Anggota )
SKRIPSI
Disusun oleh :
RACHMAD ROMADHONI NPM. 07.430.10.137
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Oleh :
RACHMAD ROMADHONI N P M : 074 3010 137
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji
Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada tanggal 20 J uni 2013
PEMBIMBING TIM PENGUJ I 1. Ketua
Sumardjijati, Dr a, MSi Ir. Didik Tranggono, Msi NIP. 19620323 199103 2001 NIP. 195812251990011001
2. Sekr etaris
Sumardjijati, Dr a, MSi NIP. 19620323 199103 200
3. Anggota
Zainal Abidin A.S.sos, Msi, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1
M enget ahui,
WS. DEKAN
Disusun Oleh :
Rachmad Romadhoni NPM. 074 3010 137
Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
SUMARDJ IJ ATI, Dra, MSi NIP: 196203231991032001
Mengetahui D E K A N
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Strategi Komunikasi Pada Kelompok Sosial ( Studi Kasus Pada Sur abaya Satr ia Club Dalam Memperoleh Anggota) “.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya meskipun penulis sudah berusaha sebaik-baiknya. Hal tersebut karena masih kurangnya ilmu, penulis bersedia menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
Penyelesaian skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Mengingat hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Ibu Sumardjijati, Dra, Msi. selaku Dosen Pembimbing utama dalam penelitian ini, dan ucapan terima kasih pula kepada :
1. Ibu Dra. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S. Sos., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Kekasih yang paling ku cinta, Margaretha Yurike yang tak pernah lelah memberi dukungan kepada saya.
5. Rekan-rekan dari Surabaya Satria Club (SSC) yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa laporan ini dapat berguna untuk teman-teman mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi, maka saran dan kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Surabaya, 15 Maret 2013 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
ABSTRAK ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.4.1. Manfaat Teoritis ... 8
1.4.2. ManfaatPraktis ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Kajian Pustaka ... 10
2.2.1. Komunikasi ... 10
2.2.2. Strategi Komunikasi ... 14
2.2.2.1 Pengertian Strategi Komunikasi ... 14
2.2.3. Kelompok Sosial ... 27
3.6.3. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen ... 42
3.7. teknik Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45
4.1.1. Sejarah Singkat Surabaya Satria Club ... 45
4.1.2. Sifat dan Tujuan Surabaya Satria Club ... 46
4.1.3. Lokasi Surabaya Satria Club ... 46
4.1.6. Kegiatan Surabaya Satria Club (SSC)... 51
4.2. Hasil Penelitian... 53
4.2.1. Nara Sumber ... 53
4.2.2. Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club (SSC) dalam Meningkatkan Anggota ... 57
4.2.2.1. Strategi Umum ... 58
4.2.2.2. Strategi Khusus ... 65
4.3. Pembahasan ... 67
4.3.1. Komunikasi Surabaya Satria Club ... 67
4.3.2. Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club ... 68
4.3.3. Rumusan Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club 70 4.3.4. Fungsi Strategi Komunikasi Surabaya Satria Club 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73
5.2. Saran ... 74
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
RACHMAD ROMADHONI, COMMUNICATION STRATEGY ON SOCIAL GROUP (CASE STUDY ON SURABAYA SATRIA CLUB IN ACQUIRING MEMBERS)
To research is based on phenomena development of social group motorcycle in city that are more frequent into a reality resulting from social development of the growing public heterogeneous. Doing so will cause the social implications are positive or negative, the current situation is developing in some people that social groups has become a machine producing motor generations disciplined in traffic or otherwise become a generation of anarchists, are negative. The presence of the Group motor raises social problems amid the society. Any group motor are required to be more selective in receive members. Development and existence a social group depends on the members of a social group. A goal at this research is to know strategy communication at social group case study in surabaya satria club in obtaining members.
Any group motor are required to be more selective in receive members. Development and existence a social group depends on the members of a social group. A goal at this research is to know strategy communication at social group case study in surabaya satria club in obtaining members.
The result of this research is direct communication and communication via the media. Identification ourself surabaya satria club (ssc) as social groups using analysis training. Communication strategy used surabaya satria club (ssc) in raising members, namely common strategy, creative strategy visual, media strategy print, strategy and strategies media social networks.
Drawing conclusions of this research, effective strategy of communication that is used surabaya satria club (ssc) is directly, communication met face to face it can be seen rom increasing the number of members of the results of this communication strategy.
Pada penelitian ini berdasarkan fenomena perkembangan kelompok sosial motor di kota – kota yang semakin marak menjadi sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negatif, situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa kelompok sosial motor telah menjadi mesin penghasil generasi yang disiplin dalam berlalu lintas ataupun sebaliknya menjadi generasi yang anarkis, bersifat negatif. Kehadiran kelompok motor menimbulkan permasalahan sosial ditengah – tengah masyarakat. Setiap kelompok motor dituntut untuk lebih selektif dalam menerima anggota. Perkembangan dan eksistensi suatu kelompok sosial tergantung pada anggota dari kelompok sosial tersebut. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi pada kelompok sosial studi kasus pada Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini adalah komunikasi langsung dan komunikasi melalui media. Identifikasi diri Surabaya Satria Club (SSC) sebagai kelompok sosial menggunakan analisis SWOT. Strategi komunikasi yang digunakan Surabaya Satria Club (SSC) dalam meningkatkan anggota, yaitu strategi umum, strategi kreatif, strategi media visual, strategi media cetak, dan strategi media jejaring sosial.
Simpulan dari penelitian ini, strategi komunikasi yang efektif digunakan Surabaya Satria Club (SSC) adalah komunikasi bertatap muka langsung, hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota yang bertambah hasil strategi komunikasi ini.
