• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemban gunan Hutan Tanaman Sengon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemban gunan Hutan Tanaman Sengon"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

ANALISIS PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

KELAS PERUSAHAAN KAYU SENGON

(Paraserianthes

falcataria)

DI IUPHHK-HT PT GUNUNG MERANTI

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh:

Dr. Ir. Wahyudi, MP.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

F A K U L T A S P E R T A N I A N

JURUSAN KEHUTANAN

(2)

Karya Ilmiah

ANALISIS PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

KELAS PERUSAHAAN KAYU SENGON

(Paraserianthes

falcataria)

DI IUPHHK-HT PT GUNUNG MERANTI

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh:

(3)

KATA PENGANTAR

Karya Ilmiah berjudul Analisis Pembangunan Hutan Tanaman Kelas

Perusahaan Kayu Sengon (

Paraserianthes falcataria)

di IUPHHK-HT PT

Gunung Meranti Provinsi Kalimantan Selatan ditulis berdasarkan

pengalaman penulis bekerja di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT

Gunung Meranti. Peneliti melakukan penelitian dan evaluasi tanaman

HTI secara keseluruhan, sehingga data yang diperoleh merupakan

gambaran komprehensip tentang keadaan umum tanaman sengon di

HTI tersebut.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut

membantu terlaksananya penelitian ini, terutama Manager Camp HTI

PT Gunung Meranti yang memberi bantuan penuh dalam pengambilan

data primer dan sekunder.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan...

i

Daftar Isi...

ii

Daftar Tabel...

iii

I.

PENDAHULUAN...

1

A. Latar Belakang...

1

B. Maksud dan Tujuan...

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA...

4

A. Tanaman Sengon...

4

B. Pertumbuhan Tanaman...

7

III. KEADAAN UMUM...

11

A. Letak dan Luas...

11

B. Tanah dan Geologi...

11

C. Kesesuaian Lahan...

11

D. Topograf...

12

E. Iklim...

12

F. Kondisi Penutupan Lahan...

13

G. Kondisi Sosial Ekonomi...

13

IV. METODOLOGI PENELITIAN...

14

A. Tempat dan Waktu...

14

B. Bahan dan Alat...

14

C. Prosedur Penelitian...

15

D. Analisis Data...

15

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN...

18

A. Hasil Penelitian...

18

B. Pembahasan...

19

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...

23

A. Kesimpulan...

23

B. Saran...

23

(5)

Nomor

Halaman

Teks

1.

Analisis keragaman regresi dua variabel...

17

2.

Data diameter (d), tinggi bebas cabang (tbc) dan tinggi

Pucuk (tp) tanaman sungkai umur 5 dan 10 tahun...

18

(6)

A. Latar Belakang

Departemen Kehutanan melalui Kantor Wilayah Departemen Kehutanan

Propinsi Kalimantan Selatan, pada tahun 1990, merencanakan untuk

membangun dan mengusahakan HTI di wilayah Kecamatan Muara Uya,

Upau, Haruai dan Murung Pudak Kabupaten Tabalong dan Kecamatan

Halong, dan Juai Kabupaten Hulu Sungai Utara (sekarang menjadi Kabupaten

Balangan) Propinsi Kalimantan Selatan (Dephut, 1990). Peluang ini

kemudian diambil oleh PT Gunung Meranti berdasarkan pada Surat

Keputusan Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (Ditjen RRL)

Nomor 1419/V-HTI/1990 tanggal 5 Desember 1990.

Dengan semakin meningkatnya angka kerusakan hutan alam dan

menurunnya kualitas lingkungan hidup serta semakin menyempitnya

kawasan hutan alam produksi yang menyuplai kayu bulat untuk penghara

industri pengolahan kayu, maka pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI)

mulai digalakkan pemerintah sejak tahun 80-an. Prioritas pembangunan

ditujukan pada kawasan hutan yang telah menjadi lahan kosong dan tidak

produktif dengan atau tanpa penyertaan modal pemerintah, menggunakan

Dana Reboisasi dengan bunga nol persen (0%) atau tidak sama sekali (HTI

Murni). Pada perkembangan selanjutnya pemerintah tidak lagi

menggunakan dana DR untuk menunjang pembangunan HTI. Pembangunan

HTI bertujuan untuk menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam

negeri guna meningkatkan nilai tambah (added value) dan perolehan devisa,

meningkatkan produktiftas lahan, perbaikan kualitas lingkungan hidup serta

(7)

PT Gunung Meranti mengembangkan kelas perusahaan kayu Sengon

(Paraserianthes falcataria) untuk mendukung penyediaan bahan baku kayu

bagi industri terkait sahamnya, yaitu PT Gunung Meranti Raya Plywood dan

PT Ata Surya yang bergerak pada industri pengolahan kayu (Wood working).

