• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANGUNAN INDIS SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN LUKISAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BANGUNAN INDIS SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN LUKISAN."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh

Suksma Jati Cahyaningrat

10206244024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)

v

(6)

vi

(7)
(8)

viii PERSETUJUAN... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... C. Rumusan Masalah... D. Tujuan... 4 4 4 E. Manfaat... 5

BAB II KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN... A. Tinjauan Seni Lukis ... 6 6 1. Definisi Seni Lukis ... 6

2. Pengertian Seni Lukis Pemandangan ... 7

3. Kajian Tentang Objek Lukisan...

4. Bangunan Indis di Jawa Tengah...

8

(9)

ix

c. Bentuk...

2. Fisikoplastis ...

a. Elemen-elemen Seni ...

1) Garis ...

2) Titik...

3) Bidang...

4) Warna...

5) Tekstur ...

6) Ruang... ...

b. Prinsip-Prinsip Penyusunan Elemen Seni Rupa...

1) Harmoni...

2) Kesatuan...

3) Keseimbangan...

4) Point of Interest ...

5) Proporsi...

6) Kontras ...

14 14 15 15 15 16 17 17 18 19 19 20 21 21 21 22

c. Media dan Teknik Penciptaan...

1) Media...

2) Teknik...

C. Metode Penciptaan dan Pendekatan ...

1. Metode Penciptaan . ..

a) Observasi ...

b) Eksperimentasi ...

c) Visualisasi ....

2. Pendekatan Realisme ... ...

a) John Constable ..

(10)

x

1) Konsep Penciptaan Lukisan...

2) Tema Penciptaan Lukisan ...

B. Proses Visualisasi...

29

30

31

1) Alat, Bahan dan Teknik ... 31

a. Alat ... ...

b. Bahan ...

c. Teknik...

32

35

37

d. Proses Melukis ...

C. Bentuk Lukisan ... ...

a. Deskripsi Karya

1. Kavallerie Artillerie, Mangkunegaran...

2. Loji Gandrung, Surakarta...

3. Home Stay Gondang Winangoen, Klaten...

4. Rumah Sakit Jiwa, Magelang...

5. Gedung Karesidenan Kedu I, Magelang...

6. Gedung Karesidenan Kedu II, Magelang...

7. Kantor Bupati, Purworejo...

8. Gedong Kuning, Semarang...

9. Sudut Kota Lama, Semarang...

10.Pabrik Rokok Praoe Lajar, Semarang... 38 42 42 42 45 48 50 52 54 56 59 61 64

BAB IV PENUTUP... 67

Kesimpulan... 67

(11)

xi

Gambar 2 Karya J.C. Rappard De Willemskerk in Batavia ... 27

Gambar 3 Alat dan Bahan ... 31

Gambar 4 Penggaris... 32

Gambar 5 Kuas dan Pisau Palet... 33

Gambar 6 Palet... ... 33

Gambar 7 Wadah berisi bensin .... ... 34

Gambar 8 Kain lap. ... 35

Gambar 9 Cat minyak. ... 36

Gambar10 Pelarut (minyak) .. . ... 37

Gambar 11 Kanvas... ... 37

Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19 Gambar 20 Gambar 21 Gambar 22 Gambar 23 Gambar 24 Gambar 25 Proses sketsa...

Perbandingan foto dengan hasil lukisan ...

Proses pewarnaan... ...

Proses penyelesaian .. ... Kavallerie Artillerie, Mangkunegaran ...

Loji Gandrung, Surakarta ... ...

Home Stay Gondang Winangoen, Klaten ..

Rumah Sakit Jiwa, Magelang . ..

Gedung Karesidenan Kedu I, Magelang ...

Gedung Karesidenan Kedu II, Magelang ...

Kantor Bupati, Purworejo ...

Gedong Kuning, Semarang ...

Sudut Kota Lama, Semarang ...

Pabrik Rokok Praoe Lajar, Semarang ...

(12)
(13)

xiii %2"

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskrepsikan konsep penciptaan proses visualisasi, tema, teknik dan bentuk lukisan dengan judul 34567545 8ndis Sebagai Objek Penciptaan Lukisan.

Metode yang digunakan adalah metode observasi,eksperimentasi, dan visualisasi.Observasi yaitu pengamatan secara langsung dan tidak langsung menggunakan bantuan fotografi. Selanjutnya eksperimen dilakukan untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan teknis visual yang optimal menggunakan cat minyak dengan teknik basah. Selain untuk mencapai hasil visual yang baik, eksperimentasi dilakukan untuk menyesuaikan objek dengan gaya realistik.

Setelah dilakukan pembahasan dan penciptaan maka dapat disimpulkan bahwa1) konsep penciptaan lukisan adalah kekaguman serta keprihatinan terhadap bangunan Indis yang memiliki nilai historis, arkeologis dan estetis. Ungkapan tersebut diwujudkan dengan melukiskannya secara realistik dengan melukiskannya secara realistik dengan memperhatikan ketepatan, baik ketepatan proporsi, warna, perspektif serta karakter bangunan Indis tersebut. Harapan pelukisan bangunan Indis ini supaya perhatian terhadap bangunan Indis lebih mendapatkan perhatian dan kesadaran terhadap salah satu hasil kebudayaan yang pernah ada di Indonesia khususnya Jawa Tengah.2) Tema lukisan adalah bangunan Indis yang berada di Jawa Tengah yang berbagai bentuk dan keadaannya, baik bangangunan dalam keadaan terawat atau bangunan rusak yang dialih fungsikan, bangunan yang bermacam-macam bentuknya yang ditampilkan secara realistik. 3) Proses yang dilakukan dalam penciptaan lukisan ini menggunakan bantuan fotografi. Penggambarannya dengan menggunakan alat seperti penggaris, kuas, pisau palet, kain lap, dan wadah berisi bensin. Bahan yang digunakan adalah cat minyak, pelarut, dan kanvas. Teknik yang digunakan adalah teknik basah dan pengunaan cat secara impasto. Proses melukis dimulai dengan sketsa pada kanvas dilanjutkan proses pewarnaan dan finishing.4) Bentuk lukisan adalah realistik,dikerjakan berdasarkan interpretasi terhadap objek. Hasil lukisan tersebut adalah : Artilleri-Kavalleri, Mangkunegaran (120x90cm) Loji Gandrung, Surakarta (125cmx90cm) Sudut Kota Lama, Semarang (120x90) Gedung Kuning, Semarang (120cnx90 cm ) Komplek karesidenan Kedu I, Magelang (125cmx90 cm) Komplek karesidenan Kedu II, Magelang (120 x 90 cm) Home Stay Gondang Winangoen, Klaten (120x90 cm ) Rumah Sakit Jiwa,Magelang (110cmx9cm). Pabrik Rokok praoe Lajar,Semarang (100cmx80cm), Kantor Bupati, Purworejo (120cmx90cm).

(14)

>?>@

ABC D? EF GF?C

?. Latar Belakang Penciptaan

Penyesuaian hidup bangsa Belanda sebagai penguasa dengan daerah

jajahannya mempengaruhi gaya hidup sehari-hari seperti bahasa, kesenian, bentuk

bangunan, perlengkapan rumah tangga, ilmu pengetahuan, dan religi. Pertemuan

dua kebudayaan barat atau Belanda dan kebudayaan pribumi atau Jawa

mengakibatkan akulturasi budaya, yang disebut Kebudayaan Indis. Kata Indis

berasal dari bahasa Belanda Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda.

Bangunan atau tempat tinggal menjadi salah satu hasil dari eksisnya kebudayaan

Indis. Perpaduan bangunan Belanda dan bangunan tradisional disebut arsitektur

Indis. Pengaruh luar pada berbagai bangunan di setiap daerah pasti tidak sama

karena kebutuhan yang berbeda, status sosial penghuni, dan lingkungan. Karena

tinggal di daerah tropis yang jauh berbeda situasi dengan negeri Belanda, mereka

harus menyesuaikan diri dengan iklim, alam, kekuasaan, dan tuntutan hidup

sesuai daerah tropis khususnya di pulau Jawa.

Banyak peninggalan sejarah yang dihasilkan khususnya bangunan-bangunan

kolonial yang terdapat hampir di setiap daerah. Sebagai saksi dan bukti sejarah

besar yang pernah hidup di negeri ini. Berkembangnya zaman menjadikan

bangunan-bangunan yang dulu berdiri megah kini banyak yang tampak rusak,

(15)

banyak rusak dan dilupakan nilai sejarahnya tersebut menggerakkan hati untuk

dilukis dalam tugas akhir karya seni ini.

Berdasarkan penjelasan mengenai Indis diatas, penulis tertarik untuk

mengangkat judul Bangunan Indis sebagai Objek dalam Penciptaan Lukisan ,

dengan konsep penciptaan lukisan yang menggambarkan kekaguman,

keprihatinan, keunikan ,dan kesadaran dari sebuah hasil kebudayaan yaitu

bangunan Indis yang mulai menghilang ditelan zaman karena sudah dianggap

kuno ataupun tidak menggambarkan modernitas pada zaman sekarang. Lukisan

diekpresikan secara realistik dengan objek bangunan Indis sebagai objek utama

yang menunjukkan tentang keunikannya didukung oleh objek-objek lainya yang

kemudian tertarik untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan yang akan

divisualisasikan kedalam lukisan dengan menggambarkan berbagai macam

bangunan indis.

Dari pengamatan berbagai bentuk dan keadaan bangunan-bangunan Indis,

baik bangunan dalam keadaan yang baik, bangunan rusak yang dialih fungsikan,

bangunan yang bermacam-macam bentuknya. Penulis mengamati

bangunan-bangunan indis dengan menjelajahi daerah-daerah di Jawa tengah.

Dalam penciptaan lukisan adapun pelukis yang menginspirasi penulis

adalah Josias Cornelis Rappard (1828-1898). J.C. Rappard adalah pelukis realis

berkewarganegaraan Belanda pada abad 19, ia datang ke Hindia Belanda untuk

melukiskan daerah-daerah dan khususnya membuat lukisan-lukisan berbagai

bangunan kolonial untuk kepentingan dokumentasi Belanda. Dalam lukisannya,

(16)

lukisannya dengan penggunaan elemen garis yang membuat bangunan terlihat

megah pada zamannya.

Dalam proses pengerjaan, penulis melakukan observasi langsung terhadap

objek bangunan-bangunan Indis yang ada di beberapa wilayah Jawa Tengah yang

meliputi Surakarta, Klaten, Magelang, Purworejo, dan Semarang. Penulis

mengamati setiap bangunan yang bermacam bentuk dan kondisi fisik, seperti

garis, warna, tekstur, bentuk atap, dinding, jendela, serta bentuk disekitar

lingkungan bangunan. Hal tersebut memberikan suatu gambaran yang menjadi

acuan dalam proses melukis. Penciptaan lukisan ini digambarkan secara realistik

dengan menggambarkan bentuk bangunan Indis di beberapa wilayah Jawa Tengah

yang tentunya diselaraskan dengan tema karya.