1.1. Latar Belakang Masalah
Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang relatif murah, terjangkau untuk beberapa kalangan dan penggunaan bahan bakarnya irit serta biaya operasionalnya juga sangat rendah. Salah satu jenis sepeda motor yaitu jenis bebek, atau disebut muped, adalah jenis motor yang dahulunya adalah sepeda bertenaga pedal manusia dan setengah listrik, kini menjadi sepeda motor bertenaga bensin. Memiliki pengendalian melebihi skuter namun lebih ekonomis dari motor sport.
Satria adalah salah satu sepeda motor tercepat di katagori underbone empat tak. Motor ini diproduksi oleh Suzuki Motor Corporation. Mengusung mesin berteknologi tinggi dengan volume silinder bersih 147.3 cc, empat klep digerakkan oleh Campshaft ganda. Konfigurasi mesin seperti ini juga disebut DOHC yang biasa ditemui pada mesin mobil. Ditunjang dengan enam kecepatan tramisi, gigi rasio pendek, dan konstrukis sasis ringan menjadikan motor ini mampu melesat paling cepat dikelas underbone.
peran berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil keputusan . dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk kepda komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small group communication), jadi bersifat tatap muka. Umpan balik dari seorang peserta dalam komunikasi kelompok masih bias diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainya. Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antara pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. (Mulyana Deddy, 2010)
Surabaya Satria Club adalah salah satu kelompok sosial yang beranggotakan para pengguna motor satria di Surabaya. Kelompok sosial ini beranggotakan berbagai kalangan dan jenjang usia dari remaja hingga dewasa. Kelompok sosial ini berdiri sejak tahun 2001 yang berawal dari kesamaan hobi dan aktivitas nongkrong bareng. Hingga saat ini anggota dari Surabaya Satria Club mencapai labih dari 80 anggota. Surabaya Satria Club biasa melakukan nongkrong bareng atau biasa disebut dengan Kopi Darat atau Kopdar di Taman Apsari setiap hari Rabu dan Di jalan pemuda setiap hari sabtu.
dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Berdasarkan perbandingan dengan pertumbuhan kendaraan bermotor roda dua dapat disimpulkan berbanding lurus dengan pangsa pasar sepeda motor di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia. Berdasarkan data yang dihimpun dari AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), kepemilikan sepeda motor di Indonesia saat ini adalah sekitar 10 penduduk per sepeda motor. Dibandingkan dengan negara tetangga; Malaysia dan Thailand yang kepadatan sudah mencapai 3,5 orang per sepeda motor, hal itu merupakan salah satu dasar pertumbuhan kelompok sosial sepeda motor.
Sepeda motor di Indonesia tidak hanya dianggap sebagai alat transportasi, namun juga merupakan gaya hidup yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sepeda motor menjadi citra dari pemiliknya, menjadi sebuah hobi bagi pemiliknya, dan dari sinilah masyarakat dalam hal ini pemilik atau pengguna sepeda motor mulai mencari wadah atau tempat untuk menyalurkan hobinya yang kemudian membentuk kelompok-kelompok pecinta sepeda motor atau yang lebih akrab kita kenal dengan club motor. Berangkat dari sinilah kemudian muncul dan berkembangnya beragam kelompok motor dengan kareteristik atau ciri khas yang berbeda-beda.
minat. Melalui kelompok sosial, sekelompok orang berbagi nilai – nilai kognitif emosi dan mateial.
Perkembangan kelompok sosial motor di Indonesia pada saat ini semakin meluas sampai ketingkat desa, kelompok motor semakin digemari oleh masyarakat karena kelompok sosial dianggap dapat secara langsung menyalurkan hobi mereka dengan mudah dan lebih mengarah pada implikasi sosial yang lebih positif maupun negatif. Situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa kelompok motor merupakan mesin penghasil generasi yang tidak ada bedanya dengan organisasi – organisasi lainnya yaitu merupakan tempat pencarian jati diri dan aktualisasi diri.
Beberapa kareteristik kelompok sosial motor itu antara lain: ada satu kelompok sosial motor yang mengharuskan anggotanya menggunakan satu merek pabrikan saja, ada pula yang mewajibkan anggotanya dengan type sepeda motor tertentu, atau berdasarkan kapasitas mesin cc sepeda motor, ataupun mencirikan kelompok sosial mereka dengan warna-warna tertentu yang mewajibkan anggotanya menggunakan warna tertentu, kelompok sosial yang seperti itu terbentuk lebih karena fisik kendaraan yaitu sepeda motor yang sejenis, namun ada pula kelompok sosial motor yang terbentuk karena lebih mengarah atas persamaan hobi dan visi misi yang ingin di capai bersama, yaitu hobi modifikasi,
freestyle, touring, balapan maupun croos country.
kelompok sosial motor menggunakan atribut-atribut tertentu atau acessoris yang dipasangkan pada sepeda motor anggota kelompok sosial, yang menunjukkan bahwasannya mereka adalah berasal dari satu kelompok sosial tertentu.
Kelompok motor juga sebagai wadah bagi para bikers ( pecinta atau pengguna sepeda motor), yang mempunyai idialisme tinggi keselamatan berkendara dan dapat menuangkan dan ide-ide mereka dalam kelompok sosial yang diikutinya, yang kemudian dapat mengkampanyekan ide-ide tersebut dalam kehidupan masyarakat melalui wadah kelompok sosial, yang kemudian munculah istilah ”safety riding” di indonesia pada era 90-an dan dilanjutkan dengan ”Smart riding” hingga saat ini.
Berkembangnya kelompok sosial motor di kota – kota semakin marak merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negatif, situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa kelompok sosial motor telah menjadi mesin penghasil generasi yang disiplin dalam berlalu lintas ataupun sebaliknya menjadi generasi yang anarkis, bersifat negatif.
menyeluruh, tanpa bermaksud membenarkan tindakan negatif perilaku kelompok sosial motor yang tidak lepas dari faktor–faktor di luarnya.
Kehadiran kelompok motor menimbulkan permasalahan sosial ditengah – tengah masyarakat, setelah selama ini masyarakat sudah banyak dipusingkan oleh aksi seperti tawuran antar pelajar, sampai hal – hal yang menjerumus kriminal. Perilaku kelompok sosial motor dalam berkendara sebenarnya bukan hal baru. Aksi main kebut dan cenderung brutal dalam mengendarai kendaraannya sudah ada sejak 10 tahun bahkan belasan tahun yang lalu, selain itu masih banyak permasalahan oleh para kelompok sosial motor dimana safety riding / keselamatan dalam berkendara dan peraturan lalu lintas yang sama sekali tidak di terapkan oleh para kelompok sosial motor.
Berdasarkan permasalahan tersebut, setiap kelompok motor dituntut untuk lebih selektif dalam menerima anggota. Proses komunikasi yang baik memegang peranan yang sangat penting dalam suatu kelompok sosial. Komunikasi merupakan salah satu pengetahuan terpenting dalam masyarakat. Komunikasi dapat menghasilkan sebuah informasi, karena informasi menyajikan fakta, mengembangkan perasaan, dan dengan berkomunikasi bisa terjadi tukar pikiran antar anggota dengan ketua.
Terjadinya masalah yang timbul mendorong diangkatnya permasalahan untuk diselesaikan. Secara tidak langsung, strategi komunikasi dapat mempengaruhi perkembangan kelompok sosial dimasa akan datang. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini mengangkat judul “ Strategi Komunikasi pada Kelompok Sosial (Studi Kasus pada Surabaya Satria Club dalam Memperoleh Anggota) “
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana strategi komunikasi pada kelompok sosial Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi pada kelompok sosial Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitan dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori komunikasi tentang strategi komunikasi pada kelompok sosial.
1.4.2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti
Pengembangan wawasan dan disiplin ilmu baik secara teori maupun praktek yang berhubungan dengan strategi komunikasi. Serta untuk mengetahui strategi komunikasi pada kelompok sosial studi kasus pada Surabaya Satria Club dalam memperoleh anggota.
b. Bagi Almamater
Tolak ukur pembelajaran dan sarana peningkatan kualitas pengajaran dimasa yang akan datang dan untuk menambah sumber bacaan dan referensi yang berkaitan dengan strategi komunikasi.
c. Bagi Subyek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan guna pencapaian efektivitas strategi komunikasi pada kelompok sosial.
d. Bagi Masyarakat
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Ter dahulu
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Ellin Danariansari, mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta yang berjudul Strategi Komunikasi pada Komunitas Sepeda Fixed Gear
dalam Memperoleh Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas Cyclebandidos).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi kelompok yang
digunakan Komunitas Cyclebandidos, untuk mengetahui strategi komunikasi yang
dilakukan Komunitas Cyclebandidos dalam memperoleh anggota, untuk mengetahui
faktor pendukung dan hambatan komunikasi kelompok pada Komunitas
Cyclebandidos.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola komunikasi yang digunakan
Komunitas Cyclebandidos ada tiga yaitu pola komunikasi vertikal, pola komunikasi
horisontal, dan pola komunikasi informal. Sedangkan dalam memperoleh anggota,
Komunitas Cyclebandidos telah menerapkan strategi komunikasi melalui tahapan
planning, implementation, dan evaluations. Saat pelaksanaan tahapan strategi
komunikasi Komunitas Cyclebandidos tidak menemui hambatan yang berarti karena
selama pelaksanaan semua kegiatan, Komunitas Cyclebandidos memperoleh banyak
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
yaitu sama-sama mengkaji strategi komunikasi pada suatu kelompok sosial dalam
memperoleh anggota. Sementara perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada obyek kajiannya, dimana penelitian ini
obyeknya adalah kelompok Cyclebandidos sedangkan dalam penelitian ini adalah
Surabaya Satria Club.
2.2. Ka jian Pustaka
2.2.1. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata
Latin communis yang berarti “sama”, comminico, communication, atau communicare
yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) yang
paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari
kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu
makna, atau pesan yang dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer
menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti
dalam kalimat “kita berbagi pikiran,” “kita mendiskusikan makna,” dan “ kita
mengirimkan pesan.” (Mulyana Deddy, 2010)
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun
yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya
untuk menjelaskan suatu fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya.
pesan melalui media elektronik,” atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah
interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga para peserta komunikasi ini
mungkin termasuk hewan, tanaman, dan bahkan jin.
Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “berbagi pengalaman”. Sampai
batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam
pengertian berbagi pengalaman. (Mulyana Deddy, 2010)
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : Upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap.
Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu
komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan
pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam
kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.
Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri,
hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain
(communiacation is the process to modify the behavior of other individuals).
Jadi berdasarkan paradigm Laswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.(Effendy, 2005)
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa
Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran kemarahan,
keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain
tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang manyampaikan
perasaannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan
berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang didasari;
sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan
tidak terkontrol.
Pikiran bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu oleh
Walter Lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut
Bewustseinsinhalte. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar
“gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti,
diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan.(Effendy, 2005)
a. Proses Komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media.
b. Proses Komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
Berdasarkan uaraian tersebut dapat disusun suatu ikhtisar mengenai lingkup ilmu
komunikasi ditinjau dari sebagai berikut:
1. Komponen Komunikasi
a. Komunikator (communicator)
b. Pesan (message)
c. Media (media)
d. Komunikan (communicant)
e. Efek (effect)
2. Proses komunikasi
a. Proses secara primer
b. Proses secara sekunder
3. Sifat Komunikasi
a. Tatap muka (face-to-face)
b. Bermedia (mediated)
c. Verbal (verbal)
1. Lisan (oral)
2. Tulisan / cetak (written / printed)
d. Nonverbal (non-verbal)
1. Kial / isyarat badaniah (gestural)
2. Bergambar (pictoral)
4. Teknik Komunikasi
b) Komunikasi persuasif (persuasive communication)
c) Hubungan instruktif / koersif (instructive / coercive communication)
d) Hubungan manusiawi (human relations)
5. Tujuan Komunikasi
a) Perubahan sikap (attitude change)
b) Perubahan pendapat (opinion change)
c) Perubahan perilaku (behavior change)
d) Perubahan sosial (social change)
6. Fungsi Komunikasi
a) Menyampaikan informasi (to inform)
b) Mendidik (to educate)
c) Menghibur ( to entertain)
d) Mempengaruhi (to influence)
(Effendy, 2005)
2.2.2. Str ategi komunikasi
2.2.2.1.Penger tian Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut,
strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja,
Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi
komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus
dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
bergantung dari situasi dan kondisi.
