PENDAHULUAN
Perempuan kini tumbuh sebagai generasi yang terpapar oleh iklan dibandingkan generasi yang sebelumnya. Dalam artikel jurnal berjudul “Representasi Kecantikan dalam Iklan Kosmetik The Face Shop”
dijelaskan, kecantikan ideal yang mengacu pada negara-negara barat dan ras Kaukasia diidealkan melalui media massa serta produk kecantikan yang mendukungnya. Representasi kecantikan dalam iklan ini adalah kecantikan
fisik bentukan pasar, yang ideal di mata media dan masyarakat, yang bisa dimiliki perempuan bila memakai produk tertentu dan ideal menurut kata media (Vidyarini, 2007, h. 94).
Perusahaan yang waspada memandang masalah kemasyarakatan sebagai peluang. Hal ini juga dirasakan Anita Roddick, pendiri The Body Shop. Nilai-nilai inti dari perusahaan The Body Shop kemudian dituangkan dalam bentuk resmi, yakni berupa konsep ide atau gagasan yang mengarah pada kepedulian sosial lingkungan sebagai value (nilai) yang mereka PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KAMPANYE LINGKUNGAN DAN
KAMPANYE SOSIAL YANG DILAKUKAN THE BODY SHOP
(Studi Deskriptif Kualitatif pada Pengguna Produk The Body Shop di kota Malang)
Deskarina Mahardhika - 0911220069 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya
Komunikasi Bisnis
Abstrak - Penelitian ini membahas persepsi konsumen di kota Malang terhadap kampanye lingkungan dan kampanye sosial yang dilakukan The Body Shop. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan bagaimana persepsi konsumen terhadap kampanye lingkungan dan sosial yang dilakukan The Body Shop, meliputi persepsi konsumen terhadap tema kampanye, media kampanye, dan pesan kampanye, serta menggali faktor pembentuk persepsi konsumen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan in-depth interview dan teori utama persepsi. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yakni dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepi konsumen terhadap kampanye yang dilakukan the Body Shop adalah untuk mempertahankan citra perusahaan, menarik minat konsumen, dan bentuk kepedulian perusahaan terhadap permasalahan lingkungan dan sosial. Faktor pembentuk persepsi konsumen adalah perhatian, yang dibagi menjadi dua: determinan eksternal yang meliputi: penjelasan wiraniaga, kemasan produk, penjelasan pada display produk, dan sosial media. Faktor kedua determinan internal yang meliputi: kebutuhan konsumen, harapan dan motivasi konsumen. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para pelaku pemasar yang memakai tema sosial dan lingkungan dalam menjual produknya, agar dapat merancang pesan yang lebih mudah diterima oleh target konsumennya.
angkat, antara lain: Against Animal Testing, Community Fair Trade, Activate Self Esteem, Defend Human Right, dan Protect Out Planet.
The Body Shop mengerti bahwa bisnis bukan sekedar ilmu keuangan, dimana keuntungan adalah satu-satunya penentu, tapi juga terkait dengan upaya kontribusi dalam kegiatan lingkungan dan sosial, dengan memanfaatkan produk-produk sebagai sarana untuk perubahan sosial (Roddick, 2013, h.53).
Kegiatan kampanye The Body Shop
dengan cara menyisipkan pesan-pesan kampanye melalui produk yang mereka jual dan kegiatan terkait lainnya, menunjukan juga bahwa mereka menggunakan isu lingkungan dan sosial dalam mengenalkan dan menjual produk-produknya. Hal semacam itu dapat menarik atensi tersendiri bagi konsumen
terhadap produk-produk The Body Shop.
Selain itu akan terbentuk persepsi tersendiri di benak konsumen terhadap The Body Shop.
Dalam kajian ilmu komunikasi, proses persepsi berperan penting terhadap bagaimana seseorang mengintepretasikan atau mengartikan pesan yang ia terima. Persepsi seseorang merupakan proses bagaimana individu menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera mereka, persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran akan sebuah realita (Devito, 1997, h. 75). Realita bagi
seseorang semata-mata merupakan persepsi orang itu mengenai apa yang ada “di luar sana” – mengenai apa yang terjadi. Individu bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang objektif (Schiffman & Kanuk, 2008, h.136).
Penting bagi pemasar selaku komunikator untuk mengetahui persepsi konsumen, karena persepsi konsumen jauh lebih penting daripada pengetahuan mereka mengenai realitas yang objektif. Jika konsumen berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas yang berdampak pada tindakan mereka, kebiasaan membeli mereka, dan sebagainya (Schiffman & Kanuk, 2008, h. 136).
Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana persepsi pengguna produk Body Shop di kota malang, terhadap kampanye lingkungan dan sosial yang diangkat oleh The Body Shop kaitannya dengan kampanye yang menyertai produk ataupun cara kampanye lainnya.
KAJIAN TEORI
Persepsi pada dasarnya merupakan proses psikologis yang kompleks, melibatkan aspek fisiologis. Ada tiga proses psikologi yang penting dalam persepsi, antara lain: menyeleksi (memilih), mengorganisasikan, dan mengintepretasikan stimuli agar memiliki arti atau makna (Suryani, 2013, h. 78).
Teori persepsi sangat berkaitan dengan judul yang diangkat oleh peneliti, karena dengan mengetahui teori persepsi, maka peneliti juga dapat melihat bagaimana cara konsumen selaku komunikan dalam membangun presepsi terhadap kampanye lingkungan dan kampanye sosial yang dilakukan oleh The Body Shop selaku komunikator untuk menjual atau mengenalkan produknya.
Rakhmat (2009, h. 51) menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek. Hal ini juga berarti bahwa faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi bagaimana konsumen mempersepsi kegiatan pemasaran suatu produk, khususnya dalam penelitian ini produk kosmetik dengan mengusung tema atau isu lingkungan dan sosial yang sering disebut dengan Societal Marketing. Faktor-faktor tersebut antara lain: Perhatian yang meliputi faktor eksternal, merupakan faktor situasional dimana suatu stimuli akan lebih diperhatikan daripada stimuli-stimuli yang lain jika stimuli tersebut memiliki sifat-sifat yang menonjol, antara lain: Gerakan, Intensitas, kebaruan,
perulangan. Rakhmat (2009, h.52).
Faktor yang kedua adalah aktor internal disebut juga faktor personal. Perhatian seseorang terhadap stimuli selain dipengaruhi oleh keadaan lingkungan juga dipengaruhi oleh keadaan pada diri sendiri. Menurut Rakhmat (2008, h.53), faktor internal berarti perhatian atau atensi seseorang terhadap stimuli bersifat selektif (selective attention). Beberapa contoh faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang yang berasal dari individu itu sendiri: Faktor biologis yang berasal dari kebutuhan tubuh, Faktor sosiopsikologis
perhatian seseorang berbeda satu sama lainnya, Motif sosiogenis apa yang diperhatikan individu dipengaruhi oleh sikap, kebiasaan, dan kemauan individu tersebut.
Isu lingkungan telah merubah cara perusahaan untuk berkompetisi dalam
marketplace. Pertimbangan bahwa lingkungan menjadi wacana yang sesuai untuk mencapai tujuan ekonomis dari suatu perusahan telah mengarah pada suatu konsep pemasaran yang baru, yaitu disebut dengan green marketing
(Sumarwan, 2012, h. 215).
Tidak hanya pemasaran yang ‘hijau’, penggunaan tema sosial dan lingkungan oleh sebuah perusahaan profit dalam memasarkan suatu produknya juga biasa kita ketahui dengan istilah Societal marketing. Menurut Kotler & Armstrong (2001, h.413) Societal marketing merupakan prinsip pemasaran berkesadaran yang menyatakan bahwa perusahaan harus membuat keputusan pemasaran dengan mempertimbangkan keinginan konsumen, persyaratan perusahaan, dan kepentingan jangka panjang konsumen.
Selain strategi pemasaran yang ‘green’
dan konsep societal marketing, bagi perusahaan profit atau bisnis, sebuah kampanye dapat digunakan untuk mengembangkan usaha mereka, beberapa kampanye diantaranya adalah kampanye periklanan yang bertujuan untuk membujuk khalayak membeli produk yang mereka pasarkan, atau kampanye public relation yang dimaksudkan untuk membangun citra positif di mata publik (Venus, 2012, h.9).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif. Kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok (Sukmadinata 2006, h.72). Jenis dari riset penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta dan sifat populasi atau objek tertentu (Kriyantono 2010, h.67).
Penelitian ini berfokus pada persepsi konsumen terhadap kampanye lingkungan dan kampanye sosial yang dilakukan The Body Shop. Fokus ini akan dilihat dari:
1. Persepsi konsumen The Body Shop di kota Malang terhadap kampanye lingkungan dan sosial yang dilakukan The Body Shop. 2. Faktor-Faktor pembentuk persepsi
konsumen The Body Shop di kota Malang terhadap kampanye lingkungan dan sosial yang dilakukan The Body Shop.
informasi yang kita percayai. Pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek sesungguhnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut. (Mulyana, 2007: h.182).
Subjek penelitian dalam penelitian ini disebut dengan informan. Dalam memilih informan-informan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria: 1. Orang yang mengetahui paling tidak satu
tema kampanye sosial dan atau lingkungan yang pernah dilakukan The Body Shop. 2. Orang yang telah melakukan pembelian
berulang dan menggunakan sendiri produk dari The Body Shop tersebut.
3. Orang yang mempunyai kartu member LYB (Love Your Body) The Body Shop. 4. Orang yang hingga saat ini masih
menggunakan produk The Body Shop. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif yang akan dilakukan peneliti adalah in-depth interview, sekaligus sebegai sumber data primer, dan data sekundernya adalah informasi kampanye dari internet, website, dan berita.
Teknik analisis data mengunakan model analisis Miles dan Huberman yang menjelaskan bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi (Miles dan Huberman, 1992, h. 16).
Menurut Kriyantono (2010, h. 71),
Trustworthiness adalah cara menguji kebenaran dan kejujuran subjek dalam mengungkap realitas menurut apa yang dialami, dirasakan, atau dibayangkan.
Trusworthiness mencakup Authenticity, yaitu memperluas konstruksi personal yang diungkap. Peneliti memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail, sehingga mempermudah pemahaman yang lebih dalam.
Metode tringulasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah tringulasi metode. Menurut Kriyantono (2010, h. 72), Triangulasi metode yaitu suatu teknik tringulasi dengan mengunakan beberapa metode bersama-sama dalam penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari semua pernyataan informan, diketahui ada beragam persepsi terlihat terhadap perusahaan komersil yang melakukan kampanye sosial dan lingkungan dalam menjual atau mempromosikan produknya, yaitu diantaranya: kampanye lingkungan dan sosial dilakukan sebagai cara berpromosi, sebagai alat untuk menarik perhatian, sebagai upaya membangun dan mempertahankan image, dan sebagai upaya kepedulian perusahaan terhadap permasalahan lingkungan dan sosial.
tema-tema yang diangkat oleh The Body Shop
adalah tema yang masih sesuai dengan misi atau komitmen yang dilakukan The Body Shop. Tema-tema yang dipilih untuk kampanye dapat menumbuhkan kesadaran pada konsumen terhadap isu yang diangkat tersebut. Dari ketiga informan yang mengetahui kampanye sosial yang dilakukan
The Body Shop, dapat dilihat pendapat mereka tentang isu sosial yang diangkat, yaitu AIDS, dipilih oleh The Body Shop yang menurut mereka, tema itu dipilih karena momennya bertepatan dengan hari AIDS sedunia.
Konsumen mempersepsikan alat atau media yang digunakan The Body Shop untuk menyampaikan pesan kampanye sosial dan lingkungan telah dilakukan secara bagus, dan menarik. Namun mereka juga berpendapat bahwa, penggunaan medianya kurang luas, menurut mereka kampanye yang dilakukan kurang menjangkau banyak orang, sehingga tidak banyak orang yang tahu tentang kampanye yang dilakukan The Body Shop. Padahal bila semua keterangan dari informan dikumpulkan, The Body Shop sudah cukup menggunakan banyak media dalam berkampanye, seperti menggunakan SPG sebagai penyalur informasi, memanfaatkan tampilan gerai, menyisipkan melalui produknya, melalui internet, bahkan media sosial.
Meskipun konsumen menerima informasi dan pesan kampanye dengan
terbatas, bahkan tidak mengetahui detil dari pesan kampanye, namun konsumen sudah bisa menunjukan aspek afektif seperti mengungkapkan perasaan iba dan simpati mereka tentang kampanye yang diangkat, bahkan ada yang tergerak untuk melakukan tindakan berupa pembelian produk.
