• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha srikaya organik pada perusahaan wahana cory, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha srikaya organik pada perusahaan wahana cory, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK

PADA PERUSAHAAN WAHANA CORY

KECAMATAN TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

TIARA SAKINA H34051722

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

TIARA SAKINA. H34051722. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM).

Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, maka sebagian masyarakat sudah mulai menghindari konsumsi produk pertanian yang menggunakan bahan kimia buatan dan memilih yang bebas pestisida serta meningkatkan gaya hidup sehat

dengan slogan “back to nature”. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan suatu metode yang dikenal dengan pertanian organik. Oleh karena itu, saat ini muncul produk-produk pertanian organik seperti beras organik, sayuran organik, buah organik, telur organik, kopi organik, dan jenis komoditi lainnya. Permintaan produk pertanian organik dunia mencapai 15 – 20 persen pertahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 – 2 persen dari keseluruhan produk pertanian organik. Hal inilah yang memacu permintaan produk pertanian organik dari negara-negara berkembang.

Wahana Cory merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi produk-produk pertanian dengan sistem pertanian organik. Produk-produk organik yang dihasilkan Wahana Cory saat ini adalah pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan organik seperti lengkeng, jambu, durian, mangga, pisang, nanas, manggis, buah naga, sawo, pepaya, salak, jeruk, cengkeh, dan belimbing. Pada Tahun 2009 Wahana Cory menambah unit bisnisnya yaitu dengan mengusahakan srikaya organik pada lahan baru.

Daerah pengembangan tanaman srikaya sampai saat ini masih terbatas, hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan. Oleh karena itu, buah srikaya sulit sekali ditemukan di pasar dan hal ini dapat menjadi suatu prospek bisnis bagi pengusaha agribisnis. Beberapa pertimbangan yang menjadikan srikaya berpotensi untuk diusahakan dengan tujuan komersial antara lain, buah srikaya merupakan komoditi buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai jual yang tinggi dan buah srikaya merupakan salah satu komoditi yang memiliki nila gizi yang tinggi. Perusahaan pertanian organik Wahana Cory melihat hal tersebut sebagai peluang usaha karena masih sedikit masyarakat yang memproduksi buah srikaya dalam jumlah besar.

(3)

data-data perusahaan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Untuk data kualitatif diolah dan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan Microsoft Excel 2007 dan kalkulator.

Perusahaan memperoleh bibit tanaman srikaya organik dengan melakukan

pembibitan sendiri. Selain itu perusahaan juga memproduksi sendiri pupuk kompos yang digunakan untuk penanaman. Sedangkan untuk peralatan dan perlengkapan pertanian dalam pengusahaan srikaya organik perusahaan peroleh dari toko pertanian di Pasar Bogor. Tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan berasal dari masyarakat sekitar. Tanaman srikaya tersebut baru dapat menghasilkan buah pada saat tanaman berumur 2-3 tahun. Sebagai awal pengembangan usaha srikaya organik, Wahana Cory mengusahakan srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2 dengan perkiraan produksi mencapai 5-10 ton per tahun. Dalam mendisribusikan produk-produk organiknya, Wahana Cory dibantu oleh distributor pribadi yaitu PT Cory Organic International (PT COI). PT COI merupakan salah satu perusahaan milik Bapak Dedi, namun antara Wahana Cory dan PT COI memliki struktur manajemen yang berbeda. Saat ini yang menjadi pelanggan tetap perusahaan adalah 20 Super Indo dan beberapa toko buah dan sayur yang tersebar di wilayah Jakarta.

Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan apek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat memberikan kontibusi kepada negara berupa pajak, ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar proyek, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha.

Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukan bahwa NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.465,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 9 %. Serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis

(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK

PADA PERUSAHAAN WAHANA CORY

KECAMATAN TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR

TIARA SAKINA H34051722

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama : Tiara Sakina

NIM : H34051722

Disetujui, Pembimbing

Ir. Anita Ristianingrum, M.Si

NIP 19671024 199302 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan

Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 2 Januari 1987. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Syarifudin Ismail dan Ibu Rumayni. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Sukmajaya V Depok pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 3 Depok. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Depok diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005 juga penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Pada tahun 2006 penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat karunia dan kekuatan yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory, Kecamatan Tamansari,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha srikaya organik dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial pada perusahaan Wahana Cory.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak termasuk penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di masa mendatang.

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji serta syukur penulis panjatkan ke pada Allah SWT yang selalu memberikan lindungan dan limpahan rahmatNya serta kemudahan yang Engkau berikan kepada penulis. Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, arahan, dukungan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak (Syarifudin Ismail) dan Mama (Rumayni) yang tercinta atas segala perjuangan, kasih sayang, doa, dan dukungan, baik moral maupun material kepada penulis. Karya ini penulis persembahkan untuk kalian.

2. Kakak dan keponakanku tersayang, Yomie Andini dan Amaya Eshia atas semangat dan kasih sayang yang telah diberikan.

3. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama yang bersedia meluangkan waktunya serta memberikan saran dan masukan kepada penulis. 5. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji komdik yang memberikan

masukan dan saran dalam perbaikan skripsi ini kepada penulis.

6. Drs. Iman Firmansyah, M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik atas bantuan, arahan, dan motivasinya kepada penulis.

7. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS, Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM, Ibu Tintin S, SP, MM, Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM, Mas Yeka Hendra Fatika, SP, Mas Feryanto W.K, SP, Mas Arif Karyadi, SP, dan seluruh staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang diberikan selama perkuliahan.

8. Seluruh staf tata usaha Departeman Agribisnis, Ibu Ida, Mas Hamid, Mas Pian, Mba Dian, Pak Yusuf, dan Pak Cecep atas kemudahan dan bantuan selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini.

(10)

diterima oleh penulis selama penelitian, informasi, dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

10.Agi Aghillunta dan keluarga yang telah memberikan pengertian, semangat, saran, kasih sayang, doa, kesabaran, dan bantuan kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat penulis, Purbasari Indah Lestari, Ayu Indah Lestari, Rina Yoanita, Rizki Amalia, Hepi Risenasari, Yusda Mardiyah, Cila Apriande, Mohammad Reza, Roch Ika, dan teman-teman di Pondok Iwan (Noel, Sule, Bayu, Isnur, Nawi, Teguh, Zulvan, dan Faisal) atas semangat, saran, dan pengalaman berharga bagi penulis

12.Teman-teman satu bimbingan, Yanuary Dwi Pangestuti dan Mada Pradana atas semangat dan saran selama berdiskusi dengan penulis.