Lukisan realistik diciptakan untuk mengekspresikan suatu ide atau gagasan

sesuai keinginan pribadi, terutama penggambaran mengenai keadaan

bangunan-bangunan indis, bentuk bangunan-bangunan, warna, serta tekstur sehingga menimbulkan

efek artistik dan makna tertentu. Teknik pewarnaan menggunakan teknik basah

dengan media cat minyak di atas kanvas dengan membuat sketsa terutama pada

lukisan, lalu mewarnainya, kemudian menggoreskan kuas secara terus menerus

hingga membentuk suatu objek, dan tidak lupa dengan finishing yaitu proses

terakhir untuk pendetailan terhadap objek lukisan, untuk penciptaan lukisan ini

diharapkan akan dapat memberikan kontribusi terhadap kekayaan seni rupa pada

(17)

B. Batasan Masalah

Berdasarkan batasan masalah maka yang dibatasi adalah pada objek

bangunan Indis serta lingkungannya sebagai objek penciptaan lukisan realistik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di ambil suatu rumusan masalah

yang berkaitan dengan objek peristiwa pada bangunan indis antara lain:

1. Bagaimanakah konsep dan tema penciptaan lukisan objek bangunan Indis

secara realistik?

2. Bagaimanakah proses visualisasi, teknik dan bentuk lukisan objek bangunan

Indis secara realistik?

D. Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan karya akhir ini antara lain:

1. Mendeskripsikan konsep dan tema penciptaan lukisan objek bangunan Indis

secara realistik.

2. Mendeskripsikan proses visualisasi, teknik dan bentuk lukisan objek bangunan

(18)

E. MANFAAT

Berdasarkan dari penulisan ini manfaat yang bisa diperoleh antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapka pembaca dapat menambah pengetahuan tentang teori seni rupa dan

berbagai elemen serta unsur-unsur seni rupa beserta prinsip penyusunan

elemen seni rupa yang didapat selama studi baik di keguruan maupaun diluar

keguruan.

b. Diharapkan bermanfaat sebagai sarana komunikasi ide-ide berkaitan dengan

proses berkesenian dan pengalaman estetik, juga sebagai sarana pembelajaran

dalam proses berkarya seni.

c. Diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis bagi penciptaan seni lukis

mahasiswa seni rupa Universitas Negeri Yogyakarta khususnya dan

masyarakat umumnya.

2. Manfaat Praktis

Pembaca diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam hal teknik

melukis secara realistik khususnya tentang bangunan kolonial untuk

dikembangkan di masa depan dan diamalkan untuk generasi anak cucu kelak

(19)

BAB II

KAJIAN SUMBER DAN METODE PENCIPTAAN A. Tinjauan Seni Lukis

1. Definisi Seni Lukis

I JKL M NOLP Q JRNSTOTK PTM TU PTV N WTXTK Y PJKL RNST ZNT ZL QJKP L [T KY

QJQ SNK [TL X JRX TYTL Q T WTQ Y T[T\ TM LRTK Z TK VJ OKL O SJQX NTVTK Q TNSNK X TU TK

PJR V T TMTV [T KY ZLYNKTO TK] ^ ZT XJRX TY TL QTW TQ SJKY JR VL TK VJKVTKY P J KL MNOLP]

I JVL TS _RTKY Q JQ LMLOL SJKZTSTV QTPLK Y`QTPL KY ZTM TQ Q JK YTR VL OTKK[T] a TQNK

STZT ZTPTR K[TZ TR LP JQ N T SJKYJR VL TK L VNQJQLM L OL L KVL[TKYP TQT [TLV N NKYOTS TK

SJRTPT TK [T KY ZL JOP SR JPLOTK QJMTMNL X L ZTKY ZNT ZLQJKPL\ X JR LONV ZJbL KLP L P JKL

M NOLPQJKNR NVX JX JRTS TTUM L]

cJKNRNV dU TRP_ K_ efgg hi jHk\ P JKL M NOLP ZTSTV ZL OTVTOTK P JXTYTL P NTVN

NKYOTS TK SJKY TMTQ TK JPV JV LO PJP J_R TKY [T KY ZL VNTKYOTK ZTMTQ X LZTKY ZN T

ZLQ JKP L eZl L QTVR Tk\ Z J KYTK QJKYYNKTO TK QJZ LNQ R NST\ Y TR LP \ l TR KT\ V JOP V NR\

P U TSJ\ ZTK P JXTYTLK[T . Kemudian menurut Margono (2010:132), seni lukis

merupakan karya seni rupa berwujud dua dimensi yang dalam penciptaannya

mengolah unsur titik, garis, bidang, tekstur, warna, gelap-terang, dan lain-lain

melalui pertimbangan estetik .

Sedangkan menurut Mikke Susanto (2011:241), seni lukis

merupakan bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologis yang

menggunakan warna dan garis, guna mengungkapkan perasaan, mengekspresikan

emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang . Kemudian,

(20)

Secara teknik seni lukis merupakan tebaran pigmen atau warna pada

permukaan bidang datar (kanvas, panel, dinding, kertas) untuk menghasilkan

sensasi atau ilusi keruangan, gerakan, tekstur, bentuk sama baiknya dengan yang

dihasilkan kombinasi-kombinasi unsur-unsur tersebut, tentu saja hal itu dapat

dimengerti, bahwa melalui alat teknis tersebut dapat mengekspresikan emosi,

ekspresi, symbol, keberagaman dan nilai-nilai yang bersifat subjektif.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa seni lukis

adalah hasil karya dua dimensional yang di dalamnya terkandung pengalaman

estetik guna mengekspresikan emosi, gerak dan nilai-nilai yang bersifat subjektif

dengan menggunakan alat, bahan disertai teknik dan dikombinasikan dengan

unsur-unsur visual berupa garis, warna, bentuk, tekstur, dan nilai-nilai lain sebagai

pertimbangan estetik.

2. Pengertian Seni Lukis Pemandangan

Pemandangan secara umum memiliki makna yang hampir sama dengan

istilah bentang lahan atau fisiografis dan lingkungan . Perbedaan diantara

ketiganya terletak pada aspek interpretasinya. Bentang lahan yang didalamnya

terdapat unit-unit bentuk lahan (landform) merupakan dasar lingkungan manusia

dengan berbagai keseragaman (similaritas) maupun perbedaan (diversitas)

unsur-unsurnya. Kondisi bentang lahan seperti ini memberikan gambaran fisiografis atas

suatu wilayah yang memiliki karakteristik dalam bentuk lahan tanah vegetasi dan

atribut (sifat) pengaruh manusia, yang secara kolektif ditunjukkan melalui kondisi

fisiografi dikenal sebagai suatu lansekap. Menurut Yuyung Abdi (2012: 19) yang

(21)

dari satu titik penglihatan . Pendapat lain dikemukakan F.X Budiwidodo

Pangarso (2013: 58) Lansekap hanyalah berfungsi sebagai komplemen,

demikian juga latar belakang (background) yang berupa langit, pohon, atau

mungkin bangunan lain, digambar secukupnya saja, dan jangan sampai

mengalahkan perhatian terhadappoint of interest .

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa landscape

merupakan jenis lukisan berisi bagian-bagian pemandangan yang diidentikkan

dengan pegunungan, laut, tebing, sawah, perkotaan, pedesaan, maupun sungai.

3. Kajian Tentang Objek Lukisan

Dalam proses berkarya seni atau melukis, ada banyak faktor yang yang

dibutuhkan, salah satunya adalah objek lukisan. Berdasarkan Kamus Bahasa

Indonesia (2008:1013), objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok

pembicaraan; benda, hal, dan sebagainya yang dijadikan sasaran untuk diteliti dan

diperhatikan.

Menurut Mikke Susanto (2011: 280), objek merupakan material yang

dipakai untuk mengekspresikan gagasan. Sesuatu yang ingin menjadi perhatian,

perasaan, pikiran, atau tindakan, karena itu biasanya dipahami sebagai kebendaan,

sub-human dan pasif, berbeda dengan subjek yang biasanya aktif. Objek lukisan

dipahami sebagai yang diambil berupa sesuatu yang bendawi, sedangkan manusia

sering disebut subjek lukisan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa objek lukisan

(22)

kebenaran yang bersifat pasif yang diambil atau dipakai dalam penerapan pigmen

di atas permukaan bidang datar dengan menggunakan alat dan bahan serta teknik

dalam melukis.

4. Bangunan Indis di Jawa Tengah

Bangunan merupakan wujud semangat jaman dalam kurun waktu tertentu

sebagai salah satu bentuk manifestasi terhadap kebudayaan, sekaligus bentuk

pembuktian tingginya nilai sejarah dan budaya suatu bangsa. (Sumalyo, 1993).

Bangunan Indis merupakan hasil akulturasi antara dua kebudayaan Belanda

(eropa) dan kebudayaan Jawa (lokal). Bangunan Indis salah satu pencerminan dari

gaya hidup masyarakatnya yang hidup di Hindia Belanda pada masa kolonial.

Gaya dalam bangunan Indis memadukan antara gaya bangunan model barat

(Belanda) dengan model bangunan lokal (Jawa), ukuran dan ornamen-ornamen

yang ditambahkan merupakan gambaran sebuah prestis dan status sosial pemilik

bangunan. (Soekiman, Djoko, 2011)

Bangunan Indis bagi orang-orang Belanda merupakan suatu jawaban

terhadap tantangan hidup di iklim tropis Hindia Belanda. Selain itu bangunan

Indis juga digunakan oleh pemerintah kolonial sebagai pembeda antara penguasa

dan rakyat masyarakat pribum. Dalam perkembangannya bukan hanya orang

Belanda saja, masyarakat elite Jawa juga ikut dalam kehidupan gaya Indis karena

menjadi simbol kebesaran dan kekuasaan.

Arsitektur kolonial yang berkembang pada masa ini memiliki corak

arsitektur modern dengan ciri permainan bidang datar, atap datar, dan penggunaan

(23)

adalah penyesuaiannya terhadap iklim tropis yang lembab di Indonesia, sehingga

secara keseluruhan bentuk arsitektur ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan

arsitektur modern yang ada di Belanda atau Eropa pada umumnya. (Handinanto,

Soehargo, & Paulus, 2007 ).

Bangunan rumah kayu yang setengah batu memiliki sisi depan atap yang

merumcing. Di Jawa, bentuk semacam ini menjadi ciri umum bangunan rumah

gaya Indis awal awal abad ke-19. Pada dekade akhir abad ke-19, gaya bangunan

ini banyak diubah dengan menggunakan gaya yang lebih modern dari eropa

mutakhir, yaitu bangunan tertutup (Soekiman, Djoko, 2011).

Kota-kota di Jawa sampai abad ke-18 tidak mengalami perkembangan yang

berarti bentuk kota kabupaten digambarkan tidak jauh berbeda dengan lingkungan

sekitarnya , bentuk bangunan rumah masih tradisional. Baru pada masa kemudian

muncul bangunan gedung (batu) yang berupa loji atau vila. Pengaruh Belanda

(Eropa) memperkuat dan memberi pengetahuan untuk menganggulangi

kekurangan dalam cara membangun kota atau rumah. Terutama pada

pembangunan seperti bangunan resmi pejabat, perumahan bupati, kontrolir,

residen dan sebagainya. Dalam beberapa hal, diharapkan karakter Jawa sangat

penting untuk diperhatikan, antara lain dalam memberi suasana teduh dan asri

sesuai alam pulau Jawa.

