• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah Di Desa Konda Maloba, Kecamatan Lolukalay, Kabupaten Sumba Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah Di Desa Konda Maloba, Kecamatan Lolukalay, Kabupaten Sumba Tengah."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KELAYAKAN PENDIRIAN USAHA

PENGGILINGAN GABAH DI DESA KONDA MALOBA,

KECAMATAN LOLUKALAY,

KABUPATEN SUMBA TENGAH

Oleh

BAGUS PRAMUDYA U.R. SAMAPATY

H24066015

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Bagus Pramudya U.R. Samapaty. H24066015. Kajian Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah Di Desa Konda Maloba, Kecamatan Lolukalay, Kabupaten Sumba Tengah. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis.

Penggilingan gabah merupakan sarana produksi pangan yang mempunyai peranan sangat penting dalam rangka pemberdayaan perekonomian masyarakat pedesaan. Desa Konda Maloba yang terletak di Kecamatan Lolukalay, Kabupaten Sumba Tengah belum memiliki usaha penggilingan gabah yang dapat meningkatkan produktivitas padi Desa Konda Maloba. Tujuan dari penelitian adalah : (1) menganalisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek dampak usaha, dan aspek finansial; (2) merekomendasikan langkah-langkah implementasi pendirian usaha penggilingan gabah dengan pendekatan kolaboratif.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari masyarakat dan kelompok tani pada lokasi penelitian melalui alat bantu kuesioner. Data sekunder didapat dari literatur, buku, kunjungan ke berbagai dinas, instansi dan tempat yang berhubungan dengan penelitian. Data diolah dengan alat bantu Microsoft Excel untuk menganalis kriteria kelayakan secara finansial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis kelayakan keuangan menghasilkan keuntungan bagi penggilingan gabah Duma Lori Rp 97.332.467,00, R/C ratio 1,81, dan Break Event Point (BEP) Rp 42.210.492,00 serta kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV) Rp 255.639.085,00, Internal Rate Return (IRR) 50%, Net Benefit/Cost atau Profitabilitas Index (PI) 4,183, dan

(3)

KAJIAN KELAYAKAN PENDIRIAN USAHA

PENGGILINGAN GABAH DI DESA KONDA MALOBA,

KECAMATAN LOLUKALAY,

KABUPATEN SUMBA TENGAH

Oleh

BAGUS PRAMUDYA U.R SAMAPATY

H 24066015

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Ekonomi penyelenggaraan khusus

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

KAJIAN KELAYAKAN PENDIRIAN USAHA PENGGILINGAN GABAH

DI DESA KONDA MALOBA, KECAMATAN LOLUKALAY,

KABUPATEN SUMBA TENGAH

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Ekonomi penyelenggaraan khusus Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh

BAGUS PRAMUDYA U.R SAMAPATY

H 24066015

Menyetujui, November, 2009

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA

Pembimbing

Mengetahui,

Dr.Ir. Jono M.Munandar. M.Sc

Ketua Departemen

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Juli 1985 di Kota Semarang. Penulis yang bernama lengkap Bagus Pramudya Umbu Remu Samapaty, merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Umbu S. Pateduk dan Nuning H. Hudayati.

Pendidikan pertama penulis di mulai pada tahun 1990 di TK Santo Yusup Semarang, kemudian melanjutkan ke SD Masehi Waikabubak dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kristen Waikabubak dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Waikabubak. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Seleksi Masuk Insitut Pertanian Bogor (USMI) pada Program Diploma III Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan. Setelah lulus pada tahun 2006, melanjutkan ke Program Ekstensi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Kajian Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah Di Desa Konda Maloba, Kecamatan Lolukalay,

Kabupaten Sumba Tengah”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis berterimakasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA selaku pembimbing yang memberikan saran-saran, perbaikan, hingga dukungan moral, bagi penyelesaian skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Ma’mun Sarma dan Bapak Ir. Abdul Basith, MSi selaku penguji yang telah memberikan saran-saran, perbaikan dalam pembuatan skripsi ini. 3. Papa dan Mama yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan dan doa

kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

4. Kelompok Tani Dumalori dan Penduduk Desa Konda Maloba yang telah membantu penulis dalam penelitian di lapang.

5. Bapak Martinus Djurumana dari Dinas Pertanian Sumba Tengah yang banyak membantu penulis dalam studi litelatur selama berada di Sumba. 6. Bapak/Ibu Dosen dan staf administrasi Program Ekstensi Manajemen yang

telah memberikan banyak ilmu pengetahuan serta membantu penulis selama berkuliah di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. 7. Rekan-rekan mahasiswa ekstensi manajemen Angkatan I yang telah berbagi

dalam suka maupun duka selama penulis berkuliah di Manajemen.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dan semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, November 2009

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. ... PEN DAHULUAN ... 1

1.1. ... Latar Belakang ... 1

1.2. ... Perumusan Masalah... 2

1.3. ... Tujuan Penelitian ... 2

II.... TIN JAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Studi Kelayakan Bisnis... 3

2.2. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis ... 4

2.3. Usaha Kecil ... 6

2.4. Usaha Penggilingan Gabah ... 6

2.5. Teknologi Penggilingan Padi ... 7

2.6. Teknik Penggilingan Gabah yang baik ... 8

2.7. Jenis-jenis Mesin Penggilingan Gabah ... 9

2.8. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 10

III.... ME TODOLOGI ...12

3.1. Kerangka Pemikiran ... 12

3.2. Metode Penelitian... 14

3.2.1 Pengumpulan Data ... 14

3.2.2 Pengolahan dan Analisis Data ... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1. Gambaran Daerah Penelitian ... 19

4.2. Gambaran Umum Penggilingan Padi Duma Lori ... 20

4.2.1 Rencana Pendirian Penggilingan Padi Duma Lori ... 20

4.2.2 Fasilitas dan Kegiatan Pengembangan Usaha Padi Duma Lori ... 20

4.2.3 Kepengurusan Penggilingan Padi Duma Lori ... 20

4.3. Latar Belakang dan Rencana Usaha Penggilingan Padi Duma Lori ... 21

(8)

4.3.2 Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha ... 22

4.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha ... 23

4.4.1 Analisis Aspek Pasar ... 23

4.4.2 Analisis Aspek Keuangan ... 26

4.4.3 Analisis Aspek Teknis ... 36

a. Penentuan Kapasitas Produksi ... 36

b. Pemilihan Mesin, Peralatan dan Fasilitas Produksi ... 36

c. Lokasi dan Tata Letak ... 37

d. Proses Produksi ... 38

e. Peralatan dan Perlengkapan ... 38

4.4.4 Aspek Manajemen ... 38

4.4.5 Aspek Dampak Usaha ... 42

4.5. Implikasi Managerial Pengembangan Usaha ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN 1. ... Kesi mpulan ... 44

2. ... Sara n ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Deskripsi data pengembangan usaha penggilingan gabah Dumalori ... 48

2. Kuesioner ... 52

3. Pertanyaan untuk Focus Group Discussion ... 56

4. Kebutuhan inflow dan outflow dari usaha penggilingan gabah per

tahun analis ... 57

5. Perhitungan kelayakan finansial usaha penggilingan gabah Dumalori .. 59

6. Perhitungan laba/rugi usaha penggilingan gabah Dumalori ... 62

7. Perhitungan Laba, R/L, BEP dan PBP dalam usaha penggilingan

gabah Dumalori ... 64

8. Perhitungan penyusutan investasi usaha penggilingan gabah

Dumalori ... 67

9. Perhitungan kelayakan finansial per tahun analisis usaha

Penggilingan gabah Dumalori ... 68

10. Perhitungan analisis NPV dan IRR usaha penggilingan

gabah Dumalori ... 71

11. Perhitungan analisis sensitivitas usaha penggilingan

gabah Dumalori ... 72

12. Perhitungan analisis switching value usaha penggilingan

(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jumlah produksi gabah di Kecamatan Katiku Tana

pada tahun 2008 ... 24 2. Daftar komponen kebutuhan investasi pendirian usaha

penggilingan gabah Duma Lori ... 27 3. Rincian biaya tetap pendirian usaha penggilingan

penggilingan gabah Duma Lori per bulan ... 28 4. Rincian variabel pendirian usaha penggilingan gabah

Duma Lori per bulan ... 29 5. Nilai kriteria penilaian investasi pengembangan usaha

penggilingan gabah ... 32 6. Klasifikasi sistem kompensasi usaha penggilingan gabah

Duma lori... 41

(11)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memilki kekayaan sumber daya alam (SDA) di berbagai sektor diantaranya pertanian, perikanan dan kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang masih menjadi andalan bagi masyarakat dan negara. Selain itu, sektor pertanian dapat memberikan pemasukan tambahan yang sangat berarti bagi daerah setempat.