13.Teman-teman Permata Tani Mandiri, Hary Purnama, Fery Herdiman, Andriyanto Pratama, dan Abdul Rozak atas semangat, saran, dan pengalaman berharga bagi penulis.

14.Tim Gladikarya Desa Samarang, Tika, Feni, Fehmi dan Echi atas kebersamaan dan pengalaman berharga yang tidak terlupakan bagi penulis selama di Garut. 15.Teman-teman satu perjuangan di Agribisnis 42, Anna, Wiwi, Githa, Meno,

Dodo, Tiara, Lisda, Wening, Aqsa, Bebeh, Neina, Abel, Shinta, Ratna dan semua AGBers 42 atas semangat, kebersamaan dan kekompakan selama ini. 16.Kakak-kakak Agribisnis 41 atas masukan dan semangat yang diberikan

kepada penulis.

17.Sahabat-sahabat penulis, Galih R.N, Indri H, Linda M, Wila M, Prasasti B.P, Astriani W, Fathina R, Marnala O, Eisha M, Citra, Amanah A, Ajeng P, Arina H, Rena, Rifka, Hikmah, Tara, Huda dan Galih N atas semangat yang terus diberikan oleh penulis, walaupun telah dipisahkan oleh jarak dan waktu namun persahabatan kita akan terus berlanjut hingga usia memisahkan nanti. 18.Karya Salemba Empat atas beasiswa yang diberikan kepada penulis.

19.Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK

PADA PERUSAHAAN WAHANA CORY

KECAMATAN TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

TIARA SAKINA H34051722

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

TIARA SAKINA. H34051722. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM).

Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, maka sebagian masyarakat sudah mulai menghindari konsumsi produk pertanian yang menggunakan bahan kimia buatan dan memilih yang bebas pestisida serta meningkatkan gaya hidup sehat

dengan slogan “back to nature”. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan suatu metode yang dikenal dengan pertanian organik. Oleh karena itu, saat ini muncul produk-produk pertanian organik seperti beras organik, sayuran organik, buah organik, telur organik, kopi organik, dan jenis komoditi lainnya. Permintaan produk pertanian organik dunia mencapai 15 – 20 persen pertahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 – 2 persen dari keseluruhan produk pertanian organik. Hal inilah yang memacu permintaan produk pertanian organik dari negara-negara berkembang.

Wahana Cory merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi produk-produk pertanian dengan sistem pertanian organik. Produk-produk organik yang dihasilkan Wahana Cory saat ini adalah pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan organik seperti lengkeng, jambu, durian, mangga, pisang, nanas, manggis, buah naga, sawo, pepaya, salak, jeruk, cengkeh, dan belimbing. Pada Tahun 2009 Wahana Cory menambah unit bisnisnya yaitu dengan mengusahakan srikaya organik pada lahan baru.

Daerah pengembangan tanaman srikaya sampai saat ini masih terbatas, hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan. Oleh karena itu, buah srikaya sulit sekali ditemukan di pasar dan hal ini dapat menjadi suatu prospek bisnis bagi pengusaha agribisnis. Beberapa pertimbangan yang menjadikan srikaya berpotensi untuk diusahakan dengan tujuan komersial antara lain, buah srikaya merupakan komoditi buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai jual yang tinggi dan buah srikaya merupakan salah satu komoditi yang memiliki nila gizi yang tinggi. Perusahaan pertanian organik Wahana Cory melihat hal tersebut sebagai peluang usaha karena masih sedikit masyarakat yang memproduksi buah srikaya dalam jumlah besar.

(13)

data-data perusahaan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian. Untuk data kualitatif diolah dan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan Microsoft Excel 2007 dan kalkulator.

Perusahaan memperoleh bibit tanaman srikaya organik dengan melakukan

pembibitan sendiri. Selain itu perusahaan juga memproduksi sendiri pupuk kompos yang digunakan untuk penanaman. Sedangkan untuk peralatan dan perlengkapan pertanian dalam pengusahaan srikaya organik perusahaan peroleh dari toko pertanian di Pasar Bogor. Tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan berasal dari masyarakat sekitar. Tanaman srikaya tersebut baru dapat menghasilkan buah pada saat tanaman berumur 2-3 tahun. Sebagai awal pengembangan usaha srikaya organik, Wahana Cory mengusahakan srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2 dengan perkiraan produksi mencapai 5-10 ton per tahun. Dalam mendisribusikan produk-produk organiknya, Wahana Cory dibantu oleh distributor pribadi yaitu PT Cory Organic International (PT COI). PT COI merupakan salah satu perusahaan milik Bapak Dedi, namun antara Wahana Cory dan PT COI memliki struktur manajemen yang berbeda. Saat ini yang menjadi pelanggan tetap perusahaan adalah 20 Super Indo dan beberapa toko buah dan sayur yang tersebar di wilayah Jakarta.

Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan apek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat memberikan kontibusi kepada negara berupa pajak, ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar proyek, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha.

Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukan bahwa NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.465,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 9 %. Serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis

(14)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK

PADA PERUSAHAAN WAHANA CORY

KECAMATAN TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR

TIARA SAKINA H34051722

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama : Tiara Sakina

NIM : H34051722

Disetujui, Pembimbing

Ir. Anita Ristianingrum, M.Si

NIP 19671024 199302 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 19580908 198403 1 002

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan

Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 2 Januari 1987. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Syarifudin Ismail dan Ibu Rumayni. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Sukmajaya V Depok pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 3 Depok. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Depok diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005 juga penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Pada tahun 2006 penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat karunia dan kekuatan yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory, Kecamatan Tamansari,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha srikaya organik dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial pada perusahaan Wahana Cory.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak termasuk penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian. Penulis juga mengharapkan masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan penulis di masa mendatang.

(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji serta syukur penulis panjatkan ke pada Allah SWT yang selalu memberikan lindungan dan limpahan rahmatNya serta kemudahan yang Engkau berikan kepada penulis. Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, arahan, dukungan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak (Syarifudin Ismail) dan Mama (Rumayni) yang tercinta atas segala perjuangan, kasih sayang, doa, dan dukungan, baik moral maupun material kepada penulis. Karya ini penulis persembahkan untuk kalian.

