Pengaruh debt leverage, stabilitas keuangan, target keuangan dan jumlah riwayat pelanggaran peraturan terhadap pendeteksian kecurangan laporan
keuangan
Draft Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana
Ekonomi Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran
Disusun Oleh : Taufik Nugraha Suryana
120110100130
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kebijakan otonomi daerah di Indonesia telah membawa banyak perubahan yang sangat mendasar terhadap hubungan Pemerintah Daerah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atau legislatif. Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2004 yang merupakan perubahan dari UU No. 22 Tahun 1999, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada.
Hubungan antara eksekutif dan legislatif mengalami perubahan, yaitu tidak lagi sebagai agen (eksekutif) dan prinsipal (legislatif), melainkan keduanya bertindak sebagai agen dari masyarakat pemilih. Masyarakat memberikan suaranya langsung untuk memilih kepala daerah melalui Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Dalam proses pelaksanaan pemilukada, dibutuhkan dana yang sangat besar mulai dari pendaftaran, pengadaan barang dan jasa untuk pencoblosan, serta kampanye yang dilakukan partai politik dan calon kepala daerah. Dengan kata lain, pemilukada adalah proyek besar yang harus dibiayai dengan anggaran besar pula. Akibatnya, inefisiensi terjadi dalam paradigma proyek pemilukada.
Menurut The Indonesian Power for Democrasy & Konrad Adenauer Stiftung(dalam Ritonga & Alam, 2010), Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) telah diselenggarakan sejak tahun 2005, yang secara langsung dilaksanakan di 314 daerah tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Indonesia. Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemilukada belum pernah dievaluasi secara serius baik Pemerintah Pusat maupun Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga beberapa kalangan berpendapat bahwa pemilukada langsung di beberapa daerah di Indonesia
mengakibatkan pembengkakan beban keuangan bagi daerah (Ritonga & Alam, 2010).
Menurut Ritonga & Alam (2010), dugaan potensi pemanfaatan Anggaran
Keunggulan kekuasaan yang dimiliki incumbent memberikan keuntungan bagi incumbentdalam pengalokasian sumber daya. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang menyatakan bahwa kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mempunyai kewenangan, salah satunya adalah menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, incumbent berpeluang besar untuk memanfaatkan pos-pos belanja pada APBD untuk keuntungan pribadinya. Ritonga & Alam (2010) mengatakan bahwa belanja hibah dan belanja bantuan sosial merupakan salah satu pos belanja yang dapat dimanfaatkan oleh incumbent untuk memikat hati masyarakat pemilih untuk mendapatkan dukungan. Alasan ini cukup mendasar karena dalam Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 yang merupakan revisiPermendagri Nomor 13 Tahun 2006, kedua jenis belanja ini merupakan bagian dari komponen belanja tidak langsung, yang penyalurannya tidakmelalui program dan kegiatan, kedua jenis ini bersifat tidak mengikat dan tidak terus-menerus.
Sejumlah Kepala Daerah yang Terjerat Korupsi
Nama dan Jabatan Kasus Keterangan
Binahati Benediktus Baeha (Bupati Nias)
Dugaan korupsi
bantuan pascabencana tsunami 2007 senilai Rp 3,8 miliar
Ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 11 Januari 2011 Agusrin M.
Najamudin (Gubernur Bengkulu)
Dugaan korupsi dana bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan 2006 senilai Rp 20,16 miliar
Mulai diadili di Pengadilan Negeri 2006-2008 senilai Rp 19,8 miliar
Mulai diadili di Pengadilan Tipikor
Dugaan korupsi APBD Kabupaten Langkat 2000-2007 senilai Rp 31 miliar (saat itu ia
menjabat Bupati
Pengelolaan dana hasil penjualan saham PT Kaltim Prima Coal
milik Pemerintah Kabupaten Kutai Timur oleh PT Kutai Timur Energy
Pertama, adanya temuan bahwa perilaku oportunistik incumbent dalam
pengalokasian belanja hibah dan belanja bantuan sosial dalam APBD cenderung pada self-interestsaat pelakasanaan pemilukada (Ritonga & Alam, 2010).
