• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Administrasi and Upaya Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Upaya Administrasi and Upaya Hukum"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 1

Upaya Administrasi & Upaya Hukum

Pembetulan ketetapan pajak 1 Pasal 16

Pengajuan Keberatan 2 Pasal 26

Pengajuan Banding 5 Pasal 27

Pengurangan atau penghapusan sanksi, pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak

3 Pasal 36

(2)

2 2

1. PEMBETULAN

1. Atas permohonan WP atau karena jabatannya, DJP dapat membetulkan:

a. surat ketetapan pajak;

b. Surat Tagihan Pajak;

c. Surat Keputusan Pembetulan;

d. Surat Keputusan Keberatan;

e. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;

f. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;

g. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak;

h. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;

i. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan

Kelebihan Pajak;

j. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga ; atau

k. SK berkaitan dengan PBB dan BPHTB.

yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,

kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan

(3)

3 3

1. PEMBETULAN (lanjutan)

2. Kesalahan atau kekeliruan yang dibetulkan adalah yang bersifat manusiawi dan tidak mengandung persengketaan antara fiskus dan WP.

3. Pengertian ”membetulkan” ini, antara lain: a. Menambahkan;

b. Mengurangkan; atau c. menghapuskan,

tergantung pada sifat kesalahan dan kekeliruannya.

4. Kesalahan tulis, antara lain kesalahan yang dapat berupa nama, alamat, NPWP, nomor skp, jenis pajak, Masa Pajak atau Tahun Pajak, dan tanggal jatuh tempo;

5. Kesalahan hitung, antara lain:

a. kesalahan yang berasal dari penjumlahan dan/atau pengurangan dan/atau perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan; atau

(4)

4 4

1. PEMBETULAN (lanjutan)

6. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi, kekeliruan PTKP, kekeliruan penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam pengkreditan pajak.

7. Terhadap PPN, pembetulan kekeliruan dalam pengkreditan pajak hanya dapat dilakukan apabila terdapat perbedaan PM yang menjadi kredit pajak dan PM tersebut tidak mengandung sengketa antara fiskus dan WP.

8. Permohonan pembetulan disampaikan ke kantor DJP yang menerbitkan ketetapan, dengan ketentuan:

a. 1 permohonan untuk 1 ketetapan;

b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan alasan yang mendukung; dan

(5)

5 5

1. PEMBETULAN (lanjutan)

9. DJP paling lama dalam jangka waktu 6 bulan sejak tanggal

surat permohonan pembetulan diterima, harus memberi keputusan atas permohonan pembetulan WP. Apabila DJP tidak memberi suatu keputusan, permohonan pembetulan dianggap dikabulkan dan DJP harus menerbitkan SK Pembetulan sesuai permohonan WP paling lama 1 bulan setelah jangka waktu berakhir.

10. Keputusan pembetulan dapat berupa menambah,

mengurangkan, atau menghapuskan jumlah pajak terutang dan/atau memperbaiki kesalahan dan kekeliruan lainnya, atau menolak permohonan WP.

11. Dalam hal permohonan pembetulan WP tidak memenuhi persyaratan, DJP harus memberitahukan secara tertulis kepada WP.

(6)

6 6

2. KEBERATAN

1. WP dapat mengajukan keberatan hanya kepada DJP atas suatu: a. SKPKB;

b. SKPKBT; c. SKPN; d. SKPLB; atau

e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Yang dimaksud dengan "suatu" adalah 1(satu) keberatan harus diajukan terhadap 1 (satu) jenis pajak dan 1 (satu) Masa Pajak/Tahun Pajak.

3. Keberatan hanya dapat diajukan kepada DJP.

(7)

7

6. WP yang mengajukan keberatan tidak dapat mengajukan: a. Pengurangan/penghapusan sanksi administrasi; b. Pengurangan/pembatalan skp tidak benar; atau c. Pembatalan skp dari pemeriksaan tanpa:

1) Penyampaian SPHP; atau

2) Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan WP.

7. Syarat pengajuan keberatan adalah:

a. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;

b. Mengemukakan jumlah pajak terutang, pajak dipotong/dipungut, atau rugi dengan disertai alasan yang menjadi dasar perhitungan (dilampiri dengan fotokopi skp, bukti pemungutan/pemotongan); c. 1 surat keberatan hanya untuk 1 skp atau pemotongan

/pemungutan;

(8)

8 8

2. KEBERATAN (lanjutan)

7. Syarat pengajuan keberatan adalah (lanjutan):

e. Diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak skp/tanggal pemotongan/pemungutan dilakukan, kecuali karena keadaan di luar kekuasaan (force majeur);dan

f. Surat keberatan ditandatangani oleh WP, atau oleh Kuasa dengan Surat Kuasa Khusus.

