will cause the social implications are positive or negative, the current situation is developing in some people that social groups has become a machine producing motor generations disciplined in traffic or otherwise become a generation of anarchists, are negative. The presence of the Group motor raises social problems amid the society. Any group motor are required to be more selective in receive members. Development and existence a social group depends on the members of a social group. A goal at this research is to know strategy communication at social group case study in surabaya satria club in obtaining members.

Any group motor are required to be more selective in receive members. Development and existence a social group depends on the members of a social group. A goal at this research is to know strategy communication at social group case study in surabaya satria club in obtaining members.

The result of this research is direct communication and communication via the media. Identification ourself surabaya satria club (ssc) as social groups using analysis training. Communication strategy used surabaya satria club (ssc) in raising members, namely common strategy, creative strategy visual, media strategy print, strategy and strategies media social networks.

Drawing conclusions of this research, effective strategy of communication that is used surabaya satria club (ssc) is directly, communication met face to face it can be seen rom increasing the number of members of the results of this communication strategy.

(12)

Pada penelitian ini berdasarkan fenomena perkembangan kelompok sosial motor di kota – kota yang semakin marak menjadi sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negatif, situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa kelompok sosial motor telah menjadi mesin penghasil generasi yang disiplin dalam berlalu lintas ataupun sebaliknya menjadi generasi yang anarkis, bersifat negatif. Kehadiran kelompok motor menimbulkan permasalahan sosial ditengah – tengah masyarakat. Setiap kelompok motor dituntut untuk lebih selektif dalam menerima anggota. Perkembangan dan eksistensi suatu kelompok sosial tergantung pada anggota dari kelompok sosial tersebut. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi pada kelompok sosial studi kasus pada Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini adalah komunikasi langsung dan komunikasi melalui media. Identifikasi diri Surabaya Satria Club (SSC) sebagai kelompok sosial menggunakan analisis SWOT. Strategi komunikasi yang digunakan Surabaya Satria Club (SSC) dalam meningkatkan anggota, yaitu strategi umum, strategi kreatif, strategi media visual, strategi media cetak, dan strategi media jejaring sosial.

Simpulan dari penelitian ini, strategi komunikasi yang efektif digunakan Surabaya Satria Club (SSC) adalah komunikasi bertatap muka langsung, hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota yang bertambah hasil strategi komunikasi ini.

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang relatif murah, terjangkau untuk beberapa kalangan dan penggunaan bahan bakarnya irit serta biaya operasionalnya juga sangat rendah. Salah satu jenis sepeda motor yaitu jenis bebek, atau disebut muped, adalah jenis motor yang dahulunya adalah sepeda bertenaga pedal manusia dan setengah listrik, kini menjadi sepeda motor bertenaga bensin. Memiliki pengendalian melebihi skuter namun lebih ekonomis dari motor sport.

Satria adalah salah satu sepeda motor tercepat di katagori underbone empat tak. Motor ini diproduksi oleh Suzuki Motor Corporation. Mengusung mesin berteknologi tinggi dengan volume silinder bersih 147.3 cc, empat klep digerakkan oleh Campshaft ganda. Konfigurasi mesin seperti ini juga disebut DOHC yang biasa ditemui pada mesin mobil. Ditunjang dengan enam kecepatan tramisi, gigi rasio pendek, dan konstrukis sasis ringan menjadikan motor ini mampu melesat paling cepat dikelas underbone.

(14)

peran berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil keputusan . dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk kepda komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small group communication), jadi bersifat tatap muka. Umpan balik dari seorang peserta dalam komunikasi kelompok masih bias diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainya. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antara pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. (Mulyana Deddy, 2010)

Surabaya Satria Club adalah salah satu kelompok sosial yang beranggotakan para pengguna motor satria di Surabaya. Kelompok sosial ini beranggotakan berbagai kalangan dan jenjang usia dari remaja hingga dewasa. Kelompok sosial ini berdiri sejak tahun 2001 yang berawal dari kesamaan hobi dan aktivitas nongkrong bareng. Hingga saat ini anggota dari Surabaya Satria Club mencapai labih dari 80 anggota. Surabaya Satria Club biasa melakukan nongkrong bareng atau biasa disebut dengan Kopi Darat atau Kopdar di Taman Apsari setiap hari Rabu dan Di jalan pemuda setiap hari sabtu.

(15)

dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Berdasarkan perbandingan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua dapat disimpulkan berbanding lurus dengan pangsa pasar sepeda motor di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia. Berdasarkan data yang dihimpun dari AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), kepemilikan sepeda motor di Indonesia saat ini adalah sekitar 10 penduduk per sepeda motor. Dibandingkan dengan negara tetangga; Malaysia dan Thailand yang kepadatan sudah mencapai 3,5 orang per sepeda motor, hal itu merupakan salah satu dasar pertumbuhan kelompok sosial sepeda motor.

Sepeda motor di Indonesia tidak hanya dianggap sebagai alat transportasi, namun juga merupakan gaya hidup yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sepeda motor menjadi citra dari pemiliknya, menjadi sebuah hobi bagi pemiliknya, dan dari sinilah masyarakat dalam hal ini pemilik atau pengguna sepeda motor mulai mencari wadah atau tempat untuk menyalurkan hobinya yang kemudian membentuk kelompok-kelompok pecinta sepeda motor atau yang lebih akrab kita kenal dengan club motor. Berangkat dari sinilah kemudian muncul dan berkembangnya beragam kelompok motor dengan kareteristik atau ciri khas yang berbeda-beda.

(16)

minat. Melalui kelompok sosial, sekelompok orang berbagi nilai – nilai kognitif emosi dan mateial.

