• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE AMM76;Q21;L QUR’Q21;NQ53; DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM :Studi Deskriptif Implementasi Metode AmM77;Q13;l Qur’Q13;nī Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 40 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE AMM76;Q21;L QUR’Q21;NQ53; DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM :Studi Deskriptif Implementasi Metode AmM77;Q13;l Qur’Q13;nī Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 40 Bandung."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,

pemerintah telah menangani bidang pendidikan, sebab dengan pendidikan yang

baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu

menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Reformasi pendidikan merupakan respons terhadap perkembangan

tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan

yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan

zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan

harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan

hak-hak asasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya

secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan. Adapun tujuan

pendidikan nasional menurut UU SPN RI Bab II Pasal 3 No. 20 tahun 2003,

sebagai berikut:

(2)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Itulah tujuan

pendidikan agama Islam yang dicantumkan dalam pasal Undang-undang RI

No. 20 tentang SISDIKNAS.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang merubah

karakter seseorang menjadi lebih baik lagi, karena di dalam ajaran Islam berisi

tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup

perorangan dan bersama serta lebih banyak menekankan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan

sendiri maupun orang lain. (Daradjat, 1996: 28)

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bagian dalam mencapai

tujuan pendidikan yang menjadikan manusia untuk beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT atau menjadi insᾱn kᾱmil. Pendidikan merupakan tombak

utama dalam menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam Al-Qur`ān dan Al-Hadīṡ sebagai sumber utama ajaran Agama Islam. Adanya pendidikan ini maka ajaran-ajaran agama dapat diwariskan kepada generasi berikutnya dan

benar-benar terinternalisasi dalam diri generasi mendatang. (Rohaya, 2009: 2).

Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di Madrᾱsah, dalam

pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang

(3)

di Sekolah saat ini masih sebatas proses penyampaian pengetahuan tentang

Agama Islam. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai

Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang

dilakukan guru masih dominan dengan metode-metode konvensional. Seperti

dijelaskan dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru, di sana

dijelaskan mengenai kekurangan dalam metode konvensional seperti ceramah,

diskusi, dan demonstrasi (Syah, 2008 : 202).

Sedangkan proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika

nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang

digunakan guru ketika mengajar PAI, berpeluang besar gagalnya dalam proses

internalisasi nilai-nilai Agama Islam pada diri siswa, hal ini disebabkan siswa

kurang termotivasi untuk belajar materi PAI. Dalam upaya untuk

merealisasikan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, guru dituntut untuk

menguasai pengetahuan yang memadai dan metode-metode mengajar yang

baik agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran sebagai variasi sehingga

tujuan pendidikan Agama Islam dapat tercapai dengan lebih mudah. Memang

pada dasarnya untuk memilih metode atau teknik yang digunakan itu

memerlukan keahlian tersendiri, akan tetapi seorang pendidik harus pandai

memilih metode yang akan dipergunakan, dan metode tersebut harus dapat

memotivasi serta memberikan kepuasan bagi anak didiknya. (Hamdani, 2003:

1).

Metodologi pendidikan Islam merupakan jalan untuk memudahkan

(4)

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Al-Qur`ān dan

Al-Hadīṡ. Oleh karena itu penggunaan metode dalam pendidikan tidak harus

terfokus pada satu bentuk metode, tetapi dapat memilih di antara

metode-metode yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga dapat

memudahkan pendidik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut

masalah individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri, sehingga

dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan

dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan itu hanyalah

merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan

yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar

metode pendidikan tersebut. Dalam hal ini tidak lepas dari dasar agama.

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia maka pengembangan

iman dan takwa sangat penting untuk ditanamkan, karena menjadi fondasi bagi

kehidupan manusia dan membangun generasi muda bangsa. Salah satu di

antaranya yakni mengkaji Al-Qur`ān dengan berbagai metode. Kurangnya

pemahaman dalam mempelajari Al-Qur`ān maka hal ini mungkin disebabkan

metode pembelajaran Qur’ᾱnī yang kurang menarik. Oleh karena itu, perlu

adanya motivasi yang dapat membawa anak mau memahami metode

pendidikan dalam Al-Qur`ān.