Ada faktor yang membentuk persepsi konsumen, faktor utama tersebut adalah
perhatian konsumen. Perhatian itu dipengaruhi oleh determinan stimulus, atau bisa kita sebut sebagai faktor eksternal, dan faktor internal. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Engel (1995, h. 10), yang menjelaskan cara konsumen dalam memfokuskan suatu stimulus yang ingin lebih ia terima, serta faktor yang menentukan perhatian konsumen, yakni dikelompokan menjadi dua kategori yaitu faktor eksternal atau determinan stimulus, dan internal atau determinan individu.
informasi yang tercantum di kemasan produk, penjelasan dari SPG, dan juga dari website resmi The Body Shop, dan akun sosial media sosial seperti instagram dan twitter. Hampir sebagian besar informan tidak mengetahui kampanye sosial kemanusiaan tersebut. tapi tiga informan mengetahuinya, dari penjelasan SPG di gerai the Body Shop yang menawarkan produk lip butter edisi khusus yang hasil penjualannya disumbangkan untuk penderita AIDS.
Determinan kedua yang membentuk persepsi konsumen adalah determinan pribadi yang bisa berasal dari kebutuhan, motivasi, pengalaman, sikap dalam hal ini terkait kampanye itu sendiri (Rakhmat, 2008, h.53). Para informan secara umum memberi tanggapan dan persepsi yang positif terhadap kampanye sosial dan lingkungan yang dilakukan The Body Shop. Namun persepsi tersebut tidak terbentuk begitu saja, peneliti ingin mencari faktor internal apa dari para informan ini sehingga bisa mempersepsikan kampanye The Body Shop secara positif.
Dari beberapa pernyataan informan, dapat kita lihat beberapa faktor internal yang menjadi alasan atau sebab dari para informan memberikan persepsi yang positif terhadap kampanye lingkungan dan sosial yang dilakukan The Body Shop dalam menjual produknya adalah karena faktor latar belakang minat dari konsumen, sifat pribadi, dan hobi atau kebiasaan yang dimiliki informan, selain
itu, ada pula faktor kesamaan minat antara informan dengan The Body Shop, yang sama-sama perduli terhadap kehidupan binatang.
Nama Faktor Internal
Dyah
- Kebutuhan untuk perawatan kulit yang sensitif.
- Memiliki sifat dermawan atau suka beramal, dan mudah membantu teman-temannya
Arini
- Latar belakang dan pengalamannya menjadi Pecinta Alam
- sikapnya yang peduli kelestarian alam dan lingkungan.
Renny
- Hobi dan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengkreasikan barang yang tidak terpakai di rumah. - penyayang binatang
Widya - Faktor kebutuhan dan kondisi fisiknya yang sedang hamil.
Bilqis - kesamaan minat, yaitu sama-sama penyayang binatang
Anggun - kesamaan minat, yaitu sama-sama penyayang binatang
Reiza - kesamaan minat, yaitu sama-sama penyayang binatang
Tabel 1. Faktor internal pembentuk persepsi konsumen
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagian besar informan memberikan
persepsi yang positif terhadap perusahaan
profit atau komersil, yang mengangkat tema
lingkungan dan sosial dalam mempromosikan
produknya.
Semua informan mempersepsikan
kampanye lingkungan dan sosial yang
dilakukan oleh The Body Shop sebagai cara
The Body Shop dalam mempertahankan image
perusahaan, serta sebagai cara promosi atau
menarik perhatian konsumen. Selain itu para
lingkungan dan kampanye sosial yang
dilakukan tersebut juga sebagai upaya
kepedulian The Body Shop terhadap
permasalahan sosial dan lingkungan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi
terbentuknya persepsi konsumen, antara lain:
faktor eksternal yang berasal dari stimuli yang
dilakukan oleh pemasar yakni berupa:
Penjelasan kampanye pengembalian botol
bekas dan produk khusus untuk charity dari
SPG di gerai The Body Shop, tampilan
kemasan produk edisi khusus, informasi
kampanye yang terpajang di gerai The Body
Shop, dan informasi kampanye melalui akun
media sosial milik The Body Shop. Faktor
kedua adalah dari dalam individu, yang
ternyata pada awalnya tidak semua informan
memfokuskan perhatian langsung terhadap
kampanye lingkungan dan sosial yang
dilakukan oleh The Body Shop, melainkan
faktor-faktor seperti kebutuhan, latar belakang
informan, sifat pribadi dari informan,
kesamaan interest seperti pecinta binatang
yang akhirnya membuat para informan
memberikan persepsi dan tanggapam yang
positif terhadap kampanye yang dilakukan The
Body Shop.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan, referensi, dan masukan bagi
para pelaku pemasar yang ingin menggunakan
tema sosial dan lingkungan dalam menjual
produknya, agar dapat membuat yang lebih
mudah diterima dan dipahami oleh targetnya.