Perkembangan kelompok sosial motor di Indonesia pada saat ini semakin meluas sampai ketingkat desa, kelompok motor semakin digemari oleh masyarakat karena kelompok sosial dianggap dapat secara langsung menyalurkan hobi mereka dengan mudah dan lebih mengarah pada implikasi sosial yang lebih positif maupun negatif. Situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa kelompok motor merupakan mesin penghasil generasi yang tidak ada bedanya dengan organisasi – organisasi lainnya yaitu merupakan tempat pencarian jati diri dan aktualisasi diri.

Beberapa kareteristik kelompok sosial motor itu antara lain: ada satu kelompok sosial motor yang mengharuskan anggotanya menggunakan satu merek pabrikan saja, ada pula yang mewajibkan anggotanya dengan type sepeda motor tertentu, atau berdasarkan kapasitas mesin cc sepeda motor, ataupun mencirikan kelompok sosial mereka dengan warna-warna tertentu yang mewajibkan anggotanya menggunakan warna tertentu, kelompok sosial yang seperti itu terbentuk lebih karena fisik kendaraan yaitu sepeda motor yang sejenis, namun ada pula kelompok sosial motor yang terbentuk karena lebih mengarah atas persamaan hobi dan visi misi yang ingin di capai bersama, yaitu hobi modifikasi,

freestyle, touring, balapan maupun croos country.

(17)

kelompok sosial motor menggunakan atribut-atribut tertentu atau acessoris yang dipasangkan pada sepeda motor anggota kelompok sosial, yang menunjukkan bahwasannya mereka adalah berasal dari satu kelompok sosial tertentu.

Kelompok motor juga sebagai wadah bagi para bikers ( pecinta atau pengguna sepeda motor), yang mempunyai idialisme tinggi keselamatan berkendara dan dapat menuangkan dan ide-ide mereka dalam kelompok sosial yang diikutinya, yang kemudian dapat mengkampanyekan ide-ide tersebut dalam kehidupan masyarakat melalui wadah kelompok sosial, yang kemudian munculah istilah ”safety riding” di indonesia pada era 90-an dan dilanjutkan dengan ”Smart riding” hingga saat ini.

Berkembangnya kelompok sosial motor di kota – kota semakin marak merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negatif, situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa kelompok sosial motor telah menjadi mesin penghasil generasi yang disiplin dalam berlalu lintas ataupun sebaliknya menjadi generasi yang anarkis, bersifat negatif.

(18)

menyeluruh, tanpa bermaksud membenarkan tindakan negatif perilaku kelompok sosial motor yang tidak lepas dari faktor–faktor di luarnya.

Kehadiran kelompok motor menimbulkan permasalahan sosial ditengah – tengah masyarakat, setelah selama ini masyarakat sudah banyak dipusingkan oleh aksi seperti tawuran antar pelajar, sampai hal – hal yang menjerumus kriminal. Perilaku kelompok sosial motor dalam berkendara sebenarnya bukan hal baru. Aksi main kebut dan cenderung brutal dalam mengendarai kendaraannya sudah ada sejak 10 tahun bahkan belasan tahun yang lalu, selain itu masih banyak permasalahan oleh para kelompok sosial motor dimana safety riding / keselamatan dalam berkendara dan peraturan lalu lintas yang sama sekali tidak di terapkan oleh para kelompok sosial motor.

Berdasarkan permasalahan tersebut, setiap kelompok motor dituntut untuk lebih selektif dalam menerima anggota. Proses komunikasi yang baik memegang peranan yang sangat penting dalam suatu kelompok sosial. Komunikasi merupakan salah satu pengetahuan terpenting dalam masyarakat. Komunikasi dapat menghasilkan sebuah informasi, karena informasi menyajikan fakta, mengembangkan perasaan, dan dengan berkomunikasi bisa terjadi tukar pikiran antar anggota dengan ketua.

(19)

Terjadinya masalah yang timbul mendorong diangkatnya permasalahan untuk diselesaikan. Secara tidak langsung, strategi komunikasi dapat mempengaruhi perkembangan kelompok sosial dimasa akan datang. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini mengangkat judul “ Strategi Komunikasi pada Kelompok Sosial (Studi Kasus pada Surabaya Satria Club dalam Memperoleh Anggota) “

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana strategi komunikasi pada kelompok sosial Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi pada kelompok sosial Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota.

1.4. Manfaat Penelitian

(20)

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitan dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori komunikasi tentang strategi komunikasi pada kelompok sosial.

1.4.2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Pengembangan wawasan dan disiplin ilmu baik secara teori maupun praktek yang berhubungan dengan strategi komunikasi. Serta untuk mengetahui strategi komunikasi pada kelompok sosial studi kasus pada Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota.

b. Bagi Almamater

Tolak ukur pembelajaran dan sarana peningkatan kualitas pengajaran dimasa yang akan datang dan untuk menambah sumber bacaan dan referensi yang berkaitan dengan strategi komunikasi.

c. Bagi Subyek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan guna pencapaian efektivitas strategi komunikasi pada kelompok sosial.

d. Bagi Masyarakat

(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Ter dahulu

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Ellin Danariansari, mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta yang berjudul Strategi Komunikasi pada Komunitas Sepeda Fixed Gear

dalam Memperoleh Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas Cyclebandidos).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi kelompok yang

digunakan Komunitas Cyclebandidos, untuk mengetahui strategi komunikasi yang

dilakukan Komunitas Cyclebandidos dalam memperoleh anggota, untuk mengetahui

faktor pendukung dan hambatan komunikasi kelompok pada Komunitas

Cyclebandidos.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi yang digunakan

Komunitas Cyclebandidos ada tiga yaitu pola komunikasi vertikal, pola komunikasi

horisontal, dan pola komunikasi informal. Sedangkan dalam memperoleh anggota,

Komunitas Cyclebandidos telah menerapkan strategi komunikasi melalui tahapan

planning, implementation, dan evaluations. Saat pelaksanaan tahapan strategi

komunikasi Komunitas Cyclebandidos tidak menemui hambatan yang berarti karena

selama pelaksanaan semua kegiatan, Komunitas Cyclebandidos memperoleh banyak

(22)

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

yaitu sama-sama mengkaji strategi komunikasi pada suatu kelompok sosial dalam

memperoleh anggota. Sementara perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada obyek kajiannya, dimana penelitian ini

obyeknya adalah kelompok Cyclebandidos sedangkan dalam penelitian ini adalah

Surabaya Satria Club.