Pada beberapa tempat juga ditanam jenis Sungkai (Peronema canescens)

dan Balsa (Ochroma bicolor).

Pembangunan HTI di Indonesia merupakan kegiatan prioritas dan tidak

dapat ditunda-tunda lagi karena potensi hutan alam produksi yang semakin

menurun sementara kebutuhan akan kayu bulat semakin meningkat.

Kebutuhan kayu bulat berdasarkan kapasitas produksi industri terpasang di

Propinsi Kalimantan Selatan sekitar 3,2 juta m3 per tahun sementara

kemampuan produksi kayu bulat hutan produksi pada tahun 1990 hanya

sebesar 800.000 m3 dan terus menurun hingga ditetapkan kuoto produksi

kayu bulat Propinsi Kalimantan Selatan sebesar 60.000 m3 per tahun pada

tahun 2003. Sementara itu luas lahan kritis di Kalimantan Selatan tahun

2005 telah mencapai 550.000 Ha. Kerusakan hutan dan konversi lahan terus

terjadi sepanjang tahun. Data ini menunjukkan bahwa pembangunan HTI

mutlak dilakukan apabila kita masih menghendaki sektor kehutanan tetap

berperan dalam penyumbang devisa negara dan penyerap tenaga kerja.

Penelitian yang mengkaji pertumbuhan tanaman sengon serta hasil yang

diperoleh sangat perlu dilakukan agar para stakeholder khususnya para

pengusaha berminat menanamkan modalnya dalam pembangunan HTI kelas

(8)

B. Tujuan

Tujuan penelitain ini adalah mengetahuan pertumbuhan tanaman sengon

pada umur 4 dan 6 tahun di HTI PT Gunung Meranti Provinsi Kalimantan

Selatan, serta mengetahui perolehan kubikasi pada umur tersebut.

C. Manfaat

Makalah ini diharapkan bermanfaat, khususnya bagi stakeholder, sebagai

bahan pertimbangan dan pelajaran dalam membangun dan

mengembangkan Hutan Tanaman Industri kelas perusahaan kayu Sengon

(Paraserianthes falcataria) pada waktu yang akan datang agar kegagalan

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Sengon

Tanaman Sengon termasuk jenis Intoleran yang memerlukan

penyinaran langsung dalam pertumbuhannya. Daun Sengon yang

berwarna kekuning-kuningan dan atau ukurannya yang mengecil

disebabkan oleh tingkat Transpirasi (penguapan) yang lebih

tinggi dibanding absorbsi air oleh akar-akarnya.

Akar tunggang Sengon cukup kuat menembus ke dalam tanah

yang berkorelasi terhadap besarnya pohon. Akar rambut tidak

terlalu besar, tidak rimbun, tidak semrawut dan tidak menonjol

ke rambut tersebut dapat mengikat Nitrogen dari udara

berbentuk bintil akar sehingga dapat menyuburkan tanah

disekitarnya.

Bunga berbentuk mulai yang berukuran kecil sekitar 0,5-1

Cm. Berwarna putih kekuningan dan sedikit berbulu. Setiap

kuntum bunga yang mekar berisi bunga jantan dan betina dengan

penyerbukan dibantu oleh angin dan atau serangga.

Buah berbentuk polong, pipih, tipis dengan panjang antara 6

-12 Cm. Setiap polong berisi 15-30. Biji tersebut akan dapat lepas

bila buah masak. Bentuk biji mirip perisai kecil dan bila sudah

(10)

2. Kegunaan Tanaman

Tanaman Sengon baik untuk reboisasi dan mencegah erosi

karena sistem perakarannya yang cukup kuat.

Kayu Sengon mempunyai berat jenis (BJ) 0,33, kelas awet IV-V

dan kelas kuat IV-V pu1a kayu Sengon dapat digunakan untuk

tiang bangunan, papan, peti, perabot rumah tangga, pagar,

tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas, kayu bakar dan

sebagainya.

