• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 702011176 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 702011176 Full text"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

i

Penggunaan Metode Drill And Practice Berbantuan

Video Di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

(Studi Kasus : SMPLB Wantuwirawan)

Artikel Ilmiah

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh:

Marthalin Timparosa

702011176

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1

Penggunaan Metode Drill And Practice Berbantuan Video Di

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

(Studi Kasus : SMPLB Wantuwirawan)

1

Marthalin Timparosa, 2)Adriyanto Juliastomo Gundo,

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia

Email : 1)incez_imyut@yahoo.com, 2)adriyanto.gundo@staff.uksw.edu,

Abstract

This research is aimed to increase the participation and learning outcomes of students in Junior High School Extraordinary Wantuwirawan through the implementation multimedia technologies and Drill learning methods. This research is a classroom action research with a systematic study using two cycles. This research target is to increase participation and student learning outcomes in teaching English. The steps are used in this study is to give material that is taught using multimedia -based and drill learning model on each cycle, then do a quiz at the end of each lesson. Data were analyzed descriptively using percentages. The results of this study indicate that participation and learning outcomes of students has increased each cycle. This could be seen from the increase in average pre-cycle aspects of student participation of 62.5%, for Cycle 1 students who participate by 81.25%, with a passing score of 100% and the average value of grade 90. Cycle 2 of 87 , 5%, with a passing score of 100% and the average value of a class of 100.

Keywords :Multimedia, Drill lerning method, Disabilities

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan melalui penerapan teknologi multimedia dan metode pembelajaran drill. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dengan sistematika penelitian menggunakan 2 siklus. Sasaran penelitian ini adalah peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memberikan materi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran drill berbasis multimedia pada setiap siklusnya, selanjutnya dilakukan kuis di setiap akhir pembelajaran. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya rata-rata aspek partisipasi dari pra siklus siswa sebesar 62,5%, untuk siklus 1 siswa yang berpartisipasi sebesar 81,25%, dengan nilai kelulusan 100% dan rata-rata nilai kelas 90. Siklus 2 sebesar 87,5%, dengan nilai kelulusan 100% dan rata-rata nilai kelas 100.

Kata Kunci: Multimedia, Metode pembelajaran Drill, Tunagrahita

(9)

2 1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan indikator pertumbuhan sebuah Negara. Seperti halnya di Indonesia yang merujuk dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga Negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan setara, terlepas dari keadaan sosial dan budaya.Hal ini berarti pendidikan merupakan suatu hak istimewa yang dimiliki oleh setiap warga negaraIndonesia sejak lahir. Tujuan utama dari pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa demi terwujudnya kesejahteraan bangsa. Berdasarkan tujuan ini pemerintah berupaya untuk terus mewujudkan cita-cita tersebut. Koty berpendapat bahwa, [1] pemerintah memberi kesempatan bagi setiap warga negara untuk mengenyam pendidikan dan telindungi dalam payung hukum. Hal tersebut dimaksudkan agar setiap warga negara bisa mengembangkan diri, berkarya, berprestasi, dan mandiri termasuk warga negara yang membutuhkan pelayanan khusus (penyandang cacat).Pendidikan bagi siswa dengan kebutuhan khusus telah menjadi perhatian masyarakat internasional sejak pernyataan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 1994 dan framework untuk para peserta didik yang berkebutuhan khusus [2].

Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 1 tahun 2008, terdapat lima kategori standar proses pendidikan khusus, diantaranya: Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras[3]. Kraglund-Gauthier berpendapat bahwa Penyandang cacat merupakan istilah umum, yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas dan pembatasan partisipasi [4]. Salah satu klasifikasi anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki tingkat intelegensi yang dibawah rata-rata atau disebut juga dengan istilah dengan keterbelakangan mental atau reterdasi mental [5].

Rachmawati berpendapat bahwa tunagrahita merupakan seseorang yang mempunyai tingkat kemampuan dibawah rata-rata dan mempunyai batasan dalam kemampuan akademik tapi bisa diberikan keterampilan vokasional untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pendidikan secara khusus untuk penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan sekolah luar biasa (SLB). Pendidikan Khusus (PK) dan Pendidikan Layanan Khusus (PLK), sekolah-sekolah ini adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan pendidikan luar biasa, juga sebagai usaha untuk membawa masyarakat memahami lebih jauh tentang dunia pendidikan luar biasa. Tujuan sekolah-sekolah ini yaitu menciptakan inklusifitas lebih dini dengan melakukan peningkatan pemberian kecakapan hidup dalam pembelajaran keterampilan, peningkatan kualitas produksi standar, kemampuan memasarkan produk dan sebagai pusat informasi layanan PK dan PLK[6].

Untuk menciptakan suatu komunikas yang lebih interaktif dari sebuah informasi maka teknologi komputasi multimedia dapat mengintegrasikan teks, grafik, suara, animasi, video yang mampu mempengaruhi sebanyak mungkin indera yang dimiliki oleh manusia seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Media teks digunakan untuk menciptakan tulisan-tulisan, sedangkan media gambar dan grafik digunakan untuk menciptakan suatu citra yang dapat menerangkan dan berbicara lebih banyak dari tulisan-tulisan yang ada. Disamping itu penambahan sound dapat lebih menciptakan suasana interaktif bagi pemakainya.

(10)

3

siswa yang kebanyakan hanya pasif dan mendengarkan guru berbicara. Penerapan multimedia menggunakan Power point yang menampilkan video-video, yang diharapkan lebih mengundang partisipasi siswa. Metode penerapan multimedia di SMPLB Wantuwirawan adalah dengan menggunakan metode Drill yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan kebutuhan khusus.

2. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu dengan “Profil penyelenggaraan ketrampilan kecakapan hidup (Life Skill) bagi anak tunagrahita”. Penelitian ini berfokus pada siswa dengan keterbelakangan mental dalam hal ini tunagrahita yang mengikuti program Life Skill di lokakarya ketrampilan.Penelitian ini dilakukan untuk melihat model pembelajaran dalam pelaksanaan life skill dari materi pelajaran tata boga dan untuk menyelidiki peran guru dalam membantu mengorganisir keterampilan hidup tata boga dan juga untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kehidupan keterampilan tataboga. Penelitian ini dilakukan di SLBN 2 Padang, di Profil Kecakapan Hidup Pelaksanaan di keterbelakangan mental anak[10].

Penelitian selanjutnya dengan judul “Aplikasi Multimedia Pembelajaran Interaktif

Strategi Permainan Catur”. Penelitian ini berfokus pada pembelajaran strategi bermain catur

via mulltimedia pembelajaran interaktif yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi, pemahaman dan ketrampilan pengguna dalam bermain catur. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yaitu mengembangkan aplikasi multimedia pembelajaran interaktif strategi permainan catur menggunakan Adobe Flash. Metodenya menggunakan metode pengembangan multimedia pembelajaran a.l: analisis kebutuhan, analisis konten, flowchart dan storyboard. Aplikasi ini mencakup pembelajaran yang lengkap tentang catur dan strategi permainannya, beserta contoh-contoh penerapan dan latihan[11].

Penelitian selanjutnya dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Drill

Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengolah Data

Menggunakan Microsoft Excel 2007”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

metode drill berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan sikap dan minat belajar keterampilan mengolah data menggunakan Microsoft Excel 2007. Hasil yang diperoleh yaitu peningkatan sikap dan minat belajar yang ditunjukkan dari motivasi belajaryang meningkat, mengerjakan latihan dengan baik, berani menyampaikan pendapat sesuai dengan materi yang telah dipelajari, dan menjawab soal evaluasi dengan baik[12].

Penelitian lainnya adalah “Metode Drill Bermedia Video Terhadap Keterampilan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan”. Kesimpulan penetitian ini berdasarkan data hasil penelitian dan pengolahan data tentang penerapan metode drill bermedia video terhadap keterampilan bina diri anak tunagrahita ringan, dengan perhitungan hasil uji tanda dengan nilai Zh = 2,05 > Z tabel 5% = 1,64 maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode drill bermedia video berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan bina diri menggosok gigi anak tunagrahita ringan kelas V SLB C Pertiwi Mojokerto[13].

(11)

4 2.1 Anak Tunagrahita

Salah satu klasifikasi anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki tingkat intelegensi yang dibawah rata-rata atau disebut juga dengan istilah keterbelakangan mental atau reterdasi mental [5].Sistem pendidikan dan pengajaran anak berkelainan khususnya anak tunagrahita ringan berbeda dengan pendidikan anak normal pada umumnya. Pendekatan anak tunagrahita ringan lebih bersifat individual, fleksibel, dengan cara informal, dan harus bersifat konkrit serta dapat menarik perhatian sehingga membantu mempermudah anak dalam menerima pelajaran[14].

Anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar 51-70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil. Anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi diantara semua anak tunagrahita[14].Selain itu anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak. Masalah kesulitan dalam berfikir abstrak ini mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam mengusai berbagai pelajaran akademik yang banyak menuntut tentang konsep-konsep yang sifatnya abstrak[5].Fitri berpendapat bahwa tunagrahita memiliki modalitas mengulang-ulang satu jenispekerjaan dan ia serius saat bekerja. Tunagrahita ini jika dilatih terus menerus akan mampu bekerja dengan hasil layak dipasarkan[10].

2.2 Media Pembelajaran

A. Teori Media

Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Guruan (Association for Education and Communication technology/AECT) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional [15].

Adapun media pengajaran menurut Ibrahim dan Syaodih (2003:112) diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Dari berbagai definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala benda yang dapat menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar[16].

B. Fungsi Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran menurut[15]:

1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.

2. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit) 3. Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih

menyenangkan dan tidak membosankan). 4. Semua indra siswa dapat diaktifkan.

5. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar C. Manfaat Media Pembelajaran

(12)

5

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.

3. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

2.3 Metode Drill

Metode Drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. Menurut Nana Sudjana, metode Drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi bersifat permanen.

Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama. Peserta didik perlu memiliki keterampilan-keterampilan dan ketangkasan dalam sesuatu, misalnya dalam berhitung, renang, menghafal. Dalam mengajarkan kecakapan dengan metode Drill (latihan), setiap guru harus mengetahui sifat kecakapan itu sendiri, seperti: kecakapan sebagai penyempurnaan dari pada suatu arti dan bukan sebagai hasil proses mekanis semata-mata. Kecakapan tersebut dikatakan benar, bila hanya menentukan hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan yang tidak menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai dengan situasi dan kondisi.

Latihan yang praktis, mudah dilakukan serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan mungkin peserta didik dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna.

2.4 Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan.Menurut Moelyarto Tjokrowinoto dalam Suryosubroto partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. Berdasarkan pengertian partisipasi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi berarti kegiatan yang berkaitan dengan keterlibatan mental dan emosi siswa, ini berarti dalam partisipasi terdapat unsur yang meliputi, keterlibatan peserta didik dalam segala kegiatan dan kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

3. Metodologi Penelitian 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yaitu bentuk penelitian yang berfungsi untuk mengkaji masalah pembelajaran didalam kelas dengan cara melakukan beberapa tindakan yang terencana dalam situasi yang nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Pelaksanaan proses pembelajaran dalam penelitian ini yaitu dilakukan selama tiga pertemuan. Adapun tiap pertemuan pembelajararan membutuhkan alokasi waktu 2 x 25 menit atau dilaksanakan selama 6 jam pelajaran.

(13)

6

informasi sebagai media. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan pengkajian secara berulang meliputi perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan terakhir adalah refleksi (reflection) yang dapat digambarkan dengan sebuah spiral PTK. Karena dengan model ini apabila ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3.1.1 Desain Pembelajaran

1. Metode : Pembelajaran Drill and Practice dengan Multimedia. 2. Model Pembelajaran : Praktek dan Kuis.

Tabel 1. Desain Pembelajaran

Tindakan Guru Siswa Indikator Pengukuran

(14)

7

materi hewan-hewan dalam Bahasa Inggris yang dipelajari

 Guru kemudian memberi latihan soal untuk mengukur pemahaman siswa

 Guru me- review kembali materi yang telah disampaikan dan mempertimbangkan untuk melanjutkan siklus berikutnya atau tidak.

 Siswa mengisi latihan soal yang diberikan

Gambar 1. Model PTK Kemmis dan Mc.Taggart

Secara rinci kegiatan pada masing-masing siklus yang terdapat pada gambar di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Rencana (plan), merupakan tahap awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu tentang apa, mengapa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian tersebut dilakukan.

b) Tindakan (action), merupakan tahapan dimana guru menerapkan apa yang telah direncanakan sebelumnya, kemudian melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan penelitian tersebut.

c) Pengamatan (observation), ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.

(15)

8 3.2 Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskripsi data.Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu dengan menghitung persentase dari aspek partisipasi belajar dan hasil belajar siswa.Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dinilai berdasarkan hasil observasi menggunakan metode pencatatan. Teknik penilaianya yaitu dengan memberi skor 1 pada tiap-tiap aspek apabila siswa terlibat dan skor 0 untuk tiap-tiap aspek yang tidak terlihat pada aspek partisipasi yang telah ditentukan, kemudian data dihitung jumlah dan persentasenya. Data juga ditampilkan dalam bentuk diagram agar mudah dideskripsikan. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif artinya hanya mendeskripsikan data apa adanya yaitu berupa angka. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pertisipasi siswa adalah: ∑

∑ [17].

Analisis hasil tes hasil belajar siswa, dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai tes, serta jumlah (persentase) siswa yang tuntas belajar pada siklus I dan II. Proses selanjutnya dengan membandingkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II, untuk mencari nilai rata-rata siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

∑ . Keterangan:

: Nilai rata-rata.

∑ : Jumlah nilai semua siswa : Jumlah siswa

Pada proses perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar pada masing-masing siklus dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

3.3 Prosedur penelitian

Dalam penelitian ada dua tahap, yaitu tahap pendahuluan atau refleksi awal dan tahap pelaksanaan tindakan.

1. Tahap Persiapan (Refleksi awal)

Pada tahap ini dilakukan observasi mengenai keadaan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran di sekolah. Observasi pembelajaran dilakukan saat kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas, setelah itu melakukan perencanaan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a) Refleksi awal antara peneliti dan guru berkaitan dengan permasalahan yang terjadi dalam proses belajar megajar.

b) Peneliti dan guru membahas metode yang tepat dalam memecahkan masalah yang ada.

c) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari scenario proses pembelajaran sampai pada media pembelajaran yang dipakai.

d) Menyusun lembar observasi partisipasi siswa pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode drill.

e) Merencanakan pembelajaran dengan metode drill dalam proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan.

(16)

9

Pada tahap ini, peneliti menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart sebagai berikut:

A.Siklus I

a) Rencana tindakan

3.3.1 Membuat Rencana Kegiatan Harian/RKH yang disesuaikan dengan metode pembelajaran yang telah dipilih yaitu dengan menggunakan multimedia.

3.3.2 Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai partisipasi siswa.

