• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita dewasa awal yang berpacaran di Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita dewasa awal yang berpacaran di Yogyakarta."

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

vii

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DAN KOMITMEN PADA WANITA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN DI

YOGYAKARTA Jane Ginza Ayu Permatasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita dewasa awal yang berpacaran di Yogyakarta. Subjek penelitian adalah wanita dewasa awal yang berpacaran dengan rentang usia 18 hingga 34 tahun sebanyak 203 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara kelekatan tidak aman dan komitmen. Semakin tinggi rasa tidak aman seseorang atau kelekatan tidak aman seseorang maka semakin rendah komitmennya, begitu pula sebaliknya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional. Sampling dalam penelitian ini menggunakan incidental sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan skala. Alat pengambilan data menggunakan dua skala, yaitu skala ECR – R (Experiences in Close Relationship Questionnaire – Revised) dengan reliabilitas 0.880 dan skala komitmen dengan reliabilitas 0.821. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dan didapatkan koefisien korelasi sebesar – 0.552 dengan taraf signifikansi 0.000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian, yang menyebutkan bahwa terdapat korelasi negatif antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita dewasa awal yang berpacaran di Yogyakarta, diterima.

(2)

viii

THE CORRELATION BETWEEN INSECURE ATTACHMENT AND COMMITMENT AMONG DATING EARLY ADULTHOOD WOMEN IN

YOGYAKARTA Jane Ginza Ayu Permatasari

ABSTRACT

This research aimed to know the relationship between insecure attachment and commitment among dating eary adult women in Yogyakarta. Subjects in this study were dating early adult aged between 18-34 years old as much as 203 people. The hypothesis in this research was that there is

negative correlation between insecure attachment and commitmnet. The higher person’s insecure

attachment, the lower of commitment, conversely. The type of the study was a correlational quantitative research. The sampling method in this study using incidental sampling. The research method used in this study is spread the scale. The instruments of this research used two measurements which is a ECR – R (Experiences in Close Relationship Questionnaire – Revised) scale with reliabilty coefficient is 0.880 and commitment scale with reliability coefficient is 0.821.

the research data was analyzed using Product Moment’s Correlation be found coefficient correlations is – 0.552 on significantly 0.000. The result showed that the hypothesis, there is a negative correlation between insecure attachment and commitment among dating eary adult women in Yogyakarta, acceptable.

(3)

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DAN KOMITMEN PADA WANITA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN DI

YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Jane Ginza Ayu Permatasari NIM : 099114102

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

~ Tak akan pernah ada rasa bahagia dan kesuksesan, tanpa usaha dan penderitaan di dalamnya. Semua yang dikerjakan atas nama Tuhan pasti akan indah tepat pada waktu yang telah ditentukan Nya.~

“ Jagalah aku, ya Allah, sebab pada- Mu aku berlindung,

Aku berkata kepada Tuhan : Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!

(7)

v

Kupersembahkan karya ilmiah yang sangat sederhana ini untuk :

o Tuhan Yesus Kristus yang tak pernah lelah menjaga dan

mendampingiku

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN TIDAK AMAN DAN KOMITMEN PADA WANITA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN DI

YOGYAKARTA Jane Ginza Ayu Permatasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita dewasa awal yang berpacaran di Yogyakarta. Subjek penelitian adalah wanita dewasa awal yang berpacaran dengan rentang usia 18 hingga 34 tahun sebanyak 203 orang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara kelekatan tidak aman dan komitmen. Semakin tinggi rasa tidak aman seseorang atau kelekatan tidak aman seseorang maka semakin rendah komitmennya, begitu pula sebaliknya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional. Sampling dalam penelitian ini menggunakan incidental sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan skala. Alat pengambilan data menggunakan dua skala, yaitu skala ECR – R (Experiences in Close Relationship Questionnaire – Revised) dengan reliabilitas 0.880 dan skala komitmen dengan reliabilitas 0.821. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dan didapatkan koefisien korelasi sebesar – 0.552 dengan taraf signifikansi 0.000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian, yang menyebutkan bahwa terdapat korelasi negatif antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita dewasa awal yang berpacaran di Yogyakarta, diterima.

(10)

viii

THE CORRELATION BETWEEN INSECURE ATTACHMENT AND COMMITMENT AMONG DATING EARLY ADULTHOOD WOMEN IN

YOGYAKARTA Jane Ginza Ayu Permatasari

ABSTRACT

This research aimed to know the relationship between insecure attachment and commitment among dating eary adult women in Yogyakarta. Subjects in this study were dating early adult aged between 18-34 years old as much as 203 people. The hypothesis in this research was that there is

negative correlation between insecure attachment and commitmnet. The higher person’s insecure

attachment, the lower of commitment, conversely. The type of the study was a correlational quantitative research. The sampling method in this study using incidental sampling. The research method used in this study is spread the scale. The instruments of this research used two measurements which is a ECR – R (Experiences in Close Relationship Questionnaire – Revised) scale with reliabilty coefficient is 0.880 and commitment scale with reliability coefficient is 0.821.

the research data was analyzed using Product Moment’s Correlation be found coefficient correlations is – 0.552 on significantly 0.000. The result showed that the hypothesis, there is a negative correlation between insecure attachment and commitment among dating eary adult women in Yogyakarta, acceptable.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah, perlindungan, serta bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma. Penulis sadar bahwa banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan selama proses penulisan skripsi ini.

Penulis memiliki banyak keterbatasan dalam menulis skripsi ini, sehingga dengan bantuan berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M. Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. PSi. selaku Ketua Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Y. Heri Widodo, M. Psi. selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar membimbing penulis.

4. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M. Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(13)

xi

6. Semua Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis.

7. Mas Muji dan Mas Doni yang selalu membantu penulis dalam kegiatan praktikum ataupun ketika menjadi asisten praktikum.

8. Mas Gandung, Bu Nanik, dan Pak Gie yang sudah membantu penulis selama berada di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

9. Kedua orangtuaku yang tak hentinya mendoakanku sehingga aku bisa menyelesaikan semua ini. Makasih ma, pa, semoga aku bisa buat kalian sedikit merasa bangga.

10. Eyang kakungku yang udah ada di surga. Maaf ya eyang belum bisa bikin eyang bahagia, semoga eyang bisa lihat dari surga dan tersenyum untukku. 11. Budhe ku yang tak pernah lelah bekerja demi aku dan keluarga. Love u

mami....

12. Tanteku yang menemani ngerjain mesti sambil tertidur di kursi. Makasih mbak...

13. Eyang putriku yang diam-diam selalu merapalkan namaku dalam doanya, pakdheku yang selalu memperhatikanku, terimakasih banyak.

14. Kedua sepupuku yang menghiburku dan buat ku tersenyum ketika stress mengerjakan skripsi.

(14)
(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

(16)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Dewasa Awal ... 10

1. Pengertian Dewasa Awal ... 10

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 10

3. Ciri-ciri Perkembangan Dewasa Awal ... 12

4. Pacaran ... 13

B. Komitmen ... 13

1. Pengertian Komitmen ... 13

2. Tipe Komitmen ... 14

3. Kriteria Komitmen ... 15

4. Faktor Penyebab Komitmen ... 16

5. Dampak Komitmen ... 19

C. Kelekatan Tidak Aman ... 20

1. Pengertian Kelekatan Tidak Aman ... 20

2. Tipe Kelekatan ... 25

3. Dimensi Kelekatan ... 27

4. Faktor Penyebab Kelekatan ... 28

5. Dampak Kelekatan ... 30

D. Dinamika Hubungan Kelekatan Tidak Aman dan Komitmen ... 35

E. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

(17)

xv

C. Definisi Operasional ... 41

1. Kelekatan Tidak Aman ... 42

2. Komitmen ... 42

D. Subjek Penelitian ... 43

E. Sampling Penelitian ... 43

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 43

1. Metode Pengambilan Data ... 43

2. Alat Pengambilan Data... 45

G. Kredibilitas Alat Ukur ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 53

B. Data Demografis Subjek Penelitian ... 53

C. Uji Asumsi ... 55

1. Uji Normalitas ... 55

2. Uji Linearitas ... 56

D. Hasil Penelitian ... 57

(18)

xvi

2. Statistik Deskriptif... 60

E. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 66

2. Bagi Subjek Penelitian ... 67

3. Bagi Pasangan ... 67

4. Bagi Orangtua ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Penskoran Jawaban Skala ECR - R ... 44

Tabel 3.2 : Penskoran Jawaban Skala Komitmen ... 45

Tabel 3.3 : Blue Print Skala ECR – R (Uji Coba) ... 46

Tabel 3.4 : Blue Print Skala Komitmen (Uji Coba) ... 47

Tabel 3.5 : Blue Print Skala ECR R (Setelah Uji Coba I) ... 49

Tabel 3.6 : Blue Print Skala ECR – R (Setelah Uji Coba II) ... 50

Tabel 3.7 : Blue Print Skala Komitmen (Setelah Uji Coba) ... 50

Tabel 4.1 : Data Usia Subjek Penelitian ... 54

Tabel 4.2 : Data Lama Hubungan Subjek Penelitian... 54

Tabel 4.3 : Hasil Uji Normalitas ... 55

Tabel 4.5 : Hasil Uji Linearitas ... 56

Tabel 4.6 : Hasil Korelasi Kelekatan tidak Aman dengan Komitmen ... 58

Tabel 4.7 : Hasil Korelasi Kelekatan Anxiety dengan Komitmen ... 59

Tabel 4.8 : Hasil Korelasi Kelekatan Avoidance dengan Komitmen ... 60

Tabel 4.9 : Mean Anxiety dan Mean Avoidance ... 62

(20)

xviii

Daftar Bagan

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Laporan Survei Awal Penelitian ... 74

Lampiran 2 : Data Statistik Jumlah Perceraian di DIY ... 81

Lampiran 3 : Skala Uji Coba ... 88

Lampiran 4 : Reliabilitas dan Korelasi Aitem Total (Uji Coba) ... 101

Lampiran 5 : Reliabilitas dan Korelasi Aitem Total (Setelah Uji Coba) 105 Lampiran 6 : Skala Penelitian ... 111

Lampiran 7 : Uji Normalitas ... 118

Lampiran 8 : Uji Linearitas ... 121

Lampiran 9 : Uji Hipotesis ... 123

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah bisa dipisahkan dari orang lain. Mereka akan aktif dalam menjalin relasi dengan orang lain, baik sebagai teman, sebagai keluarga, sebagai teman kerja, sebagai pacar, dan lain sebagainya. Individu akan tinggal bersama orang lain, bermain dan bekerja bersama, saling menolong satu sama lain, maupun bahagia dan sukses bersama (Kassin, Fein, & Markus, 2010). Selain itu, individu memiliki motivasi untuk membangun hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain. Motivasi tersebut didorong karena adanya kebutuhan akan memiliki dan cinta (Maslow, 1968). Kebutuhan yang dimiliki individu berbeda-beda sesuai dengan tugas perkembangan yang berbeda pula pada setiap tahap perkembangannya (Erikson dalam Santrock, 2007). Pada masa dewasa awal, individu dihadapkan pada tugas perkembangan keintiman dan keterkucilan dalam menjalin relasi dengan sesama. Pada masa ini, individu dihadapkan untuk menjalin relasi intim dengan orang lain (Erikson dalam Santrock, 2007).

(23)

biasa saja, seperti teman atau rekan kerja, hingga relasi yang utama, seperti relasi romantis antara satu dengan yang lain (Delamater & Daniel, 2011). Kegiatan sehari-hari yang dialami oleh manusia selalu melibatkan interaksi interpersonal dengan orang lain. Hal ini mengakibatkan relasi interpersonal menjadi penting (Dwyer, 2000).

Relasi interpersonal yang sering dibangun ketika seseorang telah memasuki masa dewasa awal adalah relasi romantis atau cinta (Dwyer, 2000). Relasi romantis merupakan suatu hubungan antar manusia yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan relasi yang lain. Kompleksitas relasi romantis nampak dari adanya jenis emosi yang tidak terdapat dalam relasi lainnya. Emosi tersebut adalah gairah dan nafsu (Mikulincer & Gail, 2006). Sejalan dengan hal tersebut, Sternberg (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa salah satu dimensi utama dalam cinta adalah gairah. Seseorang yang memiliki gairah dalam hubungannya akan mengalami cinta yang kuat dan dapat bertahan lama. Selain itu, cinta yang kuat dan bertahan lama juga dapat terbentuk karena adanya komitmen dalam hubungan tersebut.

(24)

komitmen juga menjadi salah satu ciri khas suatu hubungan romantis yang langgeng atau bertahan lama (Weigel, 2010). Hal ini sesuai dengan Shane (2008) yang menyatakan bahwa komitmen merupakan rasa saling memiliki ikatan psikologis dalam menjalin relasi antara satu orang dengan yang lain termasuk keinginan untuk mempertahankan relasi ketika relasi itu sedang dalam keadaan baik maupun ketika relasi itu sedang dalam keadaan buruk (Lopez, 2008). Selain itu, tokoh lain menyatakan bahwa komitmen merupakan hal yang terkait dengan masa depan dalam suatu hubungan. Masa depan yang dimaksud adalah keinginan dari masing-masing pasangan untuk membangun masa depan dengan pasangan mereka (dedikasi) dan hadirnya faktor-faktor yang memperkuat mereka untuk tetap bersama tanpa memperhatikan keinginan mereka (Rhoades, Scott, & Howard, 2010).

(25)

Pada suatu situasi tertentu, seorang wanita dalam masa perkembangan dewasa awal memiliki kecenderungan berselingkuh lebih besar dibandingkan kaum pria. Salah satu penyebab wanita berselingkuh karena mereka membutuhkan perhatian yang lebih besar pula dibandingkan kaum pria (Subotnik & Harris, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa kaum wanita banyak melakukan tindakan perselingkuhan dan lebih terbuka untuk mengeksplor perselingkuhan mereka ketika mereka berpisah jarak atau berada jauh dari pasangan mereka bila dibandingkan dengan kaum pria (Le, Korn, Crockett, & Loving, 2010). Penelitian lain menemukan bahwa lebih banyak wanita yang tidak setia dibandingkan dengan pria. Wanita lebih cenderung untuk memutuskan hubungannya setelah melakukan kebohongan dan menyatakan alasan mereka dalam berbohong adalah adanya tekanan dalam hubungan yang mereka jalin seperti merasa tidak bahagia dalam hubungan yang telah dijalin tersebut (Brand, Markey, Mills, & Hodges, 2007).

(26)

diajukan oleh perempuan dan 125 perkara diajukan oleh laki-laki. Pada tahun 2012, kasus perceraian yang diterima oleh Pengadilan Agama Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 593 perkara, 424 perkara diajukan oleh kaum perempuan dan 169 perkara diajukan oleh kaum laki-laki. Pengadilan Agama Daerah Istimewa Yogyakarta memutuskan sebanyak 539 perkara, 398 perkara diajukan oleh perempuan dan 141 perkara diajukan oleh laki-laki. Selain itu, penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa 53.4 % (35.9 % jarang berselingkuh, 12.6 % sering berselingkuh, dan 4.9 % sangat sering berselingkuh) dari 103 mahasiswi dari berbagai Perguruan Tinggi dan Universitas di Yogyakarta telah melakukan perselingkuhan dari pasangan mereka (Prawitasari, Viasti, Danastri, Permatasari, dan Nugrahaeni, 2013).

(27)

ekonomi. Pada tahun 2011, Pengadilan Agama Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa sebanyak 216 dengan latar belakang kekerasan. Pada tahun 2012, Pengadilan Agama Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa terdapat 217 kasus dengan kekerasan sebagai faktor penyebab perceraian.

Komitmen dapat muncul karena adanya kesetiaan, keinginan untuk hidup bersama, dan memberikan upaya terbaik pada pasangan (Fehr dalam Baumgardner & Marie, 2008). Selain itu, kriteria dalam pembentukan komitmen antara lain, keinginan untuk mengakhiri hubungan dalam waktu dekat, durasi hubungan yang telah dibina, durasi hubungan yang mereka inginkan, komitmen dalam hubungan mereka, daya pikat dari pasangan, dan tingkat kelekatan (attachment) dalam hubungan mereka (Rusbult, 1980). Berdasarkan hasil penelitian pada LDR (Long Distance

Relationship) dan GCR (Geographically Close Relationship), didapatkan

bahwa kelekatan berkontribusi pada komitmen dari seseorang yang menjalin hubungan GCR. Seseorang yang memiliki kelekatan aman pada hubungan GCR yang dijalin akan memiliki komitmen yang tinggi dalam hubungannya (Pistole, Amber, & Jonathan, 2010). Penelitian lain menyatakan bahwa seseorang dengan tipe kelekatan aman memiliki level komitmen yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman (Nosko, Tieu, Lawford, & Pratt, 2011).

(28)

dirinya yang akan berbeda antara satu orang dengan yang lain (Bowlby dalam Feeney & Noller, 1996). Tipe kelekatan seseorang mempengaruhi relasi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki tipe kelekatan tidak aman dengan pengasuh utama mereka sejak kecil akan menemui berbagai kesulitan ketika membangun keintiman di masa depan (Cassidy & Shaver, 2008). Kelekatan yang pernah dialami seseorang akan menunjukkan perbedaan perilaku interpersonal seseorang (misalnya mencari hubungan dekat atau menghindari hubungan intim), perbedaan sistem operasi dalam perilaku (misalnya caregiving, seks), serta memberikan kontribusi terhadap kualitas interaksi sosial dalam suatu hubungan yang umum maupun hubungan yang dekat (Mikulincer & Philip, 2007).

(29)

waktu, sehingga mereka mengakhiri hubungan dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari empat bulan (Adam & Jones, 1999).

Hubungan antara kedua pasangan akan mempengaruhi komitmen yang mereka miliki. Komitmen yang tinggi terjadi ketika pasangan memiliki kelekatan aman dalam kehidupan relasinya karena adanya emosi dan perilaku positif dalam relasi mereka. Komitmen yang rendah merupakan efek dari kelekatan tidak aman, baik anxious attachment

maupun avoidant attachment. Bila seseorang memiliki tipe attachment

anxious dan avoidant, maka mereka memiliki sedikit perilaku yang

konstruktif. Bila seseorang memiliki avoidant attachment, maka mereka akan berperilaku dengan lebih destruktif lagi (Tran & Simpson, 2009). Seorang dewasa awal yang memiliki tipe kelekatan aman dengan orangtuanya pada masa kanak-kanak akan mencari hubungan emosional yang amanjuga ketika menjalin relasi romantis (Santrock, 2007).

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kaitan atau hubungan antara kelekatan tidak aman dengan komitmen pada wanita dewasa awal yang sedang berpacaran di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

(30)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita dewasa awal yang berpacaran.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta menambah pengetahuan dan informasi dalam disiplin ilmu Psikologi Klinis, khususnya terkait dengan konsep baru mengenai kelekatan tidak aman yang dapat mempengaruhi komitmen seseorang dalam menjalin relasi romantis.

2. Manfaat Praktis

(31)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dewasa Awal

1. Pengertian Dewasa Awal

Dewasa berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh atau untuk tumbuh matang (Hurlock, 1953). Masa dewasa awal merupakan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa. Masa dewasa awal bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan berakhir pada usia tiga puluhan tahun. dengan kata lain, masa dewasa awal dimulai pada usia 18 hingga 22 tahun dan berakhir pada usia kira-kira 34 tahun (Santrock, 2007).

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal a. Teori Psikososial Erikson

(32)

b. Kognitif

K. Warner Schaie (1977) menyatakan bahwa seorang dewasa awal mengalami perubahan kognitif dari masa ke masa. Dewasa awal mengalami fase mencapai prestasi (achieving

stage) yang merupakan fase yang melibatkan penerapan

intelektual pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti dalam menentukan karier dan pengetahuan (Santrock, 2007).

c. Sosio Emosi

Seseorang yang mengalami masa dewasa awal dihadapkan pada kenyataan bahwa dia harus mandiri secara ekonomi dan mandiri dalam pembuatan keputusan. Mandiri secara ekonomi ditunjukkan ketika orang tersebut mendapatkan pekerjaan tetap untuk mencukupi kebutuhannya. Mandiri dalam pembuatan keputusan mencakup karier, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta gaya hidup (Santrock, 2007).

Seseorang dalam masa dewasa awal mengalami kejenuhan (burnout) dengan kegiatan yang mereka lakukan.

Burnout ini banyak dialami oleh mahasiswa yang merupakan

(33)

3. Ciri - ciri Perkembangan Dewasa Awal

Seseorang yang sedang mengalami masa perkembangan dewasa awal akan memiliki ciri-ciri sosio emosi (Santrock, 2007) antara lain :

a. Menjalin hubungan intim

Keintiman merupakan perasaan emosional yang dimiliki terhadap pasangan mengenai kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam suatu hubungan romantis

b. Pernikahan dan keluarga

Seorang dewasa awal akan meninggalkan rumah dan menbangun suatu kehidupan keluarga yang baru melalui sebuah pernikahan.

c. Mandiri.

Kemandirian merupakan kemampuan untuk berpikir untuk dirinya sendiri dan melakukan segala sesuatu tanpa selalu harus mengikuti apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang lain. Mandiri meliputi mandiri secara ekonomi dan mandiri dalam pengambilan keputusan.

Selain itu, Havighurst (Hurlock, 1953), menyatakan ada beberapa ciri khas dalam masa perkembangan dewasa awal, antara lain :

a. Memilih pasangan

(34)

c. Memulai keluarga

d. Memulai sebuah pekerjaan

e. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan 4. Pacaran

Pacaran merupakan suatu bentuk hubungan intim atau dekat antara laki-laki dan perempuan (Ardhianita & Andayani, 2005). Selain itu, Papalian dan Olds (dalam Nisa & Sedjo, 2010) menyatakan bahwa pacaran merupakan proses membentuk dan membangun hubungan personal dengan lawan jenis. Hubungan ini biasanya dimulai pada masa perkembangan dewasa awal.

B. Komitmen

1. Pengertian Komitmen

Komitmen merupakan penilaian kognitif yang dilakukan individu atas hubungan yang telah mereka jalin dan niat individu untuk dapat mempertahankan hubungan bahkan ketika hubungannya sedang dalam suatu masalah (Sternberg dalam Santrock, 2007). Selain itu,

komitmen juga diartikan sebagai rasa saling memiliki ikatan psikologis

dalam menjalin relasi antara satu orang dengan yang lain termasuk

keinginan untuk mempertahankan relasi ketika relasi sedang dalam

keadaan baik maupun ketika relasi itu sedang dalam keadaan buruk

(Lopez, 2008). Pengertian lain menyebutkan bahwa komitmen merupakan

keinginan untuk tetap menjalin suatu hubungan, kelekatan (attachment)

(35)

hubungan yang dibangun (Le & Agnew, 2003). Hal ini sesuai dengan Le,

Korn, Crockett, dan Loving (2010) yang menyatakan bahwa komitmen

merupakan kelekatan psikologis terhadap pasangan, orientasi jangka

panjang terhadap hubungan, dan suatu tujuan untuk bertahan dalam relasi

yang dibangun.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen merupakan keinginan untuk dapat mempertahankan suatu hubungan, tetap memiliki kelekatan secara psikologis terhadap pasangan, dan memiliki orientasi jangka panjang dalam menjalin suatu hubungan.

2. Tipe Komitmen

Menurut Johnson (1991) dalam (Johnson, Caughlin, & Huston, 1999) komitmen terbagi atas tiga tipe, yaitu:

a. Personal Komitmen

Personal komitmen merupakan suatu pilihan dari internal atau dari dalam diri pribadi itu sendiri untuk ada atau tidak dalam sebuah hubungan. Personal komitmen ini terdiri dari tiga komponen, yaitu daya tarik terhadap pasangan (cinta), daya tarik terhadap hubungan (kepuasan relasi), dan status pasangan. b. Moral Komitmen

(36)

komponen, yaitu kewajiban dalam hubungan, kewajiban moral pribadi, dan nilai konsistensi dalam suatu hubungan.

c. Struktural Komitmen

Komitmen struktural merupakan komitmen yang sudah melibatkan tekanan sosial dalam melanjutkan hubungan. Komitmen ini lebih menekankan pada kerugian atau dampak negatif yang muncul dalam suatu hubungan bila harus dilanjutkan. Komitmen struktural terdiri dari empat komponen, yaitu alternatif dalam hubungan, tekanan sosial, prosedur dalam mengakhiri hubungan, dan investasi yang tidak dapat diperoleh dari pihak lain.

3. Kriteria Komitmen

Rusbult (1980), menyatakan terdapat enam kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat komitmen seseorang, yaitu :

a. Keinginan seseorang untuk mengakhiri hubungannya di waktu dekat

b. Kemungkinan durasi hubungan yang telah mereka bentuk c. Durasi hubungan yang mereka inginkan

d. Komitmen dalam hubungan mereka e. Daya pikat dari pasangan

(37)

4. Faktor Penyebab Komitmen

Komitmen dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: a. Kepuasan

Kepuasan dalam menjalin relasi merupakan salah satu faktor dalam membangun komitmen. Kepuasan merupakan efek positif versus negatif dalam suatu hubungan (Rusbult, 1980). Kepuasan dipengaruhi oleh tingkat masing-masing pasangan dalam memenuhi kebutuhan yang paling penting (Rusbult, Martz, Agnew, 1998). Pasangan yang memiliki kepuasan tinggi akan merasa bahagia sehingga memiliki nilai komitmen yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasangan yang tidak bahagia atau tidak puas dalam menjalin relasi (Rusbult & Buunk, 1993).

b. Nilai dari suatu hubungan

(38)

kecerdasan, rasa humor, kemampuan untuk mengkoordinasi kegiatan, dan kepuasan seksual. Hal-hal tersebut dapat dipergunakan untuk melihat sejauh mana hubungan mereka bermanfaat dan menguntungkan bagi mereka. Nilai kerugian merupakan sejauh mana seseorang percaya bahwa hubungan yang mereka miliki memiliki atribut-atribut yang buruk dan pasangan meraka memiliki sifat serta kualitas yang negatif. Nilai ini dapat dilihat dari sikap menyerah untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan, kerugian dalam hubungan, kendala waktu, perilaku yang memalukan, kepribadian pasangan yang tidak menarik, keras kepala, mengingkari perjanjian, adanya konflik, dan kurangnya kesetiaan. Nilai-nilai tersebut dapat memperkirakan sejauh mana seseorang akan mempertahankan hubungan mereka (Rusbult, 1980).

c. Pilihan Alternatif dari suatu hubungan

(39)

kualitas pilihan yang baik akan memilih teman kencan yang cerdas, menarik sacara fisik, lucu, memiliki kepribadian yang baik, akan memiliki hubungan yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan individu yang memiliki nilai pilihan yang lebih rendah (Rusbult, 1980).

d. Ukuran investasi dari suatu hubungan

Ukuran investasi dapat dilihat dari sejauh mana pasangan telah menampatkan segala sesuatu dalam hubungan mereka atau adanya benda / peristiwa / orang / kegiatan yang berkaitan dengan hubungan mereka. Tiga dasar dari ukuran investasi adalah durasi hubungan, rata-rata jumlah jam setiap minggu yang dihabiskan bersama, dan jumlah anak yang lahir dari hubungan mereka. Nilai ini dapat dilihat dengan tingkat keekslusifan dari hubungan mereka, teman yang dimiliki bersama, kenangan bersama, investasi, berbagi harta benda, kegiatan yang berhubungan dengan pasangan, investasi emosional, dan pengungkapan diri (Rusbult, 1980).

(40)

informasi pribadi, dan identitas seseorang dari hubungan yang telah dibangun. Sumber daya ekstrinsik dari suatu hubungan antara lain hubungan sosial, status sosial, dan harta atau materi dalam hubungan tersebut (Le & Agnew, 2003).

e. Kelekatan (attachment)

Kelekatan merupakan salah satu faktor dalam pembentukan komitmen. Seseorang yang memiliki kelekatan aman akan memiliki komitmen yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang memiliki kelekatan tidak aman (Tran & Simpsom, 2009).

5. Dampak Komitmen

a. Pemeliharaan Hubungan

Komitmen yang tinggi akan membuat seseorang menjaga hubungan mereka secara terus menerus atau memelihara hubungan mereka, misalnya dengan bersedia berkorban untuk pasangan. Selain itu, komitmen juga membuat seseorang berperilaku lebih konstruktif (Tran & Simpson, 2009).

b. Dukungan dan Kepercayaan dari pasangan

(41)

ditunjukkan dengan memberikan segala informasi dengan sikap murah hati dan sikap memberi untuk pasangan (Wieselquist, Rusbult, Foster, & Agnew, 1999).

C. Kelekatan Tidak Aman

1. Pengertian Kelekatan Tidak Aman

(42)

masa depan, baik dalam menjalin pertemanan maupun relasi romantis (Nosko, Tieu, Lawford, & Pratt, 2011).

Sejalan dengan Bowlby, Ainsworth (1978) melakukan penelitian untuk mengetahui tipe kelekatan yang didasarkan pada reaksi bayi ketika berpisah dari pengasuh utamanya dan ketika bertemu kembali dengan pengasuh utamanya (Feeney & Noller, 1996). Ainsworth menyatakan bahwa untuk melihat perbedaan individu dalam kualitas kelekatan hubungan yang telah mereka jalin, dibagi menjadi dua kategori dasar yaitu kelekatan aman dan kelekatan tidak aman. Kategori kelekatan tersebut tidak hanya menggambarkan perilaku dari seorang bayi kepada pengasuhnya, melainkan persepsi seorang bayi kepada tersedianya pengasuh atau tanggapan bayi terhadap pengasuh (Cassidy & Shaver, 2008).

(43)

aman dalam menjalin hubungan dengan orang lain (Crowell & Treboux dalam Clulow, 2001). Ainsworth (1989) menyatakan bahwa kelekatan dewasa merupakan ikatan afeksi, tekanan untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain (mencari rasa aman dan nyaman) yang sangat unik dan individual serta tidak dapat ditukarkan antara satu dengan yang lain (Feeney & Noller, 1996).

