• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Gadar Dengan Chest Pa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan Gadar Dengan Chest Pa"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS NYERI DADA (CHEST PAIN)

A. Pengertian

Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain).

Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme miokard.

Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit.

B. Etiologi

Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Nyeri dada pleuritik

Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat disebakan oleh Difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau radang subdiafragmatik pneumotoraks dan penumomediastinum

2. Nyeri dada non pleuretik

Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau dapat menyebar ke tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh kelainan di luar paru :

a. Kardial

(2)

2 dapat menentukan apakah nyeri berasal sari miokard. Karena rangsangan saraf melalui medula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila kebutuhan 02 miokard tidak dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pada penyakit jantung koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Ada 3 sindrom iskemik yaitu :

a) Angina stabil (Angina klasik, Angina of Effort) : Serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa menit dan menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul setelah makan, pada udara yang dingin, reaksi simfatis yang berlebihan atau gangguan emosi.

b) Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut) : Jenis Angina ini dicurigai bila penderita telah sering berulang kali mengeluh rasa nyeri di dada yang timbul waktu istirahat atau saat kerja ringan dan berlangsung lebih lama.

c) Infark miokard : Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30 menit dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada berlangsung lebih lama, menjalar ke bahu kiri, lengan dan rahang. Berbeda dengan angina pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam beberapa jam. Disamping itu juga penderita mengeluh dispea, palpitasi dan berkeringat. Diagnosa ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzym jantung.

2) Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau substernal yang dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya murmur akhir sisttolik dan mid sistolik-click dengan gambaran echokardiogram dapat membantu menegakan diagnose.

3) Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga dapat menimbulkan nyeri dada iskemik.

b. Perikardial

(3)

3 preokordinal, tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan punggung. Nyeri bisanya seperti ditusuk dan timbul pada aktu menarik nafas dalam, menelan, miring atau bergerak.

Nyeri hilang bila penderita duduk dan berdandar ke depan. Gerakan tertentu dapat menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri angina. Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri epigastrum dan punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis

c. Aortal

Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan resiko tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosa dicurigai bila rasa nyeri dada depan yang hebat timbul tiba- tiba atau nyeri interskapuler. Nyeri dada dapat menyerupai infark miokard akan tetapi lebih tajam dan lebih sering menjalar ke daerah interskapuler serta turun ke bawah tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.

d. Gastrointestinal

Refluks geofagitis, keganasan atau infeksi esofagus dapat menyebabkan nyeri esofageal. Nyeri esofageal lokasinya di tengah, dapat menjalar ke punggung, bahu dan kadang – kadang ke bawah ke bagian dalam lengan sehingga seangat menyerupai nyeri angina. Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi gaster kadang – kadang dapat menyebabkan nyeri substernal sehingga mengacaukan nyeri iskemik kardinal. Nyeri seperti terbakar yang sering bersama – sama dengan disfagia dan regurgitasi bila bertambah pada posisi berbaring dan berurang dengan antasid adalah khas untuk kelainan esofagus, foto gastrointestinal secara serial, esofagogram, test perfusi asam, esofagoskapi dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat membantu menegakan diagnosa.

e. Muskuloskletal

(4)

4 f. Fungsional

Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak enak di dada, palpilasi, dispnea, using dan rasa takut mati. Gangguan emosi tanpa adanya klealinan objektif dari organ jantung dapat membedakan nyeri fungsional dengan nyeri iskemik miokard.

g. Pulmonal

Obstruksi saluran nafas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat menyebakan nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru akut nyeri dada menyerupai infark miokard akut dan substernal. Bila disertai dengan infark paru sering timbul nyeri pleuritik. Pada hipertensi pulmoral primer lebih dari 50% penderita mengeluh nyeri prekordial yang terjadi pada waktu exercise. Nyeri dada merupakan keluhan utama pada kanker paru yang menyebar ke pleura, organ medianal atau dinding dada. C. Patofisiologi

(5)

5

Perubahan-perubahan hemodinamik ini tidak statis. Bila makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah-daerah diskinetik akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.

Aritmia merupakan penyulit tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap rangsangan.

