• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA POKOK BAHASAN PERMASALAHAN SOSIAL DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA POKOK BAHASAN PERMASALAHAN SOSIAL DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon)."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

SUSTINI 1010314

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

(2)

Oleh SUSTINI

1010314

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd. NIP. 197212262005011002

Pembimbing II,

Nurdinah Hanifah, M.Pd. NIP. 197403152006042001

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si.

(3)

STAD (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon)” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

Sustini

(4)

i A. HakikatIlmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 11

1. PengertianIlmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 11

2. Tujuan Mempelajari IPS ... 12

3. Ruang Lingkup IPS ... 13

4. Teori Belajar Dalam Pembelajaran IPS ... 13

B. Model Belajar Kooperatif Tipe STAD ... 15

1. Definisi Koopeeratif Tipe STAD ... 15

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 16

3. Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD ... 16

4. Evaluasi Dalam Model Kooperatif Tipe STAD ... 18

C. Masalah Sosial Dalam KTSP ... 21

C. Metode dan Desain Penelitian ... 24

1. Metode Penelitian ... 24

2. Desain Penelitian ... 25

D. Prosedur Penelitian ... 29

(5)

ii

F. Teknik Pengolahan Data ... 33

1. Pengolahan Data Proses ... 33

2. Pengolahan Data Hasil ... 35

G. Validasi Data ... 36

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ... 38

B. Paparan Data Tindakan ... 40

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 40

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 57

C. Paparan Pendapat Peserta Didik dan Guru ... 72

1. Paparan Pendapat Peserta Didik ... 72

2. Paparan Pendapat Guru ... 73

D. Pembahasan ... 75

1. Perencanaan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 76

2. Pelaksanaan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 79

3. Hasil Belajar Peserta Didik Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 89

(6)

iii

1.1 DataAwalTes HasilBelajar Peserta Didik tentang Permasalahan Sosial

di Kelas IV SDN 2 Jatianom ... 4

1.2 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 7

1.3 Klasifikasi interpretasi ... 8

2.1 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 17

2.2 Poin Kemajuan Peserta Didik ... 19

2.3Penghargaan terhadap Tim ... 20

2.4Kurikulum SDN 2 Jatianom kelas IV Tahun Ajaran 2012/2013 ... 21

3.1 Rencana Pelaksanaan Siklus I ... 27

3.2 Rencana Pelaksanaan Siklus II ... 28

4.1DataAwalTes HasilBelajar Peserta Didik tentang Permasalahan Sosial di Kelas IVSDN 2 Jatianom ... 39

4.2Pembagian Kelompok ... 41

4.3Hasil Obsevasi Kinerja Guru Siklus I ... 46

4.4Hasil Obsevasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I ... 48

4.5Tes Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I Materi Permasalahan Sosial ... 50

4.6Perbandingan Nilai Awal dan Nilai Siklus I ... 52

4.7Skor Kelompok dan Penghargaan Kelompok ... 53

4.8Hasil Tes Kelompok ... 54

4.9Kinerja Guru dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran ... 55

4.10Aktivitas Peserta Didik Siklus I ... 56

4.11Persentase Hasil Ketuntasan Rata-rata Siklus I ... 56

4.12Hasil Obsevasi Kinerja Guru Siklus II ... 60

4.13Hasil Obsevasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II ... 62

4.14Tes Hasil Belajar Peserta Didik Siklus II Materi Permasalahan Sosial ... 65

4.15Perbandingan Nilai Siklus I dan Nilai Siklus II ... 66

4.16Skor Kelompok dan Penghargaan Kelompok ... 67

4.17Hasil Tes Kelompok ... 69

4.18Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 70

4.19Aktivitas Peserta Didik Siklus II ... 71

4.20Persentase Hasil Ketuntasan Rata-rata Siklus II ... 71

4.21Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 76

4.22Data Observasi Perencanaan Pembelajaran Selama Penelitian ... 79

4.23Data Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Selama Penelitian ... 80

4.24Data Observasi Aktivitas Peserta Didik Selama Penelitian ... 81

(7)

iv

3.1Model Desain Kemmis dan Mc. Taggart ... 25

4.1 Diagram Observasi Perencanaan Pembelajaran Selama Penelitian ... 79

4.2 Diagram Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Selama Penelitian ... 80

4.3 Diagram Observasi Aktivitas Peserta Didik Selama Penelitian ... 81

(8)