Hazan and Shaver (1987) memiliki argumen dasar bahwa cinta yang romantis dapat dikonseptualisasikan sebagai sebuah proses kelekatan. Mereka menyatakan bahwa cinta yang romantis terdiri dari empat hal utama, yaitu cinta sebagai sebuah emosi, hubungan antara cinta dan kelekatan, konsep cinta sebagai integrasi dari sistem perilaku, dan perbandingan dari kelekatan dengan konsep cinta. Mereka menemukan bahwa seseorang yang memiliki kelekatan aman akan mudah untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain dan merasa nyaman bergantung pada orang lain. Sedangkan seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman, baik

avoidant attachment maupun anxious/ambivalent attachment akan

merasa tidak nyaman dengan hubungan yang mereka jalin. Seseorang dengan tipe avoidant attachment akan merasa tidak nyaman bergantung dengan orang lain, sulit percaya pada orang lain, dan sulit menerima pasangan. Selanjutnya, orang dengan tipe

(44)

kecemburuan yang lebih pada pasangan dan merasa takut ketika pasangan meninggalkannya (Feeney & Noller, 1996).

Bartholomew & Horowitz mengembangkan kelekatan menjadi empat tipe serupa dengan tiga tipe kelekatan yang diungkapkan oleh Hazan & Shaver (Feeney & Noller, 1996).

Adult attachment is positive and negative working models of self

and relationship partners. Adult attachment in which two

underlying dimensions, the person's perspective internal model

of the self (positive or negative) and the person's perspective

internal model of others (positive or negative), were used to

define four attachment patterns. (1991, p. 240)

Menurut Bartholomew & Horowitz (1991) kelekatan dewasa memiliki dua dimensi yang mendasar, yaitu perspektif seseorang terhadap diri sendiri (baik positif maupun negatif) dan perspektif seseorang terhadap orang lain (baik positif maupun negatif). Bartholomew juga menyatakan bahwa kelekatan tidak aman merupakan model kerja negatif dari diri seseorang layak mendapat cinta dan perhatian dari orang lain (anxiety attachment) atau orang lain sebagai orang yang menyediakan cinta dan perhatian (avoidance

attachment) yang dikembangkan dari pola pengasuhan yang pernah

(45)

kepercayaan, kurangnya keterbukaan, serta sensitif terhadap penolakan (Bartholomew dalam Mikulincer & Goodman, 2006).

Feeney and Noller (1991) menyatakan bahwa kelekatan dewasa menjadi prediktor yang kuat untuk melihat kualitas dari suatu hubungan. Feeney dan Noller melakukan pengukuran dengan dua pertanyaan mendasar. Pertanyaan pertama terkait dengan isu-isu yang berkaitan dengan kelekatan, antara lain keterbukaan, kedekatan, ketergantungan, komitmen, dan kasih sayang. Pertanyaan kedua terkait dengan tipe-tipe kelekatan dewasa sesuai dengan yang telah dilakukan oleh Hazan dan Shaver (Feeney & Noller, 1996).

Kelekatan dewasa merupakan perbedaan individu dalam cara mereka untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungan dekat yang mereka bangun dan dipengaruhi oleh hubungan yang telah mereka bangun sebelumnya (Fraley, Niendenthal, Marks, Brumbaugh, & Vicary, 2006).

(46)

dari pola pengasuhan seseorang di masa kecil terhadap tersedianya cinta dan perhatian dari figur lekat atau figur lekat sebagai penyedia cinta dan perhatian.

2. Tipe Kelekatan

Bartholomew dan Horowitz (Feeney & Noller, 1996) membagi adult attachment menjadi empat tipe, yaitu :

a. Secure Attachment

Seseorang yang memiliki tipe kelekatan ini relatif mudah untuk menjalin relasi dekat secara emosional dengan orang lain. Dia akan merasa nyaman apabila tergantung pada orang lain maupun bila orang lain tergantung padanya. Dia tidak akan merasa khawatir apabila harus sendiri atau ada orang lain yang tidak menerimanya.

b. Dismissing Attachment

Seseorang yang memiliki tipe kelekatan ini akan merasa nyaman bila mereka tidak menjalin relasi dekat secara emosional dengan orang lain. Dia akan membuat dirinya bebeas dan sendiri. Dia lebih suka untuk tidak tergantung pada orang lain atau orang lain tergantung padanya.

c. Preoccupied Attachment

(47)

memiliki relasi dekat sesuai dengan yang diinginkannya. Dia merasa tidak nyaman bila tidak menjalin relasi dekat tetapi terkadang dia khawatir bahwa orang lain tidak menilai dia sama seperti dia menilai orang lain.

d. Fearful Attachment

(48)

Bagan 2.1

Merasa nyaman dengan keintiman dan otonomi

Preoccupied Asyik dengan hubungan yang dijalain

(Bartholomew & Horowitz, 1991). 3. Dimensi Kelekatan

(49)

kawan-kawan. Seseorang akan dianggap memiliki kelekatan aman ketika mereka memiliki nilai yang rendah dari dua dimensi ini (Fraley & Shaver, 1998). Dua dimensi tersebut antara lain :

a. Avoidance

Avoidance terkait dengan variasi kecenderungan

seseorang untuk menarik diri melawan adanya keterikatan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki avoidance yang tinggi akan merasa tidak nyaman dengan hubungan dekat dan ketergantungan di dalam hubungan yang romantis (Brambaugh & Fraley, 2010).

b. Anxiety

Anxiety mengacu pada variasi tingkat sensitivitas

seseorang terhadap perhatian atau penolakan dari orang lain. Seseorang yang memiliki anxiety yang tinggi akan merasa khawatir ditinggalkan oleh pasangannya dan merasa kurang memiliki hubungan dekat dalam hubungan yang telah dibangunnya (Brambaugh & Fraley, 2010).

4. Faktor Penyebab Kelekatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe kelekatan seseorang antara lain (Mikulincer & Shaver, 2007) :

a. Kurangnya perhatian, penolakan, atau respon marah yang ditunjukkan oleh figur kelekatan

(50)

c. Kekerasan atau perilaku kasar yang dilakukan oleh figur kelekatan

Penganiayaan dan kekerasan fisik maupun seksual ketika masa kanak-kanak akan mengakibatkan seseorang memiliki

insecure attachment pada masa dewasanya.

d. Tuntutan untuk menjadi lebih mandiri dan keterbatasan pengungkapan kebutuhan.

e. Kehilangan orangtua

Kehilangan orangtua akibat kematian juga mempengaruhi kelekatan yang dibangun pada masa dewasa. Seseorang yang ditinggalkan orangtuanya sebelum mereka berumur 4 tahun akan memiliki kelekatan yang lebih aman bila dibandingkan dengan seseorang yang ditinggalkan orangtuanya ketika berumur lebih dari 4 tahun.

f. Perceraian orangtua

Perceraian orangtua cenderung mengakibatkan seorang dewasa awal lebih memiliki kelekatan dengan tipe insecure.

(51)

g. Orangtua yang kecanduan alkohol

Kecanduan alkohol membuat orangtua memiliki perilaku kompulsive yang dapat mengarah pada kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Perilaku kompulsive ini membuat seorang anak merasa tidak aman dan berdampak pada attachment yang digunakannya ketika dewasa nanti (insecure attachment).

