• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUASAN LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH BERSERTIFIKAT ISO DAN BELUM BERSERTIFIKAT ISO: Studi Komparatif pada Dua Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPUASAN LAYANAN AKADEMIK PADA SEKOLAH BERSERTIFIKAT ISO DAN BELUM BERSERTIFIKAT ISO: Studi Komparatif pada Dua Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bandung."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB II PERANAN AKREDITASI ISO DALAM LAYANAN AKADEMIK 1. Pendidikan di Sekolah Kejuruan……… ... ………12

1.1Konsep Sekolah Kejuruan………... ………..12

1.2Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan………...13

1.3Kebijakan Pengembangan Pendidikan Kejuruan………...15

2. Konsep Manjemen Mutu Dalam Pendidikan………...20

3. Manajemen Mutu Terpadu (TQM)...………...23

4. ISO ………...26

4.1Peranan ISO9000 Dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan….…...29

4.2Sistem Manajemen Mutu (SMM 9001:2000)……… ... ...31

4.3Manfaat Menerapkan SMM ISO……… ... ………..35

5. Kepuasan ……….. .... ………..37

5.1 Konsep Kepuasan ………..37

(2)

6. Layanan Akademik………. ... ………..40

6.1Mutu Layanan (Service Quality)……… ... ………..40

6.2Layanan Akademik Siswa……… ... ………..42

6.3Variabel Layanan Akademik……… ... ………..47

6.3.1 Layanan Orientasi Belajar………... ………..47

6.3.2 Layanan Kegiatan Pembelajaran……… ... ………..49

6.3.3 Layanan Bimbingan……… ... …...51

6.3.4 Layanan Penilaian……… ... ………..51

6.3.5 Layanan Perpustakaan ……… ... ………..52

6.4 Pengembangan Mutu Layanan Akademik ……… ... ………..54

7. Peranan akreditasi ISO dalam layanan akademik ……… ... ………..59

6. Operasional Variabel………..……….76

7. Teknik Pengumpulan Data………...……...78

8. Instrumen Penelitian ……….………...………...83

9. Teknik Analisis Data ………...………...83

10.Validitas Test dan Uji Reliabilitas Butir Soal………...…………...…………....84

10.1 Uji Validitas Test ………...……….……….…………...84

10.2 Uji Reliabilitas Butir Soal………...………....88

11. Normalitas Data ……….……….89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Profil Sekolah ………..……...……….….………...92

2. Persamaan Pada SMKN 5 dan SMKN 6………..………94

3. Gambaran Penelitian Faktor Tertimbang……...………..………95

4. Hasil Analisis Data ……….……….……..………..97

5. Analisis Statistik Hasil Tanggapan Siswa Terhadap Layanan Akademik………..………99

6. Perbedaan Kepuasan Siswa ……….…...……...…107

(3)

BAB V Kesimpulan Dan Rekomendasi

1. Kesimpulan………..………..136

2. Rekomendasi………..………...……….139

Daftar Pustaka………..……….144

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada

keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

tantangan-tantangan yang sangat cepat. Setiap dikeluarkannya laporan Human Development

Index, posisi kualitas SDM kita masih berada di bawah. Sejumlah pembicara dalam berbagai

seminar, diskusi atau tulisan di media masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu

SDM Indonesia saat ini masih juga ketinggalan dan berada di belakang SDM negara-negara

maju dan negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand.

Salah satu penyebabnya adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan

satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah

dilakukan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru,

penyediaan dan perbaikan sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen

sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan

peningkatan yang merata. Sebagaian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan

peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih

memprihatinkan.

Negeri ini sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun

hasilnya belum memuaskan. Kini upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditempuh dengan

membuka sekolah-sekolah unggulan yang lebih mengutamakan mutu layanan akademik bagi

setiap elemen yang terlibat dalam proses pendidikan tersebut. Sekolah unggulan dipandang

(5)

kualitas SDM. Sekolah unggulan diharapkan melahirkan manusia-manusia unggul yang amat

berguna untuk membangun negeri ini. Tak dapat dipungkiri setiap orang tua menginginkan

anaknya menjadi manusia unggul. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat untuk

mendaftarkan anaknya ke sekolah unggulan. Setiap tahun ajaran baru

sekolah-sekolah unggulan dibanjiri calon siswa, karena adanya keyakinan bisa melahirkan

manusia-manusia unggul.

Sesungguhnya sekolah unggulan tidak hanya mengukur sebagian kemampuan akademis

sebagai parameternya. Dalam konsep yang sesungguhnya, sekolah unggul adalah sekolah

yang secara terus menerus meningkatkan kinerjanya dan menggunakan sumberdaya yang

dimilikinya secara optimal untuk menumbuh-kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh.

Berarti bukan hanya prestasi akademis saja yang ditumbuh-kembangkan, melainkan potensi

psikis, fisik, etik, moral, religi, emosi, spirit dan intelegensi.

Keberadaan sekolah mendapat tempat tersendiri di kalangan masyarakat terutama

pelajar. Mereka mempuanyai harapan bahwa setiap mengikuti dalam pembelajaran di

sekolah, prestasi akademik mereka akan meningkat dan dapat memiliki bekal yang lebih baik

untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Maka sebagai implikasinya maka tingkat

persaingan antar sekolah sejenis akan semakin meningkat.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah “ Apakah masyarakat sudah sangat puas

terhadap pendidikan dewasa ini atau apakah semua lembaga pendidikan memberikan

pelayanan yang tidak memuaskan konsumennya?.” Untuk mengatasi permasalahan

rendahnya layanan akademik dapat mulai dilakukan oleh para pengelola pendidikan di

(6)

Keluhan-keluhan masyarakat akan rendahnya kualitas layanan pendidikan sudah

menjadi bahasan yang tidak pernah ada ujungnya. Terlebih lagi, sekarang ini masyarakat

semakin mengerti dan menuntut akan pendidikan yang bermutu, masyarakat sudah mampu

membuat pilihan-pilihan bagi pendidikan anaknya yang didasarkan pada pertimbangan mutu.

Hal ini mengakibatkan terjadinya kompetisi di tingkat persekolahan. Pada kenyataan masih

banyak lembaga pendidikan yang belum mampu memberikan mutu layanan yang optimal

terhadap siswa, terutama dalam memberikan layanan yang berkaitan dengan prestasi

akademik. Hal ini terlihat dengan banyaknya bangunan sekolah yang rusak, fasilitas belajar

yang tidak memadai, kekurangan guru pada sekolah padahal guru adalah pemberi layanan

langsung pada siswa yang berupa layanan pengajaran, bimbingan, dan pelatihan.

Tidak tercapainya mutu layanan yang berkaitan dengan prestasi akademik tentu saja

akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar siswa, juga menghambat efektivitas

proses belajar mengajar yang pada akhirnya ditandai dengan prestasi siswa yang menurun

dan kualitas lulusan yang rendah.

Untuk mengatasi permasalahan mutu layanan akademik dapat mulai dilakukan oleh

para pengelola pendidikan di tingkat lembaga serta komitmen organisasi terhadap perbaikan

mutu layanan. Seperti yang di ungkapkan Mendiknas dalam harian Pos Kota (2010), bahwa

siswa yang tidak lulus UN SMA dan yang sederajat pada UN 2010 turun empat persen

dibanding 2009. Menurutnya bahwa proses belajar di sekolah tidak optimal, kesadaran siswa

kurang dan terkesan santai, faktor sarana dan prasarana belajar seperti buku dan guru di

sekolah yang belum memadai masih menjadi penyebab.

Berbagai terobosan mulai dilakukan oleh sekolah untuk memperbaiki mutu sekolah dan

(7)

mengadopsi Sistem Manajemen Mutu ISO (The International Organitation For

Standardization). ISO hanya mengatur standar bagi system mutu dan tidak mengatur standar

yang harus dicapai oleh institusi atau pelajarnya.

Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 adalah suatu bentuk

terobosan pada tataran manajemen yang nantinya secara bertahap akan dapat meningkatkan

kualitas pendidikan, hal ini dikarenakan SMM ISO 9001:2000 menekankan konsep

pengendalian sejak dini, lebih menekankan pencegahan ketidaksesuaian dari pada

mengoreksi setelah terjadi ketidaksesuaian. Sehingga semua fungsi dalam organisasi yang

berdampak terhadap kualitas dan kepuasan konsumen dikendalikan dengan sistematika

pengendalian yang dirancang dan distandarkan juga kepastian kualitas dan konsistensi

kualitas untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dapat tercapai. Seperti yang

dituangkan dalam pengertian TQS (Quality Management System), bahwa :

ISO 9001:2000 bukan merupakan standar produk tetapi merupakan standar sistem manajemen yang menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk yang dapat menjamin kepuasan pelanggan. (Gaspersz, 2001:1)

Sekolah yang menerapkan SMM ISO dengan yang belum menerapkan SMM ISO tentu

memiliki perbedaan dalam hal manajemen juga dalam hal layanan akademik. Hal ini

dikarenakan adanya system pengendalian yang dirancang dan distandarkan untuk mencegah

terjadinya kesalahan.

Gambaran empirik dilapangan menunjukan hal tersebut dengan jelas. Dimana Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 6 Bandung yang telah menerapkan dan mendapatkan

sertifikat SMM ISO 9001:2000, No. 01100086059 pada tanggal 20 Oktober 2008 sebagai

(8)

oleh Lembaga Sertifikasi TUV Rheinland. Dengan menerapkan ISO maka SMKN 6

memberikan jaminan konsisten terhadap kualitas layanan hal ini dibuktikan dengan adanya

perhatian sekolah terhadap perserta didik melalui kuesioner secara periodik untuk melihat

sejauhmana tingkat kepuasan peserta didik, pembinaan terhadap guru dan staf dilakukan

dengan terprogram, dan sebagai konsekwensi diterapkan SMM ISO 9001:2000 maka budaya

sekolah diorientasikan pada pengembangan budaya mutu dan yang paling menonjol adalah

pendokumentasian yang teliti dimana setiap hal tidak luput dari proses dokumentasi.

Berbeda dengan SMKN 5 Bandung yang belum memperoleh sertifikat ISO. Artinya

tidak adanya jaminan konsistensi terhadap kualitas layanan, hal ini dikarenakan tidak adanya

proses monitoring secara periodik oleh sekolah terhadap kepuasan peserta didik, tidak adanya

pengembangan budaya sekolah menjadi budaya mutu dan dalam proses pendokumentasian

tidak begitu mendetail. Meskipun dalam standar manajemen layanannya berbeda, tetapi

masing-masing sekolah mempunyai satu tujuan yakni memenuhi kebutuhan peserta didik

untuk mencapai lulusan yang berkualitas.

Salah satu tolok ukur keberhasilan sekolah yang bergerak di bidang jasa ini adalah

banyak sedikitnya siswa yang terjaring. Hal ini dipengaruhi oleh sejauh mana sekolah dapat

memenuhi keinginan dan kepuasan konsumennya. Apabila kinerja pelayanan yang diberikan

dapat memenuhi atau bahkan melampaui harapan konsumen maka kepuasan konsumen akan

tercapai dan semakin banyak jumlah siswa yang terjaring.

Pelanggan sekolah yang utama adalah siswa. Para siswa sepatutnya memperoleh

kepuasan. Kepuasan tersebut menyangkut : 1) mutu layanan yang berkaitan dengan kegiatan

belajarnya, 2) mutu layanan dalam menjalani tugas-tugas perkembangan pribadinya,

(9)

persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan 3) pemenuhan kebutuhan kemanusiaannya (dari kebutuhan

dasar, rasa aman, penghargaan, pengakuan dan aktualisasi diri).

Dalam kaitannya dengan persoalan kualitas sekarang sudah berkembang sebuah

pendekatan, khususnya dalam proses manajerial, yaitu apa yang disebut Total quality

Management (TQM). TQM atau manajemen mutu terpadu (MMT) merupakan suatu

pendekatan yang sistimatis, praktis, dan strategis bagi penyelenggaraan pendidikan yang

mengutamakan kepuasan pelanggan yang bertujuan meningkatkan mutu (Sallis, 2010 : 58).

Dengan memuaskan pelanggan, bisa dipastikan bahwa mereka akan kembali lagi dan

memberi tahu teman-temannya tentang produk atau layanan tersebut. Ini disebut dengan

istilah mutu yang menjual (sell-on quality). Jadi dalam konsep mutu pelanggan adalah raja.

Dari fenomena di diatas, dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan kondisi sekolah yang

menerapkan dan yang tidak menerapkan SMM ISO, sehingga pertanyaan yang kemudian

muncul adalah “apakah dengan diterapkannya SMM ISO berdampak terhadap mutu layanan

akademik”. Untuk mengetahui sejauhmana dampak penerapan SMM ISO terhadap layanan

akademik, maka perlu dilakukan perbandingan dengan layanan akademik di sekolah yang

belum menerapkan SMM ISO.

Dapat disimpulkan bahwa layanan akademik manjadi urusan yang paling utama bagi

sekolah yang dilakukan oleh guru dalam situasi edukatif yang ditandai dengan terjadi atau

tidaknya perubahan kemampuan siswa. Lembaga pendidikan yang menggunakan prosedur

mutu harus menangkap serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan dalam pelayanan untuk

memberikan kualitas produk dan jasa kepada pelanggannya dalam era kompetisi yang

(10)

Bertolak dari pemikiran di atas bahwa SMK merupakan salah satu industri jasa dimana

kepuasan konsumen merupakan faktor yang terpenting, maka penelitian terhadap kualitas

pelayanan dengan tujuan adanya peningkatan mutu layanan dan mempertahankan pelanggan

untuk jangka yang lebih panjang. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan

penelitian dengan judul “Kepuasan Layanan Akademik Pada Sekolah Bersertifikat ISO dan

Sekolah Belum Bersertifikat ISO di SMKN Kota Bandung”.

2. Identifikasi Masalah

Kinerja pendidikan ditentukan oleh mutu/kualitas pelayanan pendidikan yang

dilaksanakan pada institusi pendidikan. Adanya institusi pendidikan yang belum

memperhatikan apa yang diharapkan masyarakat perlu di perbaiki. Oleh karena itu

diperlukan penilaian masyarakat mengenai pelayanan pendidikan untuk mengetahui tingkat

kepuasan siswa terhadap pelayanan akademik.

3. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang penelitian dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat

dirumuskan dalam penelitian yaitu „Bagaimana kepuasan layanan akademik pada sekolah

bersertifikat ISO dan Sekolah belum bersertifikat ISO di SMKN Kota Bandung. Rumusan

masalah penelitian tersebut dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kepuasan layanan akademik pada SMKN yang bersertifikat ISO?

2. Bagaimana tingkat kepuasan layanan akademik pada SMKN belum bersertifikat ISO?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam kepuasan layanan akademik di sekolah

(11)

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kepuasan layanan akademik pada Sekolah bersertifikat ISO di SMKN

Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui kepuasan layanan akademik pada Sekolah belum bersertifikat ISO di

SMKN Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui perbedaan kepuasan layanan akademik antara Sekolah bersertifikat

ISO dan Sekolah Belum Bersertifikat ISO di SMKN Kota Bandung.