Wilayah observasi bangunan indis di beberapa wilayah Jawa Tengah yaitu,

di Surakarta dengan mengambil objek bangunan Kavallerie-Artillerie di Puro

Mangkunegaran dan Loji Gandrung, di Klaten dengan satu objek bangunan Home

(24)

bangunan kantor bupati Purworejo, di Magelang mengambil dua objek bangunan

di area bekas karesidenan Kedu dan satu objek bangunan rumah sakit jiwa

Magelang. Kota terakhir dalam observasi bangunan Indis adalah Semarang,

dengan mengambil tiga objek bangunan Indis, dua di wilayah kota lama yaitu

pabrik Rokok Praoe Lajar dan bangunan di Sudut Kota Lama, dan satu objek di

daerah Ungaran yaitu bangunan Gedong Kuning.

\

B.Struktur Seni Lukis

Seni lukis merupakan perpaduan antara ide, konsep dan tema yang bersifat

rohani atau yang disebut ideoplastis dengan fisikoplastis berupa elemen atau unsur

visual seperti garis, bidang, warna, ruang, tesktur serta penyusunan elemen atau

unsur visual seperti kesatuan, keseimbangan, proporsi, dan kontras. Semua itu

melebur membentuk satu kesatuan membentuk satu kesatuan menjadi lukisan.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini ditampilkan table tentang struktur seni lukis.

Tabel 1 Struktur Seni Lukis

Ideoplastis Fisikoplastis

Konsep, tema, ide,

imajinasi, pengalaman,

ilusi.

a) Unsur-unsur visual seperti: garis, titik,

bidang, warna, dan tekstur.

b) Prinsip-prinsip

penyusunan seperti: irama, kesatuan,

keseimbangan,harmoni, repetisi danproporsi.

(25)

1. Representasional.

2. Non Representasional

/Abstrak

3. Teknik Seni Lukis.

4. Alat dan Bahan

Teknik Basah

Teknik Kering

Sumber : http://edhysekenbta.blogspot.co.id

1. Ideoplastis

Selanjutnya untuk menjelaskan struktur seni lukis secara rinci mengenai

faktor Ideoplastis yang berupa: konsep, tema, ide, pengalaman dan sebagainya,

yang seluruhnya bersifat rohani tidak tampak mata, namun setelah kolaborasikan

dengan yang bersifat fisik seperti unsur-unsur visual dan prinsip seni akan dapat

dirasakan kehadirannya pada lukisan.

a. Konsep Penciptaan

Dalam penciptaan lukisan ini tentunya terdapat konsep atau dasar pemikiran

yang sangat penting. Konsep pada umumnya dapat datang sebelum atau

bersamaan. Konsep juga bisa berperan sebagai pembatas berpikir kreator maupun

penikmat seni.Berikut pembahasan mengenai pengertian konsep. Dalam Kamus

Bahasa Indonesia (2008:748), konsep adalah ide atau pengertian yang

(26)

Mikke Susanto (2011:227), mengatakan bahwa konsep merupakan pokok

pertama / utama yang mendasari keseluruhan pemikiran. Konsep sangat berarti

dalam berkarya seni. Ia dapat lahir sebelum, bersamaan, maupun setelah

pengerjaan sebuah karya seni.konsep dapat menjadi pembatas berpikir kreator

maupun penikmat dalam melihat dan mengapresiasi karya seni.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dalam seni lukis

adalah pokok pikiran utama yang mendasari pemikiran secara keseluruhan.

Konsep sangat penting dalam berkarya seni karena jika sebuah konsep berhasil,

maka akan terjadi persepsi dan kerangka berpikir yang sejajar antara kreator dan

penikmat.

b. Tema(Subject Matter)

Tema adalah unsur yang sangat penting yang juga menjadi dasar dari setiap

penciptaan lukisan. Dalam sebuah karya seni hampir dapat dipastikan adanya

tema, yaitu inti persoalan yang dihasilkan sebagai akibat adanya persoalan objek.

Menurut Dharsono (2007:31), subject matter atau tema pokok ialah rangsang

cipta seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang

menyenangkan . Bentuk Menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan

konsumsi batin manusia secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat

menangkap harmoni bentuk yang disajikan serta mampu merasakan lewat

sensitivitasnya.

Kemudian, menurut Mikke Susanto (2011:385), subject matter atau tema

pokok adalah objek-objek atau ide-ide yang dipakai dalam berkarya atau ada

(27)

Jadi, dalam penciptaan lukisan ini tema yang dimaksud adalah pokok

pikiran atau dasar gagasan yang dimiliki seniman dalam usahanya untuk

menciptakan bentuk-bentuk yang menyanangkan melalui karya lukis.

c. Bentuk

Form atau bentuk adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi

oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau

oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur (Dharsono, 2007:37). Di

dalam karya seni, form digunakan sebagai simbol perasaan seniman didalam

menggambarkan objek hasil subject matter, maka tidaklah mengherankan apabila

seseorang kurang dapat menangkap atau mengetahui secara pasti tentang objek

hasil pengolahanya. Karena kadang-kadang form (bentuk) tersebut mengalami

beberapa perubahan di dalam penampilanya (transformasi) yang sesuai dengan

gaya dan cara mengungkapkan secara pribadi seorang seniman.

Bentuk juga seringkali didefinisikan dengan arti yang sederhana.Dalam hal

ini Mike Susanto (2011:54), mendefinisikan bentuk sebagai rupa atau wujud

yang berkaitan dengan matra yang ada . Dalam hal ini bentuk menurut Mikke

Susanto dipersepsikan dengan unsur-unsur rupa yang tampak secara visual.

2. Fisikoplastis

Selanjutnya untuk menjelaskan struktur seni lukis secara rinci faktor

(28)

a) Elemen-elemen Seni Rupa

1) Garis

Garis merupakan unsur rupa yang paling elementer di bidang seni rupa dan

sangat penting dalam tersusunnya sebuah bentuk lukisan.Garis dapat berupa

goresan yang memiliki arah serta mewakili emosi tertentu.Menurut Mikke

Susanto (2002:45) garis memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa

pendek; panjang; halus; tebal; berombak; melengkung; lurus dan lain-lain .

Menurut Dharsono (2004:40), pada dunia seni rupa sering kali kehadiran

garis bukan hanya sebagai garis tetapi kadang sebagai simbol emosi yang

diungkapakan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan.Menurut Sidik, F &

Aming, P (1979:3), Garis adalah goresan, coretan, guratan yang menghasilkan

bekas .

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan garis adalah goresan, guratan atau coretan yang mengandung simbol

emosi atau arti untuk membentuk objek.

Dalam lukisan penulis, garis yang ditimbulkan merupakan sebuah goresan

cat dari pisau palet dan kuas di atas kanvas. Dari semua garis-garis yang ada, garis

yang muncul dari warna-warna yang saling mengikat dalam mewujudkan kesan

pada bentuk di setiap objek lebih banyak terlihat atau lebih dominan.

2) Titik

Unsur titik terkadang sulit untuk dinyatakan atau dilihat dalam sebuah

lukisan.Namun, pada dasarnya titik hampir selalu ada dalam setiap lukisan. Titik

(29)

pula sebagai unsur yang menggabungkan elemen-elemen rupa menjadi garis atau

bentuk. (Mikke Susanto, 2011: 402).

Pada karya penulis titik yang tampak juga berupa titik yang dihasilkan oleh

cat sebagai upaya untuk mencapai detail dari karakter objek-objek tertentu yang

digambarkan agar kesan cahaya lebih terlihat atau tampak.

3) Bidang

Adanya bidang bisa dipastikan tidak akan terlepas dari setiap unsur yang

terdapat dalam lukisan. Dalam arti lain, shape atau bidang adalah area. Bidang

terbentuk karena ada dua atau lebih garis yang bertemu (bukan berhimpit).

Dengan kata lain, bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis, baik oleh

formal maupun garis yang sifatnya ilusif, ekspresif dan sugestif (Mikke Susanto,

2011: 55).

Sedangkan menurut Margono (2010:142), bidang merupakan permukaan

yang datar. Suatu garis yang dipertemukan ujung pangkalnya akan membentuk

bidang, baik bidang geometrik (segitiga, persegi, dan persegi panjang) maupun

bidang organik (lengkung bebas) .

Dalam lukisan penulis banyak menampilkan unsur-unsur bidang dari yang

geometrik seperti persegi panjang, persegi, lingkaran dan lain-lain hingga bidang

organik seperti pada objek-objek alam misalnya daun, pohon batu dan lain

(30)

4) Warna

Warna merupakan salah satu unsur penting dalam proses penciptaan

lukisan. Hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan

(tension) deskripsi alam, ruangan, bentuk dan masih banyak lagi. Warna sebagai

salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur susun yang sangat

penting, baik di bidang seni murni maupun seni terapan bahkan lebih jauh dari itu

warna sangat berperan dalam segala aspek kehidupan manusia (Dharsono,

2007:76).

Menurut Mikke Susanto (2011:433), warna subtraktif adalah warna yang

berasal dari pigmen . Pendapat lain dikemukakan Sidik F & Aming P (1979:7)

warna adalah kesan yang ditimbulkan oleh cahaya pada mata . Warna juga dapat

digunakan tidak demi bentuk tapi demi warna itu sendiri, untuk mengungkapkan

kemungkinan-kemungkinan keindahanya serta digunakan untuk berbagai

pengekspresian rasa secara psikologis.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, warna merupakan pigmen yang

dipantulkan cahaya dari suatu benda yang diterima indera penglihatan manusia.

5) Tekstur

Sifat permukaan suatu benda mampu menonjolkan karakter dari benda

tersebut.Misalnya, karakter kasar, halus, licin, atau bergelombang. Hal ini dapat

dirasakan melalui indra peraba, yakni tangan manusia. Menurut Margono

(2010:142), tekstur adalah permukaan suatu benda, ada yang halus ada yang

(31)

Dalam penciptaan lukisan ini, tekstur pada pada lukisan adalah tekstur nyata

atau tekstur yang memiliki nilai raba secara nyata (dapat dirasakan dengan indera

peraba). Yang dihasilkan melalui teknik melukis yang menggunakan cat dengan

tebal.

Jadi yang dimaksud dengan tekstur dalam lukisan penulis adalah tekstur

nyata atau yang memiliki nilai raba yang dibentuk melalui ketebalan cat yang

digoreskan dengan menggunakan pisau palet maupun kuas pada permukaan

kanvas.

6) Ruang

Dalam bidang seni rupa, unsur ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan

keluasan, kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Sedangkan dalam lukisan, ruang

dapat dihadirkan melalui bentuk-bentuk yang meciptakan ilusi optis misal paduan

garis dan warna yang membentuk bidang dengan sudut pandang tertentu akan

memunculkan asumsi akan adanya ruang dalam lukisan tersebut. Menurut A.A.M.

Jelantik (1992:21) ruang adalah kumpulan beberapa bidang; kumpulan dimensi

yang terdiri dari panjang, lebar dan tinggi; ilusi yang dibuat dengan pengolahan

bidang dan garis, dibantu oleh warna (sebagai unsure penunjang) yang mampu

menciptakan ilusi sinar atau bayangan yang meliputi perspektif dan kontras antara

terang dan gelap . Sedangkan Menurut Mikke Susanto (2011: 338), ruang

merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian

muncul istilah dwimatra dan trimatra. Dalam seni rupa orang sering mengaitkan

ruang adalah bidang yang memiliki batas atau limit, walaupun kadang-kadang

(32)

fisik, yaitu rongga yang berbatas maupun yang tidak berbatas. Pada suatu waktu,

dalam hal berkarya seni, ruang tidak lagi dianggap memiliki batas secara fisik.

Jadi, ruang dalam lukisan penulis adalah ilusi optis atau ruang semu yang

tampak pada kanvas.Ruang semu tersebut tampak melalui kesan yang ditimbulkan

dari penggambaran objek-objek realistik yang terdapat dalam lukisan.Semua

objek yang ada dalam lukisan penulis mengesankan ruang yang timbul karena

kombinasi dari bentuk-bentuk visual yang terletak berdasarkan sudut pandang

tertentu.

b) Prinsip-prinsip Penyusunan Elemen Rupa

Dalam menciptakan lukisan seniman akan berusaha sebaik mungkin dalam

mengolah karyanya. Untuk mencapai itu, diperlukan pengetahuan dan penguasaan

mengolah prinsip-prinsip dalam seni lukis. Prinsip-prinsip seni lukis yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Harmoni (keselarasan)

Prinsip ini timbul karena ada kesamaan, kesesuaian dan tidak adanya

pertentangan. Harmoni atau keselarasan adalah kesan kesesuaian antara unsur

yang satu dengan unsur yang lain dalam satu kesatuan susunan. Menurut

Dharsono (2007:43), harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang

berbeda dekat . Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan

timbul kombinasi tertentu dan timbul keselarasan (harmony).

Sedangkan menurut Mikke Susanto (2011:175), harmoni adalah tatanan

(33)

pada pembedanya gunaide-ide dan potensi-potensi bahan dan teknik tertentu

dengan berpedoman pada aturan-aturan ideal .

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, harmoni adalah kesesuaian antara

unsur-unsur dalam satu komposisi. Kesesuaian atau keselarasan itu didapat oleh

perbedaan yang dekat oleh setiap unsur yang terpadu secara berdampingan dalam

kombinasi tertentu.

2) Kesatuan (Unity)

Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat

penting.Jika salah satu atau unsur rupa mempunyai hubungan (warna, raut, arah,

dll), maka kesatuan telah tercapai. Menurut Dharsono (2007:83), Kesatuan

adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok

dari komposisi .

Mikke Susanto (2011: 416) menyatakan bahwa: Kesatuan merupakan salah

satu unsur dan pedoman dalam berkarya seni (azas-azas desain).Unity merupakan

kesatuan yang diciptakan lewat sub-azaz dominasi dan subdominasi (yang utama

dan kurang utama) dan komponen dalam suatu komposisi karya seni.

Jadi, kesatuan merupakan keutuhan secara menyeluruh dalam komposisi

yang memberikan kesan tanggapan terhadap setiap unsur pendukung menjadi

sesuatu yang satu padu. Dengan kata lain karya yang memiliki kesatuan yang baik

setiap unsur akan mewakili sifat unsur secara keseluruhan. Kemudian kesatuan

(34)

3) Keseimbangan (Balance)

Menurut Mikke Susanto (2011:46) keseimbangan, persesuaian

materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas suatu komposisi

karya seni .

Keseimbangan adalah kesan yang dapat memberikan rasa mapan (tidak

berat di salah satu sisi) sehingga tidak ada ketimpangan dalam penempatan

unsur-unsur rupa (garis, bentuk, warna, dan lain- lain). (Margono& Abdul Aziz,

2010:143)

4) Point of Interest

Menurut Mikke Susanto (2011:312), Point of Interest atau Point of View

adalah titik perhatian atua titik di mana penonton mengutamakan perhatiannya

pada suatu karya seni . Dalam hal ini seniman dapat memanfaatkan warna,

bentuk, objek atau gelap terang maupun ide cerita / tema sebagi pusat perhatian.

5) Proporsi

Proporsi merupakan perbandingan antara bagian-bagian dalam satu bentuk

yang serasi.Proporsi berhubungan erat dengan keseimbangan, ritme, dan kesatuan.

Keragaman proporsi pada sebuah karya maka akan terlihat lebih dinamis, kreatif

dan juga alternatif. Menurut Mikke Susanto (2011:320), proporsi merupakan

hubungan ukuran antar bagian dan bagian, serta bagian dan

kesatuan/keseluruhannya. Selain itu proporsi berhubungan erat dengan

(35)

Sedangkan Dharsono (2007:87), menjelaskan bahwa proporsi dan skala

mengacu kapada hubungan antara bagian dari suatu desain dan bagian antara

bagian dengan keseluruhan .

6) Kontras

Dalam lukisan, keberadaan prinsip kontras sangatlah menunjang komposisi

secara keseluruhan. Menurut Mikke Susanto (2007:227), kontras adalah

perbedaan mencolok dan tegas antara elemen-elemen dalam sebuah tanda yang

ada pada sebuah komposisi atau desain .

Jadi, kontras yang digunakan dalam lukisan penulis menggunakan warna

dan bentuk yang berbeda mencolok misalnya, penggunaan warna gelap yang

berdampingan secara langsung dengan warna yang sangat terang atau perbedaan

ukuran bentuk-bentuk dalam lukisan.

c. Media dan Teknik Dalam Lukisan 1) Media

Sebagai seorang seniman, harus mampu memahami dan mengenal

penggunaan media yang digunakan dalam proses kerja kreatif. Menurut Mikke

Susanto (2011:25), Menjelaskan bahwa medium merupakan bentuk tunggal dari

kata media yang berarti perantara atau penengah. Biasa dipakai untuk menyebut

berbagai hal yang berhubungan dengan bahan (termasuk alaat dan teknik) yang

(36)

2) Teknik

Penguasaan teknik adalah hal yang paling pokok dalam berkarya. Seorang

perupa akan kesulitan mengekspresikan ide atau gagasannya tanpa diimbangi

penguasaan teknik yang mumpuni. Hal ini karena ada hubungan yang erat sekali

antara yang dirasakan perupa dan hasil yang didapatkannya. Berikut

teknik-teknik yang digunakan dalam melukis:

a) Teknik Basah

Setiap perupa mempunyai teknik yang berbeda-beda dalam melukis,

terdapat dua teknik pokok yang sangat mendasar yang erat hubungannya dengan

medium yang digunakan. Kedua teknik tersebut adalah teknik kering dan basah.

Menurut Mikke Susanto (2011:395), teknik basah adalah sebuah teknik dalam

menggambar atau melukis yang menggunakan medium yang bersifat basah atau

memakai medium dan minyak cair, seperti cat air, cat minyak, tempera, dan tinta .

b)Schildreren met olievert

Menurut Human Sahman (1993:72) Schildreren met olievert adalah

melukis menggunakan cat minyak yang pigmen-nya dicampur denganlinseed oil

/ minyak yang dibuat dengan biji tumbuhan sejenis rami . Cat minyak diencerkan

dengan minyak pengencer (painting medium ; yang diramu dari linseed oil,

terpentin, dan resin/dammar). Cat minyak pada dasarnya bisa digunakan dengan

(37)

c) Impasto

Dalam proses visualisasi lukisan, teknik yang digunakan adalah

menggoreskan cat minyak dengan tebal di atas kanvas. Menurut Mikke Susanto

(2011:191), mengatakan bahwa impasto merupakan teknik melukis dengan

menggunakan cat yang tebal, berlapis-lapis, dan tidak rata untuk menonjolkan

kesan goresan atau bekas-bekas goresan, sehingga menghasilkan tekstur kasar

atau nyata .

C.Metode Penciptaan dan Pendekatan

1. Metode Penciptaan a) Observasi

Observasi lapangan merupakan langkah awal sebelum memulai

menciptakan lukisan. Observasi dilakukan untuk mengamati, mencari, dan

mengetahui bagaimana keadaan bangunan bangunan Indis yang ada di setiap

daerah yang diangkat sebagai objek lukisan. Ketika melakukan observasi,

digunakan kamera untuk mengambil gambar setiap objek bangunan Indis untuk

membantu proses melukis.

b) Eksperimentasi

Eksperimentasi merupakan suatu proses yang memberikan

pertimbangan-pertimbangan awal dari persiapan melukis seperti membuat sketsa pada kanvas.

Eksperimentasi bertujuan membuat tahap awal pada kanvas yang selanjutnya

dilanjutkan pada tahap eksekusi sehingga dapat mencapai bentuk lukisan

(38)

c) Visualisasi (Eksekusi)

Tahapan ini dimulai dari pemindahan objek ke atas kanvas dengan perkiraan

yang tepat, kemudian dilanjutkan dengan proses pewarnaan dengan teknik

impasto yang didasari cat menggunakan pisau palet secara menyeluruh,

kemudian di-finishingmenggunakan kuas.

2. Pendekatan Realisme

Dunia seni lukis terdapat berbagai macam gaya atau aliran yang menjadi ciri

khas dari seorang pelukis itu sendiri. Realisme merupakan salah satu aliran yang

cenderung apa adanya dan meniru objek secara nyata.menurut Soedarso SP (1987:

80) menyatakan bahwa realisme adalah suatu aliran yang ingin menangkap

realitas ini apa adanya, tanpa ilusi dan tanpa bumbu apa-apa. Sesuatu yang ingin

dicari ialah kewajaran, tetapi menangkap kewajaran dan memindahkannya

kedalam kanvas tidaklah mudah karena bagaimanapun sebuah lukisan adalah hasil

interpretasi seorang seniman. Pelopor-pelopor pelukis realisme dalam dan luar

negeri seperti John Constable, Gustave Courbert, Raden Saleh, dan sebagainya.

Dalam proses berkarya seni seorang seniman tentunya tidak akan pernah

terlepas dari inspirasi atau pengaruh dari luar dirinya. Pengamatan dari

karya-karya seniman lain sangat mempengaruhi proses berkarya-karya seni seorang seniman,

baik hanya sebagai referensi maupun sebagai karya inspirasi. Karya-karya

seniman lain yang memberi inspirasi tentunya akan berpengaruh terhadap

karya-karyanya baik secara ide ataupun secara teknis pengerjaan karya. Seniman yang

memberikan inspirasi bagi penulis dalam berkarya seni adalah Josias Cornelis

(39)

bagi penulis dalam menuangkan ide dan gagasan maupun berkarya seni. Berikut

adalah karya John Constable dan Josias Cornelis Rappard yang telah memberi

pengaruh penulis dalam berkarya.