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010) di Provinsi Jawa Tengah, menyimpulkan bahwa kabupaten/ kota yang tergolong daerah miskin dan menengah tidak memiliki diskresi yang cukup besar dalam mengalokasikan belanja daerahnya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ritonga & Alam (2010), untuk mengetahui adanya perbedaan alokasi belanja sebelum dan pada saat pemilukada, besarnya alokasi belanja dinyatakan dengan nilai nominal, sehingga tidak obyektif. Jika alokasi belanja hanyadilihat dari besaran rupiahnya mungkin mengalami kenaikan, namun jika alokasi belanja tersebut diproporsikan dengan total belanja masing , alokasi belanja dari tahun pertama ke tahun kedua mungkin justru mengalami penurunan.
Untuk itu dipandang perlu untuk mengalisis perbedaan alokasi belanja dengan cara memproporsikan alokasi belanja terhadap total belanja. Selain itu, untuk mengetahui adanya perbedaan antara daerah incumbentdan daerah non incumbent,Ritonga & Alam (2010) hanya memperbandingkan rata-rata alokasi belanja kedua kelompok daerah tersebut pada saat pemilukada, sehingga tidak bisa diperoleh jawaban yang akurat, karena antara daerah incumbentdan non incumbent, keduanya mengalami kenaikan dari tahun sebelum ke tahun pada saat pelaksanaan pemilukada. Maka dari itu perlu melakukan penelitian ini untuk mengetahui adanya perbedaan antara daerah incumbentdan daerah non incumbentdengan memperbandingkan perubahan rata-rata proporsi belanja dari tahun sebelum ke tahun pada saat pemilukada.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 yang direvisi menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa belanja hibah dan belanja bantuan sosial berada di tangan
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah laporan audit memiliki kandungan informasi yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan. Kemudian rumusan masalha tersebut dijabarkan lebih lanjut, yaitu:
wajar tanpa pengecualian atau wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan pada perusahaan yang termasuk ke dalam perusahaan
ekstraktif
2. Apakah terdapat perbedaan harga saham yang signifikan antara sebelum dan setelah pengumuman opini audi wajar tanpa pengecualian atau wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan pada perusahaan yang termasuk ke dalam perusahaan ekstraktif
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk lebih fokus dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, penulis membatasi masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Opini audit yang dijadikan objek penelitian adalah wajar tanpa
pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan, dan wajar dengan pengecualian.
2. Penelitian ini mengklasifikasikan opini audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan berdasarkan informasi yang terkandung di dalamnya ke dalam enam kategori:
i. Hanya mengandung informasi mengenai ketidakkonsistenan dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.
ii. Hanya mengandung informasi mengenai kesangsian mengenai
kelangsungan hidup entitas
iii. Hanya mengandung informasi mengenai penyimpangan laporan
keuangan dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia
iv. Hanya mengandung informasi mengenai penekanan atas suatu hal
v. Hanya mengandung informasi mengenai pendapat auditor sebagian
didasarkan atas laporan audito independen lain.