Usaha tani menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia, maka tidak mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar terhadap peningkatan produksi dan stabilitas harga beras. Kecukupan pangan dengan harga terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Komoditas beras merupakan hasil pertanian yang diunggulkan, karena bila ketersediaan beras di sekitar masyarakat terganggu menyebabkan keresahan sosial, maka pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap produksi, mutu, distribusi dan kesejahteraan pihak yang terkait didalamnya.

Kabupaten Sumba Tengah memiliki lahan pertanian seluas 179.459, 3 Ha, diantaranya 25.861,11 Ha sebagai lahan pertanian aktif. Luas panen padi sawah untuk Kecamatan Katiku Tana pada tahun 2007 diketahui seluas 1.159 Ha dengan rataan produktivitas 50, 91 kuintal/Ha dan hasil produksi padi sejumlah 4.732 ton (Dinas Pertanian Sumba Tengah, 2007).

Desa Konda Maloba merupakan salah satu desa di pinggiran kota Waibakul, dengan luas 225,56 Ha memiliki sawah dan ladang seluas 184,572 Ha. Masyarakat Desa Konda Maloba menggantungkan hidupnya pada pertanian. Dalam hal ini, sistem pola tanam yang dilakukan oleh masyarakat Desa Konda Maloba adalah sistem bergilir, karena kurangnya air dan harus ada pembagian alokasi air dengan sistem bergilir, sehingga penanaman padi hanya satu kali dalam satu tahun.

(12)

pemberdayaan perekonomian masyarakat pedesaan, terutama petani dan penciptaan lapangan pekerjaan. Selain itu, usaha penggilingan gabah juga berperan sebagai titik sentral dari sebuah kawasan produksi padi dan sekaligus titik pertemuan antara perubahan bentuk dari bahan baku menjadi olahan primer.

Kelompok Tani Dumalori di Desa Konda Maloba berkeinginan membuka usaha penggilingan gabah karena di Desa Makatakeri sudah melakukan penggilingan gabah. Hasil panen padi kelompok tani Dumalori hingga saat ini masih menggilingkan gabahnya di desa Makatakeri yang ditempuh dalam waktu satu jam. Penelitian tentang studi keyakan bisnis di Desa Konda Maloba diharapkan dapat mewujudkan usaha penggilingan gabah bagi masyarakat Desa Konda Maloba, sehingga proses penggilingan gabah menjadi produktif dan efisien.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pendirian usaha penggilingan gabah di desa Konda Maloba layak dilihat dari aspek pasar, teknis dan finansial ?

2. Apakah pendirian usaha ini menguntungkan bagi masyarakat di Desa Konda Maloba ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah dilihat dari aspek pasar, teknis dan finansial.

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam hal

financial benefit maupun social benefit (Ibrahim, 2003).

Tujuan yang ingin dicapai dari studi kelayakan bisnis ini mencakup empat pihak yang berkepentingan (Ibrahim, 2003), yaitu :

1. Investor

Studi kelayakan bisnis ditujukan untuk melakukan penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan berguna, karena sudah mengkaji berbagai aspek pasar dan pemasaran, aspek teknologis dan teknis, aspek finansial dan aspek manajemen operasional, yang secara komprehensif dan detail, sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi secara obyektif.

2. Analisis

Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan suatu penilaian rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai kembali usaha yang sudah ada.

3. Masyarakat

Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat secara langsung maupun yang muncul, karena adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya usaha tersebut.

4. Pemerintah

(14)

pertambahan nilai maupun dari pajakpenghasilan dan retribusi berupa perijinan, biaya pendaftaran, dan administrasi yang layak diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Sofyan, 2003).

Tahap-tahap untuk melakukan investasi usaha adalah :

1. Identifikasi

Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.

2. Perumusan

Perumusan ini merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi kedalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar.

3. Penilaian

Penilaian dilakukan dengan menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik, manajemen dan finansial.

4. Pemilihan

Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbasan dan tujuan yang akan dicapai.

5. Implementasi

Implementasi adalah menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran.

2.2. Aspek-aspek Studi Kelayakan

Studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek. Dengan demikian menyusun studi kelayakan bisnis (Ibrahim, 2003) meliputi aspek-aspek berikut :

1. Aspek pasar dan pemasaran 2. Aspek teknis dan teknologi 3. Aspek manajemen operasional 4. Aspek finansial

(15)

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek ini bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian yang dapat diraih oleh perusahaan atau usaha yang diusulkan, dan strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen (Husnan dan Muhammad, 2000).

2. Aspek Teknis dan Teknologis

Bertujuan untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi perencanaan yang telah dilakukan dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak (Husnan dan Suwarsono, 2000). Pada aspek teknis dan teknologis dipaparkan beberapa factor, yaitu penentuan kapasitas produksi, tata letak pabrik, pemilihan mesin, peralatan dan teknologi untuk produksi (Umar, 2001).

3. Aspek Manajemen Operasional

Aspek ini merupakan suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan terhadap operasi perusahaan (Umar, 2001). Aspek ini juga mengkaji mengenai legalitas dari suatu perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk meyakini apakah secara yuridis perencanaan usaha yang telah dibuat dapat dinyatakan layak atau tidak layak dihadapkan pada pihak berwajib dan masyarakat (Umar, 2001).

4. Aspek Finansial

Aspek ini berbicara tentang bagaimana penghitungan kebutuhan dana, baik kebutuhan dana untuk aktiva tetap maupun dana untuk modal kerja. Analisis aspek finansial juga membahas mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan jumlah dana tersebut, sekaligus pengalokasiannya secara efisien sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan (Husnan dan Suwarsono, 2000).

2.3. Usaha Kecil

(16)

Berikut adalah kriteria usaha kecil berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Pasal 5 Ayat 1, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 c. Milik warga negara Indonesia

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar

e. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas nilai nominal dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 juga mengatur mengenai kebijaksanaan pemerintah dalam menumbuhkan iklim usaha dalam aspek perizinan usaha dengan menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan, serta memberikan kemudahan persyaratan untuk memperoleh perizinan.

2.4. Usaha Penggilingan Gabah

Di Indonesia, usaha penggilingan gabah dikelompokkan berdasarkan kapasitas penggilingan yang meliputi penggilingan sederhana (PS), penggilingan kecil (PK), penggilingan besar (PB) dan penggilingan terpadu (PT) (Hasbullah, 2007).

(17)

2.5. Teknologi Pengolahan Padi

Pengolahan padi menjadi beras meliputi tahapan-tahapan yaitu pemisahan kotoran, pengeringan, pengeringan dan penyimpanan padi, pengupasan kulit, penggilingan dan pengemasan serta distribusi. Pemisahan kotoran dari padi hasil panen dilakukan karena terkadang dalam kumpulan gabah yang akan digiling masih terdapat kotoran seperti daun maupun benda lain seperti batu kerikil ataupun pasir.

Kadar air yang terdapat pada padi hasil panen bervariasi 18-25 %, bahkan dalam beberapa kasus dapat lebih besar. Proses pengeringan dilakukan untuk mengurangi kandungan kadar air sampai 14 %, sehingga memudahkan dan mengurangi kerusakan dalam penyosohan. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyulitkan pengupasan kulit dan menyebabkan kerusakan pada gabah, karena tekstur yang lunak.

