BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,
pemerintah telah menangani bidang pendidikan, sebab dengan pendidikan yang
baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu
menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan respons terhadap perkembangan
tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan
yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan
zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan
harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan
hak-hak asasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya
secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan. Adapun tujuan
pendidikan nasional menurut UU SPN RI Bab II Pasal 3 No. 20 tahun 2003,
sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Itulah tujuan
pendidikan agama Islam yang dicantumkan dalam pasal Undang-undang RI
No. 20 tentang SISDIKNAS.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang merubah
karakter seseorang menjadi lebih baik lagi, karena di dalam ajaran Islam berisi
tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup
perorangan dan bersama serta lebih banyak menekankan kepada perbaikan
sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan
sendiri maupun orang lain. (Daradjat, 1996: 28)
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bagian dalam mencapai
tujuan pendidikan yang menjadikan manusia untuk beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT atau menjadi insᾱn kᾱmil. Pendidikan merupakan tombak
utama dalam menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam Al-Qur`ān dan Al-Hadīṡ sebagai sumber utama ajaran Agama Islam. Adanya pendidikan ini maka ajaran-ajaran agama dapat diwariskan kepada generasi berikutnya dan
benar-benar terinternalisasi dalam diri generasi mendatang. (Rohaya, 2009: 2).
Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di Madrᾱsah, dalam
pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasalahan yang kurang
di Sekolah saat ini masih sebatas proses penyampaian pengetahuan tentang
Agama Islam. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai
Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru masih dominan dengan metode-metode konvensional. Seperti
dijelaskan dalam buku Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru, di sana
dijelaskan mengenai kekurangan dalam metode konvensional seperti ceramah,
diskusi, dan demonstrasi (Syah, 2008 : 202).
Sedangkan proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika
nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang
digunakan guru ketika mengajar PAI, berpeluang besar gagalnya dalam proses
internalisasi nilai-nilai Agama Islam pada diri siswa, hal ini disebabkan siswa
kurang termotivasi untuk belajar materi PAI. Dalam upaya untuk
merealisasikan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, guru dituntut untuk
menguasai pengetahuan yang memadai dan metode-metode mengajar yang
baik agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran sebagai variasi sehingga
tujuan pendidikan Agama Islam dapat tercapai dengan lebih mudah. Memang
pada dasarnya untuk memilih metode atau teknik yang digunakan itu
memerlukan keahlian tersendiri, akan tetapi seorang pendidik harus pandai
memilih metode yang akan dipergunakan, dan metode tersebut harus dapat
memotivasi serta memberikan kepuasan bagi anak didiknya. (Hamdani, 2003:
1).
Metodologi pendidikan Islam merupakan jalan untuk memudahkan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh Al-Qur`ān dan
Al-Hadīṡ. Oleh karena itu penggunaan metode dalam pendidikan tidak harus
terfokus pada satu bentuk metode, tetapi dapat memilih di antara
metode-metode yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga dapat
memudahkan pendidik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut
masalah individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri, sehingga
dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan
dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan itu hanyalah
merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan
yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar
metode pendidikan tersebut. Dalam hal ini tidak lepas dari dasar agama.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia maka pengembangan
iman dan takwa sangat penting untuk ditanamkan, karena menjadi fondasi bagi
kehidupan manusia dan membangun generasi muda bangsa. Salah satu di
antaranya yakni mengkaji Al-Qur`ān dengan berbagai metode. Kurangnya
pemahaman dalam mempelajari Al-Qur`ān maka hal ini mungkin disebabkan
metode pembelajaran Qur’ᾱnī yang kurang menarik. Oleh karena itu, perlu
adanya motivasi yang dapat membawa anak mau memahami metode
pendidikan dalam Al-Qur`ān.