2.2. Ka jian Pustaka

2.2.1. Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata

Latin communis yang berarti “sama”, comminico, communication, atau communicare

yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) yang

paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari

kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu

makna, atau pesan yang dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer

menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti

dalam kalimat “kita berbagi pikiran,” “kita mendiskusikan makna,” dan “ kita

mengirimkan pesan.” (Mulyana Deddy, 2010)

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun

yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya

untuk menjelaskan suatu fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya.

(23)

pesan melalui media elektronik,” atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah

interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga para peserta komunikasi ini

mungkin termasuk hewan, tanaman, dan bahkan jin.

Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “berbagi pengalaman”. Sampai

batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam

pengertian berbagi pengalaman. (Mulyana Deddy, 2010)

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : Upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan

pendapat dan sikap.

Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu

komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan

pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam

kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.

Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri,

hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain

(communiacation is the process to modify the behavior of other individuals).

Jadi berdasarkan paradigm Laswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.(Effendy, 2005)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa

(24)

Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran kemarahan,

keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain

tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang manyampaikan

perasaannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan

berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang didasari;

sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan

tidak terkontrol.

Pikiran bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu oleh

Walter Lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut

Bewustseinsinhalte. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar

“gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti,

diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan.(Effendy, 2005)

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau

perasaan seseorang kepada orang lain dan menggunakan lambang (symbol)

sebagai media.

b. Proses Komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media

(25)

Berdasarkan uaraian tersebut dapat disusun suatu ikhtisar mengenai lingkup ilmu

komunikasi ditinjau dari sebagai berikut:

1. Komponen Komunikasi

a. Komunikator (communicator)

b. Pesan (message)

c. Media (media)

d. Komunikan (communicant)

e. Efek (effect)

2. Proses komunikasi

a. Proses secara primer

b. Proses secara sekunder

3. Sifat Komunikasi

a. Tatap muka (face-to-face)

b. Bermedia (mediated)

c. Verbal (verbal)

1. Lisan (oral)

2. Tulisan / cetak (written / printed)

d. Nonverbal (non-verbal)

1. Kial / isyarat badaniah (gestural)

2. Bergambar (pictoral)

4. Teknik Komunikasi

(26)

b) Komunikasi persuasif (persuasive communication)

c) Hubungan instruktif / koersif (instructive / coercive communication)

d) Hubungan manusiawi (human relations)

5. Tujuan Komunikasi

a) Perubahan sikap (attitude change)

b) Perubahan pendapat (opinion change)

c) Perubahan perilaku (behavior change)

d) Perubahan sosial (social change)

6. Fungsi Komunikasi

a) Menyampaikan informasi (to inform)

b) Mendidik (to educate)

c) Menghibur ( to entertain)

d) Mempengaruhi (to influence)

(Effendy, 2005)

2.2.2. Str ategi komunikasi

2.2.2.1.Penger tian Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

(management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut,

strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja,

(27)

Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan

komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi

komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus

dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu

bergantung dari situasi dan kondisi.

Strategi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan

komunikasi secara efektif. Dengan demikian, strategi komunikasi, baik secara makro

(plammed multi-media strategi) maupun secara mikro (single communication medium

strategi) mempunyai fungsi ganda (Effendy, 2003) :

a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan

instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.

b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan

dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan

merusak nilai-nilai budaya.

Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi

harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan

pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang sudah

diketengahkan oleh para ahli, tetapi untuk strategi komunikasi teori yang memadai

(28)

oleh Horald D. Lasswell yaitu cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan

komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To

Whom With What Effect?” komponen komunikasi yang berkolerasi secara fungsional

pada paradigma Lasswell itu merupakan jawaban pertanyaan yang diajukan.

(Effendy, 2003)

1. Who (Komunikator)

Dalam proses komunikasi ada komunikator, yaitu orang yang mengirim dan

menjadi sumber informasi dalam segala situasi. Penyampaian informasi yang

dilakukan dapat secara sengaja maupun tidak sengaja.

2. Says What (Pesan)

Komunikator menyampaikan pesan-pesan kepada sasaran yang dituju. Pesan

yaitu sesuatu yang dikirimkan atau yang disampaikan. Pesan yang disampaikan

dapat secara langsung maupun tidak langsung dan dapat bersifat verbal maupun

non verbal.

3. In Which Channel (Media yang digunakan)

Dalam menyampaikan pesan-pesannya, komunikator harus menggunakan media

komunikasi yang sesuai keadaan dan pesan disampaikan. Adapun media adalah

sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh

(29)

4. To Whom (Komunikan)

Komunikan merupakan individu atau kelompok tertentu yang merupakan sasaran

pengiriman seseorang yang dalam proses komunikasi ini sebagai penerima pesan,

Dalam hal ini komunikator harus cukup mengenal komunikan yang dihadapinya

sehingga nantinya diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal dari pesan yang

disampaikan.