[image:39.595.202.471.223.414.2]

a) John Constable

Gambar 1:John Constable, East Bergholt Church (Sumber: www.John-Constable.org )

John Constable adalah seorang pelukis pemandangan asal Inggris. Ia lahir

di Suffolk pada 11 Juni 1776, dan meninggal di London pada 31 Maret 1837. Ia

belajar di Akademi Royal London, namun ia lebih banyak belajar secara otodidak

dengan mengamati pemandangan secara langsung daripada belajar secara

akademis. Walaupun ia tidak beraliran naturalis, ia menjadi pelukis yang pertama

kali melukis warna-warna dalam alam dan kegemerlapan sinar cahaya seperti

yang dilihatnya.

Ada beberapa faktor dalam karya lukisan John Constable sehingga penulis

(40)

salah satunya adalah pewarnaan gelap pada pohon-pohon dan penggambaran

bangunan seperti gambar lukisan diatas.

[image:40.595.225.447.194.363.2]

b) Josias Cornelis Rappard

Gambar 2: J. C. Rappard, De Willemskerk in Batavia (Sumber: Commons.wikimedia.org )

Josias Cornelis Rappard merupakan salah satu seorang pelukis

berkebangsaan Belanda. di Hindia belanda dia banyak menciptakan karya lukis

terutama karya lithografi mengenai kehidupan sosial maupun karya lukis

mengenai bangunan-bangunan tempat tinggal para pejabat pemerintah Belanda.

Ada beberapa faktor dalam karya lukisan Josias Cornelis Rappard sehingga

penulis memilihnya sebagai salah satu acuan yang berpengaruh dalam proses

berkarya, salah satunya adalah penggambaran tentang bangunan-bangunan Indis.

Pada gambar diatas terlihat komposisi tegas dan seimbang. Objek bangunan yang

terlihat simetris dan seimbang didukung pepohonan yang berada di belakang

bangunan dan orang yang sedang mengendarai dokar di depan bangunan.

Proporsi keseluruhan objek terlihat nyata karena memperhitungkan jarak

(41)

yang tepat untuk sebuah lukisan gaya realisme. Karena objek yang digambarkan

dibuat semirip mungkin dengan objek yang sesungguhnya. Sependapat dengan

pendapat F.X. Budiwidodo Pangarso (2013:66) menyatakan bahwa proporsi

yang dimaksud disini adalah persamaan relatif antara besaran gambar dengan

luasan bidang gambar, agar terjadi penempatan dan tampilan gambar yang baik

dan pantas dilihat . Beberapa objek dalam karya J. C. Rappard terlihat proporsi

antara objek diperhitungkan dengan baik. Dalam hal ini, penulis berusaha

memahami dan menerapkan teknik khususnya dalam mengerjakan lukisan dengan

keseimbangan simetris. Lukisan penulis serupa dengan karya J. C. Rappard

dengan keseimbangan simetris sudut perspektif yang menempatkan objek sejajar

(42)

op oqq q

rstopu pvpwxpwrswyqrz ppw{ p|Yp

p}{onzsep daemanrenciptaan~ukisan

} {onsepnaiptacn~ukisan

‚ƒ„ …† †…ƒ‡ˆ †‰ ŠŠƒ ‹ Œˆ„Šƒ ŠŽ Š‹ Š …ŠŒ‘Šƒ’…†“ˆ Š‰ˆƒ Šƒ’ …Œƒ ˆ Šƒ ’ŽŠƒ

…„ ŠŽ Š“ Šƒ ‘ …ƒ…ƒ Šˆ ” ŠƒŒƒ Šƒ •ƒŽ ˆ„ –Šƒ ‘ …‘ ˆ‹ˆ ˆ ƒ ˆ‹Šˆ  ˆ„‰ ‚ “ˆ„’ Š“…‚‹‚ ˆ„ Ž Šƒ

…„‰…‰ ˆ„ —˜ŠƒŒƒ Šƒ •ƒŽ ˆ„„…” Š Šˆ‚”™ … †…ƒ‡ˆ †‰ ŠŠƒ Š“…ƒ Š‘…‘ †Œƒ–Šˆ” …ƒ‰ Œ  –Šƒ

Œƒ ˆ „ … ˆƒ Š ‘ …ƒŽ‚“‚ ƒ  † …ƒ Œ‹ˆ„ Œƒ‰ Œ ‘ …ƒ‡ˆ†‰ŠŠƒ ‹Œˆ„ Šƒ Ž …ƒŠƒ ‚”™ …

” Šƒ ŒƒŠƒ•ƒŽ ˆ„ ’–Šƒ”…“ŠŽ ŠŽ ˆ” …” … “Š†Šš ˆ‹Š –Š›ŠšŠœ…ƒ Š —

 ŠŽ Š †“‚„…„ ž ˆ„ŒŠ‹ ˆ„ Š„ˆ’ †…ƒ Œ‹ ˆ„ ‘…‹Œˆ„ „…‡ Š“Š “…Š‹ ˆ„‰ˆ — ŸŒˆ„ Šƒ ‚”™… 

” Šƒ ŒƒŠƒ •ƒŽ ˆ„ ’ ‘…ƒŠ ‘” ˆ‹ “…†“…„…ƒ‰Š„ ˆ Ž Š“ˆ ” …ƒ‰Œ „…„ŒƒŒƒ–Š „… ˆƒ Š

‘…ƒ™ŠŽ ˆŠƒ ‚”™… † ŠŽ Š ‹Œˆ„Šƒ ‰…“‹ˆ Š‰ ƒ–Š‰ Š—  ŠŽ Š †“‚„…„ ” …“ Š“ –Š’ ‚”™ …

” Šƒ ŒƒŠƒ •ƒŽ ˆ„ „ …” Š Šˆ  ¡¢nt of £nterest — ¤ƒ‰Œ †…ƒ Š‘” ˆ‹ Šƒ ‚”™ … ‰…“ Šƒ‰ Œƒ  †ŠŽ Š ” …“…„Šƒ Š‰ŠŒ ‰ ˆŽŠƒ –Š ‚”™ … „ …‡Š“Š  …„ …‹ Œ“Œ Šƒ Š‰ŠŒ†Œƒ ‚”™ … ¥‚”™ …

‰ …“‰ …ƒ‰Œ—¦ ˆ„Š‹ Šƒ† …ƒ Œ‹ ˆ„ ‰…“…„Šƒ †ŠŽ Š ‚‰ŠŸŠ‘ŠŽ ˆ § …‘ Š“Šƒ’–ŠƒŽ ˆ ™ ŠŽ ˆ Šƒ

‚”™ … Œ‰ Š‘ Š †ŠŽ Š ‹ Œˆ„Šƒ ŠŽ Š‹Š „ Š‹Š „Š‰ Œ ” ŠƒŒƒ Šƒ –Šƒ ” … “ŠŽ Š Ž ˆ „ ŒŽ Œ‰ ‚‰Š

ŸŠ‘ Š—  …ƒ Œ‹ ˆ„ ŠŠƒ ‘…‘ž ˆ„ŒŠ‹ˆ„Š„ˆŠƒ ‚”™…¥‚”™… ‰ …“„ …” Œ‰ …ŽŠ‹ Š‘ „ …” ŒŠ

‹ Œˆ„Šƒ—

 …ƒ Œ‹ ˆ„ ‘…ƒ ŒƒŠŠƒ ‰…ƒ ˆ ‰ …ƒ ˆ  ” Š„Š Ž …ƒ Šƒ ‘…ƒ‚“…„ Šƒ ŒŠ„

„…‡ Š“ Š im¨©ª «¡ Ž ˆ ‘Šƒ Š ‰ …ƒ ˆ  ˆ‰Œ Ž ˆ‡ Š†Šˆ Ž …ƒ Šƒ ‘ …ƒ ŒƒŠŠƒ ŒŠ„ –Šƒ Ž ˆ ‚ “…„Šƒ „…‡ Š“ Š †…“‹ŠŠƒ Ž Šƒ ‘ …ƒ Œ‘ †Œƒ –Š Ž ŒŠ Š‹ ˆ Š‰ ŠŒ ‹…” ˆ’ „ …Š‹ˆŒ„

‘…ƒ‡ Š‘†Œ“ šŠ“ƒ Š „ … “‰ Š „…Š‹ ˆ Œ„ ‘ …‘” ŒŠ‰ “ ŠŽ Š„ ˆ šŠ“ƒ Š Ž Š “ˆ …‹Š†  … ‰ …“Šƒ

(43)

²³´µµ¶· ³¸ ¹º»¸ ¼³´ µ» ´ ² ³´½» ¾º¹ » ´ ¹º»¸ ¼³´µ»´ ¾³´µµº ´»»´ linse e¿ ÀÁ ½» ´ µ óÄÅÆ Ä» ´½»¹Ç È ³´ µ» ´ É ³¹ ´Å¹ Å´Å ¼ÅÆ» ·» ¾¹ » ´ ²³´ Êžɻ¹» ´ ¹³Æ» ú¸ » ´ ij´É º¹ ¼» ´

µ·» ¼»¸ÅË»·´»½» ´ µÃ³²Äº É

ÌÍ ÎemaÏ ÐnaiptacnÑukisan

Ò³²» ¾³´ÊÅ ¾É» » ´ ú¹ Ÿ »´ »¼» Ã»Æ µ»² Ä» ·» ´ É ³´É » ´µ Ä ³´Éº¹ » É»º ¹ ³º ´Å¹ » ´

Ä» ´µº ´»´ÓÄ» ´ µº ´» ´ Å´¼Å¸Ô ¸ ³¾³·ÉŠij´Éº¹ Ä» ´µº´»´ ɺ» ij¹»¸ ɳ´É»·» ¹ »Õ» ó·Å

» ·É Åà ó·Å³ Ö» ´ µ¹º ´³ µ»·»´ ¼Å ׺ ·»¹» ·É» ½» ´ µ É Å¼» ¹ É ³·» Ë» É ¼ ³´ µ» ´ Ä» Å¹Ô ¼Å´¼Å ´µ

ɳ·ÃÅÆ» É·³É»¹¼» ´Ê» ɾº ÉÅƾ» ¼»É³² Ķ¹Ä» ´½»¹É³ ·¹ ³Ãº ¾»¸Ô¼»´¼Åijij ·»¾»Ä» µÅ» ´

¼Åɺ ²ÄºÆ Šú²º É ½» ´ µ ²³² ĺ»É Ä» ´µº ´»´ É» ²¾»¹ ¹º¸ » ² Ô

¼Å É» ² Ä»Æ ¼Å¸ ³¹ Å É» ·

Ä» ´µº ´»´ É ³·Ã ÅÆ» É ¾¶Æ ¶ ´ ½»´ µ ²³´º ɺ ¾Å ¸³Ä»µÅ» ´ Ä» ¼» ´ µ³¼º ´ µ ²³²Ä³·Å¹»´

¹ ³¸» ´Ä»Æ Ë »Ä» ´ µº ´» ´Å´Å²³²»´µÉ ³Ã»Æû ²»ÉÅ ¼»¹É ³·» Ë» ÉÇ

Ø ³´Êžɻ» ´ ú¹ Ÿ» ´ ɳ´É»´µ Ä ³´Éº¹ ¼» ´ ¹ ³º ´Å¹»´ Ä»´ µº ´» ´ÓÄ» ´ µº ´» ´ Ù´¼Å¸

²³´µÆ »¸Åù»´ ¸³¾º ÃºÆ Äº»Æ ú¹ Ÿ» ´ ·³»Ã ŸÉŹ ¼³´µ» ´ Úº ¼º ÃÔ ½» Šɺ Û ÜÝ·ÉŠó·ÅÓ

Þ»Õ» ó·ÅÔ Ö» ´ µ¹º ´³ µ»·»´ßÔ Loji Gandrung, Surakarta , Sudut Kota Lama,

Semarang , Gedong Kuning, Semarang , Komplek karesidenan Kedu I,

Magelang , Komplek karesidenan Kedu II, Magelang , Home Stay Gondang

Winangoen, Klaten , Rumah Sakit Jiwa,Magelang , Pabrik Rokok praoe

Lajar, Semarang , Kantor Bupati, Purworejo .