Dalam memahami metode pendidikan Al-Qur`ān ini diperlukan

pemahaman tentang metode pendidikan Al-Qur`ān yang telah dipaparkan oleh

(5)

Mau’īẕoh, Metode Targhīb-tarhīb, Metode Tajribī, Metode Uswah Ḫᾱsanah,

dan Metode Ḫiwᾱr Qur’ānī. Dari sekian banyak metode yang ditawarkan

peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang metode Amśāl.



“Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur`ān Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Al-Ḥasyr [59]: 21)* Metode Amśāl yaitu sifat sesuatu itu yang menjelaskannya dan

menyingkap hakikatnya, atau apa yang dimaksudnya untuk dijelaskannya, baik

na’atnya maupun ahwalnya. (Abdurrahman An-Nahlawi : 1995:252)

Metode Amśāl merupakan suatu metode yang bisa memberikan dampak

edukatif perumpamaan Qur’ānī seperti halnya memudahkan pemahaman

mengenai suatu konsep, mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep

yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan, dan

juga bisa membina akal untuk terbiasa berpikir secara valid dan analogis. (An

Nahlawi, 2004: 254)

Metode Pendidikan Islami sangatlah penting untuk mengkaji Al-Qur’ān,

sebab Al-Qur’ān dan Al-Hadiś merupakan sumber berbagai ilmu pengetahuan

(6)

yang tak akan pernah kering walaupun digali terus menerus, termasuk dalam

bidang pendidikan. Pada bagian ini kita akan dipusatkan pada “Amśāl

Qur’ānī” untuk dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat diterapkan dalam

lapangan pendidikan. (Syahidin, 2009: 77)

Kajian Metode Amśāl belum banyak dilakukan, maka diambil satu

permasalahan pemberantasan kebodohan dalam memahami metode Pendidikan

Qur’ānī. Peneliti akan mengamati penggunaan metode Amśāl dalam

memahami metode pendidikan Qur’ānī. Pembuktian apakah metode tersebut

benar-benar efektif dan efisien dalam mempengaruhi kemampuan

perkembangan peserta didik dalam memahami metode AmśālQur’ānī.

Berdasarkan sebab-sebab dan beberapa permasalahan di atas, maka yang

menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah: “Implementasi Metode

Amśāl Qur’ānī dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri

40 Bandung.”

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis

merumuskan masalah terhadap “Implementasi Metode Amśāl Qur’ᾱnī dalam

Pembelajaran PAI di SMP Negeri 40 Bandung.“

Maka dilihat dari problematika di atas, untuk memudahkan penelitian

yang akan dilakukan, peneliti membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian

(7)

1. bagaimana perencanaan pembelajaran berdasarkan metode Amśāl Qur’ᾱnī

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VII SMPN 40

Bandung?

2. bagaimana prosedur pembelajaran berdasarkan metode Amśāl Qur’ᾱnī pada

mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung?

3. bagaimana proses evaluasi dalam metode Amśāl Qur’ᾱnī pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

gambaran secara objektif tentang Implementasi Metode AmśālQur’ᾱnī Dalam

Pembelajaran PAI di kelas VII SMP Negeri 40 Bandung.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. memperoleh gambaran mengenai perencanaan metode AmśālQur’ᾱnī Pada

mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung;

2. memperoleh gambaran mengenai prosedur metode Amśāl Qur’ᾱnī Pada

mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung;

3. memperoleh gambaran mengenai proses evaluasi dalam metode Amśāl

Qur’ᾱnī pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan bagi pihak

(8)

1. Secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan mutu

pembelajaran metode Amśāl Qur’ᾱnī dan menambah khazanah teori

pendidikan pembelajaran Al-Qur’ān tentang materi keimanan kepada

peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti, supaya lebih mampu mengimplementasikan metode

Amśāl terhadap pelajaran PAI.

b. Bagi Guru, hasil penelitian ini berguna agar dijadikan salah satu

rujukan pada materi keimanan melalui metode AmśālQur’ānī.

c. Bagi siswa, proses penelitian ini bisa dijadikan sebagai pemahaman

dalam materi keimanan melalui metode AmśālQur’ānī.

d. Bagi orang tua, agar mampu menanamkan pendidikan keimanan tidak

hanya sekadar pemahaman materi saja akan tetapi harus diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari dengan salah satu menggunakan Metode

AmśālQur’ānī.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga

pembaca dapat memahami tentang isi skripsi ini, peneliti menyajikan struktur

organisasi skripsi dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari

lima bab yang masing-masing saling berkait.