Penyosohan merupakan proses pengupasan kulit padi yang merupakan tahapan paling penting dari keseluruhan proses. Sedangkan proses selanjutnya hanyalah penyempurnaan dari proses penyosohan dan untuk meningkatkan kebersihan.

Tahap penggilingan adalah proses penyempurnaan penyosohan dan pelepasan lapisan penutup butir beras. Teknologi penggilingan saat ini sudah berkembang untuk menghasilkan beras putih yang layak. Dalam tahapan ini terdapat proses penyosohan, pemutihan dan pengkilapan. Namun, inti dari proses ini pemisahan lapisan penutup semaksimal mungkin.

(18)

2.6. Teknik Penggilingan Gabah yang Baik

Teknik penggilingan gabah yang baik meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Persiapan Bahan Baku

Beras bermutu dihasilkan dari bahan baku gabah bermutu. Gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah, kapan dipanen dan kadar air gabah. Penundaan gabah kering panen sampai lebih dari 2-3 hari akan menimbulkan kuning pada gabah dan sebaiknya gabah yang sudah kering dijaga agar tidak kehujanan, karena apabila kehujanan akan menyebabkan butir patah. Diusahakan agar gabah yang hendak digiling merupakan gabah kering panen (GKG) yang baru dipanen, agar penampakan putih cerah dan cita rasa belum berubah. Jika penggilingan terhadap gabah kering yang telah disimpan lebih dari 4 bulan atau 1 musim, menyebabkan penampakan beras yang tidak optimal dan berubahnya citarasa.

b. Proses Pemecahan Kulit

Proses ini diawali dengan menyiapkan tumpukan gabah berdekatan dengan lubang pemasukan (corong sekam) gabah. Mesin penggerak dihidupkan, corong sekam dibuka dan ditutup dengan klep penutup. Proses ini dilakukan 2 kali, kemudian diayak 1 kali dengan alat ayakan beras pecah kulit, agar dihasilkan beras pecah kulit. Proses ini dapat berjalan dengan baik, apabila tidak terdapat butir gabah dalam kumpulan beras pecah kulit. Apabila masih ditemukan juga butir gabah dalam kumpulan beras pecah kulit, maka harus dilakukan penyetelan ulang struktur rubber roll dan kecepatan putarannya.

c. Proses Penyosohan Beras

Dalam proses ini digunakan alat penyosoh tipe friksi, yaitu gesekan antar butiran, sehingga dihasilkan beras dengan penampakan bening. Yang perlu dicermati untuk memperoleh beras bermutu adalah kecepatan putaran, yaitu 1.100 rpm dengan menyetel mesin penggerak dan dan katup pengepresan keluarnya beras. Proses ini berjalan baik, apabila rendemen beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%.

(19)

penyosoh tipe friksi, beras putih digunakan alat penyosoh tipe abrasif dan beras putih menggunakan alat penyosoh sistem pengkabutan.

d. Proses Pengemasan

Beras yang sudah digiling hendaknya tidak langsung dikemas, agar panas akibat penggilingan hilang. Untuk jenis kemasan sebaiknya memerhatikan berat isinya. Kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya. Pada kemasan 5 kg dapat menggunakan kantong plastik yang memiliki ketebalan 0,8 mm. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis kemasan adalah kekuatan kemasan dan bahan kemasan (sebaiknya tidak korosif, tidak mencemari produk beras dan kedap udara)

e. Proses Penyimpanan

Yang perlu diperhatikan dari tempat penyimpanan beras adalah kondisi tempat penyimpanan yang aman dari tikus dan pencuri, bersih, bebas kontaminasi hama, terdapat sistem pengaturan sirkulasi udara, tidak terdapat kebocoran dan tidak lembab. Karung yang sudah berisi beras diletakkan di atas bantalan kayu, agar dapat menghindari kelembapan yang disebabkan oleh kontak langsung dengan lantai (Departemen Pertanian, 2005).

2.7. Jenis-Jenis Mesin Penggilingan Gabah

Terdapat 3 jenis mesin penggilingan gabah, yaitu penggilingan gabah besar, penggilingan gabah kecil dan rice milling unit (RMU). Penggilingan gabah besar merupakan penggilingan gabah dengan unit yang lengkap, yaitu mesin perontok, pembersih gabah, pembersih kulit, padi separator, pemutih, grader dan

(20)

2.8. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Chaerunisa (2007) meneliti analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah di desa Cikarawang, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional dan aspek finansial. Penelitian ini menggunakan pendekatan rencana usaha kolaboratif dengan Participatory Action Research (PAR) dan metode

Participatory Rural Appraisal (PRA).

Berdasarkan analisis finansial diperoleh nilai dari beberapa parameter kelayakan proyek yang meliputi Net Present Value (NPV) Rp. 254.889.000,00 ;

Internal Rate of Return (IRR) 40,8% ; Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 8,54 ;

Payback Periode (PBP) 0,8 tahun. Dari keseluruhan penilaian kriteria tersebut, terlihat bahwa pendirian usaha penggilingan gabah layak untuk didirikan. Dan dari analisis sensitivitas ditunjukkan NPV negatif pada saat harga input

operasional naik 50% dan volume penjualan turun 66%.

Tahmid (2005) meneliti mengenai studi kelayakan pendirian industri gelatin tipe b berbasis tulang sapi di Indonesia. Tujuan dari penelitian untuk menentukan kelayakan investasi pendirian industri gelatin tipe b tersebut. Penentuan kelayakan ditentukan dengan pengkajian aspek-aspek kelayakan, yaitu aspek pasar pemasaran, ketersediaan bahan baku, teknis dan teknologis, manajemen dan organisasi, legalitas dan finansial.

Pada aspek pemasaran digunakan teknik peramalan Double Exponential Smoothing dengan dua parameter Holt’s untuk memproyeksikan permintaan dan penawaran gelatin di masa mendatang, sedangkan untuk mengetahui ketersediaan bahan baku, dilakukan penelusuran ke beberapa pemasok. Pada aspek teknis dan teknologis digunakan metode perbandingan berpasangan untuk menentukan lokasi pabrik.

(21)
(22)

III.

METODOLOGI

PENELITIAN

3.1. KerangkaPemikiran Penelitian

Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang terdapat di Desa Konda Maloba dan masyarakat sekitar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, telah mendorong kelompok tani Duma Lori untuk menyusun rencana guna menghadirkan usaha penggilingan gabah. Selama ini, masyarakat Desa Konda Maloba jika ingin menggiling gabahnya harus pergi ke tempat penggilingan gabah yang terdapat di desa tetangga seperti di Desa Kabonduk dan Desa Anajiaka. Hal ini dirasakan cukup memberikan beban tambahan bagi masyarakat, karena harus menyiapkan dana tersendiri untuk transportasi.

Rencana pendirian usaha penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Duma Lori menghadapi beberapa kendala, seperti persaingan, tenaga operasional dan ketersediaan modal. Kelompok ini berkeinginan untuk mendirikan usaha penggilingan gabah dan berusaha mencari solusi terhadap semua kendala yang dihadapi.

(23)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Peneliti melakukan identifikasi potensi desa untuk mengidentifikasi potensi ekonomi yang terdapat di Desa Konda Maloba, yaitu dengan observasi lapangan dan wawancara kepada penduduk setempat. Hasil yang telah diperoleh selama pengidentifikasian dapat dijadikan bahan bagi strategi untuk melakukan tindakan pengembangan ekonomi desa lebih lanjut. Tahap selanjutnya mengetahui gambaran kegiatan ekonomi Kelompok Tani Duma Lori, yaitu mengetahui kondisi ekonomi dan potensi-potensi yang terdapat dalam Kelompok Tani Duma Lori, sehingga memudahkan dalam merancang kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan oleh kelompok tani di masa mendatang.