3.3.3 Mempersiapkan media/alat pembelajaran b) Pelaksanaan tindakan siklus I

1. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode drill sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.

c) Observasi

Pada tahap ini peran peneliti dalam penelitian bertindak sebagai pengajar atau pemberi tindakan, sedangkan pengumpulan data pada penelitian ini peneliti dibantu oleh observer. Tugas dari observer adalah mengamati dan membuat catatan lapangan dalam proses pembelajaran yang meliputi aktivitas belajar siswa dan peningkatan partisipasi siswa selama proses pembelajaran.

d) Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan seluruh kegiatan yang telah dilakukan, data yang telah terkumpul akan dianalisis sebagai bahan untuk refleksi. Hasil refleksi akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan yang lebih efektif pada siklus berikutnya. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil belajar siswa akan dianalisis secara deskripsi, yaitu dengan menghitung persentase skor indikator yang muncul dari aspek-aspek yang diukur untuk mengungkap kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran siklus I. Setelah diketahui kendala-kendala yang dihadapi selanjutnya menentukan alternatif solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala tersebut pada siklus selanjutnya (siklus II).

B.Siklus II

a. Rencana tindakan siklus II

Rencana kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I dan mengembangkan perangkat pembelajaran pada siklus I yang dinilai sudah cukup baik. Kegiatan ini meliputi:

1. Merevisi format skenario pembelajaran siklus I sesuai hasil refleksi I.

2. Menyusun alat evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui kemampuan siswa.

3. Menyusun rencana pembelajaran atau skenario yang sudah direvisi sesuai hasil refleksi siklus I.

b. Pelaksanaan tindakan siklus II

Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun pada siklus II (rencana tindakan siklus II) yaitu, melaksanakan pembelajaran berdasarkan skenario yang sudah direvisi sesuai hasil refleksi siklus I.

(17)

10

Pada tahap ini pengamatan yang dilakukan sama dengan pengamatan yang dilakukan pada observasi siklus I, yaitu pengamatan proses belajar mengajar siswa dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa.

d. Refleksi

Analisis dan refleksi pada siklus II digunakan untuk membedakan hasil dari siklus I dan siklus II. Perbandingan antara siklus I dan siklus II dapat digunakan untuk mengetahui tindakan mana yang sudah efektif dan mana yang belum efektif serta mengetahui kendala yang dihadapi dan mencari solusi untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.

3.4 Instrumen Penelitian

1. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan lembar pengamatan siswa yang berisikan aspek-aspek partisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas. Lembar pengamatan ini adalah lembar untuk mengetahui partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga peniliti hanya mengamati hal-hal yang termasuk dalam kategori partisipasi belajar siswa. Pelaksanaan dilakukan ketika belajar mengajar dimulai sampai pelajaran selesai. Pelaksanaan penelitian dibantu oleh salah satu guru yang bertugas mengamati kegiatan siswa dengan memberi skor 1 untuk siswa yang melakukan setiap aspek partisipasi, dan memberikan skor 0 bagi siswa yang tidak melakukan aspek partisipasi. Sebelum melaksanakan pengamatan, kedua observer diberi penjelasan tentang kisi-kisi dan cara menilai. Penjelasan itu bertujuan untuk meyamakan pemahaman dan memudahkan kedua observer dalam menilai siswa yang telah melakukan aspek-aspek partisipasi. Berikut adalah kisi-kisi instrumen untuk kegiatan observasi yang akan dilakukan [15].

Tebel 2. Kisi-kisi Observasi Belajar Siswa.

No Aspek Indikator Nilai Kendali Observasi

Nilai (1) Nilai (0)

(18)

11 jawaban yaitu a, b, c. Pelaksanaan soal tes untuk mengetahui hasil belajar dilakukan diakhir penerapan metode drill dengan waktu 30 menit.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi dan soal evaluasi yang dilakukan diakhir proses pembelajaran untuk mendapatkan data hasil belajar. Observasi digunakan untuk mengambil data mengenai aktivitas yang meliputi partisipasi siswa selama proses pembelajaran bahasa Inggris menngunakan multimedia seperti video dan menggunakan metode drill and practice.

Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti melakukan observasi atau pengamatan dan membuat catatan lapangan untuk hal-hal yang tidak dicatat dalam lembar observasi. Proses pengambilan data dibantu oleh guru yang juga mengisi lembar pengamatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran atau membuat catatan lapangan pengamatan atau observasi selama proses pembelajaran.

3.6 Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria merupakan acuan untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan atau tindakan. Berkaitan dengan penelitian ini, indikator yang bisa dicapai dapat dilihat dari penerapan multimedia dengan metode drill dalam proses pembelajaran dan peningkatan partisipasi siswa.Menurut Mulyasa dari segi proses, pembelajaran atau pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran[18]. Acuan ketercapaian tersebut digunakan peneliti sebagai dasar untuk menentukan keberhasilan dalam melaksanakan tindakan, yang mana hasil dari tindakan tersebut telah mencapai 75% atau lebih.

