• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh Gita Pranarti

0905730

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

Oleh Gita Pranarti

0905730

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Gita Pranarti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

GITA PRANARTI NIM. 0905730

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Dedi Rohendi. M.T NIP. 196705241993021001

Pembimbing II,

Drs. Waslaluddin, M.T NIP.196302071991031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

(4)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

Gita Pranarti, 0905730, gitapranarti@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui pengembangan multimedia interaktif model tutorial sebagai alat bantu dalam penerapan model pembelajaran kooperatif

group investigation, 2) Mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman

konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif group

investigation berbantuan multimedia interaktif lebih baik dibandingkan dengan

siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dan 3) Mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi

experimental dengan non equivalent control group, pretest posttest design.

Sempel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI RPL 1 dan siswa XI RPL 2 di SMK Muhammadiyah 2 Bandung. Penelitian ini dilakukan di semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014. Instrumen penelitian yang digunakan berupa test dan non test. Instrumen test yang digunakan berupa soal pretest dan soal posttest, sedangkan untuk instrumen non test berupa angket dan lembar observasi. Dari penelitian ini diketahui bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang mendapatkan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran konvensional. Dari hasil pengujian data posttest menggunakan uji t dengan α = 0,01 diketahui , dimana 3,122 > 2,663, hal ini menunjukkan bahwa ditolak dan diterima. Selain itu untuk melihat seberapa besar peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa dilakukan uji gain ternormalisasi. Perhitungan uji gain ternormalisasi menunjukkan bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai 0,6 sedangkan untuk kelas kontrol memperoleh nilai 0,5. Walaupun gain kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama-sama termasuk dalam kriteria sedang, namun terlihat bahwa nilai gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai gain kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan peningkatan kemampuan pemahaman konsep kelas kontrol.

Kata Kunci: group investigation, multimedia interaktif, kemampuan pemahaman

(5)

APPLICATION OF THE INTERACTIVE MULTIMEDIA-AIDED GROUP INVESTIGATION COOPERATIVE MODEL IN IMPROVING

STUDENT’s CONCEPTUAL COMPREHENSION CAPABILITY

Gita Pranarti, 0905730, gitapranarti@gmail.com

ABSTRACT

This research has purpose to : 1) know about tutorial interactive multimedia model as an aide in application of the group investigation cooperative learning model, 2) examine whether improvement of the student’s conceptual comprehension capability that use an interactive multimedia-aided group investigation cooperative learning model is better compared with student with conventional learning model and 3) understand student response toward application of the interactive multimedia-aided group investigation cooperative learning model. The method of research used is the quasi-experimental method by non equivalent control group, pre- and post-test designs. Samples taken in this research comprise of the RPL 1’s and RPL’s XIth

grade students in SMK Muhammadiyah 2 Bandung. This research was conducted in 2013/2014 Academic Year uneven semester. Meanwhile, its instruments are test and non-test. The test instrument applied consisted of pre- and post-test problems and its non-test instrument includes questionnaires and observational sheets. From this research, it is obtained that student’s conceptual comprehension capability treated by interactive multimedia-aided group investigation cooperative learning model is better compared with student who obtain treatment in conventional learning one. From output of the post-test data testing by using t-test with α = 0.01 it is obtained that tcount > ttable where 3.122 > 2.663, this instance showed that Ho is rejected and H1 accepted. In addition, seeing how extent is the improvement of student’s conceptual comprehension capability, thus it is performed a normalized gain test. Such normalized gain test calculation demonstrated that experimental classroom get value as 0.6 meanwhile control classroom gets 0.5. Although gains obtained by experimental and control classroom are included into middle criteria, however it is seen gain obtained by experimental classroom is higher relative with control classroom’s gain. It means that improvement in experimental classroom’s student conceptual comprehension capability is better than control classroom’s conceptual comprehension capability improvement.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 3

DAFTAR GAMBAR ... 4

DAFTAR LAMPIRAN ... 5

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. G. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. H. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

(7)

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Populasi Dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. D. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. G. Teknik Analisa Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Tahap Persiapan Penelitian... Error! Bookmark not defined. B. Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen . Error! Bookmark not defined. C. Tahap Pelaksanaan ... Error! Bookmark not defined. D. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan dalam Menerapkan Group Investigation ... 18

Tabel 3.1 Kriteria Validitas ... 32

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas ... 33

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran ... 34

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda ... 36

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Gain yang Ternormalisasi ... 41

Tabel 4.1 Storyboard Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 49

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Instrumen Pretest ... 52

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Instrumen Posttest ... 52

Tabel 4.4 Langkah Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 54

Tabel 4.5 Rekapitulasi Skor Pretest – Posttest ... 58

Tabel 4.6 Perhitungan Uji Normalitas ... 60

Tabel 4.7 Perhitungan Uji Homogenitas ... 62

Tabel 4.8 Perhitungan Uji Hipotesis Pretest ... 64

Tabel 4.9 Perhitungan Uji Hipotesis Posttest ... 65

Tabel 4.10 Perhitungan Uji Gain Ternomalisasi ... 66

Tabel 4.11 Perhitungan Gain Ternormalisasi Tiap Indikator ... 67

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi Media dalam Sistem Pembelajaran ... 19 Gambar 3.1 Skema Non Equivalent Control Group ... 27 Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ... 30 Gambar 3.3 Tahapan Pengembangan Pembelajaran Multimedia Interaktif .... 37 Gambar 3.4 Interval Interprestasi Kategori Perolehan Angket ... 42 Gambar 4.1 Flowchart Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 48

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 84

A.1 Silabus ... 85

A.2 RPP Kelas Eksperimen ... 86

A.3 RPP Kelas Kontrol ... 98

A.4 Materi Pembelajaran ... 109

A.5 Flowchart Multimedia Pembelajaran ... 119

A.6 Storyboard Multimedia Pembelajaran ... 121

A.7 Interface Multimedia Pembelajaran ... 131

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN ... 137

B.1 Kisi-kisi Soal dan Angket ... 138

B.2 Instrumen Soal ... 149

B.3 Instrumen Angket ... 155

B.4 Lembar Judgment ... 157

B.5 Hasil Judgment Soal dan Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 165

B.6 Lembar Observasi ... 186

LAMPIRAN C ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN TES ... 188

C.1 Validitas Uji Instrumen Pretest – Posttest ... 189

C.2 Reliabilitas Uji Instrumen Pretest – Posttest ... 191

C.3 Tingkat Kesukaran Uji Instrumen Pretest – Posttest ... 193

(11)

C.5 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen ... 197

LAMPIRAN D ANALISIS STATISTIK ... 202

D.1 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 203

D.2 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 205

D.3 Pengolahan Data Kuantitatif ... 207

D.4 Pengolahan Data Kualitatif ... 217

LAMPIRAN E DOKUMENTASI PENELITIAN ... 226

E.1 Jawaban Siswa Hasil Uji Instrumen ... 227

E.2 Jawaban Siswa Hasil Penelitian ... 229

E.3 Jawaban Siswa Terhadap Angket ... 231

E.4 Surat Keterangan Penelitian ... 234

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Kemudahan dalam mengakses informasi adalah salah satu dampak positif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat. Kesadaran setiap manusia akan pentingnya penguasaan dan pemanfaatan IPTEK pun semakin berkembang di berbagai negara. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), kemampuan suatu bangsa dalam menguasai dan memanfaatkan IPTEK dapat menunjang keberhasilan dalam pertumbuhan pembangunan nasional negaranya.

Pada kenyataannya, penguasaan IPTEK di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain, termasuk dari negara tetangga sendiri seperti Singapura dan Malaysia. Hal tersebut dikarenakan minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang menguasai IPTEK jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia yang mayoritas masyarakatnya menguasai IPTEK. Dengan adanya kenyataan tersebut, Indonesia harus mampu meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki agar dapat menguasai IPTEK dan memanfaatkannya secara tepat.

Pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas. Namun ternyata kualitas pendidikan di Indonesia pun masih sangat memprihatinkan. Hal ini lah yang menjadi salah satu penyebab lemahnya daya saing SDM Indonesia di kancah internasional. Menurut The United Development Program (UNDP) Tahun 2011, indeks pengembangan manusia atau Human Development Index (HDI) negara Indonesia menempati urutan 124 dari 187 negara yang disurvei.

(13)

2

itu sendiri, seperti kurangnya semangat belajar, tidak adanya motivasi, rendahnya kesadaran belajar mandiri dan masih banyak lagi.

Dalam menghadapi permasalahan tersebut, guru memiliki peran yang cukup penting, apalagi mengingat guru adalah penanggung jawab utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tanpa terlepas pada kenyataan bahwa pendidikan paling banyak diterima dari lingkungan sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bersikap maksimal dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar di sekolah yang menarik agar siswa bersemangat, termotivasi, selalu ingin tahu dan aktif di setiap kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran yang baik adalah yang mampu melatih kemampuan siswa, termasuk pemahaman siswa dengan mencari kemudian membangun pengetahuannya sendiri, melatih keaktifan siswa dan memberikan kebebasan berfikir. Dengan siswa mencari dan membangun pengetahuannya sendiri, siswa akan lebih paham dan pengetahuannya itu akan tersimpan lebih lama dalam ingatan. Pembelajaran seperti ini sering disebut dengan

Student Centered Learning (SCL).

SCL menurut Pongtuluran dan Rahardjo (2011:6) menekankan kepada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Model belajar ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas SDM yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berfikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan.

(14)

3

juga dituntut untuk memiliki kreativitas, kemandirian, kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dalam tim, serta mampu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan dunia.

Salah satu model pembelajaran SCL adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran SCL lainnya, salah satunya ialah penekanan yang lebih pada keaktifan siswa dan kerjasama dalam suatu kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam model ini, siswa tidak hanya dituntut untuk aktif mengeluarkan pendapat, namun juga dituntut untuk dapat bersosialisasi dan bekerjasama dengan anggota kelompoknya.

Hal inilah mengapa pemakaian model pembelajaran kooperatif dirasakan cukup sesuai diterapkan di SMK. Karena selain siswa dituntut untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek secara berkelompok, siswa juga dilatih berkomunikasi dengan baik antara teman satu kelompoknya, menjalin hubungan sosial yang tinggi serta memiliki kemampuan kerjasama dalam tim yang baik.

Model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan alternatif variasi dalam memilih model pembelajaran. Sudah banyak penelitian di bidang pendidikan ilmu komputer baik di SMP, SMA maupun SMK yang menerapkan model pembelajaran kooperatif sebagai variabel penelitiannya. Ada berbagai macam model pembelajaran kooperatif, salah satunya ialah

group investigation. Menurut Munir (Safrotun, 2009:7) model pembelajaran

kooperatif yang dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah tipe group investigation. Eggen dan Kauchak (Hobri dan Susanto, 2006:75) mendefinisikan group

investigation sebagai model pembelajaran kooperatif yang menempatkan

(15)

4

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Safrotun (2009) diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif group investigation dapat digunakan dalam pembelajaran TIK. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif group

investigation lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran konvensional. Penelitian lain tentang penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation dilakukan oleh Pramudya (2010) dalam pembelajaran matematika yang menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mendapat pembelajaran matematika menggunakan model kooperatif group investigation (GI) lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang mendapat pembelajaran matematika secara konvensional. Peneliti dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Suyatno (2011) juga menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika di setiap aspeknya.

Suatu proses pembelajaran akan berlangsung efektif jika menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai, namun suatu proses pembelajaran akan berlangsung lebih efektif lagi apabila disertai dengan teknologi atau alat bantu untuk menyampaikan informasi, yang disebut dengan media pembelajaran. Menurut Daryanto (2011:4), manfaat media dalam proses belajar antara lain sebagai alat bantu dalam memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra, serta meningkatkan gairah belajar siswa.

(16)

5

gambar sehingga menciptakan suatu media pembelajaran yang lebih menarik.

Daryanto (2011:49) membedakan multimedia menjadi dua macam, yaitu multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sedangkan multimedia interaktif adalah multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berbantuan multimedia interaktif ini diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Dalam konteks ini, kemampuan pemahaman yang dimaksud adalah kemampuan pemahaman konsep yang merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini tentu didasarkan pada kurangnya kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki. Untuk dapat mengerjakan suatu masalah atau soal-soal secara tepat, seseorang harus memiliki kemampuan pemahaman konsep terhadap suatu materi yang diajarkan. Konsep suatu materi ajar diperlukan manfaatnya untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari, apalagi bagi siswa SMK yang kebanyakan lulusannya langsung terjun ke dunia kerja. Dalam dunia kerja mereka dituntut mengerti tentang konsep yang meliputi pengertian, cara pemecahan masalah maupun aplikasinya secara benar disamping kemampuan sosialnya seperti mampu bekerja sama dan bekerja dalam tim.

(17)

6

Kooperatif Group Investigation Berbantuan Multimedia Interaktif dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan multimedia interaktif model tutorial sebagai alat bantu pada penerapan model pembelajaran kooperatif

group investigation?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif dalam pembelajaran?

C. BATASAN MASALAH

Agar penelitian ini tujuannya terarah, maka ruang lingkup yang diteliti disini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Konsep yang dibahas adalah pemrograman SQL tingkat dasar.

2. Multimedia interaktif yang digunakan adalah model tutorial dan hanya digunakan sebagai alat bantu penelitian saja.

3. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa diindikasi oleh perbandingan peningkatan skor pretest-posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

D. TUJUAN PENELITIAN

(18)

7

1. Mengetahui pengembangan multimedia interaktif model tutorial sebagai alat bantu dalam penerapan model pembelajaran kooperatif group

investigation.

2. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya:

1. Bagi Siswa

Dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif group

investigation berbantuan multimedia interaktif ini, pembelajaran akan

terasa lebih menyenangkan karena siswa dijadikan sebagai pusat pembelajaran yang pada akhirnya dapat membantu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa mendapatkan suatu pengalaman belajar baru yang berharga.

2. Bagi Peneliti

Mengetahui sejauh mana kontribusi penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa.

3. Bagi guru

(19)

8

F. DEFINISI OPERASIONAL

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang digunakan, oleh karena itu untuk menghindari perbedaan pemahaman mengenai suatu kata atau istilah, berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi dari istilah-istilah yang digunakan:

1. Model kooperatif group investigation menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen, baik dilihat dari segi kemampuan maupun dari segi jenis kelamin, untuk melakukan investigasi terhadap suatu materi pembelajaran.

2. Multimedia interaktif dilengkapi dengan alat pengontrol, sehingga pengguna dapat mengoperasikan dan memilih langkah apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.

3. Kemampuan pemahaman konsep yaitu kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep dalam hal pengenalan konsep dan aplikasi konsep yang dilihat dari jawaban siswa dalam tes yang diberikan.

G. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

H. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Untuk menghasilkan penulisan yang baik dan terarah, maka struktur organisasi skripsi ini dibagi dalam beberapa bab yang membahas hal-hal sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

(20)

9

BAB II Kajian Pustaka

Menguraikan dasar-dasar teori dan data-data pendukung yang digunakan dalam penelitian, yaitu tentang kegiatan belajar mengajar, model pembelajaran kooperatif, group investigation, media pembelajaran, multimedia pembelajaran interaktif, pemahaman konsep dan structured

query language.

BAB III Metode Penelitian

Berisi tentang model penelitian, desain penelitian, populasi dan sempel, prosedur penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik analisa data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Membahas hasil penelitian dari data yang telah didapat dan diolah menggunakan metode penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya.

BAB V Kesimpulan dan Saran

(21)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian memberikan langkah-langkah sistematis dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode quasi experimental atau eksperimen semu. Ciri utama metode quasi experimental adalah tidak dilakukannya penugasan random, melainkan dengan menggunakan kelompok yang sudah ada, dalam hal ini adalah kelas biasa.

Dalam dunia pendidikan, penggunaan quasi experiment sangat disarankan mengingat kondisi obyek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan adanya penugasan secara acak.

B. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control

group, pretest posttest design. Skema desain penelitian non equivalent

control group yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Skema Non Equivalent Control Group

(Sugiyono, 2012:116)

Keterangan: : Pretest : Posttest

: Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif group

investigation berbantuan multimedia interaktif

(22)

28

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK jurusan RPL. Sampel diambil dari SMK Muhammadiyah 2 Bandung, dimana kelas XI RPL 1 sebagai kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif

group investigation berbantuan multimedia interaktif dan kelas XI RPL 2

sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, perlu disusun prosedur yang sistematis. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penetapan jadwal penelitian, mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian antara lain:

a. Memilih masalah b. Studi pendahuluan

c. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian d. Menentukan dan menyusun instrumen e. Judgment instrumen

f. Uji coba instrumen

g. Analisis uji coba instrumen 2. Tahap Pelaksanaan

(23)

29

a. Melakukan pretest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

b. Memberikan perlakuan atau treatment berupa penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

c. Melakukan posttest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.

3. Tahap Analisis Data

a. Mengolah hasil data penelitian b. Menganalisis hasil data penelitian c. Menarik kesimpulan

Prosedur penelitian untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2.

E. VARIABEL PENELITIAN

Variabel bebas disebut juga variabel pengaruh, sebagaimana fungsinya yaitu mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain. Sedangkan variabel terikat disebut juga sebagai variabel yang dipengaruhi karena menurut fungsinya, variabel ini dipengaruhi variabel lain. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas

Model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif.

2. Variabel Terikat

(24)

30

(25)

31

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Untuk memperoleh data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, yaitu:

1. Tes

Dalam penelitian ini data yang diperoleh yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis, yaitu pretest dan posttest. Tes dilaksanakan pada masing-masing kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini dilakukan dalam mengamati sejauh mana perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Instrumen tes yang digunakan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan instrumen yang sama agar data yang diperoleh merupakan data yang akurat. Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, dilakukan uji coba terlebih dahulu kepada sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian, agar instrumen yang digunakan berkualitas baik.

Untuk memenuhi persyaratan sebagai instrumen yang baik, instrumen yang telah diuji cobakan dianalisis dengan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran sehingga akan diketahui kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian.

a. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Pengujian validitas instrumen menggunakan rumus Pearson’s product moment dengan angka kasar, yaitu sebagai berikut:

... (3.1)

(26)

32

Kriteria dalam menentukan nilai validitas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Reliabel atau biasa disebut reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson (K-R.20) karena soal berbentuk pilihan ganda. Hal ini dikemukakan oleh Sugiyono (2012:360) bahwa jika skor yang digunakan dalam instrumen pilihan ganda atau soal objektif menghasilkan skor dikotomi (1 dan 0), maka reliabilitas instrumen dapat dianalisis dengan rumus K-R.20.

(27)

33

... (3.2) (Sugiyono, 2012:395) Keterangan :

= Proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

= Jumlah hasil perkalian antara dan = Jumlah item dalam instrumen

= Varians total

dimana rumus untuk mencari varians total:

... (3.3) ... (3.4) (Sugiyono, 2012:361) Keterangan:

= Jumlah nilai benar tiap responden = Jumlah responden

Kriteria dalam menentukan nilai reliabilitas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas

Nilai Kriteria

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

(28)

34

c. Indeks Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk memperluas pengetahuannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa karena merasa tidak mampu mengerjakan soal tersebut. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.

Untuk tes yang bersifat objektif, dalam menghitung tingkat kesukaran dapat dilaukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

... (3.5) (Arikunto, 2012:223) Keterangan :

= Angka indeks kesukaran soal

= Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(29)

35

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).

Suatu soal yang dijawab benar oleh semua siswa, baik siswa berkemampuan tinggi maupun siswa berkemampuan rendah, berarti soal tersebut tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa, baik yang berkemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah tidak dapat menjawab dengan benar, berarti soal tersebut juga tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa yang berkemampuan tinggi saja.

Seluruh siswa yang mengikuti tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok berkemampuan tinggi (upper

group) dan kelompok berkemampuan rendah (lower group). Untuk

kelompok kecil (kurang dari 100), seluruh siswa dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh siswa yang mengikuti tes dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, kemudian dibagi dua.