5. With What Effect (Efek)

Efek adalah respon, tanggapan atau reaksi komunikasi ketika ia atau mereka

menerima pesan dari komunikator. Sehingga efek dapat dikatakan sebagai akibat

dari proses komunikasi.

Dengan berpolakan formula Lasswell itu, komunikasi didefinisikan sebagai

“proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu

media yang menimbulkan efek”.(Effendy, 2003)

2.2.2.2.Per umusa n Str ategi

Dalam perumusan strategi khalayak memiliki kekuatan penangkal yang

bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri dan

kelompoknya. Di samping itu khalayak tidak hanya dirangsang oleh hanya satu pesan

saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan. Artinya terdapat juga

kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang dari sumber (komunikator) lain

(30)

yang diharapkan menimbulkan efek atau perubahan pada khalayak bukanlah

satu-satunya “kekuatan”, melainkan, hanya satu di antara semua kekuatan pengaruh yang

bekerja dalam proses komunikasi, untuk mencapai efektivitas. (Arifin, 1994)

Jadi efek tidak lain dari paduan sejumlah kekuatan yang bekerja dalam

keseluruhan proses komunikasi. Justru itu, maka pesan sebagai satu-satunya yang

memiliki oleh komunikator harus mampu mengungguli semua kekuatan yang ada

untuk menciptakan efektivitas. kekuatan pesan ini, dapat didukung oleh metode

penyajian, media dan kekuatan kepribadian komunikator sendiri. Suatu strategi

adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan

guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain

diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan

situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah

mengenal khalayak dan sasaran. Kemudian berdasarkan pengenalan dan komunikator

yang dipilih, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini dimaksudkan selain

agar kekuatan penamgkal yang dimiliki khalayak dapat “dijinakkan”, juga untuk

mengalahkan kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang berasal dari sumber

(komunikator) lain. Cara ini merupakan persuasi dalam arti yang sesungguhnya.

(Arifin, 1994)

a) Menyusun Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam

(31)

utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu

mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.

Perhatian adalah pengamanan yang terpusat. Dengan demikian awal dari suatu

efektivitas dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap

pesan - pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA Procedureatau from

Attention to Action procedure. Artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk

selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action)

sesuai tujuan yang dirumuskan. Selain AA procedure dikenal juga rumus klasik

AIDDA sebagai adoption proses, yaitu Attention, Interst, Desire, Decision dan

Action. Artinya dimulai dengan membangkitkan perhatian (Attention), kemudian

menumbuhkan minat dan kepentingan (Interest), sehingga khalayak memiliki hasrat

(Desire) untuk menerima pesan yang dirangsangkan oleh komunikator, dan akhirnya

diambil keputusan (Decision) untuk mengamalkannya dalam tindakan (Action). Jadi

proses tersebut, harus bermula dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak

menarik perhatian, tidak akan menciptakan efektivitas. Dalam masalah ini, Wilbur

Schramm mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut (Arifin, 1994)

sebagai berikut : (Arifin, 1994)

1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu

dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.

2. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman

(32)

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan

menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.

4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak

bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk

memberikan jawaban yang dikehendaki.

Hal lain yang menyangkut menarik perhatian khalayak, Wilbur Schramm

selanjutnya mengemukakan apa yang disebut dengan Availability (mudahnya

diperoleh) dan Contrast (kontras) kedua hal ini adalah menyangkut dengan

penggunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan penggunaan

medium. (Arifin, 1994)

1. Availability, berarti isi pesan itu mudah diperoleh sebab dalam persoalan yang

sama orang selalu memilih yang paling mudah, yaitu yang tidak terlalu banyak

meminta energi atau tenaga.

2. Contrast, berarti pesan itu, dalam hal menggunakan tanda-tanda dan medium

memiliki perbedaan yang tajam dengan keadaan sekitarnya.

b) Menetapkan Teknik

Dalam dunia komunikasi pada teknik penyampaian atau mempengaruhi itu

dapat dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaan dan meurut bentuk

isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang petama, semata-mata

(33)

isi pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk

pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang

pertama menurut cara pelaksanaanya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu

redundancy (repetition) dan Canalizing. Sedang yang kedua menurut bentuk isinya

dikenal teknik-teknik : informatif, persuasif, edukatif, dan koersif. (Arifin, 1994)

1. Redundancy (Repetition)

Redundancy atau retition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan

mengulang-ngulang pesan kepada khalayak. Dengan teknik ini sekalian banyak

manfaat yang dapat di tarik darinya. Manfaat itu atara lain bahwa khalayak akan lebih

memperhatikan pesan itu, karana justru berkontras dengan pesan yang tidak

diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.

2. Canalizing

Canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok tarhadap

individu atau khalayak. Untuk berhasilnya komunikasi ini, maka haruslah dimulai

dari memenuhi nilai-nilai dan standard kelompok dan masyarakat dan secara

berangsur-angsur merubahnya ke arah yang dikehendaki. Akan tetapi bila hal ini

kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara perlahan-lahan

dipecahkan, sehingga anggota-anggota kelompok itu sudah tidak memiliki lagi

(34)

akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan

mudak diterima oleh komunikan.

3. Informatif

Teknik Informatif adalah suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan

mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan berarti

menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan

data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Atau seperti ditulis oleh

Jawoto (Arifin, 1994) :

a) Memberikan informasi tentang fakta semata-mata, juga fakta bersifat

kontropersial, atau

b) Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah pendapat.

Teknik informatif ini, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak,

dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa : keterangan, penerangan, berita dan

sebagainya.