v

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 91

2. Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Peserta didik ... 93

3. Hasil Tes Belajar Peserta didik ... 94

4. Hasil Wawancara Guru ... 95

5. Hasil Wawancara Peserta didik ... 96

B. Data Hasil Siklus I ... 97

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 98

2. Hasil Observasi Kinerja Guru ... 101

3. Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik ... 103

4. Hasil Tes Belajar Peserta didik ... 104

5. Hasil Catatan Lapangan ... 105

6. Hasil Wawancara Guru ... 108

7. Hasil Wawancara Peserta didik ... 109

C. Data Hasil Siklus II ... 110

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 111

2. Hasil Observasi Kinerja Guru ... 114

3. Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik ... 116

4. Hasil Tes Belajar Peserta didik ... 117

5. Hasil Catatan Lapangan ... 118

6. Hasil Wawancara Guru ... 120

7. Hasil Wawancara Peserta didik ... 121

D. Instrumen Penelitian ... 122

1. Format Tes Hasil Belajar Peserta didik ... 123

2. Format Lembar Observasi kinerja Guru ... 124

3. Format Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik ... 126

4. Format Catatan Lapangan ... 128

5. Format Wawancara Guru ... 129

6. Format Wawancara Peserta didik ... 130

7. Lembar Tes Soal Tertulis Individu Peserta Didik ... 131

8. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 135

E. Contoh Hasil Jawaban Kerja Kelompok dan Tes Soal Tertulis Individu Peserta didik ... 139

F. Foto-foto Saat Pelaksanaan Pembelajaran ... 164

G. Surat Kelengkapan Administrasi ... 167

1. SK Pembimbing ... 168

2. Surat Izin Penelitian ... 169

3. Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian ... 170

4. Monitoring Skripsi ... 171

H. Lain-lain ... 172

1. KKM IPS Materi Permasalahan sosial ... 173

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi mengacu pada suatu norma tertentu. Norma yang berlaku pada umumnya didapat melalui proses

pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk memahami apa yang terjadi di lingkungannya sekaligus untuk menunjang potensi yang ada dalam dirinya. Seperti yang tercantum pada undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (Depdiknas, 2003:2)

Dilihat dari definisi di atas, maka jelas bahwa pendidikan merupakan upaya terencana untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik yang meliputi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh peserta didik, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan maka dibutuhkan kegiatan pembelajaran, yang di dalamnya terdapat belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan proses yang ada dalam pendidikan, salah satu komponen yang penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru merupakan figur yang sangat penting dalam pembelajaran. Ditangan gurulah terletak berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar disekolah. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, salah satunya mata pelajaran yang ada di pendidikan adalah IPS.

Menurut S. Nasution (Tim Dosen, 2010:148) ‘IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang berhubungan dengan manusia di dalam masyarakat yang

(10)

Jika dikaji dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) mata pelajaran IPS di sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. (Depdiknas, 2006: 47).

Dalam Kurikulum Sekolah Dasar Tahun 2006 telah dirumuskan bahwa mata pelajaran IPS berfungsi sebagai ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasiaonal tentang gejala-gejala sosial serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia dimasa lampau dan masa kini.

Pola pembelajaran IPS yang berkaitan erat dengan peningkatan hasil belajar melalui model pembelajaran hendaknya disajikan dengan baik, dimana seorang guru memiliki tugas dalam mengajar. Seperti yang dikemukakan oleh Ad. Rovijakkers (Subroto, 2009: 6) bahwa ‘tugas guru mengajar meliputi: mengurutkan bahan, memilih masalah pokok dan tambahan, memilih alat peraga, cara menyajikan bahan dan mengukur kemampuan murid menerima bahan’. Namun demikian kenyataan dilapangan masih dijumpai gaya mengajar guru yang belum sesuai dengan tugasnya. Salah satunya kurang memanfaatkan model pembelajaran dalam pembelajaran yang sesuai. Permasalahannya model pembelajaran yang dipakai guru dalam pembelajaran IPS tidak sederhana.

Tapi pada kenyataannya tidak seperti apa yang diungkapkan di atas. Hal

tersebut terbukti pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon pada hari Selasa tanggal 11

(11)

1. kinerja guru dan aktivitas peserta didik:

a. Pada kegiatan pembelajaran mengajar guru menjadi pusat di dalam kelas, sehingga peserta didik tidak dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran dan mengakibatkan peserta didik menjadi pasif.

b. Guru terpaku terhadap buku teks dan pembelajaran pun menjadi monoton. c. Metode yang digunakan hanya ceramah dan penugasan, sehingga

mengakibatkan peserta didik sibuk dengan kegiatannya sendiri.

d. Guru kurang mampu mengkondisikan kelas sehingga suasana pembelajaran menjadi kurang kondusif.

Dari hasil observasi yang didapat, maka dapat disimpulkan guru lebih dominan terhadap pembelajaran dan hanya melakukan penugasan terhadap peserta didik sehingga aktivitas peserta didik terlihat pasif. Akibat yang ditimbulkan dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah rendahnya pemahaman dalam pembelajaran IPS di kelas, Kurangnya ada suasana pembelajaran yang bernuansa kreatif, pengembangan berfikir yang terbatas, membosankan serta proses pembelajaran yang kurang berhasil, tentunya hal seperti itu berdampak pada pengetahuan, penguasaan terhadap materi serta hasil belajar terhadap pembelajaran IPS sangat rendah.