2. Kakak dan keponakanku tersayang, Yomie Andini dan Amaya Eshia atas semangat dan kasih sayang yang telah diberikan.

3. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama yang bersedia meluangkan waktunya serta memberikan saran dan masukan kepada penulis. 5. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji komdik yang memberikan

masukan dan saran dalam perbaikan skripsi ini kepada penulis.

6. Drs. Iman Firmansyah, M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik atas bantuan, arahan, dan motivasinya kepada penulis.

7. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS, Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM, Ibu Tintin S, SP, MM, Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM, Mas Yeka Hendra Fatika, SP, Mas Feryanto W.K, SP, Mas Arif Karyadi, SP, dan seluruh staf pengajar Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengalaman yang diberikan selama perkuliahan.

8. Seluruh staf tata usaha Departeman Agribisnis, Ibu Ida, Mas Hamid, Mas Pian, Mba Dian, Pak Yusuf, dan Pak Cecep atas kemudahan dan bantuan selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini.

(20)

diterima oleh penulis selama penelitian, informasi, dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

10.Agi Aghillunta dan keluarga yang telah memberikan pengertian, semangat, saran, kasih sayang, doa, kesabaran, dan bantuan kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat penulis, Purbasari Indah Lestari, Ayu Indah Lestari, Rina Yoanita, Rizki Amalia, Hepi Risenasari, Yusda Mardiyah, Cila Apriande, Mohammad Reza, Roch Ika, dan teman-teman di Pondok Iwan (Noel, Sule, Bayu, Isnur, Nawi, Teguh, Zulvan, dan Faisal) atas semangat, saran, dan pengalaman berharga bagi penulis

12.Teman-teman satu bimbingan, Yanuary Dwi Pangestuti dan Mada Pradana atas semangat dan saran selama berdiskusi dengan penulis.

13.Teman-teman Permata Tani Mandiri, Hary Purnama, Fery Herdiman, Andriyanto Pratama, dan Abdul Rozak atas semangat, saran, dan pengalaman berharga bagi penulis.

14.Tim Gladikarya Desa Samarang, Tika, Feni, Fehmi dan Echi atas kebersamaan dan pengalaman berharga yang tidak terlupakan bagi penulis selama di Garut. 15.Teman-teman satu perjuangan di Agribisnis 42, Anna, Wiwi, Githa, Meno,

Dodo, Tiara, Lisda, Wening, Aqsa, Bebeh, Neina, Abel, Shinta, Ratna dan semua AGBers 42 atas semangat, kebersamaan dan kekompakan selama ini. 16.Kakak-kakak Agribisnis 41 atas masukan dan semangat yang diberikan

kepada penulis.

17.Sahabat-sahabat penulis, Galih R.N, Indri H, Linda M, Wila M, Prasasti B.P, Astriani W, Fathina R, Marnala O, Eisha M, Citra, Amanah A, Ajeng P, Arina H, Rena, Rifka, Hikmah, Tara, Huda dan Galih N atas semangat yang terus diberikan oleh penulis, walaupun telah dipisahkan oleh jarak dan waktu namun persahabatan kita akan terus berlanjut hingga usia memisahkan nanti. 18.Karya Salemba Empat atas beasiswa yang diberikan kepada penulis.

19.Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

(21)

DAFTAR ISI

2.1.1. Pengertian Pertanian Organik ... 11

2.1.2. Tujuan Pertanian Organik ... 11

2.1.3. Prinsip Pertanian Organik ... 12

2.1.4. Sertifikasi dan Standarisasi ... 14

2.2. Buah Srikaya ... 14

2.2.1. Sifat Botani Srikaya ... 15

2.2.2. Agroekologi Tanaman Srikaya ... 17

2.2.3. Perbanyakan Tanaman Srikaya ... 18

2.2.4. Budidaya Tanaman ... 18

5.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha ... 45

(22)

5.2.3. Kegiatan Perusahaan ... 50

VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA SRIKAYA ORGANIK 60 6.1. Aspek Non Finansial ... 60 6.1.1. Aspek Pasar ... 60 6.1.1.1. Peluang Pasar ... 60 6.1.1.2. Strategi Pemasaran ... 62 6.1.2. Aspek Teknis ... 64 6.1.2.1. Lokasi Usaha ... 64 6.1.2.2. Skala Usaha ... 66 6.1.2.3. Teknik Budidaya ... 67 6.1.3. Aspek Manajemen ... 68 6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ... 68 6.2. Aspek Finansial ... 69 6.2.1. Arus Penerimaan (Inflow) ... 69 6.2.2. Arus Biaya (Outflow)... 70 6.2.2.1. Biaya Investasi ... 70 6.2.2.2. Biaya Operasional ... 73 6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan

Srikaya Organik ... 82 6.2.4. Analisis Switching Value ... 83

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 85 7.1. Kesimpulan ... 85 7.2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku

Tahun 2003-2006 ... 1 2. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Buah-buahan

di Indonesia Tahun 2003-2007... 2 3. Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan

di Indonesia Tahun 2000-2015... 2 4. Perbedaan Sistem Penanaman An-Organik dan Organik ... 3 5. Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya ... 15 6. Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan

di Indonesia Tahun 2000 – 2015 ... 60 7. Perencanaan Jumlah Penjualan Srikaya Organik

setiap Bulan (Kg) ... 61 8. Ketinggian, Suhu, Curah Hujan, dan pH Tanah pada

Lokasi Usaha dan Syarat Tumbuh Tanaman Srikaya ... 65 9. Perencanaan Jumlah Produksi Srikaya Organik

setiap Bulan (Kg) ... 66 10. Perkiraan Penjualan dan Total Penerimaan Penjualan

Srikaya Organik per Tahun pada Lahan Seluas

5.000 m2 di Wahana Cory ... 70 11. Perincian Biaya Pembibitan Srikaya Organik ... 72 12. Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Srikaya Organik

pada Lahan Seluas 5.000 m2 ... 73 13. Proporsi Penggunaan Timbangan Elektrik setiap Unit Bisnis . 74 14. Biaya Investasi pada Tahun ke-3 ... 74 15. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun,

dan Staf Administrasi dan Keuangan terhadap Unit

Bisnis Perusahaan ... 75 16. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun,

dan Staf Administrasi dan Keuangan terhadap Komoditi Buah Organik pada Tahun ke-1

sampai Tahun ke-2 ... 76 17. Proporsi Kontribusi Wakil Direktur, Manajer Kebun,

dan Staf Administrasi dan Keuangan terhadap Komoditi Buah Organik pada Tahun ke-3