4. Persuasif

Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini

khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya. Perlu

diketahui, bahwa situasi mudah terkena sugesti ditentukan oleh : kecakapan untuk

(35)

mereka itu sendiri diliputi oleh keadaan mudah untuk menerima pengaruh

(suggestibilitas). Jadi di pihak menugesti khalayak, dan menciptakan situasi

bagaimana khalayak itu supaya mudah terkena sugesti, adalah proses kental sebagai

hasil penerimaan yang tidak kritis dan di realisasikan dalam perbuatan kepercayaan

atau cita-cita yang dipengaruhi orang lain.

5. Edukatif

Teknik edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu

pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang akan

berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta, dan pengalaman-pengalaman. Mendidik

berarti memberikan sesuatu ide kepada khalayak apa sesungguhnya, di atas

fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi

kebenaran, dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah

laku manusia ke arah yang diinginkan.

6. Koersif

Koersif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Teknik

koersif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan,

perintah-perintah dan intimidasi-intimidasi. Untuk pelaksanaanya yang lebih lancer biasanya

(36)

c. Penggunaan Media

Penggunaan medium sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut

pengaruh khalayak adalah suatu hal yang merupakan keharusan, sebab media dapat

menjangkau khalayak yang cukup besar. Media merupakan alat penyalur, juga

mempunyai fungsi sosial yang kompleks. Sebagaimana dalam menyusun pesan dari

suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti

menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam

penggunaan media pun, harus demikian pula. Justru itu selain kita harus berfikir

dalam jalinan faktor-faktor komunikasi sendiri juga harus dalam hubungannya

dengan situasi sosial-psikologis, harus diperhitungkan pula. Hal ini karena

masing-masing medium tersebut mempunyai kemampuan dan kelemahan-kelemahan

tersendiri sebagai alat. (Arifin, 1994)

2.2.2.3.Fungsi Str ategi Komunikasi

1) Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya bertujuan to secure understanding, memastikan

bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat

mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish

acdeptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan(to motivate action).

2) Kolerasi Antarkomponen dalam Strategi Komunikasi

Komunikasi merupakan proses yang rumit. Dalam rangka menyusun strategi

(37)

pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu

diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan

penghambat pada setiap komponen tersebut. Kita mulai secara berturut-turut dari

komunikan sebagai sasaran komunikasi, media, pesan, dan komunikator.

1. Mengenali Sasaran Komunikasi

a) Faktor kerangka referensi

Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil

dari penduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial,

ideologi, cita-cita dan sebagainya.

b) Faktor situasi dan kondisi

Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah,

sedih, bingung, sakit, atau lapar. Dalam menghadapi komunikan dengan

kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan komunikasi kita

sampai datangnya suasana yang menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula

kita harus melakukannya pada saat itu juga. Disini faktor manusiawi sangatlah

penting.

2. Pemilihan Media Komunikasi

Media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai

yang modern yang dewasa ini banyak dipergunakan. Bisa menyebut umpamanya

kentongan, bedug, pagelaran kesenian, surat, papan pengumuman, telepon, telegram,

(38)

umumnya dapat diklarifikasikan sebagai media tulisan atau cetakan, visual, aural, dan

audio-visual.

3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan

teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik

instruksi. Apapun tekniknya, pertama komunikasi harus mengerti pesan komnikasi

itu.

4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi

a) Daya Tarik Sumber

Seseorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu

mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik

jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya.

Dengan kata lain perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara

komunikator dengannya sehingga bersedia taat pada isi pesan yang

dilancarkan oleh komunikator.

b) Kredibilitas Sumber

Seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap

empatik (emphaty), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan

dirinya kepada orang lain. Dengan lain perkataan, dapat merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika

ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung,

(39)

2.2.3. Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama

akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota

masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_sosial)

Kriteria himpunan manusia dapat disebut kelompok sosial menurut Soerjono

Soekanto:

1.Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari

kelompok yang bersangkutan.

2.Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang

lainnya. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara

mereka bertambah erat, misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang sama,

tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain.

3.Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

4.Bersistem dan berproses.

2.2.3.1.Or ganisasi sosial

Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,

baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi

sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

(40)

sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

Berdasarkan sifat resmi tidaknya, dikenal ada dua jenis organisasi sebagai berikut :

a)Organisasi Formal

Organisasi formal sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang

resmi, serta perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.

Contohnya : OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak

Bola Seluruh Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain.

b)Organisasi Informal

Karena sifatnya tidak resmi, pada organisasi ini kadangkala struktur organisasi

tidak begitu jelas/bahkan tidak ada. Begitu juga dengan perencanaan dn

program-program yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan

tegas, kadang-kadang terjadi secara spontanitas. Contohnya : kelompok pecinta

puisi disekolah, fans club suatu grup musik, dan lain sebagainya.

2.2.3.2.Per tumbuhan dan Per kembangan Kelompok

Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan

kelompok adalah sebagai berikut:

(http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok)

1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik bila:

a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru.

b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peranbaru sesuai dengan

(41)

c) Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma

dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu.

2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk

a) Menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan

bersama.

b) membina dan memperluas pola.

c) Terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan

dan kemampuannya.

Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh

bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian

perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain :

1. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya

perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian

hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling

mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.

2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan

yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam

kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam

menjalankan fungsi kelompok.

3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah

(42)

kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan

pembubaran kelompok.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok)

2.2.4. Sepeda Motor

Sepeda Motor adalah kendaraan beroda duayang ditenagai oleh sebuah mesin.

Rodanya sebaris dan pada kecepatan tinggi sepeda motor tetap tidak terbalik dan

stabil disebabkan oleh gaya giroskopik; pada kecepatan rendah pengaturan

berkelanjutan setangnya oleh pengendara memberikan kestabilan.