Bab I Pendahuluan, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar

(9)

manfaat hasil penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, berisi teori-teori yang berkaitan dengan

implementasi atau penerapan Metode Amśāl Qur’ānī terhadap mata pelajaran

PAI. Mengenai konsep metode Amśāl yang terdiri dari: landasan filosofi,

pengertian, pendidikan metode Amśāl, model-model Amśāl dalam Al-Qur’ānī,

aplikasi metode Amśāl Qur’ᾱni di sekolah. Dalam Konsep Pendidikan Agama

Islam terdiri dari: Pengertian PAI, Tujuan PAI, Metode-Metode PAI. Dan

dalam konsep pembelajaran terdiri dari: pengertian pembelajaran, ciri-ciri

pembelajaran, tujuan pembelajaran, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

sistem pembelajaran, perencanaan, tujuan perencanaan pembelajaran,

langkah-langkah penyusunan RPP.

Bab III Metode Penelitian, pembahasan lebih mengarah pada metode

penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional, lokasi dan subjek

penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, desain penelitian,

analisis dan pengolahan data.

Bab VI Pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian serta analisis

mengenai gambaran umum implementasi metode Amśāl terhadap mata

pelajaran PAI di SMPN 40 Bandung, dalam perencanaan implementasi metode

Amśāl, proses implementasi metode Amśāl, dan hasil dari implementasi metode

Amśāl.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, bab terakhir ini membahas tentang

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam

melakukan suatu penelitian, untuk mendapatkan informasi yang dapat menjawab

pertanyaan penelitian, sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang

menjadi objek penelitian. Metode penelitian merupakan metode ilmiah yang

dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu, diantaranya untuk

menguji kebenaran suatu penelitian. Oleh karena itu, bagi seorang peneliti,

pemilihan metode pendekatan dan prosedur penelitian yang tepat yang sesuai

dengan permasalahan yang diteliti merupakan faktor yang sangat penting.

Langkah-langkah yang diambil oleh penulis, adalah sebagai berikut:

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan Secara umum metode penelitian membahas

bagaimana penelitian dilakukan. Metode penelitian merupakan metode ilmiah

yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu, diantaranya

untuk menguji kebenaran suatu penelitian. Dengan demikian dalam sebuah

penelitian perlu ditentukan metode yang akan digunakan, sebab keberhasilan

suatu penelitian tergantung kepada metode apa yang digunakan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini

digunakan untuk menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang

terjadi pada masa sekarang, sejalan dengan hal ini Surakhmad (1998:140)

mengatakan bahwa: “penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah

(11)

Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini

atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan atau pengubahan pada

variable-variabel bebas, tetapi menggambarkan kondisi apa adanya

(Sukmadinata, 2007:54).

Selanjutnya Fathoni, (2006: 97) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif

yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaaan dan

pengukuran-pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu”.

Adapun Moleong (2010: 10) mengatakan

“Metode deskriptif akan menghasilkan laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data (berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka) untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.”

Menurut Arif Furchan (2004: 447)

“Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyidikan itu dilakukan.”

Metode ini dipilih karena peneliti bermaksud untuk mendapatkan

gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai implementasi metode

amtsal Qur’ani Pada Mata Pelajaran PAI siswa kelas VII di SMPN 40

Bandung, kemudian dilakukan analisis dan interpretasi dalam bentuk

kesimpulan dan rekomendasi. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong pada

penelitian deskriptif.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

(12)

Menurut Sugiyono (2011 : 8) mengatakan bahwa :

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Menambahkan menurut Sukmadinata (2007: 60) bahwa :

“Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisi fenomena, peristiwa aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.”

Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan

penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Sugiyono (2011 : 13 – 14)

menyatakan bahwa karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankanpada

angka

c. Penelitian kualitatif lebh menekankan pada proses daripada produk

atau outcome.

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang

teramati).

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan sebagai upaya penjelasan tentang

(13)

penelitian yang merujuk pada judul penelitian ini. Sehingga konsep tersebut

dapat diamati dan dapat diukur.

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami

konsep dan konteks permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti akan

menjelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian, yaitu:

1. Implementasi

Implementasi dalam kamus Bahasa Indonesia (1997) diartikan

dengan penerapan atau pelaksanaan, penerapan merupakan kemampuan

menggunakan materi yang telah dipelajari ke dalam situasi kongkret

atau nyata. Kata implementasi bermuara pada aktifitas adanya aksi,

tindakan atau mekanisme suatu sistem yang dilaksanakan dengan

terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini

peneliti memfokuskan pada mekanisme penerapan pembelajaran mulai

dari perencanaan, prosedur pelaksanaan, dan proses evaluasi dengan

identifikasi berbagai hambatan yang ada dalam pelaksanaannya.

2. Metode Amṡāl Qur’ᾱnī

Amṡāl adalah bentuk jamak dari “maṡalā” sama dengan

“syabanā”, baik lafaẓ maupun maknanya. Jadi arti lughawi Amṡāl adalah

membuat permisalan, perumpamaan dan bandingan.

Maka Amṡāl dapat disederhanakan pengertiannya, yaitu mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih

konkrit untuk mencapai tujuan dan atau manfaat dari perumpamaan

(14)

3. Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiyah Daradjat (1987 : 87) Pendidikan Agama Islam

adalah suatu usaha membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa

dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan,

yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.

4. Pembelajaran

Sagala (2009: 61) mengemukakan bahwa:

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama

keberhasilan pendidikan, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 195) yang dikutip oleh

Sagala (2009: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara

sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkahlaku

tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap

situasi tertentu.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini yaitu SMP N 40 merupakan sekolah Negeri

yang berada di bawah pengelolaan Negara, sekolah tersebut beralamat di Jl.

Wastukancana No 75 A Bandung.

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah :

1. KS atau WKS Kurikulum

(15)

3. Siswa – siswi kelas VII

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga

harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian

yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai

instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk

memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang

melakukan validasi adalah peneliti semdiri, penguasaan teori dan wawasan

terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan

(Sugiyono, 2011: 222).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau langkah yang ditempuh

dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab masalah

penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan beberapa cara, yaitu:

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi, baik

mengenai aspek-aspek material maupun tingkah laku manusia. Observasi

memungkinkan peneliti untuk mendapatkan kesempatan dalam mengumpulkan

data dan informasi, yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk memperoleh data

(16)

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik

bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.

Kalau wawancara dan kuesoner selalu berkomunikasi dengan orang, maka

observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam lain. Dalam

teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, peneliti berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden

yang diamati tidak terlalu besar. (Sugiyono, 2011 : 145)

Fathoni (2006 : 104) observasi adalah teknik pengumpulan ddata yang

dilakukan memalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan

terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan

observasi disebut pengobservasi (observee).

Fathoni menyatakan (2006 : 105) menyatakan bahwa hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam melaksanakan observasi:

a). Diarahkan pada tujuan tertentu, bukan bersifat spekulatif, melainkan

sistematis dan terencana.

b).Dilakukan pencatatan sesegera mungkin, jangan ditangguhkan

mengandalkan kekuatan daya ingat.

c). Diusahakan sedapat mungkin, pencatatan secara kuantitatif

d). Hasilnya harus dapat dperiksa kembali untuk diuji kebenaranya.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, menurut Sugiyono

(2011: 145) observasi dapat dibedakan menjadi participant observation

(observasi berperan serta) dan non participant observation, adalah sebagai

(17)

a. Observasi berperan serta (participant observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlhat dengan kegiatan sehari – hari

orang yang sedang di amati atau yang sedang digunakan sebagai sumber

data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peniliti ikut melakukan

apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.

Dengan observasi partisipan ini, maka data yang yang diperoleh akan

lebih lengkap, taam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari

setiap perilaku yang Nampak.

b. Onservasi Nonpartisipan

Kalau observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas

orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan

peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

Peneliti mengobservasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dengan

penerapan metode Amṡā pada mata pelajaran PAI yang diberikan kepada siswa di

SMPN 40 Bandung, namun tidak ikut serta mengikuti kegiatan yang sedang

berlangsung sehingga dalam hal ini termasuk kedalam observasi nonpartisipan.

Teknik ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan Īmān dan takwa

siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan metode Amṡā.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

(18)

yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. (Sugiyono, 2011:

137)

Menambahkan Fathoni (2006: 105) wawancara adalah teknik

pengumpulan data melalui proses Tanya jawab lisan yang berlangsung satu

arah, artinya pertanyaan dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan

oleh yang diwawancara.

Menurut Fathoni (2006 : 105) bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam wawancara:

a. Menjalani hubungan baik dengan yang akan diwawancarai serta

menjelaskan maksud dari wawancara yang akan dilakukan dengan

harapan dapat mengungkapkan sebanyak mungkin data yang ingin

digali.

b. Menyampaikan pernyataan yang tercantum dalam kuesoner yang

disusun secara sistematikan (Wibser 1978)

c. Mencatat semua jawaban lisan yang diberikan oleh responden /

informan secara teliti, efisien dan efektif dengan memperhatikan

maksud yang tersirat dalam jawaban itu.

Menurut Fathoni (2006: 108) ditinjau dari segi sistem kegiatan yang

dilaksanakan, wawancara dibedakan dalam tiga macam, yaitu:

a. Wawancara berstandar ialah wawancara yang direncanakan berdasarkan

pedoman atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dahulu.

b. Wawancara tidak berstandar ialah wawancara yang tidak direncanakan

(19)

dahulu. Wawancara macam ini dibedakan kedalam dua golongan, yaitu:

1) Wawancara berstruktur ialah wawancara tidak berstandar yang

mengajukan pola dan aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan.

2) Wawancara tidak bestruktur ialah wawancara tidak berstandar yang

tidak menggunakan pola aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan.

Dalam pelaksanaannya wawancara macam ini juga dibedakan kedalam

dua golongan, yaitu:

a) Wawancara fokus ialah wawancara tidak berstruktur yang pola

pertanyaannya terpusat pada pokok masalah tertentu.

b) Wawancara bebas ialah wawancara tidak berstruktur yang tidak

berpusat pada masalah pokok tertentu, tetapi beralih-alih dari satu pokok

masalah ke pokok masalah yang lain.

c. Wawancara sambil lalu ialah wawancara yang objek sasaran tidak

diseleksi lebih dahulu melalu metode sampling tertentu, tetapi dipilih

secara aksidental. Sistem kegiatan wawancara dapat dilakukan secara

berstandar atau tidak berstandar baik yang berstruktur maupun tidak

berstruktur yang berfokus atau bebas.

Untuk mengungkap data dan informasi mengenai implementasi metode

Amṡā pada Mata Pelajaran PAI, peneliti menggunakan teknik wawancara

karena dalam penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif sehingga

membutuhkan gambaran deskriptif dan eksploratif mengenai implementasi

atau penerapan metode Amṡā dalam meningkatkan iman dan takwa siswa

(20)

Awal penelitian menggunakan wawancara tidak berstruktur. Setelah

memperoleh sejumlah keterangan, kemudian mengadakan wawancara lebih

berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh

responden.

Adapun pedoman wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini

yang disusun berdasarkan data kasar yang didapat saat wawancara awal yang

tidak berstruktur.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari

catatan-catatan mengenai data pribai responden. (Fathoni, 2006: 112)

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,

ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk

karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-

lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2011: 240)

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan

mendalami berbagai dokumen yang berkaitan dengan penelitian pembelajaran

metode amtsal untuk memperoleh data atau informasi untuk melengkapi data

(21)

G. Desain Penelitian

Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu tahap-tahap penelitian

kualitatif menurut Bogdan yang dikutip oleh Suwandi (2008:24) yaitu tahap

pra lapangan, tahap kegiatan lapangan, dan tahap analisis data.

1. Pra lapangan

Pada tahapan ini terdapat beberapa kegiatan yang dimulai dengan

menemukan masalah yang akan diteliti, kemudian menyusun rancangan

penelitian dengan membuat proposal skripsi. Setelah proposal disetujui,

peneliti mengurus perizinan kepada pihak-pihak yang berwenang memberikan

izin bagi pelaksanaan penelitian diantaranya yaitu mengajukan surat perizinan

kepada pihak universitas untuk diserahkan kepada pihak sekolah. Kemudian

peneliti menjajaki dan menilai keadaan lapangan sebagai pra penelitian yang

ditujukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai masalah yang akan

diteliti.

2. Kegiatan lapangan

Pada tahap ini peneliti sudah mendapat gambaran dan fokus

permasalahan lebih jelas, sehingga dapat menggali data secara spesifik. Data

yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara serta studi dokumentasi

kemudian dikumpulkan sesuai dengan fokus permasalahan penelitian dan

tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Pengumpulan data-data dilakukan

dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Jika dalam tahap

(22)

ini wawancara dilakukan lebih berstruktur untuk memperoleh informasi lebih

mendalam.

3. Tahap Member Check

Tahap ini merupakan tahap pengecekan ulang dari data-data dan

informasi yang diperoleh dari responden. Kegiatan ini dilakukan guna menguji

kebenaran dan kesesuaian informasi yang telah dituangkan dalam bentuk

laporan yang bersifat naratif. Pengecekan ini dilakukan dengan cara data-data

yang sudah diperoleh melalui wawancara, observasi serta studi dokumentasi

disusun kembali untuk selanjutnya dilaporkan dan diperiksa oleh pihak-pihak

yang menjadi sumber data tersebut, apabila dirasakan ada kekurangan atau

kesalahan terhadap data yang diperoleh, maka akan dilakukan koreksi atau

penambahan bila dianggap perlu.

1. Validitas dan Reliabilitas Hasil Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid

apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Namun perlu diketahui dalam

penelitian kualitatif, ”kebenaran realitas data itu bersifat jamak dan tergantung

pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta

dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan

berbagai latar belakangnya”(Sugiyono, 2010:365). Lebih lanjut lagi penjelasan

dalam penelitian sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

Reliabilitas penelitian ini akan sangat bergantung kepada kemungkinan

(23)

yang sama pula. Untuk menjaga konsistensi dan kebenaran dari hasil

penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah untuk menjaga konsistensi dan

kebenaran hasil penelitian yang dilakukan oleh manusia. Dalam menjaga

kredibilitas hasil penelitian, peneliti melakukan audit trail, artinya dapat

dikonfirmasikan dengan jejak yang dapat diukur dengan melakukan

pemeriksaan guna meyakinkan hal-hal yang dilaporkan sesuai dengan

kenyataannya (Romli, 2011:111).

2. Analisis dan pengolahan data

Pada prinsipnya analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini

dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penulisan laporan

penelitian. Dengan kata lain analisis data dilakukan selama pengumpulan data

di lapangan dan setelah data terkumpul. Data-data dan informasi yang telah

terkumpul, selanjutnya dilakukan pengorganisasian dan analisis satu persatu

sesuai dengan fokus permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam

penelitian.

Menurut Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2010: 337)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam

analisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti peneliti merangkum, mengambil data yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya.