Adapun nilai yang diperoleh dari peserta didik masih banyak yang berada dibawah batas tuntas, dari 30 peserta didik hanya terdapat 9 peserta didik (30%)

yang mampu mendapat nilai di atas batas ketuntasan 60 sebagai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Sedangkan 21 peserta didik (70%) mendapat nilai

(12)

Tabel 1.1

Data Awal Tes Hasil Belajar Peserta Didik Tentang Permasalahan Sosial di kelas IV SDN 2 Jatianom

(13)

pencapaian hasil belajar. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan model kooperatif. Menurut Sanjaya (Rusman, 2011:203): ‘Pembelajaran Kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan’.

Adapun beberapa jenis model dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya yaitu model Student Teams Achievement Division (STAD). Menurut Slavin (Rusman, 2011:213) ‘STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi’. Dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran di kelas maka seorang guru tidak akan menjadi pusat di dalamnya, hanya akan menjadi pembimbing untuk mengarahkan peserta didik. Aktifitas peserta didik pun akan lebih aktif. Sehingga hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Pokok Bahasan Permasalahan Sosial dengan Model

Kooperatif Tipe STAD (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon)”.

B. Perumusan masalah dan Pemecahan Masalah

1. Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang muncul pada saat pembelajaran, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian adalah sebagai berikut:

(14)

2. Bagaimana pelaksanaan dalam pembelajaran model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan permasalahan sosial di SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon?

3. Bagaimana aktivitas peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada

pokok bahasan permasalahan sosial di SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon?

4. Bagaimana hasil belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan permasalahan sosial di SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon?

2. Pemecahan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan yang timbul berkaitan dengan hasil belajar peserta didik dalam materi permasalahan sosial kelas IV SD Negeri 2 Jatianom, peserta didik yang pasif serta guru yang menjadi pusat pembelajaran. Maka penulis berkeyakinan bahwa untuk mengatasi masalah tersebut lebih tepat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Dari permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran IPS perlu diperbaiki untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik. Untuk itu

dibutuhkan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar IPS. Pembelajaran di kelas yang

secara monoton ditekankan kepada aktivitas guru menyampaikan pengetahuannya kepada peserta didik. Konsep pembelajaran seperti ini membuat peserta didik tidak aktif dan bersifat pasif. Dalam hal ini guru harus mengubah kondisi pembelajarannya. Dimana pembelajaran harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik, serta memperhatikan perkembangan kognitif peserta didik, materi yang akan dipelajari maupun pendekatan, metode dan teknik yang digunakan.

(15)

a. Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut serta memotivasi peserta didik belajar.

b. Menyajikan informasi tentang permasalahan sosial pada peserta didik. c. Peserta didik membentuk kelompok belajar.

d. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat peserta didik mengerjakan tugas kelompok.

e. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya serta memberikan tes individu.

f. Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Adapun model kooperatif tipe STAD menurut Trianto (Nurhayati, 2010: 41) terdiri dari fase-fase sebagai berikut:

(16)

Indikator ketercapaian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: a. Indikator ketercapaian proses:

Diharapkan mencapai: 24 x 100 % = 80 %

30

1) Guru dapat menjadi mediator dan penyampai materi pembelajaran yang

baik bagi peserta didik.

2) Peserta didik dapat berperan aktif dan dapat mengembangkan aspek kognitif dan afektifnya.

b. Indikator ketercapaian hasil:

Peserta didik dapat mengenal permasalahan sosial di daerahnya dengan benar. Diharapkan 24 peserta didik mampu mendapatkan hasil belajar dengan baik dari 30 peserta didik.

24 x 100 % = 80 % 30

Ketercapaian ini dikatakan telah mencapai hasil yang diharapkan, jika indikator yang dilaksanakan mencapai target. Sehingga digunakan kategori persentase menurut Kuntjaraningrat (Maulana, 2006) sebagai berikut:

Tabel 1.3 Klasifikasi Interpretasi

Besar Persentase Interpretasi

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

(17)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah dasar melalui penggunaan model kooperatif tipe STAD sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV.

Adapun tujuan khusus yaitu sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan permasalahan sosial di SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan dalam pembelajaran model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan permasalahan sosial di SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon.

3. Untuk mengetahui aktivitas peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan permasalahan sosial di SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon.

4. Untuk mengetahui hasil belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan

permasalahan sosial di SD Negeri 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Untuk Guru

(18)

b. Pembaharuan untuk pembelajaran kedepannya.

c. Dapat memberikan pengetahuan yang baru bagi guru, bahwa dengan penggunaan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik tentang permasalahan sosial.

2. Untuk Lembaga

Dengan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memberikan

kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 3. Untuk Peneliti

Sebagai bahan data atau informasi aktual tentang ketepatan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.

E. Batasan Istilah

1. Permasalahan Sosial merupakan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Masalah sosial adalah suatu keadaan di masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya (Haryuni, dkk: 2012).

2. Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Slavin: 1995).

3. Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang

paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin: 2005).

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SD Negeri 2

Jatianom yang beralamat di Desa Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon. Adapun pemilihan lokasi didasarkan pertimbangan sebagai berikut: a. Karena adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakkukan untuk memperbaiki

proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri 2 Jatianom khususnya dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi permasalahan sosial.

b. Peneliti merupakan seorang guru SD Negeri 2 Jatianom, sehingga peneliti lebih memahami keadaan sekolah maupun karakter peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.

c. Walaupun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan secara intensif, tetapi tidak mengganggu tugas utama peneliti sebagai guru sehingga peneliti tetap dapat melaksanakan tugas mengajar sebagaimana mestinya.

SD Negeri 2 Jatianom mempunyai 12 rombongan belajar (rombel), 9 tenaga pendidik yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama,

dan 1 guru olah raga. Serta jumlah murid pada tahun ajaran 2012/2013 hingga bulan September 284 peserta didik.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu empat bulan dimulai dari pengajuan proposal sampai kepada penyusunan laporan penelitian. Pelaksanaan penelitian kurang lebih 4 bulan dimulai pada bulan September 2012 sampai dengan Desember 2012.

B. Subjek Penelitian

(20)

peserta didik laki-laki, 14 orang peserta didik perempuan dan seluruhnya berjumlah 30 peserta didik. Adapun alasan pemilihan subyek penelitian adalah karena tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi permasalahan sosial masih rendah serta hasil belajar yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan

oleh pihak sekolah, sehingga diperlukan upaya perbaikan pada proses maupun hasil pembelajaran.

C. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Seperti pada latar belakang, permasalahan yang muncul dalam penelitian ini berasal dari kegiatan pembelajaran sehari-hari, yaitu hasil belajar yang kurang maksimal terhadap materi permasalahan sosial. Sehingga perlu diupayakan usaha untuk usaha memperbaiki dan yang relevan dengan permasalahan ini yaitu metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Mc. Taggart (1992) bahwa: penelitian tindakan (kelas) adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pengajaran dengan cara melanjutkan perubahan-perubahan dan mempelajari akibat-akibat dari perubahan-perubahan itu, jenis dan sifat perubahan tersebut dapat terjadi sebagai hasil mengajar reflektif (Hermawan, dkk. 2010: 253).

Suharsimi (Ayudi, 2010: 24) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut:

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. 3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

(21)

Dengan demikian bidang kajian penelitian ini adalah praktek pembelajaran dengan memfokuskan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Adapun menurut Supardi (Ayudi, 2010: 26) manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas yaitu „Inovasi pembelajaran,

pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional, peningkatan profesionalisme pendidikan‟. Dilihat dari manfaat PTK pada uraian diatas, maka

PTK dapat dijadikan salah satu alternatif solusi untuk memperbaiki kelemahan serta meningkatkan kemampuan profesional guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas sehingga tercapai dengan baik.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis dan Taggart (1988). Dalam model ini terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali. Seperti tampak pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.I

Model desain Kemmis dan Mc. Taggart (Wiriaatmadja, 2009:66)

Tiap siklus dari model desain Kemmis dan Mc. Taggart terdiri dari empat tahap, seperti yang dikemukakan Kasbollah (Panji Akbar, 2010: 53) sebagai berikut:

(22)

dilakukan. Peneliti dan guru harus secara bersama-sama membuat rancangan penelitian.

b. Tindakan (acting); setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan dilakukan. Dalam hal ini guru melaksanakantindakan kelas. c. Pengamatan (observing); bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan,

peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya.

d. Refleksi (reflecting); berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Guru dan tim peneliti mengadakan refleksi dalam bentuk diskusi.

Dalam hal ini kegiatan paling utama yang dilakukan oleh guru ketika melaksanakan penelitian yaitu guru harus membuat rencana yang matang dan baik tentang hal-hal apa saja yang akan dilakukan oleh peserta didik dan apa yang akan dilakukan oleh guru. Untuk itu harus disusun secara sistematis, mulai dari materi, model pembelajaran, dan alat peraga yang digunakan, dan sebagainya. Setelah itu, guru melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Selama proses tindakan dilaksanakan, guru bersama observer melakukan pengamatan dengan menggunakan instrumen penelitian. Hasil dari observasi,

dijadikan bahan untuk melakukan tahapan terakhir yaitu refleksi. Dalam hal ini peneliti merefleksi cara peserta didik dalam memecahkan masalah dan hasil belajar peserta didik.

Penelitian tindakan kelas dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek dalam pembelajaran, sehingga dengan PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses pembelajaran yang lebih efektif dan optimal. Implementasi dari model PTK menurut Kasbollah (Panji Akbar, 2010: 53) terinci sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian dan menyusun rencana pembelajaran setiap tindakan yang didalamnya termuat RPP, LKS, evaluasi, lembar wawancara, lembar observasi dan catatan lapangan.

b. Tahap Pelaksanaan

(23)

bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada saat pembelajaran berlangsung dan meningkatkan mutu pembelajaran agar diperoleh hasil yang lebih baik.

1) Siklus I

permasalahan Sosial. Menggunakan model kooperatif tipe STAD, sedangkan tahap dari model kooperatif tipe STAD itu sendiri adalah menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik, menyajikan atau menyampaikan informasi, mengorganisasi peserta didik kedalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok kerja dan belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan terhadap peserta didik. Dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan.

Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik, dan guru menggunakan gambar sebagai bahan penyajian materi, dan menggunakan langkah-langkah model kooperatif tipe STAD.

Selama pelaksanaan tindakan berlangsung dilakukan pengamatan oleh observer dengan tujuan melihat aktivitas guru dan peserta didik, hal ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian perilaku yang ditunjukan guru dan peserta didik dengan kriteria prilaku dalam belajar yang menggunakan model kooperatif tipe STAD. Setelah itu mengadakan evaluasi secara kelompok dan individu dengan

menggunakan seperangkat soal yang sudah disediakan.

Di akhir siklus I selanjutnya diadakan analisis dan refleksi terhadap

(24)

temuan serta pengetahuan ketercapaian tujuan dalam setiap tindakan, hasil refleksi selanjutnya disusun rencana tindakan siklus II sebagaimana tercantum pada tabel 3.2.

2) Siklus II

Rencana pelaksanaan penelitian siklus II dapat dilihat lebih rinci pada tabel 3.2 berikut ini: permasalahan Sosial. Menggunakan model kooperatif tipe STAD, sedangkan tahap dari model kooperatif tipe STAD itu sendiri adalah menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik, menyajikan atau menyampaikan informasi, mengorganisasi peserta didik kedalam kelompok-kelompok belajar, membimbing

kelompok kerja dan belajar, evaluasi, dan memberikan penghargaan terhadap peserta didik. Dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan.

Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik, dan guru menggunakan gambar sebagai bahan penyajian materi, dan menggunakan langkah-langkah model kooperatif tipe STAD.

(25)

Di akhir siklus II selanjutnya diadakan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan, kegiatan dimaksud untuk menganalisis berbagai temuan serta pengetahuan ketercapaian tujuan dalam setiap tindakan.

c. Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan selama pembelajaran sedang berlangsung yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang terkumpul

diolah untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian dan memantau proses dan hasil pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan.

Peneliti dalam tahap ini bertindak sebagai pemantau terhadap kegiatan yang berlangsung di kelas melalui catatan lapangan, sedangkan observer mengamati segala kegiatan yang terjadi di kelas antara lain mengamati ketepatan, kesesuaian dalam menggunakan strategi pembelajaran terhadap materi ajar serta mengamati masalah yang mungkin terjadi dilakukan oleh peserta didik sebagai suatu penyimpangan yang tidak diharapkan ketika pembelajaran berlangsung. d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi guru melakukan analisis tentang apa yang telah dilakukan dan apa dampaknya dalam proses belajar peserta didik serta merencanakan dan merumuskan alternatif-alternatif cara penyelesaian yang perlu dikaji kembali. Sehingga tindakan berikutnya agar lebih baik dari sebelumnya.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah bentuk siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pada akhir pertemuan diharapkan tercapianya tujuan yaitu meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi permasalahan sosial.

(26)

Model siklus ini meliputi langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: a. Tahapan Perencanaan

1) Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.

2) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar dikelas IV SD Negeri 2 Jatianom ketika menggunakan model

kooperatif tipe STAD.

3) Mendesain alat evaluasi belajar untuk melihat apakah peserta didik mampu memahami materi permasalahan sosial.

b. Tahapan Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tindakan ini dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan oleh peneliti. Untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan KKM, maka pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus menggunakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Tahapan Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan peserta didik dalam pembelajaran serta membuat catatan lapangan yang lengkap mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahapan Analisis dan Refleksi

Tahap analisis dan refleksi merupakan kegiatan akhir penelitian. Pada

tahap ini, data yang diperoleh dari hasil observasi yang telah dikumpulkan, dianalisis dan diinterpretasikan untuk dijadikan penyusunan rencana tindakan berikutnya sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.

Adapun langkah-langkah dari kegiatan refleksi ini adalah:

1) Analisis, sintesis dan interpretasi terhadap semua informasi yang telah diperoleh dari pelaksanaan tindakan.

2) Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. 3) Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pelayanaan

(27)

Dengan adanya kegiatan refleksi ini, peneliti, guru dan kepala sekolah yang terlibat dalam penelitian tindakan mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam materi permasalahan sosial. Serta hasil belajar peserta didik yang diharapkan dapat meningkat seiring pemahaman

peserta didik yang semakin baik. Maka kegiatan refleksi perlu dilakukan dalam penelitian ini.

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh kebenaran yang akurat dalam pengumpulan data diperlukan alat pengumpulan data yang tepat sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Format Observasi

Observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori, seperti yang dikemukakan oleh Karl Popper (Wiraatmadja, 2009: 104). Dalam penelitian ini digunakan dua lembar observasi yaitu: untuk mengungkapkan kinerja guru dan aktivitas peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.