Motor banyak variasinya: beberapa motor dilengkapi dengan papan kaki dan

bukan "gagang injekan", seperti motor Tiongkok, dan mobil samping dan juga beroda

tiga, yang biasa disebut sebagai trike.

Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang

relatif murah, terjangkau untuk beberapa kalangan dan penggunaan bahan

bakarnya irit serta biaya operasionalnya juga sangat rendah. Pada

periode lebaran sepeda motor digunakan mudik untuk perjalanan jarak jauh, dari

Jakarta sampai ke Jawa Timur, Lampung. Hal ini disebabkan karena dengan

menggunakan sepeda motor akan lebih menekan biaya perjalanan, di samping itu bila

sudah sampai di kampung halaman dapat digunakan sebagai kendaraan yang efektif.

Jenis – jenis Motor :

a) Cruiser, jenis motor ini biasanya memiliki posisi stang yang tinggi, posisi kaki

(43)

menciptakan kenyamanan ergonomika pada pengemudi. Motor Cruiser memiliki

daya belok yang terbatas karena desainnya.

b) Dual Sport, memiliki posisi mesin yang tinggi, ban dengan permukaan khusus

untuk melewati berbagai macam medan dan posisi stang yang dibuat supaya dapat

dikelndalikan dengan mudah saat melewati ringtangan.Motor jenis ini memiliki

settingan mesin yang berfokus pada tenaga pada putaran bawah dan tenaga mesin

difokuskan pada gigi-gigi yang lebih rendah seperti gigi 1 dan 2. Bobot pun

dibuat seringan mungkin demi mengembangkan kemampuan menjelajahi

berbagai medan.

c) Touring, jenis motor yang digunakan untuk kenyamanan pada perjalanan jauh.

Kebanyakan motor touring memiliki fitur-fitur mewah seperti GPS, TV, Radio,

kursi penumpang yang besar, dan lemari yang banyak.

d) Skuter, motor berukuran kecil yang memiliki konsumsi bensin yang baik dan

kelincahan dalam menyelip lalu lintas.

e) Bebek, atau disebutnya moped, adalah jenis motor yang dahulunya adalah sepeda

bertenaga pedal manusia dan setengah listrik, kini menjadi sepeda motor

bertenaga bensin. Memiliki pengendalian melebihi skuter namun lebih ekonomis

dari motor sport.

f) Motor sport, jenis motor yang memiliki performa dan pengendalian yang lebih.

Posisi mengemudi pun difokuskan untuk menjaga titik gravitasi supaya

(44)

g) Sport Touring, Gabungan anatara touring dan sport, motor sport touring adalah

motor sport yang masih memiliki faktor-faktor kenyamanan.

h) Sepeda motor listrik, merupakan kendaraan yang sama sekali tidak menggunakan

bensin. Beberapa warga negara Indonesia sudah lama menggunakan sepeda motor

jenis ini, baik untuk keperluan pribadi maupun usaha.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_motor)

2.3. Kerangka Ber fikir

Surabaya Satria Club adalah salah satu kelompok sosial yang beranggotakan

para pengguna motor satria di Surabaya. Kelompok ini beranggotakan berbagai

kalangan dan jenjang usia dari remaja hingga dewasa. Kelompok ini berdiri sejak

tahun 2001 yang berawal dari kesamaan hobi dan aktivitas nongkrong bareng.

Setiap kelompok sosial selalu ingin mengembangkan kelompoknya, untuk

selalu dapat mengembangkan kelompok tentu harus dapat meningkatkan komunikasi

di dalam kelompoknya. Diperlukan suatu strategi komunikasi yang baik untuk

mencapai tujuan dalam sebuah kelompok.

Keberadaan kelompok Surabaya Satria Club sebagai sebuah kelompok Sepeda

Satria pertama di Surabaya sangat memberikan pengaruh. Keberadaan kelompok

Surabaya Satria Club ini memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan

subkultur sepeda Satria di Surabaya seiring penggunaan sepeda Suzuki Satria 2

Stroke atau 4 Stroke sebagai tren di kalangan masyarakat Surabaya. Secara mandiri

(45)

dari nongkrong, ngopi hingga terbentuklah sebuah kelompok sosial. Masyarakat

umum biasanya memenuhi keinginan mereka untuk memiliki sepeda dengan cara

membeli sepeda jadi yang sekarang menjadi tren atau sebuah gaya hidup dengan

memiliki sepeda motor Suzuki Satria FU 150. Anak muda maupun yang sudah

dewasa tergabung dalam komunitas Surabaya Satria Club ini justru memilih sebuah

kelompok sosial ini dikarenakan mereka sudah melihat Surabaya Satria Club sebelum

mereka mempunyai sepeda motor Satria 2 Stroke atau 4 Stroke. Dengan alasan

mereka bergabung dengan alasan ingin menambah teman ataupun menambah ilmu

dan pengalaman dengan cara saling bertukar pikiran.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori Strategi Komunikasi untuk

mendapatkan anggota. Di dalam buku R. Wayne Pace, brent D. Peterson, dan M.

Dallas Burnett yang berjudul. Techniques for Effective Communication, menyatakan

bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri dari ; to secure understanding,

memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah

dapat mengerti dan menerimanya, maka penerimanya itu harus dibina (to establish

acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan(to motivate action).

Dengan demikian, orang yang menyampaikan pesan, yaitu komunikator, ikut

menentukan keberhasilanya komunikasi. Dalam hubungan ini faktor source

creadibility komunikator memegang peranan yang sangat penting. Istilah kredibilitas

ini adalah istilah yang menunjukkan nilai terpadu dan keahlian dan kelayakan

dipercaya (a term denoting the resultant value expertness and trust worthniess).

(46)

apa yang dikatakan oleh Aristoteles – dan hingga kini tetap dijadikan pedoman –

adalah good sense, good moral, and good character, dan kemudian oleh para

cendikiawan modern diformulasikan menjadi itikad baik (good intentions).

Kelayakan untuk dipercaya (trustworthniess), serta kecakapan atau keahlian

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. J enis penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berarti metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.

Penelitian ini menggunakan Case Study / Studi Kasus, yaitu metode yang dipergunakan dengan tujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Obyeknya adalah keadaan kelompok-kelompok dalam masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat, maupun individu-individu dalam masyarakat. (Sri W. dan Sutapa Mulya, 2007)

(48)

masa sekarang. Metode ini menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi ; menyelidiki dengan teknik survey, interview, angket, observasi, atau dengan teknik test ; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional. Bisa disimpulkan bahwa metode deskriptif ini ialah metode yang menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.

(49)

1. Menjelaskan setiap langkah penyelidikan deskriptif itu dengan teliti dan terperinci, baik mengenai dasar-dasar metodologi maupun mengenai detail teknik secara khusus.

2. Menjelaskan prosedur pengumpulan data, serta pengawasan dan penilaian terhadap data itu.

3. Memberi alasan yang kuat mengapa dalam metode deskriptif tersebut penyelidik mempergunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya. (Winarno, 1994)

Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984:5). Penelitian kualitatif yang berakar dari ‘paradigma interpretatif’ pada awalnya muncul dari ketidakpuasan atau reaksi terhadap ‘paradigma positivist’ yang menjadi akar penelitian kuantitatif. Dipandang dari sudut pendekatan dan proses penelitiannya, penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus sebagai berikut :

1. Bersifat induktif

2. Melihat pada setting dan manusia sebagai suatu kesatuan.

3. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri (sudut pandang yang diteliti)

4. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian.

(50)

7. Semua aspek kehidupan sosial dan manusia dianggap berharga dan penting untuk dipahami karena dianggap bersifat spesifik dan unik. (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2006)

Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry (inkuiri alamiah). Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiknya sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar. Karakteristik Penelitian Kualitatif yaitu :

a. Setting/latar alamiah atau wajar dengan konteks utuh (holistik). b. Instrumen penelitian berupa manusia (human instrument). c. Metode pengumpulan data observasi sebagai metode utama. d. Analisis data secara induktif.

e. Proses lebih berperanan penting daripada hasil. f. Penelitian dibatasi oleh fokus.

g. Desain penelitian bersifat sementara. h. Laporan bernada studi kasus.

i. Interpretasi ideografik.

(51)

Dalam sebuah penelitian harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori yang telah dijabarkan oleh para ahli, tetapi untuk penelitian ini teori yang memadai dan baiknya untuk mendukung penelitian ini adalah apa yang dikemukakkan oleh Horald D. Lasswell dalam buku Effendy 2003.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Surabaya, yang bertempat di jalan Balai pemuda. Tempat berkumpulnya Surabaya Satria Club yang berada di seberang SMA 6 Surabaya. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan pada waktu Surabaya Satria Club berkumpul, yaitu setiap hari sabtu pada pukul 22.15 - 00.00 WIB.

.

3.3. Obyek Penelitian

(52)

dengan menetapkan strategi komunikasi yang digunakan, beserta rumusan dan fungsi dari strategi komunikasi tersebut.

3.4. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian kualitatif ini menggunakan nara sumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru penelitian. Subyek dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk menghasilkan teori.

Dalam penelitian kualitatif ini, teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan untuk menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti dan mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.

Sanafiah Faisal (1990) dengan mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sumber data awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.

(53)

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai utuk dimintai informasi. 4. Mereka tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber. (Sugiono, 2010)

Jadi, penentuan narasumber dalam penelitian kualitatif dilakukan saat mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu, memilih ketua, sekretaris, dan humas sebagai nara sumber dan informan utama.

3.5. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini didapat dari segala data yang didapat dari hasil wawancara. Mendapatkan informasi dari nara sumber, yaitu seperti senior atau ketua dari kelompok tersebut. Disitu mereka-lah yang paling turut andil dan bertanggung jawab dalam memperoleh anggota.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

3.3.1 Wawancara

(54)

menggunakan panduan pertanyaan yang telah dirancang dan pihak yang diwawancarai akan diusahakan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.

3.3.2 Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung objek yang diteliti, antara lain:

1. Pengamatan dilakukan terhadap strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengurus dan anggota komunitas ini dalam memperoleh anggota baru.. Adapun jadwal pengamatan dilakukan setiap hari Rabu dan Sabtu setiap komunitas ini melakukan kopi darat selama bulan Januari hingga Mei. 2. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan Surabaya Satria Club (SSC)

dalam melaksanakan strategi komunikasinya. 3.3.3 Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen

Dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen internal Surabaya Satria Club (SSC), antara lain struktur organisasi, Anggaran Dasar dan Rumah Tangga, dan media-media yang digunakan serta gambar kegiatan Surabaya Satria Club (SSC).

3.7. Teknik Analisis Data

(55)

penuliasan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisi data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah pengumpulan data.

1. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setela masuk dan selama dilapangan.

2. Analisis data di lapangan model Miles and Huberman

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlagsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka akan melakukan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang kredibel. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

a. Data reduction

(56)

b. Data display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan, yang paling sering digunakan untuk menyajkan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan text yang bersifat naratif.

c. Conclision drawing/verification.

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Ga mbar an Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Sur abaya Satr ia Club (SSC)

Surabaya Satria Club (SSC) adalah club otomotif (sepeda motor) yang berdiri

sejak 6 Oktober 2001, dipelopori oleh dua orang yaitu Bapak Eko dan Bapak Rudi.

Bermula dari kesamaan hobi akan senangnya berkumpul bersama dengan

membicarakan masalah otomotif terutama masalah sepeda motor Suzuki Satria,

berdirilah komunitas ini. Dengan beranggotakan 15 orang pada tahun 2001,

komunitas ini berdiri mengusung ciri yang sama, yaitu memiliki sepeda motor Suzuki

Satria. Sejak awal berdiri, komunitas ini sudah melakukan banyak kegiatan-kegiatan,

diantaranya adalah Kopi Darat, menghadiri acara-acara otomotif, dan turing hingga

keluar wilayah Jawa Timur.

Hingga saat ini Surabaya Satria Club (SSC) telah melakukan pergantian ketua

atau keperiodaan pengurus sebanyak lima kali. Bapak Erwin, merupakan ketua

pertama yang ditunjuk untuk memimpin Surabaya Satria Club (SSC) pertama kali.

Dengan lama periode kepengurusan selama dua tahun, setiap ketua beserta

pengurusnya diharapkan menghasilakan program-program kerja melalui seluruh

rangkaian kegiatan-kegiatan Surabaya Satria Club (SSC).

Komunitas sosial ini telah dikenal luas baik dalam skala Jawa Timur maupun

(58)

Surabaya Satria Club juga merupakan club yang resmi dibawah naungan Suzuki Indo

Jakarta Motor Gemilang (IJMG) yang merupakan Distributor Indomobil Niaga

Internasional diwilayah Jawa Timur dan sekitarnya. Organisasi ini juga telah terdaftar

resmi di notaris, serta terdaftar juga sebagai anggota di Suzuki Motor Club (SMC)

Jawa Timur dan Satria Club Indonesia (SCI). Induk kepengurusan organisasi ini

berada di Surabaya

4.1.2. Sifat dan Tujuan Sur abaya Satr ia Club (SSC)

Organisasi Surabaya Satria Club bersifat independen. Surabaya Satria Club

bertujuan untuk membina watak dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan secara

kekeluargaan serta mewujudkan kerjasama dan jiwa pengabdian kepada masyarakat,

memupuk rasa tanggung jawab dan daya cipta yang dinamis juga mengembangkan

rasa kesetiaan bangsa dan Negara.

4.1.3. Lokasi Sur abaya Satr ia Club (SSC)

Kedudukan kesekretariatan Surabaya Satria Club berada di jalan Jagir

Sidoresmo Gg. 7 No. 72, Surabaya. Melakukan kopi darat rutin pada:

1. Hari Rabu pukul 21.00 WIB di Taman Apsari, Surabaya.

(59)

4.1.4. Str uktur Or ganisasi

Susunan organisasi tingkat pusat diurus oleh pengurus pusat yang

berkedudukan di Surabaya. Struktur organisasi perusahaan adalah kerangka yang

menunjukkan segenap fungsi dan pekerjaan, hubungan antara fungsi, fungsi yang ada

beserta wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing komponen dalam

organisasi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi, maka akan tampak adanya

pembagian tugas dan tanggung jawab serta adanya pemisahan fungsi-fungsi. Adapun

bagan struktur organisasi dari Surabaya Satria Club dapat dilihat pada gambar 4.1.

Sumber: Data Internal, 2013

Gambar 4.1.

(60)

Fungsi utama pada susunan organisasi ini adalah menampung dan mengolah

serta menyalurkan keinginan – keinginan para anggota. Membuat usaha dan kegiatan

untuk menjga keutuhan organisasi – organisasi Surabaya Satria Club

4.1.5. Deskr ipsi Peker jaan

Berikut merupakan penjelasan rinci tugas dan wewenang masing-masing bagian yang

ada di Surabaya Satria Club (SSC):

1. Ketua

a. Memimpin organisasi dengan baik dan bijaksana.

b. Mengkoordinasi semua pengurus.

c. Menetapkan kebijaksanaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan oleh

pengurus.

d. Memimpin Rapat Rutin Organisasi.

e. Menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan berdasarkan

musyawarah dan mufakat.

f. Setiap saat mengevaluasi kegiatan pengurus.

g. Menandatangani setiap surat yang dikeluarkan oleh Sekretaris.

h. Memberikan laporan pertanggungjawaban pada Rapat Umum Anggota di

akhir masa jabatannya.

2. Wakil Ketua

a. Bersama-sama Ketua Umum menetapkan kebijaksanaan.

Gambar

Gambar 4.1.
TABEL PELAKSANAAN ASPEK KOMUNIKASI

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis di atas, untuk kemampuan mengelaborasi konsep fisika diperoleh skor tertinggi yaitu 43 yang dijadikan sebagai skor ideal dalam penelitian ini

Stratum A ( A-storey ), yaitu lapisan tajuk (kanopi) hutan paling atau yang dibentuk oleh pepohonan yang tingginya lebih dari 30 m, dengan tajuk yang lebar dan

Berdasarkan gambaran dari analisis terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 tentang Partai

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar penurunan dan efektifitas penurunan kandungan logam berat Fe dan Cr pada air lindi TPA Tlekung,

Bez poznavanja i primjene kriminalističkih vještina i znanja, efikasnost otkrivanja krivičnih djela i izvršilaca porezne utaje, kao i obezbjeđenje neophodnih dokaza, u

Conservatoir Beslag ialah untuk menyimpan hak seseorang. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga supaya Penggugat tidak dirugikan oleh perbuatan Tergugat. Yahya Harahap, 1993,

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya pada perusahaan yang menetapkan pemilihan metode

Observasi, untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar siswa dilakukan pada waktu anak belajar dengan penerapan Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing