• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME (BCCT) SENTRA BERMAIN PERAN NAIK KENDARAAN TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB PANCARAN IMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME (BCCT) SENTRA BERMAIN PERAN NAIK KENDARAAN TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB PANCARAN IMAN."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME

(BCCT) SENTRA BERMAIN PERAN NAIK KENDARAAN

TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL

ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB PANCARAN IMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Khusus

Oleh :

Devi Nurmalasari

0809241

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

PENGARUH PENDEKATAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME

(BCCT) SENTRA BERMAIN PERAN NAIK KENDARAAN

TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL

ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB PANCARAN IMAN

Oleh :

Devi Nurmalasari

0809241

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Devi Nurmalasari2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

DEVI NURMALASARI

0809241

PENGARUH PENDEKATAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME (BCCT) SENTRA BERMAIN PERAN NAIK KENDARAAN TERHADAP

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL

ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB PANCARAN IMAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dra. Oom Sitti Homdijah, M. Pd. NIP. 19610105 198303 2 002

Pembimbing II

Drs. Zulkifli Sidiq, M. Pd NIP. 19601015 198710 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

PENGARUH PENDEKATAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME (BCCT) SENTRA BERMAIN PERAN NAIK KENDARAAN

TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB PANCARAN IMAN

Oleh : Devi Nurmalasari (0809241)

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan bahwa masih kurangnya keterampilan sosial anak tunagrahita sedang yang menunjukkan perilaku seperti egois ketika bermain, tidak ingin berbagi, bekerjasama dan sering mengabaikan aturan. Untuk memenuhi kebutuhannya, anak tunagrahita sedang perlu mendapatkan perhatian secara khusus yang mamapu membantu mereka memperoleh kebutuhan bersosialisasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) Sentra bermain peran naik kendaraan terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang. Pendekatan ini merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang dalam bentuk bermain. Dengan penerapan pendekatan BCCT ini masalah-masalah yang menghambat keterampilan sosial anak akan berkembang ketika proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan stimulus melalui pijakan menggunakan sentra bermain peran naik kendaraan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain Pre-Experiment one group pret test-post test. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan teknik Non-tes Daftar Inventori Kepribadian sebagai alat pengumpul data yang sifatnya mengukur kecenderungan karakteristik prilaku individu, berupa pernyataan yang diberi skor. Penelitian ini dilakukan di SLB Pancaran Iman pada 6 orang siswa tunagrahita sedang kelas V SDLB. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor mulai dari 7 sampai 13 skor, yang berarti menunjukkan bahwa pendekatan BCCT sentra bermain peran naik kendaraan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang kelas V SDLB. Bertolak dari hasil penelitian diajukan rekomendasi kepada guru sebagai alternatif pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II PENDEKATAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME (BCCT) SENTRA BERMAIN PERAN NAIK KENDARAAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA SEDANG A. Pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) Sentra Bermain Peran Naik Kendaraan... 7

1. Penngertian BCCT ... 7

2. Pijakan Dalam BCCT ... 8

3. Prinsip Pendekatan BCCT ... 10

4. Sentra Dalam Pendektan BCCT ... 11

B. Konsep Keterampilan Sosial ... 14

1. Pengertian Keterampilan Sosial ... 14

(6)

3. Bentuk Keterampilan Sosial ... 17

C. Anak Tunagrahita Sedang ... 29

1. Pengertian Tunagrahita ... 19

2. Perilaku Adaptif ... 22

3. Dampak Ketunagrahitaan Terhadap Keteramiplan Sosial ... 23

D. Penelitian Yang Relevan ... 25

E. Kerangka Pemikiran ... 25

F. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian ... 28

1. Variabel Bebas ... 28

2. Variabel Terikat ... 31

B. Desain Penelitian ... 32

C. Sampel Penelitian ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 34

1 Membuat Kisi-Kisi Pernyataan Instrumen ... 35

2 Pembuatan Butir Pernyataan ... 36

3 Menentukan Kriteria Penilaian Butir Pernyataan ... 36

4 Validitas Instrumen ... 39

5 Reliabilitas Instrumen ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Prosedur Penelitian ... 44

1. Persiapan Penelitian ... 44

2. Pelaksanaan Penelitian ... 45

3. Prosedur Permainan ... 45

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

(7)

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 59

B. Rekomendasi ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN Instrumen Penelitian ... 63

Prosedur Permainan ... 70

Judgement Expert ... 83

Uji Validitas ... 99

Uji Reabilitas ... 101

Hasil Pretest ... 116

Hasil Pottest ... 130

Uji Hipotesis ... 144

Surat-Surat Penelitian ... 148

Dokumentasi ... 152

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1.Klasifikasi tunagrahita ... 21

3.1.Subjek Penelitian ... 30

3.2. Jumlah Butir Pernyataan ... 32

3.3. Kriteria Penilaian ... 33

3.4.Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 34

4.1. Skor Pre Test ... 41

4.2. Skor Post Test ... 42

4.3. Peningkatan skor pada Aspek Social Sensitivity ... 45

4.4. Peningkatan skor pada Aspek Social Insight ... 46

4.5. Peningkatan skor pada Aspek Social Communication ... 47

4.6 Uji Wilcoxon pada Aspek Social Sensitivity ... 48

4.7 Uji Wilcoxon pada Aspek Social Insight ... 49

(9)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1. Perbandingan skor pre test dan post test keterampilan sosial ... 42

4.2.Skor Pre Test dan Post Test Aspek Social Sensitivity ... 43

4.2. Skor Pre Test dan Post Test Aspek Social Insight ... 44

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mahluk sosial manusia memiliki naluri untuk senantiasa hidup dengan sesamanya. Setiap individu dituntut untuk mampu mengatasi permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi sosial dan mampu menyesuaikan diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Oleh sebab itu, setiap individu dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan sosial.