5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat untuk kepentingan teoritis dan praktis, antara lain

memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu setiap institusi pendidikan dan

memberikan informasi bagi peneliti lain yang tertarik meneliti mengenai mutu layanan

akademik terhadap kepuasan siswa di Sekolah Menegah Kejuruan.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan

serta evaluasi bagi pengambil kebijakan baik dinas ataupun kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan, yaitu ditandai dengan kepuasan siswa serta

meningkatnya prestasi siswa.

6. Asumsi

Sebuah penelitian dipandang perlu untuk merumuskan asumsi-asumsi yang bertujuan

sebagai landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang akan diteliti, mempertegas variabel

yang akan menjadi fokus penelitian serta berguna dalam menentukan hipótesis penelitian.

(12)

teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana nilai

kebenarannya di terima oleh peneliti. Peneliti memberikan asumsi dasar penelitian ini

sebagai berikut:

a. Dengan menerapkan layanan secara konsisten maka SMK memiliki konsistensi dalam

mengelola sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku, visi dan misi sekolah serta

dapat meningkatkan program – program layanan sekolah yang telah dicanangkan secara

berkelanjutan terutama layanan akademik di sekolah. Hal ini dikarenakan penerapan

layanan di sekolah berfokus pada upaya untuk mencapai tujuan sekolah untuk

menghasilkan mutu pendidikan yang baik kepada siswa sebagai pelanggan utama di

sekolah.

Kehadiran pihak ketiga yang memberikan pengakuan kepada pihak sekolah, baik

untuk pengakuan sekolah berstandar nasional dengan dikeluarkannya akreditasi nasional

maupun pengakuan sekolah berstandar internasional dengan dikeluarkannya sertifikat

ISO akan mendorong sekolah SMK untuk secara efektif menerapkan dan memelihara

serta meningkatkan standar mutu yang telah dilaksanakannya dan akan selalu berupaya

meningkatkan mutu sekolah dan layanan sekolah terutama pada mutu layanan akademik.

Sebagai contoh pendidikan memerlukan pendokumentasian setiap aktivitas menyangkut

penyampaian programnya, termasuk seleksi, wawancara, induksi, disiplin, penilaian,

catatan prestasi dan bimbingan. (Edwar Sallis, 2010:129)

7. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara tentang hubungan antara variabel-variabel

penelitian. Oleh karena itu hipotesis merupakan suatu alat yang penting dan mutlak perlu

(13)

dapat diuji dan ditunjukan kemungkinan betul dan salahnya; dan 3). Hipotesis adalah alat

yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar

dari dirinya sendiri.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka hipotesis penelitian ini adalah kepuasan

layanan akademik di sekolah yang bersertifikat ISO lebih baik dibandingkan dengan di

sekolah yang belum bersertifikat ISO.

8. Metode Penelitian

Penelitian tentang kepuasan layanan akademik di SMK dinilai dari status akreditasi

sekolah menggunakan penelitian noneksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Menurut

Sugiyono (2009 : 14) penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut :

Metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk peneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, anlisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan

variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel

masing-masing dan pemahaman dari luar (outward). Pendekatan ini lebih memberikan

makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara

kebahasaan dan kulturalnya. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori,

membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik,

(14)

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya

berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut.

Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan

perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan

berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif;

atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan

kedudukan suatu unsur dengan unsur lain. Metode deskriptif ini digunakan untuk mencari

gambaran tentang layanan akademik di SMK yang bersertifikat ISO dan kemudian

dibandingkan hasilnya dengan layanan akademik di SMK yang belum bersertifikat ISO.

9. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang berkategori

sekolah bersertifikat ISO dan sekolah belum bersertifikat ISO di Kota Bandung, Provinsi

Jawa Barat.. Sedangkan subjek penelitian dilakukan pada siswa kelas XI di SMKN 6

Bandung (sekolah bersertifikat ISO) dan SMKN 5 Bandung (sekolah belum bersertifikat

ISO). Adapun alasan dan argumen yang mendasari pemilihan sekolah tersebut penelitian

adalah peneliti melihat dua sekolah tersebut memiliki kompetensi keahlian yang sama yaitu

jurusan teknik gambar bangunan, sehingga dalam penentuan sampel dua sekolah tersebut

mempunyai kesamaan karakteristik dalam memberikan tanggapan-tanggapan dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan, sehingga subjek ini merupakan

(15)
(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang merupakan rangkaian proses yang harus

dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, menganalisis data, serta

mengiterprestasikan data. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Winarno Surakhman

(1989 : 131) yaitu :

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan unutk mencapai satu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat tertentu. Cara itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah perbedaan mutu layanan

akademik di SMKN 6 yang bersertifikat ISO 9001:2000 dan SMKN 5 yang belum

bersertifikat ISO 9001:2000.

Untuk memudahkan dalam penelitian dan mencapai tujuan yang diharapkan dalam

penelitian ini, penulis menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan

permasalahan yang diteliti, yakni menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif dan analisis komparatif.

1.1Metode deskriptif

Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang tertuju pada pemecahan

masalah actual. Seperti dikemukakan oleh Sukmadinata (2006 : 72), bahwa :

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.

(17)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena berusaha

menggambarkan mengenai masalah yang terjadi sekarang ini dalam hal layanan

akademik terhadap kepuasan siswa.

Nazir (2009:54-63) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu;

a. Metode kasus, yaitu, suatu penyelidikan intensif tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu faedah specifik dari keseluruhan personalitas.

b. Metode survei, penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan yang factual.

c. Metode deskriptif berkesinambungan, penelitian secara deskroptif yang dikerjakan secara terus-menerus atas suatu objek penelitian.

d. Metode komparatif, penelitian yang ingin menjawab pertanyan dasar dari hasil sebab-akibat sebuah subyek setelah mengalami kondisi tertentu. Penelitian ini juga dapat bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.

e. Analisis kerja dan kualitas, penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia.

f. Studi waktu gerakan,penelitian yang berusaha untuk menyelidiki efisiensi produk dengan mengadakan studi yang mendetail tentang penggunaan waktu serta prilaku pekerja dalam proses produksi.

1.2Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang terencana dan

cermat, dengan desain yang terstruktur dimana pengumpulan data dilakukan secara

sistematis dan terkontrol, serta tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan secara

induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris.

Suharsimi Arikunto (2002 : 11) mengemukakan ciri-ciri penelitian kuantitatif yakni

sebagai berikut :

1. Penelitian kuantitatif menghendaki adanya perekayasaan sesuatu yang akan diteliti, dengan terencana memberikan suatu perlakuan tertentu untuk mengetahui sebab akibatnya.

2. Penelitian kuantitatif merupakan eksperimental atau percobaan yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan terkontrol dengan ketat, baik dalam desain fungsional maupun desai factorial.

3. Penelitian kuantitatif lebih tertuju pada penelitian tentang hasil dari pada proses. 4. Penelitian kuantitatif cenderung merupakan prosedur pengumpulan data melalui

(18)

5. Penelitian kuantitatif terutama bertujuan menghasilkan penemuan-penemuan baik dalam bentuk teori baru atau perbaikan teori lama.

Adapun teknik pelaksanaan metode deskriptif pada penelitian ini menggunakan

analisi komparatif yakni pendekatan yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan dua

atau lebih karakteristik dari dua atau lebih situasi, kegiatan, peristiwa yang sejenis atau

hampir sama. (Nana Syaodih, 2005 : 79).

2. Desain Penelitian

Dalam desain penelitian yang terdapat pada tabel di bawah, terjadi pengelompokan

subjek berdasarkan unit yang telah ada, dimana unit satu adalah sekolah SMK

bersertifikat ISO (

X

1) dan unit kedua adalah sekolah SMK yang belum bersertifikat ISO

(

X

2). Setelah itu kedua kelompok diberikan pengukuran kepuasan layanan akademik

(

O

1 dan

O

2), kemudian hasilnya dibandingkan antara keduanya.

Adapun desain penelitiannya adalah :

X

: Status sertifikasi Non ISO

1

O

: Observasi kepuasan layanan akademik bersertifikat ISO

2

O

: Observasi kepuasan layanan akademik belum bersertifikat ISO

(19)

3. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan tentang

bagaimana cara mengukur suatu variable. Dengan kata lain definisi operasional

merupakan semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variable.

(Kerlinger, 1973).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa definisi operasional

itu harus bisa diukur, spesifik dan bisa dipahami oleh orang lain. Sesuai dengan

penjelasan di atas vaariabel dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai

berikut :

2.1Layanan Akademik

Pelayanan adalah suatu proses dalam kegiatan yang melibatkan interaksi antara

pelanggan dan penyedia jasa. Tujuan dari interaksi ini adalah untu dapat memuaskan

keinginan dan kebutuhan pelanggan sehingga pelanggan merasa puas. Menurut Kotler

yang dikutif oleh Husen Umar (2003:152), Pelayanan merupakan perilaku produsen

dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya

kepuasan pada konsumen itu sendiri. Esensi dalam layanan adalah upaya memberikan

layanan terbaik bagi pelanggan yang berorientasi pada kepentingan

pelanggan/pengguna sehingga memungkinkan kita mampu memberikan kepuasan

yang optimal.

Dari pengertian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa seseorang dapat

dikatakan puas dengan layanan yang diberikan (kinerja layanan) jika terdapat kesesuaian

antara yang diterima dengan apa yang dharapkan, demikian juga sebaliknya. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat gambarnnya dibawah ini:

(20)

Bila kinerja layanan menunjukkan keadaan dibawah harapan pelanggan, maka

pelayanan kepada pelanggan dapat dianggap tidak memuaskan.

b. Kinerja = Harapan (Performance = Expectation)

Bila kinerja layanan menunjukkan sama atau sesuai dengan yang diharapkan

pelanggan, maka pelayanan dianggap memuaskan, tetapi tingkat kepuasannya adalah

minimal karena pada keadaan seperti ini dapat diangap belum ada keistimewaan

layanan. Jadi pelayanan dianggap biasa atau wajar-wajar aja.

c. Kinerja > Harapan (Performance > Expectation)

Bila kinerja layanan menunjukkan lebih dari yang diharapkan pelanggan, maka

pelayanan dianggap istimewa atau sangat memuaskan karena pelayanan yang

diberikan ada pada tahap yang optimal.

Layanan akademik adalah layanan bimbingan dan konseling yang

memandirikan peserta didik dalam kegiatan belajar, meliputi kegiatan tatap muka

(pembelajaran di kelas), pengerjaan tugas terstruktur dari guru dan belajar secara

mandiri. Dijelaskan lagi oleh Mustadji (2008:21) bahwa Untuk mencapai hasil

pembelajaran yang optimal diperlukan layanan akademik yang baik diantaranya

materi pelajaran (buku, modul, majalah, rekaman video atau audio dan yang

sejenisnya, sarana laboraturium, sarana perpustakaan dan guru.

Tujuan memberikan layanan akademik perlu direalisasikan dalam bentuk kegiatan

atau layanan yang diberikan kepada siswa yang berfungsi preventif, kuratif, maupun

pengembangan. Pelayanan akademik di sekolah dalam rangka memberikan kepuasan

kepada konsumen sebagaimana yang dinyatakan dalam tanggapan yang dirasakan

(21)

Syaiful Sagala (2009 : 9) mengemukakan bahwa komponen-komponen dalam

layanan disekolah adalah yaitu a) kurikulum, b) pembelajaran, c) bimbingan

penyuluhan, d) pengeloaan pendidikan, e) penilaian. World Bank (1997) yang di kutif

oleh Syaiful Sagala (2009 : 76) dalam penyelenggaraan pendidikan yang perlu

dicermati yaitu a) kurikulum yang bersifat inklusif, b) proses belajar mengajar yang

efektif , c) Lingkungan sekolah yang mendukung, d) sumberdaya yang berasas

pemerataan, e) standarisasi hal-hal tertentu, seperti monitoring, evaluasi, dan tes.

Serta yang di ungkapkan oleh Edwar Sallis (2010 : 267) bahwa layanan yang

diberikan bagi pelanggan adalah sebagai berikut :

a. Akses/hubungan dengan pelanggan b. Petunjuk dan bimbingan

c. kepemimpinan

d. lingkungan dan sumberdaya fisik e. pembelajaran efektif

f. kepentingan siswa g. personil sekolah/staf h. relasi eksternal i. keorganisasian j. standar-standar

Di dalam jenis-jenis layanan akademik pada layanan akademik terdiri dari, a)

assesmen /penilaian, b) orientasi, c) penempatan dan penyaluran, d) konsultasi

belajar, e) konseling, f) latihan keterampilan belajar, g) diagnostic kesulitan belajar

dan pembelajaran remedial, h) pengembangan motivasi belajar, i) konsultasi rencana

studi.

Bahwa jenis layanan akademik dalam kurikulum pembelajaran adalah :

a. Layanan pembelajaran tatap muka.

b. Layanan pembelajaran tugas terstruktur.

(22)

Kegiatan Layanan Akademik dalam Kurikulum Pembelajaran adalah :

a. Proses pembelajaran klasikal, kelompok, dan individual di kelas;

b. Proses pembelajaran klasikal, kelompok, dan individual di luar kelas;

c. Belajar di perpustakaan;

Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal diperlukan layanan akademik

yang baik diantaranya materi pelajaran, buku, modul. Majalah, rekaman video atau

audio dan yang sejenisnya, sarana laboraturium, sarana perpustakaan dan guru.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan akademik

yang dirasakan oleh siswa adalah sebagai berikut :

1. Layanan Orientasi Belajar

2. Layanan Kegiatan Pembelajaran

3. Layanan Penilaian

4. Layanan Bimbingan

5. Layanan Perpustakaan

Dalam kasus pemasaran jasa, dimensi kualitas yang paling sering dijadikan

acuan adalah Zeithaml, Parasuraman dan Berry yang dikutif Tjiptono dkk,

(2008 : 68) :

1. Reliabilitas (reliability), yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan

pemberi jasa dalam memenuhi janji para penerima jasa dengan segera, akurat, dan

memuaskan.

Contohnya, keterampilan staf dalam menangani administrasi, kemampuan guru

(23)

2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan

dan harapan penerima jasa secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap

keinginan konsumen.

Contohnya, kecepatan guru /karyawan dalam menanggapi keluhan – keluhan yang

muncul, kecepatan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh orang tua

murid, kesigapan karyawan (satpam) dalam mengatur parkir, kesigapan uks

menangani siswa yang sakit.

3. Jaminan (assurance), yaitu kemampuan atas pengetahuan terhadap produk secara

tepat dan keramahan tamahan serta sopan santun yang harus dimiliki karyawan

disamping kemampuan mereka dalam menanamkan kepercayaan pada pelanggan.

Dimensi assurance ini merupakan gabungan dari dimensi:

Competence (Kompetensi), artinya keterampilan dan pengetahuan yang

dimiliki oleh karyawan untuk melakukan pelayanan.

Courtesy (Kesopanan), meliputi keramahan, perhatian dan sikap para

karyawan.

Credibility (Kredibilitas atau kepercayaan), meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan kepercayaan kepada organisasi seperti reputasi, prestasi,

dsb.

Security (Keamanan), artinya tidak adanya bahaya, resiko atau keraguan untuk

menggunakan jasa yang ditawarkan.

Contohnya, keamanan dalam lingkungan sekolah, kemampuan guru dalam

menyampaikan pelajaran, ketepatan guru dalam mengajar dikelas, keramahan

(24)

4. Empati (emphaty), meliputi kemudahan dalam menjalin hubungan, komunikasi

yang efektif, perhatian personal, dan pemahaman atas kebutuhan individual para

pelanggan.

Dimensi empati merupakan gabungan dari dimensi:

Access (Akses), meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang

ditawarkan.

Communication (Komunikasi), yaitu kemampuan melakukan komunikasi

untuk menyampaikan inforasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan

dari pelanggan.

Understanding the customer (memahami pelanggan), meliputi usaha untuk

mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Contohnya, memberikan pelayanan dengan ramah dan sopan, memberikan

konseling kepada siswa, adanya perhatian guru terhadap siswa.

5. Bukti fisik (tangibles), yaitu kemampuan suatu sekolah dalam menunjukkan

eksistensinya kepada pihak eksternal, yang meliputi fasilitas fisik dan penampilan

pegawainya.

Contohnya, kenyamanan ruang belajar, fasilitas ruang belajar, kebersihan toilet,

penampilan guru dan karyawan, areal parkir.

2.2Kepuasan Siswa

Kepuasan adalah hasil penilaian dari konsumen bahwa produk atau pelayanan

telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau

(25)

Kepuasan siswa merupakan suatu sikap positif siswa terhadap pelayanan proses

belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru karena adanya kesesuaian antara apa

yang diharapkan dan dibutuhkan dengan kenyataan yang diterimanya. sikap individu

siswa yang memperlihatkan rasa senang atas pelayanan proses belajar mengajar

karena adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan dari pelayanan tersebut

dibandingkan dengan kenyataan yang diterimanya. Dengan demikian dapat

disebutkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari layanan yang diterima dengan

harapan, dan kepuasan berbanding lurus dengan harapan dan layanan.

Uraian di atas, dapat menjelaskan bahwa kepuasan siswa adalah suatu sikap

yang diperlihatkan oleh siswa, baik sikap positif maupun sikap negative atas adanya

kesesuaian antara harapan mereka terhadap pelayanan proses belajar mengajar yang

diterimanya. Jika pelayanan proses belajar mengajar yang yang diterima cocok

dengan apa yang diharapkan oleh siswa, maka siswa akan merasa puas, dan jika

pelayanan yang diterima tidak sesuai maka siswa akan merasa tidak puas.

Lebih jauh dikemukakan oleh Parasuraman dalam Nasution (2001:70) bahwa

service quality and customer satisfaction interchangeably”. Hubungan antara kelima

faktor (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty) saling

berkorelasi terhadap kualitas layanan. Bilamana kualitas layanan (service quality)

baik, maka akan menimbulkan kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

Dari pendapat di atas Definisi Operasional dari kepuasan siswa terhadap

layanan akademik di sekolah bersertifikat ISO dan Sekolah belum bersertifikat ISO

di SMK kota Bandung yaitu dilihat dalam bentuk tanggapan pada siswa terhadap

(26)

pertanyaan yang berupa kuesioner. Angket (Kuesioner) merupakan

pertanyaan-pertanyaan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subjek baik secara

individual/kelompok untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti freperensi,

keyakinan, minat, dan prilaku.

4. Populasi

Penelitian ini akan dilaksanakan didaerah Kota Bandung. Adapun yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN)

yang bersertifkat ISO dan Sekolah Belum Bersertifikat ISO di lingkungan Dinas

Pendidikan Kota Bandung yang tersebar di setiap program keahlian.

Dalam memperoleh sumber data dan informasi yang diperlukan untuk

menganalisis masalah penelitian maka dibutuhkan sumber data yang tepat sehingga

data yang diperoleh dari sumber data akurat. Data dan informasi dari sumber data yang

kebenarannya dapat dipercaya sangat diperlukan dalam suatu penelitian dengan cara

memperolehnya dari sumber data atau informasi yaitu obyek penelitian yang di sebut

populasi.

Menurut Winarno Surakhmad (1995) Populasi adalah sekelompok subyek

penelitian yang dijadikan sumber data dalam penelitian. Populasi penelitian ini dapak

berupa sekelompok manusia, nilai-nilai tentang gejala-gejala, pendapat, peristiwa,

benda dan lain sebagainya. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini terdiri dari

siswa SMK Negeri yang bersertifikat ISO dan Sekolah yang belum menerapkan

Sistem ISO yaitu sebanyak 2(dua) sekolah, satu sekolah yang bersertifikat ISO dan

(27)

Pada penelitian komparasi, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2006 :

115) bahwa : “Desain penelitian masih menggunakan variabel mandiri, tetapi variable

tersebut berada pada populasi dan sampel yang berbeda, atau pada populasi dan

sampel yang sama tetapi pada waktu yang berbeda”.

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Peserta

Kelas XI 1 SMKN 6 (Bersertifikat ISO 9001:2000) 751 orang 2 SMKN 5 (Belum Bersertifikat ISO) 348 orang

Total Populasi 1099orang

5. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai data yang

dianggap mewakili seluruh populasi. Sugiyono (2006 : 57) mengemukakan bahwa “

sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”.

Sampel diambil apabila jumlah populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan

diberlakukan untuk populasi.

Sampelnya adalah siswa kelas XI dari berbagai program keahlian yang ada.

Dipilihnya kelas XI dengan pertimbangan mereka telah merasakan pelayanan sekolah

lebih dari satu tahun dan diharapkan hasil kajian ini dapat dirasakan oleh mereka

implementasinya di kelas XII. Menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam

(28)

diambil berdasarkan rumus Taro Yamane yang di kutip oleh Rakhmat (akdon, 2005 :

107)

n = �

�.�2+ 1

Dimana : n = Jumlah sampel seluruhnya

N= Jumlah populasi

d²= Presisi yang ditetapkan

Tingkat presisi yang ditetapkan dalam pengambilan sampel ini yakni sebesar

10%. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Harry King (Sugiyono, 2006 : 62)

bahwa :

Menghitung sampel tidak hanya didasarkan atas kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15%, apabila populasi 200 kepercayaan sampel mewakili populasi 95%. Apabila populasi 800 kepercayaan sampel 90% atau kesalahan 10%.

Jumlah populasi di SMKN 6 adalah 751 siswa dan di SMKN 5 adalah 348 siswa.

Jumlah sampel untuk masing-masing sekolah adalah :

Jumlahsampel seluruhnnya,�= � �.�2+1 =

1099

(1019.0,01)+1 = 91,65 = 92

a. SMKN 6 adalah ni = 751�92

1099 = 62,86 = (70 orang)

b. SMKN 5 adalah ni = 348� 92

1099 =29,13 = (50 orang)

Jadi jumlah sampelnya 91 orang. Menurut Sugiyono (2009 :65) bahwa pada

perhitungan yang terdapat koma dibulatkan keatas sehingga jumlah sampel yang

tadinyaSMKN 6 yaitu 62,86 menjadi 63 dan SMKN 5 yaitu 29,13 menjadi 30 orang.

Pada penelitian ini sampel di SMKN 5 diambil sebanyak 50 orang dan SMKN 6

(29)

6. Operasional Variabel

Variabel adalah gejala bervariasi, yang menjadi objek penelitian (Arikunto, 2002:

126). Sedangkan Sugiyono (2007:38) menyatakan bahwa :

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Variabel dalam setiap penelitian selalu didefinisikan atau dibatasi pengertiannya

secara operasional. Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan adalah semua variabel

yang terkandung dalam hipotesis penelitian yang dirumuskan dengan cara menjelaskan

pengertian-pengertian kongkrit dari setiap variabel, sehingga dimensi dan

indikator-indikatornya serta kemungkinan derajat nilai atau ukurannya dapat ditetapkan.

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua katagori, yaitu variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent). Pengertian kedua variabel tersebut

menurut Sugiyono (2007:39) adalah:

1). Variabel Independent: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecendent. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas.

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).

2). Variabel Dependent: sering disebut sebagai variabel out put, kriteria, konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

(30)

Untuk kepentingan penelitian dan agar mempermudah dalam penyusunan

instrumen, berikut ini akan diuraikan operasional tiap variabel yang meliputi : variabel

Layanan Akademik (X), variabel Kepuasan Siswa (Y).

Untuk lebih rincinya, operasional variabel penelitian ini diuraikan seperti pada

Tabel 3.4 sampai dengan 3.6 sebagai berikut :

Tabel 3.3

(31)

karir, dan

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Data primer, yaitu

(32)

Teknik Pengumpulan data merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah

penelitian. Hal ini dikarenakan dari data yang diperoleh, maka peneliti dapat mengetahui

permasalahan dalam penelitian, juga dapat mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Teknik

yang dipakai untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang berupa kuesioner. Data primer dipergunakan dari

responden dengan menggunakan kuesioner. Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu

dilakukan questionare test, yaitu untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

a. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan penelitian menjadi

sistematis dan mudah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.

Angket adalah seperangkat daftar pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada

responden yang menjadi sampel penelitian. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

Akdon (2005 : 131) bahwa ;

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia menjadi responden sesuai dengan permintaan peneliti. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah.

Adapun jenis angket yang dipilih yakni angket tertutup (angket berstruktur),

Sanafiah Faisal (1982 : 178) mengemukakan bahwa :

(33)

Pengumpulan data menggunakan angket memiliki beberapa keuntungan (Arikunto,

2002 :129) yaitu ;

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing, dan menurut

waktu senggang responden.

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu dalam

menjawab.

e. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberikan pertanyaan

yang sama.

Angket atau kuesioner ini dijadikan sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh

informasi mengenai kepuasan layanan akademik di sekolah SMK, angket disebarkan

kepada siswa menjadi sampel penelitian.

b. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Dalam penyusunan alat pengumpul data atau angket, ada beberapa langkah yang

penulis tempuh, diantaranya :

a. Menentukan indikator yang dianggap penting untuk ditanyakan kepada

responden dari variabel yang akan diteliti.

b. Dari indikator yang ditentukan, kemudian dikembangkan dalam kisi-kisi

instrumen, untuk selanjutnya dibuat pertanyaan-pertanyaan.

c. Daftar pertanyaan-pertanyaan yang disusun dengan menggunakan skala liker

dengan alternatif jawaban dalam bentuk daftar check list (V), masing-masing item

(34)

Tabel 3.4

Bobot Skor Untuk Setiap Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Skor

Sangat puas (SP) 5

Puas (P) 4

Kurang puas (KP) 3

Tidak puas (TP) 2

Sangat tidak puas (STP) 1

8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut

variabel penelitian (Sugiyono, 2004:97).

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena alam dalam penelitian ini adalah

kuesioner atau daftar pertanyaan secara tertulis tersebut ditujukan untuk mengukur variabel

yang akan teliti, yakni: Keandalan (Reliability) Daya tanggap (Responsiveness)

(ketanggapan) Jaminan (Assurance) Empati (Emphaty) dan Bukti Fisik (Tangible)

Variabel-variabel tersebut dioprasionalkan ke dalam indikator-indikator dan kemudian dijabarkan lagi

ke dalam butir-butir pertanyaan. Sedangkan untuk variabel terikat peningkatan kepuasan (Y)

instrumen yang telah digunakan adalah berupa tes uji kompetensi dan observasi proses

belajar mengajar di kelas yang telah digunakan. Skala likert mempunyai interval 1– 5. Untuk

(35)

jawaban yang tidak mendukung pertanyaan atau pernyataan diberi skor terendah. Adapun

pemberian skor tersebut adalah sebagai berikut :

Prosedur penyusunan instrumen secara operasional dalam penelitian ini dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Menyusun kisi-kisi tentang variabel mutu layanan (X), sedangkan instrumen-instrumen

lain yang digunakan untuk mengukur variabel kepuasan layananan akademik ISO (Y1)

dan kepuasan layanan akademik belum ISO (Y2).

2. Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif jawaban. Angket yang digunakan

merupakan angket tertutup dengan 5 (lima) alternatif jawaban.

3. Menetapkan skala penilaian angket, tiap alternatif jawaban diberi skor 5 sampai dengan

1. Skor 5 untuk jawaban sangat puas, skor 3 untuk jawaban cukup, skor 2 untuk jawaban

tidak puas, dan skor 1 untuk jawaban sangat tidak puas.

4. Melakukan uji coba angket/instrumen, yang bertujuan untuk mengukur validitas dan

reliabilitas instrument, yaitu mengetahui kekurangan-kekurangan pada item angket,

berkaitan dengan redaksi maupun maksud yang terkandung dalam pernyataan item

angket tersebut.

Kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan sebelum dan sesudah uji coba adalah

sama. Setelah dilakukan uji coba, maka untuk item yang tidak valid dilakukan validasi

konstruksi dengan ahli (dalam hal ini adalah pembimbing). Adapun kisi-kisi instrumen untuk

(36)

9. Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data skor, maka dilanjutkan dengan pengolahan data hasil

penelitian dengan melihat perbedaan dua rata-rata. Pengujian ini menggunakan uji-t yang

kemudian dilanjutkan dengan membuat penafsiran dan kesimpulan dari hasil uji hipotesis.

Langkah-langkah dalam mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah di

fokuskan pada jawaban responden sebagai berikut :

a. Menyeleksi data dengan memeriksa jawaban responden berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan.

b. Memberi bobot nilai untuk setiap alternative jawaban yang dipilih dengan menggunakan

skala penilaian yang telah ditentukan kemudian menghitung jumlah skor.

c. Menghitung total skor dari alternative jawaban responden untuk variabel layanan

akademik.

d. Menghitung nilai rata-rata umum skor responden dari masing-masing variabel pada

sekolah bersertifikat ISO dan sekolah belum bersertifikat ISO

e. Mencocokkan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria masing-masing sekolah

bersertifikat ISO dan sekolah belum bersertifikat ISO yang telah ditentukan oleh peneliti

berdasarkan rentang skala sikap dalam alat ukur. Adapun kriteria variabel dalam

(37)

Tabel 3.5

b. Mencari skor rata-rata tiap sekolah

c. Menguji asumsi penelitian dengan uji normalitas dan uji t.

10. Validitas Test dan Uji Reliabilitas Butir Soal. 10.1 Uji Validitas test.

Untuk mengetahui validitas terhadap intrument penelitian dicari dengan cara

mengkorelasikan skor masing-masing butir soal dengan skor total. Rumus yang

digunakan adalah korelasi product moment pearson :

(38)

X = skor setiap item instrument

Y = skor total

Kriteria validitas soal berdasarkan besarnya koefisien korelasi sebagai berikut :

a. Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi

b. Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi

c. Antara 0,40 sampai dngan 0,60 : cukup

d. Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah

e. Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah.

( Arikunto, 2005: 75).

Pengujian tingkat validitas tiap item dipergunakan analisis item, artinya

mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor

item. Menurut Sugiyono (1999, h. 46), item yang mempunyai korelasi positif dengan

skor total serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai

validitas yang tinggi pula. Persyaratan minimum agar dapat dianggap valid apabila r =

0,3. Sehingga apabila korelasi antar item dengan skor total kurang dari 0,3 maka item

dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.

Adapun hasil uji coba mengenai tingkat validitas butir pertanyaan disajikan dalam tabel

(39)

Tabel 3.6

Hasil Validitas Instrument

No Instrument Corrected Item-Total

Correlation Keterangan

item1 .367 Valid

item2 .386 Valid

item3 .554 Valid

item4 .470 Valid

item5 .574 Valid

item6 .401 Valid

item7 .328 Valid

item8 .355 Valid

item9 .644 Valid

item10 .590 Valid

item11 .585 Valid

item12 .304 Valid

item13 .689 Valid

item14 .542 Valid

item15 .421 Valid

item16 .680 Valid

item17 .468 Valid

item18 .579 Valid

item19 .513 Valid

item20 .557 Valid

(40)

item22 .519 Valid

item23 .531 Valid

item24 .611 Valid

item25 .523 Valid

item26 .605 Valid

item27 .613 Valid

item28 .507 Valid

item29 .571 Valid

item30 .761 Valid

item31 .659 Valid

item32 .791 Valid

item33 .578 Valid

item34 .492 Valid

item35 .639 Valid

item36 .357 Valid

item37 .685 Valid

item38 .559 Valid

item39 .668 Valid

item40 .440 Valid

item41 .362 Valid

item42 .343 Valid

item43 .395 Valid

item44 .383 Valid

(41)

item46 .535 Valid

Sumber : lampiran uji validitas reliabilitas

Berdasarkan tabel sebelumnya diperoleh informasi bahwa semua item

pernyataan merupakan item terpilih karena memenuhi kriteria (r) 0,3, sehingga semua

item instrument dapat digunakan untuk penelitian. Hasil pengujian secara lengkap

dapat dilihat pada lampiran.

10.2 Uji Reliabilitas Butir Soal.

Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat evaluasi dalam mengukur

ketepatan alat ukur (instrumen) yang diujikan lebih dari satu kali. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut :

(42)

dimana: r11 : koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan

moment Pearson. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Guilford (Suherman

dan Sukjaya, 1990: 177) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kategori Reliabilitas Butir soal

Penelitian dilakukan dengan menggunakan 54 item pernyataan. Dari pengujian

reliabilitas teknik cronbach alpha nampak bahwa instrumen pengukuran adalah reliabel

dengan tingkat reliabilitas yang tinggi yaitu sebesar 0,954 (koefisien rata-rata diatas 0,7)

dengan koefisien internal Cronbach Alpha sesuai dengan yang direkomendasikan oleh

Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177) yang menyatakan bahwa koefisien 0,60<

11

r ≤ 0,80, tergolong tinggi/ baik).

11. Normalitas Data

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan

data menggunakan teknik analisis parametrik atau non parametrik, hali ini berlandaskan

pada asumsi bahwa data yang berdistribusi normal maka analisis yang digunakan

(43)

parametrik, sedangkan data yang berdistribusi tidak normal analisis yang digunakan non

parametrik.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam uji normalitas data adalah sebagai

berikut :

a. Mengubah skor mentah menjadi skor baku

b. Membuat distribusi frekwensi

c. Menentukan batas kelas yaitu angka skor pertama kanan ditambah 0,5 dan terakhir

skor kiri dikurangi 0,5

d. Mencari nilai Z skor dengan rumus sebagai berikut :

Z =�� − � ��

Dimana : Z = Nilai Z skor

Bk = Batas kelas

� = rata-rata

Sd = Simpangan Baku

Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik inferensial dan statistik

paramteris. Digunakan penghitungan statistic inferensial sebab peneliti ingin membuat

kesimpulan-kesimpulan yang berlaku bagi populasi dari sampel yang diambil. Statistik

parametris digunakan karena berdasarkan hasil uji normalitas data baik dengan metode

klmogorov smirnov dan pendekatan grafik normal data skor kepuasan layanan akademik

berdistribusi normal. Pedoman pengambilan keputusan suatu data dikatakan normal

apabila nilai probablity (signifikansi) klmogorov smirnov lebih besar dari 0,05.

(44)

dikategorikan normal apabila membentuk pola distribusi tidak menceng dan membentuk

lonceng. Demikian pula menggunakan pendekatan grafik normal plot, data dikatakan

normal jika terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya tidak

(45)
(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

1.1 Kepuasan Layanan Akademik di sekolah bersertifikat ISO 9001:2000 (SMKN6)

Hasil Temuan penelitian membuktikan keberhasilan SMKN 6 yang

bersertifikat ISO artinya menerapkan SMM ISO 9001:2000 dalam memberikan

mutu layanan akademik, hal ini didasarkan pada perolehan nilai layanan

akademik yakni layanan orientasi belajar sebesar 3,8533, Layanan kegiatan

pembelajaran sebesar 3,9122, layanan bimbingan 3,7367, layanan penilaian

sebesar 3,9615, dan layanan perpustakaan sebesar 3,8213. Dari seluruh indikator

layanan akademik berada pada katagori tinggi. Dengan demikian sekolah dan

guru telah memenuhi tuntutan peserta didik dalam hal mutu layanan akademik.

Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa kinerja SMKN 6 dalam

memberikan mutu pelayanan akademik telah berahasil.

Kepuasan layanan akademik pada Sekolah bersertifikat ISO di SMK Kota

Bandung dikategorikan tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari ketercapaian skor

kepuasan siswa SMKN 6 Bandung, yang merupakan sekolah menengah kejuruan

yang telah bersertifikat ISO untuk semua indikator layanan akademik yaitu

layanan orientasi belajar, layanan kegiatan pembelajaran, layanan bimbingan,

layanan penilaian, dan layanan perpustakaan tergolong tinggi. Siswa di SMKN 6

lebih terpuaskan dengan layanan akademik, sebagai contoh salah satu memuaskan

yaitu dengan rata-rata hasil ujian nasional tiga tahun terakhir lebih tinggi

(47)

1.2 Kepuasan Layanan Akademik di sekolah belum bersertifikat ISO 9001:2000 (SMKN5)

Perolehan hasil nilai kepuasan layanan akademik di SMKN 5, yakni layanan

orientasi belajar sebesar 3,7825, layanan kegiatan pembelajaran sebesar 3,4383,

layanan bimbingan sebesar 3,4725, layanan penilaian sebesar 3,6800, dan layanan

perpustakaan sebesar 3,2720. Dari seluruh indikator layanan akademik berada

pada katagori tinggi kecuali pada layanan perpustakaan berada pada katagori

cukup, artinya layanan akademik di SMKN 5 memuaskan tetapi pada aspek

layanan perpustakaan berada dalam katagori cukup memuaskan, sebagai salah

satu contoh hasil ujian nasional tiga tahu terakhir SMKN 5 di bawah rata-rata

SMKN 6 Bandung.

1.3 Perbedaan Kepuasan Layanan Akademik di SMKN 6 dan SMKN 5

Perbedaan antara sekolah yang bersertifikat ISO dengan sekolah yang belum

bersertifikat ISO dalam hal kepuasan layanan akademik memiliki perbedaan yang

signifikan. Hal ini terlihat dari kriteria ketercapaian skor dan uji t-tes.

Berdasarkan hasil kriteria ketercapaian skor diketahui hampir semua

indikator dari layanan akademik di sekolah yang bersertifikat ISO dan belum

bersertifikat ISO memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang paling

signifikan ditunjukan pada indikator layanan perpustakaan dimana kepuasan siswa

SMKN 6 berada pada katagori tinggi dengan nilai 3,8213 dan di SMKN 5 berada

pada katagori cukup dengan nilai 3,2720, selain itu terdapat pula perbedaan pada

ke empat indikator lainnya dengan katagori tinggi yaitu layanan orientasi belajar

(SMKN 6 = 3,8533 dan SMKN 5 = 3,7825), layanan kegiatan pembelajaran

(48)

3,7367 dan SMKN 5 = 3,4725), dan layanan penilaian (SMKN 6 = 3,9615 dan

SMKN 5 = 3,76800).

Kepuasan layanan akademik pada Sekolah belum bersertifikat ISO di SMK

Kota Bandung dikategorikan tinggi kecuali pada layanan perpustakaan

dikatagorikan cukup. Hal tersebut dapat dilihat dari ketercapaian skor kepuasan

siswa SMKN 5 Bandung yang merupakan sekolah menengah kejuruan yang belum

bersertifikat ISO yang memerlukan perbaikan dalam aspek manajemen dan belum

mencapai mutu layanan akademik yang optimal karena hasil nilai kriteria

ketercapaian skor masih dibawah SMKN 6 yang telah bersertifikat ISO 9001:2000.

Berdasarkan perhitungan dengan Uji t-tes diseluruh indikator layanan

diperoleh nilai t lebih besar dart t-tabel . Dengan demikian hipotesis nol Ho ditolak

dan Ha diterima. Hal ini terdapat perbedaan yang signifikan antara kepuasan

layanan akademik antara sekolah yang bersertifikat ISO dan sekolah yang belum

bersertifikat ISO, sehingga hipotesis yang penulis ajukan diterima. Dengan

demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara layanan akademik di sekolah

yang bersertifikat ISO dengan sekolah yang belum bersertifikat ISO, artinya siswa

di sekolah SMKN 6 lebih terpuaskan dengan layanan akademik di banding siswa

di SMKN 5, kecuali pada layanan orientasi belajar yang tidak terdapat perbedaan

karena berdasarkan hasil nilai t-tes lebih kecil dari pada nilai tabel, sehingga Ho

yang menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan layanan orientasi belajar di

SMKN 5 Bandung dan SMKN 6 Bandung diterima, artinya siswa pada sekolah

yang bersertifikat ISO dan belum ISO sama-sama terpuaskan dengan layanan

(49)

2. Rekomendasi

Berkaitan dengan rekomendasi ini secara khusus ditujukan kepada sekolah yang

belum bersertifikat ISO, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat dikemukakan

yang relevansi dengan hasil penelitian ini diantaranya :

1. Perlu dilakukan perbaikan menyeluruh terutama bagi sekolah belum bersertifikat

ISO untuk mengejar ketertinggalan agar kepuasan layanan siswa dapat meningkat.

2. Beberapa indikator kepuasan layanan di sekolah bersertifikat ISO, bukanlah

jaminan mutu sekolah tersebut dapat mempertahankan mutu layanan dalam jangka

panjang, untuk itu perlu terus dilakukan evaluasi secara periodik, agar mutu layanan

dapat ditingkatkan.

3. Beberapa aspek yang dapat digunakan agar sekolah menengah kejuruan (SMK)

memperoleh sertifikat ISO diantaranya : (1) Rumuskan Visi dan MISI SMK dengan

jelas arah akan menuju kemana, misalnya akan menjadi SMK yang unggul dalam

penerapan IT, (2) Sosialisasikan Visi dan Misi tersebut dan tetapkan menjadi

kebijakan mutu SMK, (3) Buatlah sasaran mutu dengan strategi yang terarah, dan

lakukan pengukuran untuk pencapaiannya, (4) Mulailah dengan melakukan

pelatihan penyadaran mutu (Quality Schools Awerenes) untuk memberikan

pemahaman apakah itu ISO kepada seluruh SDM Sekolah, (5) Tetapkan Team kerja

ISO yang terdiri dari Steering Komitee, Wakil Manajemen Mutu dan Tim kerja ISO

( 6) Lakukan pelatihan pemahaman terhadap persyaratan standar dan teknik

penyusunan dokumen, (7) Susun dokumen mutu meliputi, manual mutu, prosedur

mutu, instruksi kerja dan format-format mutu dan tetapkan bulan dan tanggal

(50)

dan yang lulus pelatihan akan menjadi tenaga internal audit di sekolah, (9) Lakukan

internal audit, dan hasil internal audit menjadi agenda dan pokok bahasan pada

rapat tinjauan manajemen, dan (10) Apabila pada rapat tinjauan manajemen telah

menghasilkan keputusan bahwa proses-proses di SMK mulai dari promosi ,

Penerimaan Murid Baru (PMB), Proses Belajar Mengajar (PBM), Evaluasi,

pemasaran tamatan, penelusuran tamatan sesuai dengan Manual mutu yang di tulis

maka SMK telah siap untuk mengundang Badan Sertifikasi untuk mengaudit.

Sepuluh kiat ini akan berhasil apabila kepala SMK sebagai Top Manajemen

memiliki komitmen yang tinggi dengan dukungan SDM sekolah, Tim ISO bisa

bekerja secara team works yang smart, dan adanya dukungan dari stakeholder.

4. Implementasi ISO 9001 : 2000 dalam lingkungan sekolah, karena ISO 9001 : 2000

pada dasarnya sebagai proses kendali mutu dalam setiap komponen yang ada di

sekolah. Mulai dari proses penerimaan siswa hingga output yang dihasilkan. Hal ini

tidak lepas dari landasan basis konsep ISO 9001 : 2000 yang menjunjung tinggi

continoues quality improvement (perbaikan mutu berkesinambungan) dalam seluruh

komponen yang ada disekolah untuk meningkatkan layanan bagi kepuasan

pelanggan.

5. Pada pemerintah perlu mensosialisasikan proses penerapan ISO serta keuntungan

yang diperoleh sekolah dengan menerapkan ISO, dan perlu adanya monitoring

periodik baik terhadap sekolah yang menerapkan ISO ataupun yang belum

(51)

6. Untuk lebih menghasilkan penelitian yang lebih akurat lagi tentang perbandingan

penelitian ini, hendaknya menggunakan penelitian kuasi eksperimen dalam

penelitian berikutnya.

7. Dalam mengukur kepuasan pada penelitian berikutnya yakni dengan rumus

kepuasan yang berdasarkan performance (kinerja) yang diperoleh dengan

ekspektasi atau harapan yang diterima. kepuasan = Tingkat kepentingan

(performance-ekspektasi)

8. Bagi penelitian berikutnya, hendaknya dapat melakukan penelitian serupa dengan

memperhatikan objek yang lebih luas dan sampel yang lebih besar agar

memperoleh hasil penelitian yang akurat dengan wilayah generalisasi yang lebih

Gambar

Tabel 3.2  Populasi Penelitian
Tabel 3.4 sampai dengan 3.6 sebagai berikut :
Tabel 3.4 Bobot Skor Untuk Setiap Alternatif Jawaban
Tabel 3.5 Krietria Penafsiran
+3

Referensi

Dokumen terkait

This paper discusses a highly endangered sung style in Maluku Barat Daya along the lines of Sasse’s (1992) theory of language death and focusses on structural

Penelitian kuasi eksperimen ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dimaksudkan untuk membandingkan tingkat kemampuan menggambar

Dalam hal Nasabah atau pemilik atau pengendali akhir dari Korporasi adalah perusahaan terbuka dan diwajibkan untuk melakukan keterbukaan informasi atas pengendali

pada media SDA yang diambil dari tabung subkultur jernih setelah pemberian ekstrak daun beluntas (P. indica, L) dan diinkubasi 24 jam pada suhu 35°C dapat dilihat pada Gambar 10..

Berdasarkan hasil observasi awal di sekolah yang diteliti, pada umumnya Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri mengalami kesulitan untuk melaksanakan pemenuhan dan pemeliharaan

satu contoh obat yang tergolong biguanid adalah metformin dengan berbagai karakteristik sebagai berikut: (a) menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Yogyakarta, diakses pada tanggal 27 Oktober 2017.. kebiasaannya sendiri yang khas, yang berbeda dengan daerah lain, salah satunya

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut. 1) Bentuk lingual yang terdapat pada register pada tabloid Gaul dan Asian Plus ditemukan berupa kata,