KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR SECARA GEOGRAFIS
DI SMA KOTA BANDUNG
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Program Studi Pendidikan Geografi Pasca Sarjana
Oleh :
Indra Chepy Riansyah, S.Pd
1005969
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH PASCA SARJANA (SPS)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kontribusi
Motivasi Belajar dan Kreativitas Peserta Didik Terhadap Kemampuan Berpikir
Secara Geografis di SMA kota Bandung” ini beserta seluruh isinya adalah benar
-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini”.
Bandung, 30 Januari 2013
Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Hakikatnya manusia sudah mempelajari tentang ruang di permukaan bumi sejak usia dini, hanya pengetahuan yang didapat masih sederhana. Pada pembelajaran geografi sangatlah penting adanya kreativitas dan motivasi belajar peserta didik pada saat proses kegiatan belajar di kelas. Pengatahuan geografis bagi peserta didik merupakan bagian dari proses pembelajaran geografi di berbagai tingkatan dasar pendidikan. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang kontribusi motivasi belajar dan kreativitas terhadap kemampuan berpikir secara geografis peserta didik SMA negeri di Kota Bandung, secara khususnya penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi kontribusi motivasi belajar terhadap kemampuan berpikir secara geografis peserta didik di SMA Kota Bandung. (2) Mengidentifikasi kontribusi kreativitas peserta didik terhadap kemampuan berpikir secara geografis peserta didik di SMA Kota Bandung. (3) Mengidentifikasi kontribusi motivasi belajar dan kreativitas peserta didik terhadap kemampuan berpikir secara geografis di SMA Kota Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPS seluruh SMA Negeri dan Swasta dengan sejumlah 134 SMA. Jumlah sampel sebanyak 98 peserta didik dan 37 SMA Negeri dan 61 SMA Swasta, teknik untuk pengambilan sampel wilayah dengan cara teknik sampel gugus bertahap. angka koefisien reliabilitas instrumen pengukuran motivasi belajar pesertadidik sebesar 0,896, koefesien reliabilitas instrumen pengukuran kreativitas pesertadidik sebesar 0,912, koefesien reliabilitas berpikir geografis sebesar 0,924, menunjukan instrumen reliabilitas sangat tinggi.
Hasil penelitian diperoleh kontribusi motivasi belajar terhadap kemampuan berpikir secara geografis berdasarkan hasil hitung dalam penelitian menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi 0,660 berarti dapat diinterpretasikan rendah. Kreativitas peserta didik dan kemampuan berpikir secara geografis peserta didik SMA kota Bandung, dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi 0,565 berarti dapat diinterpretasikan bahwa tingkat hubungan antara kreativitas peserta didik dengan kemampuan berpikir geografis peserta didik cukup rendah. motivasi belajar (X1) dan kreativitas peserta didik (X2) terhadap kemampuan berpikir secara geografis (Y) peserta didik SMA kota Bandung, dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi 0,570 berati dapat diinterpretasikan bahwa tingkat hubungan antara motivasi belajar dengan kreativitas peserta didik cukup rendah. Penelitian ini mendeskripsikan bahwa kemampuan berpikir geografis sangat kurang sekali, ini dikarenakan pembelajaran geografi masih pada tingkatan koginif yang rendah. Penelitian ini mendeskripsikan bahwa kemampuan berpikir geografis sangat kurang sekali, ini dikarenakan pembelajaran geografi masih pada tingkatan koginif yang rendah, padahal peran pendidikan geografi dalam pendidikan formal seharusnya lebih mengasah kemampuan berpikir secara geografis peserta didik agar menjadi bekal untuk kehidupannya kelak atau langsung dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
ABSTRACK
Human nature is to learn about the space in the earth's surface from an early age, only the knowledge gained is still modest. In the study of geography is essential the creativity and motivation of learners in the process of learning in the classroom. Geographic pengatahuan for students is part of the learning process geography at various levels of basic education. In general, this study aims to examine the contributions of learning motivation and creativity on the ability of students to think geographically high school in Bandung, in particular the study aims to: (1) Identify the contribution of motivation to learn the ability to think geographically in high school students Bandung. (2) Identify the contribution of creativity to the ability of students to think geographically high school students in the city of Bandung. (3) Identify contributions motivation and creativity of the students the ability to think geographically in high school in Bandung.
The method used is the method of survey, population in this study was a class XI student throughout high school social studies with a number of public and private high school 134. Total sample of 98 students and 37 high schools and 61 private high schools, techniques for sampling the region by way of gradual cluster sampling technique. reliability coefficient measurement instruments pesertadidik motivation of 0.896, coefficient of reliability of measurement instruments pesertadidik 0.912 creativity, reliability coefficients of 0.924 to think geographically, showing very high reliability instrument.
The results obtained contribute motivation to learn the ability to think geographically based on the results of the research show that the count value of 0.660 means that the correlation coefficient can be interpreted low. Creativity and the ability of students to think geographically Bandung city high school students, it can be seen that the value of the correlation coefficient 0.565 means that it can be interpreted that the relationship between the creativity of learners with students' ability to think geographically quite low. motivation to learn (X1) and the creativity of learners (X2) on the ability to think geographically (Y) Bandung city high school students, it can be seen that the value of the correlation coefficient 0.570 means it can be interpreted that the relationship between learning motivation and creativity of students is quite low. This study describes the ability to think geographically very less time, is due to learning geography is still at a low level koginif. This study describes the ability to think geographically very less time, is due to learning geography is still at a low level koginif, whereas the role of geography education in formal education should be more geographically thinking skills of students to be equipped for later life or directly applicable to life everyday.
DAFTAR ISI
3. Motivasi Belajar pada pelajaran geografi...
B. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas...
2. Kreativitas Belajar...
3. Kreativitas peserta didik pada pemebelajaran geografi...
C. Kemampuan Berpikir Secara Geografis
1. Pengertian Kemampuan Berpikir Secara Geografis...
2. Kemampuan Berpikir Secara Geografis Peserta Didik...
D. Kontribusi Motivasi Belajar dan Kreativitas Peserta Didik Terhadap
Kemampuan Berpikir Secara Geografis di SMA Kota Bandung...
E. Asumsi... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Teknik Analisi Data
1. Uji Normalitas Data...
2. Uji Homogenitas Data...
3. Uji Linieritas Regresi...
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Motivasi Belajar Peserta Didik
a) Motivasi Belajar Terhadap Adanya Hasrat dan
Keinginan Berhasil...
b) Motivasi Belajar Terhadap Adanya Dorongan dan
Kebutuhan Belajar...
c) Motivasi Belajar Terhadap Adanya Harapan
Dan Cita-Cita Masa Depan...
d) Motivasi Belajar Terhadap Adanya Penghargaan
Halaman
e) Motivasi Belajar Terhadap Adanya Kegiatan yang Menarik
Dalam Belajar...
f) Motivasi Belajar Terhadap Adanya Lingkungan Belajar Yang
Kondusif, Sehingga Memungkinkan Seseorang Peserta Didik
Dapat Belajar Dengan Baik...
2. Deskripsi Kreativitas Peserta Didik
a) Kreativitas Terhadap Keunikan Individu Peserta Didik Dalam
Pikiran Dan Ungkapannya...
b) Kreativitas Peserta Didik Terhadap Kelancaran, Fleksibilitas
dan Orisinalitas Dalam Berpikir...
c) Kreativitas Peserta Didik Terhadap Situasi Kehidupan
Dan Lingkungan Sosial yang Memberi Kemudahan Dan
Dorongan untuk Menampilkan Tindakan Kreatif...
d) Kreativitas Peserta Didik Terhadap Kemampuan Dalam
Menghasilkan Karya Yang Baru Dan Orisinil Dan Bermakna
Bagi Individu Dan Lingkungan...
3. Deskripsi Kemampuan Bepikir Secara Geografis Peserta Didik
a) Kemampuan Peserta Didik dalam Mengungkap
Pertanyaan Geografis...
b) Kemampuan Peserta Didik dalam Memperoleh
Informasi Geografis...
c) Kemampuan Peserta Didik dalam Menjelajahi
Data Geografis...
d) Kemampuan Peserta Didik dalam Menganalisis
Informasi Geografis...
e) Kemampuan Peserta Didik dalam Mengambil Keputusan
Halaman
C. Uji Hipotesis
1. Hubungan antara Motivasi Belajar (X1) dengan Kemampuan
Berpikir Secara Geografis (Y)...
2. Hubungan Antara Kreativitas Peserta Didik (X2) dengan
Kemampuan Berpikir Secara Geografis (Y)...
3. Hubungan Antara Motivasi Belajar (X1) dan Kreativitas
peserta didik (X2) terhadap kemampuan berpikir secara
geografis (Y)...
D. Hasil Pembahsan...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
RIWAYAT HIDUP...
102
104
106
107
113
116
117
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penekanan pada pembentukan karakter peserta didik pada pembelajaran
geografi merupakan kewajiban yang harus diemban oleh setiap guru dalam
menyampaikan materi pokok bahasan yang akan disampaikan. Pada
pemebalajaran geografi sangat banyak sekali karakter yang dapat diterapkan,
dianataranya adalah rasa cinta tanah air, toleransi, disiplin dan lain-lain.
Pembentukan karakter tersebut dapat terarahkan lebih jelas jika pembelajaran
tersebut mampu meningkatkan kognitif tingkat tinggi. Kemampuan berpikir
secara geografis dapat diperoleh dari pendidikan formal dan informal,
pembelajarn geografi merupakan salah satu yang sangat berperan penting untuk
meningkatkan kemampuan berpikir secara geografis dalam pendidikan formal.
Pendidikan formal diadakan oleh pemerintahan sebagai upaya sadar dalam
meningkatkan sumber daya manausia yang berkualitas, tentu saja yang menjadi
salah satu tuntutan guru untuk dapat meningkatkan kualitas peserta didik yang
mampu mengelola sumber daya alam di Indonesia.
Gambaran nyatanya pendidikan geografi pada pendidikan formal di
berbagai tingkatan dasar perlu dibentuk lebih baik agar pendidikan geografi
sebagai ilmu pengetahuan dapat berperan dan memberikan manfaat bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki
Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mampu menunjang
kebutuhan peserta didik dalam meningkatkan pemahaman tenatng
fenomena-fenomena keruangan khususnya pada lapisan geosfer. Hal ini menjadi tantangan
bagi pendidikan geografi untuk membentuk peserta didik yang memiliki potensi
dalam mengenal ragam budaya dan sumber daya alam. Pendidikan geografi saat
ini hanya menekankan pada ketercapai kurikulum yang belum memadalami akan
pengetahuan kondisi geografis Indonesia. Pembelajaran geografi di Indonesia itu
sendiri lebih memperkuat pada pengetahuan ilmu bantu geografi dan pemahaman
fenomena geosfer secara global saja, sehingga pada tingkatan pendidikan dasar
atau umum peran pembelajaran geografi belum begitu bermanfaat secara langsung
pada peserta didik. Seharusnya pembelajaran geografi diawali dengan pengenalan
lingkungan sekitar peserta didik itu sendiri sehingga mampu memahami
permasalahan-permasalahan yang berkembang.
Manusia memilki kemampuan untuk mengenali lingkungannya dengan
dasar sebagai upaya beradapatasi untuk mempertahankan kehidupannya, hal ini
membutuhkan waktu cukup lama agar mampu bertahan dengan kondisi
lingkungan yang memiliki permasalahan yang komplek. Peran pendidikan
geografi sebagai dasar ilmu yang memfokuskan pada aspek spatial, haruslah
memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan peserta didik saat menghadapi
permasalahan keruangan di lingkungannya sendiri. Tuntutan pengetahuan
geografis tentang Indonesia menjadi acuan dasar utama dalam pembelajaran
Pada pembelajaran geografi memilki beberapa ilmu bantu yang berasal
dari ilmu sosial dan ilmu fisik, tetapi ini bukan dijadikan sebagai objek utama
yang harus dipelajari dan dipahami oleh peserta didik yang dapat membuat tujuan
pembelajaran geografi menjadi tidak bermakna. Pembelajaran geografi
berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir secara geografis pada
peserta didik yang sudah dimilki secara alami. Kemampuan ini sudah
disampaikan sebelumnya bahwa manusia itu sendiri haruslah mampu beradaptasi
dengan lingkungannya sendiri. Contoh kecil kemampuan berpikir secara geografis
yaitu ketika seorang anak kecil mempelajari tentang pemangfaatan ruang di dalam
rumahnya, misalnya kamar tidur, kamar mandi, dapur dan berbagai ruang di
rumanya sendiri ataupun sesorang yang berkendara berusaha berpikir agar mampu
menghindari kemacetan. Fielding (1977:5) mengatakan “ Geography is a social science ” lalu Fielding melanjutkan “ Traditionally, both physical and human processes were studied. This text emphasized human processes; physical elements will only be considered in terms o man perception and use of theses element ”.
Karena itu, geografi sebagai bagian dari ilmu sosial dan IPS, bertujuan untuk
melatih peserta didik agar berfikir sistematis, kritis, bersikap dan bertindak,
sehingga mampu beradaptasi dengan kehidupan di masyarakat, serta mampu
memecahkan masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Pendidikan geografi
memberikan manfaat bagi peserta didik untuk dapat mengetahui fakta-fakta
geografis, fakta geografis merupakan suatu fakta yang berhubungan dengan alam
atau pun manusia yang dapat dipetakan, dalam artian bahwa hal tersebut
Hal ini disampaikan juga oleh Daldjoeni (1978 : 13) menyatakan bahwa :
“Kebanyakan fakta geografis itu atau kelompok fakta geografis bertalian dengan
letak, iklim, daratan, perairan, bentuk permukaan, tanah, tetumbuhan, hewan serta
manusia dengan segenap kegiatan yang bercorak ekonomis, politis, sosial dan
budayani dalam masyarakat yang teroganisasikan.” Pernyataan tersebut sangat
jelas sekali bahwa pendidikan geografi harusnya lebih menonjol tentang
pengetahuan-pengetahuan tentang fakta geografis yang dapat meningkat
kemampuan berpikir secara geografis dan bermanfaat untuk peserta didik dalam
mengelola atau mengambil keputusan yang berhubungan dengan keruangan. Jika
kita lebih memperhatikan makna dari fakta geografis tersebut, pembelajaran
geografi lebih mengacu pada lokasi, tempat, hubungan interaksi manusia,
mobilitas penduduk, dan region.
Pembelajaran geografi dengan pendekatan fakta geografis tersebut akan
lebih jelas terhadap tujuan dari pendidikan geografi. Kenyataan di lapangan
pembelajaran geografi lebih diarahkan pada pengetahuan tentang atmosfer,
hidrosfer, litosfer, antrofosfer, dan biosfer yang diberikan secara terpisah-pisah,
sehingga peserta didik kesulitan dalam menguhubungkan
pengetahuan-pengetahuan tersebut yang berdampak pada pembelajaran kognitif yang rendah.
Pendidikan geografi yang begitu penting ini memiliki banyak kendala dalam
praktek di persekolahan. Kadangkala pembelajaran geografi dianggap tidak
Menurut Maryani (2007:1105) ada beberapa faktor yang menyebabkan
tidak menariknya pembelajaran geografi :
1. Pelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai, dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya.
2. Ilmu geografi seringkali dikaitkan ilmu yang hanya pembuatan peta;
3. Geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan-perjalanan manusia dipermukaan bumi.
4. Proses pembelajaran geografi cenderung bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir.
5. Kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.
Pembelajaran geografi saat ini dinilai oleh peserta didik sebagai pembelajaran
yang membosankan dan banyak yang harus dihapalkan, apalagi pada saat
mempelajari tentang negara-negara. Pembelajaran geografi yang kurang bermakna
tersebut membuat motivasi peserta didik menurun dan tidak memunculkan
kreativitas pada peserta didik, padahal dalam mengelola keruangan diperlukan
pengetahuan geografis dengan tingkat kreativitas yang cukup baik, agar
pengelolaan keruangan dapat tertata dengan baik.
Berpikir secara geografis didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mempelajari, merenungkan, mencapai kesimpulan dan menerapkan ide-ide untuk
topik dan persoalan dalam cara yang khusus untuk permasalahan geografi. Dalam
pembelajaran geografi, peserta didik diharapkan mampu memanfaatkan,
mengelola ruang/lingkungan dengan bijaksana. Untuk itu dalam pembelajaran
Pada kurikulum 2004 pembelajaran geografi memilki fungsi yang sangat
luar biasa yaitu memperkenalkan tetang pengetahuan geografis Indonesia yang
akan berdampak pada peserta didik menjadi masyarakat yang mencintai tanah
airnya dan mampu mengelola sumber daya alam yang dimilki Indonesia. Hal ini
dapat kita lihat pada kurimulum SMA 2004 di bawah ini :
1. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan
proses yang berkaitan.
2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan
informasi, mengkomunikasikan dan menrapkan pengtahuan
geografi
3. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap
lingkungan dan sumber daya serta toleransi terhadap keragaman
budaya masyarakat.
Berdasarkan fungsi dari pembelajaran geografi yang berada pada kurikulum
tersebut menunjukan bahwa pembelajaran geografi lebih terfokus pada
pengetahuan tentang keruangan yang memang seharus diterapkan pada peserta
didik di sekolah. Pembelajaran geografi yang merujuk pada kemampuan berpkir
secara geografis akan lebih sesuai dengan fungsi dari pembelajaran geografi
tersebut, hal ini dikarenakan pada kemampuan berpikir secara geografis peserta
didik harus memilki kemampuan untuk mengungkap pertanyaan geografis,
memperoleh informasi geografis, menjelajahi data geografis, menganalisis
informasi geografis, mengambil keputusan/tindakan berdasarkan pengetahuan
Pembelajaran geografi di SMA kota Bandung yang berkembang saat ini
tidaklah begitu sesuai dengan fungsi dari pembelajaran geografi yang sudah
ditentukan oleh kurikulum SMA tahun 2004 dan dirumuskan oleh para ahli
pendidikan geografi di Indonesia. Kejanggalan ini terlihat dari wawasan peserta
didik yang sudah memepelajari pelajaran geografi, peserta didik beranggapan
bahwa pelajaran geografi merupkan pelajaran hafalan tentang membuat peta,
terbentuknya bumi, lapisan atmosfer, tipe-tipe iklim, lapisan kulit bumi, siklus
hidrologi, jenis tanah, proses pembentukan tanah, gerak air laut dan lainnya yang
bersifat pengetahuan ilmu bantu tetapi sangat sedikit sekali yang menjelakan
pengaruhnya terhadap manusia. Seharusnya pembelajaran geografi dapat
menghubungakan keterkaitan antara gejala alam dengan manusia, terutama yang
terjadi pada kondisi geografis di Indonesia. Pembelajaran geografi di SMA kota
Bandung bukan pelajaran yang difavouritkan oleh peserta didik, ketidak
ketertarikan ini disebabakan dari faktor yang sudah disebutkan sebelumnya.
Permasalah atau isu-isu yang berkembang di kota Bandung saat ini
seharusnya dapat di aplikasikan pada pembelajaran geografi di SMA kota
Banudung, permasalahan lingkungan yang berimbas pada manusia seperti
dianataranya adalah banjir, longsor, gempa dan lainnya yang dapat
dikembangkang menjadi pembelajaran geografi. Pada dasarnya jika penerapan
isu-isu lokal tersebut dikembangkan pada pembelajaran geografi dengan
mengarahkan peserta didik pada kemampuan berpikir geografis, tentu saja ini
akan lebih bermakna dan bermanfaat bagi pengetahuan peserta didik sebagai
Kemampuan berpikir secara geografis pada pembelajaran geografi dapat
memberikan jawaban dan solusi atau ide-ide yang dihasilkan oleh peserta didik
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan keruangan yang berada di kota
Bandung. Kemampuan berpikir secara geografis akan sesuai dengan alasan
mengapa pembelajaran geografi harus dipelajari oleh peserta didik. Menurut
Maryani (2009 :14) ada empat alasan mengapa setiap orang perlu mempelajari
geografi :
a. Alasan Eksitensi : semua mahluk hidup termasuk didalamnya manusia hidup dalam satu planet biru yang kecil yaitu bumi. Manusia perlu memahami rumah di mana mereka hidup dan tinggal, geografi dapat memberikan pemahaman di mana mereka, bamainan bumi itu, dengan segala keterbatasannya.
b. Alasana Etika : samapai saat ini atau sejauh yang kita ketahui, bumilah satu-satunya planet tempat manusia dapat hidup. Bumi adalah planet yang mudah rusak, demikian pula kehidupan manusia tidaklah abadi. Geografi memberikan pengetahuan tentang bumi, baik secara fisik/alami maupun kehidupan yang ada di dalamnya. Manusia dan alam mempunyai saling ketergantungan membentuk suatu system. Pengetahuan-pengetahuan itu menjadi dasar untuk mengembangkan minat dan etika bagaimana bumi/alam/lingkungan harus dimanfaatkan.
c. Alasan Intelektual : geografi mengembangkan imaginasi dan keteampilan berfikir. Keunikan dan keragamn muka bumi baik secara fisik maupun kehidupannya mendorong rasa ingin tahu, mengembangkan penemuan dan penelitian. Pemahaman tentang tempat-tempat di berbagai permukaan bumi dengan segala aspek kehidupannya dapat mengikis kepicikan dan etnosentrisme. Dengan mengamati berbagai keragaman, keunikan, kesamaan, tampat dapat mengembangkan kecerdasan manusia dalam berprilaku dalam ruang/tempat, sehingga dapat mengambil suatu keputusan secara bijak.
Sesuai dengan alasan yang di diungkapkan sebelumnya, bahwa
pembelajaran geografi menjadi sangatlah penting untuk dipelajari oleh setiap
peserta didik. Alasan tersebut merupakan dasar bagi peserta didik dalam
memahami aspek keruangan dan permasalahannya terutama kondisi geografis
Indonesia. Selain itu ilmu geografi menjadi alasan penting untuk di pelajari di
berbagai tingkatan pendidikan, hanya kenyataannya tidak sesuai dengan yang ada
di sekolah terutama di SMA kota Bandung yang menunjukan bahwa pembelajaran
geografi membosankan.
Pembelajaran geografi yang tidak memerlihatkan bentuk
penyelesaian-penyelesaian masalah di muka bumi ini, membuat pembelajaran tidak terlalu
menarik bagi peserta didik. Bentuk ketidak tertarikan peserta didik pada
pembelajaran geografi akan mempengaruhi motivasi peserta didik untuk belajar
geografi, hal ini dapat dibuktikan dengan penyampain oleh peserta didik bahwa
pelajaran geografi adalah pelajaran yang membosankan dan bikin ngantuk.
Padahal motivasi belajar merupakan suatu dorongan dari peserta didik itu sendiri
untuk dapat belajar. Walaupun penilain objektif dari peserta didik pada pelajaran
geografi mendapakan nilai yang maksimal tetapi mereka merasa bahwa pelajaran
geografi hanyalah bentuk hafalan saja. Jadi walaupun mereka hafal tentang
atmosfer, hidrosfer, litosfer, antrofosfer, biosfer dan cara membuat peta mereka
kurang memahami atau tidak sama sekali tentang permasalahan yang terjadi
ataupun yang akan muncul pada aspek keruangan di lingkangan sekitarnya. Peran
motivasi sangatlah besar, jika rasa dorongan ingin belajar peserta didik tinggi
Permasalah keruangan di kota Bandung dibutuhkan adanya ide-ide yang
baru untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ide-ide tersebut adanya pada
kreativitas peserta didik, maka jika peserta didik memilki kreativitas yang baik
kemampuan berpikir secara geografis pun akan semakin tinggi. Dengan
kemampuan berpikir secara geografis yang tinggi bakal menumbuhkan kesadaran
terhadap lingkungan terutama rasa cinta tanah air karena peserta didik memilki
wawasan geografis Indonesia yang memilki banyak sekali sumber daya alamnya.
Dalam kretivitas terdapat adanaya person, press, proses dan product, ini sangalah
cocok dengan kemampuan berpikir secara geografis pada bagian terakhir yaitu,
act upon geographic knowledge bertindak dengan pengetahuan geografisnya.
Permasalah yang muncul tersebut maka penulis menganggap penting
untuk dijadikan bahan penelitian, permasalah yang dijelaskan sebelumnya
memberikan penjelasankan bahwa pembelajaran geografi di SMA kota Bandung
tidak memeberikan tantangan untuk menjawab isu-isu permasalahan keruangan
yang dikarenakan kurangnya kemampuan berpikir secara geografis pada peserta
didik. Kurangnya kemampuan berpikir secara geografis tersebut juga dipengaruhi
oleh motivasi belajar yang rendah dan mempengaruhi terhadap kreativitas peserta
didik untuk dapat memahami juga memberikan solusi atau jawaban terhadapa
permasalah keruangan di kota Bandung. Untuk itu penulis mengangkan judul
pada penelitian ini yaitu :
“Kontribusi Motivasi Belajar dan Kreativitas Peserta Didik terhadap
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kurikulum 2004 Geografi merupakan ilmu untuk menunjang
kehidupan dalam segala perwujudan makna: hidup sepanjang hayat, dan
dorongan peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan
manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang
menekankan pada aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia
memahami karakteristik dunianya dan tempat hidupnya. Pada pembelajaran
geografi peserta didik untuk lebih kreatif dan termotivasi belajarnya agar dapat
meningkatkan kemampuan berpikir geografisnya. Peserta didik yang termotivasi
dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat,
dibandingkan dengan peserta didik yang kurang termotivasi dalam belajar.
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, dirumuskan pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apakah motivasi belajar dapat memberikan kontribusi terhadap
kemampuan berpikir secara geografis peserta didik di SMA Kota
Bandung ?
2. Apakah kreativitas dapat memberikan kontribusi terhadap kemampuan
berpikir secara geografis peserta didik di SMA Kota Bandung ?
3. Apakah motivasi belajar dan kreativitas dapat memberikan kontribusi
terhadap kemapuan berpikir secara geografis peserta didik di SMA
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang kontribusi
motivasi belajar siswa dan kreativitas terhadap kemampuan berpikir secara
geografis peserta didik SMA negeri di Kota Bandung, secara khususnya penelitian
ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi kontribusi motivasi belajar terhadap kemampuan berpikir
secara geografi peserta didik di SMA Kota Bandung.
2. Mengidentifikasi kontribusi kreativitas peserta didik terhadap kemampuan
berpikir secara geografi peserta didik di SMA Kota Bandung.
3. Mengidentifikasi kontribusi motivasi belajar dan kreativitas peserta didik
terhadap kemampuan berpikir secara geografis di SMA Kota Bandung.
D. Manfaat penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua
pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis
maupun secara teoritis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat diantaranya adalah :
1. Memberikan penjelasan mengenai motivasi belajar peserta didik pada
pembelajara geografi di SMA Kota Bandung.
2. Memberikan penjelasan mengenai kreativitas peserta didik pada
pembelajaran geografi di SMA Kota Bandung.
3. Memberikan penjelasan mengenai kemampuan berpikir secara geografis
4. Menemukan konsep-konsep baru sebagai bahan masukan dalam
pembuatan atau perumusan kurikulum Pendidikan Geografi yang lebih
signifikan terhadap tujuan pendidikan nasional.
Secara praktis, adapun peneliti mengharapkan penelitian dapat
memberikan kontribusi kepada:
1. Satuan pendidikan : dapat memberikan fasilitas dan media pembelajaran
kepada guru dan peserta didik agar dapat meningkatkan pembelajaran
geografi khusus terhadap kemampuan berpikir secara geografis peserta
didik.
2. Pemerintahan, sebagai pembuat kebijakan di bidang pendidikan,
diharapakan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintahan
dalam menentukan kebijakan di bidang pendidikan, khusus untuk
meningkatkan eksistensi pembelajaran geografi.
E. Definisi operasional
1. Hakikatnya motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Adapun indikator motivasi belajar, sebagaimana
dirinci Uno (2011:23), dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta
didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu;
maka tujuan yang dikehendaki oleh peserta didik tercapai.
2. Menurut komite penasehat nasional bidang pendidikan kreatif dan
pendidikan budaya yang diterjemahkan oleh Craff
(2005:291),”Menggmbarkan kreativitas sebagai bentuk aktivitas
imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat original,
murni, asli dan memiliki nilai” berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kreativitas belajar adalah suatu kondisi, sikap,
kemampuan dan proses perubahan tingkah laku seseorang untuk
menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan masalah yang
lebih efesien dan unik dalam proses belajar.
3. Berpikir secara geografis didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mempelajari, merenungkan, mencapai kesimpulan dan menerapkan
ide-ide untuk topik dan persoalan dalam cara yang khusus untuk
permasalahan geografi. pengertian yang diuraikan tersebut diungkapkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei karena
pengambilan data dengan cara mengumpulkan informasi dari sampel peserta didik
berdasarkan pengetahuan, sikap, dan pengalamannya sesuai dengan tujuan
penelitian. Menurut Singarimbun (1992:1) bahwa penelitian survey adalah
“penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner dan test sebagai alat pengumpulan data pokok”. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan tes. Setelah data diperoleh
kemudian diolah secara statistik kemudian hasilnya dijelaskan secara deskriptif
dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis. Menurut
tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Hal
tersebut oleh Sugiono (2009:11) bahwa penelitian asosiatif ialah menyatakan
penelitian yang mencari hubungan anatar satu atau beberapa variabel dengan
variabel lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian
kuantitatif menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam mencari data dari
populasi dan sampel, karena hasil dari penelitian ini yang berupa angka-angka
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 115) “ Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi ”.
sedangkan menurut Tika (1997:32) “populasi adalah himpunan individu atau
objek terbatas adalah himpunan individu atau objek yang dapat diketahui atau
diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya. Sedangkan himpunan individu atau
objek tidak terbatas adalah himpunan individu atau objek yang sulit diketahui
jumlahnya walaupun batas wilayahnya kita ketahui”. Populasi dalam penelitian ini
adalah peserta didik kelas XI IPS seluruh SMA Negeri dan Swasta. Asumsi
peneliti dalam menentukan populasi tersebut dikarenakan Kelas XI IPS sudah
dianggap memilki kemampuan menganalisis gejala fisik dan sosial di permukaan
bumi pada mata pelajaran kelas X dan XI semester pertama. Kedua menurut teori
perkembangan kognitif yang disampaikan Piaget, bahwa anak yang berumur
setingkat SMA sudah memiliki kemampuan baik dalam pemahaman sebuah
konsep, dimana peserta sudah dapat mengaplikasikan berpikir secara geografis
pada tingkatan sederhana. Jumlah populasi SMA Negeri dan Swata di kota
Wilayah pengembangan bojonegara terdapat 5 SMA Negeri dan 30 SMA
Swasta, wilayah pengembangan cibeunying terdapat 9 SMA Negeri dan 28 SMA
Swasta, wilayah pengembangan tegalega terdapat 1 SMA Negeri dan 10 SMA
Swasta, Wilayah Karees terdapat 6 SMA Negeri dan 23 SMA Swasta, wilayah
pengembangan ujung berung terdapat 3 SMA Negeri dan 15 SMA Swasta,
wilayah pengembangan gede bage terdapat 3 SMA Negeri dan 1 SMA Swasta.
Pembangunan kota Bandung yang dilengkapi oleh berbagai sarana menjadi
menimbulkan minat peserta didik untuk memilih lokasi aktivitasnya.
Perkembangan pembangunan tersebut menjadikan daya tarik bagi peserta didik,
tentu saja daya tarik tersebut menentukan keputusan terhadap suatu lokasi yang
merupakan salah satu proses berpikir secara geografis.
2. Sampel Penelitian
Sampel menurut Sumaatmadja (1989: 112) sampel adalah bagian dari
populasi yang mewakili populasi yang bersangkutan. Dalam penelitian besarnya
sampel sering menjadi masalah, karena besarnya sampel yang diperlukan tidak
ada aturan yang pasti. Tika ( 2005: 25), mengatakan bahwa “sampai saat ini
belum ada ketentuan yang jelas tentang batas minimal besarnya sampel yang
dapat diambil dan dapat mewakili populasi yang akan diteliti”.
Penggunaan untuk mencari sampel wilayah dalam penelitian ini
menggunakan dengan teknik pengambilan sampel gugus bertahap, menurut
Singarimbun (1995:166) menyatakan penggambilan sampel gugus bertahap dapat
dilakukan jika “dalam praktek sering kita jumpai populasi yang letaknya sangat
dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut”. Pengambilan
sampel, dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu menurut Palte dalam
Singarimbun (1995:167) menyatakan :
(a) Populasi sampling pertama , Terdiri dari semua Wilayah pengembangan di
kota Bandung, dimana beberapa Wilayah pengembangan diambil secara
acak sebagai sampel pertama. Sampel yang didapat adalah wilayah
Bojonegara dan Wilayah Cibeunying. Untuk mengetahui sampel Wilayah
pengembangan dapat dilihat pada lampiran 7 :
(b) Kemudian sampel pertama itu dijadikan sebagai populasi sampling kedua,
yang terdiri dari wilayah Bojonegara dan wilayah Cibeunying di kota
Bandung, dari wilayah pengembangan di kota Bandung diambil beberapa
SMA Negeri dan SMA Swasta secara acak yang merupakan Sampel
kedua. Berdasarkan pengambilan sampel tersebut didapat 2 sampel SMA
Negeri untuk wilayah Bojonegara dan 6 sampel SMA Swasta. Sedangkan
untuk wilayah Cibeunying mendapatkan 3 sampel SMA Negeri dan 5
sampel SMA Swasta. Untuk mengetahui SMA yang dijadikan sampel
dapat dilihat di lampiran 8.
(c) Selanjutnya sampel kedua disebut sebagai populasi sampling ketiga, yang
terdiri dari beberapa SMA Negeri dan SMA Swasta yang terpilih.
Kemudian dibuatlah daftar seluruh jumlah peserta didik kelas XII di SMA
Negeri dan SMA Swasta yang terpilih. Daftar ini merupakan kerangka
sampling dan dari sini secara acak dipilih sampel peserta didik kelas XII di
Dalam penentuan jumlah sampel peserta didik dilakukan melalui
perhitungan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut :
Keterangan :
n = ukuran sampel keluruhan N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidak ketelitian( ditetapkan 10 %)
Maka hasil dari rumus tersebut untuk SMA Negeri dan SMA Swasta didapat
seperti yang ada di bawah ini :
n =
n =
n = 98.01 jika di bulatkan menjadi 98 responden SMA Negeri dan SMA
Swasta.
Dengan demikian minimal sampel yang harus diambil adalah 98
responden. Untuk membantu menentukan perwakilan SMA Negeri dan SMA
Swasta dari setiap sampel, maka menggunakan rumusan dari Singarimbun
(1991:89) sebagai berikut :
Keterangan :
n
k = Jumlah anggota sampel dalam jumlah sampelP
k = Jumlah anggota populasi yang ada dalam kelompokpk
P X n
N 1 + Ne2
3183 +5152 1 + 3183+5152 (0.1)2
8335 1 + 8335 (0.1)2
n=
P
= Jumlah Populasi N = Jumlah SampelJumlah sampel untuk responden di SMA Negeri dan SMA Swasta berdasarkan
rumus di atas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
(a). Sampel responden SMA Negeri
n
k =n
k=
37.44Jika dibulakan menjadi 37 responden untuk SMA Negeri
(b) Sampel responden SMA Swasta
Nk =
Nk = 60.57
Jika dibulatkan menjadi 61 responden untuk SMA Swasta
Diketahui bahwa jumlah sampel responden SMA Negeri diantaranya
adalah wilayah Bojonegara adalah dianataranya SMAN 4 sebanyak 3 responden
dan SMAN 15 sebanyak 11 responden. Sedangkan wilayah Cibeunying adalah
SMA 1 sebanyak 10 responden, SMA 2 sebanyak 5 responden dan SMA 14
sebanyak 8 responden yang dijumlahkan seluruhnya sebanyak 37 responden
sesuai dengan hasil perhitungan sampel sebelumnya. Untuk melihat
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 9.
Sedangkan untuk SMA Swasta bahwa jumlah sampel yang didapat
diantaranya untuk wilayah Bojonegara yaitu SMA Angkasa sebanyak 12
responden, SMA Lab UPI sebanyak 6 responden, SMA Pasundan 7 sebanyak 9
3185 8335
X 98
5152
responden, SMA Pasundan 3 sebanyak 9 responden, SMA Bina Dharma 1 dan
sebanyak 1 responden. Sedangkan wilayah Cibeunying diantaranya SMA Kartika
2 sebanyak 4 responden, SMA Kartika 3 responden, SMA Pasundan 2 sebanyak 8
responden, SMA Sumatra 40 no 1 sebanyak 4 responden, SMA YAS sebanyak 4
responden dan SMA Alfa Centauri sebanyak 1 responden yang dijumlahkan
seluruhnya sebanyak 61 responden sesuai dengan hasil perhitungan sampel
sebelumnya.
C. Operasional Variabel Penelitian
Secara teoritis variabel dapat di definisikan sebagai atribut seseorang, atau
objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu
objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady Dalam Sugiyono, 2009:60).
Variabel mempunyai kaitan yang sangat erat dengan teori yang memiliki tujuan
untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Gambaran
yang sistematis tersebut dijabarkan dengan menghubungkan variabel yang satu
dengan yang lainyya dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi belajara (X1) yang
memiliki definisi konseptual menurut Siagian (2004:138), adalah “Motivasi
sebagai daya dorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk
mengerahkan kemampuan, tenaga dan waktunya dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya”. Sedangkan kreativitas (X2) Menurut
Munandar yang diterjemahkan Sukmadinata (2004:104) menyatakan “Kreativitas
adalah kemampuan a) untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kualitas, ketepat gunaan dan keragaman jawaban, c)
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinilitas dalam berfikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan”.
Kemampuan berpikir secara geografis (Y) menurut Slinger dalam
www.geography.org.uk menyatakan bahwa “ Thinking geographically is defined as the ability to study, reflect on, reach conclusions and apply ideas to topics and issues in a way that is unique to the subject”. Pengetian di atas sudah jelas, bahwa berpikir secara geografis didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempelajari,
merenungkan, mencapai kesimpulan dan menerapkan ide-ide untuk topik dan
persoalan dalam cara yang khusus untuk permasalahan geografi.
Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang dimaksud adalah mengenai
motivasi belajar peserta didik (X1) dan kreativitas peserta didik (X2) sebagai
variabel bebas, sedangkan kemampuan berpikir secara geografis sebagai variabel
terikat (Y). Berikut ini gambar 3.1 mengenai variabel penelitian tersebut :
Gambar 3.2 konstalasi hubungan antar variabel Motivasi Belajar
Kreativitas
Kemampuan Berpikir Secara
D. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga instrumen pengukuran, yaitu motivasi belajar
(X1) dan kreativitas peserta didik dan kemapuan berpikir secara geografis (Y).
Dalam instrument penelitian ini ditentukan indikator dan aspek setiap variabelnya
tabel 3.1 yaitu :
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar
No Variabel Indikator Subindikator Item soal
1
4 Adanya penghargaan
dalam belajar
belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik
Instrument kreativitas ini merupakan pengembangan dari konstruk yang
dikonseptualkan melalui indikator-indikator yang dikembangkan dari beberapa
teori diantaranya dapat dilihat dari tabel 3.2 di bawah ini :
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Peserta didik
No Variabel Indikator Subindikator Item soal
Kreativitas Person Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Process Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu
Product Dapat bekerja sendiri Senang mencoba hal-hal
Sumber : Hasil penelitian 2012
Instrument kemampuan berpikir secara geografis ini merupakan
yang dikembangkan dari beberapa teori. Adapun bentuk penilian yang dapat
dilakukan oleh guru terhadap kemampuan berpikir secara geografis menurut
Slinger dalam www.geography.org.uk adalah :diantaranya dapat dilihat dari tabel
3.3 di bawah ini :
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Secara Geografis
No Variabel Indikator Subindikatot Item Soal
Membuat peta tematik
menggambarkan sangat rendah, skor 4 rendah, skor 3 sedang, skor 2 kuat, skor 1
sangat kuat.
E. Validitas Angket
Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data
dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai
data tersebut. Alat ukur yang valid adalah yang memliki varians error (varians
kesalahan/keragaman kesalahan) yang kecil, sehingga angka yang dihasilkannya
dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati
keadaan yang sebenarnya. Untuk menentukan validitas item digunakan rumus
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1997, hal.
69) :
r
xy=
∑ ∑ ∑√ ∑ ∑ ∑ ∑
Dengan:
N = jumlah pengikut tes
X = skor item
Y = skor total
Selanjutnya harga koefisien korelasi ini dibandingkan dengan harga koefisien
korelasi dengan tabel r product moment yaitu r table = 0,388. Item dipakai kalau
harga koefisien korelasinya besar dari 0,388, direvisi kalau harga koefisien
korelasinya kecil dari 0,388 dan dibuang kalau koefisien korelasinya negative.
1. Instrumen pengukuran motivasi belajar terhadap peserta didik hasil yang
didapat adalah menunjukan bahwa dari 30 butir instrumen kuesioner,
diperoleh 27 butir instrumen atau sebanyak 90% dengan koofesien
korelasinya r hitung > r tabel dengan r tabel = 3,88. Sedangkan 3 butir soal
atau sebanyak 10% dengan koofesien korelasi r hitung < r tabel, dengan
demikian berdasalkan hasil tersebut didapat 27 butir soal yang valid dan 3
butir soal dinyatakan tidak dapat digunakan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari
tabel 3.4
Tabel 3.4
Pengukuran Validitas Motivasi Belajar Peserta didik
No r hitung r tabel Status No r hitung r tabel Status
9 0,63 0,38 Valid 24 0,65 0,38 Valid Sumber : Hasil Analisis 2012
2. Instrumen pengukuran kreativitas peserta didik terhadap peserta didik hasil
yang didapat adalah menunjukan bahwa dari 32 butir instrumen kuesioner,
diperoleh 30 butir instrumen atau sebanyak 90% dengan koofesien
korelasinya r hitung > r tabel dengan r tabel = 3,88. Sedangkan 2 butir soal
atau sebanyak 10% dengan koofesien korelasi r hitung < r tabel, dengan
demikian berdasalkan hasil tersebut didapat 30 butir soal yang valid dan 2
butir soal dinyatakan tidak dapat digunakan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari
15 0,66 0,38 Valid 31 0,42 0,38 Valid 16 0,44 0,38 Valid 32 0,74 0,38 Valid Sumber : Hasil Analisis 2012
3. Instrumen pengukuran kemampuan berpikir secara geografis terhadap peserta
didik hasil yang didapat adalah menunjukan bahwa dari 40 butir instrumen
19 0,68 0,38 Valid 39 0,16 0,38 Tidak 20 0,50 0,38 Valid 40 0,67 0,38 Valid
Sumber : Hasil Analisi 2012
F. Reliabilitas
Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan,
keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan lainnya. Reliabelitas adalah
sejumlah hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat
dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama
berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan- perbedaan kecil diantara hasil
beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu
maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya atau dikatakan tidak reliabel.
Reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran. Eror
pengukuran menunjuk pada sejauhmana inkonsistensi hasil pengukuran tejadi
apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok subjek yang sama.
Untuk menentukan reliabilitas angket digunakan rumus alpha seperti yang
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1997)
∑
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
σi2 = jumlah varians skor total tiap-tiap angket
σt2 = varians total
Kriteria sebagai berikut :
0,800 ≤ r11≤ 1,000: reliabilitas sangat tinggi
0,600 ≤ r11< 0,800 : reliabilitas tinggi
0,400 ≤ r11<0,600 : reliabilitas cukup
0,200 ≤ r11< 0,400 : reliabilitas rendah
0,000 ≤ r11< 0,200 : reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan, angka koefesien reliabitas instrumen
pengukuran motivasi belajar pesertadidik sebesar 0,896, koefesien realiabitas
instrumen pengukuran kreativitas pesertadidik sebesar 0,912, koefesien reliabilitas
berpikir geografis sebesar 0,924. Berdasarkan hasil perhitungan yang didapat
maka dapat disimpulkan bahwa ketiga instrumen penelitian tersebut memiliki
tingkat reliabiltas yang sangat tinggi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data guna
menjawab masalah dan membuktikan hipotesis penelitian, dalam penelitian ini
instrumen yang digunakan sebagai berikut:
1. Kuesioner/Angket
Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara
tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) yang
berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh
Kuesioner/angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran skala
sikap dengan memodifikasi model Likert untuk sikap dan perilaku keruangan
peserta didik.
2. Studi literatur
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah metode survei. Metode survei yaitu metode yang pengambilan datanya
berdasarkan jawaban dari objek penelitian. Objek penelitian dalam penyusunan
tesis ini yaitu seluruh peserta didik SMA di Kota Bandung yang dilaksanakan
melalui angket/kuesioner penelitian. Berdasarkan cara menjawab , menggunakan
jenis kuesioner tertutup, dimana responden memilih jawaban yang telah
disediakan. Metode survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah-
masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan kegiatan-kegiatan
yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dilakukan evaluasi serta
perbandinganperbandingan terhadap hal-hal telah yang dikerjakan.
H. Teknik Analisi Data
Teknik analisis dalam penelitian ini dengan menggunakan statistika
korelasi spearman, Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel data yang berskala ordinal. Suatu variabel atau data dikatakan berskala
ordinal apabila pengukuran data menunjukan adanya tingkatan atau data ranking,
dengan kriterian uji yaitu hipotesi nol (H0) ditolak jika nilai signifikasi p-value
(<0.05). pengujian ini dibantu dengan menggunakan aplikasi SPSS 20.
d 6
1
N
1 i
2 i
Tabel 3.7
Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat Rendah Rendah
Sedang Kuat
Sangat Kuat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu secara keseluruhan motivasi belajar Dari hasil sampel yang berjumlah 98
peserta didik dapat diketahui yaitu 14% peserta didik memiliki motivasi belajar
yang sangat rendah, kelompok motivasi belajar yang rendah sebanyak 17%
peserta didik, kelompok motivasi belajar yang cukup rendah sebanyak 13%
peserta didik, kelompok motivasi belajar yang tinggi sebanyak 20% peserta didik,
kelompok motivasi belajar yang sangat tinggi sebanyak 36% peserta didik. Maka
dapat dibuktikan berdasarkan dari hasil penelitian bahwa peserta didik memiliki
motivasi belajar yang tinggi, hanya nilai tersebut masih dianggap rendah karena
jumlah peserta didik yang memiliki motivasi belajar belum melebihi dari 50%.
Sedangkan hubungan motivasi belajar dengan kemampuan geografis dapat dilihat
bahwa nilai koefisien korelasi 0,660 berarti dapat diinterpretasikan bahwa tingkat
hubungan antara motivasi belajar dengan kemampuan berpikir geografis peserta
didik rendah. Signifikansi hubungan antara anatara variabel berdasarkan tabel
tersebut mendapat nilai 0,00 ini berarti hubungan antar dua variabel signifikan,
karena nilai signifikasi <0,05. Jadi dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
motivasi belajar dengan kemampuan berpikir secara geografis.
Kreativitas peserta didik dari hasil sampel yang berjumlah 98 peserta didik
diketahui sebanyak 7% peserta didik memiliki kreativitas sangat rendah, 9 %
kedalam kelompok yang kreativitas cukup rendah, 37% memiliki tingkatan
kreativitas tinggi, dan 24% peserta didik memiliki tingkatan kreativitas sangat
tinggi. Maka dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian peserta didik memilki
tingkatan kreativitas yang sangat tinggi, hanya tingkatan kreativitas peserta didik
belum melebihi dari 50% jadi masih dianggap rendah.
Sedangkan hubungan kreativitas peserta didik terhadap kemampuan
berpikir secara geografis dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi 0,565 berarti
dapat diinterpretasikan bahwa tingkat hubungan antara motivasi belajar dengan
kemampuan berpikir geografis peserta didik rendah. Signifikansi hubungan antara
anatara variabel berdasarkan tabel tersebut mendapat nilai 0,00 ini berarti
hubungan antar dua variabel signifikan, karena nilai signifikasi <0,05. Jadi dapat
disimpulkan terdapat hubungan antara kreativitas peserta didik dengan
kemampuan berpikir secara geografis, nilai koefisien deteminan dari nilai
koefesien korelasi 0,660 adalah 44% dan dapat dinyatakan bahwa kontribusi
kreativitas peserta didik terhadap kemampuan berpikir secara geografis rendah
yaitu 44%.
Kemampuan berpikir secara geografis (thinking geographically) terdiri
dari 5 indikator yaitu : mengungkap pertanyaan geografis (ask geographic
question), memperoleh informasi geografis (acqueire geographic resorces),
menjelajahi data geografis (explore geographic data), menganalisis informasi
geografis (analyze geographic information), mengambil keputusan atau tindakan
berdasarkan pengetahuan geografis (act upon geographic knowledge). Hasil
memiliki kemampuan berpikir secara geografis sangat rendah, 20% termasuk
kelompok yang memiliki kemampuan berpikir secara geografis rendah, 24%
peserta didik termasuk kedalam kelompok yang kemampuan berpikir secara
geografis cukup rendah, 19% memiliki tingkatan kemampuan berpikir secara
geografis tinggi, dan 12% peserta didik memiliki tingkatan kemampuan berpikir
secara geografis sangat tinggi. Maka dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian
peserta didik memilki tingkatan kemampuan berpikir secara geografis yang sangat
rendah.