Keterampilan sosial penting dimiliki oleh setiap individu yang merupakan dasar bagi manusia untuk dapat beradaptasi dan berhubungan dengan orang lain. Kemampuan anak untuk mereaksi secara efektif terhadap lingkungan sosial yang merupakan persyaratan bagi penyesuaian sosial yang baik, yang akan berdampak pada kehidupan yang memuaskan dan dapat diterima di masyarakat.

Sebagai individu yang memiliki potensi daya, cipta, dan karsa, sebagaimana anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus pun memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dan digunakan sebagai dasar penyesuaian sosial, seperti kebutuhan fisisk biologis, kebutuhan menjadi bagian dari suatu kelompok, kebutuhan merasa dirinya dianggap penting dan berguna, kebutuhan untuk mengaktualisasi diri atau mencapai sesuatu. Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan diatas, anak berkebutuhan khusus sering kali mengalami kegagalan. Hal ini terjadi karena keterbatasan yang dimiliki anak.

(12)

2

umur 7 atau 8 tahun (Amin, 1995:39). Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa anak tunagrahita memiliki masalah dalam penyesuaian diri yang berkaitan dengan masalah-masalah atau kesulitan dalam hubungannya dengan kelompok maupun individu di sekitarnya. Disamping itu, anak berkebutuhan khusus seperti tunagrahita sedang sering dipandang sebagai anak yang memiliki kekurangan sehingga ada kecenderungan dijauhi oleh lingkungan. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam menyesuaikan diri baik terhadap tuntutan sekolah, keluarga, masyarakat maupun dirinya sendiri.

Sebagai individu dan makhluk sosial anak tunagrahita sedang memiliki hasrat yang sama seperti anak-anak pada umumnya, termasuk kebutuhan untuk bersosialisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Efendi (2006 : 103 )

Dengan hambatan yang dimiliki anak tunagrahita, mereka lebih sering mengalami kegagalan dalam bersosialisasi yang mengakibatkan anak mudah marah, mudah frustrasi, yang mewujudkan perilaku menyimpang sebagai wujud penyesuaian sosial yang salah.

Berdasarkan studi pendahuluan melalui observasi lapangan di SLB Pancaran Iman, permasalahan yang ditemukan anak tunagrahita sedang di antaranya sering memunculkan sikap egois ketika bermain, tidak ingin berbagi maupun bermain bersama melakukan kerjasama dalam sebuah permainan. Selain itu, interaksi maupun patuh terhadap aturan yang diberikan masih sering mengabaikan aturan. Kurangnya kesempatan bagi anak untuk bermain secara berkelompok karena sering dianggap saling mengganggu. Hal ini menyebabkan mereka menjadi kurang memiliki sikap maupun kontrol diri yang baik, sehingga kurang memiliki kesempatan untuk dapat mengembangkan keterampilan sosial anak.

(13)

3

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan ata bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anak bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari atau proses ini disebut dengan sosialisasi.

Sekolah merupakan suatu wadah atau tempat bagi setiap anak belajar secara formal untuk mendapatkan layanan pendidikan sebagai bekal bagi mereka dalam menghadapi masa depannya. Sekolah memiliki peran yang besar dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan siswa melalui metode atau pendekatan yang digunakan untuk membantu anak agar dapat bersosialisasi dan beradaptasi dalam lingkungan yang lebih luas yakni dalam lingkungan masyarakat.

Mengingat keterampilan sosial merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari maka harus ditanamkan sedini mungkin. Keterampilan sosial pada anak dapat dikembangkan melalui berbagai pendekatan salah satunya yaitu pendekatan pembelajaran yang dapat menjadi alternatif dalam pengembangan kemampuan keterampilan sosial adalah Beyond Centers and Circle Time ( BCCT ) yaitu konsep belajar dimana guru

menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong anak didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (Depdiknas, 2008 : 54)

(14)

4

Dalam pelaksanaan pendekatan BCCT anak dirangsang supaya seluruh kegiatan pembelajaran berfokus pada anak sebagai motivator dan fasilitator dengan memberikan pijakan-pijakan. Pijakan yang diberikan sebelum dan sesudah anak bemain dilakukan dalam setting duduk melingkar, sehingga dikenal sebagai “saat lingkaran”. Pijakan lainnya adalah pijakan lingkungan dan pijakan yang dilakukan selama bermain.

Pendekatan ini merupakan salah satu model pengajaran yang dirancang dalam bentuk bermain. Dengan penerapan pendekatan BCCT ini masalah-masalah yang menghambat keterampilan sosial anak akan berkembang ketika proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan stimulus melalui pijakan. Pijakan merupakan dukungan yang berubah-ubah yang disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. Kegiatan bermain memberikan kesempatan yang besar kepada anak untuk mengembangkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh anak melalui interaksi bersama dengan teman-temannya. Berdasarkan keterbatasan dan kemampuan yang dimilikinya anak tunagrahita lebih mudah untuk belajar dari hal-hal yang kongkrit dengan fakta-fakta nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu alternatif jenis permainan yang dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah jenis permainan imajinatif atau bermain peran

Abidin (2009 : 6) mengemukakan bahwa aktifitas bermain peran atau bermain imajinatif akan melatih anak dalam berinteraksi dengan sesama teman atau teman sebayanya, sehingga dapat menyesuaikan diri. Melalui permainan imajinatif ini anak juga dapat menyalurkan perasaan negatif yang tidak dapat disalurkan anak, serta diharapkan dapat membantu pemahaman sosial pada diri anak.

(15)

5

Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Sedang Kelas V SDLB di SLB Pancaran Iman”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Anak tunagrahita pada umumnya memiliki masalah dalam penyesuaian

diri dalam hubungannya dengan kelompok maupun individu disekitarnya. 2. Seringnya terjadi perselisihan antara anak di dalam kelas ketika

pembelajaran berlangsung.

3. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan maupun bimbingan orang tua dan guru terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial.

4. Keterbatasan penggunaan pendekatan atau metode yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran yang diperlukan untuk memberikan stimulasi sesuai dengan tumbuh kembang anak mengakibatkan anak kurang memiliki keterampilan sosial.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah agar dalam pelaksananya tidak terlalu meluas dan dapat terfokuskan pada suatu masalah di antaranya:

1. Bagaimana keterampilan sosial anak tunagrahita sedang sebelum diberikan pengaruh pendekatan BCCT sentra bermain peran naik kendaraan?

2. Bagaimana keterampilan sosial anak tunagrahita sedang setelah diberikan pengaruh pendekatan BCCT sentra bermain peran naik kendaraan? 3. Seberapa besar pengaruh pendekatan BCCT sentra bermain peran naik

(16)

6

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran pada latar belakang masalah yang telah dijelaskan tersebut di atas, maka secara merumuskan dalam : “Apakah pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) sentra bermain peran naik

kendaraan berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang kelas V SDLB di SLB Pancaran Iman?”

E. Tujuan dan kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

Sesuai dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan BCCT sentra bermain peran naik kendaraan terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang . b. Tujuan khusus

Secara khusus penulisan ini bertujuan untuk mengetahui:

1) Keterampilan sosial siswa tunagrahita sedang sebelum diberikan pendekatan BCCT sentra bermain peran anaik kendaraan.

2) Keterampilan sosial siswa tunagrahita sedang setelah diberikan pendekatan BCCT sentra bermain peran naik kendaraan.

3) Pendekatan BCCT sentra bermain peran anaik kendaraan dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa tunagrahita sedang. 2. Kegunaan Penelitian

a. Secara praktis

(17)

7

2) Membiasakan diri berperilaku sosial yang sesuai, sehingga dikemudian hari anak memiliki budi pekerti yang luhur, bisa bekerjasama, dan memiliki rasa tanggun jawab.

b. Secara teoritis

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Sugiyono (2009 : 61) “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”

Dalam penelitian ini ditujukan dua variabel, yaitu pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) sentra bermain perannaik kendaraan

sebagai variabel bebas dan meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang sebagai variabel terikat.

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2005 : 3).

Dalam penelitian ini, “pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) sentra bermain perannaik kendaraan” merupakan variabel bebas atau variabel penyebab, variabel bebas ini diartikan sebagai variabel penyebab munculnya variabel lain yaitu, pendekatan sentra dan lingkaran yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di setra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi.

(19)

29

Melalui pendekatan ini anak dapat belajar untuk bermain secara berkelompok, berkomunikasi, dan bermain peran sebagai upaya dalam meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang. Aktifitas bermain peran dapat melatih anak unuk berinteraksi dengan sesama teman atau sebayanya, sehingga dapat membantu proses penyesuaian diri, Selain itu bermain peran dapat membantu pemahaman sosial, perkembangan bahasa dan sikap menghargai. Permainan yang di pilih dalam penelitian yaitu permainan naik kendaraan dimana anak dapat berperan sebagai sopir, kondektur maupun penumpang sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan keterampilan sosial anak.

Untuk menerapkan permainan ini perlu ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Tahap 1 : Pijakan Lingkungan Bermain (persiapan)

1. Sebelum anak-anak datang, peneliti menyiapkan media permainan 2. Peneliti menyambut kedatangan anak dengan senyum hangat.

3. Peneliti mengajak semua anak masuk kelas atau aula tempat bermain dan mengajak mereka duduk dengan posisi melingkar.

4. Setelah selesai acara pembukaan, anak-anak istirahat sejenak sambil bernyanyi atau sekedar bertepuk tangan dalam keadaan masih tetap duduk melingkar.

Tahap 2 : Pijakan sebelum bermain

1. Peneliti mengucapkan salam, menanyakan kabar, mengabsen, kemudian berdoa bersama.

2. Peneliti menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak.

3. Peneliti menyampaikan cerita yang terkait dengan tema

(20)

30

5. Peneliti menyampaikan bagaimana aturan main (digali dari anak), memilih peran, cara menggunakan alat main, kapan memulai dan mengakhiri permainan, serta merapikan kembali alat yang sudah dimainkan.

6. Usahakan setiap anak dapat bermain dengan semua peran secara bergantian

7. Kemudian peneliti menanyakan ulang kepada peserta didik apakah sudah mengerti dengan permainan yang akan dimainkan.

8. Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilahkan anak untuk mulai bermain.

Tahap 3: Pijakan selama bermain

1. Mintalah anak untuk bersiap memainkan perannya

2. Anak yang berperan sebagai supir dan kernet memasuki mobil-mobilan terlebih dahulu, sebelumnya anak yang berperan sebagai penumpang berada pada posisi yang berbeda beda.

3. Permainan dimulai, sampai seluruh penumpang terangkut dan kembali pada posisi semula. setelah itu lakukan bergiliran.

4. Peneliti berkeliling diantara anak-anak yang sedang bermain

5. Memberi contoh cara main pada anak yang belum bisa mengguankan alat atau memainkan perannya

6. Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang dilakukan anak.

7. Memancing dengan pernyataan terbuka untuk memperluas cara main anak. Pernyataan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup dijawab dengan ya atau tidak saja, tetapi anyak kemungkinan jawaan yang dapat dierikan anak.

(21)

31

9. lima menit sebelum waktu bermain habis, guru mengintruksikan bahwa permainan segera berakhir.

10.Pemenang dalam permainan ini adalah anak yang mampu memainkan peran dengan baik.

Tahap 4: pijakan setelah bermain

1. Peneliti menginstruksikan kepada peserta didik agar mengakhiri kegiatan

2. Peneliti meminta anak untuk bersama-sama membereskan kembali alat main yang telah digunakan

3. Peneliti mengajak anak-anak untuk duduk melingkar seperti posisi semula.

4. Peneliti menanyakan pengalaman yang diperoleh anak-anak selama permainan

5. Peneliti meminta salah satu anak untuk memimpin do’a penutup. Abidin (2009:118)

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2005 : 3).

“Keterampilan sosial” merupakan variabel terikat atau variabel akibat dalam penelitian.

Keterampilan sosial diartikan sebagai sebuah hasil, dari pembelajaran yang diberikan oleh peneliti, yang meliputi :

(22)

32

1) Sikap prososial merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk menumbuhkan sikap sosial seperti berbagi dan bekerjasama. 2) Empati merupakan kemampuan meletakkan diri dalam posisi

orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut.

b. Social insight (pemahaman sosial) adalah kemampuan anak untuk memahami situasi dan etika sosial serta mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial. Indikatornya:

1) Pemahaman situasi dan etika sosial erat kaitannya dengan perkembangan kecerdasan moral dalam setiap diri individu. Agar seorang individu sukses dalam membina dan mempertahankan hubungan perlu memahami norma-norma moral dan sosial, maka terdapat ajaran yang membimbing individu untuk bertingkah laku benar dalam situasi sosial.

2) Keterampilan pemecahan masalah merupakan kemampuan individu untuk bersikap ketika dihadapkan pada suatu kondisi sosial

c. Social communication (penguasaan ketrampilan komunikasi sosial) merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan sosial yang sehat dengan menggunakan sarana komunikasi efektif. (Safaria, 24:2005)

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Banyak penulis mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses yang sistematis. McMillan dan Schumacher (Emzir, 2008:5) mendefinisikan

penelitian sebagai “suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisisan informasi (data) untuk berbagai tujuan”.

(23)

33

perlakuan tertenntu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. lebih lanjut Arikunto (2006:9) menjelaskan bahwa, “ Eksperimen selalu

dimaksudkan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan”.

Banyak macam dan bentuk metode eksperimen yang dapat digunakan misalnya, pre experimental, true eksperimental, factoria experimental dan quasi experimental,lebih lanjut Sugiyono (2009 : 73) menjelasakan bahwa:

Bentuk pre-experimental design ada beberapa macam yaitu: one-shot case study, one group pretest-posttest design dan intact-group comparison, bentuk true eksperimen design yaitu: posttest only control design dan pretest group design, factorial design merupakan modifikasi dari true experimental design, dan bentuk quasai experimental design yaitu: time series design dan nonequivalen control group design.

Penelitian ini menggunakan Pre-Experiment tanpa kelompok pembanding atau desain kelompok tunggal dengan adanya pretest dan postest atau bisa disebut pre tes tand pos test group design. Pertama–tama dilakukan pengukuran sebelum eksperimen ( O1 ), lalu diberikan perlakuan ( X ) untuk

jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (O2). Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(Sugiyono, 2006:111) Keterangan : O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)

X = Perlakuan

O2 = Nilai postest (setelah diberi perlakuan)

Adapun eksperimen ini dilakukan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O2 – O1 diasumsikan merupakan pengaruh

dari eksperimen yang diberikan.

C. Sampel Penelitian

(24)

34

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang

atau kesempatan bagi setiap unsur/ anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel Sugiono (2009: 120). Teknik sampel yang digunakan tersebut termasuk teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel dimana semua angota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah popuasi relatif kecil, kurang dari 30 orang Sugiono (2009:124). Berdasarkan teknik tersebut, maka dalam penelitian ini sampel yang telah ditentukan untuk penelitian ini adalah anak tunagrahita sedang kelas V SDLB SLB Pancaran Iman berjumlah 6 orang, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Subjek Penelitian

No Kode Sampel Jenis Kelamin

1 S Perempuan

2 P Laki-laki

3 N Perempuan

4 E Laki-laki

5 R Perempuan

6 I Perempuan

Profil keterampilan sosial awal pada sampel di atas sebelum dilakukan Pre-test adalah sebagai berikut:

(25)

35

2. P merupakan anak yang penakut, tapi ia bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

3. N merupakan anak yang pendiam, namun kurang berinisiatif dan memerlukan banyak dorongan dalam melakukan kegiatan

4. E merupakan anak yang aktif, namun ia tidak bisa berbagi, merebut barang orang lain dan tidak mau bekerjasama.

5. R merupakan anak yang pendiam terhadap orang yang baru ia kenal, ia sering mengakui barang yang bukan miliknya, tidak mau mengikuti perintah, belum mapu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. 6. I merupakan anak yang pemalu, ia sulit untuk bergabung bersama orang

yang baru dikenalnya dan kurang berkomunikasi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009 : 148).Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti menyusun kisi-kisi dan merumuskan indikator yang menjadi ruang lingkup variabel keterampilan sosial. selanjutnya setiap indikator keterampilan sosial dijabarkan ke dalam bentuk butir pernyataan.

Karena instrumen penelitian yang akan digunakan bertujuan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus memiliki skala. Skala yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala Guttman.

Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiono, 2009:139). Jawaban setiap instrumen yang mengguakan skala Guttman akan

didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak”;

(26)

36

Upaya untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah-langkah untuk mempermudah dalam mencapai tujuan tersebut, diantaranya:

1. Membuat Kisi-Kisi Pernyataan Instrumen

Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini dibuat dan dikembangkan oleh peneliti. Kisi-kisi itu sendiri merupakan indikator yang akan dicatat, diamati, dan ditetapkan pada butir-butir instrumen yang disesuaikan dengan variabel penelitian. Menurut Anderson ( Safaria 2005: 24) adalah:

a. Social insight (pemahaman sosial) 1) Sikap prososial

2) Empati

b. Social sensitivity (sensitivitas sosial) 1) Situasi dan etika sosial

2) Pemecahan masalah

c. Social communication (penguasaan ketrampilan komunikasi sosial 1) Komunikasi efektif

2 Pembuatan Butir Pernyataan

Butir pernyataan dibuat berdasarkan indikator yang terdapat pada tiga aspek keterampilan sosial dengan lima indikator dan 20 butir pernyataan. Berikut ini merupakan table butir pernyataan yang telah dibuat

Tabel 3.2

Jumlah Butir Pernyataan

VARIABEL ASPEK INDIKATOR JUMLAH

(27)

37

3. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Pernyataan

Karena penelitian ini menggunakan skala Guttman dengan memberikan

tanda ceklis (√) pada kolom mampu jika anak menunjukkan pola-pola tingkah laku yang sesuai dengan pernyataan dan diberi skor 1 (satu), dan juga

memberi tanda ceklis (√) pada kolom tidak mampu jika anak tidak mampu

menunjukkan pola-pola tingkah laku yang sesuai dengan pernyataan dan diberikan skor nol (0). seperti terlihat pada table dibawah ini:

Tabel 3.3

(28)

38

1

Anak mau mengajak teman melakukan kegiatan bermain contoh: anak mengajak teman kelommpoknya yang tidak ikut bermain.

1

Anak tidak mau mengajak teman melakukan kegiatan bermain contoh: anak bermain sendiri meskipun ada teman yang tidak ikut dalam permainan

0

2

Anak bergabung dengan teman-temannya untuk

bermaian 1

Anak tidak ikut bergabung dengan teman-temannya

untuk bermaian 0

3

Anak mau bermain dengan teman kelas yang lain, contoh ; ketika jam istirahat anak bergabung untuk bermain dengan teman kelas yang lain.

1

Anak tidak ikut bermain dengan teman kelas yang lain, contoh : ketika jam istirahat anak tidak mau bergabung dengan teman kelas lain/ hanya ingin bermain dengan teman kelasnya.

0

4

Anak mau berbagi peran ketika sedang bermain, contoh: ketika ada temannya yang ingin memainkan perannya dan ia memberikan peran tersebut

1

Anak tidak mau berbagi peran ketika sedang bermain, contoh: anak hanya ingin memainkan satu peran dan tidak mau bergiliran memainkan peran lain

0

5

Anak senang bekerjasama dengan temannya 1 Anak menunjukan tidak mau bekerjasama dengan

temannya, contoh: anak tidak mau bermain jika teman lain bergabung untuk bermain

0

6

Anak mampu memahami perasaan atau suasana hati temannya ketika sedang bersedih, contoh : anak menunjukan raut sedih ketika barang/ uang mainan temannya direbut oleh teman lain.Pada kondisi lain dimana ketika ada anak yang jatuh/ tidak mendapatkan tempat duduk ketika bermain

1

Anak tidak mampu memahami perasaan atau suasana

hati temannya ketika sedang bersedih 0

7 Anak mampu memahami perasaan atau suasana hati

(29)

39

guru memeberikan hadiah kepada temannya yang memenangkan permainan, ia ikut gembira

Anak tidak mampu memahami perasaan atau suasana hati temannya ketika sedang bergembira, contok anak tidak menunjukan perasaan gembira ketika teman lainnya menunjukan kegembiraan

0

Aspek Social Insight (Pemahaman sosial)

8 Anak bersabar ketika menunggu giliran 1

Anak tidak bersabar ketika menunggu giliran 0

9 Anak bermain sesuai dengan peran yang diberikan 1

Anak tidak memainkan peran yang telah diberikan 0

10

Anak menjaga ketertiban ketika melakukan permainan 1 Anak tidak mampu menjaga ketertiban ketika

melakukan permainan 0

11

Anak mau membereskan kembali alat main yang telah

digunakan 1

Anak tidak membereskan kembali alat main yang telah

digunakan 0

12

Anak mampu mebedakan barang miliknya dengan

barang milik orang lain 1

Anak tidak mampu mebedakan barang miliknya dengan barang milik orang lain, contoh: mengakui

Anak mampu mengucapkan terimakasih setelah

meminjam barang temannya 1

Anak tidak mengucapkan terimakasih setelah

meminjam barang temannya 0

15

Anak mampu meminta bantuan kepada temannya ketika sedang mengalami kesulitan, contoh ketika temannya mengganggu ia meminta tolong/ memberitahukan kepada teman lain bahwa dirinya sedang diganggu.

(30)

40

Anak tidak mampu meminta bantuan kepada temannya ketika sedang mengalami kesulitan.

0

16

Anak mau menolong temannya yang sedang

membutuhkan bantuan, contoh: ketika ada temannya yang mengganggu ia memberitahukan kepada guru.

1

Anak tidak mau menolong temannya yang sedang

membutuhkan bantuan 0

Aspek Social Communication (Komunikasi sosial)

17 Anak menatap lawan bicara 1

Anak tidak menatap lawan bicara 0

18

Anak berani memulai percakapan dengan orang lain 1 Anak tidak berani memulai percakapan dengan orang

lain 0

19 Anak mampu memahami perintah 1

Anak tidak mampu memhami perintah 0

20

Anak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan 1

Anak tidak menjawab pertanyaan yang diberikan 0

4. Validitas Instrumen

Instrumen yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya dengan uji validitas isi berupa Judgement-experts dengan teknik penilaian oleh para ahli atau tenaga pengajar di SPLB-C Cipaganti Bandung. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sugiyono (2009:177) “untuk menguji validitas konstruk, dapat

digunakan pendapat dari ahli“.Penilaian validitas instrumen dilakukan oleh satu orang dosen dan dua orang guru di SPLB-C Cipaganti Bandung.

(31)

41

(Susetyo, 2011: 92) Keterangan :

P = Skor / presentase = Jumlah Penilai = Jumlah cocok

(perhitungan validitas instrumen terlampir)

Butir tes dinyatakan valid jika kecocokannya dengan indikator mencapai lebih besar dari 50% (Budi Susetyo, 2011: 92). Hasil penilaian dari 20 butir pernyataan penelitian tersebut dikatakan valid karena dari ke tiga penilai setiap butir instrumen mendapatkan lebih dari 50% dinyatakan cocok.

5.Reabilitas Intrumen

Menurut Arikunto (2002:154) “jika instrumen yang dibuat dapat dipercaya atau reliabel, maka akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula”.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa uji reliabilitas sangat diperlukan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur atau instrumen memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang.

Instrumen diujicobakan pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian, yaitu 6 Siswa tunagrahita sedang. Instrumen diujicobakan pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian, yaitu siswa tunagrahita ringan kelas V SDLB di SPLB-C Cipaganti Bandung.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan cara internal consistency, karena mencobakan instrumen hanya sekali saja. Pengujian

(32)

42

{

} {

}

(Arikunto, 2006: 189) Dimana:

ri = reliabilitas instrumen.

K = jumlah butir pertanyaan/pernyataan. M = skor Rata-rata.

Vt = varians total.

Sebelum menggunakan rumus diatas untuk mencari nilai reliabilitas, maka harus menghitung Varians Total terlebih dahulu dengan menggunakan rumus :

(Susetyo, 2011: 117) Dimana:

Vt = varians total.

X = jumlah skor keseluruhan. N = jumlah responden.

Perhitungan hasil uji coba instrumen adalah sebagai berikut Diketahui : N = 6

(tabel penolong untuk uji reliabilitas instrumen dengan Kuder-Richardson

terlampir)

1. Menghitung Varians total.

(33)

43

2. Menghitung Reliabilitas.

{ } { }

K = 20

{

} {

}

{ } { }

{ }

Tolak ukur menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tabel klasifikasi analisis reliabilitas tes menurut Arikunto (2006: 276) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,000 – 0,200 Sangat rendah 0,200 – 0,400 Rendah 0,400 – 0,600 Cukup 0,600 – 0,800 Tinggi

(34)

44

Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian, maka diperoleh harga ri = 0,837. Nilai tersebut tergolong pada koefisien reliabilitas

tinggi, sehingga instrumen tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu langkah dalam mencapai tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah inventori (non tes).Inventori formal biasanyadigunakan untuk melihat prestasi siswa dalam bidang akademik. Meskipun demikian dapat pula digunakan untuk mengukur aspek-aspek non akademik, seperti kebiasaan dan perilaku sosial (Soendari 2008;16)

Menurut Margono (2010: 175) Teknik pengumpukan data dengan daftar inventori kepribadian dimaksudkan untuk mendapat ukuran kepribadian dari objek penelitian, sebagaimana yang dikemukakannya bahwa:

Dalam daftar inventori para subjek diberi bermacam-macam pernyataan yang menggambarkan pola-pola tingkah laku mereka diminta untuk menunjukkan apakah tiap-tiap pernyataan itu merupakan ciri tingkah laku mereka, dengan jalan memberi tanda cek pada jawaban ya, tidak, dan tidak tahu. Skor Dihitung dengan jalan menunjukkan jawaban yang sesuai dengan sifat yang diukur oleh peneliti.

(35)

45

Peneliti menggunakan daftar pernyataan dari tahap pretest (O1),

Intervensi (X), dan posttes (O2) dengan durasi waktu pada tahap pretest (O1)

dan posttes (O2) adalah aktifitas sampel ketika berada di sekolah, sedangkan

untuk Intervensi (X) duras waktunya sekitar 80 menit (dua jam pelajaran) setiap sesi. Dimana untuk intervensi pada 10 menit pertama pijakan lingkungan bermaian (persiapan), 20 menit pijakan sebelum bermain, dilajutkan dengan 30 menit pijakan selama bermain dan 20 menit pijakan setelah bermaian (penutup).

Data yang akan diteliti diambil dari hasi pretest yang dilaksanakan sebelum diberikan intervensi, dan posttes yang dilaksanakan setelah adanya intervensi dengan memberikan tanda ceklis (√) pada kolom mampu atau tidak mamapu jika anak menunjukkan pola-pola tingkah laku sesuai dengan pernyataan yang disediakan. Skoring dilakukan dmana setiap pernyataan yang dilakukan oleh setiap anak akan diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0. data yang telah didapat dicatat pada lembar inventori yang telah disediakan. setelah semua data terkumpul kemudian masing-masing komponen dijumlahan untuk menghitung pemerolehan skor yang didapatkan.

F. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.Informasi ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan percobaan. Sebelum penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ;

a. Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara jelas tentang subjek penelitian yang ada di lapangan. b. Mengurus surat perizinan

(36)

46

2) Permohonan surat keputusan Dekan FIP mengenai pengangkatan dosen pembimbing dan permohonan surat pengantar ijin penelitian untuk ke Rektorat melalui Direktorat Akademik;

3) Mengurus surat pengantar izin penelitian melalui Direktorat Akademik untuk ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Lingkungan Masyarakat (KESBANGPOLINMAS) Provinsi Jawa Barat;

4) Membuat surat izin penelitian di KESBANGPOLINMASProvinsi Jawa Barat berdasarkan surat pengantar dari Direktorat Akademik UPI;

5) Membuat surat izin penelitian di Dinas Penelitian Provinsi Jawa Barat berdasarkan surat pengantar yang keluar dari Direktorat Akademik UPI dan KESBANGPOLINMAS Provinsi Jawa Barat;

6) Menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu SLB Pancaran Iman Bandung

c. Menyusun instrumen penelitian mengenai keterampilan sosial anak tunagrahita sedang kelas V SDLB. Instrumen penelitian ini meliputi kisi-kisi instrumen, pembuatan butir pernyataan, dan prosedur permainan. d. Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini meliputi

uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta penilaian para ahli (judgement expert). Para ahli tersebut adalah dua orang dosen dan dua orang guru dan melakukan uji reliabilitas pada enam orang siswa tunagrahita sedang kelas V SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

(37)

47

a. Meminta ijin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian dan melakukan komunikasi dengan guru kelas untuk menjelaskan mengenai metode dan prosedur permainan yang akan dilaksanakan

b. Melaksanakan pre test untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian dalam keterampilan sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi dan mencatat jumlah butir penyataan yang dapat dan tidak dapat dikerjakan oleh subjek

c. Melaksanakan perlakuan bebanyak empat kali pertemuan sesuai dengan prosedur permainan yang telah diracang untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 80 menit (2 jam pelajaran).

d. Melaksanakan post test, yaitu pengukuran kembali hasil bermain peran untuk mengetahui sejauh mana treatment yang dilakukan berpengaruh terhadap keterampilan sosial anak tunagrahita sedang.

3. Prosedur permainan

Pendekatan BCCT sentra bermain peran kedaraan di laksanakan dalam beberapa tema diantaranya:

a. Naik Angkutan Kota b. Naik Delman

c. Naik Becak d. Naik Kereta Api

(Prosedur permainan terlampir)

G. Pengolahan Dan Analisis Data

(38)

48

berbentuk ordinal”. Adapun menurut Ruseffendi (1998 : 402) ”uji Wilcoxon

ini untuk dua sampel bergantungan, berhubungan atau berkorelasi”.

Metode Wilcoxon Signed Rank Test dimaksudkan sebagai alat untuk menguji perbedaan dari dua median yang diperoleh dari dua himpunan data dengan cara pengambilan data secara bertahap (Supangat, 2007 : 368). Dari pernyataan diatas bermaksud agar data yang diperoleh peneliti mampu mengolah dan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penilaian;

2. Mentabulasi skor tes awal dan tes akhir;

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir; 4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir;

5. Menyusun ranking;

6. Melakukan uji tanda dengan membubuhkan tanda ( + ) untuk selisih positif antara tes akhir dan tes awal. Tanda ( - ) diberikan untuk selisih negatif antara tes akhir dan tes awal;

7. Menjumlahkan semua ranking bertanda positif dan negatif;

8. Membandingkan uji tanda hitung ( T hitung ) dengan uji tanda tabel (T tabel), untuk uji Wilcoxon;

9. Membuat kesimpulan, yaitu H1diterima apabila T hitung ≤ T tabel dan

H1ditolak apabila T hitung > T tabel.

H1 = Pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) sentra bermain

peran naik kendaraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang kelas V SDLB di SLB Pancaran Iman Bandung

H1 = Pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) sentra bermain

(39)
(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data awal (pre test) keterampilan sosial anak tunagrahita sedang menunjukan bahwa pada umumnya anak sering memunculkan sikap egois ketika bermain, tidak ingin berbagi maupun bermain bersama melakukan kerjasama dalam sebuah permainan, menggunakan barang tanpa seijin pemiliknya, merebut barang milik orang lain, dan masih menghiraukan perintah atau aturan yang diberikan. Hal ini menunjukan keterampilan sosial anak tunagrahita masih kurang dan membutuhkan latihan atau pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam keterampilan sosial.

