• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PROGRAM DIKLAT PENGETAHUAN DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA DI SMKN 4 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PROGRAM DIKLAT PENGETAHUAN DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA DI SMKN 4 BANDUNG."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Pembatasan Masalah ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Anggapan Dasar ... 6

1.7 Hipotesis Penelitian ... 7

1.8 Metode Penelitian ... 8

1.10 Lokasi dan Populasi Penelitian ... 9

1.11 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.1.1. Belajar ... 11

2.1.2. Pembelajaran ... 12

(2)

2.2.3. Peranan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran .... 16

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 19

2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 19

2.3.2. Prinsip dan Teknik-teknik Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT .... 20

2.4. Silabus Materi Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika ... 23

2.5. Kegiatan Belajar Mengajar dan Hasil Belajar ... 26

2.6. Pengaruh Model PBL dengan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Listrik Elektronika (PDLE) ... 29

2.7. Kaitan Model Pembelajaran PBL Terhadap Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Listrik Elektronika (PDLE) ... 30

2.8. Perbedaan Model Problem Based Learning dengan Model Kooperatif Tipe NHT ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional . ... 33

3.2. Metoda Penelitian ... 34

3.3. Variabel dan Langkah Penelitian ... 35

3.4. Data dan Sumber Data Penelitian ... 37

3.4.1. Data Penelitian ... 37

3.4.2. Sumber Data Penelitian ... 37

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

(3)

3.7. Instrumen Penelitian ... 41

3.7.1. Uji Validitas ... 42

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 44

3.7.3. Uji Tingkat Kesukaran ... 45

3.7.4. Uji Daya Pembeda ... 46

3.8. Teknik Analisis Data ... 47

3.8.1. Uji Normalitas Data ... 47

3.8.2. Uji Homogenitas Data ... 49

3.8.3. Uji t ... 50

3.9. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 52

4.1.1. Uji Validiitas Instrumen Penelitian ... 53

4.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 54

4.1.3. Penafsiran Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 55

4.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 56

4.2.1. Data Pretest ... 56

4.2.2. Data Posttest... 58

4.2.3. Data Peningkatan (Gain) ... 59

4.3. Analisis Data ... 60

(4)

4.4. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

4.4.1. Temuan ... 67

4.4.2. Pembahasan Hasil Temuan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang menyelenggarakan proses pendidikan. Pendidikan sangat penting dan mendasar bagi setiap individu baik bagi kepentingan pribadi maupun dalam kedudukannya sebagai warga Negara. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Dalam proses belajar melibatkan berbagai model-model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Model-model tersebut memiliki karakeristik yang berbeda, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri. Salah satu model pembelajaran yang sudah umum kita kenal adalah model Problem Based Learning

(PBL) atau disebut juga model pembelajaran berbasis masalah. Model Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran berdasarkan teori kognitif dimana pengetahuan ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru.

(6)

di Sekolah Menengah Kejuruan untuk mengetahui secara faktual pengaruh yang diberikan oleh model ini terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, salah satu model yang sering digunakan adalah Model Pembelajaran Kooperatif. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi diantara siswa. Interaksi dan komunikasi yang berkualitas ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tipe pembelajaran Kooperatif dalam hal ini adalah Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) adalah suatu tipe pembelajaran dengan berkelompok yang anggota kelompoknya diberi nomor. Menurut Lie (dalam Suci Intansari, 2007: 6), teknik dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dalam tekniknya, diharapkan siswa untuk lebih mempelajari pokok bahasan yang diberikan dan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan, untuk pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

(7)

Tabel 1.1 memperlihatkan hasil belajar siswa pada Mata Diklat Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika, dengan Standar Kompetensi yaitu Membaca dan Mengidentifikasi Komponen Dioda.

Tabel 1.1

Nilai Siswa Kelas 1 Audio Video Semester Genap Tahun Ajaran 2006/2007

Mata Pelajaran Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika Kompetensi Dasar Membaca dan Mengidentifikasi Komponen Dioda

No Nilai Keterangan Frekuensi Persentase

(%)

(Sumber : Dokumen Guru Mata Pelajaran Dasar Elektronika)

Dari kenyataan dan pandangan yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang timbul adalah bagaimana upaya guru untuk memperbaiki/ meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Salah satu solusinya adalah penggunaan cara mengajar yang sesuai dan tepat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang berbentuk eksperimen dengan membandingkan model pembelajaran yang satu dengan yang lainnya. Penelitian yang akan dikaji penulis adalah sebagai berikut :

“PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR

(8)

1.2 Perumusan Masalah

Dalam suatu penelitian terlebih dahulu harus dirumuskan masalah yang diteliti secara jelas agar maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian lebih terarah dan mudah dalam menentukan metode mana yang cocok untuk dapat digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Pendapat tersebut mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:24) yang memandang bahwa: “Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, kemana harus pergi dan dengan apa”.

Dengan demikian, sesuai dengan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan penguasaan (prestasi belajar) antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)?

1.3 Pembatasan Masalah

(9)

1. Bahwa kajian yang akan diteliti dibatasi hanya pada Program diklat Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika (PDLE) dengan kompetensi dasar Mengenal Komponen Elektronika untuk siswa SMK kelas X. Materi pokok yang dipilih adalah Membaca dan Mengidentifikasi Komponen Dioda.

2. Objek penelitian adalah siswa kelas X SMKN 4 Bandung, program keahlian Teknik Audio Video kelas XB sebagai kelas eksperimen dan program keahlian Teknik Audio Video kelas XA sebagai kelas kontrol .

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada program diklat PDLE yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Jurusan Elektronika di SMKN 4 Bandung.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model Problem Based Learning

(PBL).

2. Untuk mengetahui hasil belajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT).

3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan model

(10)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan keaktifan belajar, kreativitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah, pendekatan yang dikembangkan ini dapat diterapkan di sekolah, kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan dapat merekomendasikan kepada guru-guru untuk menggunakan pendekatan ini pada saat pembelajaran.

1.6 Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah suatu titik tolak pemikiran agar tidak terjadi keragu-raguan dalam penelitian yang akan dilakukan. Seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (dalam Zainal Aripin, 2008:6) , sebagai berikut :

“Anggapan dasar atau postulat adalah asumsi yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan pada masalah-masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal, titik mana yang tidak lagi menjadi karagu-raguan.”

Berdasarkan pernyataan di atas tersebut maka hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :

(11)

2. Kemampuan awal siswa pada masing-masing kelas adalah sama.

3. Setiap siswa memiliki potensi yang sama untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

4. Guru telah memahami model Problem Based Learning (PBL) dan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.

1.7 Hipotesis Penelitian

Untuk mengarahkan kegiatan penelitian tehadap masalah yang diteliti, maka disusunlah beberapa hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian.

Suharsimi Arikunto (2006:71), mengemukakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”

Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Hipotesis nol (H0). Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penerapan model Problem Based Learning (PBL) dengan model Kooperatif Tipe NHT sebagai model pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada program diklat Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika di SMKN 4 Bandung.

2. Hipotesis kerja (Ha). Terdapat perbedaan yang berarti antara penerapan model

(12)

1.8 Metode Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode apa yang akan dipakai karena menyangkut langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengarahkan dan sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:10), penelitian dapat ditinjau dari hadirnya variabel. Apabila dilihat dari saat terjadinya, ada variabel masa lalu, masa sekarang, dan masa akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi), adalah penelitian deskriptif (to describe= menggambarkan/ membeberkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang, adalah penelitian eksperimen.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini bermaksud meneliti kemungkinan sebab akibat dengan menunjukkan salah satu kelompok atau lebih, kemudian dibandingkan hasil dari suatu kelompok kepada kelompok yang lain.

(13)

1.9 Lokasi dan Populasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMKN 4 Bandung yang berlokasi di Jl. Kliningan no 6 Telp.(022) 7303736. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah 5 kelas X dengan jumlah siswa 179 orang, yaitu XA , XB, XC, XD dan XE yang mengikuti Program Keahlian Teknik Audio Video tahun ajaran 2009/2010 dengan dua kelas yang akan dipilih sebagai sampel penelitian.

1.10 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, anggapan dasar, hipotesis, metodologi penelitian, lokasi dan populasi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini mengemukakan tentang landasan teoritis yang mendukung dan relevan dengan permasalahan penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini mengemukakan pembahasan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang perbandingan prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT) yang ditinjau dari hasil belajar siswa pada program diklat Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika, kompetensi dasar Mengenal Komponen Elektronika di SMKN 4 Bandung. Adapun hasil perbandingan prestasi belajar menggunakan dua model pembelajaran tersebut adalah:

4.1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen dilakukan sebelum instrumen digunakan dalam pengumpulan data. Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat pengumpul data atau untuk mengetahui tingkat keandalan alat pengumpul data agar diperoleh kesimpulan penelitian yang benar.

(16)

Tahapan selanjutnya adalah melaksanakan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penelitian. Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kevalidan instrumen serta kejelasan makna yang hendak diungkap. Apabila instrumen ini telah memenuhi syarat, maka selanjutnya pengolahan data dapat dilakukan.

Berikut penulis sajikan tahapan-tahapan uji validitas dan reliabilitas :

4.1.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diuji sehingga benar-benar menguji apa yang diuji. Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen yang akan dipergunakan dalam penelitian. Sugiyono (2001:91) menyatakan bahwa “Suatu instrumen dikatakan valid, jika instrumen itu dapat dipergunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur”. Instrumen yang baik akan menghasilkan data yang benar dan penelitian yang bermutu.

(17)

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Instrumen

Nomor

Item Soal Nilai t hitung Interpretasi keterangan

1. 3,366 Valid

(Lampiran C.1 Uji Validitas dan Reliabilitas,)

4.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

(18)

diukurnya”. Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketepatan atau konsistensi tes. Reliabilitas tes berarti bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Hasil uji reliabilitas terhadap instrumen penelitian pada sampel sebanyak 25 siswa dengan taraf kebebasan (dk) = n-2 dan taraf signifikansi 5% maka diperoleh rtabel sebesar (0,396). Sedangkan, hasil perhitungan menunjukkan rhitung (r11) sebesar (0,79). Berdasarkan hasil perhitungan uji realibilitas, maka dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian dinyatakan reliabel, dimana r11 (0,79) > rtabel (0,396). (Perhitungan lebih jelasnya dapat lihat dalam lampiran C.1).

4.1.3. Penafsiran Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda

Uji tingkat kesukaran dan daya pembeda pada 30 item soal instrumen tes hasil belajar Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika, kompetensi dasar Membaca dan Mengidentifikasi Komponen Dioda, yaitu :

Hasil perhitungan tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Uji Tingkat Kesukaran

Sedangkan, hasil perhitungan daya pembeda adalah sebagai berikut : Interpretasi Jumlah

Item Soal Nomor Item Soal

Mudah 6 2,5,7,9,12,17

(19)

Tabel 4.3. Hasil Uji Daya Pembeda

Interpretasi Jumlah

Item Soal Nomor Item Soal

Baik 9 1,3,6,10,11,12,22,23,27 Cukup 12 2,5,7,8,9,13,14,16,17,24,28,29 Jelek 9 4,15,18,19,20,21,25,26,30

Dari hasil uji coba yang dilakukan, dapat disimpulkan secara keseluruhan intrumen tersebut reliabel. Dari 30 item soal intrumen ujicoba, hanya dipilih 20 item soal yang memenuhi syarat uji dan layak untuk digunakan sebagai intrumen penelitian. (Perhitungan lebih jelasnya dapat lihat dalam lampiran C.2).

4.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari pretes dan postes memberikan gambaran kemampuan siswa terhadap program diklat Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika. Berdasarkan data pretes dan postes tersebut maka diperoleh data peningkatan (gain) kemampuan siswa. Deskripsi data pretes, postes dan peningkatan (gain) dilakukan dengan menggunakan bantuan program

Microsoft Excel 2007.

4.2.1. Data Pretes

(20)

Tabel 4.4. Deskripsi Data Pretest Berdasarkan Kelas

Kelas Kontrol Kelas sksperimen

Jumlah Sampel 30 30

Skor minimum 35 30

Skor maksimum 60 55

Rentang (R) 25 25

Rata-rata (x) 48,5 47

Standar deviasi (S) 7,89 7,42

Dari tabel 4.4. dapat dijelaskan bahwa, rata-rata nilai pretest kelas kontrol dari 30 siswa sebesar 48,5 sedangkan kelas eksperimen adalah 47 selisih 1,5. Nilai pretest kelas kontrol berada antara 35 dan 60 dengan standar deviasi 7,89. Sedangkan nilai pretest kelas eksperimen berada antara 30 dan 55 dengan standar deviasi 7,42. (Untuk lebih jelas lagi lihat pada lampiran C.8)

Untuk memperjelas sebaran data nilai pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen, berikut akan disajikan diagram dari nilai pretest kedua kelas.

(21)

4.2.2 Data Posttest

Data posttest memberikan gambaran kemampuan akhir siswa setelah memperoleh materi pelajaran (perlakuan). Data posttest ini diperoleh dari tes tertulis dengan jenis tes dan jumlah soal sama seperti pada pretest. Deskripsi data hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen diperlihatkan pada tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5. Deskripsi Data Posttest Berdasarkan Kelas

Kelas Kontrol Kelas sksperimen

Jumlah Sampel 30 30

Skor minimum 60 55

Skor maksimum 85 90

Rentang (R) 25 35

Rata-rata (x) 73,83 79,93

Standar deviasi (S) 8,14 8,95

Dari tabel 4.5. dapat dijelaskan bahwa, rata-rata nilai posttest kelas kontrol dari 30 siswa sebesar 73,83 sedangkan kelas eksperimen 79,93 selisih 6,1. Nilai posttest kelas kontrol berkisar antara 60 dan 85 dengan standar deviasi 8,14. Sedangkan nilai posttest kelas eksperimen berada antara 55 dan 90 dengan standar deviasi 8,95. (Untuk lebih jelas lagi lihat pada lampiran C.9).

Berikut akan disajikan diagram dari nilai posttest kedua kelas.

(22)

4.2.3 Data Peningkatan (Gain)

Data Peningkatan merupakan data yang diperoleh dari selisih antara hasil posttest dan pretest yang diperoleh siswa. Analisis data selanjutnya akan dilakukan terhadap data peningkatan (gain). Oleh karena itu, pada bagian ini akan disajikan terlebih dahulu tentang data peningkatan (gain) berdasarkan kelas.

Tabel 4.6. Deskripsi Data Peningkatan (Gain) Berdasarkan Kelas

Kelas Kontrol Kelas sksperimen

Jumlah Sampel 30 30

Skor minimum 0,20 0,31

Skor maksimum 0,66 0,80

Rentang (R) 0,46 0,49

Rata-rata (x) 0,47 0,64

Standar deviasi (S) 0,131 0,135

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah siswa yang sama, kedua kelas mengalami rata-rata peningkatan yang berbeda. Untuk kelas kontrol rata-rata peningkatan (gain) 0,47 dengan rata-rata pretest 48,5 dan rata-rata posttest 73,83. Sedangkan kelas eksperimen rata-rata peningkatan (gain) 0,64 dengan rata-rata pretest 47 dan rata-rata posttest 79,93. (Untuk lebih jelas lagi lihat pada lampiran C.8).

(23)

4.3 Analisis Data

4.3.1 Analisis Data Pretest

Pretest dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dari dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Oleh karena itu, pengujian yang dilakukan terhadap hasil pretest adalah pengujian untuk melihat perbedaan kedua rata-rata. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji t. Hal ini dapat dilakukan dengan asumsi data berdistribusi normal dan homogen. Artinya sebelum melakukan uji t, maka harus melalui normalitas dan homogenitas.

1. Uji Normalitas Distribusi Data Pretest

Hasil uji normalitas untuk nilai test awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen terlihat pada tabel 4.7. berikut:

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Pretest

Kelas χ2hitung χ2tabel Tafsiran

Kontrol 2,786 7,815 Normal

Eksperimen 5,443 7,815 Normal

Kelas kontrol

Dari perhitungan untuk pretest pada kelas kontrol, uji normalitas distribusi frekuensi diperoleh harga chi-kuadrat (χ2)hitung = 2,786 sedangkan chi-kuadrat (χ2)tabel = 7,815 dengan dk = 3 pada taraf kepercayaan 95%.

(24)

Kelas eksperimen

Dari perhitungan untuk pretest pada kelas eksperimen, uji normalitas distribusi frekuensi diperoleh harga chi-kuadrat (χ2)hitung = 5,443, sedangkan chi-kuadrat (χ2)tabel = 7,815 dengan dk = 3 pada taraf kepercayaan 95%.

Hal ini menunjukan chi-kuadrat (χ2)hitung < chi-kuadrat (χ2)tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pretest pada kelas eksperimen berdistribusi normal. (Perhitungan lebih jelasnya dapat lihat dalam lampiran C.9).

2. Uji Homogenitas Data Pretest

Analisis berikutnya adalah dengan melakukan uji homogenitas untuk mengetahui populasi varians. Untuk mengetahui apakah data tersebut mempunyai varians yang sama atau berbeda. Hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut ini :

Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Data Pretest

Data Kelas n Varians Fhitung Ftabel

95% Ket.

Pretes Kontrol 30 62,32 1,12 1,892 Fhitung < Ftabel artinya kedua varians homoen Eksperimen 30 55,17

(25)

3. Uji t Data Pretest

Dari uji normalitas dan homogenitas yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan kesimpulan bahwa data pretest dari kedua sampel yaitu kelas kontrol dan kelas ekperimen berdistribusi normal dan berasal dari populasi dengan varians yang sama.

Tahap berikutnya, yaitu dengan melakukan uji t untuk melihat apakah kedua sampel memiliki rata-rata pretest yang sama dengan menguji signifikansi perbedaan rata-rata. Hasil dari perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel 4.9. sebagai berikut :

Tabel 4.9. Hasil Uji t Data Pretest

Kelas sksperimen Kelas Kontrol

Jumlah Sampel (n) 30 30

Standar deviasi (S) 7,42 7,89

Standar deviasi gabungan (Sgabungan)

7,65

Rata-rata (x) 47 48,5

thitung -0,76

ttabel 2,011

(26)

4.3.2 Analisis Data Posttest

Analisis data posttest dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan akhir yang diperoleh siswa setelah pembelajaran. Mengacu pada aturan analisis data pretest, maka untuk analisa data posttest diperoleh sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Distribusi Data Posttest

Hasil uji normalitas untuk data posttest akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat pada tabel 4.10. berikut:

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Posttest

Kelas χ2hitung χ2tabel Tafsiran

Kontrol 3,939 7,815 Normal

Eksperimen 2,795 7,815 Normal

Kelas kontrol

Dari perhitungan untuk data posttest pada kelas kontrol, uji normalitas distribusi frekuensi diperoleh harga chi-kuadrat (χ2)hitung = 3,939 , sedangkan chi-kuadrat (χ2)tabel = 7,815 dengan dk = 3 pada taraf kepercayaan 95%.

Hal ini menunjukan chi-kuadrat (χ2)hitung < chi-kuadrat (χ2)tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data posttest pada kelas kontrol berdistribusi normal.

Kelas eksperimen

(27)

Hal ini menunjukan chi-kuadrat (χ2)hitung < chi-kuadrat (χ2)tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data posttest pada kelas eksperimen berdistribusi normal. (Perhitungan lebih jelasnya dapat lihat dalam lampiran C.10).

2. Uji Homogenitas Data Posttest

Uji homogenitas data posttest untuk mengetahui populasi varians. Untuk mengetahui apakah data tersebut mempunyai varians yang sama atau berbeda. Hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.11. sebagai berikut :

Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

Data Kelas n Varians Fhitung Ftabel = n2-1 pada taraf kepercayaan 95 % maka dari hasil interpolasi diperoleh Ftabel = 1,892. Dimana Fhitung < Ftabel, sehingga dapat diasumsikan bahwa data posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen).

3. Uji t Data Posttest

(28)

Tabel 4.12. Hasil Uji t Data Posttest 2,011. Hal ini menunjukan bahwa t hitung > t tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan atau Ho ditolak.

4.3.3 Analisis Gain

Peningkatan (gain) didapat dari selisih nilai posttest dan nilai pretest. Karena hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah pembelajaran maka hasil belajar yang dimaksud yaitu peningkatan yang dialami siswa. Analisis

gain bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian, yaitu melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

1. Uji Normalitas Distribusi Data Gain

Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas Data Gain

Kelas χ2hitung χ2tabel Tafsiran

Kontrol 4,262 7,815 Normal

(29)

Pada tabel 4.13. di atas terlihat bahwa χ2hitung untuk kelas kontrol = 4,262 dan χ2hitung untuk kelas eksperimen = 6,204. Dengan dk = 3 pada taraf kepercayaan 95% diperoleh χ2tabel = 7,815.

Hal ini menunjukan χ2hitung < χ2tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal. (Perhitungan lebih jelasnya dapat lihat dalam lampiran C.11).

2. Uji Homogenitas Data Gain

Uji homogenitas data gain dilakukan untuk mengetahui populasi varians, yaitu untuk mengetahui apakah data tersebut mempunyai varians yang sama atau berbeda. Hasil perhitungan untuk pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.14. sebagai berikut :

Tabel 4.14. Hasil Uji Homogenitas Data Gain

Data Kelas n Varians Fhitung Ftabel 1 pada taraf kepercayaan 95 % maka dari hasil interpolasi diperoleh Ftabel = 1,892. Dimana Fhitung < Ftabel, sehingga dapat diasumsikan bahwa data gain kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen).

3. Uji t Data Gain

(30)

Tabel 4.15. Hasil Uji t Data Gain

Berdasarkan uji t pada tabel 4.15, menggambarkan bahwa rata-rata gain

kelas eksperimen sebesar 0,64 dan kelas kontrol sebesar 0,47. Didapat thitung sebesar 5,08 dan ttabel(0,975)(58) = 2,011, karena thitung = 5,08 > ttabel(0,975)(58) = 2,011. Sehingga dapat diasumsikan bahwa Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dari pengolahan gain, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada program diklat Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

4.4 Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Temuan

(31)

a. Nilai rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut sebesar 47 dan 48,5. Data nilai pretest kedua kelas itu berdistribusi normal dan homogen (memiliki varians yang sama). Selanjutnya dilakukan uji t dua arah untuk mengetahui kesamaan dua rata-rata terhadap nilai pretest tersebut. Hasilnya didapat nilai thitung = -0,76. Apabila nilai thitung dibandingkan dengan ttabel pada taraf nyata 5% (0,05) dan derajat kebebasan/dk = 58, maka didapat thitung < ttabel (0,975)(58)(2,011). Keputusan yang diambil yaitu H0 diterima artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Secara keseluruhan, nilai rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 79,93 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang sebesar 73,83. Disini dapat disimpulkan kemampuan akhir siswa kelas eksperimen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

c. Rata-rata Gain (peningkatan) berdasarkan kelas, kelas eksperimen sebesar 0,64 dan kelas kontrol sebesar 0,47, selisih sebesar 0,17.

4.4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas yang dibuktikan melalui analisis statistik yang dilakukan dengan perhitungan manual dan dengan bantuan

Microsoft Excel 2007 menunjukan bahwa:

(32)

dibuktikan dengan uji t sampel bebas dua arah untuk melihat perbedaan dua rata-rata. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar -0,76 dan ttabel

(97,5%)(58) diperoleh sebesar 2,011. Ternyata harga t hasil perhitungan terletak antara – ttabel dan ttabel. Oleh karena itu keputusan yang diambil adalah menerima H0 artinya tidak terdapat perbedaaan kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam hal ini sangat memungkinkan karena kedua kelas tersebut belum diberi perlakuan.

2. Setelah proses pembelajaran dilaksanakan dan dengan memberikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk kelas kontrol dan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk kelas eksperimen, kemampuan akhir kedua kelompok mengalami perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 2,77 dan ttabel

(33)

3. Dari analisis data gain dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung sebesar 5,08 sedangkan nilai ttabel (97,5%)(58) sebesar 2,011. Sehingga dapat simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) pada mata diklat Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika, kompetensi dasar Membaca dan Mengidentifikasi Komponen Dioda dalam penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

4. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) lebih baik terhadap peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model Problem Based

Learning (PBL) . Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam model pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT), siswa diberikan kesempatan untuk lebih aktif dalam memperoleh kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga memperoleh pemahaman yang mendalam. Dalam pembelajaran dengan menggunakan Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT) siswa dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah secara berkelompok dan menuntut individu berperan aktif mengemukakan pendapat.

(34)
(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Togethe (NHT) pada program diklat Pengetahuan Dasar Listrik dan Elektronika mengalami peningkatan rata-rata postes terhadap hasil yang dicapai pada pretes. Rata-rata Gain (peningkatan) berdasarkan kelas, kelas eksperimen sebesar 0,64. Hal ini karena pembelajaran Kooperatif memanfaatkan berbagai hal yang dapat dilakukan oleh siswa atau individu dalam mengeluarkan ide atau pendapatnya serta menghargai pendapat dari teman-temannya meskipun berbeda latar belakang.

2. Sedangkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) pada program diklat Pengetahuan Dasar

(36)

3. Meskipun terdapat beberapa kelemahan dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas dalam penggunaan suatu model pembelajaran seperti, bakat dan minat siswa, mutu pelajaran, kesanggupan siswa, ketekunan siswa, waktu dan jumlah siswa. Tetapi bila melihat perbandingan peningkatan yang dialami oleh kedua kelas, maka terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kedua kelas tersebut, dan dengan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

Together (NHT) lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL).

5.2. Saran

1. Perubahan paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa merupakan salah satu usaha dalam meningkatan kualitas pendidikan yang lebih baik, diantaranya dengan pengembangan model pembelajaran. Sehingga, guru dan pengembang kurikulum SMK dapat menggunakan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)dan Model Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu metode alternatif pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari pembelajaran yang sering digunakan (konvensional) dalam meningkatkan hasil belajar siswa .

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada penelitian ini memang lebih baik dari Model Pembelajaran Problem Based

(37)

hal-hal yang dapat mendukung terselenggaranya model pembelajaran, seperti waktu, tempat, jumlah siswa, maupun sistuasi dan materi apa yang akan di ajarkan atau cocok dengan model pembelajaran itu.

3. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang manggunakan subjek penelitian yang terbatas dan dalam pokok bahasan tertentu, oleh sebab itu alangkah baiknya bagi yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut, menggunakan subjek penelitian yang lebih banyak dan mencakup pokok bahasan yang lebih luas.

(38)

75

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Aripin, Zainal. (2009). Perbandingan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Model Pembelajaran Ekpositori Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa pada Program diklat Teori dasar Elektronika di BPTP Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI. Bandung : tidak diterbitkan. Clark, Donald. (2000). Learning Domain or Bloom’s Taxonomy. [Online]. Tersedia:

http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html [17 Juni 2005]

Dahar. (1996). Teori-Teori Balajar. Jakarta : Erlangga

Hamalik, Oemar (2001). Kurikulum Pembelajaran. Bandung: Tim Penerbit Universitas Pendidikan Indonesia.

Ibrahim, M, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press.

Intansari, Suci. (2007). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatf Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ismail (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction): Apa, Bagaimana, dan Contoh Pada SubPokok Bahasan Statistik. Proceeding National Science Education Seminar State University of Malang.

Jogiyanto, H.M. (2006). Filosofi, Pendekatan, dan Penerapan Pembelajaran metode Kasus. Jakarta: Andi.

Kusmiyanti, Neneng. (2003). Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam Upaya Meningkatkan Kemempuan Berpikir Kritis. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

(39)

76

Nurmala, Irma. (2008). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dengan Pendekatan Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika.(outline). Tersedia: www.Indoskripsi.com

Nursari, E. (2004) Efektivitas Strategi Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) dalam Pembelajaran Sub Konsep Pencemaran Tumbuhan pada Siswa SMU Negeri 22. Bandung. Skripsi : tidak diterbitkan.

Ratnaningsih, N. (2003) Mengembangkan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) melalui pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada PPS UPI : tidak diterbitkan.

S. Nasution. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, Prenada Media Grup.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudibyo, Elok. 2002. Beberapa Model Pengajaran dan Strategi Belajar dalam Pembelajaran Fisika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Soekamto, Toeti. (1992). Prinsip-Prinsip Pembelajaran. (Outline). Tersedia: http:/ www.ut.ac.id/ol.supp/fkip/pgsm3803/trans.html

Sudjana. (1992). Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda Karya.

Sudjana, N dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Surakhmad, W. (1990) Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito.

Gambar

Tabel 1.1 Nilai Siswa Kelas 1 Audio Video
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Instrumen
Tabel 4.2. Hasil Uji Tingkat Kesukaran
Tabel 4.3. Hasil Uji Daya Pembeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi bimbingan belajar, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang berkaitan dengan cara belajar

1) Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan ibadah serta akhlakul karimah menjadi pedoman hidup. 2) Menumbuhkembangkan nilai sosial dan budaya bangsa

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian yang dilakukan disini adalah penilaian aktivitas dan hasil belajar. Untuk aktivitas, penilaian yang

Hasil uji mununjukkan bahwa kolom yang diperkuat wire rope saja dan kombinasi wire rope dan satu lapis wire mesh tidak memberikan banyak peningkatan kekuatan

DAMPAK KONVERSI KOMODITAS TEH MENJADI KELAPA SAWIT TERHADAP PENDAPATAN.. BURUH TANI DAN LINGKUNGAN Studi Kasus

Penulis melakukan analisa produk yang lebih banyak diproduksi dalam perusahaan tersebut dengan menggunakan klasifikasi ABC, kemudian melakukan peramalan terhadap data hisotri

Komite audit beranggotakan dewan komisaris independen yang terlepas dari kegiatan manajemen sehari-hari dan bertanggung jawab membantu dewan komisaris untuk memenuhi

Women Roles on Climate Change Adaptation through Agroforestry in West Lampung District, Indonesia0. Conference Paper ·