3. Saham perusahaan yang dipilih adalah saham-saham perusahaan-perusahaan ekstraktif yang termasuk dalam Bursa Efek Indonesia
1.4. Maksud dan Tujuan
1.4.1.Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyajikan bukti empiris mengenai adanya reaksi investor terhadap pengumuman laporan audit wajar tanpa pengecualian, dan laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan pada perusahaan ekstraktif pada periode Februari 2012 – Juli 2012 dan periode Februari 2013 – Juli 2013
1.1.1.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakan dan rumusan permasalahan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan harga saham yang sifnifikan sebelum dan setelah pengumuman opini audit tanpa membedakan jenis opini audit wajar tanpa pengecualian, audit wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan, dan wajar dengan
Indonesia pada periode Februari 2012 – Juli 2012 dan periode Februari 2013 – Juli 2013
2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan harga saham yang signifikan antara sebelum dan setelah pengumuman opini audi wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan, dan wajar dengan pengecualian pada perusahaan-perusahaan
ekstraktif di Bursa Efek Indonesia pada periode Februari 2012 – Juli 2012 dan periode Februari 2013 – Juli 2013
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapt memberi manfaat kepada:
1. Bagi penulis, penelitian ini akan menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam hal ini mengenai pasar modal dan kinerja perusahaan 2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pemahaman dampak informasi yang terdapat dalam laporan audit terhadap harga saham perusahaan tersebut
3. Bagi investor dan calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan ataupun pertimbangan sebelum melakukan investasi
4. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan dapat memberikan informasi tamabahan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
1.6. Kerangka Pemikiran
Agar informasi yang terdapat dalam laporan keuangan mencrminkan keadaan sesungguhnya dan/atau bukan manipulasi dari pihak manajemen, maka laporan keuangan harus diaudit oleh lembaga independen yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Laporan audit adalah media yang digunakan auditor untuk berkomunikasi dengan pengguna laporan keuangan. Auditor menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan auditan di dalam laporan audit. Pendapat auditor disajikan dalam suatu laporan tertulis berupa laporan audit. Pendapat auditor disajikan dalam suatu laporan tertulis berupa laporan audit baku. Pada paragraf lingkup, auditor menyatakan bagwa audit dilaksanakan berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan beberapa
penjelasan tambahan. Selain itu paragraf ini juga berisi pernyataan keyakinan bahwa audit yang dilaksankan berdasarkan standar audit tersebut dapat
memberikan dasar yang memaddai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Al-Thuneibat, et al. (2008) mengemukaakan bahwa laporan audit harus dapat dimengerti, objektif, dan dapat diterima oleh pengguna sebagai sumber informasi yang relevan. Laporan audit dikatakan relevan apabila dapat memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan. Hal ini berarti laporan audit harus berisi informasi yang mempengaruhi keputusan investasi, keputusan kredit, dan harga saham. Namun demikian, apabila tidak terjadi pengaruh terhadap pengambilan keputusan maka nilai dari laporan audit itu patut dipertanyakan.
Mulyadi (2002) menyebutkan bahwa laporan audit wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak. Laporan audit wajar tanpa pengecualian akan memberikan sinyal positif sedangkan tipe laporan audit selain wajar tanpa pengecualian belum tentu memberikan sinyal positif.
Berdasarkan teori ini pula, maka laporan audit tidak wajar dan tidak menyatakan pendapat dapat memberikan sinyal negatif. Mulyadi (2002),
menyatakan pada laporan audit tidak wajar, informasi yang disajikan tidak dapat dipercaya. Hal ini dikarenakan laporan audit tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara tidak wajar. Kemudian laporan tidak menyatakan pendapat juga dapat memberikan sinyal negatif. Hal ini dikarenakan pada laporan ini auditor tidak memperoleh cukup bukti mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut atau hubungan antara auditor dengan kliennya tidak independen. Oleh karena itu, auditor tidak menyatakan pendapatnya.
Secara keseluruhan, penjelasan mengenai kerangka pemikiran diatas, dapat dilihat di bawah ini
opini laporan audit
wajar tanpa pengecualian
wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas wajar dengan pengecualianmengurangi risiko informasi
mengurangi risiko informasi
proses keputusan investasi oleh para investor
reaksi pasar
1.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ha1 : terdapat perbedaan harga saham yang sifnifikan sebelum dan setelah pengumuman opini audit tanpa membedakan jenis opini audit wajar tanpa pengecualian, audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan, dan wajar dengan pengecualian pada perusahaan-perusahaan ekstraktif di Bursa Efek Indonesia pada periode Februari 2012 – Juli 2012 dan periode Februari 2013 – Juli 2013
Ha2 : terdapat perbedaan harga saham yang signifikan antara sebelum dan setelah pengumuman opini audi wajar tanpa pengecualian atau wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan pada perusahaan yang termasuk ke dalam perusahaan ekstraktif
1.8. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia untuk mendapatkan sumber data penelitian yang akan digunakan dan data-data lainnya yang sedang dibutuhkan.
Waktu penelitian akan dimulai pada bulan Agustus 2013 sampai dengan selesai
BAB II
2.1. Audit
Auditing menurut Arens, 2011 adalah “the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria”.
