• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Pencegahan Rehipertensi: Studi pada Warga Desa Poleganyara Sulawesi Tengah T1 462008027 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Pencegahan Rehipertensi: Studi pada Warga Desa Poleganyara Sulawesi Tengah T1 462008027 BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

1.1.1 Pengertian Hipertensi dan Rehipertensi

Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh pembuluh darah terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya (Vita Health,2006).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg(Brunner & Sudarth, 2005). Sedangkan rehipertensi adalah pengulangan hipertensi atau kambuhnya hipertensi.

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-VII (Ridwan, 2011) :

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan sistolik dan diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80 Prehipertensi 120-139 atau 80-89 Hipertensi stadium I 140-159 atau 90-99 Hipertensi stadium II >160 atau > 100

(2)

7 2.1.1 Aspek-aspek Perilaku

Penelitian tentang perilaku menunjukan bahwa tindakan masyarakat dalam pencegahan hipertensi dipengaruhi oleh faktor internal (usia, jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan/penghasilan) dan faktor eksternal (peran media massa, peran keluarga dan teman), dimana kedua faktor ini mempengaruhi secara signifikan terhadap tindakan yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit hipertensi (Ginting, 2008).

Notoadmojo (2003), mengembangkan perilaku dalam tiga ranah yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan:

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari sesuatu yang diketahui seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Secara garis besar, pengetahuan dibagi menjadi 5 tingkat yaitu :

1. Tahu (know) yaitu memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

(3)

8

3. Aplikasi (applications) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah didapatkan pada situasi yang sebenarnya (real).

4. Analisis (analysis) yaitukemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur yang sama dan masih berkaitan satu dengan yang lain.

5. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan seseorang untuk menerangkan atau menghubungkan secara logis bagian-bagian kedalam bentuk keseluruhan yang baru

Terkait dengan penyakit hipertensi, perilaku seseorang dalam melakukan penanganan terhadap penyakit tersebut ditentukan berdasarkan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Adanya tingkat pengetahuan yang baik terhadap hipertensi memudahkan seseorang melakukan penanganan terhadap penyakit tersebut, misalnya, apa yang dimaksud dengan hipertensi, penyebab terjadinya hipertensi, cara pencegahan hipertensi, makanan yang baik untuk mencegah hipertensi, bahaya merokok dan pentingnya olahraga bagi penderita hipertensi (Ginting, 2008).

(4)

9

menurunkan risiko hipertensi sebesar 66%, sedangkan bagi yang berpendidikan SMP berkisar 72% (Eksanoto, 2011).Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin kecil risiko seseorang menderita hipertensi.

b. Sikap

Menurut Allport dalam Notoadmojo (2003), sikap mempunyai tiga komponen yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan respon terhadap suatu objek atau kondisi tertentu, dapat bersifat respon positif atau negatif.

Ketiga komponen diatas bersama-sama akan membentuk sikap secara utuh dan dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Dalam pencegahan hipertensi, sikap menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang (Notoadmojo, 2003), yaitu : 1. Sikap terhadap sakit dan penyakit: hal ini berhubungan

(5)

10

tanda-tanda penyakit yang muncul, pencegahan penyakit, penilaian terhadap layanan kesehatan, dan sebagainya. 2. Sikap dan cara pemeliharaan hidup sehat: hal ini mengenai

bagaimana penilaian atau pendapat individu dalam pemeliharaan kesehatan, pemilihan pola hidup sehat seperti olahraga, makanan, gizi, dan sebagainya.

Sikap yang mempengaruhi tindakan pencegahan rehipertensi merupakan pandangan seseorang tentang bagaimana memilih jenis tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan penilaian individu dalam usahanya mencegah rehipertensi. Penelitian menunjukan bahwa meskipun masyarakat memiliki pengetahuan umum serta sikap yang baik terhadap penyakit hipertensi, namun dalam memahami kondisi tekanan darah belum mampu dipahami secara keseluruhan, misalnya tentang pentingnya mengetahui tingkat tekanan darah sistolik atau distolik serta mengenali kondisi status tekanan darah pada umumnya (Oliveria et al. 2005). Dengan demikian, pentingnya meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam menambah informasi kesehatan serta melakukan penilaian terhadap informasi yang diterima sehingga kesadaran akan melakukan tindakan pencegahan rehipertensipun meningkat.