Setelah diberi perlakuan atau treatment dengan pendekatan BCCT sentra bermain peran naik kendaraan, menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ini ditunjukan dari hasil pengujian hipotesis yang mana diperoleh Thitung = 0 ≤

Ttabel = 0, maka H1 diterima. Dari bukti hasil pengujian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) sentra bermain peran naik kendaraan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang kelas V di SLB Pancaran Iman Bandung. Perubahan yang ada pada tunagrahita sedang menunjukan perilaku positif yang sesuai dengan pernyataan pada daftar inventori keterampilan sosial dalam aspek social sensitivity (sensitivitas sosial), Social insight (pemahaman sosial), dan social communication (komunikasi sosial).

(41)

60

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka terdapat beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai suatu rekomendasi dalam pembelajaran di sekolah, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) sentra bermain peran naik kendaraan dapat menjadi perhatian dan pertimbangan sekolah dalam meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita sedang. Karena pendekatan ini menggunakan sentra bermain yang cocok dan sesuai jika di aplikasikan kepada anak tunagrahita sedang tentunya didukung dengan media permainan yang memadai. Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi alternatif program pembelajaran yang diajarkan disekolah.

2. Bagi Guru

Keterampilan sosial yang merupakan salah satu aspek perkembangan yang sangat penting dan dapat menjadi perhatian dan pertimbangan guru agar anak tunagrahita sedang dapat lebih memahami dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitarnya serta lebih peka terhadap orang-orang terdekatnya. Hal ini tentunya meningkatkan Social Skill anak, untuk bekal mereka ketika mereka berada di lingkungannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Bermain. Bandung:Rizqi Press

Ahmad, I. (2002). Upaya Guru dalam Membimbing Kterampilan Siswa Tunagrahita Sedang. Tesis PPB UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Cartledge, G. and Milburn, J.F. (1992). Teaching Social Skill to Children: innovative Approach. New York: Pargamon Press

Delphie, B. (2009). Bimbingan Perilaku Adaptif. Jakarta : Erlangga

Delphie, B. (2005). Bimbingan Konseling Untuk Perilaku Non-Adaptif. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu Pengantar dalam Pendidikan Inklusi. Bandung : PT Refika Aditama

Depdiknas. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.

Efendi, M (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Hurlock, E.(1978). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Jarolimek, J . (1977) Social Studies Competencies and skills “learning to teach is an intern”. New York : Mc. Millan Publishing

Macintyre, C. (2002). Play For Children with Special Needs. London: The Coromwell Press.

(43)

62

Masitoh, Imas. (2011). Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Taman Kanak-kanak Melalui Penerapan Metode BCCT (Beyonnd Center and Circle Time) .Skripsi Pendidikan Anak Usia Dini UPI: Tidak Diterbitkan.

Matson, et al. (1988). Enchanging Childrens Social Skills, Assessment and Training. New York: Pargemon Press

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press.

Saefullah. (2012). Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung:CV Pustaka Setia

Safaria, T. (2005). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Book.

Soendari, T. (2008). Modul Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus.Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI

Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.

Supangat, Andi. (2007). Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta : Kencana.

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV. Cakra.

Suyadi. (2009). Permainan Edukatif yang Mencerdaskan. Jogjakarta: Power Books (IHDINA)

Suyono, Hadi. (2007). Social Intelegence ’Cerdas meraih sukses bersama orang lain dan lingkungan’. Jogjakarta: Ar-ruz Media

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Widijanto, G. (2012). Konseling Anak-anak, Sebiah Pengantar Praktis, edisi ketiga. Jakarta: PT Indeks

Gambar

Gambar Halaman
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
Tabel 3.2 Jumlah Butir Pernyataan
Tabel 3.3 Kriteria penilaian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sirup yang diperoleh fraksi tidak larut etil asetat yang mengandung alkaloid bunga kembang sepatu kurang stabil selama 4 minggu penyimpanan ditinjau dari respon

3.0, diperoleh, nilai resistivitas pada lapisan yang terdeteksi, ketebalan masing-masing lapisan dan kedalaman lapisan membentuk litologi tanah (dalam ρ)

Batas wilayah laut Indonesia pada awal kemerdekaan hanya selebar 3 mil laut dari garis pantai (Coastal Baseline) setiap pulau, yaitu perairan yang

http://educatedshelowmytha.wordpress.com/2012/06/06/tahapan-perencanaan- pelatihanimplementasi-serta-evaluasi diambil dari internet tanggal 10 Juni 2013 hari Senin pukul

Tahapan proses sand casting, pembuatan pattern, dan maching setelah proses casting sama dengan hasil perhitungan menggunakan metodologi El-Maraghy, sehingga tahap

Sementara itu, hasil penelitian yang diperoleh selama pembelajaran pada siklus III, kemampuan mengenal kata pada anak kelas B TK Mahkota di peroleh angka 95%

Nama : Shabrina Nur Indah

kita akan memengaruhi seberapa besar usaha kita dalam mendidik anak, seberapa besar kita mau mengambil tanggung jawab dalam pendidikan anak, seberapa besar kita mampu tetap