Kelompok Tani Desa Konda Maloba

Kec. Lolukalay, Kab. Sumba Tengah

Keinginan untuk mengembangkan usaha penggilingan gabah sendiri

Ketersediaan bahan baku Ketersediaan SDM dan modal

Potensi usaha penggilingan gabah

Kajian kelayakan

Kelayakan Usaha Penggilingan Gabah

(24)

Penentuan bersama bentuk usaha masyarakat untuk mengembangkan potensi ekonomi Desa Konda Maloba dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan keinginan masyarakat. Kemudian dilakukan rencana usaha kolaboratif tentang aspek pasar, teknis, manajemen, dan finansial.

Data yang diperoleh dan ditabulasikan, lalu analisis kelayakan aspek pasar dan pemasaran, analisis kelayakan aspek teknis dan teknologi, analisis kelayakan aspek manajemen operasional, analisis kelayakan aspek dampak usaha dan analisis sensitivitas.

3.2. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Konda Maloba, Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah. Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2009.

2. Pengumpulan Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk menjelaskan gambaran dan keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dengan alat bantu kuesioner (Lampiran 1), wawancara (Lampiran 2) dan Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak kelompok tani Duma Lori (Lampiran 3). Data sekunder merupakan dokumen-dokumen tertulis dari kelompok tani Duma Lori, lembaga-lembaga terkait dan studi pustaka.

3.3. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif adalah menganalisis kelayakan usaha penggilingan gabah dilihat dari aspek manajemen usaha dan dampak usaha. Metode analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha ini dari aspek pasar, teknik dan aspek finansialnya. Selanjutnya, hasil analisis dijelaskan secara deskriptif dan untuk aspek finansial dilakukan dengan menghitung NPV, IRR, Net

(25)

IO

t

k

ACF

NPV

n

t

t

1

(

1

)

1. Aspek Pasar

Pengkajian mengenai aspek pasar dilakukan dengan menganalisis permintaan, penawaran, harga, bentuk pasar program pemasaran, pesaing dan perkiraan penjualan. Melalui analisis aspek pasar ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi dan nantinya dapat memperkirakan anggaran usaha. Analisis permintaan dan pesaing didapatkan dari penyebaran angket yang diberikan kepada petani dan buruh tani yang terbiasa melakukan penggilingan gabah di desa tetangga.

2. Aspek teknis

Penilaian aspek teknis dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya secara teknis dapat dilaksanakan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui pula rancangan awal penaksiran biaya investasi dari usaha ini. Hal-hal yang perlu dianalisis dari aspek teknis ini adalah :

a. Lokasi proyek, dimana usaha didirikan dengan pertimbangan lokasi dan lahan usaha.

b. Skala usaha/luas produksi, ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.

c. Mesin dan alat pembantu mesin, dengan melihat kriteria pemilihannya. d. Proses produksi dan tata letak, termasuk bangunan dan fasilitas lainnya. e. Penyedian bahan baku.

3. Aspek finansial

a. NPV atau Nilai Bersih Sekarang

……….(1)

Keterangan :

ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t

K = tingkat diskonto yang tepat IO = pengeluaran kas awal n = periode analisis usaha

(26)

n t t

t

IRR

ACF

IO

1

(

1

)

IO

t

k

ACF

PI

n t t

1

(

1

)

NPV ≥ 0 : usaha layak NPV < 0 : usaha tidak layak

b. IRR atau Tingkat Pengembalian Internal.

………..(2)

Keterangan :

ACTt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode

IRR = tingkat pengembalian internal IO = pengeluaran kas awal

n = periode analisis usaha Kriteria :

IRR ≥ tingkat pengembalian yang berlaku (suku bunga bank) : usaha layak

IRR < tingkat pengembalian yang berlaku : usaha tidak layak

c. Net B/C atau Rasio Keuntungan/Biaya Sama dengan Profitabilitas Indeks (PI) atau Indeks Keuntungan.

……….(3)

Keterangan :

ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t

k = tingkat diskonto yang tepat IO = pengeluaran kas awal n = periode analisis usaha Kriteria :

(27)

variabel biaya harga tetap biaya BEP tahun x masuk kas arus awal investasi biaya PBP 1

d. BEP atau Titik Impas

………(3)

e. PBP atau masa pengembalian investasi menurut :

………(4)

Kriteria :

PBP ≥ periode pembayaran maksimum : usaha tidak layak

PBP < peride pembayaran maksimum : usaha layak

4. Aspek manajemen

Tujuan analisis kelayakan usaha dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan, sehingga pada akhirnya rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak. Hal yang perlu dianalisis dalam aspek manajemen, adalah manajemen dalam operasi, yaitu bentuk organisasi, kebutuhan SDM, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan sistem penggajian.

5. Aspek dampak usaha

Menganalisis dampak dari pendirian usaha terhadap lingkungan sekitar, jika banyak benefit atau manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan, maka pendirian usaha tersebut memiliki dampak yang baik, sehingga dapat dinyatakan layak apabila didirikan. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, manfaat yang dirasakan oleh lingkungan dan masyarakat sedikit, maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak.

6. Analisis sensitivitas

Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan perkiraan dalam menentukan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang akan diperoleh tiap tahun oleh suatu usaha. Perubah-perubah kebijakan yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah perubahan biaya operasional dan penurunan volume penjualan.

(28)

i. Periode analisis adalah 10 tahun, terhitung mulai tahun 2008 hingga tahun 2017.

ii. Perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed price) dan penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data pada bulan Juli 2007.

(29)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Konda Maloba adalah salah satu dari 12 Desa yang berada di Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, dengan luas wilayah desa yaitu 225,56 Ha. Sebelah utara Desa Konda Maloba berbatasan dengan Desa Tana Modu, sebelah Timur berbatasan Desa Kabela Wuntu, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Manurara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Makata Keri.

Kecamatan Katiku Tana memiliki jarak yang cukup jauh dengan pusat pemerintahan Kabupaten Sumba Tengah, yaitu ± 23 Km dan waktu tempuh ± 45 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Akses jalan dari Kabupaten Sumba Tengah menuju Kecamatan Katiku Tana kurang baik atau masuk kedalam kelas jalan C, dimana jalan masih berbatu dan belum di aspal. Angkutan yang digunakan masyarakat untuk bepergian dari dan ke Kecamatan Katiku Tana adalah Ojek dan Truk pengangkut penumpang, khusus untuk Truk hanya ada pada Pagi dan Sore hari. Biaya yang dikeluarkan untuk ongkos Ojek Rp. 10.000, dan Truk Rp. 4.000/orang.

Sektor ekonomi yang terdapat di Kecamatan Katiku Tana dapat dibagi ke dalam beberapa sektor, antara lain adalah sektor pertanian, sektor peternakan, dan sektor perdagangan. Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama dari Kecamatan Katiku Tana, karena banyaknya lahan yang mendukung untuk melakukan usaha dalam bidang pertanian. Terdapat hampir 105 kelompok tani yang berada di Kecamatan Katiku Tana dimana 27 diantaranya terdapat di Desa Konda Maloba. Selain sektor pertanian, sektor peternakan merupakan sektor ekonomi kedua terbesar, dimana banyak dari para petani yang menggembalakan ternaknya di dekat lahan pertanian. Ternak yang di gembalakan oleh penduduk setempat adalah Sapi dan Kerbau.

(30)

di Desa Makata Keri juga terdapat penggilingan padi, sehingga masyarakat Desa Konda Maloba yang telah panen harus membawa hasil panennya ke Desa Makata Teri. Hal ini merupakan pemborosan, baik dari segi waktu dan biaya.

4.2. Gambaran Umum Penggilingan Padi Duma Lori

4.2.1 Rencana Pendirian Penggilingan Padi Duma Lori

Kelompok Tani Duma Lori merupakan salah satu dari 12 Kelompok tani yang terdapat di Kecamatan Katiku Tana. Kelompok ini berencana untuk membuat tempat penggilingan padi yang bernama Duma Lori. Hal ini dilakukan karena di Desa Konda Maloba belum terdapat tempat penggilingan padi. Rencananya penggilingan padi ini akan di buat pada tahun 2009 ini, yang berlokasi di Dusun Lolukalay, Desa Konda Maloba, Kecamatan Katiku Tana.