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah : 1. Nyeri ulu hati

2. Sakit kepala

3. Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung 4. Diaforesis / keringat dingin

5. Sesak nafas 6. Takikardi 7. Sesak nafas 8. Kulit pucat

9. Sulit tidur (insomnia) 10.Mual, Muntah, Anoreksia

11.Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri 12.Kelemahan

13.Wajah tegang, merintih, menangis 14.Perubahan kesadaran

E. Pemeriksaan penunjang

1. EKG 12 lead selama episode nyeri a. Takhikardi / disritmia

b. Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis

(6)

6 koroner yang berat. EKG bisa didapatkan gambaran iskemik dengan infark miokard lama atau depresi ST dan T yang terbalik pada penyakit yang lanjut. 2. Laboratorium

a. Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH b. Fungsi hati : SGOT, SGPT

c. Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin d. Profil Lipid : LDL, HDL

3. Foto Thorax 4. Echocardiografi 5. Kateterisasi jantung F. Terapi / penatalaksanaan

1. Pengobatan a. Nitrat

Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi arteri epikardial tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi terjadi pada arteri yang normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh darah kolateral sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah isomik. Toleransi sering timbul pada pemberian oral atau bentuk lain dari nitrat long-acting termasuk pemberian topikal atau transdermal. Toleransi adalah suatu keadaan yang memerlukan peningkatan dosis nitrat untuk merangsang efek hemodinamik atau anti-angina. Nitrat yang short-acting seperti gliseril trinitrat kemampuannya terbatas dan harus dipergunakan lebih sering. Sublingual dan jenis semprot oral reaksinya lebih cepat sedangkan jenis buccal mencegah angina lebih dari 5 am tanpa timbul toleransi

b. Beta bloker

(7)

7 c. Ca-antagonis

Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner, Nifedipin dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina, memperkuat efek nitrat oral dan memperbaiki toleransi exercise. Merupakan pilihan obat tambahan yang bermanfaat terutama bila dikombinasi dengan beta-bloker sangat efektif karena dapat mengurangi efek samping beta bloker. Efek anti angina lebih baik pada pemberian nifedipin ditambah dengan separuh dosis beta-bloker daripada pemberian beta-bloker saja.

Jadi pada permulaan pengobatan angina dapat diberikan beta-bloker di samping sublingual gliseril trinitrat dan baru pada tingkat lanjut dapat ditambahkan nifedi-pin. Atau kemungkinan lain sebagai pengganti beta-bloker dapat diberi dilti azem suatu jenis ca-antagonis yang tidak merangsang tahikardi. Bila dengan pengobatan ini masih ada keluhan angina maka penderita harus direncanakan untuk terapi bedah koroner. Pengobatan pada angina tidak stabil prinsipnya sama tetapi penderita harus dirawat di rumah sakit. Biasanya keluhan akan berkurang bila ca-antagonis ditambah pada beta-bloker akan tetapi dosis harus disesuaikan untuk mencegah hipertensi. Sebagian penderita sengan pengobatan ini akan stabil tetapi bila keluhan menetap perlu dilakukan test exercise dan arteriografi koroner. Sebagian penderita lainnya dengan risiko tinggi harus diberi nitrat i.v dan nifedipin harus dihentikan bila tekanan darah turun. Biasanya kelompok ini harus segera dilakukan arteriografi koroner untuk kemudian dilakukan bedah pintas koroner atau angioplasti.

d. Antipletelet dan antikoagulan

(8)

8 1) Heparin i.v dan aspirin dapat dianjurkan sebagai pengobatan rutin selama

fase akut maupun sesudahnya

2) Pada penderita yang keadaannya cenderung tidak stabil dan belum mendapat pengobatan, beta-bloker merupakan pilihan utama bila tidak ada kontra indikasi. Tidak ada pemberian kombinasi beta-bloker dengan ca-antagonis diberikan sekaligus pada permulaan pengobatan.

3) Pada penderita yang tetap tidak stabil dengan pemberian beta-bloker dapat ditambah dengan nifedipin.

4) Pengobatan tunggal dengan nifedipin tidak dianjurkan. 2. Pembedahan

Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery) Walupun pengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan angina dapat memeperpanjang masa hidup penderita, keadaan tersebut belum dapat dibuktikan pada kelompok penderita tertentu terutama dengan penyakit koroner proksimal yang berat dan gangguan fungsi ventrikel kiri dengan risiko kerusakan mikardium yang luas (Rahimtoola 1985).