5. Dampak Kelekatan a. Komitmen

Seseorang dengan tipe kelekatan aman akan memiliki level komitmen yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tipe kelekatan yang lain dalam menjalin suatu hubungan romantis. Seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman, baik anxiety

attachment maupun avoidance attachment memiliki komitmen

yang lebih rendah bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tipe kelekatan aman. Seseorang dengan tipe kelekatan

anxiety memiliki rasa tidak aman dengan komitmen dari

pasangan mereka dan berharap hubungan yang lebih dekat. Sedangkan seseorang yang memiliki tipe kelekatan avoidance

(52)

akan memiliki level komitmen yang rendah karena mereka lebih memiliki ketertarikan yang besar pada pilihan alternatif dan perselingkuhan. Sedangkan pada anxiety attachment, mereka tidak memiliki ketertarikan yang tinggi pada pilihan alternatif dan tidak suka menipu pasangan serta berkomitmen pada pasangan. Meskipun demikian, seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman memiliki komitmen lebih rendah dibandingkan seseorang dengan tipe kelekatan aman (DeWall, Lambert, Slotter, Pond, Deckman, Finkel, Luchies, Fincham, 2011). b. Perasaan terhadap keintiman

Seseorang dengan tipe kelekatan aman akan mudah untuk menjalin keintiman dan memiliki rasa nyaman bergantung dengan orang lain (Hazan & Shaver dalam Feeney & Noller, 1996). Sedangkan seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman akan merasa tidak nyaman dengan keintiman yang mereka bangun. Seseorang yang memiliki tipe anxiety attachment akan merasa khawatir untuk berpisah dengan pasangannya, mereka merasa kurang nyaman dengan keintiman yang telah dibangun. Mereka juga sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada pasangan mereka. Seseorang yang memiliki tipe avoidance

attachment tidak peduli dengan perubahan yang terjadi pada

(53)

keintiman. Mereka merasa tidak bahagia dengan hubungan yang telah dibangun (Fraley & Shaver, 2000).

c. Strategi mengatasi konflik

(54)

konflik yang konstuktif (Tran & Simpsom, 2009). Seseorang dengan tipe kelekatan aman tidak menunjukkan strategi yang destruktif dan defensif dalam mengatasi situasi yang penuh konflik (Gaines et al dalam Cassidy & Shaver, 2008).

d. Kebahagiaan dalam menjalin relasi

Seseorang yang memiliki secure attachment akan mengalami kebahagiaan yang baik ketika mereka menjalin hubungan percintaan (Feeney & Noller, 1996). Hal ini sesuai dengan pendapat Hazan & Shaver (1987) yang mengemukakan bahwa seseorang dengan tipe kelekatan aman akan bahagia dengan hubungan yang telah dibangun. Demikian pula sebaliknya, seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman, baik

anxiety maupun avoidance memiliki tingkat kebahagiaan yang

rendah terhadap hubungan yang telah mereka bangun (Mikulincer & Goodman, 2006).

e. Investasi dalam hubungan

Menurut Gangestad & Simpson (dalam Cassidy dan Shaver, 2008), wanita mengembangkan keputusan untuk menikah berdasarkan dua dimensi, yaitu kelangsungan hidup (kesehatan atau atribut yang dimiliki pasangan) dan potensi investasi (baik dalam relasi romantis ataupun pada keturunan yang akan dihasilkan). Seseorang dengan tipe kelekatan

(55)

investasi dari pasangan mereka karena kemandirian dan ketidakpercayaan mereka. Seseorang dengan tipe kelekatan

anxiety berharap dan menuntut investasi yang sangat besar dari

pasangan karena kekhawatiran akan kehilangan hubungan dan ditinggalkan yang terjadi secara terus menerus.

f Kepercayaan terhadap pasangan

Seseorang dengan tipe kelekatan aman akan mengembangkan kepercayaan dan keintiman yang besar terhadap pasangan (Simpson dalam Cassidy dan Shaver, 2008). Seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman akan memiliki kepercayaan yang tidak baik terhadap pasangannya. Seseorang dengan kelekatan anxiety akan memiliki kepercayaan yang berlebih pada pasangan sebagai sarana untuk mendapatkan cinta dan dukungan dari pasangan. Sedangkan seseorang dengan tipe kelekatan avoidance akan cenderung memiliki kepercayaan yang rendah dengan pasangan. Mereka menilai bahwa kepercayaan mencerminkan dominasi dan kontrol, serta cara manipulatif untuk mengendalikan seseorang (Mikulincer dalam Mikulincer dan Shaver, 2007).

g Ketergantungan

(56)

penolakan dan ditinggalkan sehingga mereka memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada pasangannya. Seseorang dengan tipe kelekatan avoidance akan membatasi diri dari keintiman dan ketergantungan pada orang lain. Salah satu faktor ketergantungan yang terjadi ini karena adanya ikatan emosional dalam hubungan (Mikulincer dan Goodman, 2006).

D. Dinamika Hubungan Kelekatan Tidak Aman dan Komitmen

Seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman akan merasa tidak nyaman dengan keintiman yang telah mereka bangun (Fraley & Shaver, 2000). Seseorang dengan tipe kelekatan anxiety akan merasa khawatir untuk berpisah dengan pasangannya, sedangkan seseorang dengan tipe kelekatan avoidance tidak peduli dengan perubahan yang terjadi pada hubungan yang mereka bangun sehingga mereka tidak bahagia (Fraley & Shaver, 2000). Pasangan yang tidak bahagia akan memiliki kepuasan yang rendah dalam hubungan mereka sehingga nilai komitmen dalam hubungan mereka menjadi rendah (Rusbult dan Buunk, 1993). Sebaliknya, seseorang dengan tipe kelekatan aman akan merasa nyaman dengan keintiman (Hazan dan Shaver dalam Feeney dan Noller, 1996). Mereka akan merasakan kebahagiaan serta kepuasan. Kepuasan berelasi merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya komitmen (Rusbult, 1980).

(57)

(Mikulincer & Goodman, 2006). Kebahagiaan dapat menggambarkan kepuasan seseorang dalam menjalin hubungan (Rusbult & Buunk, 1993). Kebahagiaan yang rendah pada seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman membuat mereka memiliki kepuasan berelasi yang rendah pula. Hal ini mengakibatkan komitmen yang dalam hubungan mereka juga rendah. Sebaliknya, seseorang dengan tipe kelekatan aman akan merasa bahagia dengan hubungan mereka (Feeney dan Noller, 1996). Hal ini mengakibatkan kepuasan dalam hubungan mereka tinggi sehingga komitmen mereka juga tinggi.

Seseorang dengan tipe kelekatan anxiety berharap dan menuntut investasi yang sangat besar dari pasangannya. Seseorang dengan tipe kelekatan avoidance akan mengharapkan dan membutuhkan sedikit investasi dari pasangan (Gangestad & Simpson dalam Cassidy dan Shaver, 2008). Ukuran investasi dalam suatu hubungan merupakan salah satu penyebab adanya komitmen (Le & Agnew, 2003). Meskipun seseorang dengan tipe anxiety memiliki investasi yang lebih tinggi dibandingkan tipe

avoidance, komitmen yang dibentuk sama-sama rendah. Seseorang dengan

(58)

Seseorang dengan tipe kelekatan tidak aman akan memiliki kepercayaan yang tidak baik terhadap pasangannya. Seseorang dengan kelekatan anxiety akan memiliki kepercayaan yang berlebih pada pasangan. Seseorang dengan tipe kelekatan avoidance akan cenderung memiliki kepercayaan yang rendah dengan pasangan (Mikulincer dalam Mikulincer dan Shaver, 2007). Kepercayaan merupakan suatu hal yang dapat menggambarkan nilai dari suatu hubungan (Rusbult, 1980). Seseorang dengan kepercayaan yang tidak baik akan menghasilkan nilai negatif dalam hubungan. Nilai negatif dalam hubungan menyebabkan rendahnya komitmen dalam hubungan tersebut. Demikian sebaliknya, seseorang dengan tipe kelekatan aman akan memiliki kepercayaan terhadap pasangan (Simpson dalam Cassidy dan Shaver, 2008). Hal ini menunjukkan adanya nilai positif dalam hubungan yang mengakibatkan tingginya komitmen dalam hubungan tersebut.