(24)

dan disusun secara sistematis dalam bentuk uraian atau laporan agar mudah

dipahami. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan

atau mendisplaykan data. Untuk mempermudah dalam membaca data yang

diperoleh dan melihat gambaran penelitian secara keseluruhan, maka data yang

telah direduksi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, dan deskripsi yang menyeluruh pada setiap aspek yang diteliti. Dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, dan merencanakan kerja penelitian berdasarkan data yang telah

diperoleh.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti atau data yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oelh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

memang dapat mengasah siswa untuk memiliki kemampuan dalam memahami

konsep yang abstrak dan berlatih untuk beranalogi. Hal ini terlihat selama

peneliti melakukan observasi dan wawancara. Pembelajaran PAI dengan

menggunakan metode Amṡāl Qur’ānī juga merangsang motivasi siswa untuk

berusaha meningkatkan iman dan ‘amāl şᾱleḥ sebab fungsi iman begitu penting (urgent), serta dapat menggambarkan keimanan yang abtrak menjadi yang

konkrit, menggambarkan fungsi dan urgensi iman dalam kehidupan sehari-hari

dan Amṡāl Qur’ānī bagus untuk diterapkan dalam pembelajaran PAI.

Lebih khusus lagi kesimpulan yang dapat dikemukakan yaitu:

1. Pendeskripsian perencanaan pembelajaran berdasarkan metode Amṡāl

Qur’ānī pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN

40 Bandung.

Perencanaan yang dilakukan dalam pembelajaran ini dimulai dengan

mengintegrasikan kurikulum nasional ke dalam kurikulum sekolah. Setelah

silabus ditetapkan maka RPP disusun dengan cara menentukan tujuan

pembelajaran, menentukan materi pembelajaran, menentukan strategi

(26)

pembelajaran, menyusun rencana evaluasi pembelajaran, menyusun

langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Adapun RPP yang disusun bertujuan agar

seluruh siswa memperoleh pemahaman dan ketercapaian hasil belajar yang

setara.

2. Pendeskripsian mengenai prosedur metode Amṡāl Qur’ānī pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung.

a. Prosedur implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Kegiatan ini terdiri atas kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup. Metode yang dipakai yaitu menggunakan metode permisalan,

dengan metode permisalan dapat memunculkan sikap yang positif diantara

siswa sehingga saling mendukung untuk mencapai pemahaman akan

materi secara bersama-sama dalam pembelajarannya.

Kemampuan dalam memahami konsep yang abstrak dan beranalogi siswa

terasah mulai dari pembahasan materi yang telah disampaikan guru kepada

siswa, sampai pengevaluasian.

b. Peran guru dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Peran guru dalam Amṡāl Qur’ānī yang dilaksanakan oleh guru PAI di

SMPN 20 Bandung, yaitu sebagai fasilitator, tutor, pembimbing, model

atau contoh, dan partner selama proses pembelajaran berlangsung.

Pengajar memposisikan diri sebagai penyedia, rekan, pemberi bimbingan

(27)

proses pembelajarannya. Agar tidak canggung guru memposisikan diri

menjadi partner mereka, sehingga siswa dapat bertanya

sebanyak-banyaknya dan berperan dengan sebaik mungkin.

c. Peran siswa dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Peran siswa yang muncul antara lain siswa sebagai patner yang siap

merespon dengan mengkorelasikan antara dialogis dan psikologis dalam

menggambarkan kehidupan nyata, siswa menyiapkan diri untuk menerima

materi yang akan disampaikan oleh guru serta siswa berperan untuk

berkompetisi, bersikap tanggung jawab, belajar mandiri dan menyiapkan

diri untuk dapat memahami konsep abstrak yang dapat diindrai dalam

penyesuaian materi yang dibahas, menyiapkan diri untuk menerima materi

dengan menggunakan metode perupamaan sehingga pikiran siswa akan

terlatih untuk beranalogi agar mendapatkan kesimpulan yang benar dan

Siswa dituntut untuk merangkum materi yang sedang dibahas agar apa

yang telah dipahami tidak lupa kembali.

3. Pendeskripsian mengenai proses evaluasi dalam metode Amṡāl Qur’ānī

pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40

Bandung.

Proses evaluasi dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung

Proses evaluasi dalam pembelajaran ini berorientasi pada evaluasi proses,

(28)

kegiatan penutup dalam setiap pembelajarannya untuk mengetahui

ketercapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Evaluasi kelas,

guru mempersilahkan siswa untuk membuat pertanyaan mengenai materi

yang akan dibahas dan guru sebelum menjawab pertanyaan itu

dilemparkan kepada siswa yang lainnya untuk menjawab pertanyaan

rekannya tersebut. Hal ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

menganalisis soal dan jawaban sehingga mendapatkan pemahaman yang

sama. Evaluasi hasil, guru melakukan evaluasi dengan menyusun tugas

dan pertanyaan untuk mengetahui hasil ketercapaian pemahaman dan

kemampuan analisis siswa.

B. REKOMENDASI

1. Departemen Pendidikan Nasional

Untuk meningkatkan output sekolah yang memiliki akhlaq karīmah untuk

terjun ke masyarakat, penulis menyarankan pihak pemegang kebijakan

untuk memberikan tambahan jam pelajaran PAI dan mengadakan eskul

mengenai Qiro’atul Qur’ān.

2. Kepala Sekolah SMPN 40 Bandung

Tujuan utama dari sekolah adalah menghasilkan para lulusan yang

kompeten guna menghadapi masa depannya, untuk itu peneliti sarankan

kepada Kepala Sekolah untuk memfasilitasi dengan maksimal para

siswanya sehingga dapat tercipta suasana belajar yang kondusif,

representatif, dan inovatif. Dalam hal kualitas pengajar seharusnya dapat

(29)

diskusi keagamaan ataupun kegiatan lainnya yang dapat menunjang

pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini membuktikan bahwa sebuah metode dapat menjadi solusi

atas ketiadaan fasilitas. Bagi para peneliti selanjutnya yang berkecimpung

dalam dunia sekolah, perlu diadakan kembali penelitian dengan metode

yang sama, namun dikaji lebih dalam sehingga dapat mendeskripsikan

pembelajaran dengan menggunakan metode Amṡāl Qur’ānī yang lebih

sempurna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Alex, (2005). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Alfa.

An Nahlawi, Abdurrahman. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan

Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathoni, A. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamdani, A.S. Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran PAI.

Surabaya : NIZAMIA Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam. Surabaya:

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.

Hamalik, Oemar. (2003). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Bumi Aksara: Jakarta.

Hamalik, Oemar. (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Majid, Abdul. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda.

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Rosda: Bandung.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda. Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: Rosda

Rohaya, (2009). Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Hubungannya dengan

Ibadah Shalat Wajib. Skripsi pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Sunan Gunung Djati. Bandung: Tidak diterbitkan.

Romli, U. (2011). Model Pendidikan Tauhid pada Keluarga Pengusaha Religius. Bandung: Tidak Diterbitkan (Skripsi Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam UPI Bandung).

Sagala, Syaiful, (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Pustaka Alfabeta

____________, (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Pustaka Alfabeta

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Kencana

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

_________(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

(31)

Suryosubroto, (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta : Jakarta.

Sutikno, M. S. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Suwandi, B. d. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Syahidin.2009. Menulusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.

(32)

RIWAYAT HIDUP

Alinda Aimmatul Khairiyah, dilahirkan tanggal 05

Maret 1989 di desa Juntikebon, Kec. Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat. Putri dari pasangan Bapak H. A.H. Budiono. HS. S.Hi dan Ibu Dra. Eliyati. B ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun cara untuk pemeriksaan data dalam penelitian ini adalah: triangulasi dan membercheck, Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa metode shaping

Pengelolaan lingkungan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial yaitu dengan cara menghilangkan kuman penyebab infeksi dari sumber infeksi dan mencegah kuman tersebut

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Djawa Timur (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 32) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan faktor merek, kemasan, kualitas susu, harga, variasi rasa, kandungan gizi dan jaminan halal pengaruh

Ketika proses Islamisasi di Indonesia, dunia Islam mulai melemah dan dipengaruhi tasawuf. Andaikan proses islamisasi di Indonesia ini terjadi saat Islam mencapai

Proses analisis data yang pertama adalah pengumpulan data. Pengumpulan data adalah bagian terpenting dari analisis data. Aktifitas pengambilan data berdasarkan penelitian

Masyarakat, Peranan yang dilakukan oleh Kelurahan Kadipiro adalah berpartisipasi dalam program dana pembangunan kelurahan baik dalam tahap usulan perencanaan