Dalam memahami metode pendidikan Al-Qur`ān ini diperlukan
pemahaman tentang metode pendidikan Al-Qur`ān yang telah dipaparkan oleh
Mau’īẕoh, Metode Targhīb-tarhīb, Metode Tajribī, Metode Uswah Ḫᾱsanah,
dan Metode Ḫiwᾱr Qur’ānī. Dari sekian banyak metode yang ditawarkan
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang metode Amśāl.
“Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur`ān Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Al-Ḥasyr [59]: 21)* Metode Amśāl yaitu sifat sesuatu itu yang menjelaskannya dan
menyingkap hakikatnya, atau apa yang dimaksudnya untuk dijelaskannya, baik
na’atnya maupun ahwalnya. (Abdurrahman An-Nahlawi : 1995:252)
Metode Amśāl merupakan suatu metode yang bisa memberikan dampak
edukatif perumpamaan Qur’ānī seperti halnya memudahkan pemahaman
mengenai suatu konsep, mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep
yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan, dan
juga bisa membina akal untuk terbiasa berpikir secara valid dan analogis. (An
Nahlawi, 2004: 254)
Metode Pendidikan Islami sangatlah penting untuk mengkaji Al-Qur’ān,
sebab Al-Qur’ān dan Al-Hadiś merupakan sumber berbagai ilmu pengetahuan
yang tak akan pernah kering walaupun digali terus menerus, termasuk dalam
bidang pendidikan. Pada bagian ini kita akan dipusatkan pada “Amśāl
Qur’ānī” untuk dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat diterapkan dalam
lapangan pendidikan. (Syahidin, 2009: 77)
Kajian Metode Amśāl belum banyak dilakukan, maka diambil satu
permasalahan pemberantasan kebodohan dalam memahami metode Pendidikan
Qur’ānī. Peneliti akan mengamati penggunaan metode Amśāl dalam
memahami metode pendidikan Qur’ānī. Pembuktian apakah metode tersebut
benar-benar efektif dan efisien dalam mempengaruhi kemampuan
perkembangan peserta didik dalam memahami metode AmśālQur’ānī.
Berdasarkan sebab-sebab dan beberapa permasalahan di atas, maka yang
menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah: “Implementasi Metode
Amśāl Qur’ānī dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri
40 Bandung.”
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis
merumuskan masalah terhadap “Implementasi Metode Amśāl Qur’ᾱnī dalam
Pembelajaran PAI di SMP Negeri 40 Bandung.“
Maka dilihat dari problematika di atas, untuk memudahkan penelitian
yang akan dilakukan, peneliti membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian
1. bagaimana perencanaan pembelajaran berdasarkan metode Amśāl Qur’ᾱnī
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas VII SMPN 40
Bandung?
2. bagaimana prosedur pembelajaran berdasarkan metode Amśāl Qur’ᾱnī pada
mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung?
3. bagaimana proses evaluasi dalam metode Amśāl Qur’ᾱnī pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran secara objektif tentang Implementasi Metode AmśālQur’ᾱnī Dalam
Pembelajaran PAI di kelas VII SMP Negeri 40 Bandung.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:
1. memperoleh gambaran mengenai perencanaan metode AmśālQur’ᾱnī Pada
mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung;
2. memperoleh gambaran mengenai prosedur metode Amśāl Qur’ᾱnī Pada
mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung;
3. memperoleh gambaran mengenai proses evaluasi dalam metode Amśāl
Qur’ᾱnī pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 40 Bandung.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan bagi pihak
1. Secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan mutu
pembelajaran metode Amśāl Qur’ᾱnī dan menambah khazanah teori
pendidikan pembelajaran Al-Qur’ān tentang materi keimanan kepada
peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti, supaya lebih mampu mengimplementasikan metode
Amśāl terhadap pelajaran PAI.
b. Bagi Guru, hasil penelitian ini berguna agar dijadikan salah satu
rujukan pada materi keimanan melalui metode AmśālQur’ānī.
c. Bagi siswa, proses penelitian ini bisa dijadikan sebagai pemahaman
dalam materi keimanan melalui metode AmśālQur’ānī.
d. Bagi orang tua, agar mampu menanamkan pendidikan keimanan tidak
hanya sekadar pemahaman materi saja akan tetapi harus diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari dengan salah satu menggunakan Metode
AmśālQur’ānī.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga
pembaca dapat memahami tentang isi skripsi ini, peneliti menyajikan struktur
organisasi skripsi dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari
lima bab yang masing-masing saling berkait.