(24)

18. Persentase Penggunaan Air ... 77 19. Persentase Penggunaan Listrik ... 77 20. Persentase Penggunaan Telepon ... 78 21. Penggunaan Ruang Angkut Buah-buahan Organik

Satu kali Pengiriman ... 79 22. Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan

Srikaya Organik pada Tahun ke – 1

sampai Tahun ke – 2 ... 79 23. Rincian Biaya Tetap untuk Pengusahaan

Srikaya Organik pada Tahun ke – 3

sampai Tahun ke – 12 ... 80 24. Jumlah Pupuk Kompos, Pupuk Organik Cair,

Pestisida Alami dan Label pada Pengusahaan

Srikaya Organik per Tahun ... 81 25. Penggunaan Tenaga Kerja Pengusahaan

Srikaya Organik pada Lahan Seluas 5000 m2 ... 82 26. Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan

Srikaya Organik pada Wahana Cory ... 82 27. Hasil Analisis Switching Value

(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35 2. Struktur Organisasi Wahana Cory ... 50 3. Skema Saluran Pemasaran Srikaya

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik

Tahun Pertama ... 89 2. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik

Tahun Kedua ... 90 3. Jadwal Kegiatan Penananaman Srikaya Organik

Tahun Ketiga dan seterusnya ... 91 4. Analisis Cashflow Pengusahaan Srikaya Organik

pada Wahana Cory Tahun 2009 ... 92 5. Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Srikaya Organik

pada Wahana Cory Tahun 2009 ... 94 6. Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi

Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory

pada Tahun ke – 1 dan 2 ... 96 7. Perhitungan Penyusutan per Tahun dari Investasi

Pengusahaan Srikaya Organik Wahana Cory

pada Tahun Ke -3 dst ... 97 8. Analisis Switching Value (Penurunan Jumlah Produksi

Srikaya Organik Sebesar 46,51%) ... 98 9. Analisis Switching Value (Kenaikan Biaya Operasional

Sebesar 253,85%) ... 100 10. Daftar Pertanyaan Pengarah ... 102 11. Dokumentasi Pengusahaan Srikaya Organik

(27)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang berpotensi untuk dikembangkan khususnya di sektor pertanian. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian di Indonesia cukup besar, diantaranya sebagai penyedia bahan baku industri, penyedia bahan pangan, penyedia lapangan kerja dan sumber devisa negara. Salah satu sub sektor petanian yang memiliki peranan penting adalah hortikultura. Hortikultura berperan sebagai sumber pangan, sumber pendapatan masyarakat, penyedia lapangan kerja, perdagangan domestik dan ekspor, dan peningkatan aktivitas industri pengolahan yang bersifat meningkatkan nilai tambah (Deptan 2002).

Produk hortikultura meliputi tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman biofarmaka dan tanaman hias. Tanaman buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang berpotensi untuk dikembangkan, karena secara ekonomis memiliki nilai tambah dan memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan apabila dikelola dengan baik. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa buah-buahan merupakan penyumbang terbesar pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura dan setiap tahun PDB buah-buahan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 PDB buah-buahan mencapai Rp 35.448 Milyar atau setara dengan 51,64 persen dari total PDB hortikultura.

Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2003 – 2006

No Komoditas

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2008)

(28)

tanam pada tahun 2004 sebesar 14.845 hektar atau setara dengan 2,05 persen, namun hingga tahun 2007 luas areal tanam kembali mengalami peningkatan secara bertahap. Perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas buah-buahan di Indonesia tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Buah – buahan di Indonesia

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2008)

Konsumsi akan buah-buahan semakin meningkat seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu juga adanya peningkatan pendapatan dan kualitas pendidikan sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya komposisi gizi yang seimbang. Kesadaran ini mempengaruhi jumlah konsumsi buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan gizi secara memadai. Perkiraan peningkatan jumlah konsumsi dan permintaan buah-buahan seiring dengan peningkatan penduduk di Indonesia pada kurun waktu 2000-2015 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkiraan Konsumsi dan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Tahun 2000 – 2015

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, maka sebagian masyarakat sudah mulai menghindari konsumsi produk pertanian yang menggunakan bahan kimia buatan dan memilih yang bebas pestisida serta meningkatkan gaya hidup sehat

(29)

Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan suatu metode yang dikenal dengan pertanian organik. Oleh karena itu, saat ini muncul produk-produk pertanian organik seperti beras organik, sayuran organik, buah organik, telur organik, kopi organik, dan jenis komoditi lainnya. Perbedaan pertanian dengan sistem an-organik dan sistem organik dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbedaan Sistem Penanaman An-organik dan Organik

Proses An-organik Organik

Persiapan Benih Bisa berasal dari rekayasa genetik

Berasal dari tanaman

Pembibitan Bibit diperlakukan dengan

bahan kimia

Dibuat secara alami

Penanaman Monokultur Polikultur lebih dominan

Pengairan Air dari mana saja Air bebas dari bahan

kimia sintetik

Pemupukan Pupuk kimia lebih dominan Pupuk kandang/kompos

Pengendalian Hama Pestsida kimia dominan Pengendalian hama

terpadu lebih diutamakan

Hasil Panen Mengandung residu kimia Bebas residu kimia

Sumber : Agrina, 2004 diacu dalam Rahmayanti, 2008

Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterapkan di beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur dan buah segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic farming system) mempunyai rasa, aroma, dan kandungan gizi yang lebih baik daripada yang menggunakan pertanian an-organik1.

Tahun 2005 volume produk pertanian organik mencapai 5 – 7 persen dari total produk pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar dipasok oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika, dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak didominasi oleh negara-negara timur seperti Jepang, Taiwan, dan Korea2. Permintaan produk pertanian organik dunia mencapai 15 – 20 persen per tahun, namun pangsa pasar yang mampu

1

http://www.biotama.com/index. Teknologi Budidaya Organik. 22 Desember 2008

2

(30)

dipenuhi hanya berkisar antara 0,5 – 2 persen dari keseluruhan produk pertanian organik. Hal inilah yang memacu permintaan produk pertanian organik dari negara-negara berkembang3. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki peluang yang besar untuk menjadi produsen pertanian organik.

Perkembangan produksi dan pemasaran produk pertanian organik di Indonesia cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya supermarket, gerai, dan restoran yang menjual berbagai produk organik. Harga pangan organik khususnya produk hortikultura yang dipasarkan di supermarket-supermarket di beberapa negara termasuk Indonesia relatif tinggi, yaitu tiga sampai empat kali lipat dibanding pangan yang bukan organik4.

Sayuran dan buah organik diketahui mengandung vitamin C dan mineral esensial, seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dan krom, lebih tinggi dibanding dengan sayuran dan buah an-organik. Kandungan nitrat dalam sayuran dan buah organik 25 persen lebih rendah daripada yang an-organik. Kandungan nitrat yang berlebihan dalam produk an-organik dapat menyebabkan kanker5.

Buah organik merupakan salah satu hasil dari pertanian organik yang memiliki banyak manfaat dan kelebihan dibanding buah an-organik. Manfaat buah organik antara lain (1) Bekerja membersihkan darah, (2) Membuang racun yang menumpuk dalam sel, (3) Membantu regenerasi sel-sel baru, dan (4) Menjaga keseimbangan kadar asam basa tanpa obat-obatan, vitamin atau pun suplemen tambahan. Sedangkan kelebihan buah organik antara lain (1)Memiliki kandungan gizi yang lebih baik, makanan organik rata-rata mempunyai kandungan vitamin C, mineral, serta phytonutrients (bahan dalam tanaman yang dapat melawan kanker) yang lebih tinggi dibandingkan bahan pangan an-organik, (2) Makanan organik lebih tahan lama hingga tidak mudah basi, dan (3) Menghemat proses produksi dan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan6.

Salah satu buah yang dapat dibudidayakan dengan teknik pertanian organik adalah srikaya (Annona squamosa L). Tanaman srikaya merupakan

3

(31)

tanaman pendatang, menurut Sunarjono (2005) tanaman srikaya berasal dari Amerika Latin yaitu Peru. Di Indonesia, srikaya dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Umumnya buah yang lebih dikenal dengan sebutan buah nona sri ini, hanya ditanam di pinggir pagar pekarangan rumah. Namun tanaman srikaya memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan hampir dari seluruh bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan. Daging buahnya dapat digunakan sebagai penyedap es krim, bahan baku pembuatan selai, sirup dan makanan olahan lainnya. Buah yang masih hijau dan biji mudanya memiliki sifat anti cacing dan insektisida yang efektif. Sedangkan akar, daun, dan kulit kayu srikaya dapat digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit seperti batuk, demam, disentri, sembelit dan lain-lain.

Negara penyebaran srikaya meliputi Thailand, Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Pada tahun 2005, di Filipina produksi buah srikaya tiap tahun mencapai 6.000 ton, sedangkan Thailand mencapai 75.000 ton tiap tahunnya. Produksi buah srikaya tersebut sudah mencapai pasar internasional. Di Indonesia, produksi buah srikaya belum tercatat secara statistik oleh Biro Pusat Statistik (BPS) karena masih dianggap sebagai buah minor (Sunarjono 2005).

(32)

dicampur dengan garam yang digunakan sebagai obat antikanker7. Dengan beberapa keunggulan yang dimiliki buah srikaya, menjadikan buah srikaya organik berpotensi untuk dikembangkan. Untuk itu perlu dilakukan sebuah analisis kelayakan bisnis untuk buah srikaya organik.

1.2. Perumusan Masalah

Pertanian organik di Indonesia saat ini sangat potensial dan diperkirakan akan semakin berkembang. Tingkat permintaan produk pertanian organik, khususnya buah organik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan.

Salah satu perusahaan yang membuka lahan pertanian dengan sistem pertanian organik adalah Wahana Cory yang terletak di daerah Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Pada awal diresmikannya Wahana Cory pada Mei 2006, perusahaan ini sudah mulai mengusahakan sayuran organik, namun terdapat masalah dalam pemasarannya karena pada awalnya sayuran tersebut belum sepenuhnya diperlakukan secara organik, sehingga produk yang dihasilkan hanya dipasarkan di pasar tradisional dengan harga relatif rendah.

Pada bulan Juli 2006, Wahana Cory melakukan uji laboratorium, dimana hasil yang diperoleh yaitu tanah tempat dilakukan kegiatan usaha pertanian organik ini baik dan cocok untuk pertanian organik karena tidak mengandung nutrisi kimia. Dengan melakukan uji laboratorium, Wahana Cory menyatakan bahwa semua jenis tanaman yang ditanam di kebun Wahana Cory telah diberikan perlakuan organik.

Pada bulan Januari 2007 Wahana Cory mulai melakukan pemasaran ke beberapa supermarket, dimana kegiatan pemasaran dilakukan oleh distributor pribadi Wahana Cory yaitu PT Cory Organic International (COI). Supermarket yang menjadi konsumen tetap Wahana Cory yaitu beberapa Super Indo di Jakarta diantaranya Mall Cinere, Plaza PP, Cilandak, Plaza Cibubur, Bintaro, Sunrise Garden, Pulomas, dan Pamulang.

Produk-produk organik yang dihasilkan Wahana Cory saat ini adalah pupuk organik, sayur-sayuran organik, dan buah-buahan organik seperti lengkeng, jambu, durian, mangga, pisang, nanas, manggis, buah naga, sawo, pepaya, salak,

7

(33)

jeruk, cengkeh, dan belimbing. Pada Tahun 2009 Wahana Cory menambah unit bisnisnya yaitu dengan mengusahakan srikaya organik pada lahan baru.

Srikaya merupakan salah satu buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Buah srikaya yang dikonsumsi segar baik untuk kesehatan karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Selain itu produksi buah srikaya di Indonesia masih kecil, sehingga buah ini sulit ditemukan di pasar. Berdasarkan wawancara pendahuluan dengan pihak Direktorat Budidaya Tanaman Buah, buah srikaya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) pada musim kemarau buah srikaya banyak dicari oleh masyarakat karena rasa buahnya memberikan kesegaran bagi yang mengkonsumsinya. Sampai saat ini buah srikaya di Indonesia dikonsumsi dalam bentuk segar, sedangkan industri yang mengolah buah srikaya di Indonesia masih sangat terbatas.