Sejak awal abat 19 banyak para ahli telah tertarik pada kayu

Sengon karena sifat-sifatnya yang ringan, agak padat, agak

besar, berwarna putih segar. Peti-peti teh yang diterima di

Rotterdam tahun 1973 sekitar 30% berasal dari kayu Sengon dan

55% triplek. Pabrik korek api pertama di Semarang juga

menggunakan Sengon muda. Tahun 1897 Van Romburgh

mengatakan bahwa kayu Sengon baik untuk pembuatan kertas

yang kualitasnya sama dengan kayu populir. Pohon Sengon

berumur 4-5 tahun dengan kadar air 10,6% mengandung selulosa

sekitar 49,7% pada kayunya.

3. Tempat Tumbuh

Pada umumnya Sengon dapat tumbuh di segala tanah, namun

(11)

tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung

berdebu dengan kemasaman (pH) sekitar 6 sampai 7. Bila tanah

terlalu masam garam Aluminium akan terlarut di dalamnya yang

dapat membuat tanaman menjadi kerdil. Usaha untuk

meningkatkan pH tanah dapat dilakukan dengan pengapuran

sekitar 2 bulan sebelum tanam. Kebutuhan kapur sekitar 0,5-1

Ton/Ha tergantung tingkat kemasamannya. Pada tanah yang

terlalu basah garam Mangaan (Mn) tidak dapat terserap tanaman

yang dicirikan mengecilnya dan kurusnya daun Sengon.

Sengon dapat tumbuh pada ketinggian 0 sampai 1500 meter

dpl dengan suku udara antara 18 sampai 27oC Tanaman Sengon

memerlukan batas curah hujan minimum yang sesuai yaitu 15

hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu

basah. Kelembapan yang dibutuhkan sekitar 50%-75%

4. Pengadaan Bibit

Pada umumnya tanaman Sengon diperbanyak dengan

mempergunakan benih. Benih yang baik adalah benih yang

berasal dari induk yang baik. Ciri-ciri benih yang baik dan

bermutu adalah:

1. Benih berasal dari buah yang telah masak f siologis, yang

berciri permukaan kulit bersih, gelap dan mengkilap.

2. Bentuk dan ukuran benih Sengon harus

seragam.

(12)

4. Benih telah diekstraksi dengan baik.

5. Makin lama benih disimpan, akan makin turun kualitasnya.

Langkah-langkah pembuatan benih Sengon yang baik adalah

Ekstraksi benih, penampian, pensortiran, perendaman,

penjemuran, penyimpanan, penyemaian.

Ekstraksi benih adalah memisahkan biji dengan bagian buah

yang lain. Penampian berguna untuk menyeleksi benih dari

kotoran. Pensortiran berguna untuk memisahkan benih bermutu

dengan benih-benih yang cacat, kosong rusak dll. Perendaman

berguna untuk menyeleksi lebih lanjut benih bermutu. benih

yang baik akan tenggelam sedangkan yang jelek akan terapung

dan melayang. Penjemuran benih dilakukan 2-3 hari dalam sinar

langsung.

Penyimpanan dilakukan pada kelembapan dan suhu rendah

dalam ruang tertutup. Sebelum ditutup dapat pula diberi abu dan

atau pestisida seperti M-45, Sevin, Agrosan, Ceresan, Gardon dll.

Letakkan kotak benih dalam tempat yang kering dan teduh

Sebelum disemaikan, benih Sengon direndam dulu dalam air

bersuhu 800C selama 15-30 menit lalu direndam dalam air dingin

selama 24 jam. Penyemaian dapat dilakukan di polly bag atau

langsung disemaikan ke tanah.

B. Pertumbuhan Tanaman

(13)

1. Cahaya matahari

Cahaya matahari memberi energi pada proses fotosintesis

(photosyntesis), yang dilakukan pada organ-organ tanaman yang

mengandung zat hijau daun (kloropil) dengan menggunakan karbondioksida

(CO2) dari udara dan air (H2O) dari tanah. Proses ini menghasilkan

karbohidrat (C6H12O6) dan gas Oksigen (O2) yang dilepas ke udara.

Karbohidrat (C6H12O6) sebagai energi potensial disimpan dalam tubuh

tanaman dan dapat dipergunakan untuk menjalankan proses metabolisme.

Pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi dilakukan melalui proses

pernapasan (respiration). Menurut Sutejo dan Kartasapoetra (1991), satu

molekul karbohidrat (C6H12O6) dioksidasi dengan 6 molekul oksigen (O2)

menghasilkan 6 molekul karbondioksida, 6 molekul air dan 674 kalori. Kalori

inilah yang dipergunakan untuk menjalankan metabolisme tumbuhan.

2. Air

Jumlah kandungan air di udara dapat menentukan kelembapan udara. Air

(H2O) merupakan komponen utama dan merupakan 70-90% dari seluruh

berat tumbuhan. Air merupakan media bagi pertukaran zat dan reaksi

biokimia serta berperan penting dalam proses fsiologi tumbuhan. Air

diperlukan untuk proses translokasi, mengatur suhu tumbuhan dan dapat

mengeliminasi zat racun dalam tubuh tanaman (Soemarwoto, 1991).

Air yang dipergunakan tumbuhan dalam proses fotosintesa diambil dari

tanah melalui perakaran. Menurut Lee (1990) air tanah pada zone

(14)

Air yang mengalami infltrasi berasal dari air lolos, aliran batang dan aliran

permukaan, yang semuanya berasal dari curah hujan (precipitation).

Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (1991) keberadaan air dalam tanah

pada zone perakaran sangat tergantung pada tekstur tanah, yaitu komposisi

penyusun tanah berdasarkan besar kecil partikel-partikel penyusunnya

(pasir, liat dan debu). Tanaman yang kelebihan atau kekurangan air dapat

mengalami gangguan pertumbuhan sampai pada kematian.

3. Temperatur

Temperatur merupakan salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan

tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai relung temperatur tertentu

untuk menjalankan proses metabolisme. Temperatur yang terlalu rendah

atau tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan kehidupan tanaman.

Tanaman jenis akasia mangium dan jabon memerlukan kisaran suhu

antara 18-34oC (Deptan, 1980a), tanaman sungkai hidup baik pada suhu

21-34oC (Hatta, 1999), tanaman sengon mampu tumbuh pada suhu 18-27oC

(Dephut, 1998) dan tanaman meranti memerlukan suhu yang lebih rendah

pada awal pertumbuhannya kemudian mampu hidup pada suhu yang lebih

tinggi di daerah tropis (Mc Kinnon et al, 2000).

4. Unsur Hara

Unsur hara adalah ion atau molekul tertentu yang diserap tanaman untuk

keperluan kegiatan fsiologisnya. Contoh ion yang diserap adalah K+, Ca2+,

NO-3, SO

4-2 dan molekul yang diserap adalah O2, CO2, H2O.

Menurut Dephutbun (1998), unsur hara yang diperlukan untuk

(15)

unsur mikro. Unsur hara makro diperlukan dalam jumlah banyak, seperti

Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Pospor (P), Belerang

(Sulfur/S), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Sedangkan unsur

mikro diperlukan dalam jumlah sedikit namun bila kekurangan dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman. Pada umumnya unsur hara mikro

merupakan zat katalisator yang dapat membantu proses persenyawaan

kimia tanaman. Unsur hara mikro terdiri dari Besi (Ferum/Fe), Mangan (Mn),

Seng (Zn), Tembaga (Cuprum/Cu), Borium (Bo), Clorida (Cl), Silisium (Si),

(16)

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas

HTI PT Gunung Meranti terletak di kawasan hutan produksi dengan

koordinat 08o42’ – 08o51’ BT dan 01o53’ – 02o06’ LU dan berada dalam Sub

Das Tabalong. Berdasarkan administrasi pemerintahan, HTI PT Gunung

Meranti terletak di Kecamatan Muara Uya, Upau, Haruai dan Murung Pudak

Kabupaten Tabalong serta Kecamatan Halong dan Juai Kabupaten Balangan,

Propinsi Kalimantan Selatan.

Luas pencadangan areal HTI sebesar 30.000 Ha yang diawali dengan Ijin

Percobaan Penanaman (IPP) seluas 5.000 Ha.