Dalam menganalisis daya pembeda soal yang bersifat objektif dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(30)

36

= Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

= Banyaknya siswa kelompok atas = Banyaknya siswa kelompok bawah

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan nilai daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Multimedia interaktif yang digunakan berbasis tutorial. Pada multimedia interaktif model tutorial ini, terdapat materi-materi yang dapat digunakan sebagai penunjang atau alat bantu proses pembelajaran.

Newby dalam Munir (2009:220) menggambarkan proses pengembangan suatu instructional media berbasis multimedia yang dilakukan dalam empat tahapan dasar yaitu:

a. Planning, berkaitan dengan perencanaan data media berdasarkan

kurikulum dan tujuan (instructional).

b. Instructional design, perencanaan direalisasikan dalam bentuk

rancangan

c. Prototype, hasil rancangan kemudian diwujudkan dalam bentuk

(31)

37

d. Test, purwarupa yang dihasilkan kemudian diuji coba, uji coba

dilakukan untuk menguji reliabilitas, validitas dan objektifitas media.

Gambar 3.3

Tahapan Pengembangan Pembelajaran Multimedia Interaktif

Tahapan perancanaan terdiri dari: a. Penentuan tujuan pembelajaran b. Membuat profil pengguna c. Menentukan data

d. Menentukan biaya dan waktu

Tahapan desain instruksional terdiri atas: a. Perencanaan pembelajaran

b. Desain peta pembelajaran c. Pengumpulan isi (content) d. Storyboard dan penulis

Tahapan prototype terdiri atas:

a. Antarmuka pengguna (user interface) b. Navigasi

c. Pertemuan 1, 2, 3 dan seterusnya Intructional

Design Planning

Prototype

(32)

38

3. Angket

Angket digunakan untuk mengukur respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif. Angket hanya diberikan kepada siswa kelas eksperimen diakhir seluruh pertemuan pembelajaran. Model angket yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). 4. Lembar Observasi

Lembar observasi yang dibuat terdiri dari kolom yang berisi tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif dan kolom “Muncul” serta “Tidak”. Kolom “Muncul” diberi tanda checklist (√) apabila tahapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif muncul dalam proses penelitian. Sebaliknya, kolom “Tidak” diberi tanda checklist (√) apabila tahapan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif tidak muncul dalam proses penelitian.

G. TEKNIK ANALISA DATA

1. Uji Normalitas

Pada penelitian ini, uji statistik yang digunakan adalah

Chi-Kuadrat. Salah satu fungsi Chi-Kuadrat adalah uji kecocokan. Dalam

(33)

39

Uji kecocokan bisa digunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data, dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

a. Menentukan jumlah kelas interval dengan rumus:

... (3.7) dimana n adalah jumlah siswa.

b. Menentukan panjang kelas interval dengan rumus:

; ... (3.8)

c. Menghitung rata-rata dan standar deviasi dari data yang akan diuji normalitasnya

d. Untuk menghitung nilai rata-rata dari gain digunakan rumus:

... (3.9)

e. Sedangkan untuk menghitung besarnya standar deviasi dari gain digunakan rumus:

... (3.10) Keterangan:

= Nilai rata-rata gain

= Nilai gain yang diperoleh siswa = Jumlah siswa

= Standar deviasi

f. Menentukan nilai baku z dengan menggunakan rumus:

; ... (3.11) g. Mencari frekuensi observasi dengan menghitung banyaknya

respon yang termasuk pada interval yang telah ditentukan. h. Mencari frekuensi harapan .

... (3.12) i. Mencari harga Chi-Kuadrat dengan menggunakan rumus:

(34)

40

Keterangan:

= Chi-Kuadrat hasil perhitungan = Frekuensi observasi

= Frekuensi yang diharapkan

j. Membandingkan harga dengan

Jika , maka data berdistribusi normal, sedangkan jika , maka data tidak berdistribusi normal 2. Uji Homogenitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak. Rumus perhitungan homogenitas dengan uji varians adalah:

... (3.14) Perhitungan homogenitas menggunakan uji dapat dilakukan

dengan cara membandingkan dengan . Jika

< , maka kelompok data homogen. 3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji homogenitas, selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis yang menggunakan rumus t test atau uji t. Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih rumus uji t, yaitu :

a. Apakah dua rata-rata berasal dari dua sampel yang jumlahnya sama atau tidak

b. Apakah varians dari dua sampel homogen atau tidak.

Berdasarkan data tersebut, penelitian ini menggunakan rumus uji t dengan Polled Varians yaitu bila , varians homogen dan besarnya derajat kebebasan dihitung dengan .

Rumus uji t dengan Polled Varians adalah sebagai berikut:

(35)

41

Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga . a. Jika < , maka diterima dan ditolak. Sebaliknya, b. Jika > , maka ditolak dan diterima

4. Perhitungan skor gain ternormalisasi

Gain adalah selisih skor pretest dan skor pretest untuk mengetahui bagaimana peningkatan dari perlakuan yang telah diberikan. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai gain ternormalisasi adalah:

... (3.16) (Meltzer, 2002) Dimana, SMI = Skor Maksimum Ideal.

Gain ternormalisasi dihitung untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa dari perlakuan yang telah diberikan.

Nilai yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.5

Interpretasi Nilai Gain yang Ternormalisasi

Nilai Kriteria

≥ 0,7 Tinggi

(36)

42

< 0,3 Rendah

5. Angket

Data hasil angket dihitung lalu dipresentasikan dari seluruh jawaban siswa. Langkah-langkah dalam menentukan interprestasi angket, yaitu sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah skor kriterium

Skor kriterium merupakan skor jika setiap butir mendapatkan skor tertinggi.

... (3.17) Dimana = skor tertinggi.

b. Menghitung jumlah skor hasil pengumpulan data

Skor-skor yang diperoleh dari responden, ditabulasikan dalam tabel dan dihitung jumlah keseluruhan skor data kuantitatif dari yang dipilih seluruh responden.

c. Menentukan kategori/interprestasi data

Setelah diketahui skor kriterium dan jumlah skor hasil pengumpulan data, dihitung skor kualitas dengan cara:

... (3.18) Hasil interprestasi data dapat dikategorikan dengan interval sebagai berikut (Sumpena, 2012:42):

[1 x jml responden] [2 x jml responden] [3 x jml responden] [4 x jml responden]

Sangat tidak baik Kurang baik Cukup baik Sangat baik

Gambar 3.4

(37)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada keseluruhan tahapan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI RPL 1 dan XI RPL 2 di SMK Muhammadiyah 2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014, dapat disimpulkan beberapa yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

group investigation berbantuan multimedia interaktif terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran pemrograman SQL tingkat dasar, yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan pengembangan multimedia interaktif yang dipakai sebagai alat bantu pada penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation meliputi tahap analisis, desain, pengembangan, implementasi dan penilaian. Multimedia interaktif yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses penyampaian materi, sebelumnya telah dijudgment oleh ahli media dengan beberapa saran untuk perbaikan.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif lebih baik dengan taraf signifikansi 1% dibandingkan dengan peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Sebagian besar siswa menunjukkan respon yang positif terhadap model pembelajaran kooperatif group investigation berbantuan multimedia interaktif

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif

(38)

model pembelajaran di kelas karena terbukti dapat membantu siswa memahami konsep materi serta dapat meningkatkan minat motivasi belajar.

2. Selama proses penerapan model pembelajaran kooperatif group

investigation, kendala yang ditemui adalah sulitnya memotivasi siswa.

Siswa cenderung kurang percaya diri tampil dan berbicara di depan kelas, kurang aktif dalam bertanya atau menjawab pertanyaan dan lain sebagainya. Disarankan bagi setiap guru yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif group investigation untuk dapat memotivasi siswa sehingga berani tampil atau berbicara di depan kelas, misalnya dengan memberikan semacam reward terlebih dahulu agar siswa termotivasi. Model pembelajaran kooperatif group investigation ini juga membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga akan kurang efektif jika dilakukan pada jam pelajaran yang hanya sebentar. Untuk mengantisipasinya diperlukan suatu persiapan yang cukup matang dalam menerapkan model pembelajaran ini.

(39)
(40)

80

DAFTAR PUSTAKA

Ajiji, A. (2012). Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Group investigation [online]. Tersedia: http://discussion-lecture.blogspot.com/2012/09/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html [8Oktober 2013].