Seseorang dengan tipe kelekatan anxiety memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada pasangannya. Seseorang dengan tipe kelekatan

avoidance akan membatasi diri dari keintiman dan ketergantungan pada

(59)
(60)
(61)

E. Hipotesis Penelitian

(62)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang lebih menekankan analisis pada data-data numerik. Data-data ini kemudian diolah menggunakan penghitungan statistik (Azwar, 2009). Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2009).

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung, yaitu sebagai berikut :

Variabel bebas (X) : Kelekatan tidak aman Variabel tergantung (Y) : Komitmen

C. Definisi Operasional

(63)

1. Kelekatan Tidak Aman

Kelekatan tidak aman merupakan persepsi dan model kerja negatif yang berkembang dari pola pengasuhan seseorang di masa kecil terhadap tersedianya cinta dan perhatian dari figur lekat atau figur lekat sebagai penyedia cinta dan perhatian.

Skala yang digunakan untuk mengukur kelekatan tidak aman adalah ECR- R (Experiences in Close Relationship Questionnaire -

Revised). Skala tersebut dapat menunjukkan tipe kelekatan yang

dimiliki oleh subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tidak amanpula kelekatan yang dibangun oleh subjek. Sebaliknya, jika semakin rendah skor yang dimiliki subjek maka kelekatan yang dimiliki subjek semakin aman.

2. Komitmen

(64)

Skala yang digunakan untuk mengukur komitmen adalah skala komitmen. Skor tinggi yang diperoleh dalam skala tersebut menunjukkan bahwa subjek memiliki komitmen yang tinggi. Sebaliknya, jika skor yang diperoleh subjek dalam skala komitmen rendah maka komitmen yang dimiliki subjek juga rendah.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah : 1. Wanita

2. Berpacaran

3. Dewasa awal dengan rentang usia 18 hingga 22 tahun

4. Mahasiswi (sedang menempuh pendidikan di Universitas atau Perguruan Tinggi)

5. Berdomisili di Yogyakarta

E. Sampling Penelitian

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

incidental sampling.

F. Metode dan Alat Pengambilan Data 1. Metode Pengambilan Data

(65)

yaitu skala ECR- R (Experiences in Close Relationship

Questionnaire - Revised) dan skala komitmen. Tipe soal dalam

kedua skala tersebut adalah Likert. Pernyataan yang diberikan dalam kedua skala tersebut terdiri dari pernyataan favorable dan

unfavorable. Pilihan jawaban untuk skala ECR- R (Experiences in

Close Relationship Questionnaire – Revised) bergerak dari Sangat

Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Agak Tidak Setuju (ATS), Netral (N), Agak Setuju (AS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Sedangkan pada skala komitmen, pilihan jawaban bergerak dari angka 0 hingga 8. Jawaban yang diberikan subjek menggambarkan tingkat kesetujuan terhadap aitem yang disajikan.

Tabel 3.1

Penskoran Jawaban Skala ECR - R

Jawaban Item

STS TS ATS N AS S SS

Favorable 1 2 3 4 5 6 7

(66)

Tabel 3.2

Penskoran Jawaban Skala Komitmen

Jawaban Item

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Favorable 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Unfavorable 8 7 6 5 4 3 2 1 0

2. Alat Pengambilan Data

a. Skala ECR- R (Experiences in Close Relationship Questionnaire - Revised)

Peneliti menggunakan skala ECR- R (Experiences in

Close Relationship Questionnaire - Revised) dari R. Chris

(67)

Tabel 3.3

(68)

Tabel 3.4

Blue Print Skala Komitmen (Uji Coba)

Karakteristik

Durasi hubungan yang diinginkan

(69)

validitas isi, yaitu validitas yang di estimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau profesional judgment

(Azwar, 2009). Validitas dalam penelitian ini dilakukan melalui penilaian dari dosen pembimbing.

2. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan dalam proses penyusunan alat ukur untuk menguji karakteristik masing-masing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan (Azwar, 2009). Prosedur seleksi aitem mempertimbangkan koefisien korelasi aitem-total, indeks reliabilitas aitem, dan indeks validitas aitem. Aitem yang baik dan dapat digunakan apabila r ≥ 0,25 atau r ≥ 0,3, sedangkan aitem yang buruk

dan harus gugur apabila r ≥ 0,25 atau r ≥ 0,3.

Aitem-aitem pada skala ECR- R dan komitmen dilakukan ujicoba pada tanggal 21 hingga 28 Juni 2013. Uji coba ini dilakukan dengan menyebarkan skala secara random pada mahasiswa dengan rentang usia 18 hingga 34 tahun di berbagai Perguruan Tinggi dan Universitas di Yogyakarta. Skala uji coba yang dapat digunakan sebanyak 77 buah dari 95 skala yang disebar. Beberapa skala tidak dapat dipakai karena subjek tidak mengisi identitas secara lengkap atau subjek tidak menjawab keseluruhan aitem dengan lengkap.

(70)

responden agar mendapatkan aitem yang benar-benar sahih. Pada perhitungan pertama, aitem yang gugur sebanyak sembilan aitem dan pada perhitungan kedua sebanyak tiga aitem. Pada akhirnya, item yang gugur dalam skala ini berjumlah duabelas aitem, yaitu sembilan aitem pada tipe anxiety attachment dan tiga aitem pada tipe

avoidance attachment. Pada skala ECR- R didapatkan dua puluh

empat aitem untuk digunakan sebagai skala penelitian. Sedangkan pada skala komitmen, aitem yang gugur sebanyak satu aitem sehingga terdapat enam aitem yang digunakan sebagai skala penelitian.

Tabel 3.5

Blue Print Skala ECR- R (Setelah Uji Coba I)

(71)

Blue Print Skala ECR- R (Setelah Uji Coba II)

Blue Print Skala Komitmen (Setelah Uji Coba)

Karakteristik

(72)

3. Reliabilitas

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability yang berasal dari kata rely dan ability. Reliabilitas mengandung makna sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2009). Tinggi atau rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu nilai yang disebut dengan koefisien reliabilitas. Penelitian ini menggunakan koefisien reliabilitas alpha (α atau Alpha Cronbach). Koefisien ini didapat dengan membelah tes menjadi bagian-bagian sebanyak jumlah aitem sehingga setiap bagian hanya berisi satu aitem saja. Reliabilitas yang didapat untuk ECR- R (Experiences in Close

Relationship Questionnaire- Revised) adalah 0.880. Sedangkan

reliabilitas untuk skala komitmen adalah 0.821.

H. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Data penelitian dapat dikatakan normal apabila nilai p lebih besar dari 0,1. Sebaliknya, data penelitian dikatakan memiliki nilai sebaran tidak normal bila nilai p kurang dari 0,1 (Santoso, 2010). Penelitian ini menggunakan uji Normalitas

(73)

b. Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian mengikuti garis lurus atau tidak. Jika suatu data mengikuti garis lurus maka peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan kuantitas pada variabel lainnya secara linear (Santoso, 2010). Suatu data dikatakan linear bila nilai p kurang dari 0,05 (p < 0,05).

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan penghitungan dengan teknik korelasi dengan bantuan perangkat

SPSS 16.00 for Windows. Teknik yang digunakan dalam penelitian

(74)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada 5 hingga 26 Juli 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan skala secara random pada mahasiswa dengan rentang usia 18-34 tahun di berbagai perguruan tinggi dan universitas di Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan dengan menyebarkan skala secara online. Skala penelitian yang disebar dalam penelitian ini sebanyak 215 eksemplar dan skala yang dapat digunakan sebanyak 178 eksemplar. Beberapa skala tidak dapat digunakan karena subjek tidak mengisi identitasnya dengan lengkap ataupun tidak menjawab skala dengan lengkap pula. Sedangkan skala yang disebar melalui skala online hanya 25 yang dapat digunakan dari 52 skala. Beberapa skala tidak dapat digunakan karena identitas dan jawaban subjek yang tidak lengkap. Jumlah skala yang dapat diteliti sebanyak 203 buah.