(6)

11

Tingkat-tingkat praktek (Notoadmodjo, 2005) :

1. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang berhubungan dengan tindakan yang diambil. 2. Respon terstruktur (guided respon), yaitu melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (mechanism), jika seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar, maka secara otomatis akan merubah tindakan tersebut menjadi suatu kebiasaan.

4. Adaptasi (adaption), yaitu suatu praktek atau tindakan yang telah berkembang dengan baik dan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut.

Dalam kaitannya dengan hipertensi, tindakan memiliki nilai penting dalam perilaku seseorang, karena puncak dari pengetahuan yang dimiliki serta sikap dalam menilai sebuah perilaku akan terwujud dalam tindakan.

(7)

12

Beberapa tindakan pencegahan rehipertensi adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi lemak tubuh

Kelebihan lemak tubuh menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Kelebihan lemak tubuh ini berhubungan dengan metabolik sindrom yang melemahkan sensitivitas insulin, intoleransi glukosa dan penimbunan lemak yang berpengaruh pada tingginya tekanan darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung (Beilinet al, 1999; Pauliot et al, 1994).

Mengurangi lemak tubuh dapat dilakukan dengan memodifikasi makanan yang dikonsumsi seperti mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi, makanan jenis fastfood dan makanan yang diawetkan serta rutin melakukan latihan fisik seperti olahraga secara teratur untuk membantu pembakaran lemak tubuh (Adib, 2009; Pappachan et al, 2011). Dengan demikian, mengurangi lemak tubuh berhubungan juga dalam menjaga berat badan agar tetap ideal sehingga dapat mengurangi risiko hipertensi yang disebabkan berat badan berlebihan atau obesitas.

(8)

13

Meningkatkan aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah karena secara bersamaan dapat mengubah berat badan (Appel. LJ, 2003). Penelitian mengungkapkan Aktivitas fisik dapat berupa latihan fisik seperti berenang, jogging maupun melakukan kegiatan diwaktu luang seperti memancing, berburu, bermain ski dan berkebun yang dilakukan secara rutin selama 4 jam per minggu dapat menurunkan tekanan darah (Barengo et al, 2005).

Aerobik juga memiliki pengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan menjaga kestabilan tekanan darah pada normal tensi dimana aerobik dapat digunakan sebagai pencegahan dan penanganan terhadap tekanan darah tinggi (Whelton et al, 2002). Penurunan nilai tekanan darah berkisar antara 7 sampai 11 mmHg untuk tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi dan 3 mmHg pada orang dengan tensi normal (Faggard, 1995). Dengan demikian, aktivitas maupun latihan fisik yang dilakukan secara teratur dapat mengurangi risiko hipertensi. 3. Diet garam

(9)

14

mengurangi kejadian hipertensi. batasan konsumsi garam perhari adalah 2.400 mg (National Institutes of Health, 2002). Hasil penelitian dariDietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) tentang jumlah konsumsi garam mengungkapkan bahwa dengan mengurangi konsumsi garam, kira-kira 60 mmol/d dpat menurunkan tekanan darah pada populasi hipertensi dan non hipertensi. DASH mencoba menguji pengaruh konsumsi garam dalam 2 diet berbeda dengan 3 level jumlah konsumsi garam terhadap tekanan darah. Level pertama tinggi (kira-kira 143 mmol/d, tipe konsumsi orang Amerika), level menengah (106 mmol/d, rekomendasi US) dan rendah (65 mmol/d, ukuran yang dapat menurunkan tekanan darah). Pada tipe diet orang Amerika, menurunkan konsumsi garam dari level tinggi ke menengah dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 2,1 mmHg. Sedangkan dari level menengah ke rendah dapat menurunkan tekanan darah sebesar 4,6 mmHg. Diet DASH dengan konsumsi garam rendah menurunkan 7,1 mmHg pada orang non hipertensi dan 11,5 mmHg pada penderita hipertensi (Sacks et al, 2001).

(10)

15

mengurangi penambahan garam pada jenis makanan yang dikonsumsi (Appel. LJ, 2003). Menurutnya, Meskipun jenis makanan fast food dengan kandungan garam yang telah ditentukan sering menjadi pilihan konsumsi, diharapkan penderita hipertensi dapat mengurangi pilihan jenis makanan tersebut untuk mengurangi risiko hipertensi.

4. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran

Buah-buahan dan sayuran merupakan jenis makanan yang baik dalam mengurangi risiko hipertensi jika dikonsumsi secara teratur (Adib, 2009). Penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, jenis makanan dengan kandungan kalium serta vitamin C dapat menurunkan hipertensi dengan persentase masing-masing 46%, 38%, 46% dan 43% (Utsugi et al, 2008). Meningkatnya tekanan darah juga mengakibatkan penyakit jantung sehingga disarankan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran lebih dari 3 kali atau sampai 5 kali penyajian dengan jumlah lebih banyak, dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung (He FJ., et al, 2007).

(11)

16

mengurangi kolestrol serta mencegah penggumpalan darah yang dapat meningkatkan tekanan darah dan pisang yang memiliki kandungan kalium baik untuk mengatasi hipertensi. Demikian juga dengan sayuran khususnya sayuran hijau yang mengandung banyak serat dapat membantu menurunkan tekanan darah (Adib, 2009).

Dalam mencegah hipertensi disarankan penderita hipertensi mengkonsumsi buah dan sayuran lebih sering dengan porsi yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan jantung dan kestabilan tekanan darah.

5. Mengurangi konsumsi daging

(12)

17

konsumsi daging sangat penting dalam menurunkan risiko hipertensi.

6. Mengurangi atau Berhenti mengkonsumsi alkohol

Alkohol merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah. Sebuah penelitian menunjukan perbedaan konsumsi alkohol antara pria dan wanita, wanita yang mengkonsumsi alkohol 1-20 g/ hari (8 g = 10 ml) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah, sebaliknya jika mengkonsumsi lebih dari batasan tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Demikian halnya pada pria, yang mengkonsumsi sampai 40g/hari (batas konsumsi) dapat meningkatkan tekanan darah (Maheswaran et al, 1991).

Pentingnya mengurangi jumlah konsumsi alkohol bahkan berhenti dapat menurunkan risiko hipertensi. Penelitian menunjukan dengan tidak mengkonsumsi alkohol selama 1 bulan dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 7,2 mmHg dan 6,6 mmHg tekanan darah diastolik dalam 24 jam, ini direkomendasikan bagi peminum alkohol berat untuk mengendalikan tekanan darah agar tetap stabil (Aguilera et al, 1998).

(13)

18

Kebisaaan merokok berpengaruh pada tekanan darah. Dalam penelitiannya Setyanda, et al (2015) menemukan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi yang dipengaruhi oleh lama merokok dan jenis rokok.

Tekanan darah tinggi yang ditambah dengan penggunaan tembakau akan meningkatkan risiko penumpukan lemak pada arteri yang dapat menyebabkan kenaikan sementara tekanan darah sekitar 10mmHg untuk sistolik dan 8 mmHg untuk diastolik ketika merokok dan sesaat setelahnya, sehingga pentingnya mengurangi konsumsi rokok stiap hari untuk menghindari risiko hipertensi yang dapat meningkat menjadi stroke dan penyakit jantung lainnya (Santoso, 2010).

8. Pengendalian Stres

(14)

19

untuk mengurangi stres seperti liburan, melakukan teknik relaksasi dan kegiatan lainnya yang memberi dampak positif bagi kesehatan pikiran.

2.1.2 Perilaku Kesehatan dan Teori Perubahan Perilaku

Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Maulana, 2009). Perilaku kesehatan ini berasal dari cara pandang individu dalam memahami sesuatu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang ditunjukan dalam tindakan.

Perilaku kesehatan didukung adanya perubahan perilaku. menurut Rhodes dan Pfaeffli (2010) beberapa teori yang mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan yaitu teori transtheorical, social cognitive theory (teori kognitif sosial), theory of planned behavior (teori merencanakan perilaku), protection motivation theory (teori perlindungan motivasi), self-determination theory (teori menentukan keputusan).

(15)

20

(16)

21

panjang, tahap ini bertahan 6 bulan smpai 5 tahun dan setelah itu biasanya akan kembali pada perilaku sebelumnya (kambuh), misalnya berhenti merokok, sebanyak 43% kembali pada perilaku merokok setelah berhenti selama 12 bulan. Dalam hal ini, kambuh merupakan tahap terpisah yang kembali pada tahap awal perubahan perilaku menurut transtheorical (kecuali tahap precontemplation). Terakhir adalah tahap termination yaitu tahap dimana perubahan perilaku dapat dilakukan secara efektif. Individu yakin bahwa tidak akan kembali pada perilaku tidak sehat, sehingga perubahan perilaku ini menjadi koping dalam mengatasi masalah kesehatan.