8. WP yang menyampaikan Surat Keberatan yang belum memenuhi syarat dapat menyampaikan surat keberatan dengan melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 bulan terlewati. Apabila hal ini dilakukan maka tanggal perbaikan Surat Keberatan merupakan tanggal Surat Keberatan diterima.

9. Keberatan yang tidak memenuhi syarat bukan merupakan surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak diterbitkan SK Keberatan serta diberitahukan kepada WP.

(9)

9 9

2. KEBERATAN (lanjutan)

11. Penyampaian Surat Keberatan ke KPP melalui:

a. Penyampaian langsung (termasuk melalui KP4/KP2KP) dengan tanda penerimaan surat;

b. Pos dengan bukti pengiriman surat; atau c. Cara lain:

1) Perusahaan jasa ekspedisi/jasa kurir dengan bukti penerimaan surat; atau

2) e-filingmelalui ASP dengan bukti penerimaan elektronik. 12. WP dapat mencabut pengajuan keberatan sebelum tanggal

diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir (SPUH) oleh WP dan WP tersebut tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan skp yang tidak benar.

13. Sebelum DJP menerbitkan SPUH, hal-hal yang dapat dilakukan dalam proses keberatan adalah:

(10)

10 10

2. KEBERATAN (lanjutan)

14. Sebelum menerbitkan SK Keberatan, DJP harus menyampaikan SPUH kepada WP. Apabila WP tidak hadir sesuai dengan waktu yang ditentukan, proses keberatan tetap diselesaikan tanpa kehadiran WP.

15. Pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lainnya yang tidak diberikan saat pemeriksaan tidak dipertimbangkan dalam keberatan, kecuali yang berada di pihak ketiga pada saat pemeriksaan.

16. DJP paling lama setelah 12 bulan sejak Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan, dengan keputusan:

a. Mengabulkan seluruhnya atau sebagian; b. Menolak; atau

c. menambah,

jumlah pajak yang masih harus dibayar.

(11)

11 11

2. KEBERATAN (lanjutan)

18. Terhadap WP yang mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan.

19. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan

keberatan tidak termasuk sebagai utang pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (1) dan (1a).

20. Dalam hal keputusan keberatan adalah menolak, mengabulkan sebagian, atau menambah, WP dikenai sanksi denda 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

(12)

12 12

2. KEBERATAN (lanjutan)

Contoh 1:

SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00

Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp100.000.000,00

Yang Harus Dilunasi Jika Tidak Keberatan = Rp100.000.000,00

Contoh 2:

SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00

Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp 30.000.000,00

Harus Dilunasi Sebelum Mengajukan Keberatan = Rp 30.000.000,00

Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00

Pajak Kurang Dibayar = Rp 50.000.000,00

(80.000.000 - 30.000.000)

Sanksi Denda (50% X Rp50.000.000) = Rp 25.000.000,00

(13)

13 13

3.

PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI

ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN/PEMBATALAN

KETETAPAN PAJAK

1. DJP karena jabatan atau atas permohonan WP dapat:

a. Mengurangkan/menghapuskan sanksi administrasi

berupa bunga, denda, dan kenaikan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan WP atau bukan kerena kesalahannya;

b. Mengurangkan/membatalkan skp yang tidak benar;

c. Mengurangkan/membatalkan STP yang tidak benar;

atau

d. Membatalkan hasil pemeriksaan/skp dari hasil

pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa; 1) penyampaian SPHP; atau

2) Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan WP.

(14)

14 14

3. PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI

ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN/PEMBATALAN

KETETAPAN PAJAK (

lanjutan

)

3. Permohonan ke-2 pengurangan/penghapusan sanksi

administrasi/pengurangan atau pembatalan skp/STP paling lama 3 bulan setelah tanggal keputusan pertama dikirim.

4. DJP paling lama 6 bulan sejak tanggal permohonan harus memberikan keputusan. Apabila melewati, permohonan dianggap dikabulkan.

5. Permohonan yang tidak memenuhi syarat tidak dapat

(15)

15 15

3. PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI

ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN/PEMBATALAN

KETETAPAN PAJAK (

lanjutan

)

6. Sanksi administrasi yang dapat dikurangkan/dihapuskan meliputi sanksi yang tercantum dalam:

a. STP;

b. SKPKB; atau c. SKPKBT

7. WP dapat mengajukan permohonan pengurangan

/penghapusan sanksi administrasi yang terdapat pada SKPKB/SKPKBT apabila:

a. SKPKB/SKPKBT tidak diajukan keberatan;

b. WP mencabut keberatan atas SKPKB/SKPKBT yang telah diajukan kepada DJP; atau

(16)

16 16

3. PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI

ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN/PEMBATALAN

KETETAPAN PAJAK (

lanjutan

)

8. Syarat pengajuan permohonan pengurangan/penghapusan

sanksi administrasi adalah:

a. 1 permohonan untuk 1 STP/SKPKB/SKPKBT;

b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan;

c. Permohonan disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar d. Wajib melunasi pajak yang terutang; dan

(17)

17 17

3. PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI

ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN/PEMBATALAN

KETETAPAN PAJAK (lanjutan)

9. Permohonan pengurangan / pembatalan skp / skp hasil pemeriksaan apabila:

a. WP tidak mengajukan keberatan;

b. WP mencabut keberatan atas skp yang telah diajukan kepada DJP;

c. WP mengajukan keberatan tetapi tidak dipertimbangkan DJP karena tidak memenuhi syarat.