4. Hasil Penelitian Dan ImplementasiPengujian

1. Tindakan Pra Siklus

(19)

12

Tabel 3. Partisipasi Siswa Pra Siklus

No Aspek Observasi Jumlah

Siswa

Gambar 2. Partisipasi Siswa Pra Siklus

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa aspek partisipasi pada pra siklus nilai yang tertinggi adalah aspek menjawab pertanyaan dengan 100%. Aspek memperhatikan pelajaran sebesar 75%, aspek menyatakan pendapat 50%, dan aspek bertanya sebesar 25%. Aspek memperhatikan pelajaran sudah baik dengan 3 siswa yang memperhatikan materi. Kondisi ini sudah terlihat dari awal pembelajaran dimulai. Sebelum penjelasan materi siswa sudah mulai memperhatikan persiapan guru yang menyiapkan laptop, hal ini membuat siswa penasaran pelajaran apa yang akan mereka dapat. Ketika pelajaran dimulai beberapa siswa mulai tertarik dengan model pembelajaran yang menggunakan video. Walaupun demikian ada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dengan serius.

Aspek yang paling rendah adalah aspek bertanya dikarenakan mereka belum terbiasa diberikan kesempatan untuk bertanya. Siswa juga masih terlihat pasif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Rata-rata siswa juga masih malu dan takut untuk menyatakan apa yang belum mereka ketahui dan mereka pahami. Sedangkan ada 2 siswa yang menyatakan pendapat mereka berhubungan dengan materi yang mereka dapat, 2 siswa lainnya tidak menyatakan pendapat karena masih malu dan tidak percaya diri. Aspek menjawab pertanyaan memperoleh nilai yang tinggi dikarenakan guru memberikan pertanyaan langsung kepada mereka dan mengarahkan supaya mereka bisa memahami pertanyaan yang diberikan dan setiap siswa dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

Setelah mengadakan pra siklus maka akan dilanjutkan dengan siklus 1 dengan cara yang sama yaitu memberikan materi, melakukan observasi, dan memberikan kuis untuk mengetahui peningkatan yang dialami siswa.

2. Tindakan Siklus 1

(20)

13

Bahasa Inggris dengan memahami alphabet dan pengucapannya dan juga mengenal hewan-hewan dalam Bahasa Inggris. Proses penyampaian materi dengan menggunakan Power Point dan menunjukkan video agar lebih menarik partisipasi belajar dari siswa-siswa yang ada.

3. Hasil Tindakan Siklus 1

Penelitian tindakan kelas ini menekankan pada upaya meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran drill yang dijelaskan sebagai berikut:

Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu mempersiapkan keperluan yang nantinya digunakan dalam pembelajaran, diantaranya menyiapkan laptop, speaker dan materi berupa video, kemudian menyiapkan lembar observasi. Jumlah siswa yang hadir adalah 4 siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya diantaranya pembukaan, inti pembelajaran dan penutup.

Tahap pembukaan dimulai dengan perkenalan, dan sebelum memulai pembelajaran peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan memulai dengan apersepsi untuk menyamakan presepsi siswa dan mengarahkan siswa untuk melihat video yang bertujuan menarik partisipasi belajar siswa.

Pada inti pembelajaran guru mengajak siswa untuk sama-sama bernyanyi dan mengikuti pengucapan alphabet dalam Bahasa Inggris dan disimak dari video yang diberikan. Guru mengajak siswa untuk dengan semangat mengucapkan nama-nama hewan dalam Bahasa Inggris yang ditampilkan dalam video.

Pada bagian penutup guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait materi yang telah diberikan. Setelah itu guru memberikan penjelasan-penjelasan singkat berkaitan dengan ciri-ciri, suara, perilaku dll dari hewan yang dilihat dari video yang diberikan. Selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk memberikan komentar terhadap hewan-hewan yang mereka ketahui.

Dalam kegiatan belajar mengajar ada beberapa komentar yang disampaiakn oleh para siswa seperti:

a) “Videonya yang banyak bu”

b) “Bu, yang bertanya dapat hadiah”.

Komentar-komentar tersebut dapat digunakan untuk menampung apa saja harapan siswa pada pembelajaran yang akan datang. Harapan siswa tidak semuanya harus dilakukan oleh guru untuk menyusun pembelajaran selanjutnya, karena dalam metode pembelajaran siswa perlu adaptasi.

Pada proses siklus 1 juga diadakan observasi untuk mengukur partisipasi siswa dengan materi yang sama ketika diberikan pada pra siklus. Berikut adalah hasil observasi partisipasi siswa pada siklus 1:

Tabel 4. Partisipasi Siswa Siklus 1

No Aspek Observasi Jumlah

(21)