4.2.2 Fasilitas dan Kegiatan Pengembangan Usaha Penggilingan Padi Duma Lori

Penggilingan padi Duma Lori memiliki fasilitas yang cukup memadai dalam menunjang kegiatan usahanya. Fasilitas tersebut adalah :

a. Fasilitas utama usaha. Sarana yang dimiliki Kelompok Duma Lori dalam hal untuk menggiling padi, yaitu lahan untuk penggilingan sekitar 223 m2 dan luas bangunan ± 180 m2

b. Perlengkapan penggilingan. Perlengkapan alat yang dimiliki oleh Duma Lori untuk menunjang kegiatannya adalah Ember, Terpal, Meja, Kursi, Papan tulis, timbangan, sekop, sapu dan lain-lain.

c. Peralatan penggilingan. Peralatan untuk penggilingan, yaitu Mesin penggiling padi, motor penggiling dan corong pembuangan ampas.

d. Fasilitas pendukung usaha. Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh Duma Lori dalam kegiatan usaha adalah tempat penyimpanan padi.

(31)

karena itu, dalam menjalankan kegiatan usahanya pihak Duma Lori berupaya melengkapi fasilitas yang ada demi kelancaran usaha penggilingan.

Pada proses kegiatan penggilingan, Duma Lori menerima gabah dari kelompok lain yang berdekatan dengan Desa Konda Maloba, hal ini memudahkan kelompok tani lain dibandingkan harus pergi menuju desa lain yang berjarak cukup jauh.

4.2.3 Kepengurusan Penggilingan Padi Duma Lori

Dalam kepengurusannya, Penggilingan Padi Duma Lori mempekerjakan tenaga kerja yang cukup banyak. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di Penggilingan padi Duma Lori sejumlah 5 orang tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut terdiri dari operator mesin (1 orang), tenaga pengangkut gabah (2 orang) dan tenaga pengemas (2 orang). Untuk lebih jelasnya akan diterangkan pada bagian manajemen SDM.

Pada rencana awal berdirinya usaha, penggilingan padi Duma Lori telah membuat struktur organisasi. Struktur organisasi yang dibuat oleh penggilingan padi Duma Lori adalah struktur organisasi sederhana. Struktur organisasi penggilingan padi Duma Lori dapat dilihat pada aspek manajemen.

4.3. Latar Belakangdan Rencana Usaha Penggilingan Padi Duma Lori

Sebelum adanya penggilingan padi di Desa Konda Maloba, umumnya masyarakat desa melakukan penggilingan padi di desa Makata Keri. Namun, masyarakat merasakan kesulitan dalam menjangkau lokasi penggilingan padi karena jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan jasa penggilingan.

Berangkat dari kesulitan jasa giling yang berada di desa lain, terlebih setelah melihat sejarah usaha ini dan prospek ke depan dalam mendirikan penggilingan padi di desa Konda Maloba, telah membuat kelompok tani Duma Lori tergugah dan termotivasi untuk segera mendirikan tempat usaha penggilingan padi di desa Konda Maloba.

(32)

penggilingan padi ini dapat menjadi suatu wadah yang memenuhi kebutuhan masyarakat, baik itu terhadap jasa giling yang bermutu maupun mendapatkan atau memenuhi kebutuhan beras itu sendiri.

Pada rencana pengembangan usaha ini, penggilingan padi Duma Lori berencana memanfaatkan lahan yang belum terpakai untuk dijadikan tempat produksi tambahan. Tidak hanya itu, pihak kelompok Tani Duma Lori sudah melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang bergerak di bidang penggilingan padi seperti lembaga-lembaga pemerintah di bidang pertanian (Dinas Agribisnis) dan kelompok tani yang berada di Kecamatan lainnya.

Dengan adanya penggilingan padi Duma Lori diharapkan kelak akan dapat menjadi sebuah tempat penggilingan padi yang lengkap dengan memiliki fasilitas yang lengkap dan dapat memberikan hasil padi yang berkualitas untuk kelompok tani Duma Lori khususnya dan masyarakat Kecamatan Katiku Tana pada umumnya.

4.3.1. Bidang Usaha dan Hasil Produksi

Rencana penggilingan padi yang akan dibuat adalah memiliki sarana untuk penjemuran, penyimpanan, penggilingan, pemanfaatan limbah dan pengantaran. Kegiatan utama dalam penggilingan padi yang direncanakan adalah jasa yang terkait dengan penggilingan gabah.

4.3.2. Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha

Tujuan dari pengembangan usaha ini adalah menciptakan suatu usaha yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan memberikan kesempatan kepada warga sekitar untuk bekerja.

(33)

4.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori di desa Konda Maloba ini dikaji menurut aspek-aspek yang terdapat dalam analisis kelayakan usaha. Aspek-aspek kelayakan usaha tersebut antara lain aspek pasar, aspek keuangan, aspek teknis dan aspek manajemen. Dari keempat aspek yang dibahas tersebut disesuaikan dengan kondisi usaha penggilingan gabah Duma lori dan menjelaskan apakah usaha ini layak atau tidak untuk didirikan.

4.4.1. Analisis Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan aspek yang menempati urutan pertama dalam studi kelayakan. Aspek pasar merupakan aspek yang perlu dianalisis, dengan tujuan mengetahui apakah produk/jasa yang dihasilkan dapat dijual atau tidak, karena bila dilakukan tanpa memperkirakan atau meneliti permintaan produk, maka dikemudian hari usaha akan terancam dan akan timbulnya banyak sekali kesulitan akibat kekurangan atau kelebihan permintaan. Pembahasan pada aspek ini meliputi kondisi peluang pengembangan usaha di pasar, kebijakan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi yang direncanakan oleh penggilingan gabah Duma Lori.

a. Peluang Pasar

Kecamatan Katiku Tana, Desa Konda Maloba merupakan wilayah yang memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian, khususnya padi (Tabel 1). Tanaman padi merupakan komoditas pertanian utama yang ada di Desa Konda Maloba. Hal tersebut dikarenakan tanaman padi merupakan komoditas yang dijadikan mata pencaharian masyarakat Desa Konda Maloba, ditambah dengan lingkungan yang sangat cocok untuk dilakukan penanaman padi.

(34)

Salah satu cara menekan susut hasil panen adalah penggilingan gabah yang baik.

Penggilingan gabah Duma Lori merupakan satu-satunya penggilinga gabah yang akan dibuat di Kecamatan Katiku Tana. Rencana pendirian penggilingan Duma Lori berasal dari banyaknya permintaan para petani yang ada di Kecamatan Katiku Tana. Hal tersebut dikarena setiap masa panen, petani Di Kecamatan Katiku Tana sering kali mengalami kesulitan untuk menggiling gabah padi hasil panen.

Melalui hasil wawancara, setiap petani selalu mengeluhkan tentang masalah jauhnya jarak untuk melakukan penggilingan gabah. Menurut informasi, tempat penggilingan gabah terdekat berada di Desa Makata Keri yang berjarak 12 km. Hal tersebut merupakan permasalahan yang dihadapi oleh petani di Desa Konda Maloba, Kecamatan Katiku Tana.

Tidak hanya itu, petani di Desa Konda Maloba, Kecamatan Katiku Tana juga sering kali mengeluhkan masalah biaya yang diperlukan untuk transportasi menuju ke tempat penggilingan, sehingga akan memperkecil keuntungan yang diperoleh petani.

Tabel 1. Jumlah produksi gabah di Kecamatan Katiku Tana pada tahun 2008

No Jenis Produksi Jumlah (ton)

1 Padi Sawah 156.036

2 Padi Ladang 20.670

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Tengah, 2008

(35)

b. Kebijakan Bauran Pemasaran

Menurut Umar (2001), manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Berikut ini dijelaskan mengenai kebijakan masing-masing komponen yang disesuaikan dengan kebutuhan penggilingan gabah Duma Lori.