Bandura (2004) mengemukakan teori kognitif sosial yaitu mekanisme yang bekerja melalui pengetahuan yang diterjemahkan kedalam praktek kesehatan yakni adanya kemampuan diri seseorang dalam mengontrol kebiasaan yang berpengaruh terhadap kesehatan. Menurutnya, Pengetahuan merupakan syarat untuk dapat memiliki perubahan perilaku, mempengaruhi gaya hidup yang berdampak pada kesehatan dimana pengetahuan memunculkan keyakinan yang menjadi peran utama dalam perubahan perilaku. fokus keyakinan inilah yang menjadi dasar motivasi manusia dalam melakukan tindakan (Bandura, 1988; 2004)

(17)

22

menangkap faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku untuk berupaya keras merubah perilaku, dan berusaha mengerahkan rencana tersebut dalam wujud nyata perilaku (Ajzen, 1991). Perencanaan ini didahului dengan motivasi serta upaya mengontrol keinginan sebagai aturan yang mendasari perubahan perilaku.

Protection motivation theory adalah teori tentang komunikasi persuasif yang menekankan pada proses kognitif yang memfasilitasi perubahan perilaku (Rogers, 1975 dalamMilneet al, 2000). Perlindungan motivasi ini adalah hasil penilaian dari ancaman atau evaluasi dari masalah kesehatan yang muncul serta sebagai variabel mediasi yang meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehat (Milneet al, 2000). Implikasi dari teori ini jika diterapkan dengan baik dapat meningkatkan status kesehatan. Adanya kemampuan mempertahankan motivasi dalam memelihara kesehatan dapat menjaga perilaku hidup sehat untuk mengurangi faktor risiko peyebab penyakit.

(18)

23

menentukan kesediaan seseorang untuk mempertahan perubahan perilaku yang telah ditentukan untuk dapat dijalankan secara efektif sebagai respon pemeliharaan kesehatan kesehatan.

Dalam upaya mengendalikan hipertensi, beberapa contoh upaya perilaku pencegahan dimana gaya hidup sebagai faktor utama yang dilatarbelakangi oleh kerentanan genetik, menentukan tingkat tekanan darah. Pola hidup yang tidak sehat juga menyebabkan kelebihan lemak tubuh baik melalui makanan yang dikonsumsi, alkohol maupun kurangnya aktivitas fisik sebagai faktor kedua penyebab hipertensi, sehingga dibutuhkan perilaku pencegahan hipertensi seperti mengkonsumsi tambahan kalium dan serat serta meningkatkan konsumsi buah dan sayuran (Beilin et al, 1999). Dengan demikian dalam mengendalikan kejadian hipertensi dibutuhkan kesadaran individu dalam menciptakan pola hidup sehat melalui perilaku pencegahan penyakit hipertensi.

(19)

24

(20)

25

1. Pandangan mengenai

penyakit hipertensi

(penyebab, gejala)

2. Pandangan perilaku

dalam mencegah

rehipertensi

Tindakan

Pencegahan rehipertensi : 1. Mengurangi lemak tubuh 2. Meningkatkan aktivitas fisik 3. Diet garam

4. Meningkatkan konsumsi

buah dan sayuran

5. Mengurangi konsumsi

Referensi

Dokumen terkait

Maka, dunia pada ketika itu telah dikuasai oleh kuasa dominan 1 iaitu Amerika Syarikat dan Soviet Union yang mana mereka telah menjadi musuh selepas Perang Dunia II ini

2.3.1 Pembuatan medium PDA (Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999) terdapat pada Lampiran 1... Peta Pengambilan Sampel Jamur Pelapuk Putih), dengan mencari dan

Dalam penelitian ini sampel yang diambil penulis adalah dengan.. menggunakan “convenian sampling” yaitu pengambilan

yang dapat ditemukan dibuku teks, antara lain adalah : 46 1) Temukan jawaban dengan cara coba-coba. 2) Gunakan alat peraga, model, atau sketsa. 5) Buat daftar, tabel, atau bagan.

Sistem pemerintahan daerah di empat negara Asean tersebut di atas mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda, tetapi pada umumnya memiliki peranan pada tingkat bawah, yaitu

Burma atau Myanmar adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang merdeka dari penjajahan Inggris pada tahun 1948. Sebelah barat berbatasan dengan India da Bangladesh,

Hasil penelitian, (1) Pada tahap penanaman konsep siswa diajak ke luar kelas untuk mengamati keadaan lingkungan serta mangerjakan tugas secara kelompok, dan pada

Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan CD Interaktif pada pembelajaran matematika di kelas VIII B MTs Darul Huda