14

Gambar 3. Partisipasi Siswa Siklus 1

Berdasarkan tabel 4 diatas hasil partisipasi siswa pada siklus 1 mulai menunjukkan peningkatan. Hal ini disebabkan materi yang diberikan pada pra siklus diulang kembali dan membuat siswa mengingat kembali apa yang sudah dipelajari sebelumnya. Aspek memperhatikan pelajaran memperoleh nilai prosentasi tertinggi yaitu 100%. Para siswa menjadi lebih tertarik dengan materi yang diberikan dikarenakan sudah mulai sedikit merasa akrab dengan guru yang lebih banyak mencoba berinteraksi. Aspek bertanya, menyatakan pendapat dan menjawab pertanyaan memiliki nilai yang sama yaitu 75%. Aspek bertanya meningkat dibandingkan dengan keadaan pra siklus dikarenakan siswa tidak malu dan canggung untuk mengajukan pertanyaan. Aspek menyatakan pendapat juga mengalami peningkatan karena siswa mulai bersemangat untuk menanggapi materi yang disampaikan. Penerapan model drill juga bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus 1 maka dilakukan evaluasi hasil belajar berupa kuis. Hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus 1 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Evaluasi Siklus 1

Ketuntasan Belajar Siklus 1

Nilai Jumlash Siswa Keterangan Presentase

>75 4 siswa Lulus 100%

<75 - - -

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa seluruh siswa mencapai standar kelulusan yang diharapkan.

2.Refleksi siklus 1

Penerapan model pembelajaran drill pada dasarnya sudah dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan partisipasi siswa dapat dilihat dari perubahan sikap siswa yang pasif menjadi lebih aktif dalam pembelajaran pada siklus 1. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada siklus 1yang dapat dijadikan masukkan utnuk melaksanakan siklus 2.

Kekurangan pada siklus 1 adalah sebagai berikut :

(22)

15

b) Dari masukkan beberapa siswa pada saat pembelajaran yaitu sebagai berikut : a. Video materi yang perlu diperbanyak

b. Siswa yang menjawab pertanyaan diberikan hadiah Keberhasilan yang dicapai pada siklus 1 adalah sebagai berikut :

a) Siswa mulai terlatih untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. b) Siswa mulai terlatih untuk mengungkapkan dan menanggapi pendapat.

c) Siswa mulai berperan aktif dalam pembelajaran sehingga lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.

4. Rencana tindakan siklus 2

Dari hasil observasi dan refleksi siklus 1 yang dikonsultasikan dengan guru sekolah maka diperoleh kesepakatan untuk memperbaiki pembelajaran berikutnyadengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Untuk mengatasi siswa yang masih malu dan takut untuk bertanya kepada guru dalam menyatakan pendapatnya, menanggapi pendapat, dan menjawab pertanyaanpada siklus 1, maka guru menambahkan interaksi dengan siswa agara lebih akrab dengan guru. Guru juga memberi motivasi dengan mengingatkan siswa untuk tidak malu bertanya

b) Untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan usul siswa maka guru menambahkan video yang berkaitan dengan materi dan memberikan hadiah untuk siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar.

5. Tindakan Siklus 2

Tindakan kelas pada siklus 2 ini dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 4x45 menit pada hari Rabu tanggal 27 April 2016. dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB. Materi ajar yang dipelajari pada siklus kedua adalah Bahasa Inggris dengan mengulang materi pada siklus 1 dan menambah beberapa materi yang sudah pernah dipelajari sebelumnya seperti pengenalan barang-barang disekitar.

6. Hasil Tindakan Siklus 2

Penelitian tindakan kelas ini menekankan pada upaya meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dengan menerapkan model pembelajaran drill yang dijelaskan sebagai berikut:

Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu mempersiapkan keperluan yang nantinya digunakan dalam pembelajaran, diantaranya menyiapkan laptop, speaker dan materi berupa video, kemudian menyiapkan lembar observasi. Jumlah siswa yang hadir adalah 4 siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dan menambahkan hal-hal yang sudah direfleksikan dari siklus 1, seperti penambahan materi.

Tahap pembukaan dimulai dengan perkenalan, dan sebelum memulai pembelajaran peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan memulai dengan apersepsi untuk menyamakan presepsi siswa dan mengarahkan siswa untuk melihat video yang bertujuan menarik partisipasi belajar siswa.

Pada inti pembelajaran guru mengajak siswa untuk sama-sama bernyanyi dan mengikuti pengucapan alphabet dalam Bahasa Inggris yang disimak dari video yang diberikan. Guru mengajak siswa untuk dengan semangat mengucapkan nama-nama hewan dalam Bahasa Inggris yang ditampilkan dalam video.

(23)

16

hewan-hewan yang mereka ketahui. Proses pada siklus 2 selain memberikan materi juga diadakan kuis untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dan juga materi tambahan yang ada. Jumlah soal ditambah menjadi 10 soal dengan penambahan soal dari materi-materi Bahasa Inggris yang sebelumnya sudah dipelajari.

Ketika pembelajaran sedang berlangsung maka observer menilai jumlah partisipasi sesuai dengan kisi-kisi partisipasi yang telah ditetapkan. Hasil observasi yang telah didapatkan pada siklus 2 terlihat pada tabel 7.