Pada umumnya konsumen buah organik adalah masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas yang juga telah sadar akan pentingnya nilai gizi dan keamanan dari produk pangan atau buah yang akan dimakan. Hal ini menunjukan potensi pasar yang cukup baik. Makin tingginya permintaan akan produk organik, menuntut produsen produk organik untuk mampu memenuhi permintaan tersebut.

Salah satu daerah di Indonesia yang memproduksi buah srikaya cukup besar adalah Kota Sumenep, Madura. Bahkan pada bulan Desember 2003, buah srikaya varietas langsar dijadikan sebagai buah unggul nasional. Sedangkan di daerah lain seperti di Jakarta dan Jawa Barat buah srikaya sangat sulit dijumpai, hal ini dikarenakan masyarakat menanam srikaya hanya sebagai tanaman perkarangan rumah bukan untuk dikomersilkan.

(34)

Pendistribusian buah srikaya organik tersebut dilakukan secara bergilir pada beberapa toko buah. Setelah dilakukan pendistribusian tersebut diketahui bahwa permintaan terbesar berasal dari toko buah di Jakarta, sedangkan di daerah Bogor sangat kecil. Untuk dapat memasok srikaya organik secara merata ke beberapa toko buah di Jakarta Wahana Cory akan mebuka lahan baru untuk pengusahaan srikaya organik. Berdasarkan permintaan dari toko-toko buah di Jakarta, perusahaan memperkirakan permintaan buah srikaya sekitar 5-10 ton per tahun. Untuk itu sebagai awal pengembangan usaha srikaya organik, Wahana Cory mengusahakan srikaya organik pada lahan seluas 5.000 m2 dengan perkiraan produksi mencapai 5-10 ton per tahun. Harga jual srikaya organik lebih tinggi dibanding srikaya an-organik, yaitu mencapai Rp 75.000,- per kg, sedangkan srikaya an-organik Rp 40.000,- per kg. Selain itu tanaman srikaya merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh pada semua jenis tanah sehingga diharapkan mudah untuk dibudidayakan di areal tanam Wahana Cory.8

Wahana Cory juga memberikan citra yang khas dengan menjadikan produk buah srikaya sebagai suatu komoditi organik yang memiliki keterjaminan bebas dari bahan kimia buatan dan berwawasan lingkungan. Diperlukan investasi yang besar untuk mengembangkan usaha srikaya organik, diantaranya investasi untuk lahan pembudidayaan tanaman srikaya organik dan berbagai biaya operasional yang dapat mendukung keberhasilan suatu usaha. Kelayakan investasi diperlukan karena karakteristik dari usaha srikaya organik, yaitu usaha ini sangat ditentukan oleh lamanya umur pohon srikaya yang dapat berproduksi dengan baik pada usia 2 tahun sampai 12 tahun. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis kelayakan bisnis sebagai suatu bahan pertimbangan apakah pengusahaan buah srikaya organik, layak atau tidak untuk dilakukan.

Untuk menilai kelayakan usaha srikaya organik diperlukan penilaian terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, dan aspek finansial. Penilaian terhadap aspek pasar untuk mengetahui potensi pasar dari buah srikaya organik. Penilaian terhadap aspek teknis diperlukan untuk mengkaji lokasi usaha, skala usaha, penerapan budidaya srikaya secara organik dan penanganan pascapanen. Sedangkan penilaian

8

(35)

terhadap aspek manajemen diperlukan untuk mengkaji seberapa jauh usaha srikaya organik dapat dikelola oleh Wahana Cory. Penilaian aspek sosial diperlukan untuk mengkaji perluasan kesempatan kerja serta dampak proyek terhadap lingkungan sekitar. Secara finansial perlu dikaji apakah proyek layak dilaksanakan dan menguntungkan karena untuk mendirikan proyek srikaya organik diperlukan investasi yang cukup besar dan jangka waktu pelaksanaan proyek lebih dari 1 tahun.

Usaha pertanian organik khususnya srikaya organik sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya dan keadaan iklim sehingga akan mempengaruhi jumlah produksi buah srikaya organik. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kepekaan (sensitivitas) terhadap usaha srikaya organik. Dalam usaha ini, perubahan terjadi dari sisi perubahan kuantitas produksi buah srikaya organik yang dihasilkan dan peningkatan biaya operasional untuk pengusahaan srikaya organik. Berdasarkan pengalaman perusahaan Wahana Cory, harga jual produk pertanian organik khususnya srikaya organik belum pernah mengalami penurunan, hal ini dikarenakan perusahaan yang menentukan harga srikaya organik tersebut di pasar karena jumlah pesaing di pasar srikaya organik masih sedikit, sedangkan peningkatan harga input seperti pupuk dan bibit tidak terlalu mempengaruhi penerimaan perusahaan karena biaya variabel dalam pengusahan srikaya organik cenderung stabil.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu :

1) Apakah pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory layak untuk dilakukan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan?

2) Apakah pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory layak untuk dilakukan dilihat dari aspek finansial?

(36)

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory

dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.

2) Menganalisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory dilihat dari aspek finansial.

3) Menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi : 1. Perusahaan Wahana Cory, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan

pengembangan bisnisnya, yaitu mengembangkan usaha buah srikaya organik. 2. Penulis, kajian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan

dan wawasan dengan menerapkan teori yang didapat di perkuliahan terhadap permasalahan yang ada secara nyata.

3. Pihak-pihak terkait yang membutuhkan, diharapkan dapat berguna sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di perusahaan pertanian organik Wahana Cory, mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Kriteria evaluasi aspek finansial yang digunakan adalah Net Present Value (NPV),

(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertanian Organik

2.1.1. Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan, dan produktivitas agroekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Daur ulang hara merupakan teknologi tradisional yang sudah cukup lama dikenal sejalan dengan berkembang peradaban manusia, terutama di daratan Cina (Sutanto 2002).

Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Jadi pertanian organik adalah sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan kimia dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan hasil yang optimal (Winarno 2002).

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik (Andoko 2002). Sedangkan menurut Pracaya (2006), pertanian organik merupakan sistem pertanian (dalam hal bercocok tanam) yang tidak mempergunakan bahan kimia (dapat berupa pupuk, pestisida, dan hormon pertumbuhan) tetapi menggunakan bahan organik.