Pembedahan lebih bagus hasilnya dalam memperbaiki gejala dan kapasitas exercise pada angina sedang sampai berat. Perbaikan gejala angina didapatkan pada 90% penderita selama 1 tahun pertama dengan kekambuhan setelah itu 6% pertahun. Kekambuhan yang lebih cepat biasanya disertai dengan penutupan graft akibat kesulitan teknis saat operasi sedangkan penutupan yang lebih lama terjadi setelah 5 – 12 tahun sering karena adanya graft ateroma yang kembali timbul akibat pengaruh peninggian kolesterol dan diabetes.

(9)

9 G. Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah secara bertahap maupun mendadak. Asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh karakteristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan asuhan keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan.

Karakteristik unik dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem asuhan keperawatan antara lain :

1. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat.

2. Keterbatasan sumber daya dan waktu.

3. Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia, seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas.

4. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan dan ketepatan yang tinggi.

5. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat.

Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat di ruang gawat darurat meliputi :

1. Penjaminan keselamatan diri perawat dan klien yang terjaga : perawat harus menerapkan prinsip Universal Precaution dan mencegah penyebab infeksi.

2. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menentukan diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan.

3. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi masalah biologi dan psikososial klien.

4. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat.

5. Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan.

(10)

10 Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan Asuhan Keperawatan di ruangan gawat darurat dengan contoh proses keperawatan klien gawat darurat.

1. Pengkajian a. Standar

Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.

b. Keluaran

Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien gawat darurat.

c. Proses

Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi masalah keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua : 1) Pengkajian Primer (primary survey)

Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.

Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan : A = Airway dengan kontrol servikal

Kaji :

- Bersihan jalan nafas

- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas - Distress pernafasan

- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring B = Breathing dan ventilasi

Kaji :

- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada - Suara pernafasan melalui hidung atau mulut

(11)

11 Kaji :

- Denyut nadi karotis - Tekanan darah

- Warna kulit, kelembaban kulit

- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal D = Disability

Kaji :

- Tingkat kesadaran - Gerakan ekstremitas

- GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P = pain/respon nyeri, U = unresponsive.

- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya. E = Eksposure

Kaji :

- Tanda-tanda trauma yang ada. 2) Pengkajian Sekunder (secondary survey)

Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.

a) Pengkajian Riwayat Penyakit : Komponen yang perlu dikaji :

- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit

- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit - Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera

- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri) - Waktu makan terakhir

- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.

Metode pengkajian :

(12)

12

alergi yang dipunyai klien

tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi nyeri

riwayat penyakit yang diderita klien makan/minum terakhir; jenis makanan, ada penurunan atau peningkatan kualitas makan

pencetus/kejadian penyebab keluhan

 Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :

P (provoked) menimbulkan dan mengurangi nyeri kualitas nyeri

arah penjalaran nyeri skala nyeri ( 1 – 10 )

lamanya nyeri sudah dialami klien b) Tanda-tanda vital dengan mengukur :

- Tekanan darah

- Irama dan kekuatan nadi

- Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan - Suhu tubuh

c) Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :

 Pengkajian kepala, leher dan wajah - Periksa rambut, kulit kepala dan wajah

Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing.

- Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir

(13)

13 - Periksa leher

Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau tidak, distensi vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan menelan.

 Pengkajian dada

Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks : - Kelainan bentuk dada

- Pergerakan dinding dada

- Amati penggunaan otot bantu nafas

- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae, perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi

 Pengkajian Abdomen dan Pelvis Hal-hal yang perlu dikaji :

- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen

- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi, abrasi, distensi abdomen dan jejas

- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas - Nadi femoralis

- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST) - Distensi abdomen

 Pengkajian Ekstremitas Hal-hal yang perlu dikaji : - Tanda-tanda injuri eksternal - Nyeri

- Pergerakan

- Sensasi keempat anggota gerak - Warna kulit

- Denyut nadi perifer

 Pengkajian Tulang Belakang

Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji :

- Deformitas

(14)

14 - Jejas

- Laserasi - Luka

 Pengkajian Psikosossial Meliputi :

- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan

- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh ataupun anggota keluarga

- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat dan hiperventilasi.

3) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan meliputi : a. Radiologi

b. Pemeriksaan laboratorium c. USG dan EKG

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan Gawat Darurat yang dapat muncul pada kasus Nyeri

Dada (chest pain) antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

b. Perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

c. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai 02 miokard dan kebutuhan

(15)

15 ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Gangguan Sistem Kardiovaskuler Dengan Diagnosa Medis Chest Pain

A. Pengkajian

Kel. Tawaeli Panau, Kec. Palu Utara 17 November 2012

Kel. Tawaeli Panau, Kec. Palu Utara Kakak

3. Pengkajian Primer

Airway Tidak ada sumbatan jalan napas, tampak penggunaan otot napas tambahan

Breathing Dyspnea, irama cepat dan dangkal, spontan, P : 30 x/menit Circulation Nadi radialis cepat, kuat angkat, ireguler, N : 120 x/menit Disability a. GCS : E4V5M6

b. Kesadaran : Composmentis 4. Pengkajian Sekunder

a. Riwayat Penyakit sekarang :

Klien masuk dengan keluhan sakit dada sebelah kiri, keluhan memberat bila berbaring, sesak bila merasakan nyeri, keluhan tidak dipengaruhi oleh aktivitas. Pengkajian nyeri (PQRST) :

(16)

16 b. Riwayat penyakit terdahulu

Klien riwayat HT lama, bapak dari klien juga menderita penyakit yang sama dengan klien.

c. Riwayat pengobatan

Klien sering kontrol ke poliklinik di RSD Madani. d. Riwayat Alergi (obat dan makanan) :

Klien tidak ada riwayat alergi dan obat-obatan 5. Tanda-Tanda Vital

TD : 230/130 mmHg N : 120 x/menit RR : 30 x/menit S : 36,2⁰C

6. Head to Toe (Pengkajian Fokus)

Kepala Berkeringat, konjungtiva tidak anemis, tidak teraba adanya benjolan.

Leher Peningkatan JVP R +1 H2O, tidak tampak adanya kelainan pada leher, tidak teraba adanya hematoma

Thoraks Dada :

Tampak penggunanan otot-otot napas tambahan, pergerakan cepat dan dangkal, ireguler, tidak tampak adanya jejas.

Terdengar bunyi napas tambahan, brochovesikuler Jantung :

Terdengar ireguler dan cepat, tidak terdengar adanya BJ tambahan Abdomen Tidak teraba adanya massa, tidak tampak adanya jejas, terdengar

bising usus 16 x/menit

Ekstremitas Akral dingin, teraba nadi radialis, cepat, ireguler dan kuat angkat

Integumen Berkeringat dingin, S : 36,2C

7. Pengkajian Psikososial :

Gelisah, klien mengatakan cemas dengan penyakitnya, takikardi dan hyperventilasi 8. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : - HB

- Leukosit - Eritrosit - Hematokrit

(17)

17 - Trombosit

- GDS - Urea b. EKG :

- Tachycardy

- Incomplete LBB Blok

- ST-T abnormality (maybe ischemia)

: 312.000 mg/dl : 176 mg/dl : 92 mg/dl

9. Therapy dan Instruksi Medis - IVFD RL 12 tts/menit - O2 nasal 3-5 lpm

- Injeksi Ranitidine 1 ampul/12 jam/IV - ISDN 3 x 5 mg (SL)

(18)

18 B. Analisa Data

KLASIFIKASI DATA PENYEBAB MASALAH

DS :

- Klien mengeluh sesak - Klien mengatakan cemas

dengan penyakit

- Klien mengatakan sesaknya bertambah bila berbaring DO :

- Dyspnea

- Tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan - Irama pernapasan cepat dan

dangkal - Hyperventilasi - Klien tampak gelisah - TD : 230/130 mmHg

Vol. Residu Ventrikel ↑

Tek Hidrostatik Kapiler

- Klien mengatakan nyeri dirasakan tiba-tiba

- Klien mengatakan nyerinya memberat bila berbaring dan merasa seperti ditusuk-tusuk - Klien mengatakan nyeri

dirasakan dari dada kiri menjalar ke seluruh tangan kiri

- Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan sampai pada skala 9

DO :

- Berkeringat

- Akral teraba dingin

- Peningkatan JVP R +1 H2O - Irama jantung Ireguler - Takikardi

(19)

19 C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah

(20)

20 D. Asuhan Keperawatan

Nama : Tn. D Usia : 54 Tahun Jenis Kelamin : L No. MR : 01-10-89 Diagnosa Medis : Chest Pain

TGL./JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN

KRITERIA HASIL INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUATION

1 2 3 4 5 6

17-11-2012 Pkl. 18.30

Ketidak efektifan Pola Napas b/d penurunan fungsi paru.