B. Jenis Tanah dan Geologi

Berdasarkan klasifkasi tanah dari Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983)

dan padanannya menurut USDA Soil Taxonomy (1987), tanah di HTI PT

Gunung Meranti didominasi Posolik merah kuning. Secara keseluruhan jenis

tanah di areal HTI PT Gunung Meranti terdiri dari 3 group tanah yaitu

Dystropept, Tropaquepts dan Hapludults dengan sifat dan asal bahan induk

seperti tersaji dalam Tabel 2 berikut ini.

C. Kesesuaian Lahan

Berdasarkan sistem FAO (1974), kesesuaian lahan di areal HTI PT Gunung

(17)

atau S2. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor pembatas antara lain

tingkat kesuburan tanah yang rendah, drainase yang jelek, permeabilitas

lambat yang dapat menggangu perkembangan akar tanaman, adanya

genangan air, adanya topograf berbukit dan sifat tanah yang asam.

Kelas S3 ditandai dengan batas amang sesuai (Marginally suitable) dan

adanya faktor pembatas yang serius, sehingga mengurangi produktiftas dan

keuntungan atau menambah masukan (input). Kelas N berarti tidak sesuai

(Not suitable). Lahan dengan kelas N mempunyai faktor pembatas yang

sangat serius sehingga pengelolaan yang diterapkan tidak akan memberi

hasil yang baik.

D. Topograf

Kondisi topograf HTI PT.Gunung Meranti berdasarkan Peta Jato AD tahun

1927 Blad XXVI-63 Skala 1:100.000 adalah datar sampai berbukit. Data

selengkapnya tersaji pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 1. Kelas kelerengan lahan di areal kerja HTI PT Gunung Meranti

Kelas Kelerengan Uraian Luas

Ha %

0 – 8% 9 – 15% 16 – 30%

Datar sampai berombak

Berombak sampai

bergelombang

Bergelombang sampai

berbukit

15.170 10.430 4.400

50,6 34,7 14,7

Jumlah 30.000 100

(18)

Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.382 mm dengan rata-rata hari

hujan pertahun 129 hari. Menurut klasifkasi iklim Schmidt dan Ferguson

(1951) yang mendasarkan pada rata-rata bulan kering dengan rata-rata

bulan basah, maka areal HTI PT Gunung Meranti termasuk pada tipe iklim A.

F. Kondisi Penutupan Lahan

Sebelum pembangunan HTI dilakukan, kondisi penutupan lahan terdiri

dari padang alang-alang (37,7%), semak belukar (15,1%), hutan tidak

produktif dan lahan kosong (14,7%). Sebagian areal telah dipergunakan

masyarakat setempat sebagai kampung, sawah, ladang, kebun dan

perkebunan karet rakyat (26,5%).

Jenis tanaman yang telah terdapat di areal HTI PT Gunung Meranti adalah

Meranti (Shorea spp), Merawan (Hopea spp), Keruing (Dipterocarpus spp),

Sungkai (Peronema canescens), Laban (vitex pubescens), Ulin

(Eusideroxylon zwageri) dan lain-lain.

G. Kondisi Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk di Kabupaten Tabalong adalah 138.601 KK yag tersebar

di 11 Kecamatan dengan kerapatan rata-rata 35 jiwa per km2. Laju

pertumbuhan penduduk sebesar 0,92% per tahun. Kecamatan paling padat

penduduk adalah Kecamatan Murung Pudak dengan jumlah 156 jiwa per km2

dan yang paling jarang adalah Kecamatan Jaro dengan kepadatan 10 jiwa

per km2.

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tabalong berjumlah 80.291 jiwa.

(19)

belum termanfaatkan dan siap bekerja, seperti dalam kegiatan Hutan

Tanaman Industri.

IV. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksnakan di Hutan Tanaman Industri PT Gunung Meranti,

yang berlokasi di Kabupaten Balangan dan Tabalong, dengan fokus kegiatan

di Kecamatan Paringin. Penelitian dilakukan selama 3 (bulan) untuk

pengambilan data primer dan sekunder.

B. Bahan dan Alat penelitian

Bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Tanaman sengon yang berumur 4 dan 6 tahun di HTI PT Gunung Meranti,

masing-masing sebanyak 100 tanaman (ditentukan secara acak).

2. Data sekunder berupa tahun dan jumlah penanaman, perawatan serta

laporan ` bulanan perusahaan.

3. Literatur pendukung

4. Peta kerja skala 1:5000

Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Alat pengukur diameter (kaliper)

2. Alat pengukur tinggi pohon (galah dan christen meter)

(20)

4. Kompas dan klinometer

5. Alat rintis (parang)

6. Alat penunjang lainnya.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan pohon sample dalam 4 petak tanaman sebanyak 25

tanaman secara acak, masing-masing untuk pohon yang berumur 4 dan

6 tahun, sehingga secara keseluruhan diperlukan (4 x 25 ) x 2 = 200

pohon sample.

2. Setiap pohon sample diukur tinggi dan diameternya

3. Menentukan model pertumbuhan tanaman rata-rata per tahun (mean

annual increment) pada tanaman berumur 4 dan 6 tahun.

4. Menghitung kubikasi pohon per satuan luas (ha) serta dalam luasan HTI

secara keseluruhan

5. Pembahasan pertumbuhan tanaman dikaitkan dengan tingkat kesesuaian

lahan, kesuburan tanah serta bentuk perawatan yang yang diberikan.

D. Analisis data

1. Menentukan nilai tengah, keragaman dan selang kepercayaan

Nilai tengah atau rerata merupakan nilai yang diperoleh dari hasil

perataan data yang ada. Rerata dapat dihitung menggunakan rumus yang

ditulis oleh Polet dan Nasrullah (1994) sebagai berikut:

(21)

Σ Xi = jumlah data dari X1 sampai Xn =

n=1

n μ.fi

Ц = nilai tengah atau rerata

n = banyak data

Keragaman contoh atau simpangan baku (S2) berguna untuk mengetahui

besarnya penyimpangan dalam contoh, dapat dihitung dengan rumus:

n

Σ ( yi – ý )2 ( y1 – ý )2 + ( y2 – ý )2 + . . . + ( yn– ý )2

i=1

S2 = __________________ = _____________________________________________ atau n - 1 n – 1

1 n (Σ yi)2/ n

= ____________ Σ yi 2 - ______________

n - 1 i=1 n

Keragaman nilai tengah contoh (Sý2) berguna untuk mengetahui

besarnya penyimpangan dalam populasi, dapat dihitung dengan dengan

rumus:

S2 N - n

Sý 2 = _______ x __________

n n

Selang kepercayaan yang menunjukkan kisaran nilai tengah yang

sebenarnya, dapat ditentukan dengan rumus:

S S ý – t (α;n-1)______ ≤ Ц < ý – t (α;n-1)______

n-1 n-1

Dimana: ý = nilai tengah contoh t = nilai tabel t (α;n-1)

(22)

Untuk menentukan prosentase hidup tanaman dalam populasinya,

digunakan pendekatan:

Prosen hidup = (Σ tanaman hidup / Σ tanaman yang ditanam) X 100%

3. CAI dan MAI

Pertumbuhan tanaman akasia mangium, jabon, meranti, sengon dan

sungkai dinyatakan dalam riap tahunan berjalan riap tahunan rata-rata

(mean annual increment/MAI) dalam m3/ha/th. Untuk menghitung volume

pohon dipergunakan pendekatan rumus:

V = 0,25.п.D2.h.0,7

dimana п = 3,14

D = diameter

(23)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data hasil pengukuran tinggi dan diameter tanaman sengon

(Paraserianthes falcaraia) disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. Data diameter dan tinggi tanaman sengon umur 4 tahun

(24)

0 0

D: Diameter (cm), TBC: Tinggi bebas cabang (m), TP: Tinggi pucuk (m) Ṣd: 2,32

Tabel 3. Data diameter dan tinggi tanaman sengon umur 6 tahun

(25)

7

D: Diameter (cm), TBC: Tinggi bebas cabang (m), TP: Tinggi pucuk (m) Ṣd: 1,98

B. Pembahasan

1. Analisis pertumbuhan tanaman umur 4 tahun

Pada umur 4 tahun, diameter, tinngi bebas cabang dan tinggi pucuk

tanaman sengon masing-masing sebesar 7,68 cm; 2,80 m dan 7,53 m. Dari

data tersebut nampak bahwa tajuk tanaman sengon sangat rimbun dan

(26)

cabang masih rendah atau tanaman sengon masih memilki cabang yang

harus dipruning.