Bab I Pendahuluan, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar
manfaat hasil penelitian dan struktur organisasi skripsi.
Bab II Kajian Pustaka, berisi teori-teori yang berkaitan dengan
implementasi atau penerapan Metode Amśāl Qur’ānī terhadap mata pelajaran
PAI. Mengenai konsep metode Amśāl yang terdiri dari: landasan filosofi,
pengertian, pendidikan metode Amśāl, model-model Amśāl dalam Al-Qur’ānī,
aplikasi metode Amśāl Qur’ᾱni di sekolah. Dalam Konsep Pendidikan Agama
Islam terdiri dari: Pengertian PAI, Tujuan PAI, Metode-Metode PAI. Dan
dalam konsep pembelajaran terdiri dari: pengertian pembelajaran, ciri-ciri
pembelajaran, tujuan pembelajaran, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
sistem pembelajaran, perencanaan, tujuan perencanaan pembelajaran,
langkah-langkah penyusunan RPP.
Bab III Metode Penelitian, pembahasan lebih mengarah pada metode
penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional, lokasi dan subjek
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, desain penelitian,
analisis dan pengolahan data.
Bab VI Pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian serta analisis
mengenai gambaran umum implementasi metode Amśāl terhadap mata
pelajaran PAI di SMPN 40 Bandung, dalam perencanaan implementasi metode
Amśāl, proses implementasi metode Amśāl, dan hasil dari implementasi metode
Amśāl.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, bab terakhir ini membahas tentang
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam
melakukan suatu penelitian, untuk mendapatkan informasi yang dapat menjawab
pertanyaan penelitian, sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang
menjadi objek penelitian. Metode penelitian merupakan metode ilmiah yang
dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu, diantaranya untuk
menguji kebenaran suatu penelitian. Oleh karena itu, bagi seorang peneliti,
pemilihan metode pendekatan dan prosedur penelitian yang tepat yang sesuai
dengan permasalahan yang diteliti merupakan faktor yang sangat penting.
Langkah-langkah yang diambil oleh penulis, adalah sebagai berikut:
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan Secara umum metode penelitian membahas
bagaimana penelitian dilakukan. Metode penelitian merupakan metode ilmiah
yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu, diantaranya
untuk menguji kebenaran suatu penelitian. Dengan demikian dalam sebuah
penelitian perlu ditentukan metode yang akan digunakan, sebab keberhasilan
suatu penelitian tergantung kepada metode apa yang digunakan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini
digunakan untuk menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang
terjadi pada masa sekarang, sejalan dengan hal ini Surakhmad (1998:140)
mengatakan bahwa: “penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini
atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan atau pengubahan pada
variable-variabel bebas, tetapi menggambarkan kondisi apa adanya
(Sukmadinata, 2007:54).
Selanjutnya Fathoni, (2006: 97) menyatakan bahwa “penelitian deskriptif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaaan dan
pengukuran-pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu”.
Adapun Moleong (2010: 10) mengatakan
“Metode deskriptif akan menghasilkan laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data (berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka) untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.”
Menurut Arif Furchan (2004: 447)
“Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyidikan itu dilakukan.”