Lembar observasi ini merupakan alat pengumpul data berupa sebuah format yang berisi beberapa indikator tentang keadaan yang menggambarkan kinerja guru serta aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi dalam penelitian ini pula berfungsi untuk mendokumentasikan

pengaruh tindakan yang terkait ketindakan selanjutnya sebagai dasar bagi refleksi yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Lembar observasi digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai permasalahan sosial dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD.

(28)

2. Tes Tertulis

Menurut Wahidmurni, dkk (2010: 78) Tes tulis adalah “tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis”. Dalam hal ini tes turtulis merupakan Alat pengumpul data tes bersifat mengukur, karena

berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu. Instrumen berisi skala jawaban yang digunakan dalam penelitian

ini jawaban singkat atapun tes isian. Tes tertulis ini digunakan dalam penelitian untuk mengetahui sejauh mana peran keefektifan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam materi permasalahan sosial. Adapun penggunaan teknik, bentuk dan alat penilaian adalah:

a. Teknik : tes penilaian proses dan post test b. Bentuk : performance dan tulis

c. Alat penilaian : format penilaian dan soal. 3. Format Wawancara

Menurut Denzin (Wiriatmadja, 2009:117) mendefinisikan wawancara

merupakan „pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada

orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang untuk mendapatkan

data atau informasi terhadap seseorang berupa tanya jawab secara lisan. Dalam hal ini peneliti menggunakan format wawancara untuk memperoleh data tentang

kesulitan dan hambatan yang dialami oleh peserta didik dan guru. Penskoran wawancara di dapat dari format wawancara yang diisi dengan pendapat dari guru dan peserta didik tentang kesulitan yang dialami pada saat proses pembelajaran. 4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan terdiri dari dua suku kata, yaitu catatan dan lapangan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “catatan“ mengandung arti; hasil

pencatatatan; peringatan. Sedangkan kata “lapangan” sebagai bentuk kata benda

(29)

basket); atau bidang (pekerjaan, pengetahuan, dan sebagainya). Catatan lapangan secara bahasa berarti hasil mencatat suatu bidang pengetahuan. Menurut Wiriatmadja (2009: 125) mengemukakan “catatan lapangan memuat deksriptif berbagai kegiatan suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk

interaksi sosial dan nuansa-nuansa lainnya”. Dengan kata lain catatan lapangan adalah segala sesuatu data yang diperoleh dari melihat, mendengar dan yang

dialami ditulis, sehingga akan mendapatkan data yang sesuai dengan kenyataan. Catatan lapangan, berupa lembaran yang mencatat kejadian penting selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan ini berisi fokus, deskripsi proses pembelajaran, jawaban dan kesimpulan. Hasil catatan lapangan kemudian dikumpulkan, dianalisis dan mendeskripsikannya ke dalam penjelasan dan pembahasan. Selain itu, hasil catatan lapangan akan didiskusikan dengan beberapa pihak untuk menindaklanjuti kejadian yang terjadi pada saat pembelajaran.

F. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data Proses

Proses pengolahan dan analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu lembar observasi kinerja guru dan aktivitas peserta didik, tes hasil belajar, wawancara dan catatan lapangan, kemudian dideskripsikan menjadi penjelasan dan pembahasan.

a. Hasil Observasi Kinerja Guru

Dalam kinerja guru, aspek yang diamati terdiri dari perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi. Lembar observasi kinerja guru diolah dengan cara menghitung kemunculan dari aspek yang diamati. Aspek-aspek yang muncul tersebut hasilnya akan dibuat dalam bentuk persentase, cara menghitungnya yaitu: Persentase (%) = X x 100

N

X = Jumlah indikator yang dilaksanakan N = Jumlah semua indikator

(30)

Jika melaksanakan indikator 80-89% = Baik Jika melaksanakan indikator 70-79% = Cukup Jika melaksanakan indikator 60- 69% = Kurang Jika melaksanakan indikator < 60% = Kurang Sekali

Pencapaian indikator dikatakan berhasil apabila mencapai ≥ 80% dan berada

pada kategori baik (B), jadi kriteria keberhasilan dari kinerja guru apabila

persentase total dari semua aspek memperoleh persentase ≥ 80%.

b. Hasil Observasi Aktivitas Pesserta Didik

Untuk observasi aktivitas peserta didik, aspek yang dinilai adalah berpikir bersama dan menjawab. Lembar observasi aktivitas peserta didik diolah dengan cara menghitung kemunculan dari aspek yang diamati. Dalam pemberian skor untuk setiap aktivitas peserta didik adalah tergantung jumlah indikator yang dilaksanakan. Kriteria interpretasi dari jumlah skor yang diperoleh peserta didik pada observasi aktivitas peserta didik terdiri dari tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Aktivitas peserta didik dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah peserta didik berada dalam kategori baik. c. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengungkap pendapat peserta didik tentang pembelajaran. Wawancara dapat terjadi antara guru dan peserta didik, pengamat dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik, serta guru dan

pengamat. Hasil wawancara kemudian dikumpulkan kemudian data dianalisis secara bertahap, pertama dengan menyeleksi dan mengelompokkan, kedua

dengan memaparkan atau mendeskripsikan data dan yang terakhir menyimpulkan atau memberi makna.

d. Hasil Catatan Lapangan

(31)

bentuk narasi, grafik maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat, ditarik kesimpulan.