Tabel 7. Partisipasi Siswa Siklus 2

No Aspek Observasi Jumlah

Siswa

Gambar 4. Partisipasi Siswa Siklus 2

Berdasarkan table 7 pada partisipasi siswa siklus 2, terlihat adanya peningkatan partisipasi siswa didalam kelas yang dapat dibuktikan dengan peningkatan aspek observasi nomer 1 yaitu memperhatikan pelajaran dengan frekuensi 4 sebesar 100% sama dengan aspek observasi pada partisipasi siswa siklus 1 dengan hasil frekuensi 4 sebesar 100%. Kemudian pada partisipasi siswa siklus 2 nomer 2 yaitu pada aspek bertanya terjadi peningkatan dengan frekuensi 4 sebesar 100% lebih besar dari hasil partisipasi siswa siklus 1 dengan frekuensi 3 sebesar 75%. Pada partisipasi siswa siklus 2 nomer 3 yaitu pada aspek menyatakan pendapat terjadi peningkatan dengan frekuensi 3 sebesar 75% sama dengan hasil partisipasi siswa siklus 1 dengan frekuensi 3 sebesar 75%. Pada partisipasi siswa siklus 2 nomer 4 yaitu pada aspek menjawab pertanyaan terjadi peningkatan dengan frekuensi 4 sebesar 100% lebih besar dari hasil partisipasi siswa siklus 1 dengan frekuensi 3 sebesar 75%.

Penerapan model drill juga bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus 2 maka dilakukan evaluasi hasil belajar berupa kuis. Soal-soal yang diberikan pada siklus 2 mengalami penambahan dengn memasukkan beberapa soal dari materi tambahan yang sebelumnya sudah didapat siswa

(24)

17

ketika pelajaran Bahasa Inggris. Hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Evaluasi Siklus 2

Ketuntasan Belajar Siklus 2

Nilai Jumlash Siswa Keterangan Presentase

>75 4 siswa Lulus 100%

<75 - - -

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa seluruh siswa mencapai standar kelulusan yang diharapkan, ke 4 siswa mendapat nilai 100.

3. Refleksi siklus 2

Penerapan model pembelajaran drill pada dasarnya sudah dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan partisipasi siswa dapat dilihat dari perubahan sikap siswa yang pasif menjadi lebih aktif dalam pembelajaran pada siklus 2 begitu juga nilai yang didapat oleh siswa mengalami peningkatan. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada siklus 2 :

Kekurangan pada siklus 2 adalah sebagai berikut :

a) Masih terdapat aspek partisipasi yang masih tergolong rendah yaitu aspek menyatakan pendapat dan menanggapi pendapat.

Keberhasilan yang dicapai pada siklus 2 adalah sebagai berikut :

a) Rata-rata keseluruhan aspek partisipasi telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1. Rata-rata siswa mulai terlihat aktif dalam pembelajaran. hal tersebut disebabkan karena siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan, keakraban antara guru dan siswa yang telah terjalin juga menjadi nilai tambah, dan pemberian penghargaan dengan memberikan nilai tambahan kepada siswa yang bertanya, mengutarakan pendapat dan menanggapi pertanyaan.

(25)

18

Gambar 5. Perbandingan Aspek Partisipasi Tiap Siklus

Tabel 10. Persentase Partisipasi pada Tiap Siklus

NO Aspek Yang Diamati Persentase Partisipasi

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan telah terjadi peningkatan partisipasi siswa pada setiap siklus. Aspek bertanya mengalami peningkatan yang signifikan mulai dari 25% ketika pra siklus, 75% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2. Aspek memperhatikan pelajaran juga mengalami perkembangan dengan presentase 75% ketika pra siklus dan 100% pada siklus 1 dan 2. Pada aspek menyatakan pendapat mengalami penurunan dari siklus 1 yaitu 75% ke siklus 2 yaitu 50%. Aspek menjawab pertanyaan juga mengalami hal yang sama dengan aspek menyatakan pendapat dimana pada siklus 1 mengalami penurunan yaitu 75% tetapi meningkat pada siklus 2.

5. Pembahasan

Penerapan model pembelajaran drill berbasis multimedia dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang berfokus pada 4 aspek partisipasi yaitu aspek memperhatikan pelajaran, bertanya, menjawab pertanyaan dan menyatakan pendapat. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan rata-rata aspek partisipasi dari pra siklus siswa yang berpartisipasi 62,5%, untuk siklus 1 siswa yang berpartisipasi sebesar 81,25%, pada siklus 2 sebesar 87,5%.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran drill berbasis multimedia juga meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat dari hasil belajar tiap-tiap siklus. Siklus 1 siswa yang berhasil mencapai nilai kelulusan sebanyak 100% dengan rata-rata kelas sebesar 90, pada siklus 2 siswa yang berhasil mencapai nilai kelulusan sebanyak 100% dengan rata-rata kelas sebesar 100.

0

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Perbandingan Aspek Partisipasi Tiap Siklus

(26)

19 6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode drill berbasis multimedia yang dilakukan dalam penelitian menuntut siswa memahami materi yang diberikan secara berulang dan sistematik, agar menguasai pelajaran yang diajarkan. Proses penyampaian materi dengan bantuan multimedia membuat partisipasi siswa meningkat. Tahap pendahuluan guru memusatkan perhatian siswa dengan memberikan gambaran umum seputar materi ajar. Selanjutnya guru menjelaskan materi dengan media power-point yang dikombinasikan dengan media animasi dan video. Guru juga mengajak siswa berpartisipasi dengan mengikuti apa yang ditampilkan dalam video sehingga suasana kelas lebih aktif. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan.