Dalam pembuatan lukisan, penulis menggunakan bantuan fotografi dalam

pengambilan objek-objek bangunan, kemudian hasil fotografi dilukiskan pada

kanvas. Penulis menggunakan teknik basah dengan cara menggoreskan kuas

sekaligus mencampur warna serta sekaligus membuat gradasi warna dari gelap ke

(44)

âãäroses Visualisasi

åã ælatçâ danahaèneknik

éê ëì í îëï ëð ñ òóìë ìòô ðõô ëì ëö ÷ëó ë ø÷ ëó ë ù òðúòóû ëëð ü ëêëý ó ëð úôë

ý òðö ëð úô ëðõ ü òü ëðú ëú ëñëðù òóöùëô òü ëêëýñòîö ëïê öôõ ñ ëðýòóöù ëô ëðïëêþëð ú

ù òðìõ ðú üòýõ ý òðöðûëðú ù óÿñ òñ î òóô ëóþë òìõëù ù òóöùë ìòðìö ýòý ùöð þëõ

ùõê õï ëðð þë ñòðüõóõ ì òóïëü ëù îëï ëð í ëê ëìí ñ òóìë ì òôðõ ô þëð ú üõ úöðëô ëððþëí ñòîëî

ù òýõ êõ ï ëð ìòóñ òîöì ëô ëð ý òðû ëüõ ù òðöðûëðú öìëý ë þëðú ýòðòðì öô ëð ï ëñõ ê ù ëü ë

ô ëóþëê öôõ ñ ëððþë

baamr 3ælat daânahan

ÿôöý òðìëñõùóõîëüõ

ã ælat

éü ëùöðëêëìþëð úüõ úöðëô ëðü ëê ëýùó ÿñ òñùòð÷õùìëëðô ëóþëëðìëóëêëõð

á òð úúëóõ ñ

òðúúöð ë ëð ù òð úú ëóõ ñ üõñõ ðõ þëõì ö í öðì öô ý òý îö ëì úëóõñ ù ëü ë ô ëðëñ

ñ òîëúëõ ù óÿñ òñ ëëê üëê ëý ý òðú òóûëôëð ê öôõ ñëð òðúúëóõ ñ þëð ú üõ úöð ëô ëð

îòóöôöó ëð à÷ýí÷ý í ü ëð á÷ý òð úúöðëëð öôöó ëð ùòð úúëóõñ þëð ú îòó îòü ë

(45)

ambar 4nggaris

!"#$

$ % # &

% '( #( # &) * ' '( & " !" (

!+ & #!! ! * & ! " !' ( ! #! #!

* ", % " ! #( ( * # ! - + !

! " & ." & /! ! " !,% ! #( "

/! ' (#" & #(+# * & " #&" 0 ( ! .(!

* & +# ( &# " ! 1 ( * !* ',

ambar 23s daaun pisau palet

(46)

45 6 789:

6 9 ;<<= ;7 7 ; >7 89: ?7 87@ >ABC 9C @9 8= DEC F7 E:= G C9 H7<7 E :9 @ >7: = ;:= D

@9 ;7 @ >= ;< I7: F7; < : 9 87J ?E:=7 ; <D7 ; ?7 ; K= <7 H9 AL= ;<C E = ;:= D @9 ;I7@ >=A

M7 A;7 NM7A;7I 7:F7; <?EE ;<E ;D7 ;>9 A= >7 O

Pambar QRSTUet VWB D= @9 ;: 7CE>AE H7?E 5

X5 Y7 ?7JH9 AECEZ9 ;CE;

6 9 ;<<= ;7 7 ;M7 ?7JF7 ; <H9 AECEH9 ;CE;F7 E: = G= ;: = D@9@ H9 AC EJ D7;D=7C>7 ?7

C77: @9 8= DEC 7: 7= C9: 9 87 J C 9 89C 7 E @9 8= DECG C = >7 F7 D=7C : E ?7D D7 D= ?7 ; : 9:7 >

(47)

]ambar ^_Wadah beisi ber nsin

`abcde fghij klmkniokp

qp ri kgsil

r ik g til oit ie lmb jfj e ft dc kj okud gici g d ghdc efen fm jkvcig cdij oim k

j kji wi h xi g u e ij kv efgfel ft li oi cdi jy rik g til zd ui okud gici g d ghdc

e fe n fmj kvci gw i hi hidbktxi g uhfm w fw fmokj fc khimh fe li heft dc kj y

(48)

b € ahan

‚ƒ „…† …‡ ˆ‰Š‹ Œ‹ ˆ ŒŽƒ ˆ…… † ‘ƒ ‹ …’ ˆ Œ‡ƒ† ƒ “… …† … „… ” …“… ‹ Œ‰…  Œ‘ ƒ‘

•… – ” …ƒ ‘ …„…† …“ ‘  Žƒ ” …–ƒ ” …•…‘ ˆŒ† ‘ƒ ‹   ‘ ‡ŒŽ…ˆ…ƒ “…‹ ƒ† •…–

‡Œ‡ …‹‘ … ‹ ŒŽ …‰ … Œ‘ ƒ‹ — ˜ Œ ƒ …ˆ ” …“… ‡ Œ‡ˆ •…ƒ ‘ …‰…‘Œ‰ƒ‹ ƒ‘ ‡ …‹ƒ –™‡…‹ƒ –

… …‰ … ‘ Œ† Œ”ƒ“… „… ‘Œ‘‰ …–…•…— šŒ‰ƒ‘ ”… “… „… …† … ‹ Œ‰…  Œ‘ ƒ‘ •… –

ˆ Œ†ƒ‹– …‘…„…† …‡ˆŒŽƒ ˆ ……†‘ƒ‹…

›œ  …žƒ  •…‘

ŸŒƒ ‹ Ž… ‡ƒ •…‘ •… – „ƒ – …‘… „…† …‡ ‡Œ†‘ƒ‹ •…ƒ ’ Ž … ˆ‰Š„‘ „ …‰ ƒ

 ¡¢¢ £ ¤ s, Tallens china, „… grecco. … ˆ‰Š„‘ ƒ ƒ ‡Œ‡ˆ  •…ƒ ‘ …†ƒ  …‹ ¥ …‰…

„…‘ Œ …“… …•… –Ž‘ˆ” …ƒ ‘„…“…‰ – …•…•…–Œ‰ ¦…–‘ … —

§ambar ¨©ªat «inyak ¬‚ Š‘ ‡Œ…‹ƒˆ‰ƒ ” …„ƒœ

 … ‡ƒ  •…‘ ‡Œ‡ˆ •…ƒ ‹ƒ­… •…– ƒ„…‘ ŽŒˆ … ‘ Œ‰ƒ –’ ‹ Œ“ƒ––…

‡Œ‡ „…“‘ … ˆŒ† ‘ƒ ‹ „…†…‡ ‡Œ„Œ …ƒ † ‘ …‰•… „…  ‡Œ‡” … –‰ …„ …‹ƒ ˆ …„ … ‘ …‰•…

(49)

°± ² ³´µ¶·¸¹º» ¼ ½µ ¾ ±

¿» ´ Àµ»¼¸»¼Á » Á·¼µ¾µ ¼ óĵÁµ» À³´ µ¶ ·¸ µ ¸µ · À ³ ¼Åµ ºÀ ·¶ Ƶ¶ ¼µ ŵ¸ º»¼ ½µ¾Ç

² ³ ´µ¶ ·¸Åµ ¸½µ ¼Á»Á·¼µ¾ µ ¼ ½µ»¸·º³ ¼ÁÁ·¼µ¾µ ¼ º » ¼ ½µ¾ ŵ ¸ (linseed oil) Astroµ¼

MarriesÇ

Èambar ÉÊËÌÍt rulaÎminyaÏk ¹ÐѾ ·º³ ¼¸µÃ »À¶» ĵ»±

®± Òµ ¼ÓµÃ

Òµ¼ÓµÃ ½µ ¼Á »Á·¼µ¾ µ¼ º³¶·Àµ¾ µ ¼ ¾µ ¼ÓµÃ º³ ¼¸µÔ ½µ ¼ Á »ѴµÔ

à ³¼Â» ¶»Ç² ³ ¼ÁÑ´µÔµ ¼ ó ¼Â» ¶» º³ º ·¼Á¾»¼¾µ ¼ ·¼¸ ·¾ º³ ºÄ³¶»¾µ ¼ Եà » ´ ½µ ¼Á

»»¼Á» ¼¾µ ¼ÇÒµ ¼ÓµÃ ½µ ¼Á »Á·¼µ¾µ ¼ µÂ µ ´µÔ ¾µ ¼Óµ à ½µ¼ Á ij¶Ã ³¶µ ¸ Ôµ´ ·ÃÕ Ã ³Ô» ¼ÁÁµ

(50)

Ùbaamr ÚÚÛÜanvas ÝÞßàáâ ãäåæç èéêèëæìè í

c î ïeknik

ðãà äèà ñá òæ â ãâ éá ä óæ è é ãêæ äæ ä é ãäåè ä ò ìæôæ â é ãäõèé åææ ä ôáà è çæ ä ìæê è

æöæô çæâéæ è âãäñ æ ìè ôáà è çæ ä óæ ä ò ç ãá åá ÷ä óæø ìæô æâ é ãäõèé åææ ä ôáà è çæ ä èäè

é ãäáô è ç â ãäãäåáàæ ä ßëñãà ìæê èë æäóæà é èô è ÷æäùß å ß ëæä òá äæ ä úäìèç óæ ä òâãäæê èà

á äåá à ìèôáà è çàæä éæ ìæ àæ äûæç ü ýãåãô æ÷ è åá âãâ ëáæ å çà ãå çæ éæ ìæ à æ äûæç ìãäòæ ä

â ãäòòá äæàæ ä ëæ äåá æä é ãäòòæêè çø ìèô æ äñá åàæä â ãâ ë ãê è öæê äæ éæ ìæ ëæ òè æ ä

ëæ äòá äæä âãâ ëáæ å òêæìæ ç è öæê äæ ìæêè òãô æé à ã å ãêæ ä ò ç ãõæêæ àæçæê å ãêôãë è ÷

(51)

d

roses elukis

abamr oses ketsa

!