10. Syarat pengajuan permohonan pengurangan/penghapusan SKP/STP/pemeriksaan hasil pemeriksaan adalah:

a. 1 permohonan untuk 1 STP/skp/skp hasil pemeriksaan; b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan

memberikan alasan;

c. Mencantumkan pajak yang seharusnya terutang;

d. Permohonan disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan

(18)

18 18

3. PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI

ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN/PEMBATALAN

KETETAPAN PAJAK (

lanjutan

)

11. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dianggap telah

dilaksanakan apabila pemeriksa telah memberikan

kesempatan untuk hadir dalam rangka pembahasan akhir dan WP tidak menggunakan hak tersebut.

12. Keputusan DJP berkaitan dengan permohonan

pengurangan/penghapusan sanksi administrasi dan

pengurangan/pembatalan STP/skp/skp hasil pemeriksaan dapat berupa mengabulkan sebagian atau seluruhnya, atau menolak.

(19)

19 19

4. GUGATAN

1. Gugatan WP/Penanggung pajak terhadap:

a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang;

b. Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak; c. Keputusan berkaitan dengan palaksanaan keputusan

perpajakan, selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 (1) dan Pasal 26; atau

d. Penerbitan skp atau SK Keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak.

(20)

20 20

5. BANDING

1. WP dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada

badan peradilan pajak atas SK Keberatan.

2. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengailan khusus di lingkungan peradilan tata usaha negara.

3. Syarat permohonan banding yang diatur di UU KUP:

a. Diajukan secara tertulis;

b. Diajukan dalam bahasa Indonesia;

c. Mengungkapkan alasan yang jelas;

d. Disampaikan paling lama 3 bulan sejak SK Keberatan diterima; dan

e. Dilampiri dengan salinan SK Keberatan.

4. Syarat lain berkaitan dengan pengajuan permohonan

banding diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang pengadilan Pajak.

5. Apabila diminta oleh WP untuk keperluan pengajuan

(21)

21 21

5. BANDING (lanjutan)

6. Dalam hal WP mengajukan banding, jangka waktu

pelunasan pajak atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan tertangguh sampai 1 bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

7. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan banding tidak termasuk sebagai utang pajak.

8. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi denda 100% dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

(22)

22 22

5. BANDING (lanjutan)

Contoh:

SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00

Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp30.000.000,00

Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00

Pajak Kurang Dibayar = Rp 50.000.000,00

(80.000.000 - 30.000.000)

Mengajukan Banding (Tidak ada keharusan membayar sejumlah yang tidak disetujui (Ps.27 (5a)))

Putusan Banding, SKPKB menjadi = Rp 65.000.000,00

Pajak Kurang Dibayar = Rp 35.000.000,00

(65.000.000 - 30.000.000)

Sanksi Denda (100% X Rp35.000.000) = Rp 35.000.000,00

(23)

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial stability, external pressure, financial target, nature of industry, ineffective monitoring, dan opini

Pergerakan tenaga kerja dari desa ke kota yang terjadi karena faktor tarikan (pull factor) yang lebih dominan, akan berdampak positif karena menambah kesempatan kerja.

Yang selalu memberi dukungan motivasi, dan bantuan kepada penulis yang selalu ada ketika penulis membutuhkan, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

Inverse Document Frequency adalah inverse dari jumlah semua koleksi dokumen dibagi dengan jumlah dokumen yang mengandung kata ( term ) yang terdapat pada

Ciri fisik atau karakteristik kain yang sudah dilakukan proses pembatikan dan penyablonan sebagai pembeda produk batik (tulis, cap, kombinasi) dengan tiruan batik

Dalam 24 film animasi Barbie, peneliti menemukan bahwa peran yang paling banyak dilakukan oleh karakter perempuan adalah peran masyarakat, dimana sebanyak 101 dari total 118

Sehingga, dalam tulisan ini akan dibuat model Petri Net dari antrian sistem pelayanan rawat jalan bagi pasien Askes pada RSUD Dr.. Haulussy Ambon, untuk mendapatkan

Menyimpulkan isi, gagasan, pendapat, argumen pro dan kontra serta menentukan solusi atas permasalahan yang aktual dalam teks diskusi yang didengar maupun dibaca... Menentukkan