Strategi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan
komunikasi secara efektif. Dengan demikian, strategi komunikasi, baik secara makro
(plammed multi-media strategi) maupun secara mikro (single communication medium
strategi) mempunyai fungsi ganda (Effendy, 2003) :
a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan
instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan
merusak nilai-nilai budaya.
Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi
harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan
pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang sudah
diketengahkan oleh para ahli, tetapi untuk strategi komunikasi teori yang memadai
oleh Horald D. Lasswell yaitu cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan
komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect?” komponen komunikasi yang berkolerasi secara fungsional
pada paradigma Lasswell itu merupakan jawaban pertanyaan yang diajukan.
(Effendy, 2003)
1. Who (Komunikator)
Dalam proses komunikasi ada komunikator, yaitu orang yang mengirim dan
menjadi sumber informasi dalam segala situasi. Penyampaian informasi yang
dilakukan dapat secara sengaja maupun tidak sengaja.
2. Says What (Pesan)
Komunikator menyampaikan pesan-pesan kepada sasaran yang dituju. Pesan
yaitu sesuatu yang dikirimkan atau yang disampaikan. Pesan yang disampaikan
dapat secara langsung maupun tidak langsung dan dapat bersifat verbal maupun
non verbal.
3. In Which Channel (Media yang digunakan)
Dalam menyampaikan pesan-pesannya, komunikator harus menggunakan media
komunikasi yang sesuai keadaan dan pesan disampaikan. Adapun media adalah
sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh
4. To Whom (Komunikan)
Komunikan merupakan individu atau kelompok tertentu yang merupakan sasaran
pengiriman seseorang yang dalam proses komunikasi ini sebagai penerima pesan,
Dalam hal ini komunikator harus cukup mengenal komunikan yang dihadapinya
sehingga nantinya diharapkan mendapatkan hasil yang maksimal dari pesan yang
disampaikan.
5. With What Effect (Efek)
Efek adalah respon, tanggapan atau reaksi komunikasi ketika ia atau mereka
menerima pesan dari komunikator. Sehingga efek dapat dikatakan sebagai akibat
dari proses komunikasi.
Dengan berpolakan formula Lasswell itu, komunikasi didefinisikan sebagai
“proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui suatu
media yang menimbulkan efek”.(Effendy, 2003)
2.2.2.2.Per umusa n Str ategi
Dalam perumusan strategi khalayak memiliki kekuatan penangkal yang
bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri dan
kelompoknya. Di samping itu khalayak tidak hanya dirangsang oleh hanya satu pesan
saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan. Artinya terdapat juga
kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang dari sumber (komunikator) lain
yang diharapkan menimbulkan efek atau perubahan pada khalayak bukanlah
satu-satunya “kekuatan”, melainkan, hanya satu di antara semua kekuatan pengaruh yang
bekerja dalam proses komunikasi, untuk mencapai efektivitas. (Arifin, 1994)
Jadi efek tidak lain dari paduan sejumlah kekuatan yang bekerja dalam
keseluruhan proses komunikasi. Justru itu, maka pesan sebagai satu-satunya yang
memiliki oleh komunikator harus mampu mengungguli semua kekuatan yang ada
untuk menciptakan efektivitas. kekuatan pesan ini, dapat didukung oleh metode
penyajian, media dan kekuatan kepribadian komunikator sendiri. Suatu strategi
adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan
guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain
diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan
situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah
mengenal khalayak dan sasaran. Kemudian berdasarkan pengenalan dan komunikator
yang dipilih, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini dimaksudkan selain
agar kekuatan penamgkal yang dimiliki khalayak dapat “dijinakkan”, juga untuk
mengalahkan kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang berasal dari sumber
(komunikator) lain. Cara ini merupakan persuasi dalam arti yang sesungguhnya.
(Arifin, 1994)
a) Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam
utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu
mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.
Perhatian adalah pengamanan yang terpusat. Dengan demikian awal dari suatu
efektivitas dalam komunikasi, ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap
pesan - pesan yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA Procedureatau from
Attention to Action procedure. Artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk
selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak melakukan kegiatan (Action)
sesuai tujuan yang dirumuskan. Selain AA procedure dikenal juga rumus klasik
AIDDA sebagai adoption proses, yaitu Attention, Interst, Desire, Decision dan
Action. Artinya dimulai dengan membangkitkan perhatian (Attention), kemudian
menumbuhkan minat dan kepentingan (Interest), sehingga khalayak memiliki hasrat
(Desire) untuk menerima pesan yang dirangsangkan oleh komunikator, dan akhirnya
diambil keputusan (Decision) untuk mengamalkannya dalam tindakan (Action). Jadi
proses tersebut, harus bermula dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak
menarik perhatian, tidak akan menciptakan efektivitas. Dalam masalah ini, Wilbur
Schramm mengajukan syarat-syarat untuk berhasilnya pesan tersebut (Arifin, 1994)
sebagai berikut : (Arifin, 1994)
1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu
dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.
2. Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan
menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.
4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak
bagi situasi kelompok di mana kesadaran pada saat digerakkan untuk
memberikan jawaban yang dikehendaki.
Hal lain yang menyangkut menarik perhatian khalayak, Wilbur Schramm
selanjutnya mengemukakan apa yang disebut dengan Availability (mudahnya
diperoleh) dan Contrast (kontras) kedua hal ini adalah menyangkut dengan
penggunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan penggunaan
medium. (Arifin, 1994)
1. Availability, berarti isi pesan itu mudah diperoleh sebab dalam persoalan yang
sama orang selalu memilih yang paling mudah, yaitu yang tidak terlalu banyak
meminta energi atau tenaga.
2. Contrast, berarti pesan itu, dalam hal menggunakan tanda-tanda dan medium
memiliki perbedaan yang tajam dengan keadaan sekitarnya.
b) Menetapkan Teknik
Dalam dunia komunikasi pada teknik penyampaian atau mempengaruhi itu
dapat dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaan dan meurut bentuk
isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang petama, semata-mata
isi pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk
pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang
pertama menurut cara pelaksanaanya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu
redundancy (repetition) dan Canalizing. Sedang yang kedua menurut bentuk isinya
dikenal teknik-teknik : informatif, persuasif, edukatif, dan koersif. (Arifin, 1994)
1. Redundancy (Repetition)
Redundancy atau retition, adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan
mengulang-ngulang pesan kepada khalayak. Dengan teknik ini sekalian banyak
manfaat yang dapat di tarik darinya. Manfaat itu atara lain bahwa khalayak akan lebih
memperhatikan pesan itu, karana justru berkontras dengan pesan yang tidak
diulang-ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.
2. Canalizing
Canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh kelompok tarhadap
individu atau khalayak. Untuk berhasilnya komunikasi ini, maka haruslah dimulai
dari memenuhi nilai-nilai dan standard kelompok dan masyarakat dan secara
berangsur-angsur merubahnya ke arah yang dikehendaki. Akan tetapi bila hal ini
kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara perlahan-lahan
dipecahkan, sehingga anggota-anggota kelompok itu sudah tidak memiliki lagi
akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan
mudak diterima oleh komunikan.
3. Informatif
Teknik Informatif adalah suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan
mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan. Penerangan berarti
menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta dan
data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula. Atau seperti ditulis oleh
Jawoto (Arifin, 1994) :
a) Memberikan informasi tentang fakta semata-mata, juga fakta bersifat
kontropersial, atau
b) Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah pendapat.
Teknik informatif ini, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak,
dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa : keterangan, penerangan, berita dan
sebagainya.
4. Persuasif
Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini
khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya. Perlu
diketahui, bahwa situasi mudah terkena sugesti ditentukan oleh : kecakapan untuk
mereka itu sendiri diliputi oleh keadaan mudah untuk menerima pengaruh
(suggestibilitas). Jadi di pihak menugesti khalayak, dan menciptakan situasi
bagaimana khalayak itu supaya mudah terkena sugesti, adalah proses kental sebagai
hasil penerimaan yang tidak kritis dan di realisasikan dalam perbuatan kepercayaan
atau cita-cita yang dipengaruhi orang lain.
5. Edukatif
Teknik edukatif, sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu
pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang akan
berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta, dan pengalaman-pengalaman. Mendidik
berarti memberikan sesuatu ide kepada khalayak apa sesungguhnya, di atas
fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi
kebenaran, dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah
laku manusia ke arah yang diinginkan.
6. Koersif
Koersif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Teknik
koersif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan,
perintah-perintah dan intimidasi-intimidasi. Untuk pelaksanaanya yang lebih lancer biasanya
c. Penggunaan Media
Penggunaan medium sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut
pengaruh khalayak adalah suatu hal yang merupakan keharusan, sebab media dapat
menjangkau khalayak yang cukup besar. Media merupakan alat penyalur, juga
mempunyai fungsi sosial yang kompleks. Sebagaimana dalam menyusun pesan dari
suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti
menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam
penggunaan media pun, harus demikian pula. Justru itu selain kita harus berfikir
dalam jalinan faktor-faktor komunikasi sendiri juga harus dalam hubungannya
dengan situasi sosial-psikologis, harus diperhitungkan pula. Hal ini karena
masing-masing medium tersebut mempunyai kemampuan dan kelemahan-kelemahan
tersendiri sebagai alat. (Arifin, 1994)
2.2.2.3.Fungsi Str ategi Komunikasi
1) Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya bertujuan to secure understanding, memastikan
bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat
mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish
acdeptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan(to motivate action).
2) Kolerasi Antarkomponen dalam Strategi Komunikasi
Komunikasi merupakan proses yang rumit. Dalam rangka menyusun strategi
pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu
diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan
penghambat pada setiap komponen tersebut. Kita mulai secara berturut-turut dari
komunikan sebagai sasaran komunikasi, media, pesan, dan komunikator.
1. Mengenali Sasaran Komunikasi
a) Faktor kerangka referensi
Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil
dari penduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial,
ideologi, cita-cita dan sebagainya.
b) Faktor situasi dan kondisi
Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah,
sedih, bingung, sakit, atau lapar. Dalam menghadapi komunikan dengan
kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan komunikasi kita
sampai datangnya suasana yang menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula
kita harus melakukannya pada saat itu juga. Disini faktor manusiawi sangatlah
penting.
2. Pemilihan Media Komunikasi
Media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai
yang modern yang dewasa ini banyak dipergunakan. Bisa menyebut umpamanya
kentongan, bedug, pagelaran kesenian, surat, papan pengumuman, telepon, telegram,
umumnya dapat diklarifikasikan sebagai media tulisan atau cetakan, visual, aural, dan
audio-visual.
3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan
teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik
instruksi. Apapun tekniknya, pertama komunikasi harus mengerti pesan komnikasi
itu.
4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi
a) Daya Tarik Sumber
Seseorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu
mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik
jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya.
Dengan kata lain perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara
komunikator dengannya sehingga bersedia taat pada isi pesan yang
dilancarkan oleh komunikator.
b) Kredibilitas Sumber
Seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap
empatik (emphaty), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan
dirinya kepada orang lain. Dengan lain perkataan, dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika
ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung,
2.2.3. Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama
akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota
masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_sosial)
Kriteria himpunan manusia dapat disebut kelompok sosial menurut Soerjono
Soekanto:
1.Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan.