" # $ % #

(52)

(ambar )*+,-rbandin foto deang ngan hasil lukisan

./0123 45678 9:;9<7=9 >

?4; =7 87;1 7 5 @73<7 ; =97 67 8A =7:7 6 =97 57B 9 89 8 <7CD7 : 4D7; 577 5 =7 5

: 45@@73<7; 75 < 4< 4;7:7 0<E 41 :7 =7 F0 60 6 4B7C 3 45@7B73 9 84=91 96 : 4;2<7C7 5G

H987B 5 I7 3 45 @C 9B7 5 @175 0<E 41 6 97 5@ B 73:2 I75@ < 4; 7=7 =9 =4:7 5A 3 0< 9B =7 5

8 4: 4=7 3 0 60; I75 @ < 4;7 =7 =9 8 9 89 17 57 5 =75 1 9;9 <7 5 @2 575A 7@7; 527 587

B 9 5@12 5 @758 4371 9 53 450 5E 0B17 50<E 412 673 7 G

JG K ;0 8 48K4D 7;57 7 5

K ;0 8 48 : 4D7 ; 577 5 =7 87; 34;2:717 5 : ;0 848 I75 @ : 4569 5@ 17; 457 : 43 9B 9C75

D7; 57 I7 5 @6 4:7 6 =7 ; 9 7D 7B717 5345456217 5: 45 L7:7 97 5D7 ; 57: 7 =767C7 :71C 9;G

(53)

Pambar QRSTUoseTVs warnaan WXYZ[\ ]^_`a bcdbe`fb g

X`h`\_` i`cb^b\ ]^ j[ _` \`Z` ^Z ]a`^k` i`l`f]^j` ^a]\ `Z ab\` h\[ ^jZ b ^m

n` f` j`\e `d h[Z ba` ^ fb`_` ao Yep ]Z e`^j[ ^` ^ fb fY \b^` ab q`d^` c[ _bi Z ]Z[ ^b^j` ^

f` ^e` kZjdY[ ^f c` f` h` ^ jb _fb fY\ b ^`a b q`d^ `e bd [ _]d`^ jmr ^_[Zb _[ c ]^ jj[ ^` ` ^

k` _ c[ _ bi a ]e`j` b q`d ^` f`a`d [ ^_[Z k`\c[d ` ^ q`d^`sq` d^` h`b ^ a ]c ]d _b yellow

ochre, burnt sienna, burnt umber, cobalt blue, cerulean blue f` ^ h ` b^sh` b^m

t ]f` ^jZ`^Yep]Z sYep ]Zj]h`cl` ^ j_`\ c`Z\ ]^ jj[ ^`Z` ^q`d^`raw umber, burnt

sienna, olive green, cobalt bluem u]\ [ fb` ^ [ ^_[Z c ]q`d^`` ^ Yep]Z h ` b ^ a ]c ]d _b

_[\ e[ is _[\ e[ i` ^ fbfY\ b ^` ab q`d ^` sap green, olive green, f` ^ lemon yellowm

X` h`\c ]\ e[` _` ^h[Z b a`^ \]^jj[ ^`Z ` ^ _]Z ^bZ e` a` if]^ j`^Linseed Oil f]^j`^

k`d` \ ]^ jjYd]aZ ` ^ Z[` a a ]k`d ` _ ]d[ a \]^]d[ a `j`d \]^f`c `_Z` ^ Z ]i` h[ a` ^ c` f`

h[Z b a`^ m n ]^jj[ ^`` ^ Z[ ` a [Z[d` ^ e ]a`d f` ^ a ] f`^j [ ^_[Z c ]\ e[`_` ^ h` ^jb_ o

cY iY ^o f` ^ d[\c[ _ o a ]f`^jZ` ^ Z[`a f]^ j` ^ [Z[ d ` ^ a ]f` ^ j f` ^ Z]kb h fb j[ ^`Z`^

(54)

xy Finishingz{ |} ~| |€‚}ƒ

Finishing „ … † |} ~| |€ ‚} ~‚„ … „ ‡† † |} ˆ|‰Š } €|‹‰  Œ |} |„ ‚  † 

Ž~|  |} ˆ} Œ |} Œ  ‡} „ … Œ |} …Œ † … } ‘‰} ’‘‰}  |} ˆ} |‚ ‡

ŽŒ†  |€y“ |†„ |‰}ˆ€|‰„ † |}‹  ‡~ }|€|‰ „ ~} ˆ} ~ } ˆ  †  ŽŠ|

€|‡‚}ˆˆ €|„ ‚† ŽŠ | Œ |Œ† …} ~ ‚ |~ } ‘‰} ~} ˆ  |‰  | ’ |  „|„ †

Œ |Œ † |‰‡‚„ …}ˆ}|‡‰ ŒŽ} ‚€ }|€|…‰ …‡}‘‰ }†ŽŠ |y

{‰ Ž€|€ ‚} ‚ Œ |Œ } ” „ } € ‚ ”„‹ „ Œ ‚} ~~} ˆ |‚ ‡Œ…}„…Œ|} ˆ|‰ ‚}ˆ

y •„ Œ‚} ~  ~ } ˆ Œ |} ˆ|‰‚}ˆ |} ˆ} Œ„ } Œ |Œ † |‰Œ…‡ † |} ˆ|‰ Š}

…}ˆ …}„ … Œ |Œ† |‰  ‚‚ ˆ‚ }’ ˆ‚} ~} ˆ „|†„  |€   ‡} y {  „ ‡† ‚} ‚

†‰ Ž€ |€† |} ˆˆ ‰† } …‚€ }Œ |Œ † |‰ ‡„ ‚ }ˆ‚ }’ ˆ‚}|„ ‚ † ŽŠ| y

(55)

 ¡¢entuk£ukisan

¤¡ ¥eskripsi ¦arya

§¡ ¦ava¨lleriertillerie ©ªangkunegaran

«ambar §¬­kava llerie -Artillerie, Mangkunegaran ®¯°±² ³ ´¯µ¶² ¯°¯·µ¯³¸ ¯ ·¹Ÿº»ž¼

»Ÿº½ ±x90cm

Komposisi lukisan bangunan Kavallerie Artillerie menempati bidang tengah

kanvas dan merupakan objek utama. Dibagian atap memanjang horizontal dan

diagonal berwarna coklat kehitaman sehingga kontras dengan background langit

yang biru cerah. Disebelah kanan dan kiri bangunan terdapat pepohonan rimbun

yang menutupi sebagian bangunan dan rumput yang kering dengan warna kuning

di sekitar lingkungan bangunan sehingga menambah kesan realistik. Bangunan

(56)

ÀÁÂ ÁÃÄÅÆ ÇÈÉ ÊËÅÊÆ ÅÅÌÍÎÅ ÁÏÉ ÂÁÐÅÆÑÅÃÄÅ Æ ÇÃÉ ÊÒÉÀ ÁÓÅÏÐÅÆÂÉÂ ÁÐ ÅÊÏ É ÌÍÆÇÇÅ

ËÅ ÎÅÌÈÅÆ ÇÁÆ ÅÆÃ ÉÊ ÀÍ ÌÅÃÒ ÁÏ Å ÂÔ

ÕÅÆÇÁÆÅ Æ Kavallerie Artillerie ÍÆ Í Ï ÉÈÅÇÅÍ ÖÈ ÎÉÒ ÁÃÅ ÂÅ Ï ÉÒÅ ÀÍ ÇÁÏ Point of

Interest ÃÉÊÀ ÍÌÅÃÂÉÆÖÆ ÎÖÀà ÉÃÅÓ ÍÏ É ÑÅ ÊÅÒ ÉÏ ÉÀ ÁÊ ÁÌÅÆÂÅÏ ÍÆÇ×ÂÅÏ ÍÆ ÇÉ ÀÉ Â ÉÆ ÄÅ Æ Ç

ÅÐÅÃ ÉÃÅÓÏÉ ÀÅ ÊÅÏÅÆÃÅ ÊÅÏÅÃÁÐÉÆÇÅÆÀÅ ÍÆÆÄÅ ÔØÉÆ ÇÇÅ ÂÈ ÅÊÅÆÖÈ ÎÉÒ Ó ÉÓÖÌÖÆ ÅÆÐÅÆ

ÊÉÊ ÁÂÓ ÁÃ ÅÆ ÂÉÆ ÇÇÁÆÅÒ ÅÆ ËÅÊÆÅ ÄÅÆ Ç ÌÅÂÓ ÍÊ ÏÅ ÂÅ ÐÉÆÇÅÆ ÈÅÆ ÇÁÆ ÅÆ ÅÇÅÊ

ÃÉÊ ËÁÎ ÁÐ ÌÅÊÂÖÆ Í ÐÅÆ Ó ÉÆÇÇÁÆÅÅÆ Ë ÅÊÆÅ ÄÅÆ Ç ÃÍÐÅÒ ÃÉÊ ÀÅ ÀÁ ÒÖÆÃÊÅÏ Ô ØÉÓÖÌÖÆÅÆ

Ð ÍÒÅÆÅÆ Ò ÍÊ Í ÈÅÆ ÇÁÆ ÅÆ ÐÍÈ ÁÅÃ Å ÇÅÊ È ÍÏ Å ÂÉÆÐÅÓ Å Ã ÒÅÆ ÒÉÏÉ Í ÂÈÅÆ ÇÅÆ ÐÅ ÀÅÂ ÖÈ ÎÉÒ

ÀÁÒ ÍÏ ÅÆÙ ÒÉ Â ÁÐ ÍÅÆ ÖÈ ÎÉÒ ÓÉÓÖÌÖÆÅÆ ÐÅÆ È Å ÆÇÁÆÅÆ ÄÅ Æ Ç À ÁÊÁÏ ÚÉÊÃÍÒÅ ÀÙ

ÌÖÊ ÍÛÖÆÃÅ ÀÙ ÐÅÆ Ð ÍÅÇÖÆ Å À Ã ÉÊÏ ÉÈ ÁÃ Ð ÍÈ ÁÅÃ Å ÇÅÊ Ã ÉÊ Ë ÁÎÁÐÆÄÅ ÓÊÖÓÖÊÏ Í Å ÇÅÊ ÃÉÊ ÀÍ ÌÅÃ

Ð ÍÆÅ Â ÍÏ ÓÅÐÅ ÖÈ ÎÉÒ À ÁÒÍÏÅÆ ÐÅÆ ÂÉÆ ÑÍÓÃÅÒÅÆ ÒÉÏÅÃÁÅÆ Ô ØÅÐÅ ÀÁÒ ÍÏÅÆ ÜÁÒ ÍÏ ÅÆ

ÃÉÊÏ ÉÈÁÃ ÂÉÆ ÇÇÁÆ ÅÒÅÆ Ë ÅÊÆÅ Titanium White, Yellow Ochre, Cobalt Blue, Burnt

Sienna, Raw Umber, Raw Sienna, Olive Green, Sap GreenÔ ØÅÐÅ ÓÉ ÂÈ ÁÅÃÅÆ

ÓÉÓÖÌÖÆÅÆ ËÅÊÆ Å ÀÉÈ Í Ì ÇÉ ÀÅÓ ÐÉÆ ÇÅÆ ÂÉÆ ÇÇÁÆÅÒÅÆ ËÅÊÆ Å Sap Green, Raw

Umber, Olive Green ÐÉÆÇÅÆ ÒÅÓ ÅÏÍÃ ÅÏ ÀÉÈ ÍÌ ÈÅÆÄÅÒÙ ÐÉÆ ÇÅÆ Ï ÉÐ ÍÒ ÍÃ ÑÅ ÂÓ ÁÊÅÆ

Titanium White, Yellow Ochre, Lemon YellowÔ ÝÆÃÁÒ ÓÉ ËÅÊÆÅÅÆ ÓÅÐ Å Ê ÁÂÓ ÁÃ

ÂÉÆÇÇÁÆ ÅÒÅÆ ËÅÊÆ Å Ò ÁÆ ÍÆÇ Ã É ÊÅÆ Ç ÐÉÆ ÇÅÆ ÑÅÂÓ ÁÊÅÆ ËÅÊÆÅ Titanium White,

Lemon Yellow, Yellow Ochre, Burnt Sienna, Yellow PaleÔ ØÉ ÂÈ ÁÅÃ ÅÆ ÃÅÆÅ Ì

ÂÉÆÇÇÁÆ ÅÒÅÆ ËÅÊÆÅ ÄÅ ÆÇ ÂÉÆ ÇÒÖÂÈ ÍÆÅÏÍÒÅÆ ËÅÊÆÅ ÄÅ Æ Ç ÅÐ Å ÓÅÐ Å È ÅÆÇÁÆÅÆ

ÐÉÆÇÅÆ ÓÉ ÂÈÉ ÊÍÅÆ ËÅÊÆ Å Burnt Sienna ÐÉÆÇÅÆ Î ÁÂÀÅ Ì ÈÅÆÄÅ Ò ÐÉÆ ÇÅÆ ÑÅÂÓ ÁÊÅÆ

Titanium White, Raw Umber, Raw Sienna, Yellow OchreÔØÉ ÂÈ ÁÅÃÅÆÀÅÆ ÇÍÃÐ ÍÈ ÁÅÃ

È ÍÊ ÁÃÉÊÅÆ Ç ÁÆÃÁÒÂÉÆÖÆÎÖÀÒÅÆ ÖÈ ÎÉÒÈÅÆ ÇÁÆÅÆÙÂÅÒÅÐ Í ÇÁÆÅÒÅÆ ËÅÊÆ Å Titanium

(57)

ß àáâã â äãå æçèéèê ë çìí âèê íêí å ãêîîçê èìèê éã ìêíì impasto ï ðã ê îè ê åã êîîçê èìèê ñèé òèê î éã æèë ä èðè ìèêóèâ çê éçì åãåæãàí ìèê ìã â èê êòèéèô

ß ã êîîçêè èê ìçèâ çìçà è ê æãâ èà ðèê âã ðèê î çêé çì äãåæçèéèê ë èêîíéï ä áõáêï ðèê

à çåä çéï âã ðèê îìèê ìçè â ðã ê îèê çìçà èê âã ðè ê î ð èê ì ãñ íë ðíîçêèì èê ðèë èå

äãå æçèé èêæèê îçê èêðèêàèêé íêîçêéçìå ã êñ èä èíðã éèíëë çìí âèê

ßèðè ëçìíâ èê éãàâ ã æçé å ã êñãà íé èì èê éã êéèê î æ èêîçêèê kavallerie artillerie

ðí öèêîìçêãîèàèê òèêî â ã ìèà èê î é èå ä è ì â çðèõ éí ðèì éã à è÷èéï ìèàãêè

êèåä èì øãëèâ äèðè æèîí èê ðí êðíêî æ èê îçêèê æèê òè ì æè îíèêòèê î àçâ èì ð èê

ðíé çå æçõí ëçå çéï ñ èé äèðè ðíêðí êî òèê î â çðèõ éãà ìãë çä èâ ô ß áõáêùä áõáê òèêî

åã êçé çä í âãæèîí èê æèê îçêèê åã êøãëèâìèê æè õ÷è éãë èõ ëèå è ðí èæèí ìèêêòè

æèêîçê èê æãàâ ãøèà èõ éã àâ ã æçéïkavallerie artillerie òèê î âãøèéíêòè èðèëèõ éãåä èé

(58)

üý þoji ÿandrnuurakarta

ÿambar Loji Gandrung, Surakarta

û

û x90cm

Objek utama pada lukisan ini adalah bangunan Loji Gandrung yang berada

di Surakarta , pada lukisan diatas bangunan terlihat terawat dan lingkungan yang

asri dengan berbagai macam pepohonan dan tumbuhan yang ada di sekitar

bangunan. Bangunan diatas mempunyai atap yang besar yang digambarkan

simetrisbalanceagar terlihat stabil dan atap berwarna abu-abu terang memanjang

berbentuk segitiga dan mempunyai loji di bagian atas pada atap. Dinding

bangunan didominasi warna putih kecoklatan, pada bagian tengah bangunan yang

berwarna gelap sebagai gambaran ruang dalam bangunan yang tidak terkena

(59)

! "#$ # % &' ( ")% % "#*+ * ) + ! !

+ & ! " #$ # %& * % ! "*"# , -"#*+ + ! . / 0 #/ /

!"#$ #% & (" !%/ &"1+"* 1 !+* )% !1 ! ! ,

2* )1% ( %% ! ) /&% !*# ! " &* % point of interest !

"#) "1 +* %* ! " ! 13 ( *%! #1 * "! 1"( "% ! (% " #% (

) 4"' *% * 1 ! /) " + "+ / / * / &"1 )% ( "+ "#% ) + ' %!

"* "# ' * + !, 2! ! / 0 #/ / "#)" 1 *% %* ! 1% #% ) 1%( ' $ #

+ ! *% "#% % " (% ( )"% 1 ! # "#)% 1/ #( * "! ! '

( "* !1 + " !! # !"* ! *% (% " #%( !# "#4% + 1"("%!

! ( % ) , 0"* !1 !% 1 13( "#*+ ) ( * +)"

!*%!#1"#+ / /!**% $ # ) "% 1 * #% ! ) /&%!* #!

! # "#4% + & # 1 #! *+ / / ,5 # !*%! 1+*/ &"1

! % Titanium White, Yellow Ocrhe, burnt Sienna , Raw Umber, Raw

Sienna, Cobalt Blue, Olive Green,* + "$ # +* + " !!1 $ #

Titanium White, Cobalt Blue, Raw Umber, Cerulean Blue, Burnt Sienna.

6 41! #/* +* ) 1%( *% "# ! * " ! + "!! $ # Titanium

white, Cerulean Blue, Cobalt Blue, + " "#% ( "*% 1% $ # Raw Umber *

Burnt Sienna +* $ , 2 "+ / / * *% ( "1% # !

"!! 1$ #Sap Green, Olive Green, Yellow Ochre, Lemon Yellow, Raw

Sienna, Raw Umber, * ( "*% 1% Alizarin Crimson +* + "$ # !

) ( , 2 "$ # +* + ! "!! 1 $ # ! ( * "!

$ # + "+ / / % Sap Green, Olive Green, Raw Umber, Yellow Ochre ,

(60)

:;<=> ?@AB @C? D=<E @F G?>DB@H? @E IC B <:? = @<?GB @?JBA IB G=? @K?G@? Ladmium Red D? @Alizarin CrimsonM

NGE> B> JBAI;?F ? @ :;<=>? @ =@= AB @HH;@?<?@ F B <@=< impastoO DB@H?@

AB @HH;@? <? @ P?F Q? @ H FB I? : J? D? <?@R?> ABAIBG= <?@ <B>? @ @Q?F?M N B @ HH;@? ? @

<;?> ;<;G? @ IB> ? G ;@F ; < JB K?G@? ? @ I=D? @ H : ;?> >BJB GF = :? @H=F O > B D?@ H<? @ <;?>

DB @H? @ ;<; G? @ >B D? @ H D? @ <B P = : D= H;@? <?@ D? :?A JBAI;?F ? @ JE SE @O G ;AJ ;FO

I? @H;@?@D? @G? @F = @H;@F;<A B@P?J? =DBF ? =:: ;<=> ? @M

T?@H;@?@UEC =V? @D G;@ HQ?@ HIBG?D?D= <EF ?W; G? <?GF??D ?:? SI? @ H;@?@X@D=>

ABA J ;@ Q? =>BC? G? SJ ? @C ?@HO>??F JBA BG= @F? S? @<E :E @=? :>B :?= @D= H;@? <? @> B I?H? =

FBA J?F <B D=?A? @ J BC ?I?F JBA B G= @F? S TB :? @D?O VB D;@H = @= C ;H? D= H;@? <? @ ;@F;<

D? @>?YD? @>? I? @ H>? ZGEJ? D? @ I? @ H> ? K? @ [? K?O >??F =@= D= H;@?<? @ > B I? H?=

(61)

3_ `omaetay boncdadgn Winlatenangoen

babamr efgHome Stay Gondang Winangoen, Klaten

hijkl m niopl ijiqoimr i qstuvwx

vtuykx90cm

Pada gambar lukisan diatas, yang menjadi objek utama adalah bangunan

home stay yang berada di komplek pabrik gula Gondang Winangoen Klaten. Pada

bangunan tersebut menggambarkan sebuah bangunan yang mempunyai banyak

tiang penyangga pada bagian depan bangunan yang digambarkan secara vertikal,

dan bentuk atap yang horizontal dan diagonal. Dinding pada bangunan berwarna

putih kecoklatan dan warna yang lebih gelap pada dinding yang menimbulkan

<

Gambar

Tabel 1Struktur Seni Lukis
Gambar 1 :John Constable, �East Bergholt Church�
Gambar 2 : J. C. Rappard, � De Willemskerk in Batavia �

Referensi

Dokumen terkait

 Dlm penegakan lingk hidup, peran serta masy dpt dilakukan dlm berbagai bentuk, baik dlm tingkat pengambilan keputusan, pelaksanaan program, pembelaan atau advokasi lingk hidup

Informan kunci pada penelitian ini yaitu Wakil Kepala Sekolah 3 (WKS 3) dan informan pendukung di peroleh melalui teknik snowball sampling yaitu Ketua Kompetensi Keahlian

Pertama karena pada dasarnya komponen tersebut dapat dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham (yang mana merupakan tujuan.. analisis fundamental) dalam kartan

1. Proses Pemberdayaan dilihat dari 7 indikator yaitu: 1) Menganalisis situasi serta pemecahan masalah dapat dilakukan sebelum melakukan program kelompok

lain, ternyata siswa sekolah dasar juga memerlukan layanan bimbingan karier,. utamanya pada pengenalan karier (Edi Purwanta, 1993) Masalah-masalah

Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional melalui pendidikan

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi. tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi

Sabbauh, April 2001, Angka Lempeng Total, Uji Keberadaan Salmonella species dan Shigella species dalam Air Susu Sapi Segar yang Beredar di Jember, Program