1) Produk

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan pihak Kelompok Tani Duma Lori mengenai produk yang ditawarkan berupa jasa penggilingan gabah. Jasa penggilingan gabah yang ditawarkan oleh pihak Kelompok Tani Duma Lori memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu kemudahan akses dalam melakukan penggilingan gabah.

2) Harga

Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat pendapatan yang akan diperoleh, selain itu harga juga mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakan produk atau jasa yang dipasarkan. Penggilingan gabah Duma Lori menetapkan harga sama dengan harga yang ditawarkan oleh penggilingan gabah yang berada di Desa Makata Keri. Kisaran harga yang ditawarkan Rp. 1.500 untuk ampas gabah yang diambil dan Rp. 1.000 untuk ampas gabah yang tidak diambil.

Penggilingan gabah Duma Lori menghasilkan by product atau hasil samping berupa dedak yang dapat dijadikan makanan bagi ternak. Harga dedak yang ditetapkan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah sebesar Rp 2.000/kg.

3) Distribusi

(36)

4) Promosi

Promosi yang dilakukan oleh pihak penggilingan gabah Duma Lori adalah dengan cara Direct marketing. Alasan menggunakan cara promosi ini adalah dimana sebagian besar masyarakat di Kecamatan Katiku Tana berprofesi sebagai petani dan masih eratnya hubungan kekeluargaan pada masyarakat setempat.

4.4.2. Analisis Aspek Keuangan

Analisis aspek keuangan dalam pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori terdiri atas hal berikut :

a. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya

Kebutuhan modal pada usaha penggilingan gabah terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya usaha penggilingan gabah dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat dapat digunakan lagi.

Jika investasi awal sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan produksi. Total rencana kebutuhan modal pada awal usaha Rp 102.315.000,00.

b. Kebutuhan Investasi

(37)
[image:37.595.105.507.118.521.2]

Tabel 2. Daftar komponen kebutuhan investasi pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori

NO ITEM SATUAN HARGA (Rp : a)

JUMLA H (b) UMUR EKONO-MI (Tahun) TOTAL (Rp : a x b)

INVESTASI

1 Bangunan unit 60.000.000 1 20 60.000.000

2 Mesin penggiling gabah

unit 28.000.000 1 15 10.000.000

3 Mesin motor unit 6.000.000 1 10 6.000.000

4 Bak air unit 600.000 1 20 600.000

5 Corong pembuang ampas

unit 250.000 1 10 250.000

6 Karet kipas mesin unit 50.000 2 2 100.000

7 Garu unit 160.000 2 5 320.000

8 Timbangan unit 1.200.000 1 10 1.200.000

9 Ember unit 40.000 4 2 160.000

10 Terpal unit 300.000 1 3 300.000

11 Meja dan kursi unit 200.000 1 5 200.000

12 Lemari unit 500.000 1 5 500.000

13 Kalkulator unit 80.000 1 3 80.000

14 Sekop unit 160.000 2 5 320.000

15 Gerobak unit 300.000 1 5 300.000

16 Papan tulis unit 15.000 1 4 15.000

17 Alat tulis kantor unit 400.000 2 1 800.000

18 Sapu unit 10.000 1 2 10.000

TOTAL BIAYA INVESTASI 102.315.000

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa investasi untuk garu, ember, terpal, sekop, gerobak, sapu, papan tulis, karet kipas mesin, meja dan kursi, lemari dan kalkulator akan berakhir sebelum selesainya umur proyek, yaitu pada tahun ke 2, tahun ke 3, tahun ke 4 dan tahun ke 5. Oleh karena itu, peralatan tersebut harus dilakukan reinvestasi kembali pada tahun berikutnya.

c. Kebutuhan Modal Kerja dan Biaya Operasional

(38)

Tabel 3. Rincian biaya tetap pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori per bulan.

KOMPONEN BIAYA TETAP SATUAN HARGA (a)

JUMLAH (b)

TOTAL (Rp:a x b)

Gaji

Operator mesin penggiling gabah Rp/bln 400.000 12 4.800.000

Tenaga pengangkut gabah Rp/bln 300.000 24 7.200.000

Tenaga pengemas Rp/bln 300.000 24 7.200.000

Bonus

Operator mesin penggiling gabah Rp/bln 500.000 1 500.000

Tenaga pengangkut gabah Rp/bln 500.000 2 1.000.000

Tenaga pengemas Rp/bln 500.000 2 1.000.000

Biaya lain-lain Rp/bln 1.000.000 12 12.000.000

Biaya penyusutan investasi Rp/thn 739.333 1 739.333

TOTAL BIAYA TETAP 51.839.333

Biaya variabel terdiri dari bahan bakar mesin pengilingan gabah, seperti dimuat pada Tabel 4

Tabel 4. Rincian biaya variabel pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori per bulan

KOMPONEN BIAYA VARIABEL SATUAN HARGA (a)

JUMLAH (b)

TOTAL (a x b)

Bahan bakar mesin penggiling gabah Rp/bln 4.300 4.000 17.200.000

d. Sumber Modal

Sumber modal untuk usaha ini berasal dari modal sendiri. Modal tersebut merupakan modal yang dikeluarkan dari kas pribadi pemilik dan bantuan pemerintah daerah setempat.

e. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan

Dalam analisis cash flow, manfaat yang diperoleh penggilingan gabah Duma Lori berasal dari jasa penggilingan gabah.

Penerimaan yang diperoleh dari hasil kali antara jumlah output dengan harga giling gabah. Harga giling gabah yang berlaku dan disepakati oleh usaha penggilingan gabah Duma Lori adalah Rp 1.000/kg untuk penggilingan gabah dengan mengambil ampas gabah dan Rp 500/kg untuk penggilingan gabah dengan tidak mengambil ampas gabah. Tidak hanya itu, by product

(39)

1.500,00/kg. Perhitungan secara terperinci dari penerimaan usaha penggilingan gabah Duma Lori dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan untuk nilai sisa dari usaha penggilingan gabah Duma Lori di dapatkan pada akhir umur usaha ini, yaitu pada tahun ke 10.

f. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis usahatani terdiri dari dua analisis, yaitu analisis pendapatan (keuntungan satu periode) dan imbangan penerimaan dan biaya (R/C). Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam kurun waktusatu periode (Tim Lentera, 2002).

Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usahatani yang dilakukan dalam kurun waktu satu periode usaha (Tim Lentera, 2002). Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap total dan biaya variabel total per periode. Pada penggilingan gabah Duma Lori, keuntungan yang diperoleh dalam kurun waktu satu periode Rp 39.696.838,00, nilai tersebut diperoleh dari selisih antara total penerimaan selama 1 tahun dikurangi total biaya (biaya

tetap 1 bulan ditambah biaya variabel 1 bulan), terdiri dari Rp 34.439.333,00 – Rp 17.200.000,00.

Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) diperoleh dari perbandingan antara penerimaan total dan biaya total. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi suatu usaha (Tim Lentera, 2002). Pada pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori, diperoleh R/C sebesar 1,81. Artinya

adalah setiap 1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan Rp 1,81.

(40)

g. Kriteria Kelayakan Investasi

Asumsi untuk pengembangan usaha penggilingan gabah melalui penyusunan cash flow adalah :

1) Umur usaha yang direncanakan adalah 10 tahun telah disepakati oleh pihak penggilingan gabah Duma Lori.

2) Usaha dimulai pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Agustus 2019. 3) Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak

dikeluarkan pada tahun ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai. 4) Luas lahan yang digunakan untuk pendirian usaha penggilingan gabah

adalah lahan milik salah satu anggota kelompok tani Duma Lori yang dengan sukarela disumbangkannya. Lahan yang digunakan adalah ± 200 m2.

5) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat ini (harga tahun 2009) dengan asumsi harga konstan selama umur usaha dilakukan.

6) Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha penggilingan gabah ini 5 orang.

7) Sumber modal adalah modal sendiri dan bantuan dari pemerintah daerah

8) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 7 %, yaitu tingkat suku bunga deposito berjangka bulan Maret 2009 (BNI, 2009).

9) Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 - 5 juta Rupiah, maka tidak dikenakan pajak. Bila laba bersih diatas 5 juta dan di bawah Rp. 50 juta akan dikenakan pajak sebesar 5%. Bila nilai laba bersih di atas Rp. 50 juta sampai dengan Rp 100 juta, maka pajak yang dikenakan adalah sebesar 10%

(41)

Empat kriteria umum yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi suatu usaha, yaitu NPV, Profitability Index (PI), IRR, dan PBP (Keown, et al, 2001). Nilai dari kriteria investasi pengembangan usaha penggilingan gabah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai kriteria penilaian investasi pengembangan usaha penggilingan gabah

Kriteria Investasi Nilai

Net Present Value (NPV) 233.639.085

Profitability Index (PI) 3,284

Internal Rate of Return (IRR) 39%

Payback Periode (PBP) 3 tahun

1) NPV

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. NPV atau manfaat bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur ekonomis. NPV diperoleh dari selisih antara PV kas dengan PV investasi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV Rp 233.639.085,00. Nilai tersebut menunjukan bahwa arus masuk penggilingan gabah Duma Lori lebih besar dari pada arus kas keluarnya, sehingga pendirian usaha yang dilakukan ini menguntungkan dan layak diimplementasikan dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat pada Lampiran 4.

2) PI

(42)

Kriteria ini berhubungan erat dengan Kriteria NPV, dimana jika nilai NPV suatu usaha dikatakan layak (NPV > 0), maka menurut Kriteria PI juga layak (PI > 1). Hal ini disebabkan karena kedua kriteria ini menggunakan peubah yang sama (Umar, 2003).

3) IRR

IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari penggilingan gabah Duma Lori 39%, Nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga deposito yang digunakan dalam perhitungan, yaitu 7%. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada pendirian usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, pemilik atau investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada pendirian usaha ini daripada menabung uangnya di bank.

Nilai IRR diperoleh dengan mengunakan metode coba-coba (trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kemudian, nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal. Jika nilai investasi awal lebih kecil, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga lebih tinggi. Sebaliknya, apabila nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Dan selanjutnya hingga mencapai atau ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati (Umar, 2001). Perhitungan kriteria IRR dapat dilihat pada Lampiran 5.

4) PBP

(43)

telah didiskontokan setelah pengembangan usaha ini berjalan selama tiga tahun. Penggilingan gabah Duma Lori ini mampu menutupi biaya investasi awal sebelum umur usaha berakhir, maka pendirian usaha ini layak untuk diimplementasikan.

Berdasarkan hasil empat kriteria penilaian investasi pendirian usaha di atas, dapat disimpulkan secara analisis bahwa penggilingan gabah Duma Lori layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah disepakati bersama. Hal ini ditunjukan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR > tingkat suku bunga deposito yang dijadikan dasar perhitungan, yaitu 7%, dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran maksimum atau tertutupi sebelum umur penggilingan gabah Duma Lori berakhir.

5) BEP

BEP merupakan keadaan pulang pokok dimana penerimaan total (TR) perusahaan adalah sama dengan biaya total (TC) yang ditanggungnya. BEP dapat dilihat berdasarkan periode analisis , volume produksi (Q), dan penerimaan (Rp). Pada penggilingan gabah Duma Lori ini, BEP dilihat berdasarkan penerimaan (Rp) dan kuantitas (kg), BEP dapat dicapai setelah usaha mencapai penerimaan Rp 42.210.492,00 atau 16.884 kg untuk ambil ampas dan 50.693 kg untuk tidak mengambil ampas. Artinya, penggilingan gabah Duma Lori harus menghasilkan penerimaan dan berproduksi sejumlah minimal nilai tersebut dalam setiap tahun agar dapat menutupi biaya produksinya.

h. Analisis Sensitivitas

(44)

Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di tingkat harga bahan bakar produksi, volume produksi dan harga jual hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari skenario penurunan produksi gabah 25%.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil NPV - Rp 39.748.477,00, Net B/C

atau PI 0,505, dan IRR -1%. Dari ke tiga kriteria tersebut telah dapat dipastikan bahwa penggilingan gabah Duma Lori peka terhadap penurunan produksi gabah. Dengan demikian, penggilingan Duma Lori perlu untuk mempertahankan volume produksi, bahkan perlu meningkatkan kapasitas produksi untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga input produksi.

Untuk analisis switching value, yang digunakan sebagai suatu analisis untuk mencari batas kelayakan suatu usaha atau proyek. Dalam analisis ini digunakan skenario kenaikan harga bahan bakar produksi 20%, penurunan volume produksi sebesar 20% dan harga jual 12%. Atas skenario tersebut, pengembangan usaha penggilingan gabah berada pada ambang batas kelayakan dengan diperoleh hasil NPV Rp 0,00, PI atau Net B/C 1,00 dan IRR 7%.

4.4.3. Analisis Aspek Teknis

Hasil dari aspek pasar menunjukan gambaran masa depan yang cerah bagi usaha yang direncanakan, selanjutnya diteruskan dengan analisis aspek teknis. Aspek teknis dari penggilingan gabah Duma Lori adalah bangunan tempat penggilingan, mesin penggiling dan peralatan untuk pengangkutan gabah.

a. Penentuan Kapasitas Produksi

(45)

Besar kapasitas produksi ekonomis ditentukan berdasarkan perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi yaitu perkiraan jumlah penjualan produksi masa mendatang, kemungkinan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja inti serta ketersediaan mesin dan peralatan. Hasil perhitungan BEP penggilingan gabah Duma Lori menunjukan kapasitas giling mencapai 9.887 kg untuk ampas yang diambil dan 22.245 kg untuk ampas yang tidak diambil. Dengan demikian keuntungan yang didapatkan untuk melakukan penggilingan gabah adalah pada kondisi yang melebihi 9.887 kg dan 22.245 kg.

b. Pemilihan Mesin, Peralatan dan Fasilitas Produksi

Bangunan penggilingan yang akan didirikan terdiri dari ruang produksi (ruang giling), kantor/ruang jaga, toilet dan gudang yang berada pada tanah seluas 200 m2.

Ruang produksi berfungsi untuk melakukan proses penggilingan gabah, dimana di dalamnya terdapat mesin penggiling gabah. Pemisahan ruang produksi dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen yang berkunjung, sehingga tidak menimbulkan kesan kotor di semua bagian tempat penggilingan. Kantor sekaligus ruang jaga berfungsi melayani kebutuhan administrasi keuangan. Sedangkan gudang, berfungsi untuk tempat penyimpanan gabah yang akan digiling, serta ampas gabah sisa dari penggilingan.

Berdasarkan dari informasi di dapat dari sebuah toko mesin pertanian di Kota Bogor, mesin yang baik untuk melakukan penggilingan gabah adalah SATAKE dan LM 24, tetapi yang digunakan adalah mesin giling otomatis merk SATAKE. Mesin giling ini mempunyai kapasitas 1500 kg/jam. Sedang mesin diesel yang digunakan adalah mesin diesel dengan merk DONG FENG dengan tenaga 18 PK.

c. Lokasi dan Tata Letak

(46)
[image:46.595.138.472.126.288.2]

Kabupaten Sumba Tengah, Kecamatan Katiku Tana, Desa Konda Maloba, Dusun Lolukalay.

Gambar 2. Layout penggilingan gabah Duma Lori d. Proses Produksi

Proses produksi penggilingan gabah Duma Lori dilakukan dengan cara konsumen datang membawa gabah kering yang siap untuk digiling. Proses penggilingannya meliputi :

1) Penimbangan

2) Pemasukan gabah kering ke dalam mesin 3) Output (beras dan ampas)

e. Peralatan dan Perlengkapan

Peralatan yang digunakan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah : 1) Mesin penggiling gabah

2) Mesin motor 3) Garu

4) Timbangan 5) Ember 6) Terpal 7) Sekop

Perlengkapan yang digunakan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah :

1. Meja dan kursi 2. Kalkulator 3. Papan tulis 4. Alat tulis kantor

Toilet

Gudang

Kantor

Pintu

(47)

5. Sapu

4.4.4. Analisis Aspek Manajemen

Aspek manajemen pada pengembangan usaha penggilingan gabah Duma Lori yang dibahas adalah :

a. Kepemilikan

Penggilingan gabah Duma Lori berada di bawah kepemilikan kelompok tani Duma Lori. Usaha penggilingan gabah ini merupakan usaha kolektif yang pengoperasiannya dipercayakan pada satu orang yang bertindak sebagai manajer operasional dan merupakan anggota kelompok tani Duma Lori. Untuk urusan modal ditanggung oleh seluruh anggota kelompok tani Duma Lori dan bantuan dari pemerintah daerah setempat, yang penggunaannya dilimpahkan seluruhnya pada manajer operasional dan harus dipertanggungjawabkan penggunaannya pada seluruh anggota kelompok pada periode yang telah disepakati bersama

b. Struktur Organisasi

(48)

Gambar 3. Struktur organisasi penggilingan gabah Duma Lori

c. Deskripsi Pekerjaan

Struktur organisasi lini atau garis yang telah dijelaskan memudahkan atasan dalam memberikan perintah secara langsung dengan pembagian kerja yang sederhana. Deskripsi pekerjaan yang ada di usaha penggilingan gabah Duma Lori adalah :

1) Kelompok Tani Duma Lori bertugas untuk mengontrol dan menerima laporan kinerja usaha penggilingan gabah Duma Lori langsung dari manajer operasional dalam periode waktu yang telah disepakati.

2) Manajer operasional bertanggungjawab untuk memberikan laporan pertanggungjawaban tentang kinerja usaha penggilingan gabah kepada Kelompok Tani Duma Lori dan melakukan kontrol, serta mengelola kelancaran kegiatan operasional usaha penggilingan gabah Duma Lori. 3) Operator mesin bertugas mengoperasikan mesin penggilingan dan

merawat mesin penggilingan agar tetap beroperasi secara maksimal. 4) Tenaga pengangkut bertugas untuk menimbang gabah sebelum digiling

dan memasukan gabah yang sudah ditimbang ke mesin penggilingan. 5) Tenaga pengemas bertugas untuk mengemas gabah dan ampas melalui

proses penggilingan.

d. Sistem Kompensasi Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat pada penggilingan gabah Duma Lori merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja kerja ini memperoleh gaji

KELOMPOK TANI DUMA LORI

MANAJER OPERASIONAL

TENAGA PENGEMAS TENAGA

PENGANGKUT GABAH OPERATOR

[image:48.595.141.466.88.252.2]
(49)

dengan jumlah yang tetap dan diberikan setiap awal bulan. Gaji yang diberikan kepada tenaga kerja adalah mulai dari Rp 300.000,00 – Rp. 600.000,00 per bulan. Penggilingan gabah Duma Lori tidak hanya memberikan gaji, tetapi juga memberikan bonus per bulan kepada tenaga kerjanya. Tabel 6 menjelaskan klasifikasi sistem kompensasi di usaha penggilingan gabah Duma Lori.

Tabel 6. Klasifikasi sistem kompensasi usaha penggilingan gabah Duma Lori

No Jabatan

Gaji (Rp) / Bulan

Bonus (Rp) / Bulan

1 Manajer operasional 600.000 500.000

2 Operator mesin 400.000 500.000

3 Tenaga pengangkut 300.000 500.000

4 Tenaga pengemas 300.000 500.000

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek manajemen pada pendirian usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Duma Lori ini memungkinkan pihak manajemen mengorganisasikan, melaksanakan maupun mengendalikan usahanya dengan baik. Dengan demikian, aspek manajemen pada pendirian usaha ini termasuk kategori layak.

e. Peraturan dan Sanksi Kerja

Peraturan yang diterapkan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah : 1) Jam kerja mulai dari pukul 08.00 - 17.00 WITA bagi seluruh pegawai 2) Berpakaian rapih dan sopan, dimana untuk pegawai tenaga pengangkut

dan tenaga pengemas diharuskan mengenakan sepatu boot yang telah disediakan oleh penggilingan gabah Duma Lori.

3) Setiap tenaga kerja diharuskan selalu menjaga kebersihan dan menjaga kenyaman konsumen.

(50)

5) Setiap tenaga kerja dilarang untuk mencuri atau mengambil hal-hal yang merupakan milik penggilingan gabah Duma Lori

6) Setiap tenaga kerja dilarang untuk memakai narkoba dan mengkonsumsi minuman keras, terutama di lokasi penggilingan gabah Duma Lori. Sanksi-sanksi kerja yang diterapkan oleh penggilingan gabah Duma Lori adalah pemotongan gaji dan skorsing, jika sudah terlalu sering melakukan pelanggaran peraturan yang berlaku di penggilingan gabah Duma Lori.

f. Sistem Pemutusan Tenaga Kerja

Pemutusan hubungan kerja dilakukan apabila tenaga kerja diketahui melakukan pelanggaran kerja yang sudah sangat fatal, yaitu melakukan tindakan kriminal dan sudah mendapatkan sanksi dari pihak penggilingan gabah Duma Lori lebih dari 4 kali.

4.4.5. Aspek Dampak Usaha

Pendirian usaha penggilingan gabah Duma Lori ini ke arah jasa dan usaha penggilingan gabah dapat memenuhi keinginan masyarakat Desa Konda Maloba dan Kecamatan Katiku Tana akan tempat penggilingan gabah yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Dengan berdirinya usaha penggilingan gabah ini, mampu memotivasi masyarakat untuk berwirausaha, khususnya di bidang pertanian, sehingga dapat meningkatkan perekonomian bagi masyarakat Kecamatan Katiku Tana.

Antisipasi terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan oleh usaha penggilingan gabah ini adalah ampas sekam kasar dan suara bising yang ditimbulkan oleh mesin. Oleh karena itu, pihak pengelola telah mempertimbangkan lokasi usaha yang tidak terlalu berdekatan dengan perumahan masyarakat dan untuk sekam kasar telah disediakan tempat yang kosong berdekatan dengan bangunan usaha penggilingan gabah Duma Lori.

4.5. Implikasi Managerial Pengembangan Usaha

(51)

kesungguhan dalam pelaksanaannya. Untuk mengatasi masalah dana, pemilik perlu mengajak dan meyakinkan investor untuk

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 2.  Daftar komponen kebutuhan investasi pendirian usaha penggilingan  gabah Duma Lori
Gambar 2. Layout penggilingan gabah Duma Lori
Gambar 3. Struktur organisasi penggilingan gabah Duma Lori
+5

Referensi

Dokumen terkait

(2010) menyatakan bahwa biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk memperoleh beberapa kali manfaat sampai usaha ini tidak menguntungkan lagi secara

Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengusahaan srikaya organik adalah Rp 506.346.400,-. Perincian biaya investasi yang dikeluarkan oleh.. perusahaan untuk

Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya dan data operasional usaha mesin penggilingan padi tersebut, antara lain jenis penggilingan yang digunakan

merupakan jumlah penerimaan dari usaha gula aren yang dikurangi dengan total. biaya

tidak dapat dikendalikan agar penanaman investasi yang dilakukan pada usaha tersebut tidak sia-sia. Biaya produksi juga sangat mempengaruhi besar kecilnya keuntungan

Untuk menghitung pendapatan usaha dilakukan dengan mengurangkan pendapatan dengan jumlah biaya (biaya investasi dan biaya operasional). Pendapatan diperoleh dengan

Analisis Biaya pada usaha penggilingan padi UD Padi Mulya dilakukan untuk mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan dalam usaha ini, serta pendapatan

1) Umur bisnis ditentukan selama 10 tahun berdasarkan umur bangunan yang digunakan selama usaha, penentuan ini berdasarkan nilai investasi terbesar dalam usaha. 2)