2.Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang
lainnya. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara
mereka bertambah erat, misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang sama,
tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain.
3.Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
4.Bersistem dan berproses.
2.2.3.1.Or ganisasi sosial
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Berdasarkan sifat resmi tidaknya, dikenal ada dua jenis organisasi sebagai berikut :
a)Organisasi Formal
Organisasi formal sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang
resmi, serta perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.
Contohnya : OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak
Bola Seluruh Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain.
b)Organisasi Informal
Karena sifatnya tidak resmi, pada organisasi ini kadangkala struktur organisasi
tidak begitu jelas/bahkan tidak ada. Begitu juga dengan perencanaan dn
program-program yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan
tegas, kadang-kadang terjadi secara spontanitas. Contohnya : kelompok pecinta
puisi disekolah, fans club suatu grup musik, dan lain sebagainya.
2.2.3.2.Per tumbuhan dan Per kembangan Kelompok
Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan
kelompok adalah sebagai berikut:
(http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok)
1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik bila:
a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru.
b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peranbaru sesuai dengan
c) Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma
dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk
a) Menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan
bersama.
b) membina dan memperluas pola.
c) Terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan
dan kemampuannya.
Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh
bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian
perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain :
1. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya
perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian
hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling
mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan
yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam
kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam
menjalankan fungsi kelompok.
3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah
kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan
pembubaran kelompok.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Dinamika_kelompok)
2.2.4. Sepeda Motor
Sepeda Motor adalah kendaraan beroda duayang ditenagai oleh sebuah mesin.
Rodanya sebaris dan pada kecepatan tinggi sepeda motor tetap tidak terbalik dan
stabil disebabkan oleh gaya giroskopik; pada kecepatan rendah pengaturan
berkelanjutan setangnya oleh pengendara memberikan kestabilan.
Motor banyak variasinya: beberapa motor dilengkapi dengan papan kaki dan
bukan "gagang injekan", seperti motor Tiongkok, dan mobil samping dan juga beroda
tiga, yang biasa disebut sebagai trike.
Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang
relatif murah, terjangkau untuk beberapa kalangan dan penggunaan bahan
bakarnya irit serta biaya operasionalnya juga sangat rendah. Pada
periode lebaran sepeda motor digunakan mudik untuk perjalanan jarak jauh, dari
Jakarta sampai ke Jawa Timur, Lampung. Hal ini disebabkan karena dengan
menggunakan sepeda motor akan lebih menekan biaya perjalanan, di samping itu bila
sudah sampai di kampung halaman dapat digunakan sebagai kendaraan yang efektif.
Jenis – jenis Motor :
a) Cruiser, jenis motor ini biasanya memiliki posisi stang yang tinggi, posisi kaki
menciptakan kenyamanan ergonomika pada pengemudi. Motor Cruiser memiliki
daya belok yang terbatas karena desainnya.
b) Dual Sport, memiliki posisi mesin yang tinggi, ban dengan permukaan khusus
untuk melewati berbagai macam medan dan posisi stang yang dibuat supaya dapat
dikelndalikan dengan mudah saat melewati ringtangan.Motor jenis ini memiliki
settingan mesin yang berfokus pada tenaga pada putaran bawah dan tenaga mesin
difokuskan pada gigi-gigi yang lebih rendah seperti gigi 1 dan 2. Bobot pun
dibuat seringan mungkin demi mengembangkan kemampuan menjelajahi
berbagai medan.
c) Touring, jenis motor yang digunakan untuk kenyamanan pada perjalanan jauh.
Kebanyakan motor touring memiliki fitur-fitur mewah seperti GPS, TV, Radio,
kursi penumpang yang besar, dan lemari yang banyak.
d) Skuter, motor berukuran kecil yang memiliki konsumsi bensin yang baik dan
kelincahan dalam menyelip lalu lintas.
e) Bebek, atau disebutnya moped, adalah jenis motor yang dahulunya adalah sepeda
bertenaga pedal manusia dan setengah listrik, kini menjadi sepeda motor
bertenaga bensin. Memiliki pengendalian melebihi skuter namun lebih ekonomis
dari motor sport.
f) Motor sport, jenis motor yang memiliki performa dan pengendalian yang lebih.
Posisi mengemudi pun difokuskan untuk menjaga titik gravitasi supaya
g) Sport Touring, Gabungan anatara touring dan sport, motor sport touring adalah
motor sport yang masih memiliki faktor-faktor kenyamanan.
h) Sepeda motor listrik, merupakan kendaraan yang sama sekali tidak menggunakan
bensin. Beberapa warga negara Indonesia sudah lama menggunakan sepeda motor
jenis ini, baik untuk keperluan pribadi maupun usaha.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_motor)
2.3. Kerangka Ber fikir
Surabaya Satria Club adalah salah satu kelompok sosial yang beranggotakan
para pengguna motor satria di Surabaya. Kelompok ini beranggotakan berbagai
kalangan dan jenjang usia dari remaja hingga dewasa. Kelompok ini berdiri sejak
tahun 2001 yang berawal dari kesamaan hobi dan aktivitas nongkrong bareng.
Setiap kelompok sosial selalu ingin mengembangkan kelompoknya, untuk
selalu dapat mengembangkan kelompok tentu harus dapat meningkatkan komunikasi
di dalam kelompoknya. Diperlukan suatu strategi komunikasi yang baik untuk
mencapai tujuan dalam sebuah kelompok.