Kemungkinan ini dipicu oleh peserta didik yang belum diarahkan terhadap
kemampuan berpikir secara geografis pada pembelajaran geografi. Motivasi
belajar dan kreativitas peserta didik terhadap kemapuan berpikir secara geografis
juga dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi 0,570 berati dapat
diinterpretasikan bahwa tingkat hubungan antara motivasi belajar dan kreativitas
peserta didik terhdapa kemampuan berpikir secara geografis rendah. Signifikansi
hubungan antara variabel berdasarkan tabel tersebut mendapat nilai 0,00 ini
berarti hubungan antar dua variabel signifikan, karena nilai signifikasi <0,05. Jadi
dapat disimpulkan terdapat hubungan antara Data motivasi belajar dan data
kreativitas peserta didik. Nilai koefisien deteminan dari nilai koefesien korelasi
0,570 adalah 32% dan dapat dinyatakan bahwa kontribusi motivasi belajar dan
kreativitas peserta didik terhdap kemampuan berpikir secara geografis sebanyak
32%, hal ini menunjukan bahwa motivasi dan kreativitas peserta didik terhadap
kemampuan berpikir secara geografis di SMA kota Bandung berkontribusi
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
B. Saran
Dari kesimpulan yang diuraikan di atas, maka berikut ini diajukan
beberapa saran:
1. Hasil penelitian yang telah dilakuakan menunjukan bahwa motivasi belajar
masih perlu ditingkatkan, peran motivasi dalam memperjelas tujuan
belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Peserta didik akan
tertarik untuk belajar geografi, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah
dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi peserta didik. Peran
motivasi belajar tersebut terdapat adanya hubungan yang erat dengan
tingkatan kreativitas peserta didik, berdasarkan hasil penelitian pun
kreativitas belum melibihi dari 50% yang dianggap kreativitas peserta
didik masih rendah, hal ini perlunya ada upaya untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik agar lebih baik. Kretativitas belajara adalah
menantang ide-ide dan cara-cara melakukan hal-hal yang sudah diterima
untuk menemukan solusi-solusi atau konsep-konsep baru dalam pelajaran
geografi. Kemampuan berpikir geografis yang sudah dimilki oleh peserta
didik secara alami seharus dipertajam kembali dengan pembelajaran
geografi yang ditampilkan lebih kreatif dalam kegiatan belajar agar peserta
didik dapat mengasah kemampuan berpikir secara geografis dalam
memahami pelajaran geografi. Dengan kemampuan tersebut diharapkan
agar dapat menentukan keputusan yang tepat hubungan dengan aspek
keruangan.
2. Bagi para pengajar geografi khususnya di sekolah dasar maupun tingkat
menengah, mengingat bahwa motivasi dapat berperan dalam penguatan
belajar geografi apabila seseorang peserta didik yang belajar dihadapkan
pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat
dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya, maka peran
pengajar harusnya dapat membuat peserta didik memiliki rasa ingin tahu
yang besar ketika pembelajar geografi sedang dilaksanakan dengan cara
mempelajari objek-objek yang berada dilingkungan peserta didik.
Kreativitas pun perlu diperhatikan oleh para pengajar karena dapat
menghasilkan suatu gagasan atau ide yang dinilai baru dan berguna dalam
konteks sosialnya dan lingkungannya, sehingga kreativitas peserta didik
tersebut sangat penting ditingkatkan dalam pembelajaran geografi bagi
para pengajar.
3. Kepada para peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema tersebut dapat
diteruskan dengan meneliti kemampuan peserta didik dalam berpikir
secara geografis ataupun dengan membuat penelitian tindakan kelas agar
mampu menemukan model yang tepat untuk pembelajaran geografi yang
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, Maman. 1988. Geografi Perilaku Suatu Pengantar Studi Tentang
Persepsi Lingkungan. Jakarta : Depdikbud
Ali, Mohammad. 2011. Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.
Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2 (Cetakan ke XV). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barliana, Syaom&Maryani, Enok. 2008. KontribusiLingkunganBinaan dan
PerilakuSpasialTerhadap Modal SosialKomunitasPenghuni dan ImplikasinyaTerhadapPendidikan IPS. Bandung: JurnalMimbarPendidikan.
Bungin, M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Ekonomi,
Komunikasi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana.
Brameld, Theodore. 1965. Education As Power. Boston University
Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA, BNSP.
Cozby, C. Paul. 2009. Methodes in Behavioural Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, J.E. 2008. Education Research, Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research, (Third Edition), New Jersey , Person
International Edition;
Creswell, J.E. 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. California: Sage Publication.
Dailey George(2004).Geosthorical inquiry: Connecting place and time and
critical Thinking.ESRI Education Program.www.esri.com.
GEOG1301.(2011).Our Globalizing World:Fall2011syllabus.(Online) Tersedia http://www.ihrc.umn.edu.htm (04 Febuari 2012)
Organisasi dan manajemen : prilaku, struktur, proses. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Guilford, JP.(1971).The Nature Of Human Intelligence.London : McGraw Hill (Online): Tersedia :http//www. Google
Buku./TheNatureOfHumanIntelligence. htm.(19 Mei 2012)
Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Heatwole ,Charles. (2002),Geography For Dummies .New York.Wiley. publishing,Inc.(Online): Tersedia
http//www.GoogleBuku./GeographyForDummies.htm.(12 Mei 2012)
Hubbard,Phil.(2005). Thinking Geographically. New York.Continuum
Irwanto. (1997). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jackson,Peter.(2006).thinking geographically.(Online) Tersedia : http://www.uwec.edu.htm. (27 Agustus 2012)
Maryani,Enok.(2009).Pembelajaran Keterampilan Sosial Dalam Pembelajaran
Geografi.(Online) Tersedia htpp//www.upi.edu.(27 Agustus 2012)
Moch, Nazir. (1988). Metodologi Penelitian.Cetakan 3. Jakarta :Ghalia Indonesia.
Mulyasa. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
McClelland, D. C. (1987). Human Motivation. New York: Cambridge University Press.
Nasution.(2004). Diktaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Ningrum,Epon.(2007).Hand Out Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Geografi.(Online) Tersedia : htpp//www.upi.edu.
Ningrum, Epon. 2009. Kompetensi Profesional Guru Dalam Konteks Strategi
Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.
Pasya, Gurniwan. 2006. Geografi: Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bandung: Buana Nusantara.
Roger, A. (1994). Teaching Adult. Philadelpia : Open University Press.
119 Balajar Offset.
Supriadi, Dedi. (1994), Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek.Alfabeta, Bandung.
Saifuddin Azwar. (1998). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan
Prestasi balajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Sardiman. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Singarimbun Masri dan Effendi Sofyan. Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3S.
Sudjana, (1996). Metoda Statistik. Bandung : Tarsito.
Sumaatmaja, Nursid, (1997). Metode Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.
Sumaatmadja, Nursid. 2005. Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya dan
Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda.
Sutrisno Hadi. (2004). Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset.
Slinger, Jonathan.(2011). Criteria for the assessment of thinking geographically. (Online) Tersedia :
http//www.geography.org.uk/projects/e-scape/thinkinggeographically.htm
Standish,Alex .(2009).global Perpectives in the geography curriculum : reviewing
the moral case for geography. USA and Canada : Simultaneusly
published
Tika, Pabundu Moch.2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Tilaar, H.A.R. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
Perspektif Abad 21. Magelang. Tera Indonesia.
Uno, B. H. (2007). Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Bumi Akasara.
Utami Munandar (1982), Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya. Rajawali, Jakarta.