7. Saran

Upaya meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa selama pembelajaran Bahasa Inggris maka dapat dikemukakan saran yaitu guru harus senantiasa mencari wawasan-wawasan atau ide-ide dalam meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris.

Saran penelitian selanjutnya:

1. Diharapkan agar pada penelitian-penelitian yang akan datang untuk dilakukan peninjauan lebih lanjut mengenai pemanfaatan media-media yang lain.

(27)

20 8. Daftar Pustaka

[1] E. S. Koty, “Pengembangan sistem informasi bagi pelayanan pengunjung penyandang

cacat,” Universitas Padjajaran Bandung, 2012.

[2] R. O. Arrah and S. K. D., “Teachers’ Perceptions of Students with Special Education

Needs in Cameroon Secondary Schools,” Int. J. Spec. Educ., vol. 29, no. 2008, pp. 1–

10, 2014.

[3] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, vol. 53, no. 9. Indonesia, 2008, pp. 1689–1699.

[4] W. Kraglund-Gauthier, D. Young, and E. Kell, “Teaching students with disabilities in post-secondary landscapes : navigating elements of inclusion , differentiation,

universal design for learning, and technology,” Teach. Students with Disabil., vol. 7,

no. 3, pp. 1–10, 2014.

[5] E. Rahmah, M. Yunus, and Fatmawati, “Meningkatkan Kemampuan Mengenal

Konsep Bilangan 1 Sampai 5 Bagi Aanak Tunagrahita Sedang Melalui Media Tiang Bilangan.,” J. Ilm. Pendidik. KHUSUS, vol. 2, no. September, pp. 153–165, 2013. [6] N. F. Rachimawati and S. Mahmudah, “Pembelajaran Puisi Untuk Kemampuan

Membaca Pemahaman Anak Tunagrahita Ringan,” J. Pendidik. Khusus pembelajaran, 2013.

[7] Presiden Republik Indonesia, “Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19

tentang standar nasional pendidikan,” no. 2, 2005.

[8] Presiden, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 17 Tahun 2010 Tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan,” 2010.

[9] Peraturan Pemerintah Republik Indonesi Nomor 43 Tahun 1998. 1998, pp. 1–27. [10] N. Y. Fitri, Z. Martias, and Ardisal, “Profil Penyelenggaraan Keterampilan Kecakapan

Hiidup (Life Skill) Bagi Aanak Tunagrahita,” E-JUPEKhu, vol. 3, no. September, pp. 281–290, 2014.

[11] A. Prajatama, M. Rusli, and N. W. Deriani, “Aplikasi Multimedia Pembelajaran

Interaktif Strategi Permainan Catur,” J. Sist. DAN Inform., 2014.

[12] Syaerozi, “Penerapan Metode Pembelajaran Drill Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengolah Data Menggunakan MICROSOFT EXCEL 2007,” 2015.

[13] M. O. H. B. Jaelani, “Metode Drill Bermedia Video Terhadap Keterampilan Bina Diri Aanak Tunagrahita Ringan,” pp. 1–7, 2014.

[14] A. Wulandari, Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV Di SDLB N CANGAKAN FILIAL KARANGPANDAN. 2011.

[15] M. B. U. Asnawir, Media Pembelajaran. Jakarta, 2002.

[16] N. Ibrahim, R. & Syaodih S, Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan & Kebudayaan dan Rineka Cipta, 2003.

[17] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1991.

Gambar

Tabel 1. Desain Pembelajaran
Gambar 1. Model PTK Kemmis dan Mc.Taggart
Tabel 3. Partisipasi Siswa Pra Siklus
Tabel 5. Hasil Evaluasi Siklus 1 Ketuntasan Belajar Siklus 1
+4

Referensi

Dokumen terkait

membaca saya dapat jajan kesitu. 9) Mendukung karena ada berbagai menu minuman yang membuat kita betah disana. 10) Ya, terlebih lagi buat para mahasiswa yang sering duduk

penelitian yang berkaitan dengan data penelitian. 3) Mengolah data yang dilakukan dengan pemilahan data kata bersufiks yang terdapat pada novel TASB. 4) Menganalisis data

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh praktik manajemen kinerja pada kinerja melalui karyawan sebagai pemediasi. Penelitian dilakukan pada

Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa, Perlindungan Hukum yang diberikan Pengadilan Negeri Magetan terhadap korban

Menu dalam Acara Super adalah acara-acara yang dibuat maupun disponsori oleh Djarum Super yang berupa : Acara Petualangan berupa acara-acara yang berhubungan petualangan dan

Melihat dari jumlah keseluruhan siswa MA NU Miftahul Falah Cendono Dawe Kudus begitu banyak maka peneliti memutuskan memilih kelas XI sebagai populasi dalam penelitian

• Siswa kembali diminta membuat pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang karakteristik alam tempat hidup/habitat dari tumbuhan yang mereka pilih pada pembelajaran sebelumnya.... •

[r]