B. Data Demografis Subjek Penelitian

(75)

Tabel 4.1

Data Usia Subjek Penelitian

Usia Jumlah

18 11

19 30

20 34

21 53

22 51

23 17

24 4

25 2

28 1

Tabel 4.2

Data Lama Hubungan Subjek Penelitian

Lama Hubungan (bulan) Jumlah

1 - 12 63

13 - 24 35

25 - 36 46

37 - 48 31

49 - 60 9

61 - 72 10

73 - 84 6

(76)

C. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Berdasarkan analisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam SPSS 16.00 For Windows sebaran data dalam penelitian ini ada yang normal dan ada yang tidak normal. Pada skala anxiety

attachment, nilai p sebesar 0.23. Nilai p > 0.05 dapat dikatakan

bahwa data ini normal atau sebaran data mengikuti distribusi normal. Pada skala avoidance attachment, nilai p sebesar 0.03 yang menunjukkan bahwa p < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada skala tersebut tidak mengikuti distribusi normal. Pada skala attachment, nilai p sebesar 0.200 yang berarti bahwa p > 0.05. Hasil ini dapat diartikan bahwa sebaran data mengikuti distribusi normal. Sedangkan pada skala komitmen nilai p sebesar 0.01 yang berarti p < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data tidak mengikuti distribusi normal.

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas

Signifikansi (p) Keterangan

Anxiety Attachment 0.23 Normal

Avoidance Attachment 0.03 Tidak Normal

Attachment 0.200 Normal

(77)

2. Uji Linearitas

Pengujian linearitas dalam penelitian menggunakan Test for

Linearity dalam SPSS 16.00 For Windows. Setelah melakukan uji

linearitas didapatkan bahwa hubungan antara adult attachment

dengan komitmen linear dengan nilai p sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0.05 sehingga data dapat dikatakan linear.

Tabel 4.5

Hasil Uji Linearitas

F Sig.

Komitmen * Kelekatan tidak aman

(Combined) 2.043 .000

Linearity 83.919 .000

Deviation from Linearity

(78)

Bagan 4.1

Scatter Plot

Pola yang terbentuk pada scatter plot mengikuti garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian linear.

D. Hasil Penelitian 1. Uji Hipotesis

a. Korelasi antara Kelekatan Tidak Aman dengan Komitmen Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan bantuan SPSS 16.00 For

Windows. Setelah dilakukan uji hipotesis maka didapatkan

(79)

Koefisien determinasi (r²) yang diperoleh dari hasil kuadrat koefisien korelasi adalah r² = 0.305. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu kelekatan tidak aman, memberikan sumbangan efektif sebesar 30,5% terhadap variabel tergantung, yaitu komitmen. Tabel 4.6

Hasil Korelasi Kelekatan tidak Aman dengan Komitmen

Kelekatan Tidak

b. Korelasi antara Kelekatan Anxiety dengan Komitmen

Setelah dilakukan uji hipotesis menggunakan korelasi

Product Moment dengan bantuan SPSS 16.00 For Windows,

maka didapatkan bahwa koefisien korelasi antara anxiety

(80)

p sebesar 0.000. Nilai rxy > 0.3 dengan nilai p < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif secara signifikan antara anxiety attachment dengan komitmen.

Tabel 4.7

Hasil Korelasi Kelekatan Anxiety dengan Komitmen

Anxiety

c. Korelasi antara Kelekatan Avoidance dengan Komitmen

Setelah dilakukan uji hipotesis menggunakan korelasi

Product Moment dengan bantuan SPSS 16.00 For Windows,

maka didapatkan bahwa koefisien korelasi antara avoidance

attachment dengan komitmen sebesar rxy = - 0.549 dengan nilai

(81)

dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif secara signifikan antara avoidance attachment dengan komitmen. Tabel 4.8

Hasil Korelasi Kelekatan Avoidance dengan Komitmen

Kelekatan Tidak

(82)

subjek penelitian cenderung memiliki kelekatan tidak aman.

Demikian pula sebaliknya, apabila nilai mean empiris lebih rendah daripada mean teoritis maka subjek dalam penelitian tersebut lebih cenderung aman. Dalam skala komitmen, apabila nilai mean empiris lebih besar daripada mean teoritis maka subjek dalam penelitian tersebut cenderung memiliki komitmen yang tinggi. Apabila nilai mean empiris lebih rendah daripada mean teoritis maka subjek dalam penelitian tersebut cenderung memiliki komitmen yang rendah.

Setelah dilakukan penghitungan nilai mean anxiety

attachment dan avoidance attachment dengan menggunakan Paired

Sample T-Test dengan bantuan aplikasi SPSS 16.00 For Windows,

anxiety attachment memiliki mean sebesar 73.40 dan avoidance

attachment memiliki mean sebesar 45.75. Perbedaan mean dari

kedua tipe attachment tersebut sebesar 27.65 dengan nilai p sebesar 0.000 yang berarti signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini cenderung memiliki tipe anxiety attachment

lebih banyak daripada tipe avoidance attachment.

Setelah dilakukan penghitungan nilai mean teoritik secara manual dan mean empiris menggunakan One Sample T-Test dengan bantuan aplikasi SPSS 16.00 For Windows, pada skala anxiety

attachment mean empiris (73.40) lebih besar daripada mean teoritik

(83)

menunjukkan bahwa subjek dengan anxiety attachment cenderung lebih tidak aman. Pada skala avoidance attachment mean empiris (45.75) lebih kecil daripada mean teoritik dengan nilai p sebesar 0.000 yang berarti signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dengan avoidance attachment cenderung lebih aman. Pada skala

attachment mean empiris (66.80) lebih kecil daripada mean teoritik

(96) dengan nilai p sebesar 0.000 yang berarti signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa subjek cenderung lebih aman. Sedangkan pada skala komitmen nilai mean empiris (37.46) lebih besar daripada mean teoritik (24) dengan nilai p sebesar 0.000 yang berarti signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen subjek dalam penelitian ini cenderung rendah.

Tabel 4.9

Mean Anxiety dan Mean Avoidance

Tipe Kelekatan Nilai Mean Perbedaan Mean

Anxiety Attachment 73.40

27.65

Gambar

Tabel 3.1 Penskoran Jawaban Skala ECR - R
Tabel 3.2 Penskoran Jawaban Skala Komitmen
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam skripsi ini problem utama yang menjadi kajian adalah ketergantungan masyarakat petani Dusun Karang Tengah terhadap pemilik modal.. Dengan fokus masalah,

Pelatihan jaringan GRNN dengan input data debu diambil data ke t-1 dan data ke t-2, jaringan yang terbentuk terdiri dari dua unit input dengan masing-masing 92 data atau vektor

Hasil pengolahan data dari penyebaran kuesioner terhadap responden menjadi kesimpulkan untuk menjawab hipotesis awal yang sudah ditentukan sebelum melakukan

3.Kualitas barang lebih baik  Tidak boleh ada tambahan biaya , pembeli berhak menerima maupun menolak... Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo .. pembeli harus menerimanya

a) Karena melihat latar belakang Rujihan Sahibul Aqla yang berasal dari pondok pesantren, sehingga Rujihan Sahibul Aqla sudah menguasai dan memahami materi yang

Analisis data ini digunakan untuk mengetahui keadaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran metode group investigation serta untuk menjawab

Hitunglah momen inersia seluruh penampang dan tegangan geser satuan pada bidang AA dan pada bidang sumbu netral yang disebabkan oleh gaya geser total V sebesar 2.5

Akibat hukum yang terjadi terhadap pengalihan objek leasing kepada pihak ketiga tanpa persetujuan leasing terjadi akibat tidak adanya komunikasi yang baik antara