Berdasarkan hasil audit tanaman HTI PT Gunung Meranti secara

keseluruhan, diperoleh riap diameter dan tinggi rata-rata tahunan (MAI)

tanaman Sengon masing-masing sebesar 1,92 cm/th dan 186,88 cm/th,

dengan potensi kayu berdiri (standing stock) seperti tersaji dalam tabel

berikut ini.

Tabel 4. Potensi tegakan sengon di HTI PT Gunung Meranti umur 4 tahun

Tahun Pembuatan

Tanaman (Batang)

Kubikasi

Komulatif (m3) Keterangan

1 2 3 4

208.686 978.864 468.929 96.829

88,06 589,12 1.288,06 2.027,62

Diameter dibawah 17 cm

Diameter dibawah 17 cm

Diameter dibawah 17 cm

Diameter dibawah 17 cm

Jumla h

1.753.308 2.027,62

Sumber: Laporan bulanan PT Gunung Meranti

Volume kayu berdiri tanaman Sengon selama 4 tahun sebesar 2.027,62

m3 yang terdiri dari 1.753.308 tanaman dengan diameter di bawah 17 cm

sehingga secara ekonomi belum ada yang layak ditebang. Sampai saat ini

belum ada industri pengolahan kayu yang berani membeli kayu Sengon

berdiameter di bawah 17 cm.

(27)

Berdasarkan hasil pengamatan tanaman HTI PT Gunung Meranti umur 6

tahun diperoleh riap diameter dan tinggi rata-rata tahunan (MAI) tanaman

Sengon masing-masing sebesar 0,9 cm/th dan 70,76 cm/th dengan jumlah

pohon berdiameter di bawah 17 cm sebanyak 1.812.493 batang dan kubikasi

sebesar 14.194,98 m3. Jumlah pohon yang telah mencapai diameter 17

cm ke atas hanya 315 pohon dengan kubikasi 59,03 m3. Secara keseluruhan

riap rata-rata tahunan (MAI) tanaman Sengon sebesar 2,97 m3/ha/th.

3. Nilai Finansial

a. Analisis tanaman pada umur 4 tahun

Sampai dengan tahaun 1994 belum ada tanaman Sengon yang telah

mencapai diameter 17 cm ke atas sehingga belum kelihatan keuntungan

(benefit) yang didapatkan.

b. Analisis tanaman pada umur 6 tahun

Selama dua tahun, kubikasi tanaman Sengon mengalami kenaikan yang

cukup besar, dari 2.027,62 m3 tahun 1994 (audit tahun 1995) menjadi

14.194,98 m3 pada tahun 1996 (audit 1997). Namun hampir semua pohon

tersebut masih berdiameter di bawah 17 cm sehingga masih belum layak

untuk di tebang karena belum ada pasar yang bersedia membeli. Jumlah

pohon yang telah mencapai diameter 17 cm ke atas hanya 315 pohon

dengan kubikasi 59,03 m3. Dengan pertimbangan harga jual kayu Sengon

berdiameter 17 cm ke atas sebesar Rp. 150.000,- /m3 (harga tahun 1997),

biaya penebangan yang sulit karena letak pohon yang tersebar, biaya

(28)

Meranti kelas perusahaan kayu Sengon belum memberi hasil fnansial yang

menguntungkan, apalagi bila dibebankan dengan biaya investasi sejak awal

serta biaya operasionalnya.

Berdasarkan hasil audit independen yang dilakukan tahun 1997, jumlah

biaya operasional HTI PT Gunung Meranti (termasuk bunga pinjaman bank

20% per tahun) sampai dengan tahun 1996 sebesar Rp. 3.842.169.866,2

ditambah biaya investasi sebesar Rp. 2.155.786.177,- sehingga secara

keseluruhan pembangunan HTI ini telah menelan biaya sebesar Rp.

5.997.956.043,2. Sedangkan harga jual kayu Sengon yang telah masak

tebang (berdiameter 17 cm ke atas) hanya sebesar Rp. 8.854.500,-,

sehingga masih merugi sekitar Rp. 5.989.101.543,2.

(29)

A. Kesimpulan

Pada umur 4 tahun, diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi pucuk

tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) masing-masing sebesar 7,68

cm; 2,80 m dan 7,53 m yang menunjukkan bahwa tajuk tanaman sengon

mencapai ketebalan 4,73 m dan mempunyai tinggi bebas cabang rendah.