2.1.2. Tujuan Pertanian Organik

(38)

keseimbangan lingkungan alam sekitar. Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan pertanian organik antara lain:

1) Menghasilkan pangan yang aman dan berkualitas sehingga meningkatan kesehatan masyarakat.

2) Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani. 3) Meminimalkan polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.

4) Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. 5) Meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan

sumber daya dan adanya daya saing produk agribisnis.

2.1.3. Prinsip Pertanian Organik

Salah satu prinsip pertanian organik adalah penggunaan lahan, lahan untuk dibudidayakan organik harus bebas dari cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida. Lahan dapat berupa lahan pertanian yang baru dibuka atau lahan pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian organik. Lama masa konversi bergantung pada penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman. Prinsip lainnya adalah bahwa benih atau bibit bukan berasal dari bibit hasil rekayasa genetika atau genetically modified organism (GMO). Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik. Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk sintesis. Pupuk organik tersebut berasal dari sisa-sisa tanaman, pupuk alam dan rotasi tanaman legume. Pengendalian hama dan penyakit pada pertanian organik dilakukan secara manual, biopestisida, agen hayati, dan rotasi tanaman. Pengendalian hama diarahkan secara terpadu dengan mengutamakan keseimbangan ekosistem9.

International Federation of Organik Agriculture Movements (IFOAM) memberlakukan prinsip-prinsip pertanian organik10, yaitu :

1) Prinsip Kesehatan

Peran pertanian organik, baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan

(39)

ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.

2) Prinsip Ekologi

Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus, sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan, dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. 3) Prinsip Keadilan

Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang, dan konsumen. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.

4) Prinsip Perlindungan

(40)

semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif.

2.1.4. Sertifikasi dan Standarisasi

Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan pertanian organik di Indonesia. Bahkan pada saat itu dicanangkan untuk mencapai Go Organic 2010. Selanjutnya untuk mencapai

Go Organic 2010 tersebut berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan. Diantaranya adalah dengan dibentuknya Otoritas Kompeten Pertanian Organik melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 432/Kpts/OT.130/9/2003 dan pembentukan

Task Force Organic. Berbagai pelatihan fasilitator dan inspektor organik, seminar, dan workshop untuk mensosialisasikan pertanian organik kepada masyarakat dan stakeholder telah dilakukan bekerjasama dengan berbagai lembaga yang telah bergerak di bidang pertanian organik saat itu11.

Departemen pertanian juga telah menyusun standar pertanian organik di Indonesia, tertuang dalam SNI 01-6729-2002. Sistem pertanian organik menganut pada paham organik proses, artinya semua proses sistem pertanian organik dimulai dari penyiapan lahan hingga pascapanen memenuhi budidaya organik. SNI sistem pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya juga harus diakreditasi oleh Deptan melalui Pusat Standarisasi dan Akrreditasi12.

2.2. Buah Srikaya

Srikaya merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Latin yaitu Peru. Di Indonesia, srikaya telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda dengan nama buah nona sri. Srikaya yang tersebar di Indonesia saat ini adalah srikaya lokal dan srikaya dari luar negeri yang telah lama beradaptasi. Terdapat beberapa varietas srikaya yang dikenal dunia. Varietas srikaya yang terdapat di Indonesia adalah varietas langsar, gading, dan bangil. Sedangkan di Australia terdapat varietas pink mammoth, srikaya merah, dan African pride13. Sedangkan

(41)

di Thailand terdapat dua varietas srikaya yaitu varietas Fai dan varietas Nahng (Sunarjono 2005). Kandungan gizi yang terdapat pada buah srikaya dapat dilihat pada Tabel 5. Dalam tata nama tumbuhan, srikaya diklasifikasikan ke dalam :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ranales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona squamosa L

Tabel 5. Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya

No Zat Gizi Kandungan

1 Kalori (Kal) 101

2 Protein (g) 1,7

3 Lemak (g) 0,6

4 Karbohidrat (g) 25,2

5 Kalsium (mg) 27

6 Fosfor (mg) 20

7 Besi (mg) 0,8

8 Vitamin A (SI) -

9 Vitamin B (mg) 0,08

10 Vitamin C (mg) 22

11 Air (g) 71,5

Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya (2005)

2.2.1 Sifat Botani Srikaya

(42)

1) Akar

Akar srikaya agak dalam sehingga dapat mencapai 1 – 2 m dan jumlah percabangan akarnya tidak banyak.

2) Batang

Batang srikaya kecil dengan jumlah percabangan sedikit sehingga tidak sesuai untuk tanaman pelindung. Kayunya keras tetapi tidak dapat digunakan sebagai bahan bangunan, hanya untuk kayu bakar.

3) Daun

Bentuk daun srikaya menyerupai panah. Ujung daun runcing dan warna daun hijau tua. Umumnya letak daun agak melengkung ke bawah dan urat daun menonjol. Lebar daunnya 3 – 5,5 cm, sedangkan panjang daunnya 2 – 3 kali lebarnya atau sekitar 7 – 17 cm, bagian bawah daunnya juga sedikit berbulu.

4) Bunga

Ukuran bunga srikaya agak kecil dan bentuknya bulat dengan ujung runcing. Letak bunga tunggal atau berkelompok berhadapan dengan letak daun. Daun mahkota bagian luar panjang berjumlah tiga helai panjangnya mencapai 2,5 cm dan berwarna hijau. Sementara warna pangkal daun mahkota berwarna ungu. Mahkota bagian dalam pendek sekali sehingga hampir tampak tidak jelas.

Dalam penyerbukannya, tanaman srikaya dibantu oleh kumbang Nitidulidae atau sejenis lebah madu. Pada saat kepala (kantong) sari membuka atau pecah maka tepung sari telempar ke luar. Hal tersebut ditandai dengan adanya bunga yang mekar.

5) Buah

(43)

muncul. Bila terlambat dipanen dan kondisi tanah basah, buah sering retak, dan busuk.

Buah yang dihasilkan dari setiap varietas tanaman srikaya memiliki perbedaan. Buah srikaya lokal memiliki berat buah rata-rata 150 g per buah, daging buah putih, rasa buah manis dengan kristal seperti pasir, bijinya besar, dan penuh. Sedangkan bentuk buah srikaya merah dari Australia sama dengan srikaya lokal, warna kulit buah merah dengan berat rata-rata 100 g per buah, dan daging buah berwarna putih, rasanya halus dan kenyal, bijinya kering dan gepeng. Sedangkan srikaya pink mammoth memiliki bentuk yang tidak teratur, kulit buah tebal, dan tidak mudah pecah, tekstur daging lembut, beraroma kuat dan bijinya sedikit dengan berat rata-rata 0,5 – 2 kg per buah (Radi 1997).