2. RR dalam rentang

16-20 x/menit

3. Irama napas reguler

4. Klien tampak

tenang

1. Observasi dan

dokumentasikan TTV setiap 30 menit

2. Pantau dan dokumentasikan

kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi

3. Atur posisi klien senyaman

mungkin

4. Ciptakan lingkungan yang

tenang bagi klien

5. Lakukan kolaborasi dengan

medis untuk pemberian terapi :

Pkl. 18. 45

1. Mengobservasi TTV setiap

30 menit :

- Irama tidak teratur

- Cepat dan dangkal

- Hyperventilasi

3. Mengatur posisi klien

senyaman mungkin : Posisi Fowler, kepala lebih

tinggi 45⁰ dari kaki

4. Menciptakan lingkungan

(21)

21

1 2 3 4 5 6

17-11-2012 Pkl. 18.40

Nyeri akut b/d iskemik pada miokard

1. Kaji keluhan nyeri klien

dengan menggunakan PQRST

2. Ajarkan klien tehnik

relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri

- Memasang O2 Nasal 5

lpm

- Memasang Infus dengan

cairan RL 12 tts/mnt

Pkl. 18.50

1. Mengkaji keluhan klien

dengan menggunakan

nyeri dirasakan mulai dari dada kiri menjalar keseluruh tangan kiri

- S : klien mengatakan

skala nyerinya pada skala

9 (rentang 1 – 10)

- T : klien mengatakan

nyeri dirasakan sejak 4 hari yang lalu.

2. Mengajarkan klien tehnik

relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri :

(22)

22

1 2 3 4 5 6

3. Anjurkan klien untuk tidak

melakukan aktivitas yang dapat memberatkan keluhannya

4. Lakukan tehnik distraksi

bila klien mengeluh nyerinya memberat

5. Lakukan kolaborasi dengan

tim medis untuk pemberian terapi :

- Ranitidin 1 amp/8 jam/IV

- ISDN 3 x 5 mg (SL)

- Captopril tab 2 x 25 mg

- Amlopidin tab 1 x 10 mg

- Trombo aspilet 1 x 1 tab

3. Menganjurkan klien untuk

tidak melakukan aktivitas yang dapat memperberat keluhannya :

Klien dianjurkan bedrest total

4. Melakukan tehnik distraksi

bila klien mengeluh

dengan tim medis untuk pemberian terapi ;

- Memberikan inj.

Ranitidine 1 amp/IV

- Memberikan tab ISDN 5

(23)

23 DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC Hudak&Gallo. 1995. Keperawatan Kritis cetakan I. Jakarta : EGC

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

Musliha, Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan pendekatan Nanda, NIC, NOC, 2010, Nuha Medika, Yogyakarta

Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesia, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2009-2011, EGC, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil %FFA pada  praktikum yang diperoleh dari kelompok 7 sampai dengan kelompok 12 memiliki nilai dibawah 0,30% sehingga sampel pada praktikum penentuan asam lemak

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) VARIETAS DEWATA DALAM POLYBAG PADA BERBAGAI POPULASI DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM. THE GROWTH AND YIELD OF DEWATA

Perusahaan migas Perusahaan energi XYZ membutuhkan suatu teknik peramalan yang tepat yaitu dengan menggunakan model deret waktu untuk membantu perusahaan dalam

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan di dalam Bab IV yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari promosi jabatan dan kompensasi

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar

Still, this book will explore the concept of server-side automation of Microsoft Office applications that provide ways to build code that is scalable and well-behaved when compared

SMKS PLUS NURUL Gunung Sari 464 : no..

Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan selama 1 jam tidak terjadi hipotermi danselama 1x 24 jam keadaan bayi baik  dan tidakmmenunjukkan tanda-tanda infeksi. Kriteria