Riap diameter dan tinggi rata-rata tahunan (Mean Annual Increment)

tanaman sengon masing-masing sebesar 1,92 cm/th dan 186,88 cm/th,

dengan potensi kayu berdiri (standing stock) berdiameter dibawah 17 cm

sebesar 2.027,62 m3.

Pada tanaman berumur 6 tahun mempunyai riap diameter dan tinggi

rata-rata tahunan (Mean Annual Increment) tanaman sengon masing-masing

sebesar 0,9 cm/th dan 70,76 cm/th dengan jumlah pohon berdiameter di

bawah 17 cm sebanyak 1.812.493 batang dan kubikasi sebesar 14.194,98

m3. Jumlah pohon yang telah mencapai diameter 17 cm ke atas hanya

315 pohon dengan kubikasi 59,03 m3. Secara keseluruhan riap rata-rata

tahunan (MAI) tanaman Sengon sebesar 2,97 m3/ha/th.

B. Saran

1. Koordinasi antar instansi pemerintah perlu diintensifkan agar tumpang

tindih lahan dapat dihindari.

2. Konflik horisontal antara pengusaha dengan masyarakat dapat dihindari

apabila semua pihak menyadari posisi dan tanggungjawabnya

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Atmosuseno, B.S. 1999. Budidaya, Kegunaan dan Prospek Tanaman Sengon. Penebar Swadaya, Jakarta.

Deptan, 1980a. Pedoman Pembuatan Tanaman. Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Deptan, 1980b. Nama Standar Perdagangan dan Kode Jenis Kayu-kayu Indonesia. Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Dephut, 1989. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I dan II. Badan Litbang Dephut, Bogor.

Dephut, 1990. Peta Kesesuaian Agroklimat Pengembangan Hutan Tanaman Industri Sengon (Albizia falcataria) di Pulau Jawa. Kerjasama Perhimpi dengan BalitbangHut, Departemen Kehutanan RI.

Dephutbun, 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Dephutbun, Jakarta.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Litbang Dephut. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

Pollet, A. dan Nasrullah, 1994. Penggunaan Metode Statistika untuk Ilmu Hayati. Gajah Mada University Press.

Prajadinata, S. dan Masano, 1994. Teknik Penanaman Sengon (Albizia falcataria L.Fosberg). Balitbanghut, Departemen Kehutanan RI.

Sudjana, 1988. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito Bandung.

Sutedjo, M. dan Kartasapoetra, 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Santoso, H.B. 1992. Budidaya Sengon. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Soekotjo, 1995. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Riap Hutan Tanaman Industri. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, Dephut RI. Jakarta.

PT Gunung Meranti, 2001. Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH) II

HPH PT.Gunung Meranti Periode 1996/1997 s/d 2016.

Referensi

Dokumen terkait

رسﻷا ديفيو ءارقفلا حلاصل يتأي يعارزلا ومنلا ةأرملا اهلوعت يتلا ةيشيعملا رسأا تاوخدم ديزت نأب ردقي ،تاقفنلاو تاداريإا هذه راثآ ةجيتن ناكس نم لك ديفتسيو .2017و

Bahaya penghirupan Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak terpenuhi. Informasi lebih lanjut Complete toxicity data are not available for this

1.4 Prosedur minimasi limbah B3 adalah rangkaian kegiatan melakukan substitusi bahan bakudengan menentukan jenis bahan yang dapat digunakan sebgaai substitusi dalam

Tujuan disusunnya analisis peta mutu pendidikan (capaian Standar Nasional Pendidikan) Provinsi Bali adalah untuk mengetahui gambaran ketercapaian mutu pendidikan Provinsi Bali

menunjukkan bahwa perlakuan orang tua yang baik dengan penuh penerimaan menyebabkan remaja cenderung bertahan dalam memandang diri secara obyektif Perlakuan orang tua

Sukrosa secara signifikan berpengaruh meningkatkan kekerasan, waktu larut tablet dan nilai kesukaan responden serta menurunkan % disolusi zat aktif.Tak ada pengaruh

Kepada Jemaat yang baru pertama kali mengikuti ibadah dalam Persekutuan GPIB Jemaat “Immanuel” Depok dan memerlukan pelayanan khusus, dapat menghubungi Presbiter

data yang sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif, yaitu dengan. menjabarkan data yang diperoleh dengan kata atau kalimat