Akuntansi sebagai Bahasa Bisnis
Akuntansi sebagai Bahasa Bisnis
Akuntansi sering disebut "bahasa bisnis" karena kemampuannya untuk mengkomunikasikan informasi keuangan tentang organisasi. Berbagai pihak yang berkepentingan seperti manajer, calon investor, kreditur, dan pemerintah tergantung pada sistem akuntansi perusahaan, oleh karena itu harus meliputi pengumpulan akurat, merekam, mengklasifikasi, meringkas, menafsirkan, dan pelaporan informasi mengenai status keuangan sebuah organisasi.
Dalam rangka untuk mencapai sistem terstandar, proses akuntansi mengikuti prinsip akuntansi dan aturan. Terlepas dari jenis usaha atau jumlah uang yang terlibat, prosedur umum untuk penanganan dan menyajikan informasi keuangan yang digunakan. Pendapatan, dan pengeluaran secara cermat dipantau dan transaksi yang dirangkum dalam laporan keuangan yang
mencerminkan kegiatan keuangan utama dari sebuah organisasi.
Dua laporan keuangan umum adalah neraca dan laporan laba rugi. Neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada satu titik waktu, sementara laporan rugi laba menunjukkan kinerja keuangan perusahaan selama periode waktu. kinerja keuangan memungkinkan pihak yang tertarik untuk membandingkan satu organisasi dengan yang lainnya dan membandingkan periode akuntansi dalam satu organisasi. Sebagai contoh, seorang investor dapat membandingkan laporan pendapatan terbaru dari dua perusahaan dalam rangka untuk mengetahui mana yang akan
menjadi investasi yang lebih baik.
Orang yang mengkhususkan diri di bidang akuntansi dikenal sebagai akuntan. Akuntan
diklasifikasikan sebagai publik, swasta, atau pemerintah. Kata Akuntan Publik independen dan menyediakan layanan akuntansi seperti perhitungan audit dan pajak untuk perusahaan dan individu. Akuntan publik dapat memperoleh gelar CPA (Akuntan Publik Bersertifikat) dengan memenuhi persyaratan ketat. akuntan pribadi bekerja untuk badan-badan pemerintah atau biro. Kedua akuntan swasta dan pemerintah dibayar berdasarkan gaji, sedangkan akuntan publik menerima biaya untuk gaji mereka.
Islam dan syariah islam (akuntansi syariah)
Islam dan Syariah Islam
MAKNA ISLAM
Menurut bahasa kata islam berasal dari kata asalama, yuslimu, islaman, yang artinya tunduk dan patuh, menurut terminologi yang digambarkan oleh Nabi Muhammad saw dalam sabda beliau :
“Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah -- jika engkau berkemampuan melaksanakannya.” (HR Muslim)
Oleh karena itu, kata islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, nabi terakhir dan penutup para nabi. Agama islam berbeda dengan agama-agama lain yang ada saat ini dan diyakini umat islam, sebagai kelanjutan dari agama para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, yang tidak lain adalah nabi terakhir atau penutup para nabi. Inti dari ajaran para nabi adalah tauhid , yaitu tindakan mengesakan Allah ( Tauhidullah ) disertai sikap pasrah, tunduk dan patuh kepada Allah, sebagai syarat mutlak bagi seorang untuk disebut sebagai seorang mukmin. Tanpa sikap itu maka dia masih disebut kafir. Iblis misalnya, meskipun ia mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, tetapi karena ia membangkang, maka dalam Al-Quran dia disebut sebagai kafir. (QS 2:34).
Menurut islam, hidup dan kehidupan manusia didunia adalah bagian kecil dari perjalanan panjangnya menuju Allah. Kehidupan manusia setelah diciptakan oleh Allah dimulai dari alam roh dan kemudian dilanjutkan di alam rahim ibu. Manusia kemudian lahir dan mulai hidup serta berkehidupan di alam dunia, sampai dia meninggal. Namun demikian, kematian bukanlah akhir perjalanan manusia, tetapi awal perjalanan dialam kubur yang kemudian dilanjutkan di alam akhiratyang kekal abadi menuju Allah. Bahkan menurut hadir riwayat Muslim, Dunia adalah lading akhirat (addunya mazra’atul akhirat) dan karena itu, nasib seseorang di akhirat nanti sangat bergantung pada apa yang dikerjakannya di dunia. Apabil dia ingin menginginkan kehidupan yang baik di akhirat maka dia harus menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan tuntunan Allah serta selalu berusaha agar hari esoknya (di dunia dan akhirat ) menjadi lebih bai. Jadi tidak mungkin muslim yang baik menjadi penghambat kemajuan peradaban sebagaimana firman Allah pada (QS 59:18).
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
DASAR-DASAR AJARAN ISLAM
1. Aqidah
Aqidah adalah sistem keyakinan yang mendasari seluruh aktivitas muslim. Ajaran Islam berisikan tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini, dan diimani oleh setiap muslim. Karena agama Islam bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Allah swt, maka aqidah merupakan sistem kepercayaaan yang mengikat manusia kepada Islam. Seorang manusia disebut muslim jika dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat dengan sistem kepercayaan Islam. Karena itu, aqidah merupakan ikatan dan simpul dasar dalam Islam yang pertama dan utama.
Aqidah dibangun atas 6 dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun iman meliputi : iman kepada Allah swt, para malaikat, kitab – kitab, para Rasul, hari akhir, dan Qodlo dan Qodar. Allah berfirman dalam QS.An-Nisa’, ayat 136 .
Berdasarkan 6 fondasi tersebut, maka keterikatan setiap muslim yang semestinya ada pada jiwa setiap muslim adalah :
a. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang menyempurnakan syariat – syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.
b. Meyakini bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang benar di sisi Allah. Islam dating dengan membawa kebenarana yang bersifat absolute guna menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya.
c. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua manusioa dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengasn tuntutan budaya manusia.
2. Syari’ah
Komponen Islam yang kedua adalah syari’ah yang berisi peraturan dan perundang- undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan manusia. Syari’at adalah sistem nilai yang merupakan inti ajaran Islam. Syari’ah atau sistem nilai Islam yang diciptakan oleh Allah sendiri. Dalam kaitan ini, Allah disebut Syaari atau pencipta hukum.
Sistem nilai Islam secara umum meliputi 2 bidang :
a. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah (ibadah mahdah / khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah ditentukan secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam konteks ini, syari’at berisikan ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada Allah, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji.
b. Syari’at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan sesama dan makhluk lainnya ( mu’amalah ). Mu’amalah meliputi ketentuan perundang- undangan yang mengatur segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan alam sekitarnya.
diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar bersifat formal belaka, melainkan disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan manusia hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam tentang tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah berfirman dalam QS. Az-Zarariyat, ayat 56
“ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah kepada- Ku “
Hubungan horizontal ini disebut pula dengan ibadah gairu mahdah / umum karena sifatnya umum, di mana Allah atau Rasul-Nya tidak memerinci macam dan jenis perilakunya, tetapi hanya memberikan prinsip dasarnya saja.
3. Akhlaq
Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang perilaku atau sopan santun. Akhlaq maupun syari’ah pada dasarnya membahas perilaku manusia, tetapi yang berbeda di antaranya adalah obyek materia. Syari’ah melihat perbuatan manusia darin segi hukum yaitu : wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan aklaq melihat perbuatan manusia dari segi nilai / etika, yaitu perbuatan baik ataupun buruk.
Akhlaq merupakan sistematika Islam, sebagai sistem, akhlaq memiliki spektrum yang luas, mulai sikap terhadap dirinya, orang lain, dan makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.
PENGERTIAN SYARIAH
meningkatkan kwalitas hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariah Islam adalah tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan Allah SWT yang dirumuskan dalam Al-Qur’an, yaitu :
1. Surat Asy-Syura ayat 13 yang Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya) (Quran surat Asy-Syura ayat 13).
2. Surat Asy-Syura ayat 21yang Artinya : Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diijinkan Allah ? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah tentukanlah mereka dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang pedih. (Qur’an Surat Asy-Syura Ayat : 21).
3. Surat Al-Jatsiyah ayat 18 yang Artinya : Kemudian kami jadikan kamu berada di atas syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Qur’an Surat Al-Jatsiyah ayat : 18).
PENJELASAN
Ketentuan-ketentuan sebagaimana dirumuskan dalam syariah, wajib dipatuhi. Orang Islam yakin bahwa ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam syariah itu adalah ketentuan Allah SWT yang bersifat universal, oleh karena itu merupakan hukum bagi setiap komponen dalam satu sistem. Hal ini berarti bahwa setiap ketentuan yang ditinggalkannya atau dilanggar bukan saja akan merusak lingkungannya tetapi juga akan menghilangkan fungsi parameter dalam komponen atau fungsi komponen dalam sisten.
Sebagai contoh, seseorang menyalahi janji, berdusta, zina, mencuri, korupsi, dan lain-lain. Dalam syariah Islam ada istilah rukshoh (keringanan) apabila seseorang tidak dapat melaksanakan kewajibannya secara normal, maka ia boleh melaksanakannya dengan cara lain sesuai dengan kekuatan, kemungkinan,
dan kondisi, seperti sholat sambil duduk.
B. Ruang Lingkup Syariah
Ruang lingkup syariah lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut : 1. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual), yang terdiri dari :
a. Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, dan haji.
b. Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam.
Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum, pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do’a, sholawat, umroh, tasbih, istighfar, khitan, pengurusan mayit, dan lain-lain.
Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-lain. 2. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang lainnya dalam hal
tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang-piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.
4. inayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat, kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam perjuangan, kesaksian dan lain-lain.
5. Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik), diantaranya : ukhuwa (persaudaraan) musyawarah (persamaan), ‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong menolong), tasamu (toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial), zi’amah (kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.
6. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar, tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah (berani), birrul walidain (berbuat baik pada ayah ibu), dan lain-lain.
7. Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu, nazar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah, perang, dan lain-lain.
C. Sumber-Sumber Syariah
1. Al-Qur’an, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan Undang-Undang yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok.
2. Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan rincian terhadap hukum-hukum Al-Qur’an yang bersifat umum.
3. Ra’yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk menetapkan hukum yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
D. Klasifikasi Syariah
Syariah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
2. Haram, yaitu suatu ketentuan apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan mendapat dosa. Contohnya : zinah, mencuri, membunuh, minum-minuman keras, durhaka pada orang tua, dan lain-lain.
3. Sunnah (Mustahab), yaitu suatu ketentuan apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
4. Makruh (Karahah), yaitu suatu ketentuan yang menganjurkan untuk ditinggalkannya suatu perbuatan; apabila ditinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak berdosa. Contohnya : merokok, makan bau-bauan, dan lain-lain.
E. Ibadah Sebagai Bagian Dari Syariah
Syariah mengatur hidup manusia sebagai hamba Allah yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukkan, dan kepatuhan kepada Allah dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh Syariah Islam. Esensi ibadah adalah penghambaan diri secara total kepada Allah sebagai pengakuan akan kelemahan dan keterbatasan manusia di hadapan kemahakuasaan Allah. Dengan demikian salah satu bagian dari syariah adalah ibadah.
Secara umum Ibadah berarti mencakup semua perilaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Ibadah dalam pengertian inilah yang dimaksud dengan tugas hidup manusia. Sebagaimana dalam Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyah ayat 56 yang
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Adz-Dzariyat : 56).
Secara khusus Ibadah berarti perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah SWT dan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, seperti shalat, dzikir, puasa, dan lain-lain. Landasan dasar pelaksanaan syariah adalah aqidah (keimanan). Dengan aqidah yang kuat maka syariah dapat
KESIMPULAN
Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat dalam semua aspek kehidupan.
Syariah Islam dalam muamalah senantiasa mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan syariah Islam akan lahir
masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh rahmat.
Sumber:
http://infomediakita.blogspot.com/2010/04/makalah-syariah-islam.html
hafismuaddab.wordpress.com
http://hidayatwawan.blogspot.com/2012/03/makalah-kerangka-dasar-agama-islam_27.html
http://www.dudung.net/quran-online/indonesia/4/130
KONSEP & PRINSIP AKUNTANSI MENURUT PERSPEKTIF
ISLAM
Setelah kita belajar selama setengah semester awal di mata kuliah Syariah Accounting beserta diskusi-diskusi yang selalu berwarna tiap minggunya, sehingga banyak hal yang kita dapat khususnya pengetahuan tentang Syariah kita bertambah. Maka saya akan mengulas sedikit tentang hasil diskusi kita beberapa minggu yang lalu dimana saya dan teman-teman kelompok saya menjadi pematerinya. Hehe ..
Saya akan mengulas tentang konsep & prinsip akuntansi menurut perspektif islam. Karena sebagai anak akuntansi khususnya sebelum kita mengetahui syariah itu apa? Untuk apa? Bagaimana? Dan sebagainya, kita tidak akan mampu menjelaskan sebelum memahami konsep dan prinsip akuntansi menurut islam terlebih dahulu. Bukankah begitu??
Sekarang ayo kita mulai yaa… *,*
Islam adalah sebuah pedoman hidup dan berkehidupan yang dikeluarkan langsung oleh Allah SWT sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa tunggal alam semesta, agar manusia tunduk, patuh, dan pasrah kepada ketentuan-NYA untuk meraih derajat kehidupan lebih tinggi yaitu kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan baik di dunia maupun diakhirat.
Islam sebagai pedoman hidup dan berkehidupan, yang
dikeluarkan langsung oleh pemegang otoritas tunggal, Allah SWT, mencakup tiga aspek yaitu akidah, syariah dan akhlak yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Akidah
sebagaimana terangkum dalam Rukun Iman, atau pokok-pokok keimanan Islam, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab, Nabi dan Rosul, hari akhir dan qadha dan qadar.
Syariah
Dalam masalah ekonomi syariah, kaum Muslim tetap mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Rasulluhhal saw. Bukan hanya sekedar prinsipnya, tetapi juga tentang seluk beluk tata perekonomian syariah. Hal yang berubah dalam bidang perekonomian bukanlah prinsip dan tata aturannya, tetapi yang berubah adalah sarana dan prasarana transaksinya. Cakupan aturan syariah dalam kehidupan begitu luas, termasuk didalamnya mengenai hukum ekonomi, maka akuntansi syariah merupakan salah satu bentuk pengamalan dari aturan syariah. Selain itu, akuntansi syariah juga berfungsi juga berfungsi untuk menguatkan pelaksanaan ekonomi Islam/transaksi yang sesuai dengan kaidah Islam melalui pola pengolahan informasi akuntansi yang juga berlandaskan nilai-nilai Islam.
Akhlak
Akhlak sering disebut ihsan. Melalui ihsan seseorang akan selalu merasa bahwa dirinya dilihat oleh Allah SWT yang mengetahui, melihat, dan mendengar sekecil apapun perbuatan yang dilakukan seseorang, walaupun dikerjakan ditempat tersembunyi. Upaya pengembangan ilmu apa pun di dunia ini termasuk akuntansi syariah, hendaknya dimulai dari niat yang ikhlas untuk mengharap rida Allah SWT untuk kemudian dilanjutkan dengan oleh piker yang didasari dan dijiwai oleh nilai akidah, syariah dan akhlak islami untuk kebaikan manusia di dunia dan di akherat.
Memelihara harta bertujuan agar harta yang dimilikioleh manusia diperoleh dan digunakan sesuai dengan syariah sehingga harta yang dimiliki halal dan sesuai dengan keinginan pemilik mutlak dari harta kekayaan tersebut yaitu Allah SWT.
Anjuran Bekerja atau Berniaga
Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga dan menghindari kegiatan meminta-minta dalam mencari harta kekayaaan.
“ ……..Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS 62 :10)
Konsep Kepemilikan
Harta yang baik harus emmenuhi dua criteria, yaitu diperoleh dengan cara yang sah dan benar, serta dipergunakan dengan dan untuk hal yang sebaik-baik dijalan Allah SWT.
Penggunaan dan Pendistribusian harta
Ketentuan syariah berkaitan dengan penggunaan harta antara lain :
o Tidak boros dan tidak kikir
o Memberi infaq dan shadaqah
o Membayar zakat sesuai dengan ketentuan
o Member pinjaman tanpa bunga
o Meringankan kesulitan orang yang berutang Perolehan Harta
Memperoleh harta adalah aktivitas ekonomi yang masuk dalam kategori ibadah muamalah (mengatur hubungan manusia dengan manusia). Kaidah fikih dari muamalah adalah semua halal dan boleh dilakukan kecuali yang diharamkan/dilarang dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.
2. Prinsip system keuangan Islam :
Pelarangan Riba. Riba (dalam bahasa Arab) didefinisikan sebagai “kelebihan”atas sesuatu akibat penjualan ataupun pinjaman.
Pembagian Resiko. Hal ini merupakan kosekuensi logis dari
pelarangan riba yang menetapkan hasil bagi pemberi modal dimuka.
Tidak menganggap uang sebagai modal potensial
Kesucian kontrak.
Aktifitas usaha harus sesuai syariah. 3. Prinsip akuntansi dalam perspektif islam Prinsip Pertanggungjawaban
bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan
diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
Pertanggungjawabannya diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan
Prinsip Keadilan
Dalam konteks akuntansi keadilan mengandung pengertian yang bersifat fundamental dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika/syariah dan moral, secara sederhana adil dalam akuntansi adalah pencatatan dengan benar setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan.
Prinsip Kebenaran
Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
Prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam perspektif Islam menurut M. Syafii Antonio, meliputi:
1. Prinsip pertama Legitimasi Muamalat
informasi mengenai keuangan yang mengandung penyimpangan dari syari’at islam, baik secara samar maupun terang-terangan, maka minimal dia harus memberikan isyarat atau tanda pada uraian atau tafsirannya terhadap informasi tersebut.
Legitimasi muamalat itu tidaklah terbatas ruang lingkupnya sebagaimana diatas, bahkan juga mnecakup pihak-pihak yang bermuamalah, disamping segi-segi kegiatan akuntansi. Yang kami maksudkan dengan pihak-pihak bermuamalat itu adalah kedua belah pihak yang bermuamalat. Pihak pertama yaitu yang membentuk perusahaan atau para pemegang saham dan pihak kedua adalah orang-orang yang berkepentigan dengan mereka.
2. Prinsip kedua
a. Syakhshiyyah I’tibariyyah ( Entitas Spiritual )
Adalah adanya pemisahan kegiatan investasi dari pribadi yang melakukan pendanaan terhadap kegiatan investasi tersebut. ada dua permasalahan yang mempengaruhi dan akan terpengaruh dengan konsep syakhshiyyah i’tibariyyah ini. Pertama, berkaitan dengan harta-harta yang di investasikan itu sendiri dan kaitannya dengan harta-harta pribadi tersebut. Kedua, berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pemilik kepemilikan yang bersifat lahiriah, sebagai akibat atau hasil dari kegiatan investasinya.
b. Syakhshiyyah Qanuniyyah ( Legal Entity )
pula bagi pihak lain untuk menuntutnya secara langsung pula, dalam sifatnya sebagai suatu pribadi.
c. Wahdah Muhasabiyyah ( Kesatuan Akuntansi )
Adalah kerangka dasar yang menentukan ruang lingkup kegiatan akuntansi ditinjau dari sisi apa yang harus dimuat oleh buku-buku akuntansi dan apa yang harus diangkat oleh laporan keuangan baik berbentuk data keuangan yang sudah dikenal ataupun yang lain. Oleh karena itu, permasalahan yang harus dikaji untuk menentukan wahdah muhasabiyyah itu adalah masalah kebutuhan terhadap informasi keuangan. Kebutuhan informasi keuangan itulah yang akan terealisir pada akhirnya, yang diungkapkan dalam laporan keuangan.
3. Prinsip ketiga
Istimrariyyah ( Kontinuitas )
Istimrariyyah adalah prinsip yang keberadaannya dapat memberi pandangan bahwa perusahaan itu akan terus menjalankan kegiatannya sampai waktu yang tidak diketahui, dan likuidasinya merupakan masalah pengecualian, kecuali jika terdapat indikasi mengarah kepada kebalikannya. berdasarkan pendefinisian terhadap prinsip ini maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:
umur perusahaan tersebut tidak tergantung pada umur para pemiliknya
prinsip ini dalam kaitannya dengan usaha investasi, merupakan suatu kaidah yang umum
sebagai akibat dari prinsip ini, maka seluruh
transaksi-transaksi,dan tindakan-tindakan manajemen, baik intern maupun ekstern, haruslah menjadikan prinsip ini sebagai pelajaran, mulai dari penentuan asas pendanaan kegiatan investasi sampai pengukuran hasil-hasil akhir dan pengilustrasian hasil-hasil kegiatan dan neraca yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
sesungguhnya penerapan prinsip ini haruslah memperhatikan
faktor-faktor pasar, baik segi penambahan, pengurangan, perluasan, dan penyempitan dari faktor-faktor yang mempunyai hubungan secara langsung dengan kelangsungan kegiatan
4. Prinsip keempat
Muqabalah ( Matching )
Muqabalah adalah suatu cermin yang memantulkan hubungan sebab akibat antara dua sisi, dari satu segi, dan mencerminkan juga hasil atau dari hubungan tersebut dari segi yang lainnya. Sebab, setiap sesuatu yang terjadi, pasti karena adanya suatu tindakan yang mendahuluinya, yang didasari oleh tujuan tertentu. Dan untuk selanjutnya, kedua kejadian tersebut harus saling dikaitkan guna mengetahui pengaruh-pengaruh yang di akibatkannya.
kasih banyak untuk dosen pembimbing mata kuliah Syariah Accounting Bu Istutik. Terima kasih Ibuk ata bimbingannya semoga ilmu kami bermanfaat..
IDEOLOGI ISLAM DAN AKUNTANSI: SEBUAH PERENUNGAN
“MEMBUMIKAN”
IDEOLOGI ISLAM DAN AKUNTANSI: SEBUAH PERENUNGAN “MEMBUMIKAN”
Warsito Kawedar
ABSTRAC
Economic activity can not be separated with the accounting. Developments in technology and industry has provided a good climate for capitalist growth. Conventional accounting is an instrument of class "bourgeois" in obtaining economic resources. Some periods of the past, has many codes of ethics violations committed accounting profession, which resulted in many large companies that went public bankruptcy. This condition is caused by a shift in lifestyle accountant who is hedonism. Fragility of trust has been eroded due to an accountant who professed ideology. Islam as an ideology and way in life is expected to provide a strong passion and drive to steer the direction of life (in accordance with a system of divine law). Islamic ideology on accounting concepts contained in the Qur'an as follows: ": “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….” (Surat Al Baqarah ayat 282). Based on the ideology of Islam is needed actions from the accountants that ideology can be grounded in a way: convincing accounting has existed since the civilization of Islam, Islam ideology apply to accounting practices, and reconstruct the code of ethics based on the ideology of Islamic accounting.
Key words: Islamic Ideology, Accounting Practice, and Code of Ethics of Accountants
PENDAHULUAN
Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the American
Institute of Certified Public Accountants) mendefinisikan akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan menginterprestasian hasil proses tersebut. Belkaoui (2006) mendefinisikan akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomi (membuat pilihan diantara alternatif tindakan yang ada), sehingga akuntansi juga dipandang sebagai bahasa bisnis. Akuntansi merupakan suatu cara pengkomunikasian informasi tentang bisnis. Hawes mendefinisikan bahasa sebagai simbol-simbol manusia disusun secara yang sistematis dan berpola dengan aturan-aturan khusus yang mengarahkan penggunaannya. Jadi, pengakuan akuntansi sebagai bahasa didasarkan pada identifikasi adanya dua komponen sebagai berikut: (1) Simbol-simbol atau karakteristik leksikal suatu bahasa adalah unit-unit yang mengandung arti atau kata-kata yang dapat diidentifikasi dalam setiap bahasa; (2) tata bahasa suatu bahasa mengacu pada susunan sintaksis yang terdapat dalam setiap bahasa. Dalam akuntansi, tata bahasa merujuk pada serangkaian prosedur umum yang digunakan dan diikuti dalam penyusunan seluruh data keuangan untuk keperluan bisnis.
Kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan akuntansi. Akuntansi berkaitan erat dengan norma ekonomi dan sosial suatu masyarakat. Norma ekonomi dan sosial suatu masyarakat mengikuti perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi dan industri telah memberikan andil bagi bentuk organisasi dan memberikan iklim yang baik bagi pertumbuhan kapitalis (Fatmawatie, 2005). Hal ini mengakibatkan konsep dan prinsip akuntansi pun harus menyesuaikan dengan jiwa kapitalis. Sekarang kondisinya telah berubah, yang mengarah ke back to nature. Kondisi di dalam masyarakat cenderung mengarah ke religius. Masyarakat telah menyadari telah terjadi ketidakseimbangan yang disebabkan jiwa materialitas yang ternyata tidak membawa kebahagiaan hakiki.
dana, penentuan kontrol finansial yang lebih ketat, pembayaran deviden atau kapital, dan seterusnya (Sukoharsono, 2010). Berdasarkan uraian di atas maka skope akuntansi bersifat teknis yang tidak terdapat muatan-muatan ideologi dan keyakinan. Dalam artikel ini akan diulas akuntansi sebagai ideologi, ideologi Islam, dan nilai-nilai atau konsep-konsep yang tersaji dalam Alquran (kitab orang Islam) yang bisa dipakai atau bahkan sudah diterapkan dalam bidang ilmu akuntansi.
Pengertian Ideologi
Secara etimologis, istilah ideologi berasal bahasa Yunani yaitu idein dan logos
(Revanz, 2011). Kata “idein” yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin menjadi idea berarti gagasan, konsep, dan pemikiran. Kata “logos” berarti ilmu dan ajaran atau pengetahuan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Thompson (2003) dalam Suwarjuwono dan Atmaja (2005) mendefinisikan ideologi adalah sistem berpikir, sistem kepercayaan, praktek-praktek simbolik yang berhubungan dengan tindakan sosial dan politik. Belkoui (2006) mendefinisikan ideologi merupakan pandangan dunia atau hidup yang terlepas dari sifat yang parsial dan mungkin mengandung pemahaman krusial, memahami lingkungan dimana kita hidup dan kemungkinan perubahannya. Ideologi merupakan pandangan dunia yang sesuai dengan sudut pandang kelompok-kelompok.
Shaleh dalam Sukoharsono (2010) mendefinisikan ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa konsepsi rasional (aqidah ‘aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide dan solusi, metode mempertahankannya, dan metode menyebarkannya ke seluruh dunia. Akidah ialah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, mausia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan sebelum dan sesudah alam kehidupan. Sukoharsono (2010) mendefinisikan ideologi (mabda’) adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang dan metode untuk menyebarkannya. Dapat disimpulkan, ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.
Akuntansi Sebagai Ideologi
Akuntansi konvensional atau accounting based capitalist ideology telah berkembang sejak abad pertengahan sampai sekarang. Akuntansi berkembang dan beradaptasi secara terus-menerus dalam lingkungan sosial kapitalisme yang dijalankan berdasarkan ideologi rasionalisme dan materialisme. Pihak yang menganggap akuntansi sebagai ideologi, menganggap akuntansi adalah alat untuk melegitimasi keadaan dan struktural sosial, ekonomi, dan politik kapitalis, sehingga akuntansi konvensional sudah merupakan bagian khusus dari kehidupan sosial kapitalis khususnya memberikan jasa informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi. Sejak awal akuntansi sudah merupakan instrumen kelas
“borjuis” dalam mendapatkan sumber-sumber ekonomi yang didapatkan melalui
Sukoharsono (2010) menyatakan akuntansi dapat dipandang sebagai fenomena ideologis yaitu sebagai sarana untuk mendukung dan melegitimasi tatanan sosial, ekonomi dan politik saat ini. Dari pernyataan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi mempunyai sifat yang ideologis, artinya akuntansi mempunyai cara pandang terhadap lingkungan maupun peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pandangan bahwa ideologi berhubungan erat dengan kehidupan sosial sehari-hari juga dikemukakan oleh Altusser dalam Roslender (1992) . Sedangkan Lee (1990) dalam Sukoharsono (2010) mengatakan bahwa profesi sebagai produk dari suatu ideologi yang mandiri bisa dipraktekkan di masyarakat, demikian pula dengan profesi akuntan publik dapat memberikan kontribusi dan pelayanan pada masyarakat.
Ideologi melahirkan loyalitas, spirit untuk menjadi senang berkehidupan. Berpikir tentang eksistensi Tuhan. Selain itu ideologi yang bersifat relation yang berdampak pada pengajaran, tidak hanya hubungannya dengan vertikal namun juga secara horizontal dengan sesama. Akuntansi, walaupun terkesan agak jauh, namun memiliki konsep ideologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya bagaimana seseorang dalam kesehariannya dapat menerapkan konsep-konsep akuntansi seperti melakukan pencatatan dalam kegiatan ekonomi yang dilakukannya, kemudian memiliki tanggung jawab, amanah dan jujur.
Sukoharsono (1998) mengatakan akuntansi tidak hanya dianggap sekedar sebagai peralatan teknis, melainkan sebagai kekuatan dan aktivitas mendasar dalam kehidupan sosial dan politik, oleh karena itu akuntansi merupakan hasil dari interaksi antara lingkungan sosial. Hal ini tentunya dapat diartikan bahwa akuntansi itu tidak bisa dipisahkan dari interaksi dengan lingkungan, jadi proses akuntansi akan mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya akuntansi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Ada alasan kuat untuk meyakini bahwa akuntansi akan menjadi salah satu komponen utama penyusun tatanan masyarakat. Pemikiran di atas memberikan warna bagi perkembangan ilmu akuntansi di masa mendatang. Dengan berprinsip bahwa hidup ini bukan semata pertimbangan materil namun juga spiritual sehingga akuntansi nantinya akan memberikan bentuk nyata dalam tatanan sosial kehidupan manusia. Nilai-nilai karateristik kualitatif dari laporan keuangan (understandibility, relevance, reliability, comparability) sebagai produk utama akuntansi dapat dipahami, dirasakan, dinikmati, dan berbuah menjadi konsep hidup bagi manusia.
Islam, antara Agama dan Ideologi
“…dan Kami turunkan Kitab kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri” (Surat An-Nahl:89).
Menurut Musa (2011) menyatakan Islam merupakan aqidah aqliyah (yang sampai melalui proses berfikir) yang melahirkan peraturan hidup secara menyeluruh. Peraturan yang lahir dari aqidah berfungsi untuk memecahkan dan mengatasi berbagai persoalan hidup manusia. Peraturan ini menjelaskan bagaimana cara pelaksanaannya, bagaimana pemeliharaan aqidah serta tatacara mengembannya (mendakwahkannya). Islam sebagai ideologi dapat tumbuh lestari di benak manusia. Inilah hakikat sebuah ideologi yang benar karena bersumber dari Al Khaliq. Sebagai sebuah prinsip ideologi yang berasal dari Sang Pencipta manusia, Islam memiliki pola operasional (metodologi) yang menjadi kebutuhan dasar bagi ideologi itu sendiri agar dapat terwujud menjadi sebuah realita. Islam sebagai sebuah asas kehidupan menjadi kaidah berfikir sekaligus kepemimpinan berfikir, dan pada saat inilah Islam akan mampu menjadi arah pemikiran manusia dan pandangan hidupnya.
Islam sebagai ideologi dan way in life diharapkan dapat memberikan semangat dan dorongan yang kuat untuk mengarahkan kemana arah kehidupan (sesuai dengan sistem hukum Ilahi). Dengan semangat dan ideologi Islam, diharapkan bisa mendorong akuntansi non konvensional yang berpihak kepada stakeholder bukan lagi berpihak kepada pemilik modal, seperti akuntansi sosial, akuntansi lingkungan, dan akuntansi Islam. Sebagai contoh: ideologi, prinsip-prinsip, dan etika Islam telah digunakan sebagai dasar akuntansi syari’ah.
Ideologi Islam Yang Terkait Dengan Akuntansi
Quran menurut bahasa adalah “bacaan”. Alquran adalah Kalam Allah SWT, yang merupakan mukzizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Bukti kemukjizatannya antara lain: kata hari disebutkan sebanyak 365 kali, kata bulan sebanyak 12 kali, dan diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 22 hari (Shihab, 1996 dalam Harahap, 2002). Bagi umat Islam, Alquran berfungsi sebagai pedoman dan rambu-rambu kehidupan baik di dunia maupun akhirat.
Surat Al Alaq adalah surat pertama yang diturunkan Allah SWT yang pada ayat 4 berbunyi “ yang mengajar manusia dengan pena (tulis baca)”. Ayat ini menunjukkan modal awal dari eksistensi adanya sistem akuntansi (Harahap, 2002). Islam merupakan suatu ideologi dan sistem kehidupan yang terpadu dari sistem hukum Ilahi. Ada beberapa konsep ideologi Islam yang diadopsi akuntansi adalah:
a. Konsep Pencatatan.
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan menginterprestasian hasil proses tersebut (AICPA). Perintah untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi yang berbasis keuangan telah tertuang di dalam Alquran sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….”(Surat Al Baqarah ayat 282).
merupakan bukti bahwa peradaban Islam telah mengenal sistem pencatatan aktivitas bermu’amalah dengan menggunakan basis accrual. Perintah untuk melakukan pencatatan, memiliki tujuan: (1) menjadi bukti telah terjadi transaksi; dan (2) menjaga agar tidak terjadi manipulasi atau penipuan baik dalam transaski maupun hasil (laba) dari transaksi (Harahap, 2002).
Di awal peradaban Islam telah dikenal prinsip Mudharabah adalah kerjasama antara dua pihak, satu pihak sebagai pemiliki modal yang mempercayakan modalnya (barang dagangan) kepada seseorang selaku pihak/agen marketing. Sebagai contoh, pada masa mudanya Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi pihak/agen marketing untuk menjualkan barang dagangan ke negeri Syam (Damaskus) dari seorang pemilik modal yang bernama Khatijah. Setelah pulang dari berdagang maka pihak marketer akan mempertanggungjelaskan semua hasil penjualan kepada pemilik modal dan pembagian keuntungan hasil penjualan. Dari contoh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peradaban Islam telah mengenal akuntansi (pencatatan bisnis). Contoh yang lain adalah peradapan Islam telah mengenal
“Baitul Maal” yang merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai “bendahara
negara” serta menjamin kesejahteraan sosial. Pada waktu masyarakat muslim telah memiliki jenis akuntansi yang disebut “Kitabat Anwal” (pencatatan uang) (Harahap, 2002).
Jika memahami Alquran ternyata Allah adalah Maha Akuntan (Harahap, 2002). Di dalam pengelolaan sistem jagad dan manajemen alam dibutuhkan fungsi akuntansi. Allah tidak membiarkan manusia bebas tanpa monotoring dan objek pencatatan. Allah memiliki akuntan malaikat (Rakib dan Atib) yang selalu menjurnal semua aktivitas/transaksi kehidupan yang dilakukan manusia, yang menghasilkan buku/neraca sebagaimana telah tercantum di dalam Alquran:
(yaitu) ketika kedua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri(Surat Qaf: 17)
Hasil pencatatan kedua malaikat berbentuk laporan amalan baik disebut “sijjin” dan laporan amalan buruk disebut “illyin” yang nantinya akan dilaporkan kepada Allah (prinsipal) di akhirat.
b. Konsep penyajian jujur dan adil
Karakteristik kualitatif laporan keuangan yang termuat dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 33:
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang harusnya disajikan atau yanng secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
Aktivitas bermu’amalah mengharuskan pencatatan untuk tujuan keadilan dan kebenaran, sebagaimana diperintah dalam Alquran sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu (surat An-nisa: 29).
Ayat di atas memerintah manusia, di dalam bermu’amalah agar tidak melakukan manipulasi atau penipuan dalam setiap transaksi (Harahap, 2002). Istilah jalan peniagaan
yang berlaku suka sama suka dalam surat An-nisa: 29, di bidang akuntansi dapat
diterjemahkan sebagai prinsip akuntansi berterima umum. Oleh sebab itu, manajemen dibantu akuntan diharapkan dalam mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi berlandaskan akuntansi berterima umum yang tidak boleh meninggalkan nilai kebenaran dan kejujuran.
Anggadini menyatakan keadilan mengandung dua pengertian: (1) keadilan berkaitan dengan kejujuran, tanpa kejujuran informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan merugikan masyarakat. (2) kata adil bersifat lebih fundamental dan tetap berpijak dalam nilai-nilai etika dan moral. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 34 menyatakan penyajian informasi keuangan tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan dalam mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran atau teknik penyajian yang sulit dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.
c. Konsep efisiensi
Islam menganjurkan bahkan mewajibkan efisiensi. Tuhan telah menggariskan bahwa pemborosan merupakan pekerjaan syaitan. Perintah untuk melaksanakan efisiensi telah tercantum dalam Alquran sebagai berikut:
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Surat Al-Isra: 26-27)
Ayat tersebut telah memerintahkan kepada umat manusia untuk berbuat efisien atas semua hal. Dalam lingkup akuntansi, setiap pengeluaran kas (belanja) harus mempertimbangkan prinsip efisiensi. Saat ini akuntansi telah memperkenalkan beberapa metode untuk efisiensi seperti: Just In Time (JIT), Economic Value Added (EVA), Activity
Based Costing (ABC), dan sebagainya. JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang
memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.
Islam juga menganjurkan untuk melakukan investasi terutama hasil efisiensi (penghematan) daripada pemborosan biaya untuk menghindari kemubadiran, sebagaimana diperintahkan dalam Alquran sebagai berikut:
d. Konsep akuntabilitas.
Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 12 menyatakan laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Bagi manajemen laporan keuangan berperan sebagai alat pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau dipertanggungjawaban manajemen bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomi, di dalam melakukan akuntabilitas, manajemen membutuhkan alat bantu yang berupa sistem akuntansi yang handal.
Harahap dalam Nursiam dan Riyardi (2003) menyatakan akuntansi bukan sekedar sistem informasi kondisi bisnis namum adalah sarana manajemen mempertanggungjelaskan pengelolaan atas harta kekayaan perusahaan yang diamanahkan kepadanya. Nursiam dan Riyardi (2003) menyatakan akuntansi memerlukan way of life dan ideologi baru yang memberi semangat dan dorongan kuat untuk mengarahkan akuntansi pada akuntabilitas. Way
of life dalam pendekatan konvensional adalah menghamba kepada pemilik modal. Harahap
(2002) ideologi Islam mewajibkan agar dalam berbisnis, pihak-pihak terlibat berlaku jujur, tidak mengambil hak orang lain dan menjaga amanah. Untuk itu maka perlu laporan
Pada saat manajemen mempertanggungjawaban semua aktivitasnya kepada prinsipal maka dibutuhkanlah alat bukti yang berbentuk laporan keuangan. Laporan keuangan adalah ringkasan semua bukti transaksi. Konsep diperlukannya bukti dalam menjalankan akuntabilitas atas semua tindakan yang dilakukan oleh manusia, telah tertuang di dalam Alquran sebagai berikut:
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap yang dahulu mereka kerjakan (Surat Yasin:65).
Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan (semuanya) (Surat Fussilat:19)
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan (Surat Fussilat:19)
Laporan keuangan sebagai alat bagi manajemen dalam mempertanggungjawaban semua aktivitasnya, perlu diuji kebenarannya, karena manajemen dianggap berpeluang atau memiliki moral hazard untuk berperilaku tidak adil dan tidak objektif (memanipulasi) dalam melaporkan hasil prestasinya. Oleh karena itu diperlukan pihak penyaksi independen untuk
me-assurance seberapa jauh laporan keuangan yang disusun manajemen sesuai dengan
pedoman yang diberikan kepada auditor independen sebagai pelaku “attest function”sebagai berikut:
Wahai orang-orang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yanng terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Teliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan (Surat An-nisa:135)
Ayat di atas menunjukkan seorang akuntan (auditor) harus berbuat independen dan objektif.
1. Membumikan Ideologi Islam Dalam Praktik Akuntansi.
Dari ulasan tentang ideologi dan peradaban islam terhadap akuntansi maka ada beberapa hal catatan yang perlu ditindaklanjuti agar akuntansi menjadi lebih berkembang, yaitu:
a. Eksistensi Akuntansi Islam.
Eksistensi akuntansi telah lahir sejak peradaban Islam, tidak perlu diragukan. Vernon Kam dalam Harahap (2002) menyatakan:
menurut sejarahnya, sistem akuntansi pembukuan double entry muncul di Italia pada abad ke-13. Bukti tersebut merupakan catatan mengenai sistem akuntansi yang paling tua, namum mungkin ada bukti lain tentang sistem akuntansi double entry yang sudah ada sebelum abad ke-13.
Berdasarkan perintah Allah SWT yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….”(Surat Al Baqarah ayat 282).
Atas dasar Kalam tersebut, dapat dipercaya bahwa transaksi bisnis/perdagangan pada era peradaban Islam telah mengenal pencatatan bisnis. Bahkan dalam aktivitas bisnis telah dikenal prinsip Mudharabah yaitu pemiliki modal mempercayakan modalnya (barang dagangan) kepada seseorang selaku pihak/agen marketing. Sebagai bukti Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi pihak/agen marketer untuk menjualkan barang dagangan ke negeri Syam (Damaskus) dari seorang pemilik modal yang bernama Khatijah dan pihak marketer
akuntansi telah dikenal sejak peradaban Islam terutama pada saat membahas mata kuliah pengantar akuntansi.
b. Menerapkan Ideologi Islam Dalam Praktik Akuntansi.
Sukoharsono (1998) mengatakan akuntansi tidak hanya dianggap sekedar sebagai peralatan teknis, melainkan sebagai kekuatan dan aktivitas mendasar dalam kehidupan sosial dan politik. Akuntansi merupakan hasil dari interaksi antara lingkungan sosial. Hal ini tentunya dapat diartikan bahwa akuntansi itu tidak bisa dipisahkan dari interaksi dengan lingkungan. Akuntansi akan mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya akuntansi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Akuntansi dipandang sebagai sesuatu yang dikembangkan dan disebarluaskan lebih lanjut karena dianggap memberikan kontribusi yang besar bagi kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Keluarga adalah bentuk komunitas yang paling kecil. Oleh sebab itu, penerapan praktik akuntansi akan sangat bermakna jika dimulai dari lingkungan keluarga.
Nilai-nilai akuntansi yang bisa dipraktikkan di lingkungan kelurga adalah
understandibility, relevance, reliability, comparability (yang merupakan karateristik kualitatif
dari laporan keuangan). Sebagai contoh: seorang ibu mengajarkan kepada anaknya pada saat seorang anak minta uang untuk membeli sesuatu. Setelah anak pulang dari membeli maka seorang ibu seharusnya menanyakan: apa barang yang dibeli, berapa harganya, berapa jumlahnya, berapa sisa uangnya (uang kembalian), dan apakah saat membeli barang yang terbaik, serta apakah pada saat membeli melakukan penawaran harga. Contoh di atas merupakan wujud dari akuntansi pertanggungjawaban dan mengajarkan nilai-nilai spiritual (prinsip kejujuran) serta menerapkan prinsip efisiensi.
Jika kita dapat menerapkan nilai-nilai positif dari akuntansi dalam keseharian maka nantinya kita dapat menularkannya kepada orang lain, dan akhirnya setiap masyarakat memiliki kesadaran untuk melakukan hal yang sama. Jika ini terjadi, setiap insan nantinya akan memilki sifat tanggung jawab yang besar tidak hanya kepada dirinya tetapi juga kepada masyarakat, negara serta Tuhannya. Bila demikian, maka jelaslah bahwa akuntansi dapat menjadi ideologi yang dapat membawa masyarakat itu menjadi lebih baik, serta membawa perubahan berarti dalam kehidupan.
c. Merekonstruksi Kode Etik Akuntan Berlandaskan Ideologi Islam.
Beberapa tahun terakhir ini, integritas auditor dipertanyakan. Seorang auditor yang dipercaya untuk memberikan opini atas laporan keuangan yang dipublikasikan kepada
stakeholder ternyata memberikan opini yang berbeda dengan kenyataan yang terjadi di
perusahaan. Seorang akuntan berani mempertaruhkan nama baik dan jabatannya demi imbalan yang bisa jadi tidak seimbang dengan nama baiknya sendiri. Para akuntan korporasi sangat ahli dalam bermain letter of the law, tetapi sama sekali meniadakan spirit of the law
Berbagai kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya (Ludigdo, 1999). Kode etik adalah suatu dokumen formal tertulis yang terdiri dari standar moral untuk membantu mengarahkan perilaku suatu profesi tertentu. Mulyadi (2002) menyatakan terdapat delapan prinsip etika di dalam kode etik akuntan Indonesia, yaitu:
1. Tanggung jawab profesi, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik, setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas, yaitu kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
4. Obyektivitas, yaitu bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional, yaitu anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya yang diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.
6. Kerahasiaan, yaitu dalam melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional, yaitu setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis, yaitu setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Etika di dalam agama islam bersumber pada Alquran dan Sunnah Rasul-Nya, sebagaimana tertuang hadist yang berbunyi:
Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka). Tidaklah kamu akan tersesat selama kamu masih berpegang kepada keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulnya.
Selain Alquran dan hadist, umat islam diharapkan mencontoh sifat kepemimpinan Rasullah yang telah terpercaya oleh banyak orang sehingga Nabi Muhammad SAW mendapat gelar Al-amin. Adapun sifat kepemimpinan Rasullah sebagai berikut (Harahap, 2011):
1. Siddiq adalah selalu menyatakan yang benar, jujur, atau memiliki integritas pribadi yang tinggi.
2. Istiqamah adalah memiliki sikap yang konsisten terhadap kebenaran yang berasal dari Allah SWT, tanpa dapat digoyang oleh berbagai godaan atau paham lainnya yang berbeda dari islam.
3. Fathonah adalah sifat profesional yang mengutamakan keahlian, kecerdasan kebijaksanaan, kompetensi dalam melaksanakan semua tugas yang dibebankan padanya.
4. Amanah adalah sifat dipercaya, bertanggungjawab dan selalu dapat menyelesaikan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya secara memuaskan, bahkan melebihi panggilan tugas yang diberikan tanpa memikirkan imbalan material.
5. Tabligh adalah kemampuan untuk dapat menyampaikan, berkomunikasi secara benar, menyampaikan kebenaran, serta mampu mendidik dan mengarahkan orang mematuhi peraturan dan syariat Allah dan Rasul-Nya.
sudah ada sebaiknya dikaji ulang (direvisi) dengan meletakkan agama (islam) sebagai pondasi. Jika anggota profesi bekerja berlandaskan islam maka diharapkan pelanggaran kode etik bisa ditekan.
KESIMPULAN
Kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan akuntansi. Akuntansi berkaitan erat dengan norma ekonomi dan sosial suatu masyarakat. Perkembangan teknologi dan industri telah memberikan andil bagi bentuk organisasi dan memberikan iklim yang baik bagi pertumbuhan kapitalis. Dalam beberapa periode yang lalu, telah banyak pelanggaran kode etik yang dilakukan profesi akuntan, yang mengakibatkan banyak perusahaan besar yang go
public mengalami kebangkrutan. Kondisi ini disebabkan telah terjadi pergeseran pola hidup
akuntan yang bersifat hedonisme yang mengakibatkan akuntan berani menjual harga dirinya kepada kesenangan sesaat.
Akuntansi konvensional sudah merupakan bagian khusus dari kehidupan sosial kapitalis khususnya memberikan jasa informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi. Akuntansi sudah merupakan instrumen kelas “borjuis” dalam mendapatkan sumber-sumber ekonomi yang didapatkan melalui model-model atau pelembagaan ekonomi pasar, ekonomi spekulasi, atau ekonomi derivatif. Kerapuhan kepercayaan akuntan disebabkan telah terkikisnya ideologi yang dianut. Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.
Islam sebagai ideologi dan way in life diharapkan dapat memberikan semangat dan dorongan yang kuat untuk mengarahkan arah kehidupan (sesuai dengan sistem hukum Ilahi). Ada beberapa konsep ideologi Islam yang diadopsi akuntansi adalah:
a. Konsep pencatatan atas aktivitas bermu’amalah sebagaimana tertuang di dalam Alquran sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….”(Surat Al Baqarah ayat 282).
b. Konsep penyajian yang jujur dan adil. c. Konsep efisiensi.
d. Konsep akuntabilitas.
Berdasarkan ideologi islam maka dibutuhkan tindakan dari para akuntan agar ideologi tersebut bisa membumi agar tidak mudah terkikis dengan berjalannya waktu. Adapun tindakan yang dilakukan adalah: (a) memperkenalkan kepada calon akuntan bahwa akuntansi telah ada sejak peradaban islam; (b) mempraktikan budaya islam ke dalam kehidupan keseharian; dan (c) merekonstruksi kode etik akuntan berlandaskan ideologi islam.
REFERENSI
Anggadini, Sri Dewi. Perlunya Akuntansi Syariah Di Lembaga Bisnis (Keuangan) Syariah.
Majalah Ilmiah Unikom. Vo. 8. No. 2: 133-141.
Alquran dan Terjemahnya. 2004. Penerbit Mekar Surabaya.
Fatmawatie, Naning. 2005. Nilai Pertanggungjawaban Berdasarkan Akuntansi Syari’ah.
Empirisma. Vol. 14 No. 2: 228-237.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Beberapa Dimensi Akuntansi: Menurut Alqur’an. Ilahiyah, Sejarah
Islam, dan Kini. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi. Vol. 2. No. 2 Agustus 2002: 57-101.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Penerbit Salemba Empat. Heryadi, Ammar Fauzi . 2009. Ideologi Islam, Abadi, dan Dinamis. www.al-shia.org. (diakses 3
Oktober 2011).
Ludigdo, U. dan M. Machfoedz. 1999. Persepsi Akuntan dan Mahasiswa Terhadap Etika Bisnis.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1. No. 2:1-19.
Mulyadi. 2002. Auditing, Penerbit Salemba Empat.
Musa, Lathifah. Islam Ideologi, www.angelfire.com, (diakses 5 Oktober 2011)
Revanz, Rachmad. 2011. Pengertian Ideologi dan Makna Ideologi Bagi Suatu Bangsa.
http://rachmadrevanz.com/2011/.html
Sukoharsono, E. Ganis. 1998. Accounting in a ‘New History: A Disciplinary Power and
Knowledge of Accounting. International Journal of Accounting and Business Society. Vol 6 No 2.
Sukoharsono, E. Ganis. 2010. Akuntansi dan Ideologi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Eksis). Vol. 3. No. 3.
Suwarjuwono, T dan Anantawikrama, T.A. 2005. Pendidikan Akuntansi Dan Perempuan: Dari Ideologi Patriarki ke Praktik Pemujaan Tubuh. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia.
Vol. 9. No. 2: 77-94.
Akuntansi Sebagai Profesi dan Peran Akuntansi
Akuntansi sebagai Profesi dan Peran Akuntansi
Profesi akuntansi merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa atestasi maupun non atestasi kepada masyarakat dengan dibatasi kode etik yang ada. Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.
Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.
Beberapa jenis profesi Akuntan adalah sebagai berikut: 1. Akuntan Publik
Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi akuntansi yang menyediakan jasa audit yang bersifat independen. Yaitu memberikan jasa untuk memeriksa, menganalisis, kemudian memberikan pendapat / asersi atas laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
2. Akuntan Manajemen
Akuntan manajemen merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau bekerja di perusahaan-perusahaan. Akuntan manajemen bertugas untuk membuat laporan keuangan di perusahaan
3. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau bekerja di lembaga-lembaga pendidikan, seperti pada sebuh Universitas, atau lembaga pendidikan lainnya. Akuntan manajemen bertugas memberikan pengajaran tentang akuntansi pada pihak – pihak yang membutuhkan.
4. Akuntan Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan diluar pekerjaan utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan sistem informasi dalam sebuah perusahaan.Seorang Konsultan SIA/SIM dituntut harus mampu menguasai sistem teknologi komputerisasi disamping menguasai ilmu akuntansi yang menjadi makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang disediakan oleh Konsultan SIA/SIM hanya pihak-pihak tertentu saja yang menggunakan jasanya ini.
6. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak akuntan yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan Pembagian (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BAPEKA), dan instansi pajak.
Ekspektasi Publik
Ekspektasi publik adalah tanggapan yang di kemukaan oleh masyarakat tentang etika yag berlaku di masyarakat luas. Ada banyak tanggapan yang beredar di luar sana ada yang positif dan ada juga yang negatif tergantung seseorang yang berpendapat. Karena sebuah ekspektasi adalah bebas sifatanya tetapi tidak mengurangi etika yang berlaku agar ada batasannya sehingga tidak terlalu jauh melenceng dari topik bahasannya.
Masyarakat pada umumnya mengatakan akuntan sebagai orang yang profesional khususnya di dalam bidang akuntansi. Karena mereka mempunyai suatu kepandaian yang lebih di dalam bidang tersebut dibandingkan dengan orang awam sehingga masyarakat berharap bahwa para akuntan dapat mematuhi standar dan sekaligus tata nilai yang berlaku di lingkungan profesi akuntan, sehingga masyarakat dapat mengandalkan kepercayaannya terhadap pekerjaan yang diberikan. Dalam hal ini, seorang akuntan di pekerjakan oleh sebuah organisasi atau Kantor Akuntan Publik (KAP), tidak akan ada undang-undang atau kontrak tanggung jawab terhadap pemilik perusahaan atau publik.Walaupun demikian, sebagaimana tanggung jawabnya pada atasan, akuntan profesional publik mengekspektasikannya untuk mempertahankan nilai-nilai kejujuran, integritas, objektivitas, serta pentingnya akan hak dan kewajiban dalam perusahaan.
Nilai itu pada hakikatnya adalah sesuatu yang diinginkan (positif) atau sesuatu yang tidak diinginkan (negatif). Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan dalam hal nilai tersebut bersifat positif, dalam arti menguntungkan atau menyenangkan dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya yang berkaitan dengan nilai tersebut. Sebaliknya nilai merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dalam hal nilai tersebut bersifat negatif, dalam arti merugikan atau menyulitkan pihak yang memperolehnya untuk memenuhi kepentingannya, sehingga dengan sendirinya nilai tersebut dijauhi. Jadi bagaimana nilai etika dapat dihayati.
Berikut ini adalah nilai-nilai etika yang harus dimiliki oleh seorang akuntan:
1.Integritas, setiap tindakan dan kata-kata pelaku profesi menunjukan sikap transparansi, kejujuran dan konsisten.
2.Kerjasama, mempunyai kemampuan untuk bekerja sendiri maupun dalam tim
3.Inovasi, pelaku profesi mampu memberi nilai tambah pada pelanggan dan proses kerja dengan metode baru.
4.Simplisitas, pelaku profesi mampu memberikan solusi pada setiap masalah yang timbul, dan masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana.
Teknik akuntansi adalah aturan-aturan khusus yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntan yang menerangkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi tersebut.
Perilaku Etika dalam Pemberian Jasa Akuntan publik
Setiap akuntan publik sebagai bagian anggota Institut Akuntan Publik Indonesia maupun staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus menerapkan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik atau sekarang disebut sebagai Kode Etik Profesi Akuntan Publik dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemberi jasa. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.