• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL BAHASA ALAY di KALANGAN REMAJA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ARTIKEL BAHASA ALAY di KALANGAN REMAJA (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

BAHASA ALAY di KALANGAN REMAJA

Oleh:

Ani Fatimah (G1H014035)

PROGRAM STUDI ILU GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

(2)

BAHASA ALAY di KALANGAN REMAJA

Oleh: Ani Fatimah

ABSTRAK

Perkembangan bahasa alay di kalangan remaja mulai menggeser keberadaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa alay yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Berbahasa baik yang ditempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Ragam berbahasa seperti ini memungkinkan munculnya gejala bahasa baik interferensi, integrasi, campur kode, alih kode maupun bahasa gaul. Bahasa alay merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan.

(3)

PENDAHULUAN

Bahasa alay sangat berbeda dari bahasa biasanya, awal mula kemunculan bahasa rumit ini tak lepas dari perkembangan SMS atau layanan pesan singkat. Namanya pesan singkat, maka menulisnya jadi serba singkat, agar pesan yang panjang bisa terkirim hanya dengan sekali SMS. Selain itu juga agar tidak terlalu lama mengetik dengan tombol handphone yang terbatas. Awalnya memang hanya serba menyingkat. Kemudian huruf-huruf mulai diganti dengan angka, atau diganti dengan huruf lain yang jika dibaca kurang lebih menghasilkan bunyi yang mirip. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi masalah bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang yang mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khayalak media massa atau dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis.

(4)

PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi dan budaya asing saat ini sangat berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari. Terutama dalam kehidupan serta pergaulan remaja. Dengan semakin majunya teknologi dan ditambah dengan pengaruh budaya asing tersebut, maka akan mengubah sikap, perilaku serta kebiasaan mereka. Hal tersebut tidak hanya mengubah gaya hidup, seperti cara berpakaian, tetapi juga dapat mengubah cara seseorang (remaja) dalam berinteraksi serta berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa.

Seiring perkembangan zaman, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar pada masyarakat terutama pada kalangan remaja secara perlahan mulai tidak nampak. Hal itu terjadi karena munculnya modifikasi bahasa, yang sering disebut dengan ‘bahasa alay’. Bahasa alay mulai muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya penggunaan jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan lain sebagainya. Bahkan bukan hanya dalam dunia maya (seperti facebook dan twitter), bahasa alay juga banyak ditemukan di televisi, radio, majalah, bahkan koran. Terutama pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan remaja, misalnya acara-acara ditelevisi yang menjadi totonan utama dan memang ditujukan kepada para remaja. Hal tersebut membuat penyebaran bahasa alay di kalangan remaja menjadi semakin pesat.

Remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social yang berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. Remaja terbagi manjadi tiga tahapan yang masing-masing di tandai dengan perubahan biologis, psikologis dan social yang berbeda-beda yaitu: 11-13 tahun sebagai masa remaja awal (Early adolescence), 14-16 tahun sebagai masa remaja pertengahan (Mild-late adolescence) dan 17-20 tahun sebagai masa remaja dewasa (Youth Young adolescence) Soetjiningsih dalam Anonim (2011).

(5)

Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa baru ini merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak”. Hal itulah yang mendorong remaja untuk menggunakan bahasa alay. Mereka menganggap bahwa bahasa alay itu sangat menarik. Pada awalnya mungkin mereka hanya mendengar bahasa alay dari orang lain dan tidak mengerti apa maksud dari bahasa alay yang orang lain katakan tersebut, namun karena mereka merasa bahasa alay tersebut sangat menarik, maka mereka berusaha untuk mencari tahu dan mempelajarinya. Setelah itu mereka akan merealisasikan bahasa alay tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Remaja tidak ingin selalu terpaku dalam bahasa baku, yang harus digunakan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang dianjurkan. Seperti yang diketahui bahwa remaja tidak begitu suka dengan adanya aturan-aturan. Itulah sebabnya mengapa mereka lebih banyak memilih menggunakan bahasa alay daripada bahasa Indonesia. Beberapa dari mereka beranggapan bahwa bahasa alay adalah bahasa gaul, sehingga seseorang yang tidak menggunakannya akan dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Pernyataan tersebut, membuat remaja semakin tertantang dan berlomba-lomba untuk mencari tahu bahkan menciptakan sendiri bahasa-bahasa yang menurut mereka pantas untuk disebut sebagai bahasa alay dan dapat digunakan oleh remaja-remaja lainnya.

(6)

tinggi bahasa Indonesia. Seperti dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi, “Kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Menurut Keraf dalam Hidayatullah (2009), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, kita tidak akan bisa hidup dengan orang lain. Karena kita berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa. Sebagai masyarakat Indonesia, tentunya kita memiliki bahasa negara yaitu bahasa Indonesia. Seperti tercantum pada Undang-Undang kita yang berbunyi “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia”. Oleh karenanya, sebagai warga negara yang patuh terhadap bangsa haruslah kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik disini bisa diartikan dengan menggunakan ragam bahasa yang tepat dan serasi sesuai dengan sasaran dan jenis pemakaiannya. Sedangkan benar disini dapat diartikan dengan menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah yang berlaku. Jadi maksud dari penggunaan bahasa dengan baik dan benar adalah penggunaan ragam bahasa yang tepat sesuai dengan sasarannya dan juga sesuai dengan kaidah yang berlaku dimasyarakat.

Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar menurut Alwi dkk dalam Hanum (2012)

(7)

menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan. Seseorang yang

dikategorikan alay umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup. Dalam gaya bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada kesenangan

remaja menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan simbol, atau menyingkat secara berlebihan. Dalam gaya bicara, mereka berbicara dengan intonasi dan gaya yang berlebihan.

Keberadaan bahasa alay bagi para remaja dijadikan sebagai alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini dianggap sebagai media berekspresi. Namun, tanpa disadari, lama kelamaan bahasa alay bisa mengancam eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan karena semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar. Munculnya bahasa alay merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa tidak baku biasanya digunakan dalam acara-acara yang kurang formal. Akan tetapi bahasa alay merupakan bahasa gaul yang tidak mengindahkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar .

(Hanum,2012) mengemukakan seiring dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa alay pada kalangan remaja, variasi atau karasteristiknya pun semakin beragam. Antara lain:

1. Pemakaian huruf kapital yang berantakan dalam satu kalimat, contohnya: “uDaH mAkaN bEluM?”

2. Penggunaan angka sebagai pengganti huruf, contohnya: “ud4h m4k4n 63lum?”

3. Penambahan atau pengurangan huruf-huruf dalam satu kalimat, contohnya: “dah mam yum?”

4. Menambahkan atau mengganti salah satu huruf dalam kalimat, contohnya: “udaeh maems beyumz?”

(8)

Masih banyak lagi variasi atau karasteristik penggunaan bahasa alay di kalangan remaja saat ini. Karasteristik tersebut juga tidak dapat diketahui dan dijelaskan secara pasti karena kata-kata dalam bahasa alay itu sendiri tidak mempunyai standar yang pasti, hanya disesuaikan oleh mood atau teknik penulisan si pembuat kalimat.

Menurut (Sofiah, 2012) penggunaan bahasa Alay memiliki dampak yang positif dan negatif. Dampak positifnya adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa alay, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat. Sedangkan dampak negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia antara lain:

1. Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.

2. Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).

3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

4. Dulu anak – anak kecil bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi sekarang anak kecil lebih menggunakan bahasa gaul. Misalnya dulu kita memanggil orang tua dengan sebutan Ayah atau Ibu, tapi sekarang anak kecil memanggil Ayah atau Ibu dengan sebutan Bokap atau Nyokap.

5. Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan bahasa indonesia yang baik dan, hanya huruf awal saja yang diberi huruf kapital, dan tidak ada penggantian huruf menjadi angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.

(9)

PENUTUP

Tata bahasa Indonesia saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat Indonesia sudah tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, terutama pada kalangan remaja. Hal tersebut terjadi karena adanya budaya asing dan berbagai variasi bahasa yang mereka anggap sebagai kreatifitas. Mereka lebih memilih menggunakan bahasa baru tersebut daripada bahasa

Indonesia, karena mereka takut dikatakan sebagai remaja yang kampungan dan ketinggalan jaman. Bahasa baru itu mereka sebut dengan “bahasa Alay”.

Bahasa alay secara langsung maupun tidak telah mengubah masyarakat Indonesia khususnya remaja untuk tidak mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sebaiknya bahasa alay dipergunakan pada situasi yang tidak formal seperti ketika kita sedang berbicara dengan teman, atau pada komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa alay tersebut. Kita boleh menggunakannya, tapi jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia. Namun, dengan demikian keberadaan bahasa Indonesia bisa teruji dengan hal-hal yang baru sehingga bisa lebih menguatkan bahasa Indonesia itu sendiri.

Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. “Pengertian Remaja”. kesmas-unsoed.com. 09 Juli. Di akses 28 Desember 2014.

Hanum, Luluk Lutfia. 2012. “BAHASA ALAY DAN REMAJA”. hanuem.blogspot.com. 26 April. Di akses 28 Desember 2014. Hidayatullah, Syarif. 2009. “APA BAHASA ITU? Sepuluh Pengertian Bahasa

Menurut Para Ahli”. wismasastra.wordpress.com. 25 Mei. Di akses 28 Desember 2014.

Pariawan, I Wayan. 2008. “PERKEMBANGAN BAHASA REMAJA”.

suluhpendidikan.blogspot.com. 05 Desember. Di akses 28 Desember 2014.

Sofiah, Indah. 2012. “BAHASA INDONESIA VS BAHASA ALAY”.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan ini menjelaskan mengenai pelayanan yang diterapkan oleh Bengkel Usaha Maju Jaya berdasarkan dari dimensi kualitas pelayanan seperti bukti fisik (tangibles),

[r]

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Bahan Hewan/Ternak dan Tumbuhan Jenis Ukuran Jumlah

2) Toys give long retention to the students, because they have experience in learning new words with context. So they will memorize for the long time.. For

Optimasi yang akan dilakukan adalah optimasi jenis dan komposisi fase gerak yang akan digunakan dalam sistem KLT- densitometri supaya dapat dihasilkan pemisahan yang baik

Sugiyono (2011:15), menyimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme , digunakan untuk

Industrial capitalism, yang dicatat oleh Marx mulai dari pertigaan akhir abad 18th, menandai perkembangan dari the factory system of manufacturing, dengan ciri utama complex