Metode ini dipilih karena peneliti bermaksud untuk mendapatkan
gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai implementasi metode
amtsal Qur’ani Pada Mata Pelajaran PAI siswa kelas VII di SMPN 40
Bandung, kemudian dilakukan analisis dan interpretasi dalam bentuk
kesimpulan dan rekomendasi. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong pada
penelitian deskriptif.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Menurut Sugiyono (2011 : 8) mengatakan bahwa :
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Menambahkan menurut Sukmadinata (2007: 60) bahwa :
“Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisi fenomena, peristiwa aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.”
Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan
penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Sugiyono (2011 : 13 – 14)
menyatakan bahwa karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah
b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankanpada
angka
c. Penelitian kualitatif lebh menekankan pada proses daripada produk
atau outcome.
d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif
e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang
teramati).
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan sebagai upaya penjelasan tentang
penelitian yang merujuk pada judul penelitian ini. Sehingga konsep tersebut
dapat diamati dan dapat diukur.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami
konsep dan konteks permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti akan
menjelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian, yaitu:
1. Implementasi
Implementasi dalam kamus Bahasa Indonesia (1997) diartikan
dengan penerapan atau pelaksanaan, penerapan merupakan kemampuan
menggunakan materi yang telah dipelajari ke dalam situasi kongkret
atau nyata. Kata implementasi bermuara pada aktifitas adanya aksi,
tindakan atau mekanisme suatu sistem yang dilaksanakan dengan
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini
peneliti memfokuskan pada mekanisme penerapan pembelajaran mulai
dari perencanaan, prosedur pelaksanaan, dan proses evaluasi dengan
identifikasi berbagai hambatan yang ada dalam pelaksanaannya.
2. Metode Amṡāl Qur’ᾱnī
Amṡāl adalah bentuk jamak dari “maṡalā” sama dengan
“syabanā”, baik lafaẓ maupun maknanya. Jadi arti lughawi Amṡāl adalah
membuat permisalan, perumpamaan dan bandingan.
Maka Amṡāl dapat disederhanakan pengertiannya, yaitu mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih
konkrit untuk mencapai tujuan dan atau manfaat dari perumpamaan
3. Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiyah Daradjat (1987 : 87) Pendidikan Agama Islam
adalah suatu usaha membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan,
yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
4. Pembelajaran
Sagala (2009: 61) mengemukakan bahwa:
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 195) yang dikutip oleh
Sagala (2009: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkahlaku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu.
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini yaitu SMP N 40 merupakan sekolah Negeri
yang berada di bawah pengelolaan Negara, sekolah tersebut beralamat di Jl.
Wastukancana No 75 A Bandung.
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah :
1. KS atau WKS Kurikulum
3. Siswa – siswi kelas VII
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga
harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian
yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai
instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang
melakukan validasi adalah peneliti semdiri, penguasaan teori dan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan
(Sugiyono, 2011: 222).
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara atau langkah yang ditempuh
dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab masalah
penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan beberapa cara, yaitu:
1. Observasi
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi, baik
mengenai aspek-aspek material maupun tingkah laku manusia. Observasi
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan kesempatan dalam mengumpulkan
data dan informasi, yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk memperoleh data
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
Kalau wawancara dan kuesoner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam lain. Dalam
teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, peneliti berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar. (Sugiyono, 2011 : 145)
Fathoni (2006 : 104) observasi adalah teknik pengumpulan ddata yang
dilakukan memalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan
terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan
observasi disebut pengobservasi (observee).
Fathoni menyatakan (2006 : 105) menyatakan bahwa hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan observasi:
a). Diarahkan pada tujuan tertentu, bukan bersifat spekulatif, melainkan
sistematis dan terencana.
b).Dilakukan pencatatan sesegera mungkin, jangan ditangguhkan
mengandalkan kekuatan daya ingat.
c). Diusahakan sedapat mungkin, pencatatan secara kuantitatif
d). Hasilnya harus dapat dperiksa kembali untuk diuji kebenaranya.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, menurut Sugiyono
(2011: 145) observasi dapat dibedakan menjadi participant observation
(observasi berperan serta) dan non participant observation, adalah sebagai
a. Observasi berperan serta (participant observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlhat dengan kegiatan sehari – hari
orang yang sedang di amati atau yang sedang digunakan sebagai sumber
data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peniliti ikut melakukan
apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.
