SISTEM LINGKUNGAN
4. Sistem Padang Rumput
Padang rumput dengan sistem peternakan di dalamnya perlu memperoleh perhatian khusus, karena merupakan suatu sistem edaran sebab-akibat antara tumbuhan dan hewan dalam lingkungan hidup manusia. Dari hubungan timbal balik ini manusia dapat memetik manfaatnya yang sangat berharga. Yang menarik dari sistem padang rumput ini adalah berlakunya hubungan pengaruh-mempengaruhi antara keanekaragaman spesies tumbuhan dan keanekaragaman spesies hewan. Hewan (ternak) pemamah biak dari berbagai spesies, bahkan dari berbagai umur pada spesies yang sama, sering mempunyai pilihan spesies tumbuhan tertentu untuk makanannya. Ini berarti apabila kita memindahkan spesies atau kelompok umur suatu hewan ternak ke padang rumput lain, maka kita akan mengubah pula komposisi spesies tumbuhan di padang rumput asalnya.
Gambar Bagan alir hubungan timbal-balik hewan – tumbuhan - manusia di dalam ekosistem padang rumput.
Hubungan Tumbuhan-Hewan dan Manusia
Hubungan antara hewan, tumbuhan dan peranan manusia dalam sebuah padang rumput dapat ditunjukkan secara sederhana pada gambar di atas. Meskipun pada kenyataannya padang rumput dihuni oleh oleh banyak spesies hewan dan tumbuhan dengan bermacam kelas umurnya yang berbeda-beda, namun untuk memudahkan ilustrasi pada gambar, hanya akan dicantumkan dua spesies hewan ternak dan dua spesies tumbuhan. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa manusia dapat mengambil hasil dari kedua spesies hewan ternak yang terdapat dalam padang rumput tersebut.
Hasil ternak bagi manusia
Kepadatanhewan spesies 1
Pengaruh jejak kaki
terhadap sifat manusia Kepadatan hewan spesies2
I K L I M Pemupukan tanah oleh manusia Konsentrasi zat makanan dalam tanah Kepadatan tumbuhan spesies 1 Kepadatan tumbuhan spesies 2
Artinya, setiap tahun manusia dapat mengambil X% dari daging yang dihasilkan oleh spesies hewan yang satu, dan Y% dari spesies hewan yang kedua. Kedua spesies hewan ini mempengaruhi spesies tumbuhan , bukan saja spesies stumbuhan tersebut dijadikan bahan makanan, tetapi juga karena pengaruh jejak kakinya. Manusia dalam usaha meninggikan produksi hewan, dapat secara tidak langsung memberi pupuk kepada kawasan padang rumput, yang kemudian akan terdapat penambahan zat makanan dalam tanah bagi tumbuhan untuk hidup lebih subur. Sungguhpun demikian perlu diingat, bahwa tiap tumbuhan yang terdapat dalam padang rumput itu mempunyai keperluan bahan makanan yang berbeda-beda.
Sebaliknya tumbuhan merupakan faktor yang penting juga dalam mempengaruhi sifat serta cirri tanah sebagai penyumbang bahan organic. Gambar tersebut tidak menampung hubungan timbal balik sistem hewan-tumbuhan-manusia secara kritis, misalnya bagaimana pengaruh faktor lingkungan terhadap keseimbangan hidup sapi di padang rumput. Untuk lebih menjelaskan hubungan yang dinamis antara spesies tumbuhan dan hewan di padang rumput , dirumuskan hubungan tersebut sbb:
1. Berbagai spesies hewan pemamah biak yang hidup di padang rumput yang sama mempunyai pilihan tumbuhan yang berbeda sebagai bahan makanannya.
2. Adanya pilihan tertentu terhadap tumbuhan sebagai makanannya, maka hewan dapat mengubah komposisi tumbuhan di padang rumput tsb, karena adanya seleksi terhadap tumbuhan, ada kemungkinan spesies tumbuhan yang kerapatannya menjadi berkurang.
3. Timbulnya perubahan kerapatan relatif spesies tumbuhan yang berlainan, berakibat pada timbulnya perubahan spesies hewan yang mencari makanan di daerah tsb.
Pilihan Bahan Makanan oleh Ternak
Disini dicontohkan oleh Taibott (1996) yang melaporkan bahwa setiap spesies pemamah biak di Afrika Timur dan Tengah mempunyai pilihan bahan makanan yang berlainan. Jerapah lebih memilih daun dari pohon-pohon yang tinggi, badak memakan daun semak-belukar, sedangkan “wilde beest” lebih senang makan rumput yang eksklusif. Hal yang serupa berlaku di padang rumput Cagar Alam Ujung Kulon. Badak lebih suka makan daun dan kayu dari semak belukar yang muda, banteng hampir secara eksklusif memakan rumput-rumputan, sedangkan rusa memakan pucuk muda dari beberapa tumbuhan semak Sedangkan di California sapi dan biri-biri bahan makanannya menurut perjalanan musim (table).
Apabila dianalisa cara makan kedua hewan ternak tersebut dalam segi hubungan antara frekuensi tumbuhan sebagai bahan makanan dengan frekuensi pemakanan oleh kedua hewan tersebut, nampak adanya perbedaan baik pada pilihan hewan terhadap suatu jenis tumbuhan maupun pada intensitas pemakanan tumbuhan tertentu oleh hewan tersebut.
Begitu pula di Australia, di negara tersebut hujan sangat tidak menentu waktunya, sehingga penggembalaan mempengaruhi perubahan komposisi tumbuhan. Akibatnya biri-biri sangat menekankan plihan makanannya kepada tumbuhan yang mempunyai pertumbuhan vegetatif di luar musim hujan. Dengan demikian spesies tumbuhan yang masa pertumbuhannya di musim hujan tidak begitu terpengaruh oleh biri-biri. Semua itu menyebabkan penggembalaan yang berlangsung sepanjang tahun mengubah komposisi tumbuhan ke arah spesies yang mempunyai periode pertumbuhan yang pendek dan akar yang tidak begitu dalam, yaitu cirri-ciri tumbuhan di luar musim penghujan, sehingga tumbuhan musim penghujan makin-lama makin unggul (dominan). Konsekuensi penggembalaan biri-biri tersebut, maka kanguru terusir dari lingkungan hidup aslinya,
yaitu padang rumput. Meskipun demikian akibat sebaliknya, kanguru bukit turun ke padang rumput karena menemukan makanan yang cocok dengan adanya perubahan komposisi tumbuhan di padang rumput tersebut. . Perubahan serupa ini menyebabkan kerugian besar pada manusia karena perbuatannya sendiri, yaitu dengan menurunnya kapasitas bawa di daerah tersebut sebesar 25%. Jadi penggembalaan yang terlalu intensif tadi, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan yang cukup besar dalam jangka yang pendek, ternyata menngakibatkan kerugian yang sangat besar dalam waktu yang relatif pendek dan merupakan kerugian dalam jangka panjang.
Pengaruh Perubahan Distribusi Umur Hewan Ternak terhadap Komposis Tumbuhan di Padang Rumput
Perubahan komposisi spesies tumbuhan di padang rumput tidak hanya disebabkan oleh perubahan komposisi spesies hewan saja, tetapi juga oleh distribusi umur hewan dalam spesies yang sama. Contohnya di Inggris barat laut (kawasan biri-biri). Di daerah ini masalah yang paling serius adalah terdapatnya penyebaran jenis rumput matgrass. Jenis rumput ini biasanya sebagai indikator jenis tanah miskin, sebagai akibat menurunnya kesuburan tanah di bukit. Tetapi kemudian jenis rumput ini menjadi umum dijumpai di padang rumput. Analisis kadar zat makanan yang terdapat pada matgrass dibandingkan dengan spesies rumput yang lain dalam padang rumput itu menunjukkan lebih rendah kadarnya hampir pada setiap zat makanan. Pada saat musim dingin, biri-biri dewasa memakan rumput ini hampir seluruh tumbuhan dapat tercabut sampai ke akar- akarnya, namun demikian sisa penyebaran rumput ini masih dapat terlihat di sela-sela batu atau di tepi dinding.
Sementara itu kebutuhan daging domba makin meningkat, menyebabkan distribusi dan komposisi umur domba itu berubah. Perubahan ini menunjukkan bahwa
dalam populasi biri-biri itu terdapat lebih banyak biri-biri muda dan anak-anak dari pada yang dewasa, dan mereka ini memilih rumput lain sebagai bahan makanannya, tidak memilih matgrass. Akibatnya matgrass justru mendesak rumput lain yang mempunyai mutu makanan lebih baik, hasilnya matgrass tumbuh menyebar yang sebenarnya tidak diingini oleh manusia karena menurunkan produksi ternak.
Hal ini sebenarnya sudah diramalkan pada asas ke 13, apabila manusia terlalu banyak mengambil hasil ternak, maka akan terjadi perubahan distribusi umur dalam populasi biri-biri itu, yang berakibat pada ketidak mantapan dalam lingkungan padang rumput. Hasilnya dapat menurunkan keanekaragaman distribusi umur dan ratio jantan/betina dalam populasi itu, dan akibat terakhir adalah menimbulkan ketidak mantapan pada populasi tumbuhan yang menjadi makanannya dan mengalami suksesi dari stabil menjadi tidak stabil.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan pemupukan tanah padang rumput dengan penambahan fosfat, hasilnya terjadi kenaikan produksi enam kali lipat.
Dari kenaikan produksi tersebut, timbul sebuah polemik, karena untuk meningkatkan produksi harus diperlukan energi baik di sektor pertanian ataupun peternakan, kemudian timbul masalah baru karena adanya ketergantungan penambahan energi, sehingga menambah beban, karena sumber energi habis dalam perjalanan waktu.
KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN