• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 99 JAKARTA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 99 JAKARTA TIMUR."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ………

G. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ………….. 27

H. Metodologi Penelitian ……….. 29

I. Lokasi penelitian……… 30

BAB II KETERAMPILAN BELAJAR BRAIN GYM DAN BIMBINGAN KELOMPOK... 31 A. Keterampilan Belajar ……….. 31

1. Pengertian Keterampilan Belajar ... 31

2. Bentuk Keterampilan Belajar ... 34

B. Teknik Belajar Brain Gym ... 69

1. Pengertian Brain Gym ... 69

2. Kebiasaan masyarakat... 69

3. Perubahan kebiasaan masyarakat... 72

4. Pembagian dan fungsi otak... 73

5. Kegiatan lomba dan sosialisasi Brain gym... 74

6. Dimensi otak dan gerakan Brain Gym... 77

7. Multi kecerdasan... 78

8. Hubungan aktivitas dengan kondisi otak... 81

9. Pembentukan dan pelatihan otak... 86

10. Memaksimalkan otak kanan... 86

(2)

C. Bimbingan Kelompok ... 99

1. Pengetian Bimbingan ... 101

2. Pengertian Kelompok ... 106

3. Bimbingan Kelompok ... 103

4. Latihan bimbingan kelompok... 109

D. Teknik Belajar Brain Gym Dalam Bimbingan Kelompok 118 1. Layanan Bimbingan kelompok... 118

2. Metode pembelajaran... 120

3. Teknik Brain gym... 121

BAB III METODE PENELITIAN ………. 124

A. Metode Penelitian ………. 124

1. Langkah-langkah metode eksperimen... 124

2. Gambaran umum alur berfikir penelitian... 126

B. Teknik Pengumpualan Data……….. 129

C. Persiapan Penelitian ………. 130

1. Observasi Lapangan ... 130

2. Penyusunan Pedoman Wawancara ... 130

3. Pengembangan Instrumen ... 131

4. Penyebaran kusioner ... 132

5. Pengolahan Dan Analisis Data Penelitian ... 133

6. Hasil Pre-tes... 142

D. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ………….. 147

1. Teknik belajar Brain gym ... 147

2. Pengertian belajar ... 150

3. Keterampilan belajar... ... 150

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 152 A. Deskripsi Penelitian ………. 152

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 152

B. Hasil pre-tes……….………. 158

C. Hasil Pos-tes……….………. 165

D. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam Meningkatkan keterampilan belajar... 171

1. Faktor pendukung... 172

(3)

1. Keterampilan Mencatat Dengan Peta Pikiran …….. 178

2. Kerampilan Mendengar aktif ………. 179

3. Keterampilan Membaca efektif ……… 180

4. Keterampilan Menghafal Atau Mengingat …………. 181

5. Keterampilan Menghadapi Ujian ………. 182

6. Keterampilan Mengatasi Kejenuhan Dan Meningkatkan Moivasi Belajar ... 183

E.. Efektivitas Bran Gym dalam meningkatkan keterampilan belajar ... 184

F. Kesimpulan indeks gain... 185

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 186

a. Kesimpulan ... 188

b. Rekomendasi ... 190

(4)

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan sebuah negara. Pendidikan selalu dikaitkan dengan kemakmuran suatu bangsa. Sudah menjadi paradigma umum bahwa kesuksesan dalam hidup bermasyarakat dapat diperoleh melalui pendidikan.

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. BAB II pasal 3 yang berbunyi

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pendidikan merupakan investasi yang amat berharga bagi peningkatan kualitas sebuah generasi. Generasi suatu bangsa akan maju apabila pendidikannya maju dan bermutu. Pendidikan yang bermutu atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga komponen yaitu administratif dan kepemimpinan, bidang intruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan konseling ( Yusuf LN 2009:4)

(5)

dari SMAN 99 yaitu “Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan Taqwa” , sedangkan Missi SMAN 99 adalah: (1) meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertingkah lfaku; (2) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan Bimbingan Konseling yang efektif, efisien, kreatif dan inovatif sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan potensinya; (3) meningkatkan motivasi dan komitmen mencapai prestasi terbaik dan berwawasan “Unggul”; (4) terlaksananya pelayanan Bimbingan Konseling yang profesional dan optimal.

(6)

Dalam menyonsong kehidupan masa depan, maka ” Peran Bimbingan Konseling sebagai upaya strategi layanan untuk mengembangkan potensi Siswa secara optimal, maka secara umum layanan harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia agar mampu menjawab tantangan kehidupan masa depan, ” (Suherman, AS. 2007:7) Artinya layanan Bimbingan dan konseling hendaknya membatu mempermudah Siswa dalam mengenal bakat,minat,kemampuan sehingga Siswa dapat mengembangkan kemampuannya tersebut seoptimal mungkin untuk menyesuaikan dengan baik.

Pada jenjang pendidikan formal, termasuk jenjang pendidikan di SMA konsep bimbingan dan konseling mencakup: (1) program Bimbingan dan konseling merupakan suatu keutuhan yang mencakup berbagai dimensi terkait dan dilaksanakan secara terpadu, kerjasama personel bimbingan dengan personel lainnya, keluarga dan masyarakat, (2) layanan Bimbingan Konseling ditujukan untuk seluruh peserta didik, mengunakan berbagai strategi pelaksanaan ( Pengembangan pribadi, dan dukungan sistem) meliputi ragam dimensi, masalah, setting, metode dan lama waktu layanan. (Panduan pelaksanaan Bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah 2008:1.)

(7)

pendapat (brain storming). Salah satu tujuan dari bimbingan klasikal adalah mengembangkan potensi, tanggung jawab, daya juang dan mengembangkan motivasi belajar peserta didik. Sedangkan layanan bimbingan kelompok adalah pelayanan yang diberikan oleh konselor kepada peserta didik melalui kelompok kecil, 5 s.d. 10 orang dengan tujuan merespon kebutuhan dan minat peserta didk mengenai masalah yang bersifat umum yang dirasakan bersama.

Prayitno. dkk, (2005) menyatakan bahwa masalah belajar siswa SLTA cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kategori masalahnya adalah masalah keterampilan belajar dan kondisi diri selalu menduduki posisi dominan. Skor mutu kegiatan belajar mengajar mereka rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Dimiyati & Mudjiono (1999:32-37) menyatakan bahwa untuk mencapai taraf penguasaan belajar yang baik, perlu dipelihara keterlibatan siswa dalam belajar dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, bertindak sebagai pendidik, dan penyesuaian model pembelajaran dengan kondisi siswa. Jika masalah belajar ini tidak diatasi dengan baik, maka akan berakibat rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

(8)

(d) mengikuti pelajaran di kelas, (e) menggunakan kepustakaan,(f) menulis karya tulis dengan baik, dan (g) mempersiapkan diri untuk ujian.

Menurut Prayitno (2002) bahwa keterampilan belajar yang harus dikuasai siswa meliputi; (a) perencanaan masa studi, (b) kemampuan menjalani prosespembelajaran, (c) peningkatan kemampuan membaca, (d) kemampuan mengingat, konsentrasi, dan ketahahanan dalam belajar, (e) penyelesaian tugas dan penulisan karya ilmiah, (f) belajar dari dan bersama orang lain, dan (g) ketetampilan mengikuti ujian.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan katerampilan belajar oleh siswa akan mampu meningkatkan mutu kegiatan belajarnya sesuai dengan target kompetensi belajar yang diharapkan.

(Tersedia di BK Bimbingan dan konseling Indonesia http:// konselingindonesia.com Menggunakan Joomla! Generated: 15 March, 2010, 09:06)

Berdasarkan hasil penelitian ” Prihastuti ” dari Fakultas Psikologi Unair, penelitian dilakukan pada siswa kelas 3 SD Percobaan 2 Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta. (2008). Berdasarkan hasil interpretasi uji statistik dapat disimpulkan bahwa efek pemberian perlakuan Brain Gym pada siswa Kelas 3 SD Percobaan 2 Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta cukup efektif, karena aktivitas Brain Gym dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan keterampilan belajar siswa terutama kecakapan berhitung siswa. Dari hasil temuan penelitan Prihastuti bahwa: penelitian menunjukkan bahwa gerakan

(9)

SD. Temuan ini semakin mendukung pernyataan yang disampaikan oleh Dennison, Paul E., and G. E. Dennison (2007) bahwa individu dari berbagai usia menggunakan program belajar yang dikenal Brain Gym untuk memperoleh perbaikan yang cepat dan seringkali dramatis dalam keterampilan belajar seperti membaca, menulis, menyimak, berbahasa, dan berhitung.

”Effect of educational Kinesiology on responsetimes of learing-Disabled

Students” Khalsa, Guruchiter Kaur dan sifft, Josie M. American Alliance for Health, Physical Education and Dance National Convention. April 1987, Studi dibuat dengan melibatkan 50 siswa. Kelompok Brain Gym memperlihatkan satu urutan gerakan , sementara kelompok kontrol terlibat dalam gerakan kesembarangan selama tujuh menit. Masa tanggap visual dari semua anak diuji sebelum dan sesudah melakukan gerakan-herakan yang ditentukan. Hasilnya menunjukan bahwa anak-anak yang melakukan gerakan Brain Gym waktu tanggapnya meningkat sementara kelompok kontrol tidak. Paul.E. Dennison 2009:73.)

(10)

Berdasarkan permasalahan di atas , bahwa kemampuan IQ siswa bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan siswa, tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi di antaranya, keterampilan belajar, karena Siswa yang mempunyai keterampilan belajar tinggi akan memperoleh prestasi akademik yang baik dibanding dengan Siswa yang tidak memiliki keterampilan belajar, karena siswa yang mempunyai keterampilan untuk belajar tersebut selalu ingin mengunakan waktunya seoptimalkan mungkin untuk belajar baik di sekolah maupun di rumah.

Menurut ajaran Agama Islam dalam sebuah hadis mengatakan: ” barang siapa mencari ilmu, maka Tuhan akan memudahkan atau memperlancar

baginya masuk Surga” , dan sesungguhnya Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena puas dengan apa yang

diperbuatnya, dan bahwasanya penghuni langit dan bumi sampai ikan di

lautan, meminta ampun kepada orang yang pandai ( orang berilmu). ( hadis riwayat Tarmizi ).

Sesuai dengan hadist tersebut, maka Siswa yang mengamalkan ajaran agama, maka siswa harus menguasai keterampilan dalam belajar, dan memiliki kebiasaan belajar yang baik teratur (rutin) , mempunyai sikap yang positif dalam belajar dan menghilangkan sikap yang negatif terhadap belajar, agar memperlancar jalan menuju surga.

(11)

keyakinannya tentang belajar” sedangkan kebiasaan belajar adalah ” Prilaku (kegiatan) belajar yang relatif menetap, karena sudah berulang-ulang (rutin) dilakukan”

Kemudian dikemukakan oleh Yusuf, LN, ada beberapa ciri-ciri dan sikap kebiasaan belajar yang positif yaitu:

1. Menyenangi belajar (teori dan praktek).

2. Merasa senang untuk mengikuti kegiatan belajar yang diprogramkan sekolah.

3. Mempunyai jadwal belajar yang teratur.

4. Mempunyai disiplin diri dalam belajar (bukan karena orang lain.) 5. Masuk kelas pada waktunya.

6. Memperhatikan penjelasan dari guru.

7. Mencatat pelajaran dalam buku khusus secara rapi dan lengkap. 8. Senang mengajukan pertanyaan apabila tidak memahaminya. 9. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelas.

10. Membaca buku-buku pelajaran secara teratur.

11. Mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah dengan sebaik-baiknya. 12. Meminjam buku-buku ke perpustakaan untuk menambah wawasan

keilmuan.

(12)

14. Senang membaca buku-buku lain, majalah, atau koran yang isinya relevan dengan pelajaran atau program studi yang ditempuh.

15. Tidak mudah putus asa apabila mengalami kegagalan dalam belajar (seperti tidak lulus tes, atau nilainya rendah).

Jadi, sikap dan kebiasaan belajar yang positif adalah ulet, tidak mudah putus asa, gemar membaca, harus dimiliki oleh siswa, agar mencapai ajaran agama yang diyakini/ diimani karena Siswa akan merasa kurang sempurna manakala tidak belajar dengan sungguh-sungguh seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan lain-lain.

Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, Siswa harus mengetahui arti dari belajar dan tujuan belajar serta mengetahui cara belajar yang efektif dan efesien. Belajar adalah proses mental yang tidak berdiri sendiri tetapi ditentukan oleh banyak faktor yakni faktor diri sendiri, faktor di luar diri sendiri serta faktor pendekatan yang digunakan. Perbuatan belajar menghasilkan perubahan dan ciri khas perubahan dalam belajar yang meliputi perubahan-perubahan: (1) intensional atau disengaja, (2) positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri.) (3) efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perbuatan baru.( Tim Musyawarah Bimbingan konseling DKI 2004:29 )

(13)

kemampuan untuk membangkitkan motivasi (belajar) siswa dalam mencapai tujuannya. Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap kegiatan belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar tanpa perasaan bosan apalagi menyerah. Dengan demikian motivasi belajar merupakan tenaga pendorong yang dapat menggerakkan atau mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar dalam mencapai tujuan belajar sehingga kebutuhan belajarnya terpenuhi. Di samping motivasi di dalam diri individu juga terdapat motif yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Motivasi dan motif merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan. Bilamana tujuan itu tercapai maka kemungkinan ia akan mendapatkan kepuasan. Motif seseorang melakukan kegiatan didasarkan atas kebutuhannnya. Motif memiliki peranan yang sangat penting bagi kegiatan-kegiatan baik yang bersifat individu maupun kelompok.

Keterampilan belajar harus dimiliki oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Ada lima teknik dan keterampilan belajar yaitu: (1) konsentrasi terfokus. (2) cara mencatat.(3) Organisasi dan pencapain tes (ulangan/ujian). (4) cara membaca cepat. (5) teknik mengingat, dan modalitas belajar yaitu kemampuan tertentu sebagai cara mudah menyerap informasi, memahami pelajaran. ( Kanwil Diknas DKI 2001:53)

(14)

membaca dan mencatat, (2) keterampilan berfikir, (3) kecakapan menulis. (4) kecakapan kesadaran diri, (5) keterampilan menghadapi lingkungan dan (6) keterampilan belajar di rumah, (7) keterampilan memrsiapkan ujian dan lain-lain.

Dalam upaya meningkatkan mutu belajar peserta didik khususnya dan meningkakan mutu pendidikan pada umumnya, di kota Bogor pada tanggal 26 Februari 2009, dilaksanakan Brain Gym, yang diikuti oleh 100 guru yang berasal dari kabupaten dan kota Bogor, bertempat di Wisma Tamu Institut Pertanian Bogor (IPB), dipandu oleh Elisabeth Demuth dari Swiss. Tujuan dari Brain Gym adalah mendorong para guru dan orang tua untuk mengajarkan teknik belajar

Brain Gym kepada siswanya agar tidak stres dalam belajar, termotivasi dan bersemangat dalam belajar. Menurut Elisabeth Demuth bahwa Brain Gym

(15)

bekerja secara seimbang. Bila salah satu bagian saja kurang dilatih, maka bagi anak-anak akan kurang bersemangat untuk belajar, kurang kreatif dan sulit untuk memahami suatu hal,” tandas Elisabeth. Ada beberapa gerakan sederhana senam otak di antaranya adalah dua pasang telinga, saklar otak, tombol bumi, tombol angkasa, delapan-tidur dan gerakan gajah. Beberapa gerakan tersebut mempunyai fungsi-fungsi tertentu dalam melatih otak manusia. Misalnya, gerakan pasang telinga yang mengharuskan kita memijat daun telinga akan membantu meningkatkan pendengaran, meningkatkan daya pikir dan meningkatkan daya ingat.

(Tersedia di http://www.radar-bogor.co.id/20/ar_id=MjY2NjQ=&click=ODU online (selasa 01 september 2009).

Pembagian dan fungsi otak adalah; (1) batang otak fungsinya untuk mengendalikan pernafasan, denyut jantung, reaksi insting saat bahaya seperti marah dan menyerang, mengatur dan membentuk siklus tidur; (2) sistem Limbick berfungsi mengendalikan emosi, membantu keseimbangan hormonal, rasa haus, lapar, dorongan seksual, pusat kesenangan, metabolisme, ingatan jangka panjang dan motivasi belajar; (3) neokorteks berfungsi mengendalikan penglihatan, pendengaran, kreasi, berfikir, berbicara, intelegensia dan mengendalikan nafsu dan emosi ( Ibe hayatain 2009 : 4)

(16)

konseling. Srategi layanan bimbingan meliputi layanan individual dan layanan kelompok. Bimbingan individual yaitu hubungan timbal balik antara konseleor dan konseli untuk mencapai pemahaman tentang diri sendiri, dalam hubungannya dengan permasalahan, perkembangan dan pengambilan keputusan, dirinya untuk saat ini dan pada masa yang akan datang. Sedangkan bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan individu mengembangkan wawasan dan pemahaman yang diperlukan tentang suatu masalah tertentu, mengeksplorasi dan menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan masalah atau dalam upaya mengembangkan pribadinya

Selanjutnya dijelaskan oleh Natawidjaya (1987:33) bahwa bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada memberi kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhan.

(17)

Mekanismenya adalah integrasi otak yang diperlukan untuk menyerap pelajaran secara keseluruhan, dengan cara memaksimalkan otak kiri dan otak kanan,

(Midline movements ) meningkatkan energi, (Energy exercises) dan gerakan peregangan otot (Lengthening activities) dan lain-lain.

Brain Gym didasarkan pada tiga pokok yang sederhana yaitu: (1) belajar adalah kegiatan yang alami yang menyenangkan yang terus terjadi sepanjang hidup; (2) kesulitan belajar adalah ketidakmampuan mengatasi stres dan keraguan dalam menghadapi suatu tugas yang baru; (3) kita semua mengalami ”kesulitan belajar” selama kita telah belajar untuk tidak bergerak ( Dennison. P. 2009:2 )

Kedua belahan otak penting artinya bagi kehidupan manusia. Keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan akan dirasakan apabila seseorang memanfaatkan kedua belahan otak dengan baik. Aktivitas belajar atau mengerjakan tugas lainnya akan lebih baik jika kemampuan kedua bagian otak dioptimalkan sesuai dengan apa yang tengah dipelajari atau apa yang tengah di kerjakan (Yusup Purnomo Hadianto dan Renita Mulyaningtyas 2008 :34)

(18)

menimbulkan emosi positif, yang akhirnya akan membuat kerja otak lebih efektif. Emosi positif akan mendorong kekuatan otak dan mendorong pencapaian prestasi. Amatilah pembelajaran di sekolah? Jika banyak siswa merasa jenuh atau bosan, mungkin pembelajaran lebih banyak menggunakan otak kiri. (Yusup Purnomo Hadianto dan Renita Mulyaningtyas 2008 : 34)

Berdasarkan pendapat Yusup Purnomo Hadianto dan Renita Mulyaningtyas pada buku Bimbingan Konseling di SMA kelas X, tersebut diatas kenyataannya banyak siswa yang jenuh atau bosan karena pada umumnya siswa menerima pelajaran dengan metode ceramah. Brain Gym adalah gerakan sederhana yang dilakukan dengan musik sehingga bisa mengusir rasa jenuh dan bosan serta dapat mendatangkan emosi positif. Jika emosi positif sudah tercipta maka Siswa akan bersemangat dan dapat enjoi dalam bgelajar, sehingga belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan.

(19)

Ada beberpa teknik dan metode yang untuk meningkatkan keterampilan dan pembiasaan belajar anatara lain dengan:

1. Edu – K (Educational Kinesiology)

Berasal dari kata latin ”educare” yang artinya menarik keluar dan ”kinesiology”

= kinesis yang berasal dari kata Yunani, yaitu ilmu tentang gerakan tubuh manusia. Inti dari Edu-K : “Menarik keluar potensi yang terpendam melalui gerakan tubuh.”

Mengapa Brain Gym dilakukan?

Orang yang sulit belajar akan berusaha keras yang mengakibatkan terjadi stress di otak, sehingga mekanisme integrasi otak melemah dan bagian otak tertentu kurang berfungsi. Informasi yang diterima di otak bagian belakang sulit diekspresikan, sehingga orang merasa kurang berhasil dan stress akan mengakibatkan semangat belajar berkurang. Dan orang yang kurang belajar dan berusaha, prestasinya akan statis, bahkan menurun dan perasaan tidak berhasil semakin bertambah sehingga sulit untuk keluar dari lingkaran negative itu.

Emosi Positif

Kekuatan Otak

Kehormata n Diri

(20)

Bagaimana Brain Gym menunjang kemampuan belajar ?

Melalui tes otot dicari tahu hambatan di tubuh yang berpengaruh pada kemampuan belajar dan daya tangkap. Brain Gym membuka bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan belajar/bekerja berlangsung menggunakan seluruh otak (whole brain).Kegunaanya:

a. Stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih

b. Hubungan antar- manusia dan suasana belajar/bekerja lebih rileks dan senang

c. Kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat

d. Orang menjadi lebih bersemangat, lebih konsentrasi, lebih kreatif dan efisien

e. Orang merasa lebih sehat karena stres berkurang f . Motivasi belajar dan prestasi belajar meningkat

2. Tiga dimensi otak Sesuai Edu – K

Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan yang disampaikan melewati serabut syaraf secara sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya, otak bagian kiri bertanggung jawab untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Dengan Brain Gym, maka tiga dimensi otak akan diaktifkan secara keseluruhan.

Ada beberapa gerakakan dalam gerak latih otak yaitu: a. Lateralisasi-Komunikasi (Kanan-Kiri)

Gerakan untuk menyebrang garis tengah, menyangkut sikap positif:

(21)

tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Gerakan menyebrang garis tengah, mengaktifkan kerjasama tersebut. Kemampuan belajar paling tinggi apabila kedua belah otak bekerjasama dengan baik.

b. Fokus Pemahaman (Muka –Belakang)

Gerakan meregangkan otot, menyangkut: konsentrasi, pengertian, dan

pemahaman. Gerakan ini menunjang kesiapan untuk menerima hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Kalau sulit memahami inti keseluruhan pelajaran, atau orang tidak dapat berkonsentrasi, sebaiknya gerakan ini dilakukan agar otot lega dan semangat belajar meningkat.

c. Pemusatan-Pengaturan (Atas-Bawah)

Gerakan untuk meningkatkan energi, menyangkut: mengorganisasi, mengatur, berjalan, tes atau ujian. Otak terdiri dari milyaran sel saraf kecil bernama neuron yang jalurnya dihubungkan seperti kabel pada telepon. Bila gerakan ini dibuat berarti hubungan elektrik jaringan dapat diaktifkan agar dapat berfungsi baik dalam memberikan informasi dari badan ke otak dan sebaliknya.

3. Keuntungan Brain Gym

a. Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stress

b. Dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit) c. Tidak memerlukan bahan atau tempat khusus

(22)

e. Meningkatkan kepercayaan diri f. Menunjukkan hasil dengan segera g. Dapat dijelaskan secara neurofisiologi :

h. Sangat efektif dalam penanganan seseorang yang mengalami hambatan dan stress belajar.

i. Memandirikan seseorang dalam hal belajar, dan mengaktifkan seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki.

j. Diakui sebagai salah satu teknik belajar yang paling baik oleh National Learning Foundation USA, dan sudah tersebar luas di lebih dari 80 negara (http://atikofianti.wordpress.com/2007/12/05/health-brain-gym-senam-otak/(20 juli 2009)

(23)

Anggrayanto, Super Smart Trainer dari Yogyakarta, ditemukan sebuah metode belajar untuk mengatasi kesulitan dalam berpikir dan belajar yang disebut dengan “Scud Memory: Scud Memory merupakan sebuah metode belajar yang memadukan kerja otak kiri dan otak kanan agar otak mampu memproses informasi secara lebih cepat, mampu menyimpan ingatan lebih lama dan menjadikan proses belajar menjadi lebih mudah serta kreatif. Dengan menggunakan metode Scud Memory, otak akan terangsang untuk berkembang sampai optimal. Scud Memory mirip dengan Brain Gym

yaitu menerapkan merupakan gerak sederhana yang menyenangkan dan dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar dengan menggunakan seluruh otak. Brain Gym ikut membantu mengurangi stress di otak sehingga seluruh bagian otak bekerjasama dengan baik. Bukan itu saja, Brain Gym juga dapat meningkatkan pendengaran dan penglihatan serta memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stres. Secara umum Brain Gym membantu dalam memahami dan melengkapkan proses belajar, membantu memahami dan menguasai daya ingat, membantu meahami bagimana belajar dengan menyenangkan (tanpa stres), serta membantu memahami dan melatih potensi otak. Selain itu, masih ada banyak manfaat lain yang didapatkan dengan melakukan gerakan-gerakan yang bervariasi, dan gerakan-gerakan yang menyenangkan pada dan membuat perasaan lebih rileks.

(24)

perasaan, terfokus dan terorganisasi, mudah memahami dan mendalami. Pada awalnya program Edu-K ini digunakan untuk siswa yang memiliki kekurangan atau kesulitan dalam belajar, tetapi sekarang ini sudah digunakan secara internasional oleh pendidik, siswa, atlet, artis, karyawan di kantor, orang lanjut usia. Program ini direkomendasikan kepada mereka yang bekerja di bidang medik dan bidang pendidikan untuk membuat perubahan positif, kreatif, dinamis, dan kebebasan bergerak dalam kehidupan mereka. Manfaat yang diperoleh adalah untuk membantu siswa-siswa dan orang dewasa, serta orang tua. Dalam meningkatkan motivasi belajar, belajar segala sesuatu lebih cepat dan mudah, lebih fokus dan terorganisir lebih baik, memulai dan menyelesaikan tugas-tugas dengan mudah, mengatasi tantangan dan kesulitan belajar beajar,meraih prestasi lebih tinggi dan lain lain.

Karena diakui sebagai teknik belajar yang paling baik yang sudah tersebar lebih dari 80 negara, maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana keefektifan teknik Brain Gym dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan keterampilan belajar di SMAN 99 Jakarta.

(25)

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan kondisi yang ada di lapangan maka peneliti dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut: “ Apakah teknik Brain Gym efektif untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa di SMAN 99 Jakarta?

C. Pertanyaan Penelitian.

(26)

Mencermati kondisi tersebut diatas yaitu adanya kesenjangan antara kenyataan di lapangan dengan harapan untuk meningkatkan kterampilan belajar, maka teknik belajar Brain Gym yang dilaksanakan dalam suasana kelompok diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa di SMAN 99 Jakarta. Untuk itu penelitian dilakukan adalah upaya untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan diatas. Rumusan tersebut dapat diuraikan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Seperti apa gambaran keterampilan belajar di SMAN 99 Jakarta? 2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat keterampilan belajar

Siswa SMAN 99 Jakarta?

3. Apakah teknik belajar Brain Gym efektif untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan , maka tujuan pokok penelitian adalah merumuskan teknik belajar dengan Brain Gym

untuk meningkatkan keterampilan belajar Siswa SMAN 99 Jakarta. Secara spesifik tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran keterampilan belajar di SMAN 99 Jakarta

(27)

3. Memperoleh rumusan teknik belajar Brain Gym , efektif untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Manfaat teoritis yaitu:

a. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penerapan teknik belajar dengan Brain Gym untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan belajarnya.

b. Mengembangkan layanan Bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok dengan teknik belajar Brain Gym.

Manfaat praktis

a. Meyumbangkan hasil pikiran dalam rangka mengembangkan keterampilan Guru Bimbingan dan konseling dalam melaksanakan

Brain Gym yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

b. Memberikan sumbangan pikiran hasil penelitian ini untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya untuk meningkatkan prestasi belajar di SMAN 99 Jakarta.

F. Asumsi Penelitian

Penelitian ini bertitik tolak pada anggapan dasar sebagai berikut:

(28)

idividu-individu yang belajar, yang terkait dengan penambahan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat watak dan penyesuaikandiri (Sardiman AM 1998:21)

2. Keterampilan belajar adalah mengacu kepada bagaimana siswa belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari. Dikdasmen (2004: 9) menyatakan bahwa pengembangan keterampilan-keterampilan belajar memproses perolehan peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuh-kembangkan sikap dan nilai yang dituju.

3. Brain Gym terdiri dari dari gerakan-gerakan dan aktivitas yang mudah dan menyenangkan, yang telah digunakan bersama murid-murid untuk meningkatkan pengalaman belajar dengan keseluruhan otak. Aktivitas ini membuat semua sistem belajar lebih mudah (Paul .E, Dennison, Phd 2006:2)

4. Brain Gym dilaksanakan secara kelompok dengan penuh semangat dan riang gembira .( Tersedia online 20 Februari 2007 : sumber http;//subersehat .com)

(29)

sebelum belajar. Hasilnya baik. Umumnya, para siswa lebih mudah menerima pelajaran di sekolah. Tak hanya itu, siswa yang awalnya pendiam, tidak bersemangat, tidak termotivasi, menjadi aktif setelah melakukan senam otak.(Tersedia online 22 Maret 2009 : sumber w.w.w. berani.co.id )

6. Bimbingan Klassikal merupakan proses memfasilitasi perkembangan konseli (peserta didik) dengan cara melakukan kontak lansung di kelas secara terjadwal dalam bentuk diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat) (Panduan pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah menengah 2008:18).

7. Bimbingan kelompok diberikan kepada semua siswa (individu) atas dasar jadual yang reguler (natawijaya 1987:35) sedangkan tujuan dari bimbingan kelompok adalah mencegah berkembangnya masalah pada konseli. (Natawijaya:1987:32:Nurihsan,2005:17) Ditegaskan pula oleh Yusuf L.N. bimbingan kelompok adalah layanan dasar yang harus diberikan untuk semua siswa, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja maupun dewasa (Yusuf LN:2009: 62)

(30)

G.Definisi Operasional dan Variabel Penelitian.

Kegiatan bimbingan klassikal dapat dilaksanakan dengan jam tatap muka yang terjadual untuk menyelenggarakan kegiatan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten dan lain-lain, dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Agar pembahasannya tidak terlalu meluas, maka akan dijelaskan tentang defenisi operasionalnya adalah sebagai berikut:

1. Pengertian keterampilan belajar.

Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan (acquired skills) oleh seorang individu melalui proses latihan yang kontinyu dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun psikomotorik. Dengan mengusai keterampilan belajar, maka individu dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan. (http://motivasibelajar.wordpress.com/2008/05/16/3/(20 Juli 2009)

2. Pengertian teknik belajar Brain Gym

Sukardjiman ( Pendiri club Brain Gym Indonesia) mengatakan bahwa Brain Gym adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk

(31)

National Learning Foundation USA, dan sudah tersebar secara luas yaitu lebih dari 80 negara di seluruh dunia. Tersedia http://atikofianti wordpress.com/ 2007/ 12/05/ health-Brain-Gym-senam-otak/ (20 Juli 2009)

Biasanya para pendidik dalam mengatasi kegagalan membuat program untuk memotivasi, menekankan, mengulang-ngulang, bahkan

”memaksa” belajar, untuk mengatasi delema kegagalan yang dialami siswa di sekolah. Program ini berhasil sampai tahap tertentu, karena beberapa siswa bisa melakukan dengan baik sementara yang lainnya tidak bisa melakukannya, dikarenakan tidak memakai mekanisme integrasi otak yang diperlukan untuk menyerap pelajaran secara keseluruhan. Informasi diterima oleh otak bagian belakang sebagai pesan (impress), tetapi tidak dapat diungkapkan oleh otak bagian depan (express). Ketidak mampuan untuk menerangkan apa yang sudah dipelajari menyebabkan pelajar terperangkap dalam sindrom kegagalan. ( Paul. E. Dennison, Gail. E. Dennison 2009:i.)

(32)

serangakaian gerakan yang dilakukan degan riang gembira secara kelompok pada saat bimbingan klasikal atau bimbingan kelompok agar memudahkan kegiatan belajar , sehingga bisa mengatasi malas, jenuh dan cepat bosan serta kurang motivasi belajar. Bagaimana Brain Gym

menunjang kemampuan belajar? Melalui tes otot dicari tahu hambatandi tubuh yang berpengaruh pada kemampuan belajar dan daya tangkap.

Brain Gym membuka bagian2 otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan belajar berlangsung menggunakan seluruh otak (whole brain).

H. Metodologi Penelitian

Metode penelitian dengan metode eksperimen, yaitu membandingkan kelompok yang mendapatkan teknik Brain Gym dengan kelompok yang tidak mendapatkan Brain Gym, kemudian membandingkan hasil pre-tes dan hasil pos-tes.

(33)

I. Lokasi penelitian

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode penelitian

Metode eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang dapat dipilih dan digunakan dalam penelitian pembelajaran pada latar kelas (PTK). Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2OO2).

1. Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen

(35)

mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian; e) membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen; f) membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan; g) mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis; (5) melaksanakan eksperimen; (6) mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen; (7) mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telahditentukan; (8) menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya; (9) menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003).

(36)
(37)

Rancangan eksperirnen yang sederhana berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada dua hal yang digunakan pada rancangan eksperimen yaitu:

a. Tes awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest) b. Perbandingan kelompok statis (the static group comparison design) Penelitian eksperimental merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Disamping itu penelitian eksperimen juga merupakan pendekatan penelitian yang khas yang ditunjukkan oleh dua hal yaitu pertama, penelitian eksperimen menguji secara langsung pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dan yang kedua, menguji hipotesis hubungan sebab akibat. Ciri utama penelitian eksperimen adalah pengontrolan variabel dan pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen.

(38)

Setelah operasionalisasi langkah kedua, adalah penciptaan situasi yang memungkinkan dilakukannya tindakan atau perubahan yang diperlukan. Selanjutnya melalui pemilihan desain yang memadai maka akan diperoleh serangkaian alternatif yang dapat dipilih salah satu atau beberapa di antaranya yang terbaik. Terakhir, seandainya data yang ada sesaui dengan dugaan periset maka masih perlu dilakukan pengujian akhir dalam kerangka desain agar hipotesis yang tengah diuji itu terbebas dari diskonformasi.

(39)

B.TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis melakukan beberapa teknik pengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Observasi dilakukan di lokasi penelitian, di kelas X D SMAN 99 Jakarta Timur, dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap objek yang diteliti, untuk mendapatkan informasi yang akan dipergunakan untuk penelitian ini. Penulis melakukan observasi terhadap teknik belajar Brain Gym. Hal-hal yang diobservasi adalah gerakan-gerakan khusus

Brain Gym adalah gerakan silang, gerakan 8 tidur, tomol angkasa, tombol imbang, titik positif, mengisi energy dan gerakan X dan lain-lain.

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada siswa, tentang hambatan dalam melaksanakan beberapa teknik Brain Gym, minat melaksanakan Brain Gym,

gerakan-gerakan yang paling disenangi atau gerakan-gerakan yang sulit dilakukan dan lain-lain dengan cara berintekaksi langsung dengan siswa (responden). Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk melengkapi data.

(40)

3. Studi dokumentasi

Penulis melakukan studi dokumentasi, nilai Ulangan Blok, hasil psikotest, kegiatan-kegitan ekstr kurikuler , jadwal belajar siswa di rumah, buku catatan siswa dan lain-lain, untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Studi dokumentasi sebagai salah satu sumber data penelitian dalam penelitian Tindakan Kelas. Studi dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian. (Moleong 2008:217)

C. Persiapan penelitian

1. Observasi lapangan

Observasi lapangan merupakan langkah awal untuk menentukan subjek yang akan diteliti sesuai dengan judul penelitian. Peneliti mengobservasi setiap gerakan-gerakan Brain Gym yang dilakukan, yang menyangkut dengan gerakan lateralitas, pemfokusan dan gerakan-gerakan pemusatan. Observasi ini dilakukan agar adanya kesesuaian antara fokus penelitian dengan objek penelitian sehingga menunjang dan sesuai dengan judul yang sudah ditetapkan.

2. Penyusunan pedoman wawancara

(41)

dan beberapa pertanyaan dibuat, maka tahap berikutnya adalah mengkonsultasikan dan menjastifikasi pertanyaan tersebut pada dosen pembimbing. Wawancara dapat dipandang sebagai suatu bentuk percakapan dan dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam lingkungan tertentu.

3. Pengembangan instrument

Pada tahap ini dilakukan pemotretan terhadap keterampilan belajar siswa, dilakukan melalui suatu intrumen yang disusun dalam bentuk kusioner. Karena kusioner tersebut tidak diuji cobakan, maka untuk menentukan kelayakan kusioner ditentukan berdasarkan penilaian oleh penimbang (Agung, 1992:63)

(42)

kembali, maka jumlah butir pernyataan yang dimasukan ke dalam kuesioner adalah sebanyak 80 butir.

4. Penyebaran kusioner

Tahap ini adalah adalah tahap pelaksanaan penelitian untuk memperoleh data penelitian. Ada dua kegiatan yang dilakukan peneliti sesuai jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pertama, untuk memperoleh data tentang pelaksanaan Brain Gym dengan melakukan wawancara kepada siswa, wali kelas dan pihak kesiswaan . Kedua untuk memperoleh data tentang keterampilan belajar siswa. Kegiatannya dengan cara menyebarkan intrumen/angket penelitian. Peneliti menyebar angket kepada 40 siswa sebagai responden.

Adapun kisi-kisi butir pernyataan kusioner keterampilan belajar siswa. ASPEK YG DI

Keterampilan mendengar aktif Mendengar secara aktif 10 s.d. 12 3

Memperhatikan bahasa tubuh si pembicara.

13 s.d. 14 2

(43)

Memiliki cita/visi

5. Pengolahan dan analisis data penelitian

1) Uji Validitas dan reliabelitas intrumen

Ukuran memadai atau tidaknya intrumen sebagai alat pengumpul data dan sebagai alat pengukur variable penelitian, harus memenuhi syarat utama, yaitu syarat validitas atau kesahihan dan syarat realibilitas atau keajekan.

Faisal dan GW Mulyadi (1982:24), menjelaskan bahwa, maksud dari Validitas dan reliabelitas sebagai berikut:

Validitas pengukuran berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi ukur dari alat yang digunakan. Suatu alat pengukuran dikatakan valid jika benar-benar sesuai dan menjawab secara cermat tentang variabel yang mau diukur. Sedangkan reliabilitas pengukuran, berhubungan dengan daya konstan alat pengukur didalam melahirkan ukuran-ukuran yang sebenarnya dari apa yang di ukur. Alat pengukur yang realiabel kecil kemungkinan melahirkan ukuran yang berbeda-beda, bila kenyataan objeknya memang sama, waluapun dilakukan oleh lain petugas dan/atau lain kesempatan.

Menurut Sugiono (1999 :267) ‘Valid, berarti isntrumen tersebut dapat digunakan untuk mrngukur apa yang hendak ’diukur.” Sedangan instrumen yang reliabel berarti insrtumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

(44)

ini uji terhadap angket yang telah disusun. Tujuan dari uji instrumen adalah untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi terutama pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat peneliti.

Pengujian terhadap validitas dan realibitas instrumen dalam penelitian ini sebagai berikut :

Uji validitas instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Suharsimi Arikunto (1998:136) mengungkapkan bahwa : tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana variable data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variable yang dimaksud.

a. Uji validitas

(45)

(Arikunto, 2006: 278) Keterangan:

ℎ = korelasi tata jenjang

D = difference, beda antara jenjang setiap subjek N = banyaknya subjek

Dalam proses perhitungan koefisien validitas item dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.0, dengan menggunakan nilai p (probability value) pada taraf signifikansi standar program (p<0,01 dan p<0,05). Setelah diujicobakan, dari 80 item pernyataan, ternyata 76 item di antaranya memiliki koefisien validitas yang signifikan sehingga dinyatakan memadai dan dapat dipergunakan dalam penelitian selanjutnya, sedangkan 4 item pernyataan lainnya tidak signifikan sehingga ke-4 item (nomor 9, 15, 27, dan 52), dinyatakan tidak memadai dan tidak dapat dipergunakan dalam penelitian (dibuang).

Secara detail, hasil ini dapat dilihat sebagai berikut.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya (Arikunto, 2006: 178). Koefisien reliabilitas instrumen pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:

ℎ = 1 - ∑

(46)

(Arikunto, 2006: 196) Keterangan:

= reliabilitas instrumen k = banyaknya item pernyataan

∑ = jumlah varians item = varians total

Adapun proses perhitungan koefisien reliabilitas instrumen dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.0.

Untuk menentukan reliabilitas alat ukur, peneliti menggunakan prinsip umum yang digunakan dalam menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas alat ukur dan ada tidaknya korelasi antara dua variabel

Dari pengolahan data yang dilakukan, diperoleh indeks koefisien korelasi dengan bantuan software SPSS 17.0, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen pada standar Alpha Cronbach (α) sebesar 0,904,

(47)

pada p<0,05. Merujuk pada tabel di atas, reliabilitas instrumen instrumen penelitian tentang keterampilan belajar siswa SMAN 99 Jakarta secara keseluruhan menunjukkan derajat korelasi yang sangat kuat sehingga dipandang layak untuk digunakan dalam penelitian.

Lebih jelas, hasil ini dapat dilihat pada tabel hasil pengolahan pernyataan, ternyata 76 item di antaranya memiliki koefisien validitas yang signifikan sehingga dinyatakan memadai dan dapat dipergunakan dalam penelitian selanjutnya, sedangkan 4 item pernyataan lainnya tidak signifikan sehingga ke-4 item (nomor 9, 15, 27, dan 52), dinyatakan tidak memadai dan tidak dapat dipergunakan dalam penelitian (dibuang). Secara rinci dapat dilihat dari rekap uji validitas intrumen sebagai berikut :

Setelah dibuang ke 4 item kusioner tersebut, maka kusioner tersebut disebar untuk melihat sejauh mana profil keterampilan belajar kelas X SMAN 99 Jakarta.

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian tentang Keterampilan Belajar Siswa SMAN 99 Jakarta

(48)

NO. ITEM DAN DESKRIPSI STATISTIKNYA INDEKS

item_9 Correlation Coefficient .078

Sig. (1-tailed) .317

item_15 Correlation Coefficient .239

Sig. (1-tailed) .069

(49)

NO. ITEM DAN DESKRIPSI STATISTIKNYA INDEKS

item_27 Correlation Coefficient .209

(50)

NO. ITEM DAN DESKRIPSI STATISTIKNYA INDEKS

item_52 Correlation Coefficient .163

Sig. (1-tailed) .157

(51)

NO. ITEM DAN DESKRIPSI STATISTIKNYA INDEKS

** Taraf Signifikansi Korelasi pada p<0,01 * Taraf Signifikansi Korelasi pada p<0,05

= Dibuang

(52)

B. HASIL PRE-TES

Hasilnya pre-tes secara statistic adalah sebagai berikut.

Untuk melihat posisi pertanyaan di atas, baik yang total maupun aspek-aspeknya, dipergunakan rumus Azwar (2005) sebagai berikut.

(M + 1,5s) < X nilai A

(M + 0,5s) < X ≤ (M + 1,5s) nilai B (M - 0,5s) < X ≤ (M + 0,5s) nilai C (M - 1,5s) < X ≤ (M - 0,5s) nilai D X ≤ (M - 1,5s) nilai E

Merujuk pada rumus di atas, dapat dimodifikasi sebagai berikut.

(M + 1,5s) < X kategori Tinggi Sekali untuk nilai A

(M + 0,5s) < X ≤ (M + 1,5s) kategori Tinggi untuk nilai B

(M - 0,5s) < X ≤ (M + 0,5s) kategori Sedang untuk nilai C

(M - 1,5s) < X ≤ (M - 0,5s) kategori Rendah untuk nilai D

X ≤ (M - 1,5s) kategori Rendah Sekali untuk nilai E

Sebagai contoh, untuk memperoleh kualifikasi keterampilan belajar siswa di SMAN 99 Jakarta, dilakukan langkah-langkah berikut.

Diketahui:

Jumlah Item = 76

Bobot Maksimal Setiap Item = 5 Skor Maksimum Ideal (SMideal) = 380 Rata-rata Ideal (xideal) = 190 Standar Deviasi Ideal (Sideal) = 63,333

Ditanyakan:

(53)

190 + 1.5 63,333 ≈ 285 190 + 0.5 63,333 ≈ 222 190 - 0.5 63,333 ≈ 158 190 - 1.5 63,333 ≈ 95

Berdasarkan hasil di atas, kemudian dibuat klasifikasi berikut. Tabel Kualifikasi Keterampilan Belajar Siswa di SMAN 99 Jakarta

NO. SKOR KUALIFIKASI

1. > 286 Tinggi Sekali (TS)

2. 223 – 285 Tinggi (T)

3. 159 – 222 Sedang (Sd)

4. 96 – 158 Rendah (R)

5. < 95 Rendah Sekali (RS)

Merujuk pada pertanyaan penelitian ketiga, yaitu: “Sejauhmana peningkatan keterampilan belajar SMAN 99 Jakarta setelah diintervensi oleh layanan Brain Gym diberikan?”

(54)

pengujian yang digunakan ialah uji Mann-Whitney, dengan rumusan hipotetis sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dan keterampilan belajar siswa kelompok kontrol H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara

keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dan keterampilan belajar siswa kelompok kontrol

(55)

menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dan keterampilan belajar siswa

kelompok kontrol, diterima. Berarti keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen secara statistik tidak berbeda dengan keterampilan kelompok kontrol.

Selanjutnya, untuk mengetahui lebih lanjut apakah keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dari pada keterampilan belajar kelompok kontrol, digunakan uji pihak kanan, dengan rumusan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Keterampilan belajar siswa kelompok kontrol lebih baik dari pada keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen

H1 : Keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dari pada keterampilan belajar siswa kelompok kontrol

Kriteria uji yang digunakan adalah tolak H0 jika Zhitung≥Zkritis. Berdasarkan hasil tabel 1 di atas diketahui, bahwa nilai Zhitung=-0,122 dan merujuk pada tabel distribusi z, untuk α=0,05 diperoleh nilai ≥Zkritis=1,645. Karena nilai Zhitung=-0,122 berada pada daerah penerimaan H0 maka berarti, bahwa keterampilan belajar siswa kelompok kontrol secara statistik lebih baik dari pada kelompok eksperimen.

(56)

KETERA

hasil tersebut divisualkan, maka diperoleh gam

(57)

apabila rata-rata nilai postest kelas eksperimen dan postest kelas kontrol berbeda (online, 2010).

http://math.opan.web.id/2010/05/indeks-gain.html

D. DEFENISI OPERASIONAL DAN VARIABEL PENELITIAN

1.Teknik belajar Brain Gym.

Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan untuk menguasai kemampuan belajar siswa dengan menggunakan keseluruhan gerakan-gerakan. Brain Gym membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik. Brain Gym didasarkan pada tiga pokok yang sederhana yaitu; (1) belajar adalah kegiatan yang alami dan menyenangkan yang terus terjadi sepanjang hidup; (2) kesulitan belajar adalah ketidak mampuan mengatasi stres dan keraguan dalam menghadapi suatu tugas yang baru; (3) seseorang pernah mengalami "kesulitan belajar" selama belajar untuk tidak bergerak artinya gerakan-gerakaan Brain Gym, mampu mengatasi kesulitan dan ketidak mampuan menguasai keterampilan belajar.

(58)

Kadang-kadang situasi pembelajaran di sekolah-sekolah pada umumnya dan di SMAN 99 khususnya berlangsung secara monoton, siswa merasa “tersiksa” dan bahkan seperti di penjara. Apalagi guru sebagai motivator pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah, maka suasana pembelajaran akan semakin menyiksa. Melaksanakan Brain Gym diiringi dengan musik dapat mendatangkan emosi positif, sehingga dapat mengusir kebosanan suasana pembelajaran. Emosi positif penting dalam belajar, untuk membuat siswa akan terbebas dari rasa stres dalam belajar sehingga belajar adalah kegiatan yang menyenangkan. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, siswa perlu menguasai keterampilan belajar.

Penelitian ini memperkenalkan teknik Brain Gym yang dapat membantu kreativitas guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Menyenangkan dalam hal ini berarti anak berada dalam keadaan yang sangat rileks, tidak ada sama sekali ketegangan yang mengancam dirinya baik fisik maupun non fisik. Keadaan tersebut akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi siswa dalam belajar dan akan melapangkan jalan bagi siswa dalam mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya. Dalam kondisi tersebut, situasi belajar akan menjadi kondusif, sehingga siswa bisa menguasai keterampilan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

(59)

melakukan gerakan-gerakan Brain Gym berarti tiga dimensi otak

distimulasi (dalam istilah Brain-Gym dikenal dengan dimensi pemusatan, lateralitas, dan pemfokusan)

(60)

seperti kabel pada telepon. Bila gerakan2 ini dibuat berarti hubungan elektrik jaringan dapat diaktifkan agar dapat berfungsi baik dalam memberikan informasi dari badan ke otak dan sebaliknya.

2. Pengertian belajar

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang bersifat permanen serta perubahan tingkah laku yang positif. Untuk mencapai tujuan belajar tersebut ada beberapa keterampilan yang harus dikuasai oleh Siswa, diantaranya keterampilan mendengar dan mencatat efektif, keterampilan menyimak aktif, keterampilan mengatur waktu belajar, keterampilan mempersiapkaan ujian, keterampilan mengatasi kelesuan dan membangkitkan motivasi belajar dan lain-lain.

3.Keterampilan belajar

Keterampilan belajar adalah mengacu kepada bagaimana siswa belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari. Sedangkankan pengembangannya agar peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkembangkan sikap belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dimensi yang diukur adalah:

1) Keterampilan mencatat yaitu mencatat dengan peta pikiran .

(61)

3) Keterampilan membaca efektif yaitu dengan cara mengetahui kiat-kiat membaca dan meningkatkan kecepatan membaca.

4) Keterampilan mengingat atau menghafal yaitu dengan cara mengingat dengan ciri-ciri atau kualitas yang baik.

5) Keterampilan mempersiapkan ujian yaitu dengan cara mempersiapkan mental, percaya diri, menjaga kesehatan, dan ketrampilan mengerjakan tes.

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada Bab sebelumnya, dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan permasalahan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Salah satu tujuan latihan Brain Gym adalah untuk memaksimalkan fungsi otak kanan, sehingga diharapkan siswa lebih mempunyai hati, dan lebih ber-empati, lebih seni dll, sehingga terjadi keseimbangan antara pungsi otak kiri dan fungsi otak kanan.

(63)

menghadapi ujian dan mengatasi kejenuhan serta meningkatkan motivasi belajar.

3. Brain Gym adalah gerakan sederhana yang didasarkan pada tiga hal pokok yaitu: (1) belajar adalah kegiatan yang alami yang menyenangkan yang terus terjadi sepanjang hidup. (2) Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan mengatasi stres dan keraguan dalam menghadapi suatu tugas yang baru. (3) Kita semua mengalami”kesulitan belajar” selama kita telah belajar untuk tidak bergerak.

4. Hasil penelitian bahwa Brain Gym dapat meningkatkan keterampilan belajar siswa, maka sebaiknya semua siswa mulai dari kelas X,XI dan XII mendapatkan Brain Gym pada setiap minggu (setelah upacara bendera) selama 5 menit.

5. Layanan bimbingan kelompok agar dapat diintensifkan, tidak saja pada jam tatap muka, tetapi bisa ditambah pada jam lain seperti pada pulang sekolah, jam istirahat dan lain-lain. Pelaksanaan bimbingan kelompok disesuaikan dengan masalah yang dihadapi siswa baik secara individual maupun kelompok.

6. Faktor penghambat yang menghambat penguasaan keterampilan belajar agar dicarikan solusinya. dan dapat diminimalisir sedangkan faktor pendukung untuk percepatan penguasaan keterampilan belajar agar dapat ditingkatkan.

(64)

berkategori tinggi, sisanya sebanyak 3 orang (7,5%) berkategori sedang. Siswa yang berkategori sedang ini akan dilakukan layanan responsif berupa konseling individual

B. REKOMENDASI

Setelah penulis melakukukan penelitian , membahas dan kemudian menyimpulkan hasil penelitian, penulis ingin mengajukan beberapa rekomendasi:

1.Bagi Kepala Sekolah

1) Perlu kiranya para Guru Bidang studi, wali kelas diberi pemahaman tentang layanan bimbingan kelompok, karena Guru bidang studi dan wali kelas adalah mitra yang tidak dapat dipisahkan pada layanan bimbingan kelompok.

2) Perlu kiranya Guru-guru mendapat pelatihan/penambahan ilmu agar tidak gagap teknologi, dan menguasai ICT dalam mengajar, agar siswa lebih berminat belajar.

3) Perlu kiranya Guru Bimbingan dan Konseling di berikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendapatkan pelatihan Brain Gym, agar bisa memberikan pelayanan kepada seluruh siswa.

(65)

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

1) Agar Guru Bimbingan dan Konseling semakin frofesional dalam melaksanakan layanan bimbingan Konseling, mulai dari layanan dasar sampai kepada layanan dukungan sistem.

2) Agar Guru Bimbingan dan Konseling menambah pengetahuannya untuk ICT, sehingga mempermudah melakukan layanan dukungan sisitem, karena layanan dukungan sistem belum terlaksana dengan baik.

3) Agar Guru Bimbingan dan Konseling dalam melayani siswa, melayani dengan hati, tulus iklas, agar siswa semakin terbuka kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk bersama-sama siswa menangani masalah-masalah siswa termasuk masalah belajar.

3. Bagi peneliti

1) Agar peneliti memperdalam indikator yang digunakan yang mengacu kepada aspek-apek belajar seperti motivasi belajar, kebiasaan-kebiasaan belajar, prestasi belajar. Kusionernya dapat ditambah, diperbaiki, dan diperjelas maksudnya sehingga dapat dihasilkan suatu intrumen penelitian yang lebih akurat.

(66)

3) Agar Peneliti bisa meningkatkan diri.

Peneliti ingin meningkatkan diri seperti meningkatkan kesabaran, empati, responsif, dalam memberikan pelaynan kepada siswa terutama dalam meberikan teknik-teknik Brain Gym.

(67)

DAFTAR PUSTAKA

A.M., Sardiman. (1986). Interaksi & Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Pt raja Grafindo Persada.

Anne Lou. (2009). Pengajaran Yang kreatif dan Menarik. Jakarta : PT. Indeks 2009.

Anderson, Bob. (2008). Streching. Jakarta: Serambi.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asri, C. Budiningsih. (2008). Belajar dan Pembelajaran. jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bahri Syaiful dan Zain Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Bloom, John W. (2004). Cyberconseling and Cyberlearning An Encore.

Alexandria, VA: American Counseling Assosiation.

Chatib Munir. (2009). Sekolahnya Manusia. (Cetakan IV). Jakarta : Kaifa.

Danim, Sudarwan. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme tenaga Kependidikan. Bandung: Penerbit Pustaka Setia. DeBono Edward. (2007). Revolusi Berpikir. (Cetakan II). Bandung : Kaifa PT

Mizan Pustaka.

Dennison, Paul E. (2008). Brain Gym and Me. Jakarta: Pt Gramedia Widiasarana Indonesia.

DePorter Bobbi, Reardon Mark, dan Singer Sarah. (2001). Quantum Teaching Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang Kelas. (Cetatakan III). Bandung : Kaifa.

DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. (2001). Quantum learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Media kaifa

(68)

E.Dennison Paul dan E.Dennison Gail. (2009). Brain Gym Teacher’s Edition Revised Senam Otak Buku Panduan Lengkap. (Edisi Indonesia). Jakarta : PT. Gramedia.

E. Michael. (1982). The Counseling Experience. Monterey California : Brooks/ColePublishing Company.

Enjang. (2009). Komunikasi Konseling. jakarta: Penerbit Nuansa.

Gamon , David dan Bradgon, Allan. (2005) Cara Baru mengasah Otak dengan Asyik. Jakarta: Kaifa.

Goldberg, Alvin dan Larson, E. Carl. (2006). Komunikasi Kelompok, Proses-proses Diskusi dan penerapannya. jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hanafiah Nanang dan Suhana Cucu. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran.

(Cetakan Pertama). Bandung : PT Refika Adirama.

Hasan, M. Iqbal. (2002). Pokok-Pokok Materi Statistik (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Askara.

Hill, Winfred F. (2009). Teori-Teori Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Nusa Media. Huraerah, Abu dan Purwanto. (2006). Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi.

Jakarta: refika Aditama.

I. Richard. (2008). Leaning To Teach Belajar Untuk Mengaja Buku Kesatu .(Edisi Ketujuh).Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

I. Richard. (2008). Leaning To Teach Belajar Untuk Mengaja Buku Kedua. (Edisi Ketujuh). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ide, Pangkalan. (2008). Menyeimbangkan Otak Kiri dan Otak kanan. Jakarta: Pt Elex media Komputindo.

Jamil, Sya'ban dan Taufik Hidayanto. 2008. 100 game Kreatif untuk Membangun dan membentuk Team yang Solid. Jakarta: gradien Mediatama.

Kartadinata, Sunaryo et al. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional

Kurniali, Peter C dan Brotoasmoro, tedjodiningrat. (2007). Move Your Body Right!. Jakarta: Pt Elex Media Koputindo.Oemar Hamalik. (2009). Proses Belajar Mengajar. (Cetakan kesembilan belas). Jakarta : PT. Bumi Aksara Majalah kasih edisi kedua, terbitan Jakarta, Tuesday, 03 March2009

Madhi, jamal. (2009). Kreatif berpikir. Surakarta: Ziyad Visi Media. Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

(69)

Prayitno. Amti Erman,(2004) Dasar-dasar bimbingan dan konseling Jakarta, rineka karya

Prashing Barbara. (1998). The Power of Learning Styles. Newyork. Newyork Educational Press Ltd. Edisi Indonesia. (2007). Bandung : Kaifa PT. Mizan Pustaka.

Rochman Natawidjaja. (2009). Konseling Kelompok, Konsep Dasar & Pendekatan. Bandung : Rizqi Pres.

Rusmana Nandang, (2009) Bimbingan kelompok di sekolah, Bandung Rizqi Pres Rusmana Nandang, (2009) Permainan (game dan play), Bandung Rizqi Pres Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Malang : CV Sinar Baru-YA3

Malang.

Santoso, rukky. (2006).Right Brain. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Semiawan, Conny. R. (2009). Kreativitas keberbakatan: Mengapa, Apa dan Bagaimana. Jakarta: PT Indeks.

Sharan Shlomo. (1999). Coperative Learning. London : Connecticut. Edisi Indonesia. (2009). Innovasi Pengajaran dan Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarta : Imperium.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Soedarso. (2006). Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan efektif. (Cetakan ke-13). Jakarta. : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suherman AS, (2007). Optimalisasi Interaksi Pembelajaran. Bandung : Madani Produktion.

Suherman AS, (2007). Manajemen bimbingan dan konseling. Bandung : Madani Produktion

Sukidin, Basrowi dan suranto. (2008). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Insan Cendikia.

Surya Muhammad, (2008) Mewujudkan bimbingan dan konseling profesional, Bandung Jurusan psikologi Pendidikan dan bimbingan.

Suryabrata, Sumadi. (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta: rajawali Press. Yusuf Syamsu.LN (2009). Program Bimbingan & Konseling di Sekolah,

Bandung : Rizki Press.

Yusuf Syamsu.LN (2007). Psikologi perkembangan anak dan remaja, Bandung : PT. Remaja rosdakarya.

(70)

Gambar

Tabel Koefisien Reliabilitas Guilford
Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Tanggungjawab DPRD sebagai wakil rakyat di daerah mengharuskan mereka untuk membangun komunikasi secara intensif dengan konstituennya untuk mengetahui berbagai

Keputusan Ketenagakerjaan Strategi Perusahaan Analis Pekerjaan Persyaratan Pekerjaan Tujuan Perusahaan Standar Kinerja Pendesainan Sistem Penilaian Kinerja Penilaian

Hasil dari penelitian ini diharapkan didapatkan bagaimana langkah-langkah Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Ponorogo untuk dapat mengembangkan

Surat dari Sekretaris Daerah Kabupaten Punrorejo kepada Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kepolo Dlnas lksehatan, dan Kepala Disperindagkop Kabupaten Purworejo

Sehubungan dengan Evaluasi Pelelangan Sederhana Pekerjaan Jasa Lainnya pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan Tahun Anggaran 2016 Paket Pekerjaan Belanja Jasa

Puji, alumni panti asuhan Wikrama Putra Semarang, terimakasih atas kesediaan dan bantuan yang diberikan kepada penulis, sehingga pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan

Pencarian rute terdekat lokasi tempat ibadah merupakan salah satu pencarian yang diperlukan oleh para wisatawan yang datang ke Kota Bandung, dengan adanya

Kecamatan Jatinangor merupakan wilayah yang banyak mengalami alih fungsi lahan karena peningkatan pertumbuhan penduduk dalam pemenuhan kebutuhan, seperti