• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Self-Esteem pada Mahasiswa Yang Menggunakan Make Up Jurusan Public Relations di Universitas "X" Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Self-Esteem pada Mahasiswa Yang Menggunakan Make Up Jurusan Public Relations di Universitas "X" Jakarta."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Make up dapat mempengaruhi aspek psikologis seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran self-esteem pada mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta. Teori yang digunakan yaitu teori self-esteem Coopersmith (1967). Rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif.

Alat ukur berupa kuesioner yang disusun peneliti berdasarkan teori Coopersmith (1967), mencakup 4 aspek yaitu power, significance, competence, dan virtue. Validitas diukur menggunakan korelasi Rank Spearman menunjukkan 45 item diterima dengan nilai validitas 0,308 sampai dengan 0,725. Reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach menunjukkan alat ukur reliabel dengan nilai reliabilitas 0,940. Faktor yang mempengaruhi self-esteem dijaring melalui kuesioner data penunjang. Sampel penelitian berjumlah 100 orang yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Teknik analisis data penelitian ini dengan menghitung uji statistik distribusi frekuensi dan tabulasi silang self-esteem dengan data penunjang.

Berdasarkan hasil pengolahan data, sebanyak 50,0% responden memiliki self-esteem tinggi dan 50,0% lainnya memiliki self-esteem rendah. Persentase self-esteem tinggi menunjukkan aspek power, significance, competence, dan virtue yang juga tinggi. Persentase self-esteem rendah menunjukkan aspek power, significance, competence yang juga rendah, kecuali pada aspek virtue sebagian menunjukkan derajat yang tinggi. Faktor yang berkaitan yaitu nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi (alasan menggunakan make up dan nilai-nilai penting kehidupan), serta respon terhadap devaluasi diri (respon terhadap kegagalan).

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Universitas ‘X’ Jakarta untuk segera melakukan program kemahasiswaan, misalnya seperti seminar dan pelatihan yang mampu meningkatkan self-esteem mahasiswi, sehingga membantu mahasiswi untuk memiliki cara pandang yang positif terhadap dirinya dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.

(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Make up may affect people’s psychological aspects. This study is conducted to get a self -esteem overview of Public Relations female students who wear make up at University ‘X’ Jakarta. This study employs Coopersmith (1967) self-esteem theory and uses a descriptive method.

The questionnaire used as the instrument is developed by the researcher based on Coopersmith theory, it involves four aspects of self-esteem, they are power, significance,

competence, and virtue. Validity measured using Rank Spearman’s correlation shows that all the

45 questionnaire items are valid with validity scores range from 0,308 to 0,725. Alpha Cronbach formula is used to get reliability and it scores 0,940, meaning the instrument is reliable. Factors affecting self-esteem are captured through a supporting data questionnaire. It involves 100 samples selected using purposive sampling technique. Data analysis is conducted by calculating the frequency distribution, and cross tabulation of self-esteem and the supporting data.

Result of the data analysis show that 50,0% of the respondents have high self-esteem and the other 50,0% have low self-esteem. Those with high self-esteem show that their aspects of power, significance, competence, and virtue are also high, while the percentage with low self-esteem show that their aspects of power, significance, and competence are low, but the aspect of virtue is partially of high degree. Factors that influence to each other are values and aspirations (on the reasons of using make up and important values of life) as well as responses to self-devaluation (response to failure).

The results of this study can be used as a consideration by University ‘X’ Jakarta to immediately conduct special training programs for the students, like seminars or short courses, that may ehance students self-esteem which eventually may support students to have a positive view of themselves and be able to develop their potentials.

(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 9

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.5.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 19

1.6 Asumsi Penelitian ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 21

2.1 Self-esteem ... 21

2.1.1 Definisi Self-esteem ... 21

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Self-esteem ... 21

2.1.3 Aspek Self-esteem ... 23

2.1.4 Area dalam Self-esteem ... 25

2.1.5 Derajat Self-esteem ... 26

2.2 Masa Dewasa Awal ... 28

2.2.1 Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal ... 28

2.2.2 Perkembangan Fisik ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 33

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 33

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 34

3.3.1 Variabel Penelitian ... 34

(5)

xi

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 38

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 39

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 39

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 39

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.5.1 Populasi Sasaran ... 40

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 40

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.6 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Gambaran Responden ... 42

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 42

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Semester ... 43

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Make Up ... 43

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Make Up yang Digunakan ... 44

4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Tempat yang Dituju ... 45

4.1.6 Gambaran Responden Berdasarkan Kegiatan yang Dilakukan ... 46

4.2 Hasil Penelitian ... 47

4.3 Pembahasan ... 48

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Simpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

5.2.1 Saran Teoretis ... 57

5.2.2 Saran Praktis ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 36

Tabel 3.2 Skor Item ... 37

Tabel 3.3 Norma Try Out ... 38

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Usia ... 42

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Semester ... 43

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Make Up dalam Satu Minggu ... 43

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Jenis Make Up yang Digunakan ... 44

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Tempat yang Dituju Ketika Menggunakan Make Up ... 45

Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Kegiatan yang Dilakukan Ketika Menggunakan Make Up46 Tabel 4.7 Self-esteem Responden ... 47

(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan dan Kuesioner LAMPIRAN 2 Validitas dan Reliabilitas

LAMPIRAN 3 Hasil Penelitian (Self-esteem Responden)

LAMPIRAN 4 Tabulasi Silang Aspek Self-esteem dan Data Penunjang LAMPIRAN 5 Tabulasi Silang Make Up

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Wanita, kecantikan, dan kosmetik adalah tiga kata yang nyaris tak dapat dipisahkan. Kosmetik bisa dikatakan menemani hampir di setiap fase kehidupan seorang wanita, karena seorang wanita memiliki kebutuhan untuk tampil bersih, wangi, dan cantik. Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (Yunani) yang artinya keterampilan menghias, mengatur. Jadi, kosmetik pada dasarnya adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya lebih cantik dari semula. (Muliyawan, D., dan Suriana, 2013).

Penggunaan kosmetik, khususnya di bagian muka dan mata, disebut dengan “riasan”,

“dandanan”, atau “make up”. Tata rias wajah (make up) adalah kegiatan mengubah penampilan

dari bentuk asli sebenarnya dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Istilah make up lebih sering ditujukan kepada pengubahan bentuk wajah, meskipun sebenarnya seluruh tubuh bisa dihias (make up). Beberapa contoh dari make up adalah lipstick, mascara, eye liner, eye shadow, dan

blush on. Make up sangat identik dengan perempuan meskipun pengguna make up tidak menutup

kemungkinan adalah laki-laki dan diyakini sebagai sarana untuk membuat penampilan menjadi lebih menarik (Yuwanto, 2015).

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Kondisi ini dimanfaatkan menjadi peluang besar bagi produsen kosmetik. Jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, menjadikan Indonesia pasar yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik.

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (PERKOSMI) memperkirakan penjualan kosmetik di pasar dalam negeri hingga akhir tahun 2013 meningkat 15% dari realisasi tahun 2012 sebesar Rp. 9,75 triliun karena bertambahnya permintaan dari konsumen kelas menengah. “Tahun ini, penjualan kosmetik di pasar domestik diproyeksikan menyentuh Rp. 11,22 triliun,

naik 15% dari realisasi penjualan 2012 sekitar Rp. 9,76 triliun. Penjualan di tahun 2013 akan bertambah seiring permintaan konsumen kelas menengah.”, kata Ketua Umum Perkosmi, Nuning

S. Barwa, di Jakarta, Jumat (25/1) (Neraca, 2013). Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan penjualan kosmetik karena bertambahnya permintaan dari konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pula konsumen yang semakin peduli dengan penggunaan make up.

Bagi seorang wanita, penggunaan make up merupakan salah satu hal yang setiap hari dilakukan untuk mempercantik penampilannya. Bahkan wanita biasanya sanggup menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berdandan. Selain itu, banyak wanita yang rela menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli perlengkapan make up. Sebuah survey di Amerika Serikat terhadap 3000 wanita yang diselenggarakan oleh Superdrug menemukan bahwa satu dari tiga orang wanita menolak untuk keluar rumah tanpa menggunakan make up, tidak peduli hanya sekedar untuk berbelanja. Bahkan sebanyak 37,0% dari peserta survey yang bekerja yakin bahwa atasan mereka akan mengganggap mereka tidak cukup baik merawat diri jika datang ke kantor tanpa menggunakan make up. Sementara 25,0% yakin bahwa mereka tidak akan mendapat promosi apabila berangkat ke kantor tanpa menggunakan make up. Selain itu, dari survey yang sama terbukti bahwa satu dari sepuluh wanita mengatakan mereka tidak akan membiarkan pasangan mereka melihat mereka tanpa menggunakan make up sama sekali. Jacky Fletcher,

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha seseorang dari penampilan luarnya. Bagi wanita yang terjun ke dunia bisnis dan harus tampil profesional ini menjadi hal yang penting. Namun jika alasan wanita menggunakan make up adalah karena khawatir akan pandangan orang tentang penampilan mereka, dan bukan siapa diri mereka, itu harus diwaspadai.” (Utami, 2011).

Penampilan tampaknya sudah menjadi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang dalam setiap interaksinya tidak terlepas dari orang lain. Penampilan (daya tarik fisik) merupakan salah satu faktor penentu yang penting dalam mengawali hubungan interpersonal. Sebagian besar penelitian tentang daya tarik fisik (physical attractiveness) fokus pada daya tarik wajah (facial

attractiveness), karena banyak penelitian mengungkapkan bahwa fitur wajah merupakan faktor

utama dalam daya tarik fisik (physical attractiveness) secara keseluruhan. Nielsen dan Kernaleguen (dalam Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert, 2008) menunjukkan bahwa daya tarik wajah (facial attractiveness) memberikan pengaruh terhadap evaluasi subjektif dari daya tarik fisik secara keseluruhan, serta kepuasan sosial dan profesional dan keinginan sosial. Salah satu cara yang dilakukan oleh wanita untuk meningkatkan daya tarik wajah mereka adalah melalui penggunaan make up.

Banyak profesi yang menuntut untuk berpenampilan yang baik dan menarik. Salah satunya adalah profesi sebagai seorang Public Relations (PR) atau Hubungan Masyarakat. Sebagai seorang PR, ada 5 persyaratan mendasar yang harus dimiliki yaitu Ability to

communicate (kemampuan berkomunikasi), Ability to organize (kemampuan manajerial atau

kepemimpinan), Ability to get on with people (kemampuan bergaul atau membina relasi),

Personality integrity (memiliki kepribadian yang utuh dan jujur), dan Imagination (memiliki

banyak ide dan kreatif).

PR adalah jurusan yang menekankan pada pentingnya komunikasi, membangun reputasi,

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha menjalin hubungan baik dengan customer, atasan, sesama pegawai, klien, rekan bisnis, dan perusahaan atau organisasi lain. Terkadang sebagai seorang PR, juga banyak memberikan masukan kepada pihak manajerial, walaupun secara umum wilayah kerjanya sangat dekat dengan media atau masyarakat luar (Orionbetelgeuze, 2013).

Penampilan menjadi modal utama bagi seorang PR agar tampak meyakinkan di depan publik. Seorang PR harus memahami cara bersikap dan berpakaian yang baik, memiliki kepribadian yang baik, menarik, sopan, dan anggun, serta faktor-faktor penunjang penampilan. Penampilan merupakan hal yang penting bagi manusia sebagai makhluk sosial terutama bagi seorang PR yang akan sering berhadapan dengan publik yang berasal dari berbagai macam kalangan. Salah satu cara untuk menunjang penampilan dan membuat tampilan menarik terutama bagi seorang wanita adalah dengan menggunakan make up.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada mahasiswi Universitas ‘X’

Jakarta, 7 dari 10 mahasiswi mengatakan bahwa sebagian besar mahasiswi Universitas ‘X’ Jakarta menggunakan make up. Universitas ‘X’ Jakarta merupakan salah satu universitas dengan

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha alumni, hal ini juga dilakukan oleh pihak Universitas ‘X’ Jakarta untuk memotivasi dan memacu semangat mahasiswa dan mahasiswi untuk belajar dan mengukir prestasi dalam bidang apapun. Selain itu agar mahasiswa dan mahasiswi berani mengembangkan bakat di industri hiburan dan berpartisipasi seperti para alumni, dengan berbekal ilmu komunikasi yang diberikan oleh Universitas ‘X’ Jakarta (Stephen, 2011). Berdasarkan hasil pengamatan langsung yang dilakukan

oleh peneliti di Universitas ‘X’ Jakarta, peneliti menemukan sebuah dinding pada gedung

kampus yang dipajang dengan sederet artikel-artikel yang diberi bingkai. Artikel-artikel tersebut merupakan artikel para alumni Universitas ‘X’ Jakarta yang memiliki prestasi di bidangnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari bagian kemahasiswaan Universitas ‘X’ Jakarta, diketahui bahwa Universitas ‘X’ Jakarta memiliki 6 jurusan program S1. Salah satu

jurusan yang paling digemari adalah jurusan public relations. Universitas ‘X’ Jakarta memiliki 264 mahasiswi dengan status aktif pada jurusan public relations yang berada pada semester 3 sampai dengan semester 8. Selain itu, juga berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari bagian kemahasiswaan Universitas ‘X’ Jakarta, diketahui pula bahwa Universitas ‘X’ Jakarta memiliki mata kuliah yang mengharuskan mahasiswi untuk berpenampilan rapi. Pada hari-hari tertentu, pihak Universitas ‘X’ Jakarta mewajibkan mahasiswi untuk menggunakan business attire terutama pada mahasiswi semester 6. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan mahasiswi

menghadapi dunia kerja dan memiliki profesionalitas kerja. Namun dalam hal penggunaan make

up, pihak Univeritas ‘X’ Jakarta tidak mewajibkan mahasiswi untuk menggunakannya.

Mahasiswi menggunakan make up berdasarkan keputusannya sendiri.

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha

make up untuk membuat lebih menarik. Fungsi camouflage artinya individu menggunakan make

up untuk menutupi kekurangan diri secara fisik. Umumnya individu yang menggunakan make up

untuk camouflage merasa dirinya tidak menarik sehingga perlu menggunakan make up untuk membuat menarik. Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Angeles University mengenai Alasan Wanita Menggunakan Make Up, diperoleh bahwa hasil dari penelitian yang dilakukan kepada 40 orang wanita adalah wanita menggunakan make up untuk alasan memperoleh self-esteem, dengan persentase terbanyak yaitu sebanyak 25 orang (62,50%). Kemudian, dilanjutkan dengan alasan

beauty enhancement (peningkatan kecantikan) sebanyak 8 orang (20,00%) dan attraction (daya

tarik) sebanyak 7 orang (17,50%) (Afable, 2014).

Coopersmith (1967) menyatakan self-esteem merupakan penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri yang disimpulkan seseorang dan tetap dipertahankannya. Dengan kata lain

self-esteem merupakan personal judgment mengenai perasaan berharga yang diekspresikan dalam

sikap individu terhadap dirinya. Penilaian tersebut selanjutnya akan menentukan penghargaan dan penerimaan individu atas dirinya. Karena berkaitan dengan dirinya sendiri, penilaian tersebut biasanya mencerminkan penerimaan atau penolakan terhadap dirinya, menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil serta berharga. Selanjutnya Coopersmith (1967) menyatakan bahwa self-esteem tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dari sejumlah penghargaan, penerimaan, perlakuan yang diperoleh dari lingkungan dalam hubungan seseorang dengan lingkungannya.

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Coopersmith (1967) mengemukakan empat aspek self-esteem yaitu power yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan tingkah laku sendiri dan memengaruhi orang lain, significance yaitu penerimaan, perhatian dan kasih sayang yang diterima seseorang dari orang lain, competence yang merupakan kemampuan seseorang untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi dengan tingkatan dan tugas yang bervariasi untuk kelompok usia tertentu, dan yang terakhir adalah virtue yaitu merupakan kemampuan seseorang untuk mengikuti standar moral dan etika, serta taat pada prinsip-prinsip religius. Coopersmith (1967) juga mengemukakan bahwa daya tarik fisik dan tinggi badan memiliki hubungan yang konsisten dengan harga diri. Individu dengan kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik.

Berdasarkan hasil wawancara survey awal yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 orang (100%) mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta, dengan kisaran umur 18 – 25 tahun, diperoleh informasi yaitu sebanyak 10 orang (100%) mengatakan bahwa sehari-hari mereka menggunakan make up, terutama apabila berpergian keluar rumah, seperti ke kampus, mall, dan ketika akan menghadiri suatu acara seperti acara pernikahan maupun event-event tertentu. Ketika peneliti bertanya mengenai perbedaan penggunaan jenis make up sehari-hari dengan make up ketika menghadiri suatu acara, 6 orang (60,0%) mengatakan bahwa terdapat perbedaan jenis make up yang digunakan, seperti penggunaan foundation, eyeshadow, shading wajah, dan bulu mata palsu, 4 orang (40,0%) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan penggunaan jenis make up, namun diaplikasikan dengan lebih tebal dari biasanya (penggunaan sehari-hari).

Ketika peneliti bertanya mengenai awal responden memutuskan untuk menggunakan

make up, 2 orang (20,0%) mengatakan bahwa mereka menggunakan make up karena keinginan

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha orang lain, teman, lingkungan kampus, internet atau pun media sosial, sehingga mereka tertarik untuk menggunakan make up. Ketika peneliti bertanya mengenai alasan responden menggunakan

make up, 5 orang (50,0%) mengatakan make up dapat membuat tampilan menjadi lebih segar,

wajah terlihat merona, menjadi tidak pucat, dan membuat tampilan menjadi lebih rapi, 5 orang (50,0%) mengatakan make up dapat menutupi kekurangan pada bagian asli wajah, membuat diri cantik dan menarik, serta dapat menimbulkan rasa percaya diri terutama ketika berhadapan dengan orang lain.

Ketika peneliti bertanya mengenai perasaan responden ketika berada pada situasi dimana orang-orang di sekitarnya menggunakan make up sedangkan responden tidak, atau make up yang digunakan oleh responden tidak maksimal, 3 orang (30,0%) mengatakan bahwa ia tetap merasa percaya diri dan berusaha mengatasinya dengan meminjam make up milik teman untuk memperbaiki make up yang telah digunakan, 7 orang (70,0%) mengatakan bahwa dalam kondisi tersebut ia merasa panik, tidak percaya diri, minder, ‘uring-uringan’, gelisah, risih, takut dibicarakan oleh orang lain, tidak ingin banyak berjalan-jalan pada acara tersebut agar tidak bertemu dengan banyak orang, dan ingin segera pulang.

Ketika peneliti bertanya mengenai pendapat responden mengenai dirinya, 4 orang (40,0%) mengatakan bahwa mereka merasa dirinya menarik, dan 6 orang (60,0%) mengatakan bahwa mereka merasa dirinya tidak menarik. Kemudian, 1 orang (10,0%) mengatakan bahwa ia merasa dirinya menarik baik ketika menggunakan maupun tidak menggunakan make up, dan 9 orang (90,0%) lainnya mengatakan bahwa mereka lebih menyukai dirinya dan merasa lebih menarik ketika menggunakan make up.

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha dimiliki oleh mahasiswi jurusan public relations, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai self-esteem pada mahasiswi yang menggunakan make up jurusan

public relations di Universitas ‘X’ Jakarta.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini ingin mengetahui gambaran self-esteem pada mahasiswi yang menggunakan

make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil gambaran self-esteem pada mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tinggi atau rendahnya

self-esteem berdasarkan aspek self-self-esteem yaitu power, significance, competence, dan virtue pada

mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Kegunaan Teoretis dari penelitian ini adalah :

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta.

- Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya yang berminat melakukan penelitian mengenai self-esteem dan mahasiswi yang menggunakan

make up.

- Setelah memperoleh pemahaman tentang self-esteem pada mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi praktisi psikologi yang tertarik untuk merancang program intervensi khususnya bagi mahasiswi yang menggunakan make up yang memiliki self-esteem yang rendah.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan Praktis dari penelitian ini adalah :

- Memberikan informasi kepada pihak Universitas ‘X’ Jakarta mengenai self-esteem

yang dimiliki oleh mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public

relations di Universitas ‘X’ Jakarta. Informasi ini dapat digunakan oleh pihak Universitas ‘X’ Jakarta sebagai dasar acuan untuk lebih mengenal mahasiswinya

dan membantu mahasiswi untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. - Memberikan informasi kepada mahasiswi yang menggunakan make up jurusan

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.5Kerangka Pemikiran

Mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta berada pada rentang usia 18 sampai dengan 25 tahun. Pada rentang usia tersebut mahasiswi berada pada tahap perkembangan masa dewasa awal (Hurlock, 1980). Pada masa dewasa awal ini, mahasiswi tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja. Mahasiswi mampu mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk keputusannya untuk menggunakan make up.

Mahasiswi jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta berada pada lingkungan dimana pihak Universitas ‘X’ Jakarta mewajibkan mahasiswi untuk berpenampilan rapi pada

mata kuliah tertentu dan pada hari-hari tertentu mahasiswi juga diwajibkan untuk menggunakan

business attire, agar mahasiswi terbiasa untuk menghadapi dunia kerja. Seorang Public Relations

akan sering berhadapan dengan publik yang berasal dari berbagai macam kalangan. Sebagai seorang Public Relations diharapkan mampu menjadi ‘jembatan’ antara pihak perusahaan dengan masyarakat atau media, yang dapat mewakili image dari sebuah perusahaan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang Public Relations yaitu kemampuan berkomunikasi, kemampuan manajerial atau kepemimpinan, kemampuan bergaul atau membina relasi, memiliki kepribadian yang utuh dan jujur, serta memiliki banyak ide dan kreatif. Selain itu penampilan juga merupakan salah satu hal yang menjadi modal utama sebagai seorang Public Relations untuk dapat meyakinkan di depan publik. Make up diyakini sebagai salah satu sarana untuk membuat penampilan menjadi lebih menarik (Yuwanto, 2015).

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha disimpulkan seseorang dan tetap dipertahakannya. Dengan kata lain, self-esteem merupakan

personal judgement mengenai perasaan berharga yang diekspresikan dalam sikap individu

terhadap dirinya. Penilaian tersebut selanjutnya akan menentukan penghargaan dan penerimaan individu atas dirinya. Self-esteem bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, namun dalam perkembangannya terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan pengertian orang lain terhadap dirinya. Begitu pula yang terjadi pada mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mahasiswi tidak terlepas dari interaksinya dengan orang lain dan lingkungannya. Dalam interaksi tersebut akan terbentuk suatu penilaian pada mahasiswi, baik berupa penghargaan, penerimaan, dan pengertian dari orang lain. Hal-hal yang melekat pada diri mahasiswi akan memunculkan reaksi penerimaan maupun penolakan yang kemudian menjadi penilaian bagi diri mahasiswi. Bagaimana mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public

relations di Universitas ‘X’ Jakarta merasa bahwa dirinya berarti, sukses, dan berharga.

Coopersmith (1967) menyimpulkan bahwa terdapat empat faktor utama yang memberi kontribusi pada pembentukan dan perkembangan self-esteem. Empat faktor utama yang menjadi sumber pembentukan dan perkembangan self-esteem mahasiswi yang menggunakan make up yaitu respectful dari significant others, sejarah keberhasilan, nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi mahasiswi, serta cara berespon terhadap devaluasi dirinya.

Faktor yang pertama yang memengaruhi pembentukan dan perkembangan self-esteem adalah Respectful dari significance others. Significant others adalah orang yang penting dan berarti bagi mahasiswi yang menggunakan make up, dimana mahasiswi menyadari bahwa peran

significant others dalam memberi dan menghilangkan ketidaknyamanan, meningkatkan dan

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha faktor yang paling utama dalam pembentukan dan perkembangan self-esteem. Perlakuan yang diterima mahasiswi akan berpengaruh terhadap penilaian dirinya. Misalnya, bagaimana penerimaan orang tua ataupun orang terdekat lainnya selain orang tua mahasiswi, seperti sahabat dan pasangan, terhadap make up yang digunakan oleh mahasiswi. Orang tua maupun orang terdekat mendukung atau tidak mendukung mahasiswi untuk menggunakan make up di usia mahasiswi saat ini, akan membawa pengaruh bagi penilaian mahasiswi terhadap dirinya dan akan memengaruhi self-esteemnya.

Faktor yang kedua adalah sejarah keberhasilan, status, dan posisi yang pernah dicapai. Keberhasilan, status, dan posisi yang pernah dicapai mahasiswi yang menggunakan make up akan membentuk suatu penilaian terhadap dirinya berdasarkan dari penghargaan yang diterima dari orang lain. Status merupakan suatu perwujudan dari keberhasilan yang diindikasikan dengan pengakuan dan penerimaan dirinya oleh orang lain. Keberhasilan mahasiswi merupakan dasar yang nyata dalam pembentukan self-esteem, dan dapat diukur melalui keberhasilan yang termanifestasi dan memperoleh pengakuan sosial. Keberhasilan mahasiswi yang satu akan berbeda dengan keberhasilan mahasiswi lainnya. Perbedaan ini merupakan internalisasi nilai-nilai yang ditanamkan orang tua mahasiswi atau orang signifikan lainnya. Mahasiswi cenderung memberikan nilai yang rendah atau kurang pada kegagalan yang dialaminya, dan sebaliknya memberikan nilai lebih pada keberhasilan yang dicapainya. Misalnya, ketika mahasiswi meraih keberhasilan maupun prestasi di kehidupannya, maka mahasiswi tersebut akan menilai dirinya sebagai seorang yang berharga karena hal tersebut merupakan pengakuan dan perimaan dirinya oleh orang lain.

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha berbeda terhadap berbagai bidang kemampuan dan prestasinya. Perbedaan ini merupakan fungsi dari nilai-nilai yang diinternalisasikan dari orang tua dan orang lain yang signifikan dalam hidupnya. Mahasiswi pada semua tingkat self-esteem mungkin memberikan standar nilai yang sama untuk menilai keberhargaannya, namun akan berbeda dalam hal bagaimana mereka menilai pencapaian tujuan yang telah diraihnya. Nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua mahasiswi dan lingkungan sosial mahasiswi menjadikan hal tersebut sebagai standar nilai bagi masing-masing mahasiswi. Misalnya, mahasiswi yang diajarkan dari kecil oleh orang tuanya untuk berbuat baik, taat kepada aturan-aturan yang berlaku, akan membentuk penilaian diri yang positif ketika mahasiswi merasa nilai-nilai yang ditanamkan tersebut mampu mereka raih.

Faktor yang keempat adalah cara mahasiswi berespon terhadap devaluasi dirinya atau situasi yang dapat menurunkan self-esteem mereka. Mahasiswi yang menggunakan make up dapat mengurangi, mengubah, atau menekan dengan kuat perlakuan yang merendahkan dirinya yang diterima dari orang lain atau lingkungan, salah satunya adalah ketika mahasiswi mengalami kegagalan. Pemaknaan mahasiswi terhadap kegagalan tergantung pada caranya mengatasi situasi tersebut, tujuan, dan aspirasinya. Cara mahasiswi mengatasi kegagalan akan mencerminkan bagaimana ia mempertahankan harga dirinya dari perasaan tidak mampu, tidak kuasa, tidak berarti, dan tidak bermoral. Mahasiswi yang menggunakan make up yang dapat mengatasi kegagalan dan kekurangan dirinya, dapat mempertahankan self-esteemnya dan akan membentuk penilaian terhadap diri berdasarkan kemampuannya beresepon terhadap kegagalan yang dialami.

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha tertentu, power muncul melalui penghargaan dan penghormatan dari orang lain, dan melalui pembobotan terhadap pendapat dan hak-hak mahasiswi. Keberhasilan dan kesuksesan dalam hal ini akan memengaruhi status dan posisi mahasiswi dalam kehidupan. Penghargaan terhadap pandangan mahasiswi yang menggunakan make up menimbulkan sense of appreciation dalam diri mahasiswi. Misalnya, mahasiswi menggunakan make up berdasarkan keputusan dan keinginannya sendiri, mahasiswi mampu memengaruhi temannya untuk mengikuti saran yang ia berikan contohnya dalam hal penggunaan make up, dan mahasiswi yang sering dimintai pendapat oleh temannya untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan. Perlakuan-perlakuan yang diterima mahasiswi dapat mengembangkan social poise, kepemimpinan, kemandirian, asertivitas yang tinggi, sikap yang penuh semangat, dan tingkah laku eksplorasi.

Aspek yang kedua adalah significance. Keberhasilan dalam aspek significance diukur melalui kemampuan mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta untuk merasa diterima, merasa diperhatikan, dan merasa diberi kasih

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha kasih sayang pada mahasiswi, contohnya orang tua mahasiswi yang memuji make up yang digunakan oleh mahasiswi, orang tua mendukung hobi yang dimiliki oleh mahasiswi, teman yang menanyakan kabar mahasiswi ketika mahasiswi tidak masuk kuliah. Semakin sering mahasiswi menerima perhatian dan kasih sayang, semakin besar penilaian diri yang memuaskan.

Aspek yang ketiga adalah competence. Keberhasilan dalam aspek competence diukur melalui kemampuan mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta untuk memenuhi tuntutan prestasi akademik dan kemampuan untuk

mencapai target pribadi. Misalnya, mahasiswi mampu mencapai prestasi sesuai dengan minatnya, mahasiswi mampu memperoleh nilai sesuai dengan target yang ditetapkannya. White (1995 dalam Coopersmith, 1967) mengemukakan bahwa sejak bayi sampai dewasa, individu mengalami sense of efficacy yang memberikannya kesenangan, membawanya untuk selalu berhadapan dengan lingkungan dan menjadi dasar bagi pengembangan motivasi instrinsik untuk mencapai kompetensi yang lebih tinggi.

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha menghormati orang tuanya ketika mahasiswi dikritik. Mahasiswi yang taat pada kode-kode etik dan agama, yang telah mereka terima dan diinternalisasikan, akan menampilkan sikap diri yang positif. Sikap yang positif berasal dari keberhasilan mahasiswi dalam memenuhi tujuan-tujuan yang lebih tinggi, yang tercakup dalam nilai moral, etis dan prinsip-prinsip agama.

Coopersmith (1967) membagi derajat self-esteem yaitu self-esteem tinggi dan self-esteem rendah. Derajat self-esteem yang dimiliki oleh mahasiswi yang menggunakan make up jurusan

public relations di Universitas ‘X’ Jakarta dapat berbeda-beda. Ada mahasiswi yang memiliki

esteem tinggi dan ada mahasiswi yang memiliki esteem rendah. Mahasiswi dengan

self-esteem tinggi merasa puas akan karakter dan kemampuan dirinya. Mereka menerima dan

memberikan penghargaan positif terhadap dirinya sehingga akan menumbuhkan rasa aman dalam menyesuaikan diri atau bereaksi terhadap stimulus dari lingkungan sosial. Mahasiswi dengan

self-esteem yang tinggi mengharapkan masukan verbal dan non-verbal dari orang lain untuk

(27)

18

(28)

19

Universitas Kristen Maranatha 1.5.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian Kerangka Pemikiran di atas, maka dapat disusun suatu bagan sebagai berikut :

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran Faktor yang membentuk self-esteem: - Respectful dari significant others - Sejarah keberhasilan (status/posisi) - Nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi - Respon terhadap devaluasi diri

Mahasiswi yang Menggunakan Make Up Jurusan Public Relations di

Universitas ‘X’ Jakarta (Usia 18 – 25 tahun)

Tinggi

Aspek self-esteem:

- Power

- Significance

- Competence

- Virtue

Rendah

(29)

20

Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi Penelitian

Asumsi dari penelitian ini adalah :

- Make up memengaruhi self-esteem mahasiswi yang menggunakan make up

jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta.

- Aspek self-esteem adalah power, significance, competence dan virtue. Keempat aspek ini berpengaruh pada derajat self-esteem mahasiswi yang menggunakan

make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta.

- Mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta, yang dalam rentang usia yang sama dapat memiliki self-esteem yang

(30)

56 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta memiliki self-esteem yang seimbang antara self-esteem tinggi dan self-esteem rendah.

2. Mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta dengan self-esteem yang tinggi memiliki aspek-aspek self-esteem yang juga tinggi yaitu pada aspek power, significance, competence, dan virtue.

3. Mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta dengan self-esteem yang rendah memiliki aspek-aspek self-esteem yang juga rendah yaitu pada aspek power, significance, dan competence, kecuali pada aspek virtue sebagian menunjukkan derajat yang tinggi.

4. Self-esteem mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta berkaitan dengan faktor yang memengaruhi perkembangan

self-esteem yaitu faktor nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi (alasan menggunakan make up dan

(31)

57

Universitas Kristen Maranatha 5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoretis

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh pihak yang berkepentingan untuk penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat bermanfaat, yaitu sebagai berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat melakukan penelitian untuk meneliti lebih lanjut antara self-esteem dan aspek virtue.

2. Penelitian ini juga dapat menjadi basic knowledge bagi praktisi psikologi yang menghadapi klien pengguna make up.

3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat melakukan penelitian lanjutan untuk membahas self-esteem pada pengguna make up dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait, misalnya faktor nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi (alasan menggunakan make

up dan nilai-nilai penting kehidupan), serta respon terhadap devaluasi diri (respon

terhadap kegagalan).

4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan desain penelitian yang lebih bervariasi misalnya studi kasus atau studi hubungan (korelasional) untuk membahas self-esteem pada pengguna make up.

5.2.2. Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti mengajukan saran prakti, yaitu sebagai berikut :

(32)

58

Universitas Kristen Maranatha lebih positif, yaitu dengan mencoba melakukan berbagai kegiatan agar mendapatkan hal-hal yang baru, dan berani menghadapi setiap tantangan dan ketakutan akan kegagalan. 2. Bagi pihak Universitas ‘X’ Jakarta, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

(33)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF-ESTEEM

PADA MAHASISWI YANG MENGGUNAKAN MAKE UP

JURUSAN PUBLIC RELATIONS

DI UNIVERSITAS ‘X’ JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

ALISA KARUNIA

NRP: 0830142

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(34)

iii

(35)

iv

(36)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penelitian ini disusun untuk menempuh Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Adapun judul penelitian ini, yaitu :

“Studi Deskriptif Mengenai Self-Esteem pada Mahasiswi yang Menggunakan Make Up

Jurusan Public Relations di Universitas ‘X’ Jakarta”.

Berbagai kendala yang dihadapi peneliti dapat dilalui berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Dr. Jacqueline M.Tj., M.Si., Psikolog, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran, memberikan masukan, mengoreksi, serta memberikan perhatian selama penyusunan Skripsi ini.

3. Cakrangadinata, M.Psi., Psikolog, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan, bimbingan, masukan, perhatian dan meluangkan banyak waktu kepada peneliti.

4. Bagian kemahasiswaan Universitas ‘X’ Jakarta yang telah bersedia memberikan

bantuan, izin, dan kesempatan kepada peneliti untuk dapat melakukan penelitian di

Universitas ‘X’ Jakarta.

(37)

viii

6. Keluarga peneliti, khususnya orang tua yang selalu menjadi sumber kekuatan dan semangat bagi peneliti, yang selalu memberikan dukungan, perhatian, dan doa yang tiada hentinya kepada peneliti.

7. Sahabat-sahabat peneliti yang selalu memberikan semangat, menghibur, membantu, mencari ide dan mendukung peneliti selama proses penyusunan Skripsi ini.

8. Teman-teman angkatan 2008 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung yang saling memberikan dukungan, saling memberi motivasi terutama kepada peneliti untuk menyelesaikan Skripsi ini.

9. Achmad Syarif yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan perhatian kepada peneliti selama proses penyusunan Skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan tidak terlepas dari adanya kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka terhadap sumbangan pemikiran, baik berupa kritik maupun saran sehingga peneliti dapat memperbaikinya di masa yang akan datang.

Akhir kata, peneliti mengucapkan selamat membaca dan peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Juni 2016

(38)

59

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self-esteem. San Francisco : Freeman and Company Friedenberg, Lisa. (1995). Psychological testing : Design, analysis and use. Boston : Allyn and

Bacon.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan (Edisi Kelima) Terjemahan Istiwidayanti. Jakarta : Erlangga.

Jefkins, Frank dan Yadin. (2003). Public relations (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga.

Kaplan, R. M. & Saccuzo, (2005). Psychological testing : Principles, application, and issues (6th ed.). Belmont : Thomson Wadsworth.

Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z tentang kosmetik. Jakarta : Elex Media Komputindo. Nazir, M. (2005). Metode penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Santrock, J. W. (1997). Life span development 2n d Ed., Iowa : Wm. C. Brown Publisher. Santrock, John W. (2002). A topical approach to Life – span development. New

(39)

60

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Afable, Abigail M. 2014. Reason why woman wear make up. Angeles University Foundation : Angeles City.

http://gaya.tempo.com/read/news/2011/01/21/110308027/kecanduan-kosmetik, diakses 3 September 2015

http://id.wikipedia.org/wiki/Kosmetik, diakses 29 April 2015

http://konsultanpendidikan.com/2013/09/13/mengupas-tuntas-curtin-jurusan-hubungan-masyarakat-public-relations-curtin-university-australia/, diakses 12 Mei 2015

http://m.kapanlagi.com/foto/berita-foto/indonesia/walk-of-fame---htmlq, diakses 2 Maret 2016 http://www.neraca.co.id/article/23688/penjualan-kosmetik-ditargetkan-naik-15-di-2013, diakses

4 Mei 2015

http://www.ubaya.ac.id/ubaya/articles_detail/12/Fungsi-Make--up-dari-Tinjauan-Psikologi.html, diakses 1 Juni 2015

Korichi, R., Pelle-De-Queral, D., Gazano., dan Aubert, A. 2008. Why women use makeup :

Implication of phychological traits in makeup functions. J.Cosmet.Sci. 59, 127-137

Tim Penyusun Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. (2015). Panduan penulisan skripsi sarjana. Edisi Revisi. Bandung: Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha.

Trigicia, Marylin. 2014. Studi deskriptif mengenai self-esteem pada masyarakat bertato

(MASBERTO) di kota bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Referensi

Dokumen terkait

dokumen kualifikasi yang ASLI dan Hard copy dokumen penawaran sesuai file yang. telah diupload (diunggah) pada aplikasi SPSE Pemerintah

Untuk pendahuluan meliputi, mengucapkan salam, memimpin berdoa, apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi siswa. Pada pertemuan kedua ini mendapatkan

Melihat dari hasil ujian teori maupun praktek bagi taruna yang telah selesai mengikuti pembelajaran di simulator sebagaimana tampak pada tabel-tabel tersebut,

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenai kompetensi guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam

Permintaan berasal dari rumah tangga produsen Penawaran berasal dari rumah tangga konsumen Balas jasanya berupa sewa.. Besarnya jasa dipengaruhi oleh tingkat kesuburan,

Pemilihan sistem kontroler FLC dan PID didasarkan oleh FLC merupakan sistem kontroler berbasis artificial intelligence yang memiliki keluwesan dalam pengaturan

Pada gambar 4.3 dalam penambahan buffer size meningkatkan delivery probability kedua protocol ini dikarena pergerakan shortestpath sehingga routing protokol MaxProp dapat

bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, diamanatkan untuk melakukan