Dengan observasi partisipan ini, maka data yang yang diperoleh akan
lebih lengkap, taam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari
setiap perilaku yang Nampak.
b. Onservasi Nonpartisipan
Kalau observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas
orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan
peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Peneliti mengobservasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dengan
penerapan metode Amṡā pada mata pelajaran PAI yang diberikan kepada siswa di
SMPN 40 Bandung, namun tidak ikut serta mengikuti kegiatan yang sedang
berlangsung sehingga dalam hal ini termasuk kedalam observasi nonpartisipan.
Teknik ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan Īmān dan takwa
siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan metode Amṡā.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. (Sugiyono, 2011:
137)
Menambahkan Fathoni (2006: 105) wawancara adalah teknik
pengumpulan data melalui proses Tanya jawab lisan yang berlangsung satu
arah, artinya pertanyaan dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan
oleh yang diwawancara.
Menurut Fathoni (2006 : 105) bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam wawancara:
a. Menjalani hubungan baik dengan yang akan diwawancarai serta
menjelaskan maksud dari wawancara yang akan dilakukan dengan
harapan dapat mengungkapkan sebanyak mungkin data yang ingin
digali.
b. Menyampaikan pernyataan yang tercantum dalam kuesoner yang
disusun secara sistematikan (Wibser 1978)
c. Mencatat semua jawaban lisan yang diberikan oleh responden /
informan secara teliti, efisien dan efektif dengan memperhatikan
maksud yang tersirat dalam jawaban itu.
Menurut Fathoni (2006: 108) ditinjau dari segi sistem kegiatan yang
dilaksanakan, wawancara dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a. Wawancara berstandar ialah wawancara yang direncanakan berdasarkan
pedoman atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan lebih dahulu.
b. Wawancara tidak berstandar ialah wawancara yang tidak direncanakan
dahulu. Wawancara macam ini dibedakan kedalam dua golongan, yaitu:
1) Wawancara berstruktur ialah wawancara tidak berstandar yang
mengajukan pola dan aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan.
2) Wawancara tidak bestruktur ialah wawancara tidak berstandar yang
tidak menggunakan pola aturan tertentu dalam mengajukan pertanyaan.
Dalam pelaksanaannya wawancara macam ini juga dibedakan kedalam
dua golongan, yaitu:
a) Wawancara fokus ialah wawancara tidak berstruktur yang pola
pertanyaannya terpusat pada pokok masalah tertentu.
b) Wawancara bebas ialah wawancara tidak berstruktur yang tidak
berpusat pada masalah pokok tertentu, tetapi beralih-alih dari satu pokok
masalah ke pokok masalah yang lain.
c. Wawancara sambil lalu ialah wawancara yang objek sasaran tidak
diseleksi lebih dahulu melalu metode sampling tertentu, tetapi dipilih
secara aksidental. Sistem kegiatan wawancara dapat dilakukan secara
berstandar atau tidak berstandar baik yang berstruktur maupun tidak
berstruktur yang berfokus atau bebas.
Untuk mengungkap data dan informasi mengenai implementasi metode
Amṡā pada Mata Pelajaran PAI, peneliti menggunakan teknik wawancara
karena dalam penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif sehingga
membutuhkan gambaran deskriptif dan eksploratif mengenai implementasi
atau penerapan metode Amṡā dalam meningkatkan iman dan takwa siswa
Awal penelitian menggunakan wawancara tidak berstruktur. Setelah
memperoleh sejumlah keterangan, kemudian mengadakan wawancara lebih
berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh
responden.
Adapun pedoman wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini
yang disusun berdasarkan data kasar yang didapat saat wawancara awal yang
tidak berstruktur.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan mempelajari
catatan-catatan mengenai data pribai responden. (Fathoni, 2006: 112)
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-
lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2011: 240)
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan
mendalami berbagai dokumen yang berkaitan dengan penelitian pembelajaran
metode amtsal untuk memperoleh data atau informasi untuk melengkapi data
G. Desain Penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu tahap-tahap penelitian
kualitatif menurut Bogdan yang dikutip oleh Suwandi (2008:24) yaitu tahap
pra lapangan, tahap kegiatan lapangan, dan tahap analisis data.
1. Pra lapangan
Pada tahapan ini terdapat beberapa kegiatan yang dimulai dengan
menemukan masalah yang akan diteliti, kemudian menyusun rancangan
penelitian dengan membuat proposal skripsi. Setelah proposal disetujui,
peneliti mengurus perizinan kepada pihak-pihak yang berwenang memberikan
izin bagi pelaksanaan penelitian diantaranya yaitu mengajukan surat perizinan
kepada pihak universitas untuk diserahkan kepada pihak sekolah. Kemudian
peneliti menjajaki dan menilai keadaan lapangan sebagai pra penelitian yang
ditujukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai masalah yang akan
diteliti.
2. Kegiatan lapangan
Pada tahap ini peneliti sudah mendapat gambaran dan fokus
permasalahan lebih jelas, sehingga dapat menggali data secara spesifik. Data
yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara serta studi dokumentasi
kemudian dikumpulkan sesuai dengan fokus permasalahan penelitian dan
tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Pengumpulan data-data dilakukan
dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Jika dalam tahap
ini wawancara dilakukan lebih berstruktur untuk memperoleh informasi lebih
mendalam.
3. Tahap Member Check
Tahap ini merupakan tahap pengecekan ulang dari data-data dan
informasi yang diperoleh dari responden. Kegiatan ini dilakukan guna menguji
kebenaran dan kesesuaian informasi yang telah dituangkan dalam bentuk
laporan yang bersifat naratif. Pengecekan ini dilakukan dengan cara data-data
yang sudah diperoleh melalui wawancara, observasi serta studi dokumentasi
disusun kembali untuk selanjutnya dilaporkan dan diperiksa oleh pihak-pihak
yang menjadi sumber data tersebut, apabila dirasakan ada kekurangan atau
kesalahan terhadap data yang diperoleh, maka akan dilakukan koreksi atau
penambahan bila dianggap perlu.
1. Validitas dan Reliabilitas Hasil Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Namun perlu diketahui dalam
penelitian kualitatif, ”kebenaran realitas data itu bersifat jamak dan tergantung
pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta
dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan
berbagai latar belakangnya”(Sugiyono, 2010:365). Lebih lanjut lagi penjelasan
dalam penelitian sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
Reliabilitas penelitian ini akan sangat bergantung kepada kemungkinan
yang sama pula. Untuk menjaga konsistensi dan kebenaran dari hasil
penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah untuk menjaga konsistensi dan
kebenaran hasil penelitian yang dilakukan oleh manusia. Dalam menjaga
kredibilitas hasil penelitian, peneliti melakukan audit trail, artinya dapat
dikonfirmasikan dengan jejak yang dapat diukur dengan melakukan
pemeriksaan guna meyakinkan hal-hal yang dilaporkan sesuai dengan
kenyataannya (Romli, 2011:111).
2. Analisis dan pengolahan data
Pada prinsipnya analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini
dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penulisan laporan
penelitian. Dengan kata lain analisis data dilakukan selama pengumpulan data
di lapangan dan setelah data terkumpul. Data-data dan informasi yang telah
terkumpul, selanjutnya dilakukan pengorganisasian dan analisis satu persatu
sesuai dengan fokus permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam
penelitian.