Keberadaan kelompok Surabaya Satria Club sebagai sebuah kelompok Sepeda
Satria pertama di Surabaya sangat memberikan pengaruh. Keberadaan kelompok
Surabaya Satria Club ini memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan
subkultur sepeda Satria di Surabaya seiring penggunaan sepeda Suzuki Satria 2
Stroke atau 4 Stroke sebagai tren di kalangan masyarakat Surabaya. Secara mandiri
dari nongkrong, ngopi hingga terbentuklah sebuah kelompok sosial. Masyarakat
umum biasanya memenuhi keinginan mereka untuk memiliki sepeda dengan cara
membeli sepeda jadi yang sekarang menjadi tren atau sebuah gaya hidup dengan
memiliki sepeda motor Suzuki Satria FU 150. Anak muda maupun yang sudah
dewasa tergabung dalam komunitas Surabaya Satria Club ini justru memilih sebuah
kelompok sosial ini dikarenakan mereka sudah melihat Surabaya Satria Club sebelum
mereka mempunyai sepeda motor Satria 2 Stroke atau 4 Stroke. Dengan alasan
mereka bergabung dengan alasan ingin menambah teman ataupun menambah ilmu
dan pengalaman dengan cara saling bertukar pikiran.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori Strategi Komunikasi untuk
mendapatkan anggota. Di dalam buku R. Wayne Pace, brent D. Peterson, dan M.
Dallas Burnett yang berjudul. Techniques for Effective Communication, menyatakan
bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri dari ; to secure understanding,
memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah
dapat mengerti dan menerimanya, maka penerimanya itu harus dibina (to establish
acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan(to motivate action).
Dengan demikian, orang yang menyampaikan pesan, yaitu komunikator, ikut
menentukan keberhasilanya komunikasi. Dalam hubungan ini faktor source
creadibility komunikator memegang peranan yang sangat penting. Istilah kredibilitas
ini adalah istilah yang menunjukkan nilai terpadu dan keahlian dan kelayakan
dipercaya (a term denoting the resultant value expertness and trust worthniess).
apa yang dikatakan oleh Aristoteles – dan hingga kini tetap dijadikan pedoman –
adalah good sense, good moral, and good character, dan kemudian oleh para
cendikiawan modern diformulasikan menjadi itikad baik (good intentions).
Kelayakan untuk dipercaya (trustworthniess), serta kecakapan atau keahlian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. J enis penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berarti metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus.
Penelitian ini menggunakan Case Study / Studi Kasus, yaitu metode yang dipergunakan dengan tujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Obyeknya adalah keadaan kelompok-kelompok dalam masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat, maupun individu-individu dalam masyarakat. (Sri W. dan Sutapa Mulya, 2007)
masa sekarang. Metode ini menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi ; menyelidiki dengan teknik survey, interview, angket, observasi, atau dengan teknik test ; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional. Bisa disimpulkan bahwa metode deskriptif ini ialah metode yang menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.
1. Menjelaskan setiap langkah penyelidikan deskriptif itu dengan teliti dan terperinci, baik mengenai dasar-dasar metodologi maupun mengenai detail teknik secara khusus.
2. Menjelaskan prosedur pengumpulan data, serta pengawasan dan penilaian terhadap data itu.
3. Memberi alasan yang kuat mengapa dalam metode deskriptif tersebut penyelidik mempergunakan teknik tertentu dan bukan teknik lainnya. (Winarno, 1994)
Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984:5). Penelitian kualitatif yang berakar dari ‘paradigma interpretatif’ pada awalnya muncul dari ketidakpuasan atau reaksi terhadap ‘paradigma positivist’ yang menjadi akar penelitian kuantitatif. Dipandang dari sudut pendekatan dan proses penelitiannya, penelitian kualitatif memiliki karakteristik khusus sebagai berikut :
1. Bersifat induktif
2. Melihat pada setting dan manusia sebagai suatu kesatuan.
3. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri (sudut pandang yang diteliti)
4. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian.
7. Semua aspek kehidupan sosial dan manusia dianggap berharga dan penting untuk dipahami karena dianggap bersifat spesifik dan unik. (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2006)
Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut dengan naturalistic inquiry (inkuiri alamiah). Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiknya sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun gambar. Karakteristik Penelitian Kualitatif yaitu :
a. Setting/latar alamiah atau wajar dengan konteks utuh (holistik). b. Instrumen penelitian berupa manusia (human instrument). c. Metode pengumpulan data observasi sebagai metode utama. d. Analisis data secara induktif.
e. Proses lebih berperanan penting daripada hasil. f. Penelitian dibatasi oleh fokus.
g. Desain penelitian bersifat sementara. h. Laporan bernada studi kasus.
i. Interpretasi ideografik.
Dalam sebuah penelitian harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori yang telah dijabarkan oleh para ahli, tetapi untuk penelitian ini teori yang memadai dan baiknya untuk mendukung penelitian ini adalah apa yang dikemukakkan oleh Horald D. Lasswell dalam buku Effendy 2003.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Surabaya, yang bertempat di jalan Balai pemuda. Tempat berkumpulnya Surabaya Satria Club yang berada di seberang SMA 6 Surabaya. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan pada waktu Surabaya Satria Club berkumpul, yaitu setiap hari sabtu pada pukul 22.15 - 00.00 WIB.
.
3.3. Obyek Penelitian
dengan menetapkan strategi komunikasi yang digunakan, beserta rumusan dan fungsi dari strategi komunikasi tersebut.
3.4. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian kualitatif ini menggunakan nara sumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru penelitian. Subyek dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk menghasilkan teori.
Dalam penelitian kualitatif ini, teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan untuk menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti dan mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
Sanafiah Faisal (1990) dengan mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sumber data awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai utuk dimintai informasi. 4. Mereka tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber. (Sugiono, 2010)
Jadi, penentuan narasumber dalam penelitian kualitatif dilakukan saat mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu, memilih ketua, sekretaris, dan humas sebagai nara sumber dan informan utama.
3.5. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini didapat dari segala data yang didapat dari hasil wawancara. Mendapatkan informasi dari nara sumber, yaitu seperti senior atau ketua dari kelompok tersebut. Disitu mereka-lah yang paling turut andil dan bertanggung jawab dalam memperoleh anggota.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
3.3.1 Wawancara
menggunakan panduan pertanyaan yang telah dirancang dan pihak yang diwawancarai akan diusahakan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.