Anggraini, L. (2011). Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Pada

Pemecahan Masalah Matematika. [online]. Tersedia:

http://lela68.wordpress.com/2011/09/22/model-pembelajaran-investigasi-kelompok-pada-pemecahan-masalah-matematika/ [20 Maret 2012].

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

[online]. Tersedia www.bappenas.go.id/get-file-server/node/5978/ [19 Maret 2013].

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Fathurrohman, P. dan Sutikno, S. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Hobri dan Susanto. (2006). “Penerapan Pendekatan Cooperative Learning model Group Investigation untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III SLTPN 8 Jember Tentang Volume Tabung”. Jurnal Pendidikan Dasar.7, (2),75.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniawan, M. A. (2012). Perancangan Media Pembelajaran Peta Sumber Daya

Indonesia pada Madrasah Ibtidaiyah Suren Gede Wonosobo. Yogyakarta:

STMIK AMIKOM.

Mahesa, G. (2010). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning

(CTL) Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Dalam Mata Pelajaran KKPI

(Keterampilan Komputer Pengolah Informasi). Skripsi Sarjana pada FPMIPA

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Meltzer. (2002). “The Realtionship Between Mathematics Prepation and

(41)

81

Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Nandi. (2006). “Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Geografi di Persekolahan”. Jurnal “GEA” Jurusan Pendidikan Geografi. 6, (1), 4-7. Nurzaqilah, D.S. (2009). Pengaruh Mind Maping Terhadap Pemahaman Konsep

Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.Skripsi Sarjana

pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Pongtuluran, A dan Rohardjo, A.I. (2011) Student – Centered Learning: The

Urgency and Possibilities. Surabaya: Petra Christian University.

Pramudya, G. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model

Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Kemmpuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rodiaman, I. (2008). Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Siswa Kelas VII H SMPN 2 Cilawu

Garut (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pokok Bahasan Sketsa dan Peta

Wilayah). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Safrotun, R. (2009). Penerapan Metode Pembelajaran Group Investigation untuk

meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Satriyana, V. (2012). Efektivitas Penggunaan Metode Investigasi Kelompok

dalam pembelajaran IPA di Kelas V SD Imbas Gugus Imam Bonjol Salatiga

Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Sarjana pada Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga: tidak diterbitkan.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

(42)

82

Sumpena, I. (2012). Penerapan Strategi Scaffolding dengan Memanfaatkan

Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP/MTs

pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).Skripsi

Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyatno, S. (2011). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 3 Pengasih, Kulon

Progo. Skripsi sarjana pada FMIPA UNY Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Tamur. M. (2012). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Etnomatematika sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematis Mahasiswa PGSD. Tesis sarjana pada Pasca Sarjana

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

The United Development Program. (2011). International Human Development

Indicators. [online]. Tersedia

Gambar

Skema NGambar 3.1 on Equivalent Control Group
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
tabel berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, di dalam penelitian ini dilakukan analisis dari sisi IT Risk Management menggunakan ISO 31000:2018 terkait dengan kasus-kasus yang dihadapi oleh Bank

Bila saat kuliah saya kurang setuju dengan pandangan yang diungkapkan dosen, maka saya akan mengajukan pandangan saya sendiri.. Ketika berdiskusi, saya berani

Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui kondisi internal dan kondisi eksternal dari Hotel Le Aries, merumuskan alternatif-alternatif strategi perusahaan yang

(Gambar 9) Rendahnya elevasi mercu sungai terutama pada bagian sebelah kiri menyebabkan aliran melimpas ke daerah sebelah kiri sungai yang merupakan dataran rendah. Ketinggian

Atribut produk vise portable yang diinginkan oleh konsumen adalah harga penjualan murah, pembuatan vise menggunakan komponen standar, dibuat menggunakan mesin konvensional,

Sedangkan untuk perkembangan DAU, total peningkatannnya adalah 569,63% dengan rata-rata peningkatan sebesar 56,96 % untuk peningkatan DAU tertinggi diperoleh Kabupaten Lampung

[r]

Dengan demikian judul yang peneliti angkat adalah “Meningkatkan Gerak Dasar Pukulan Rounders Dengan Modifikasi Alat Pukul Pada Siswa Kelas V SDN Sindangwangi”.