2. Pengelolaan data hasil

Data hasil tes yang dicapai peserta didik didapat dari tes tulis secara

individu. Pengelolaan data hasil belajar peserta didik menggunakan skor dan bobot sehingga di capai nilai ideal Dalam nilai ideal peserta didik dinyatakan

tuntas apabila telah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan oleh guru dalam Kurikulum KTSP IPS 2006. Adapun perhitungan KKM sebagai berikut:

Jumlah soal yang diberikan pada lembar kerja individu sebanyak 5 soal. Setiap soal yang benar diberi skor 2 (dua) dan diberi bobot sama setiap soalnya, untuk soal yang jawabannya salah atau kosong diberi nilai 0 (nol).

Nilai ideal individu = Skor X Bobot 2 X 50

Nilai (kelompok) = Skor yang Diperoleh Kelompok x 100 Skor Ideal

Nilai rata – rata kelas = jumlah seluruh peserta didik Jumlah peserta didik Berikut persentase tuntas dan tidak tuntas.

Untuk tuntas = jumlah peserta didik tuntas x 100% Jumlah peserta didik

Untuk tidak tuntas = jumlah peserta didik tidak tuntas x 100% Jumlah peserta didik

Nilai ketuntasan minimal adalah:

Batas tuntas = kompleksitas + daya dukung + intake

= 60 + 59 + 61 = 60

Persentase keberhasilan dari batas tuntas adalah:

Persentase = kompleksitas + daya dukung + intake x 100% 3

= 60 + 59 + 61 x 100% = 60 %

3

Keterangan:

Kompleksitas : Tingkat kesulitan indikator

(32)

Intake : Tingkat kemampuan peserta didik

Validasi data yang digunakan dalam penelitian ini menunjuk dalam versi Hopkins (Wiraatmadja, 2009: 168-171) antara lain:

1. Member check, yakni memerikasa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber, siapapun juga (kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, peserta didik, pegawai administrasi, orangtua peserta didik dan lain-lain). Sehingga segala informasi yang diperoleh dapat dipastikan kebenarannya.

2. Triangulasi, yaitu memeriksa hasil kebenaran yang telah diperoleh dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain seperti guru dan peserta didik. Dimana ketiga sudut pandang yang berbeda dan dipadukan terbukalah untuk menguji kebenarannya serta mendapatkan data yang lebih lengkap dan diperlukan.

3. Audit Trail, yaitu dengan memeriksa kesalahan-kesalahan di dalam metode atau prosedur yang dipakai peneliti dan di dalam pengambilan keputusan. Yang bisa dilakukan oleh teman satu angkatan.

4. Expert Opinion, yang dalam hal ini dilakukan oleh pakar atau pembimbing peneliti. Pembimbing akan memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian, dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang ada. Sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam hal ini member check digunakan oleh peneliti setelah melaksanakan observasi terhadap kinerja guru dan peserta didik serta wawancara. Dilakukan pemeriksaan kembali agar kebenaran dalam observasi dan wawancara dapat dipertanggungjawabkan. Apakah hasil observasi sesuai dengan kenyataannya.

Sedangkan triangulasi dilakukan dengan cara bekerjasama dengan guru. Contohnya dalam penelitian ini apakah data yang diperoleh dari hasil observasi

(33)

pada pokok bahasan permasalahan sosial menunjukan respon yang baik, hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.

Kegiatan audit trail dilakukan dengan cara memeriksa hasil data yang diperoleh, pemeriksaan ini bersama guru yang sudah menempuh pendidikan SI

dan mempunyai pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas. Sedangkan Expert opinion yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan peneliti kepada pakar yang

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 2

Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon pada pokok bahasan permasalahan sosial dengan menggunakan model Kooperatif tipe STAD. Berikut

kesimpulan serta saran dalam penelitian ini: A. Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama dua siklus dalam rangka mengatasi hasil belajar peserta didik dalam pokok bahasan permasalahan sosial dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat disimpulkan : 1. Perencanaan pembelajaran permasalahan sosial dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD hal yang dipersiapkan selain merencanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) sesuai dengan tahapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, hal terpenting yang harus dipersiapkan adalah menyusun struktur kelompok yang bersifat heterogen berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin, menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mengembangkan materi permasalahan sosial dengan menguraikan langkah-langkah pengerjaannya untuk dipelajari peserta didik dalam kelompok, perencanaan tersebut sangat berpengaruh terhadap

pelaksanaan pembelajaran permasalahan sosial, sehingga seluruh peserta didik dapat mempelajari materi permasalahan sosial dengan tuntas. Pada

siklus I dengan perencanaan 81,25% dan pada siklus II mendapatkan peningkatan menjadi 87,5%.

(35)

Pada siklus I dapat dinyatakan baik karena adanya kenaikan dari aktivitas peserta didik sebelumnya 76,67% peserta didik yang mendapat nilai baik (B). Pada siklus II dapat dinyatakan berhasil karena mengalami peningkatan dibanding siklus I dan melebihi dari target 96,67% peserta didik yang

mendapat nilai baik (B). Target yang direncanakan yaitu 80% untuk nilai baik (B).

3. Dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan permasalahan sosial. Untuk perolehan nilai rata-rata evaluasi akhir pada siklus I sebesar 67,33 dan pada siklus II sebesar 82. Nilai yang didapat dari setiap tindakan mengalami peningkatan dari setiap tindakannya. Persentase ketuntasan pada siklus I 66,67% dan siklus II 93,33%, dalam hal ini telah memenuhi target yang telah ditentukan yaitu 80% ketuntasan hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan di atas dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan kooperatif tipe STAD dapat mengatasi kesulitan pada pokok bahasan permasalahan sosial di kelas IV SDN 2 Jatianom Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dalam rangka memperbaiki proses

pembelajaran dan hasil belajar peserta didik dalam permasalahan sosial di kelas IV ada beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini, antara lain

sebagai berikut:

1. Bagi Guru Sekolah Dasar

a. Dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya guru mengetahui kapasitas awal peserta didik pada setiap materi sehingga guru dapat menentukan kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran.

(36)

model kooperatif tipe STAD pada pelajaran IPS dengan materi atau pokok bahasan yang berbeda.

2. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini menjadi referensi bagi penelitian lain, dalam

mengatasi permasalahan pembelajaran di sekolah dasar dalam upaya meningkatkan mutu hasil belajar di sekolah dasar.

3. Bagi Peneliti

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Dani. (2010). Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Masalah Sosial Melalui Pendekatan Kontruktivisme. Bandung.

Akbar, Panji. (2010). Penerapan Model Pembelajaran CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menghitung Volume Balok di Kelas VA SDN 2 Kasugengan Lor Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Bandung.

Ayudi. (2010). Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas V Sekolah Dasar. Bandung.

Depdiknas. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.

Haryuni, D., dkk. (2011). Ilmu Pengetahuan Sosial. Sukoharjo: Sindunata.

Hermawan, R., Mujono dan Suherman, A. (2010). Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung. UPI PRESS.

Maulana. (2006). Penggunaan Metafora dalam Perkuliahan Matematika (The Application Of Metaphor In Matematics Course). Jurnal Pendidikan. Volume 5. 27-31.

Nurhayati, Wiwin. (2010).Upaya Mengatasi Kesulitan Melengkapi Cerita yang Rumpang dengan Menggunakan Teknik Scramble pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sadangsari Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Bandung.

Rionaldi, Yoga. (2010). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Kelipatan Persekutuan Kecil (KPK) Dan Faktor Persekutuan Besar (FPB) Dengan Model Kooperatif Tipe STAD (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri 1 Kejuden Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon). Bandung.

Rusman. 2011. Model pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sardjiyo, dkk. (2008). Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Slavin, R. 2005. Cooperative learning. Bandung: Nusa Media.

(38)

Syaripudin, T. (2003). Landasan Kependidikan Sekolah Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim Dosen, 2010. Ragam Model Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wahidmurni, dkk. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Nuha Litera.

Gambar

Tabel  1.1 DataAwalTes HasilBelajar Peserta Didik tentang Permasalahan Sosial
Gambar        Halaman 3.1Model Desain Kemmis dan Mc. Taggart  .....................................................
Tabel 1.1 Data Awal Tes Hasil Belajar Peserta Didik Tentang Permasalahan Sosial
Tabel 1.2 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
+5

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi penjualan spare part dan aksesoris O2 Racing Sport ini memberikan fasilitas kepada konsumen dalam bertransaksi secara online, sehingga konsumen tidak perlu untuk

rendah peri ngkat nya, bersif at lunak, mudah diremas, mengandung kadar air yang t inggi (10-70%), t erdiri at as bat ubara coklat muda lunak ( sof t brown coal ) dan bat

Faktor-faktor yang mendukung manajemen promosi sekolah dalam rangka meningkatkan animo masyarakat di SMK Ma’arif 1 Temon Kulon Progo meliputi: dukungan SDM

Selanjutnya dari hasil analisa struktur mikro dengan menggunakan alat Scanning Electron Microscope (Gambar 4), diketahui membran memiliki pori-pori, sehingga memungkinkan

Tingkat kesamaan komposisi serangga kanopi pohon apel di Poncokusumo dan Bumiaji yang dikoleksi dengan perangkap bejana warna kuning dan biru pada musim berbunga dan

Hasil uji F pada analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah benih per lubang berpengaruh sangat nyata ter- hadap diameter buah dan berat buah per tanaman serta

We present a construction of a L´evy continuum random tree (CRT) associated with a super-critical continuous state branching process using the so-called exploration pro- cess and

Para ahli fikih juga sepakat bahwa apabila seorang ibu tidak bersedia menyusukan anaknya tanpa alasan yang sah (tidak sedang sakit) atau tidak ada halangan