3.3.2 Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung objek yang diteliti, antara lain:
1. Pengamatan dilakukan terhadap strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengurus dan anggota komunitas ini dalam memperoleh anggota baru.. Adapun jadwal pengamatan dilakukan setiap hari Rabu dan Sabtu setiap komunitas ini melakukan kopi darat selama bulan Januari hingga Mei. 2. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan Surabaya Satria Club (SSC)
dalam melaksanakan strategi komunikasinya. 3.3.3 Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen internal Surabaya Satria Club (SSC), antara lain struktur organisasi, Anggaran Dasar dan Rumah Tangga, dan media-media yang digunakan serta gambar kegiatan Surabaya Satria Club (SSC).
3.7. Teknik Analisis Data
penuliasan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang “grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisi data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah pengumpulan data.
1. Analisis sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setela masuk dan selama dilapangan.
2. Analisis data di lapangan model Miles and Huberman
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlagsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka akan melakukan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang kredibel. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
a. Data reduction
b. Data display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan, yang paling sering digunakan untuk menyajkan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan text yang bersifat naratif.
c. Conclision drawing/verification.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Ga mbar an Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Sur abaya Satr ia Club (SSC)
Surabaya Satria Club (SSC) adalah club otomotif (sepeda motor) yang berdiri
sejak 6 Oktober 2001, dipelopori oleh dua orang yaitu Bapak Eko dan Bapak Rudi.
Bermula dari kesamaan hobi akan senangnya berkumpul bersama dengan
membicarakan masalah otomotif terutama masalah sepeda motor Suzuki Satria,
berdirilah komunitas ini. Dengan beranggotakan 15 orang pada tahun 2001,
komunitas ini berdiri mengusung ciri yang sama, yaitu memiliki sepeda motor Suzuki
Satria. Sejak awal berdiri, komunitas ini sudah melakukan banyak kegiatan-kegiatan,
diantaranya adalah Kopi Darat, menghadiri acara-acara otomotif, dan turing hingga
keluar wilayah Jawa Timur.
Hingga saat ini Surabaya Satria Club (SSC) telah melakukan pergantian ketua
atau keperiodaan pengurus sebanyak lima kali. Bapak Erwin, merupakan ketua
pertama yang ditunjuk untuk memimpin Surabaya Satria Club (SSC) pertama kali.
Dengan lama periode kepengurusan selama dua tahun, setiap ketua beserta
pengurusnya diharapkan menghasilakan program-program kerja melalui seluruh
rangkaian kegiatan-kegiatan Surabaya Satria Club (SSC).
Komunitas sosial ini telah dikenal luas baik dalam skala Jawa Timur maupun
Surabaya Satria Club juga merupakan club yang resmi dibawah naungan Suzuki Indo
Jakarta Motor Gemilang (IJMG) yang merupakan Distributor Indomobil Niaga
Internasional diwilayah Jawa Timur dan sekitarnya. Organisasi ini juga telah terdaftar
resmi di notaris, serta terdaftar juga sebagai anggota di Suzuki Motor Club (SMC)
Jawa Timur dan Satria Club Indonesia (SCI). Induk kepengurusan organisasi ini
berada di Surabaya
4.1.2. Sifat dan Tujuan Sur abaya Satr ia Club (SSC)
Organisasi Surabaya Satria Club bersifat independen. Surabaya Satria Club
bertujuan untuk membina watak dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan secara
kekeluargaan serta mewujudkan kerjasama dan jiwa pengabdian kepada masyarakat,
memupuk rasa tanggung jawab dan daya cipta yang dinamis juga mengembangkan
rasa kesetiaan bangsa dan Negara.
4.1.3. Lokasi Sur abaya Satr ia Club (SSC)
Kedudukan kesekretariatan Surabaya Satria Club berada di jalan Jagir
Sidoresmo Gg. 7 No. 72, Surabaya. Melakukan kopi darat rutin pada:
1. Hari Rabu pukul 21.00 WIB di Taman Apsari, Surabaya.
4.1.4. Str uktur Or ganisasi
Susunan organisasi tingkat pusat diurus oleh pengurus pusat yang
berkedudukan di Surabaya. Struktur organisasi perusahaan adalah kerangka yang
menunjukkan segenap fungsi dan pekerjaan, hubungan antara fungsi, fungsi yang ada
beserta wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing komponen dalam
organisasi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi, maka akan tampak adanya
pembagian tugas dan tanggung jawab serta adanya pemisahan fungsi-fungsi. Adapun
bagan struktur organisasi dari Surabaya Satria Club dapat dilihat pada gambar 4.1.
Sumber: Data Internal, 2013
Gambar 4.1.
Fungsi utama pada susunan organisasi ini adalah menampung dan mengolah
serta menyalurkan keinginan – keinginan para anggota. Membuat usaha dan kegiatan
untuk menjga keutuhan organisasi – organisasi Surabaya Satria Club
4.1.5. Deskr ipsi Peker jaan
Berikut merupakan penjelasan rinci tugas dan wewenang masing-masing bagian yang
ada di Surabaya Satria Club (SSC):
1. Ketua
a. Memimpin organisasi dengan baik dan bijaksana.
b. Mengkoordinasi semua pengurus.
c. Menetapkan kebijaksanaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan oleh
pengurus.
d. Memimpin Rapat Rutin Organisasi.
e. Menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan berdasarkan
musyawarah dan mufakat.
f. Setiap saat mengevaluasi kegiatan pengurus.
g. Menandatangani setiap surat yang dikeluarkan oleh Sekretaris.
h. Memberikan laporan pertanggungjawaban pada Rapat Umum Anggota di
akhir masa jabatannya.
2. Wakil Ketua
a. Bersama-sama Ketua Umum menetapkan kebijaksanaan.