Ada baiknya untuk dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait penerimaan konsumen
terhadap pesan yang disampaikan melalui
media kampanye yang lebih khusus seperti
social media.
Bagi akademisi Ilmu Komunikasi,
diharapkan adanya penelitian lebih lanjut yang
bertemakan kegiatan komunikasi pemasaran
perusahaan dan kaitannya dengan persepsi
konsumen, untuk melihat dampak seperti sikap
konsumen, keputusan pembelian, ataupun
loyalitas konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Anderegg, C., Archibald, K., Bailey, J., Cohen, M., J., Kaufman, S., R., Pippin, J., J. (2006). A Critical Look at Animal Experimen. Medical Research Modernization Committee, 1-34.
Applegate, J., L., & Syper, H. E. (1988). Constructivist theory and intercultural communication research. In Y. Kim & W. Gudykunst (Eds), Theoretical Perspective in Intercultural Communication (PP. 41-65). Beverly Hills, CA: Sage.
Asyari, R. (2010). Persepsi Publik Terhadap Positioning The Body Shop: Studi Kasus Persepsi Media, Saluran Distribusi, dan Konsumen Terhadap Brand Positioning The Body Shop di Indonesia. Disertasi Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Bungin, B. (2003). Analisis data penelitian kualitatif . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
DeVito, J. A. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books. Engel, J.F., Blackwell, R.D., Miniard, P.W.
(1995). Perilaku Konsumen (6th ed.). Jakarta: Binarupa Aksara.
Kecantikan Perempuan oleh Iklan di Televisi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 6, 119-136.
Gaspers, V. (1996). Ekonomi Manajerial: Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama.
Gregory, A. (2000). Planning and Managing Public Relations Campaign (2nd Ed.). London: Kogan page Limited.
Infante, D.A., Rancer, A.S, Rancer, D.F. (1990). Building Communication Theory. Amerika Serikat: Waveland Press inc. Kotler P., & Armstrong, G. (2001).
Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Kriyanto, R. (2010). Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Kumar, S., Garg, R., Makkar, A. (2012). Consumer Awareness and Perception Towards Green Products: A Study of Youngsters in India. International Journal of Maketing & Business Communication, 4, 35-43.
Littlejohn, S., W., & Karen, A., F. (2005).
Teori Komunikasi: Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
Miles, B.B., dan A.M. Huberman. (1992).
Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Moleong, L., J. (2006). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. (2003). Metode Research. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Nugroho, F., D. (2010). Pengaruh Sikap pada Pesan Kampanye Terhadap Loyalitas Konsumen (Kasus: Pesan Kampanye The Body Shop Dalam Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Terhadap Merek). Disetasi Sarjana, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010.
Patton, M., Q. (1987). How To Use Qualitative Methods In Evaluation. California: Sage Publication.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Prothero, Andrea. (1990). Green Consumerism
and the Societal Marketing Concept: Marketing Strategies for the 1990's. Journal of Marketing Management, 6, no.2, 87-103.
Purwanto. (2012). Marketing Strategic: Meningkatkan Pangsa Pasar dan Daya Saing. Jakarta: Platinum. Bunchapattanasakda, C. (2012). Thai Consumers' Perception on Herbal Cosmetic Products: A Comparative Study of Thai and Imported Products. Information
Management and Business Review, 1, 1-6. Schiffman L., & Kanuk L.L. (2008). Perilaku
Konsumen (Edisi ke-7). Jakarta: Indeks. Shimp, T., A. (2003). Periklanan dan
Promosi. Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu (Edisi ke-5). Jakarta: Erlangga.
Simmons, R. E. (1990). Communication Campaign Management: a System Approach. London: Longman.
Sukmadinata, N., S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sumarwan, U., Prihartono, A.G., Sumarlin, A.W., Mamahit, D.A., Purnomohadi, E., Hasan, J. et al. (2012). Riset Pemasaran dan Konsumen. Bogor: IPB Press.
Suparno, Dr. P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suryani, T. (2013). Perilaku Konsumen di Era Internet. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Venus, A. (2012). Manajemen Kampanye. Panduan Teoretis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Vidyarini, T., N. (2007). Representasi
Kecantikan dalam Iklan Kosmetik The Face Shop.Jurnal Ilmiah SCRIPTURA. 2, 82-97. Wood, J., T. (2008). Communication Mozaic.