• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAS DASAR ILMU LINGKUNGAN doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASAS DASAR ILMU LINGKUNGAN doc"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ASAS DASAR ILMU LINGKUNGAN

TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan pada BAB II ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang asas-asas dasar ilmu lingkungan.

MATERI :

PENDAHULUAN:

Didalam Bab ini dibahas mengenai asas-asas dasar ilmu lingkungan yang akan diberikan dalam dua kali pertemuan.

PENYAJIAN:

Pengetahuan manusia terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, untuk itu dibutuhkan penggalian ilmu secara terus menerus, sehingga diperlukan daya cipta, daya khayal, keinginan tahu manusia dan inisiatif.

Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.

(2)

benar pada situasi dan kondisi yang lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya menjadi hukum. Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah seorang peneliti, biasa disebut hipotesisHipotesis ini dapat menjadi asas apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini metode pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk membuat kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara deduksi dengan menggunakan kesimpulan umum untuk menerangkan kejadian yang spesifik. Asas baru juga dapat diperoleh dengan cara simulasi komputer dan penggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam tiruan keadaan di alam (mimik). Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya dengan membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.

(3)

Sumber alam, ialah segala sesuatu yang memungkinkan organisme hidup untuk meningkatkan pengubahan energi ASAS 6 Ketupan (genotip) dengan daya pembiakan tertinggi akan sering dijumpai pada generasi berikutnya ASAS 4 Mengenai kejenuhan dan ketidakjenuhan ASAS 7 Keanekaragaman yang kekal lebih tinggi pada lingkungan yang stabil (Rosenzwelg) ASAS 8 Tingkat ma-kanan atau takson menjadi jenuh oleh keanekaragaman, dengan kecepatan yang ditentukan oleh sifat mic, diferensiasi ASAS 9 Keanekaraga-man sebanding dengan bio- masa/produk-tivitas ASAS 10 Biomassa/ produktivitas meningkat dalam lingkungan yang stabil ASAS 12 Kesempurnaan adaptasi tiap tabiat/sifat ber-gantung ke-pada kepenti-ngan relatifnya dalam suatu lingkungan tertentu ASAS 13 Lingkungan fisik yang stabil memungkinkan keanekaragaman biologi berlaku dalam ekosistem mantap, yang kemudian menggalakkan stabilitas populasi lebh jauh lagi ASAS 2

Semua proses pengubahan tidak cermat

ASAS 1 Energi tak pernah hilang, hanya berubah ASAS 3

(4)

Gambar. Hubungan berlogika di antara 14 asas dasar ilmu lingkungan (Watt,1973)

ASAS 1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.

Hewan makan Pertumbuhan Disimilasi Produksi materi kehidupan Pembiakan

Energi digunakan untuk menyokong metabolisme dasar, misalnya: denyut jantung, pernafasan, mempertahankan suhu tubuh dsb.

Energi digunakan untuk menyokong berbagai kegiatan,: lari, berenang, terbang, dsb.

Energi disimpan sebagai lemak Energi dibakar

(5)

Pemisahan energi yang masuk jadi dua komponen.

Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa materi.

Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa tenaga atau panas.

Asas 1 ini disebut juga dengan hukum konservasi energi, dalam ilmu fisika sering disebut sebagai hukum termodinamika pertama. Asas ini menerangkan bahwa energi dapat diubah, dan energi yang memasuki jasad hidup, populasi ataupun ekosistem dianggap sebagai energi yang tersimpan ataupun yang terlepaskan, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem kehidupan sebagai pengubah energi. Dengan demikian dalam sistem kehidupan dapat ditemukan berbagai strategi untuk mentransformasi energi, maka dibutuhkan “pembukuan masukan dan keluaran kalori dalam sistem kehidupan” Contohnya makanan yang dimakan oleh hewan.

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa ternyata energi ada yang dapat dimanfaatkan dan ada pula yang terbuang dan hal ini spesifik untuk masing-masing spesies hewan tergantung bagaimana kemampuan dan strategi hewan tersebut untuk melawan alam lingkungannya. Keberhasilan dalam melawan lingkungan dapat diukur dengan peningkatan jumlah populasinya.

Gambar : Energi panas yang jatuh di bumi dipakai oleh tumbuhan dan genangan air, serta dipantulkan oleh lahan terbuka dan bangunan.

ASAS 2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien

(6)

bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.

Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi maupun ekosistem kurang efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).

Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu termasuk kategori sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur manfaatnya dan apa batasan sumber alam tersebut?.

Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi, atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga akan meningkatkan daya pengubahan energi.

Gambar : Buah-buahan sebagai salah satu sumber energi bag manusia, entropi berupa kulit buah adalah sumber energi bagi semut.

Gambar : Jerami sebagai entropi digunakan untuk bahan baku kertas, pakan ternak, dan lainnya. Pemanfaatan limbah pertanian kedele untuk pakan ternak.

(7)

Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori sumber alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber alam, karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan mudah terancam punah, namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.

Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraannya

ASAS 4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak ada pengaruh yang menguntungkan lagi.

Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.

(8)

turunnya jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah tertentu.

ASAS 5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.

Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.

ASAS 6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.

Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak

ASAS 7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah diramal.

(9)

untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969) sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi.

ASAS 8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.

(10)

terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.

ASAS 9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.

Pada asas ini menurut Morowitz (1968) mengatakan bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.

ASAS 10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimptut.

(11)

Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.

ASAS 11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap (belum dewasa).

Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya

ASAS 12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan.

(12)

menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam perubahan.

Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap. ASAS 13.Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan

keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.

Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.

ASAS 14. Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.

(13)

BIOINDIKATOR

TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan BAB III ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang bioindikator.

MATERI :

PENDAHULUAN:

Didalam Bab ini dibahas mengenai bioindikator yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.

PENYAJIAN:

Bioindikator = indikator biologi = respon organisme hidup baik pada tingkat individu atau populasi terhadap kondisi lingkungan.

(14)

sensitif. Sedangkan organisme yang kurang sensitif respon yang diterima menunjukkan gejala resisten ada faktor kekebalan pada organisme tersebut, dan ini dapat terjadi karena adanya akumulasi dari polutan pada tubuhnya. Gejala yang timbul akibat adanya polutan dari masing-masing organismepun berbeda, misalnya tumbuhan akan menunjukkan sensitifitasnya dengan adanya bercak-bercak pada daun, atau ukurannya menjadi kecil. Pada organisme perairan terutama dari golongan invertebrata ada atau tidaknya spesies-spesies tertentu dapat mengindikasikan bahwa kondisi perairan dalam keadaan bersih atau tercemar. Sedangkan pada golongan vertebrata, ikan merupakan spesies yang paling sensitif terhadap perubahan kondisi perairan, organ yang biasanya menunjukkan respon tersebut adalah insang.

Respon biologi yang timbul tergantung pada: 1. Pembangun genetik

2. Tahapan perkembangan atau pertumbuhan 3. Kondisi lingkungan

4. Konsentrasi polutan

Berikut ini adalah contoh-contoh dari organisme baik di perairan maupun darat yang merespon perubahan lingkungan:

Tabel 1 : Kemampuan tanaman pekarangan menyerap debu

No Tanaman Spesies Penyerapan

(15)
(16)

Gambar : Daun yang lebar baik untuk bioindikator pencemaran udara.

(17)

Tabel 2 : Bioindikator ekosistem perairan

Air bersih Air tercemar

Bakteri Fe : Sphaerotilus Jamur : Leptomitus

Algae : Cladocera Ulothrix Navicula Chlorella Chlamydomonas Oscillatoria Phormidium Stigeoclonium Protozoa : Trachelomonas Carchesium Colpidium Annelida: Tubifex Limnodrillus Insekta: Plecoptera Negaloptera Trichoptera Ephemeroptera Elmidae Culex Chironomus Tubifera Gastropoda: Physa integra Bivalvia: Unionidae Bivalvia: Sphaerium Ikan:

(18)

Notropis Chrosomus

(19)

Gambar : Ikan yang berwarna merah yang hidup di air bersih, akan berubah warna menjadi kuning pucat pada saat air menjadi tercemar.

(20)
(21)

Gambar: Serangga dan siput air yang hidup pada perairan yang terkontaminasi oleh limbah organic

(22)

Gambar: Pada ekosistem yang tercemar berat dijumpai berbagai bentuk cacing air

Pencemaran perairan menyebabkan kerusakan organ dan penurunan berat ikan (status nutrisi ikan)

Tabel 3: Korelasi antara angka status nutrisi ikan (NVC) dengan tingkat pencemaran perairan

No NVC Tingkat Pencemaran

1 2 3

> 1,70 1,30 – 1,69 0,90 – 1,29

(23)

4 5

0,50 – 0,89 < 0,49

Tercemar sedang Tercemar berat

Gambar: Ikan harus dengan morfologi seperti torpedo, diukur dari ujung mulut sampai ujung ekor.

Sumber: Tandjung, 1982

Insang adalah sasaran utama pencemaran perairan

Tabel: Tingkat kerusakan hispatologi (mikroanatomi) insang menentukan tingkat pencemaran perairan.

No Mikroanatomi normal Air bersih

1 Edema pada sel epitelium lamellae

branchiales Air terkontaminasi

2 Hiperplasia pada satu basis lamella

branchiales Tercemar ringan

3 Hiperplasia pada 2 lamellae

branchiales Tercemar sedang

4 Hampir semua lamellae branchiales

mengalami hiperplasia Tercemar agak berat

5 Semua lamellae branchiales dan filamen kehilangan struktur

(24)

Gambar: Struktur mikroanatomi insang ikan yang hidup dalam berbagai media dengan tingkat pencemaran berbeda.

LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA

TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan pada BAB IV ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal mengenai lingkungan dan ekologi manusia serta strategi mengatasi masalah kependudukan.

(25)

PENDAHULUAN :

Dalam bab ini akan dibahas masalah lingkungan dan ekologi manusia serta strategi mengatasi masalah kependudukan yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.

PENYAJIAN :

Dari empat belas asas yang telah dibahas, lima asas sangat penting dalam peradaban manusia pada era teknologi modern. Hal ini karena kita sudah beranggapan bahwa ke lima asas tersebut tidak ada gunanya dan relevansinya untuk kepentingan manusia. Apabila kita tetap mengabaikan ke lima asas tersebut, malapetaka sudah menunggu di masa yang akan datang.

Asas 3 mengatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman semuanya adalah kategori sumber alam. Sungguhpun demikian banyak masalah manusia dewasa ini timbul, karena kegagalan manusia untuk menyadari bahwa ruang, waktu dan keanekaragaman adalah sama pentingnya dengan materi dan energi sebagai sumber alam. Sedemikian pentingnya, sehingga hambatan pembangunan akan timbul apabila manusia melalaikannya. Implikasi dari sistem ini adalah bahwa materi beredar atau melakukan siklus dalam ekosistemnya, oleh karena itu harus diberikan cukup waktu untuk diubah kembali dari satu bentuk ke bentuk berikutnya pada saat menjalani siklusnya.

Contoh yang paling nyata adalah tumpukan sampah di kota besar, ini merupakan kelalaian manusia yang tidak memberikan waktu dan kesempatan kepada mikroba pembusuk untuk melakukan fungsinya dalam proses resiklus materi. Jadi pada hakekatnya pencemaran alam merupakan gejala teknologi yang berlawanan dengan kehendak dan kemampuan alam.

(26)

energi matahari), menyebabkan kapasitas bawa dunia ini meniungkat bagi manusia. Perhatian sangat kurang kepada kemungkinan berkurang atau habisnya persediaan energi, sehingga kapasitas bawa dari bumi merosot. Apa yang akan terjadi kemudian?.

Selain itu berapa masalah lingkungan berkembang dalam lingkungan hidup manusia, karena kita terus menerus mengurangi keanekaragaman bentuk kehidupan di luar kota dan desa. Keanekaragaman hidup sebagai sumber alam yang dapat mempertahankan kemantapan. Pada asas tersebut, manusia telah menggali dan mengelola materi dalam ekosistemnya melebihi kecepatan pembusukan atau dekomposisi bahan buangan, sehingga terjadi pencemaran alam. Sampah bertumpuk karena tidak sempat di resiklus oleh mikroba dalam ekosistemnya. Kemudian masalahnya bertambah parah ketika ada sampah plastik yang tak dapat dibusukkan secara biologi. Sementara itu industri plastik saat ini terus berkembang dengan pesatnya. Pencemaran ini merupakan kesan sampingan yang sangat merugikan, karena adanya penggunaan energi yang besar oleh peradaban modern dewasa ini. Penggunaan energi yang sangat besar ini tidak merata, melainkan hanya terpusat di wilayah tertentu saja (kota besar dan pusat industri), sehingga terkonsentrasi pada ruang tertentu saja, dan timbullah kesulitan untuk membuang limbahnya.

(27)

Apabila ini benar, dan sumber energi lain seperti sumber geothermal dan energi nuklir tak dapat digunakan pada waktunya, maka kapasitas bawa seluruh planet ini akan merosot sangat drastis. Konsekuensi lain sebagai akibat meningkatnya aliran energi dalam ekosistem, tempat manusia ini hidup, ialah karena energi hanya ditumpukkan kepada komponen biotik tertentu saja yang menguntungkan manusia. Hal ini berarti ekosistem manusia semakin kurang mantap. Ekosistem manusia menjadi rawan terhadap berbagai bentuk perubahan lingkungan , seperti wabah penyakit, serangan hama dan perubahan cuaca. Ketidakmantapan ini terutama karena kita cenderung untuk meningkatkan populasi seperti tanaman padi, jagung, gandum dan palawija, serta hewan ternak sapi dan biri-biri, dan menekan banyak sekali spesies hewan dan tumbuhan yang lain.

Proporsi energi yang tinggi dunia ini juga dicurahkan pada kepentingan transportasi. Ini membawa manusia kepada kemampuan untuk tukar-menukar bahan secara lebih besar dan lebih jauh lagi antara wilayah yang satu dengan lainnya. Sistem pengangkutan ini disamping menelan energi yang sangat besar, juga menimbulkan pencemaran terhadap alam.

Ruang adalah sumber alam yang kritis bagi manusia, meskipun masalahnya berlainan antara satu negara dengan negara yang lain. Yang umum, adalah adanya perkembangan urbanisasi di sekitar kota besar, sehingga banyak kawasan pemukiman yang terpaksa harus menelan daerah tepi kota yang relatif subur untuk daerah pertanian. Dan apabila ruang dan tanah itu sudah memiliki prospek urbanisasi dan industri, maka akhirnya jatuh kepada kaum spekulator yang tak langsung mengembangkan ruang itu, sebelum harga meningkat. Disamping hal ini sudah umum, di Indonesia masalah yang lebih penting lagi menyangkut hubungan antara ruang dengan penyebaran penduduk. Pemecahan dari masalah ini adalah diterapkannya program transmigrasi.

(28)

antara pulau-pulau di Indonesia akan menambah kompleksitas yang dihadapi. Ini berarti dibutuhkan kemampuan pengelolaan keterkaitan kependudukan dan lingkungan yang tidak hanya melihat dari sudut demografinya saja, tetapi juga dilihat dari pengaruhnya terhadap keadaan alam, ekonomi, dan kehidupan sosial.

Walaupun laju pertumbuhan penduduk Indonesia semakin tahun cenderung semakin menurun, namun jumlah penduduk absolut akan terus meningkat. Diproyeksikan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan berkisar 254 juta – 257 juta orang. Artinya akan terjadi pertambahan penduduk sekitar 70 juta orang dalam waktu 30 tahun (1990 – 2020), hal ini mempunyai konsekuensi dalam penggunaan ruang, pemenuhan energi dan kebutuhan pangan. Bila dikaitkan dengan kemampuan sumber alam, maka masalahnya adalah sejauh mana sumber alam tersebut dapat memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk.

Tabel : Perkiraan kepadatan penduduk (org/km) tahun 2020

WILAYAH

Perkiraan Kepadatan Penduduk (org/km) th 2020

1990 2020

Maluku & Irian 7 14

Sulawesi 66 101

Kalimantan 17 31

Bali, NTB, NTT,

Timtim 115 180

Jawa 813 1093

Sumatra 77 128

(29)

1. Prosentase penduduk perkotaan semakin besar disebabkan oleh adanya urbanisasi dan adanya perubahan wilayah dari desa ke kota

2. Laju pertumbuhan penduduk menurun seiring dengan terjadinya perubahan struktur usia , dimana penduduk usia produktif semakin besar

3. Permintaan barang non pangan akan meningkat dengan pesat yang berimplikasi pada pengurangan sumber alam untuk kepentingan non pangan.

STRATEGI MENGATASI MASALAH KEPENDUDUKAN

Tantangan-tantangan yang akan dihadapi di masa depan cukup berat. Untuk mewujudkan masyarakat sejahtera baik di desa maupun di kota, perhatian terhadap lingkungan menjadi prasyarat. Keberlanjutan kehidupan di pedesaan dan perkotaan sangat terkait dengan aspek lingkungan. Apapun bentuk dari dinamika penduduk yang terjadi, bila kebijakan kependudukan selalu dikaitkan dengan dimensi lingkungan, maka pembangunan yang berkelanjutan akan terwujud. Untuk itu dibutuhkan strategi:

1. Pengembangan keterkaitan kependudukan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan

2. Perumusan integrasi kebijakan kependudukan, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan pada tingkat nasional, regional dan local

3. Pelaksanaan program integrasi kependudukan, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan pada masyarakat.

(30)

Keanekaragaman sebagai sumber alam juga telah dilalaikan oleh manusia. Seorang ahli berpendapat bahwa hasil peradaban manusia telah mempercepat aliran energi melalui sistem biologi. Banyak wilayah daratan di permukaan bumi ini dicoba untuk dibuat seragam menjadi daerah pertanian yang serupa, sejenis, untuk wilayah yang sangat luas. Keanekaragam tumbuhan dan hewan dikurangi oleh manusia untuk membentuk daerah monokultur, dan akibat semua ini adalah:

1. Pengaruh penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap hama dan penyakit. 2. Pengaruh monokultur terhadap kemantapan ekonomi.

3. Pengaruh penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap habitat yang tak subur 4. Pengaruh kurangnya keanekaragaman ekonom terhadap stagnasi ekonomi di kota.

Asas 4 mengatakan bahwa dalam setiap proses yang berlaku di suatu lingkungan terdapat tingkat optimum untuk pengadaan sumber alamnya. Asas ini mengingatkan kita pada adanya batas kejenuhan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi berbagai proses, karena memang sumber alam itu terbatas jumlah atau pengadaannya. Sehingga pencemaran alam menjadi sangat berbahaya apabila kita terlalu memperjenuh kapasitas udara dan air dengan bahan pencemar. Demikian pula apabila kita terlalu memaksakan kemampuan mikroba tanah untuk pembusukan sampah lingkungan. Implikasi ini untuk manusia menyangkut hasil panen yang optimum.

(31)

Asas 10 menyangkut efisiensi penggunaan energi pada komunitas yang melampaui tingkat pionirnya. Manusia bahkan bertindak sebaliknya, setelah teknologi makin berkembang, kita bahkan makin kurang cermat dalam menggunakan energi.

Komunitas alam cenderung untuk menjalani evolusi yang menuju ke arah efisiensi yang makin tinggi dalam penggunaan energi.

Asas 11 mengemukakan tentang sistem yang mantap mengeksploitasi sistem yang rawan. Asas inilah maka kota-kota besar yang dilengkapi dengan berbagai bentuk pelayanan, industri, kebudayaaan, administrasi dan sosio-ekonomi yang sudah mantap dan beranekaragam, selalu menjadi penyerap kota kecil atau wilayah di sekitar kota besar tersebut. Akibatnya kota besar selalu hidup sebagai “parasit” terhadap kota kecil dan wilayah di sekitarnya. Contoh nyata adalah tenaga kerja, kota besar selalu menyerap tenaga kerja dari kota-kota kecil. Proses ini sebetulnya menimbulkan kota dan wilayah yang kurang mantap justru tetap dipertahankan dalam keadaan rawan, karena energi yang seharusnya digunakan untuk memantapkan, ternyata malah dialirkan ke pusat kota tersebut.

Asas 14 mengemukakan kesan perlambatan yang beroperasi dalam sebuah populasi menghasilkan momentum yang kuat dan pola yang menentukan naik turunnya populasi. Manusia merupakan contoh terakhir yang dikuasai oleh perlambatan, dan bahkan populasinya tumbuh di luar batas kemampuan untuk menahannya, kecuali oleh kekuatan yang tersimpan dalam nilai peradaban manusia itu sendiri.

(32)

1. Daya kesuburan wanita, pada wanita muda

2. Populasi wanita muda pada populasi yang sedang tumbuh akan terus bertambah.

(33)

SISTEM LINGKUNGAN

TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan BAB V ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan berbagai sistem lingkungan.

MATERI :

PENDAHULUAN :

Dalam bab ini akan dibahas mengenai berbagai sistem lingkungan yang akan diberikan dalam dua kali pertemuan.

(34)

Indonesia merupakan negara kepulauan , dan rakyatnya sebagian besar hidup sebagai petani. Meskipun untuk memenuhi kebutuhan bahan sandang dan pangan pemerintah Indonesia masih harus mengimpor dari luar negeri.. Namun demikian sumbangan sector pertanian untuk negara tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa tahun yang lalu Indonesia bahkan sudah berhasil swasembada beras, sedangkan komoditi yang lain keberhasilannya belum dapat menyamai komoditi beras.

Sumbangan sektor pertanian di negara kita terhadap pembangunan tidak lepas dari bagaimana strategi pertanian diterapkan, karena rendahnya produktivitas sektor pertanian akan mempengaruhi perekonomian secara nasional. Apabila dihubungkan dengan asas yang telah dipelajari di depan, apakah tujuan strategi pertanian tersebut sejalan dengan asas-asas yang sudah dibahas,

Sehingga kalau ternyata berlawanan, maka akan dilakukan pemilihan strategi pertanian yang dapat dipertimbangkan baik jangka panjang ataupun jangka pendeknya. Adapun strategi pertanian mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memperoleh produksi maksimum per unit luas tertentu dari tanah pertanian. 2. Melakukan tata cara bertani untuk memperoleh keuntungan maksimum. 3. Menekan sekecil-kecilnya ketidakmantapan dalam produksi pertanian 4. Mencegah penurunan kapasitas produksi sistem pertanian.

(35)

bahwa peningkatan produksi tersebut tidak akan berakibat pada kerusakan sumber alam dan lingkungan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut diperlukan upaya-upaya:

1. Pengkajian kebijakan, perencanaan dan program terpadu pertanian.

2. Perbaikan produksi pertanian dan sistem bertani melalui diversifikasi usaha tani dan upaya pengembangan prasarana pendukung

3. Peningkatan peran serta masyarakat dan kualitas sumberdaya manusia 4. Konservasi dan rehabilitasi tanah

5. Pengendalian hama terpadu

6. Perbaikan unsur hara untuk peningkatan produksi pertanian.

Dalam mencari strategi pertanian banyak timbul masalah, yaitu bagaimana cara untuk memperoleh hasil produksi optimum bagi kepentingan manusia, namun biaya produksi dan energi seminimal mungkin, serta dengan mencegah kerusakan lingkungan baik dalam jangka panjang ataupun pendek. Untuk melaksanakan strategi ini, pilihan tata kerja harus ditawarkan ke petani, dalam hal ini ada 12 pertimbangan, Yaitu:

1. Apakah perlu ada inovasi tanaman atau ternak yang berasal dari luar negeri, luar daerah, atau dari daerah asal sebelum tanah tersebut menjadi tanah pertanian. 2. Apakah perlu menebang seluruh daerah hutan untuk keperluan petani, atau perlu

menyelamatkan sebagian kawasan hutan untuk memperoleh kayu bakar, jalur hijau, jalur pelindung, penahan erosi tanah, atau penjaga keseimbangan tata air. 3. Berapa banyak hasil ternak yang ingin dicapai, tentunya harus disesuaikan dengan

lahan yang tersedia.

(36)

5. Apakah perlu membangun irigasi, bagaimana sistem yang paling cocok, dan bagaimana cara pembangunannya agar dapat memberikan manfaat yang banyak 6. Berapa luas daerah pertanian yang sanggup digarap untuk mendapatkan hasil

produksi yang optimum sesuai dengan kemampuan biaya dan tenaga.

7. Tanaman dan hewan yang akan dipelihara harus disesuaikan dengan daerah setempat

8. Berapa banyak kerapatan tanam supaya mendapatkan hasil yang optimum 9. Sistem pertanaman monokultur atau tumpangsari?

10. Berapa banyak pestisida yang harus digunakan 11. Apakah perlu pemeliharaaan seperti penyiangan?

12. Bagaimana menentukan tanaman yang akan ditanam dan pemakaian pupuknya? Meskipun upaya untuk meningkatkan produksi pertanian sudah dirancang sedemikian rupa, namun Anonim Indonesia, sector pertanian di masa mendatang menghadapi tantangan, dan tantangannya berupa:

1. Penurunan kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan lain akibat makin cepatnya laju pengalihan fungsi tanah pertanian. 2. Derasnya mobilisasi penduduk pedesaan yang disebabkan semakin menurunnya

penghasilan petani, sebagai akibat menyempitnya tanah usaha sehingga para petani mencari sumber tambahan dengan bekerja di luar bidang pertanian, yang umumnya berada di kota.

3. Mobilisasi petani yang tinggi tidak hanya mengalir ke hilir (kota), tetapi juga dengan mengalir ke hulu (merambah hutan lindung) yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan.

(37)

intensifikasi pertanian dengan menggunakan masukan an organik (pupuk, pestisida, dan hormon pengatur tumbuh) dalam jumlah besar yang pada akhirnya mengakibatkan kualitas lingkungan air dan tanah menjadi turun.

5. Ketatnya persaingan untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu dan berkualitas tinggi dengan harga bersaing dalam menghadapi era perdagangan bebas.

Sistem Pertanian dan Komunitas Alam

Sistem pertanian berbeda dengan komunitas alam. Pada sistem pertanian keanekaragaman menjadi berkurang, hal ini tergantung dari keinginan si petani

(38)

Sedangkan pada komunitas alam mempunyai kestabilan dan keanekaragaman yang tinggi dengan biomassa setinggi mungkin per luasan tertentu. Pada komunitas alam yang mengalami suksesi yaitu merupakan proses perubahan komunitas yang berurutan yang menyangkut peningkatan biomassa, karena proses ini bermula dari komunitas dengan tumbuhan perintis dan kemudian menjadi semak belukar, dan pada akhirnya menjadi hutan dengan biomassa yang besar. Komunitas alam input energinya hanya tergantung pada matahari.

Revolusi Hijau

Revolusi hijau adalah suatu usaha untuk mencari berbagai varitas tanaman penghasil biji-bijian (terutama beras dan gandum) yang berproduksi tinggi dalam skala yang besar. Penelitian dan pengembangan dari revolusi hijau ini dilakukan di negara-negara sedang berkembang seperti Filipina, Meksiko, India, Pakistan dan Turki. Program ini diharapkan dapat mengatasi krisis populasi sumber alam yang melanda negara-negara berkembang. Namun demikian dari hasil revolusi hijau ini sebaiknya perlu dicermati oleh kita karena:

(39)

2. Di India, hasil panen terus meningkat, tetapi dengan cara membuka lahan pertanian yang baru, dan apabila cara ini terus menerus dilakukan, berarti akan terjadi pembukaan lahan baru.

3. Hasil panen dapat terus-menerus ditingkatkan dengan pemakaian pupuk, pembangunan irigasi, pemanfaatan mekanisasi dan teknologi pertanian, sehingga memerlukan biaya yang sangat besar yang mungkin diluar kemampuan negara berkembang.

4. Revolusi hijau juga mengancam kita dengan bahaya genetika. Apabila wilayah pertanian hanya ditanamai varietas tertentu saja (gandum, padi, jagung), maka ada kemungkinan daerah tersebut peka dengan hama dan penyakit.

Menurut asas ke 13, peningkatan keanekaragaman justru perlu ditingkatkan untuk memantapkan daerah pertanian.. Disini dapat disimpulkan bahwa meskipun revolusi hijau membawa kemajuan yang berarti, namun kita tetap harus waspada karena kemajuannya harus diimbangi dengan aspek-aspek yang lain seperti peningkatan sumber daya manusianya.

2. Siatem Hutan

(40)

hutan merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat kaya, baik flora maupun faunanya dan juga sebagai paru-paru dunia.

Eksploitasi Hutan

Eksploitasi hutan tidak hanya terbatas pada hasil hutannya saja, melainkan pada hutan itu sendiri seperti pembukaan lahan untuk pemukiman, penambangan, pertanian, yang banyak dilakukan di negara-negara berkembang yang mempunyai kepadatan penduduk yang relatif tinggi. Di Indonesia eksploitasi hutan disamping yang disebutkan diatas juga karena adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak merata, kasus pemilikan tanah secara tradisional, pembukaan lahan untuk program transmigrasi dsb. Untuk mengatasi hal semacam ini diperlukan kesadaran masyarakat yang tinggi mengenai arti pentingnya peranan hutan bagi manusia secara berkelanjutan.

Strategi Ekonomi

Dari aspek ekonomi, hutan merupakan sumber pendapatan penting bagi negara terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang, juga bagi penduduk sekitar hutan merupakan sumber pangan. Anonim pembangunan di sector kehutanan selama PJP I telah memberikan dampak yang sangat berarti bagi pembangunan ekonomi dan perbaikan lingkungan hidup di negara kita.

Hutan dan Perkembangan Bangsa

(41)

pada abad ke empat sebelum Masehi pengaruhnya menurun sejalan dengan habisnya wilayah hutan di negara tersebut. Begitu pula dengan negara Spanyol yang telah berjaya dengan kekuasaannya selama tiga abad pada abad ke 17 menurun . Hal ini disebabkan karena menurunnya hasil hutan yang dipakai untuk membangun armada kapalnya. Lain halnya dengan Amerika Serikat yang agak beruntung, karena setelah penebangan hutan kemudian ditemukan arang batu bara sebagai pengganti kayu bakar, kemudian ditemukan pula minyak bumi, sehingga negara itu masih tetap eksis. Disini dapat diartikan bahwa banyak negara tergantung dengan hutan karena kemampuan mereka mengelolanya.

Sedangkan di negara Indonesia, banyak sekali kebudayaaan yang berkembang terutama pada masyarakat asli pedalaman yang mempunyai keterkaitan dengan hutan. Misalnya suku-suku di pedalaman hutan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Riau yang senantiasa menjaga kelestariannya, suku-suku di Kep. Mentawai dsb.

Pengaruh Hutan terhadap Lingkungan

(42)

Pohon-pohon hutan juga mempengaruhi struktur tanah dan erosi, sehingga mempengaruhi pengadaan air di lereng gunung. Serasah di lantai hutan dapat mencegah rintikan air hujan untuk langsung jatuh ke tanah, tanpa adanya serasah, tanah lantai hutan akan padat oleh air hujan, dengan demikian daya serapnya berkurang.

Jadi apabila hutan di lereng gunung habis ditebang, air hujan akan mengalir deras membawa partikel tanah permukaan, yang kemudian bercampur menjadi Lumpur. Peristiwa ini akan menutupi pori-pori tanah di permukaan, pada hujan berikutnya lebih banyak lagi air yang mengalir di sepanjang lereng, karena makin berkurangnya daya serap tanah. Hal ini menyebabkan tanah di lereng gunung menjadi gersang dan kerdil. Apabila kejadiannya semakin parah, air yang mengalir dari lereng gunung tanpa rintangan, maka menimbulkan banjir, banjir ini akan menghanyutkan lapisan humus pada permukaan tanah.

Dari uraian di atas nampak bahwa penebangan hutan dapat menciptakan “lingkaran setan”. Makin banyak pohon yang ditebang, maka semakin besar perubahan ekstrim iklim mikro, sehingga makin sukar tumbuhan akan hidup.

Pengaruh Hutan dalam Tataguna Tanah

(43)

Dalam hal ini hubungan antara ekologi zona kehidupan dengan perencanaan tataguna tanah menurut Holdrige (1967) pada tingkat nasional pada sebuah negara mempunyai dua strategi. Strategi pertama adalah dengan menentukan pola penghidupan yang sesuai dengan keadaan sumber alam yang ada di lingkungannya, artinya tidak ada unsur paksaan bagi seseorang untuk hidup bertani, karena lingkungan nya tidak cocok untuk pertanian. Strategi ini pertama harus menentukan kapasitas manusia dan jenis tanah serta iklim daerah setempat, kemudian menentukan penyebaran populasi manusia yang diatur dan disesuaikan menurut pembakuan (standart) kehidupan yang diingini. Strategi yang kedua adalah membiarkan populasi manusia tumbuh semaunya serta membuka kesempatan kepada mereka untuk memanfaatkan setiap jengkal tanah yang dimanfaatkan untuk pertanian, untuk menyokong penghidupan mereka, meskipun dengan produksi rendah (namun pilihan ini bertentangan dengan asas ke empat).

Penelitian untuk menemukan teknik yang terbaik dalam mengklasifikasikan wilayah telah banyak dilakukan, sehingga dapat ditentukan jenis tumbuhan yang cocok di suatu daerah dengan berbagai faktor lingkungannya dengan memanfaatkan sumber alam yang ada di dalamnya sebaik mungkin.

Zona Kehidupan

Pengujian zona kehidupan telah dilakukan oleh Holdridge, yang mendasarkan metodenya pada perkiraan bahwa:

(44)

kisaran nilai suhu dan curah hujan dalam zona tersebut. Oleh karena itu berdasarkan hubungan antara kedua faktor iklim tersebut dengan tumbuhan yang tersebar di dalamnya, dapat ditentukan berbagai asosiasi tumbuhan yang ada di dalam zona tertentu.

2. Ekivalensi di antara ketiga besaran faktor iklim dengan suatu jenis asosiasi tumbuhan dapat dinyatakan dengan suhu, curah hujan, dan kelembaban udara dalam unit yang memiliki relevansi biologi secara maksimum. Jad untuk suhu digunakan indeks suhu biologi (biotemperatur) rata-rata per tahun.

Holdridge menyatakan suhu biologi itu sebagai suhu yang berada pada batas kisaran, yang masih memungkinkan pertumbuhan vegetasi. Dan vegetasi diperkirakan tumbuh pada kisaran suhu antara 0 C – 30 C

Curah hujan dinyatakan dengan jumlah rata-rata per tahun dalam millimeter. Kedua angka biotemperatur dan curah hujan ini sudah cukup untuk menentukan zona kehidupan.

3. Pengaruh suhu, curah hujan atau evapotranspirasi potensial pada tumbuhan berhubungan erat dengan nilai logaritma nilai yang diukur dari ketiga besaran tadi.

4. Daerah lintang mempunyai ekivalensi dengan jalur ketinggian tempat. Jadi, kalau seseorang mendaki lereng gunung di daerah tropika, maka ia akan sampai pada ketinggian yang keadaan vegetasinya sebanding dengan kondisi curah hujan yang serupa dengan keadaan di kutub.

(45)

Dalam unit ini kemudian terdapat tiga pembagian yang disebut asosiasi. Asosiasi ini kemudian ditentukan oleh karena adanya pengaruh suhu, curah hujan, kelembaban, dan modifikasi azonal, seperti angin yang keras searah, kabut tebal, pola curah hujan menurut musim dst.

Jadi Holdridge mengenal asosiasi suhu, asosiasi hidris, asosiasi tanah dst. Tiap asosiasi ini kemudian dapat dibagi pembagian tingkat ketiga yang didasarkan pada perbedaaan tataguna tanah.

Sistem di atas mempunyai arti bahwa seorang ahli yang terlatih dapat meramalkan jenis komunitas di suatu daerah berdasarkan pada data faktor lingkungan dan iklim di daerah tersebut, kemudian dapat pula ditentukan jenis tumbuhan apa yang cocok ditanam di daerah tersebut.

3. Sistem Danau

Indonesia mempunyai lebih dari 500 danau dengan luas sekitar 5000 km 2. Dari sejumlah danau terutama di Sulawasi, Sumatra dan Irian Jaya mempunyai spesies endemis, contohnya Danau Matano-Towuti mempunyai 25 spesies endemik ikan, 12 spesies endemik moluska, 1 spesies endemik ular dan beberapa spesies tumbuhan air., sedangkan di Indonesia bagian Barat, belum diketahui berapa banyak spesies endemik Anonim (1996).

(46)

Asas pertama, ekosistem lahir karena perjalanan sejarah. Maksudnya adalah semua bentuk kekuatan yang beroperasi pada setiap waktu di dalam sebuah ekosistem lama kelamaaan dapat mengubah cirri dari ekosistem tersebut. Artinya semua ekosistem mengalami suksesi, contoh nyata adalah danau. Suksesi dalam sebuah ekosistem, tidak hanya berarti bahwa setiap spesies tumbuhan dan hewan dalam ekosistem itu mengalami perubahan genetika untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Tetapi juga berarti bahwa karena perubahan yang berlalu dalam ekosistem itu, maka spesies yang tak sesuai dengan keadaan baru telah diganti oleh spesies yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Komposisi spesies tumbuhan dan hewan dalam danau juga berubah-ubah dan proses suksesi ini menyangkut berbagai gelombang perubahan komposisi spesies.

Suksesi dalam Danau

Terjadinya sebuah danau berasal dari berbagai akibat atau kejadian. Danau alam biasanya terbentuk oleh adanya aktifitas vulkanik atau tektonik (Lehmusluoto,1999). Danau Toba misalnya adalah danau yang terjadi karena akibat patahan di permukaan bumi yang kemudian diikuti peristiwa klimat. Beberapa danau lain terjadi karena gejala vulkanik misalnya danau Lamongan, karena belokan sungai yang terlalu dalam, karena depresi tanah kapur, ada juga danau buatan seperti Jatiluhur.

Ketika danau pertama kali terbentuk, di dalamnya terkandung bahan organic yang jumlahnya sedikit, dan airnya jernih, dengan kerapatan tumbuhan dan hewan rendah. Karena airnya jernih, maka sinar matahari dapat menembus sampai ke dalam, sehingga suhunya menjadi dingin.

(47)

makanan tetapi kaya oksigen. Danau semacam ini disebut danau oligotrofi artinya makanan sedikit. Dalam keadaaan seperti ini bahan makanan juga sedikit, karena aktifitas biologi sedikit. Oleh sebab itu, ada kemungkinan pada permukaan air juga terjadi kekurangan bahan seperti fosfor, nitrogen dan kalsium. Padahal unsur kimia tersebut sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Meskipun demikian kegiatan biologis dalam danau lama kelamaan meningkat, kecuali kalau memang danau tersebut sangat dingin atau sangat kekurangan bahan makanan. Bahan organik seperti fitoplankton, zooplankton dan sampah organik lain yang ada di dalam danau semakin lama semakin banyak menumpuk di daerah permukaan . Akibatnya kejernihan air semakin lama semakin menurun air menjadi semakin keruh, ini berarti sinar matahari tidak dapat menembus ke dalam perairan, hanya di permukaan air saja, sehingga proses fotosintesis semakin terganggu, terjadi hanya sebatas di permukaan perairan saja. Dengan meningkatnya jumlah total kegiatan biologis per unit waktu dalam volume air tertentu, maka akan menimbulkan produksi sampah organik meningkat yang mulanya terapung dipermukaan air, tetapi lama kelamaan akan tenggelam di dasar danau. Ditambah pula adanya pemasukan bahan dari luar melalui air sungai yang mengalir ke danau, lama kelamaan danau akan menjadi dangkal karena adanya pengendapan bahan. Terutama di tepi danau yang banyak kegiatan biologis, akan memperkaya bahan-bahan di danau tersebut, sehingga danau yang tadinya oligotrofi menjadi mesotrofi.

(48)

dapat menembus beberapa meter saja (1-3 m) saja, sehingga danau airnya menjadi hangat dan terjadilah perubahan komposisi spesies jasad hidup, danaupun akan menjadi lebih kaya dengan jasad hidup.. Hal ini menyebabkan selalu tersedia cukup makanan di permukaan air untuk mendukung berbagai kegiatan biologi. Danau ini kemudian berubah tingkatannya menjadi eutrofi. Apabila terjadi pendangkalan terus menerus dengan jasad hidup yang sangat melimpah, maka akhir dari suksesi ini akan terjadi distrofi.

Keadaan tersebut menunjukkan perubahan dari danau menjadi rawa, lalu menjadi tanah daratan seperti biasa. Pada keadaan distrofi, jumlah bahan organik yang dibusukkan menjadi begitu besar, sehingga oksigen yang digunakan untuk aktifitas pembusukan melebihi kemampuan tumbuhan untuk menyediakannya. Akibatnya tumbuhan aquatik dalam danau itu menjadi sangat berkurang daya aktifitas biologinya, akhirnya danau tersebut akan mati, kemudian lahirlah komunitas “daratan baru”. Urutan perubahan suksesi pada danau tersebut akbat dari aktifitas manusia, misalnya pembuangan sampah organik, pencemaran limbah pertanian dsb.

Manfaat Danau bagi Manusia

Danau mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, menjadi sumber alam yang dapat dimanfaatkan baik langsung ataupun tidak langsung oleh manusia, karena sebagai sumber alam air danau dapat dimanfaatkan untuk pengairan, suplai industri domestik, PLTU, perikanan, transportasi, rekreasi dan konservasi keanekaragaman flora dan fauna (Lehmusluoto, 1999). Keuntungan tehnis dari danau adalah menghasilkan ikan dan sebagai sumber irigasi, di danau Maninjau dan Singkarak, Batur dan Bratan danau dapat dimanfaatkan untuk tempat rekreasi, dan irigasi.

(49)

manusia dari danau tergantung dari tingkat suksesinya (kesuburannya), sehingga diperlukan strategi manusia dalam pengambilan hasil dari dalam danau itu. Disini dibutuhkan pengelolaan secara berkelanjutan agar tidak habis dan punah.

4. Sistem Padang Rumput

(50)

Gambar Bagan alir hubungan timbal-balik hewan – tumbuhan - manusia di dalam ekosistem padang rumput.

Hubungan Tumbuhan-Hewan dan Manusia

Hubungan antara hewan, tumbuhan dan peranan manusia dalam sebuah padang rumput dapat ditunjukkan secara sederhana pada gambar di atas. Meskipun pada kenyataannya padang rumput dihuni oleh oleh banyak spesies hewan dan tumbuhan dengan bermacam kelas umurnya yang berbeda-beda, namun untuk memudahkan ilustrasi pada gambar, hanya akan dicantumkan dua spesies hewan ternak dan dua spesies tumbuhan. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa manusia dapat mengambil hasil dari kedua spesies hewan ternak yang terdapat dalam padang rumput tersebut.

Hasil ternak bagi manusia

Kepadatanhewan spesies 1

Pengaruh jejak kaki

terhadap sifat manusia Kepadatan hewan spesies2

I K L I M

Pemupukan tanah oleh manusia

Konsentrasi zat makanan dalam

tanah Kepadatan

tumbuhan spesies 1

(51)

Artinya, setiap tahun manusia dapat mengambil X% dari daging yang dihasilkan oleh spesies hewan yang satu, dan Y% dari spesies hewan yang kedua. Kedua spesies hewan ini mempengaruhi spesies tumbuhan , bukan saja spesies stumbuhan tersebut dijadikan bahan makanan, tetapi juga karena pengaruh jejak kakinya. Manusia dalam usaha meninggikan produksi hewan, dapat secara tidak langsung memberi pupuk kepada kawasan padang rumput, yang kemudian akan terdapat penambahan zat makanan dalam tanah bagi tumbuhan untuk hidup lebih subur. Sungguhpun demikian perlu diingat, bahwa tiap tumbuhan yang terdapat dalam padang rumput itu mempunyai keperluan bahan makanan yang berbeda-beda.

Sebaliknya tumbuhan merupakan faktor yang penting juga dalam mempengaruhi sifat serta cirri tanah sebagai penyumbang bahan organic. Gambar tersebut tidak menampung hubungan timbal balik sistem hewan-tumbuhan-manusia secara kritis, misalnya bagaimana pengaruh faktor lingkungan terhadap keseimbangan hidup sapi di padang rumput. Untuk lebih menjelaskan hubungan yang dinamis antara spesies tumbuhan dan hewan di padang rumput , dirumuskan hubungan tersebut sbb:

1. Berbagai spesies hewan pemamah biak yang hidup di padang rumput yang sama mempunyai pilihan tumbuhan yang berbeda sebagai bahan makanannya.

2. Adanya pilihan tertentu terhadap tumbuhan sebagai makanannya, maka hewan dapat mengubah komposisi tumbuhan di padang rumput tsb, karena adanya seleksi terhadap tumbuhan, ada kemungkinan spesies tumbuhan yang kerapatannya menjadi berkurang.

(52)

Pilihan Bahan Makanan oleh Ternak

Disini dicontohkan oleh Taibott (1996) yang melaporkan bahwa setiap spesies pemamah biak di Afrika Timur dan Tengah mempunyai pilihan bahan makanan yang berlainan. Jerapah lebih memilih daun dari pohon-pohon yang tinggi, badak memakan daun semak-belukar, sedangkan “wilde beest” lebih senang makan rumput yang eksklusif. Hal yang serupa berlaku di padang rumput Cagar Alam Ujung Kulon. Badak lebih suka makan daun dan kayu dari semak belukar yang muda, banteng hampir secara eksklusif memakan rumput-rumputan, sedangkan rusa memakan pucuk muda dari beberapa tumbuhan semak Sedangkan di California sapi dan biri-biri bahan makanannya menurut perjalanan musim (table).

Apabila dianalisa cara makan kedua hewan ternak tersebut dalam segi hubungan antara frekuensi tumbuhan sebagai bahan makanan dengan frekuensi pemakanan oleh kedua hewan tersebut, nampak adanya perbedaan baik pada pilihan hewan terhadap suatu jenis tumbuhan maupun pada intensitas pemakanan tumbuhan tertentu oleh hewan tersebut.

(53)

yaitu padang rumput. Meskipun demikian akibat sebaliknya, kanguru bukit turun ke padang rumput karena menemukan makanan yang cocok dengan adanya perubahan komposisi tumbuhan di padang rumput tersebut. . Perubahan serupa ini menyebabkan kerugian besar pada manusia karena perbuatannya sendiri, yaitu dengan menurunnya kapasitas bawa di daerah tersebut sebesar 25%. Jadi penggembalaan yang terlalu intensif tadi, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan yang cukup besar dalam jangka yang pendek, ternyata menngakibatkan kerugian yang sangat besar dalam waktu yang relatif pendek dan merupakan kerugian dalam jangka panjang.

Pengaruh Perubahan Distribusi Umur Hewan Ternak terhadap Komposis Tumbuhan di Padang Rumput

Perubahan komposisi spesies tumbuhan di padang rumput tidak hanya disebabkan oleh perubahan komposisi spesies hewan saja, tetapi juga oleh distribusi umur hewan dalam spesies yang sama. Contohnya di Inggris barat laut (kawasan biri-biri). Di daerah ini masalah yang paling serius adalah terdapatnya penyebaran jenis rumput matgrass. Jenis rumput ini biasanya sebagai indikator jenis tanah miskin, sebagai akibat menurunnya kesuburan tanah di bukit. Tetapi kemudian jenis rumput ini menjadi umum dijumpai di padang rumput. Analisis kadar zat makanan yang terdapat pada matgrass dibandingkan dengan spesies rumput yang lain dalam padang rumput itu menunjukkan lebih rendah kadarnya hampir pada setiap zat makanan. Pada saat musim dingin, biri-biri dewasa memakan rumput ini hampir seluruh tumbuhan dapat tercabut sampai ke akar-akarnya, namun demikian sisa penyebaran rumput ini masih dapat terlihat di sela-sela batu atau di tepi dinding.

(54)

dalam populasi biri-biri itu terdapat lebih banyak biri-biri muda dan anak-anak dari pada yang dewasa, dan mereka ini memilih rumput lain sebagai bahan makanannya, tidak memilih matgrass. Akibatnya matgrass justru mendesak rumput lain yang mempunyai mutu makanan lebih baik, hasilnya matgrass tumbuh menyebar yang sebenarnya tidak diingini oleh manusia karena menurunkan produksi ternak.

Hal ini sebenarnya sudah diramalkan pada asas ke 13, apabila manusia terlalu banyak mengambil hasil ternak, maka akan terjadi perubahan distribusi umur dalam populasi biri-biri itu, yang berakibat pada ketidak mantapan dalam lingkungan padang rumput. Hasilnya dapat menurunkan keanekaragaman distribusi umur dan ratio jantan/betina dalam populasi itu, dan akibat terakhir adalah menimbulkan ketidak mantapan pada populasi tumbuhan yang menjadi makanannya dan mengalami suksesi dari stabil menjadi tidak stabil.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan pemupukan tanah padang rumput dengan penambahan fosfat, hasilnya terjadi kenaikan produksi enam kali lipat.

(55)

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB VI ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang konservasi sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan.

MATERI :

PENDAHULUAN :

Dalam bab ini akan dibahas hal-hal mengenai konservasi sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan, yang akan diberikan dalam dua kali pertemuan.

PENYAJIAN :

Pengertian Konservasi

Akhir-akhir ini telah terjadi pengeksplotasian dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan kelestariannya. Contoh kecil adalah penggunaan dan pengolahan lahan yang berlebihan tanpa nenperhatikan kaidah-kaidah pelestarian atau konservasi. Kaidah-kaidah konservasi sumber daya alam pada umumnya adalah penghematan penggunaan sumber daya alam dan memperlakukannya berdasarkan hukum alam.

(56)

negara lain di dunia) oleh empat orang menteri: Menteri Pertanian, Menteri Penerangan, Menteri RISTEK dan Menteri PPLH yang mengandung tiga aspek yaitu:

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan

Yaitu perlindungan proses ekologis yang penting sebagai sistem penyangga kehidupan (yang mendukung sistem penyangga kehidupan), karena sistem penyangga kehidupan harus dalam keadaan yang seimbang. Disini ada perbedaan antara lingkungan asli (sudah dalam keseimbangan yang optimal/stabil) dan lingkungan buatan (dalam keadaan tidak stabil). Siklus udara, air, tanah dan hara merupakan sub sistem penyangga kehidupan. 2. Pengawetan/pelestarian aneka ragam genetik yang ada

Kegunaan pelestarian genetik adalah untuk kesinambungan pembangunan. Hampir dari seluruh industri tergantung dari kelestarian jenis unggul untuk keperluan kehidupan manusia. Misalnya padi yang terus menerus diteliti sampai ditemukan jenis unggul. 3. Pelestarian manfaat

Pemanfaatan spesies flora dan fauna sudah banyak dilakukan. Pemanfaatan spesies-spesies yang tidak dilindungi dapat terjamin dalam keseimbangan alam. Sedangkan pemanfaatan spesies-spesies yang dilindungi diperlukan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan CITES (Convention International Trade of Dangered Flora and Fauna Species).

Perkembangan prinsip konservasi, semula pendekatan konservasi jenis menjadi konservasi dengan pendekatan ekosistem. Disini ada beberapa masalah dalam menangani konservasi sumber daya alam:

1. Jumlah penduduk dengan penyebaran yang tidak merata, yang sebagian besar berada di P. Jawa

(57)

3. Mata pencaharian yang bersifat agraris akan memerlukan lahan, dan terjadi tumpang tindih kepentingan antara konservasi dan eksploitas

4. Sumber daya alam adalah modal dasar pembangunan yang harus dimanfaatkan baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan

Oleh karena itu untuk melestarikan sumber daya alam terutama sumberdaya alam hayati, sebagai benteng terakhir oleh pemerintah adalah ditetapkannya kawasan konservasi sebagai perwakilan berbagai ekosistem (di Indonesia terdapat kurang lebih 80 ekosistem)

Pengertian Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam berdasarkan manfaat yang diperoleh dapat dibagi menjadi: 1. Sumberdaya alam Stock atau non-renewable

Yaitu sumberdaya alam yang apabila tidak dimanfaatkan ketersediaanya tidak bervariasi secara nyata menurut waktu. Dengan kata lain menurut waktu keadaannya tidak bertambah atau berkurang. Dengan demikian setiap bentuk pemanfaatan sumberdaya alam tersebut saat ini akan menurunkan ketersediaannya (dalam bentuk penggunaan yang sama) di masa mendatang contohnya minyak bumi, batubara, emas, dan barang tambang lainnya.

2. Sumberdaya alam flow atau renewable

Yaitu sumberdaya alam yang ketersediaannya bervariasi menurut waktu, walaupun tidak dimanfaatkan laju ketersediaannya mungkin meningkat atau menurun menurut waktu. Sumberdaya alam ini terbagi menjadi :

a. Sumberdaya alam dengan zona kritis (“with critical zone”)

(58)

b. Sumberday alam “flow” yang tidak mempunyai zona kritis (“with no critical zone”). Misalnya sinar matahari, angin dan ombak. Untuk sumberdaya alam ini dapat diperoleh menurut waktu asal terdapat “flow” yang permanen.

Konservasi Tanah

Tujuan utama dari konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap di bawah ambang batas yang diperkenankan, yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau sama dengan laju pembentukan tanah. Erosi merupakan proses alam yang sama sekali tidak dapat dihindari, khususnya untuk lahan pertanian, maka yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi laju erosi, untuk itu maka diperlukan strategi konservasi tanah:

1. Melindungi tanah dari hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah 2. Mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi 3. Meningkatkan stabilitas agregat tanah

4. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan lahan

Secara garis besar metode konservasi tanah dapat digolongkan menjadi 3, yaitu: 1. Konservasi secara agronomis

2. Konservasi secara mekanis 3. Konservasi secara kimiawi

Konservasi secara Agronomis

(59)

cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran permukaan. Konservasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1. Penanaman tanaman tumbuhan penutup tanah secara terus menerus (permanent plant cover)

2. Penanaman dalam strip (strip cropping) 3. Penanaman berganda (multilple cropping) 4. Penanaman bergilir (rotation cropping) 5. Pemanfaatan mulsa (residue management) 6. Sistem pertanian hutan (agroforestry)

Tanaman Penutup Tanah

Yang dimaksud tanaman penutup tanah adalah tanaman yang dengan sengaja ditanam untuk melindungi tanah dari erosi, menambah bahan organic tanah dan sekaligus meningkatkan produktivitas tanah. Tanaman penutup tanah ini dapat dikelompokkan menjadi:

1. Tanaman penutup tanah rendah, jenis rumput-rumputan dan tanaman merambat atau menjalar yang dipergunakan pada pola penanaman rapat, dalam barisan, untuk keperluan khusus dalam perlindungan tebing, talud, teras, dinding saluran irigasi maupun drainase

2. Tanaman penutup tanah sedang berupa semak, digunakan dalam pola penanaman teratur diantara barisan tanaman pokok, digunakan dalam barisan pagar, dan ditanam di luar tanaman pokok yang merupakan sumber mulsa atau pupuk hijau

(60)

4. Tumbuhan rendah alami (semak dan belukar) 5. Tumbuhan pengganggu

Penanaman dalam strip

Adalah cara bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman yang ditanam berselang seling dalam strip-strip pada sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau kontur. Cara ini ada beberapa tipe yaitu:

1. Penanaman dalam strip menurut garis kontur (Contour strip cropping) susunan stripstrip harus tepat sejajar dengan kontur dengan urutan pergiliran yang tepat pula 2. Penanaman dalam strip lapangan (field strip contour) terdiri dari stripstrip tanaman

yang tidak perlu sejajar, namun lebarnya seragam dan disusun melintang/memotong arah lereng

3. Penanaman dalam strip penyangga (buffer strip cropping) terdiri dari strip-strip rumput atau leguminosae yang dibuat diantara strip-strip tanaman pokok, strip lebarnya dapat seragam atau tidak.

Penanaman berganda

Penanaman ini berguna untuk meningkatkan produktivitas lahan sambil menyediakan proteksi terhadap tanah dari erosi. Sistem ini dapat dilakukan baik dengan cara penanaman beruntun, tumpang sari atau tumpang gilir

1. Penanaman beruntun (sequential cropping)

(61)

Yaitu sistem bercocok tanaman dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam serentak atau bersamaan pada sebidang tanah baik secara campuran ataupun terpisah dalam baris yang teratur, sistem ini mampu menekan laju erosi dan aliran permukaan

3. Penanaman tumpang gilir (relay cropping)

Yaitu sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua atau berikutnya ditanam setelah tanaman pertama berbunga, sehingga apabila tanaman pertama dipanen, tanaman kedua sudah tumbuh, sistem ini bertujuan untuk meningkatkan intensitas penggunaan lahan sekaligus meningkatkan frekuensi tanam.

4. Penanaman lorong (allay cropping)

Yaitu sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana salah satu jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman non pangan, tanaman pokok ditanam di lorong diantara tanaman non pokok sebagai pagar, sedangkan fungsi tanaman pagar adalah sebagai sumber pupuk hijau, dapat mengurangi erosi, sumber kayu bakar dan sumber makanan ternak.

Penggunaan mulsa

(62)

Penghutanan kembali (reboisasi)

Penghutanan kembali merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran permukaan, terutama jika dilakukan pada bagian hulu daerah tangkapan air untuk mengatur banjir, secara lebih luas, penghutanan kembali dapat diartikan sebagai usaha untuk memulihkan dan menghutankan kembali tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia, maupun biologi, baik secara alami maupun oleh ulah manusia. Tanaman yang digunakan biasanya tanaman yang bisa mencegah erosi, baik dari segi habitus maupun umur, juga tanaman keras yang bernilai ekonomi. Dari segi konservasi, tanaman yang dipilih harus mempunyai perakaran yang kuat, dalam dan luas sehingga membentuk jaringan akar yang rapat, mempunyai pertumbuhan yang cepat, mempunyai nilai ekonomi dan dapat memperbaiki kualitas kesuburan tanah.

Konservasi secara Mekanis

Prinsip dasar konservasi tanah adalah mengurangi banyaknya tanah yang hilang akibat erosi. Dalam hal ini konservasi secara mekanis mempunyai fungsi, yaitu:

1. memperlambat aliran permukaan

2. menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak tanah 3. memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki erosi tanah 4. menyediakan air bagi permukaan.

(63)

Pengolahan tanah

Konservasi mekanis dengan cara pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman, menyiapkan tempat untuk tumbuh bagi benih, menggemburkan tanah pada daerah perakaran, membalikan tanah sehingga sisa-sisa tanaman bisa terbenam di dalam tanah dan memberantas gulma. Untuk mencapai hasil pengolahan yang baik bagi pertanian dan usaha konservasi, maka yang dilakukan adalah

1. Tanah diolah seperlunya saja

2. Pengelolaan tanah dilakukan pada saat kandungan air yang tepat 3. Pengolahan tanah dilakukan menurut garis kontur

4. Merubah kedalaman pengolahan tanah

5. Pengelolaan tanah sebaiknya dilakukan dengan pemberian mulsa

Pengolahan tanah menurut kontur

Pengolahan tanah dan penanaman menurut kontur dapat mengurangi laju erosi. Efektifitas pengolahan tanah dan penanaman menurut kontur tergantung pada kemiringan dan panjang lereng. Keuntungan utama mengolah tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan air, terjadinya tempat penampungan air sementara sehingga memungkinkan penyerapan air dan dapat mengurangi terjadinya erosi.

Pengolahan tanah menurut guludan

(64)

Terras

Terras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan, yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan yang memungkinkan terjadinya penyerapan air dan berkurangnya erosi. Fungsi teras adalah terras pengelak (diversion terrace), teras retensim (retention terrace), terras bangku (bench terrace).

Terras pengelak berfungsi untuk menangkap aliran permukaan dan mengalirkannya memotong kontur melalui outlet yang tepat, bentuk ini cocok untuk kemiringan kecil. Sedangkan terras retensi diperlukan untuk penyimpanan air dengan menampungnya di bagian bukit, dalam hal ini diperlukan bagian tanah yang datar yang mampu menyimpan aliran permukaan dengan periode ulang sampai 10 tahunan dengan tanpa terjadi luapan, biasanya untuk tanah dengan kemiringan 4,5 0. Terras bangku dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak tangga atau bangku yang dipisahkan oleh talud.

Konservasi Air

(65)

konservasi air untuk industri berarti menggunakan air sehemat mungkin untuk kepentingan produksi. Konservasi air untuk pertanian berarti menggunakan air sehemat mungkin untuk menghasilkan hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya.

Konservasi Hutan

Konservasi hutan bukan hanya melalui penghutanan kembali lahan kritis, hutan lindung, hutan yang rusak, dengan jalan penghiajuan, tetapi lebih dari itu harus memperhatikan kaidah-kaidah ekologi di dalam mengeksploitasi hutan produksi, dan hutan rawa. Pada usaha konservasi di kawasan hutan lindung dan hutan suaka

Pengelolaan Lingkungan

Usaha melestarikan lingkungan dari pengaruh pembangunan di berbagai bidang adalah salah satu usaha yang perlu dijalankan. Pengelolaan lingkungan yang baik dapat mencegah kerusakan lingkungan sebagai akibat pembangunan. Tujuan pengelolaan lingkungan terutama untuk mencegah kemunduran populasi sumber daya alam yang dikelola dan sumber daya alam lain yang ada di sekitarnya dan mencegah pencemaran limbah atau polutan yang membahayakan lingkungan.

(66)

harus berusaha memelihara sumber daya alam yang tersedia untuk mengelola hingga masa yang akan datang.

Pengelolaan lingkungan merupakan upaya yang dilakukan secara bertahap karena tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan diawali dengan penyusunan rencana, disusul dengan tahap pelaksanaan yang berupa pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan. Tahap selanjutnya berupa pemulihan dan pengembangan lingkungan untuk menjaga kelestarian kualitas lingkungan.

Pengelolaan Lahan

Pengelolaan lahan disini termasuk pengelolaan lahan pertanian, pengelolaan lahan untuk pemukiman maupun industri. Dengan makin berkembangnya ilmu dan teknologi, maka manusia semakin berupaya untuk mendapatkan strategi baru dalam bidang penggunaan lahan. Strategi tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil yang maksimal dengan menggunakan waktu, tenaga dan biaya yang semaksimal mungkin untuk memperoleh:

1. hasil atau produksi yang maksimum dari setiap unit lahan

2. memilih tata cara pengelolaan lahan yang memberi keuntungan maksimum

3. menekan sekecil mungkin ketidakmantapan kondisi lahan potensial s

Gambar

Gambar.     Hubungan berlogika di antara 14 asas dasar ilmu lingkungan (Watt,1973)
Gambar : Tomat yang ukurannya kecil dan tidak normal sebagai bioindikator pencemaran
Tabel 2 : Bioindikator ekosistem perairan
Gambar :  Ikan yang berwarna merah yang hidup di air bersih, akan berubah warna menjadi
+6

Referensi

Dokumen terkait