Menurut Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2010: 337)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam
analisis data yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti peneliti merangkum, mengambil data yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya.
dan disusun secara sistematis dalam bentuk uraian atau laporan agar mudah
dipahami. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan
atau mendisplaykan data. Untuk mempermudah dalam membaca data yang
diperoleh dan melihat gambaran penelitian secara keseluruhan, maka data yang
telah direduksi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, dan deskripsi yang menyeluruh pada setiap aspek yang diteliti. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, dan merencanakan kerja penelitian berdasarkan data yang telah
diperoleh.
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti atau data yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oelh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung
memang dapat mengasah siswa untuk memiliki kemampuan dalam memahami
konsep yang abstrak dan berlatih untuk beranalogi. Hal ini terlihat selama
peneliti melakukan observasi dan wawancara. Pembelajaran PAI dengan
menggunakan metode Amṡāl Qur’ānī juga merangsang motivasi siswa untuk
berusaha meningkatkan iman dan ‘amāl şᾱleḥ sebab fungsi iman begitu penting (urgent), serta dapat menggambarkan keimanan yang abtrak menjadi yang
konkrit, menggambarkan fungsi dan urgensi iman dalam kehidupan sehari-hari
dan Amṡāl Qur’ānī bagus untuk diterapkan dalam pembelajaran PAI.
Lebih khusus lagi kesimpulan yang dapat dikemukakan yaitu:
1. Pendeskripsian perencanaan pembelajaran berdasarkan metode Amṡāl
Qur’ānī pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN
40 Bandung.
Perencanaan yang dilakukan dalam pembelajaran ini dimulai dengan
mengintegrasikan kurikulum nasional ke dalam kurikulum sekolah. Setelah
silabus ditetapkan maka RPP disusun dengan cara menentukan tujuan
pembelajaran, menentukan materi pembelajaran, menentukan strategi
pembelajaran, menyusun rencana evaluasi pembelajaran, menyusun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Adapun RPP yang disusun bertujuan agar
seluruh siswa memperoleh pemahaman dan ketercapaian hasil belajar yang
setara.
2. Pendeskripsian mengenai prosedur metode Amṡāl Qur’ānī pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung.
a. Prosedur implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung
Kegiatan ini terdiri atas kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Metode yang dipakai yaitu menggunakan metode permisalan,
dengan metode permisalan dapat memunculkan sikap yang positif diantara
siswa sehingga saling mendukung untuk mencapai pemahaman akan
materi secara bersama-sama dalam pembelajarannya.
Kemampuan dalam memahami konsep yang abstrak dan beranalogi siswa
terasah mulai dari pembahasan materi yang telah disampaikan guru kepada
siswa, sampai pengevaluasian.
b. Peran guru dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung
Peran guru dalam Amṡāl Qur’ānī yang dilaksanakan oleh guru PAI di
SMPN 20 Bandung, yaitu sebagai fasilitator, tutor, pembimbing, model
atau contoh, dan partner selama proses pembelajaran berlangsung.
Pengajar memposisikan diri sebagai penyedia, rekan, pemberi bimbingan
proses pembelajarannya. Agar tidak canggung guru memposisikan diri
menjadi partner mereka, sehingga siswa dapat bertanya
sebanyak-banyaknya dan berperan dengan sebaik mungkin.
c. Peran siswa dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung
Peran siswa yang muncul antara lain siswa sebagai patner yang siap
merespon dengan mengkorelasikan antara dialogis dan psikologis dalam
menggambarkan kehidupan nyata, siswa menyiapkan diri untuk menerima
materi yang akan disampaikan oleh guru serta siswa berperan untuk
berkompetisi, bersikap tanggung jawab, belajar mandiri dan menyiapkan
diri untuk dapat memahami konsep abstrak yang dapat diindrai dalam
penyesuaian materi yang dibahas, menyiapkan diri untuk menerima materi
dengan menggunakan metode perupamaan sehingga pikiran siswa akan
terlatih untuk beranalogi agar mendapatkan kesimpulan yang benar dan
Siswa dituntut untuk merangkum materi yang sedang dibahas agar apa
yang telah dipahami tidak lupa kembali.
3. Pendeskripsian mengenai proses evaluasi dalam metode Amṡāl Qur’ānī
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40
Bandung.
Proses evaluasi dalam implementasi metode Amṡāl Qur’ānī pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMPN 40 Bandung
Proses evaluasi dalam pembelajaran ini berorientasi pada evaluasi proses,
kegiatan penutup dalam setiap pembelajarannya untuk mengetahui
ketercapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Evaluasi kelas,
guru mempersilahkan siswa untuk membuat pertanyaan mengenai materi
yang akan dibahas dan guru sebelum menjawab pertanyaan itu
dilemparkan kepada siswa yang lainnya untuk menjawab pertanyaan
rekannya tersebut. Hal ini untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menganalisis soal dan jawaban sehingga mendapatkan pemahaman yang
sama. Evaluasi hasil, guru melakukan evaluasi dengan menyusun tugas
dan pertanyaan untuk mengetahui hasil ketercapaian pemahaman dan
kemampuan analisis siswa.
B. REKOMENDASI
1. Departemen Pendidikan Nasional
Untuk meningkatkan output sekolah yang memiliki akhlaq karīmah untuk
terjun ke masyarakat, penulis menyarankan pihak pemegang kebijakan
untuk memberikan tambahan jam pelajaran PAI dan mengadakan eskul
mengenai Qiro’atul Qur’ān.
2. Kepala Sekolah SMPN 40 Bandung
Tujuan utama dari sekolah adalah menghasilkan para lulusan yang
kompeten guna menghadapi masa depannya, untuk itu peneliti sarankan
kepada Kepala Sekolah untuk memfasilitasi dengan maksimal para
siswanya sehingga dapat tercipta suasana belajar yang kondusif,
representatif, dan inovatif. Dalam hal kualitas pengajar seharusnya dapat
diskusi keagamaan ataupun kegiatan lainnya yang dapat menunjang
pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik.
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini membuktikan bahwa sebuah metode dapat menjadi solusi
atas ketiadaan fasilitas. Bagi para peneliti selanjutnya yang berkecimpung
dalam dunia sekolah, perlu diadakan kembali penelitian dengan metode
yang sama, namun dikaji lebih dalam sehingga dapat mendeskripsikan
pembelajaran dengan menggunakan metode Amṡāl Qur’ānī yang lebih
sempurna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi
DAFTAR PUSTAKA
Alex, (2005). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Alfa.
An Nahlawi, Abdurrahman. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.
Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathoni, A. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamdani, A.S. Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran PAI.
Surabaya : NIZAMIA Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam. Surabaya:
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.
Hamalik, Oemar. (2003). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Bumi Aksara: Jakarta.
Hamalik, Oemar. (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algensindo: Bandung.
Majid, Abdul. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda.
Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Rosda: Bandung.
Moleong, Lexy J. (2010). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda. Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Rosda
Rohaya, (2009). Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Hubungannya dengan
Ibadah Shalat Wajib. Skripsi pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Gunung Djati. Bandung: Tidak diterbitkan.
Romli, U. (2011). Model Pendidikan Tauhid pada Keluarga Pengusaha Religius. Bandung: Tidak Diterbitkan (Skripsi Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam UPI Bandung).
Sagala, Syaiful, (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Pustaka Alfabeta
____________, (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Pustaka Alfabeta
Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
_________(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Suryosubroto, (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta : Jakarta.
Sutikno, M. S. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Suwandi, B. d. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Syahidin.2009. Menulusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.
RIWAYAT HIDUP
Alinda Aimmatul Khairiyah, dilahirkan tanggal 05
Maret 1989 di desa Juntikebon, Kec. Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat. Putri dari pasangan Bapak H. A.H. Budiono. HS. S.Hi dan Ibu Dra. Eliyati. B ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.