Akuntan publik adalah pihak ynagmelaksankan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan terbuka, yaitu perusahaan-perusahaan yang sahamnya dijual kepada masyarakat umum. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Boynton, Johsnson, Kell (2001) menyatakan beberapa alsan munculnya kebutuhan akan audit :
Konflik kepentingan
Konsekuensi
Kompleksitas
Standar umum atas audit adalah :
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
Standar pekerjaan lapangan atas audit adalah :
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
Standar pelaporan atas audit adalah :
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingakan dengan
penerapan prindip akuntasi tersebut dalam periode sebelumnya c) Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa penyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawa yang dipikul oleh auditor
Standar auditing ini dibuat sebagai acuan baig para auditor dalam melakukan pemerikasaan sehingga hasil akhir dari audit yang berupa opini auditor juga akan memberikan kepercayaan bagi penggunan laporan keuangan karena berasal dari sebuah proses pemeriksaan yang memadai.
(IAPI). Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat.
Ada lima tipe opini audit yang diterbitkan oleh auditor:
1. Wajar tanpa pengecualian
2. Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas 3. Wajar dengan pengecualian
4. Tidak wajar
5. Tidak menyatakan pendapat
2.2. Teori sinyal
Signaling theory dan asymmetric informations digagas pertama kali oleh Ackerlof, Spence dan Stigliz yang menjadikan mereka memperoleh Nobel Ekonomi pada tahun 2001. Signaling theory dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan yang menggunakan informasi yang asimetris antara perusahaan dengan pihak luar karena manajemen lebih banyak tahu tentang prospek perusahaan dan peluang masa depan dibandingkan pihak luar (investor). Informasi asimetri akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi asimetri,
perusahaan harus memberikan informasi sebagai sinyal kepada investor. Informasi asimetris perlu diminimalkan, sehingga perusahaan go public dapat
menginformasikan keadaan perusahaan secara transparan kepada investor.
2.3. Investasi
Keputusan investasi yang sehat memerlukan serangkaian kegiatan yang sistematis dalam menilai sekuritas yang akan diinvestasikan sebelum menetukan pilihan yang dianggap sesuai. Sharpe (1995) meruntut tahapan-tahapan tersebut menjadi :
Menentukan kebijakan investasi
Melakukan analisis sekuritas
Membentuk portfolio
Merevisi portfolio
Mengevaluasi kinerja portfolio
2.4. Pengaruh informasi audit terhadap keputusan investasi
Berdasarkan teori ini pula, maka laporan audit tidak wajar dan tidak menyatakan pendapat dapat memberikan sinyal negatif. Mulyadi (2002),
menyatakan pada laporan audit tidak wajar, informasi yang disajikan tidak dapat dipercaya. Hal ini dikarenakan laporan audit tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara tidak wajar. Kemudian laporan tidak menyatakan pendapat juga dapat memberikan sinyal negatif. Hal ini dikarenakan pada laporan ini auditor tidak memperoleh cukup bukti mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut atau hubungan antara auditor dengan kliennya tidak independen. Oleh karena itu, auditor tidak menyatakan pendapatnya.
Chen et al (2000) meneliti pengaruh pendapat auditor wajar dengan pengecualian terhadap harga dan return saham selama periode 1995-1997. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat reaksi yang signifikan terhadap pendapat auditor wajar dengan pengecualian dan pendapat auditor wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan.
Meiden (2008) meneliti pengaruh pendapat auditor wajar tanpa pengecualian dan pendapat auditor wajar tanapa pengecualian dengan paragraf penjelasan terhadap return dan volume perdagangan saham pada industri non-manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2005. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pendapat auditor wajar tanpa pengecualian berpengaruh terhadap return saham secara keseluruhan dan pada kelompok real estate, sedangkan pada kelompok bank dan sekuritas tidak berpengaruh. Namun pendapat auditor wajar tanpa pengecualian tidak berpengaruh terhadap volume perdagangan secara keseluruhan maupun secara kelompok bank, real estate, dan sekuritas. Selain itu, hasil pengujian juga menunjukkan bahwa pendapat auditor wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan tidak berbpengaruh terhadap return saham dan volume perdagangan secara keseluruhan maupun kelompok bank, real estate, dan sekuritas.