2.2.2. Agroekologi Tanaman Srikaya

Penyebaran tanaman srikaya sangat erat hubungannya dengan persyaratan tumbuh. Kemampuan tumbuh bukan sekedar tumbuh membesar dengan daun rimbun, tetapi tanaman harus mampu berbuah lebat. Tanaman srikaya untuk dapat tumbuh normal menghendaki persyaratan tumbuh yang sesuai meliputi jenis tanah, ketinggian tempat dan iklim setempat.

Srikaya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Akan tetapi jenis tanah yang paling baik adalah tanah yang mengandung pasir dan kapur. Srikaya dapat tumbuh baik pada derajat keasaman tanah (pH) antara 6 – 6,5 dengan ketinggian tempat antara 100 – 1.000 m dpl (di atas permukaan laut). Pada ketinggian di atas 1.000 m dpl atau dataran tinggi dan pegunungan, tanaman srikaya tumbuh lambat dan enggan berbuah.

(44)

angin kencang. Adanya angin kencang dapat dihambat dengan penanaman mahagoni, cemara atau bambu di sekeliling kebun.

2.2.3. Perbanyakan Tanaman Srikaya

Perbanyakan tanaman dilakukan dengan upaya pembibitan. Ada dua cara pembibitan srikaya yang dapat dilakukan, yaitu dengan biji atau perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif. Pemilihan pohon induk pembibitan berdasarkan pada tanaman srikaya varietas unggul yang produksinya tinggi, mutu buah tinggi , tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta merupakan varietas srikaya yang digemari konsumen.

Biji buah yang dihasilkan dari srikaya varietas unggul dapat dijadikan sumber bibit. Bila telah tumbuh, cabangnya akan dijadikan sumber entris untuk digunakan sebagai mata tempel. Perbanyakan tersebut dilakukan secara klonal (induk tanaman tunggal). Pada umumnya tanaman buah-buahan khususnya srikaya merupakan tanaman heterozigot atau bersifat hibrida. Bila diperbanyak dengan biji, kemungkinan tanaman akan menampakan banyak sifat. Oleh karena itu biji srikaya tidak dianjurkan untuk perbanyakan langsung.

Kini perbanyakan tanaman srikaya dianjurkan secara vegetatif, seperti okulasi, sambungan, dan cangkok. Biji hanya di tanam sebagai pembentuk populasi dalam perbaikan varietas dan sebagai batang pokok dalam perbanyakan vegetatif.

2.2.4. Budidaya Tanaman

1) Pemilihan Bibit

Bibit dapat diperoleh dengan cara membeli atau dihasilkan sendiri. Bibit yang dibeli harus unggul dan bersertifikat atau berlabel agar dapat dijamin keunggulannya.

2) Persiapan Lahan Budidaya

(45)

3) Penanaman

Setelah lubang tanam, pupuk organik dan bibit telah tersedia maka penanaman bibit dapat segera dilakukan. Bibit srikaya dengan tinggi 70 – 100 cm dimasukkan ke dalam lubang tegak lurus dengan batas sambungan sekitar 10 cm di atas permukaan tanah atau 10 cm masuk dalam lubang. Selanjutnya lubang ditimbun dengan tanah lapisan atas sambil ditekan agar tidak ada rongga-rongga di sekitar akar.

4) Pemeliharaan

Pemeliharann tanaman bertujuan agar tanaman menjadi sehat, tumbuh kekar hingga dapat berbuah lebat. Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi

pemupukan, pemangkasan, penyiraman, penyerbukan bunga, dan

penjarangan buah. Pada budidaya srikaya organik, pupuk yang digunakan berupa pupuk organik, yaitu pupuk kandang atau kompos. Banyaknya pupuk kandang yang digunakan yaitu 10 – 20 kg per lubang tanam. Pemberian pupuk kandang sebanyak 10 – 20 kg/tanaman dilakukan 1 tahun sekali.

Pemangkasan cabang dilakukan pada waktu tanaman mencapai tinggi 1,5 m. Sebaiknya, setelah pemangkasan berat atau pemangkasan untuk mempermuda tanaman, tanaman diberi pupuk kandang lagi sebanyak 10 kg per pohon agar berbuah lebat. Dalam pemangkasan cabang pada tanaman srikaya ada dua tujuan. Pertama, pemangkasan mempermudakan tanaman kembali setelah berbuah lebat. Caranya semua cabang yang lemah akibat kandungan buahnya lebat dipotong atau dipangkas agar bertunas yang sehat dan kekar. Kedua, pemangkasan bertujuan agar tanaman cepat berbunga dengan cara ujung cabang dipotong yang diikuti dengan perontokan daunnya. Tanaman srikaya dapat tahan terhadap kekeringan, namun selama pembungaan sampai buah mendekati tua membutuhkan air secara teratur dan tetap sebanyak 2 – 3 liter per pohon.

(46)

Penjarangan buah pada tanaman srikaya dilakukan pada tanaman yang penyerbukannya dilakukan secara buatan, karena biasanya buah yang terbentuk dari penyerbukan buatan banyak dan ada yang berdesakan atau rapat. Buah yang berdesakan akan tumbuh tidak normal. Oleh karena itu buah harus dijarangkan agar buah berukuran besar dan bermutu tinggi. 5) Panen dan Hasil

Tanaman srikaya dapat menghasilkan buah pada umur 4 – 5 tahun. Panen pada srikaya harus dilakukan pada saat yang tepat, sesuai dengan tujuan pemasaran dan penggunaannya. Untuk pemasaran jarak jauh, sebaiknya buah dipanen sebelum matang. Tujuannya agar buah tidak rusak selama pengangkutan atau pengiriman. Biasanya srikaya dipanen pada kematangan mencapai 80 persen. Ciri buah srikaya yang siap panen adalah benjolan buah renggang, lapisan bedak tebal, dan tercium aromanya. Panen raya buah srikaya terjadi pada bulan Agustus-September. Produksi tanaman srikaya yang baik dapat mencapai 10 – 20 ton/ha/tahun dengan berat sekitar 100 – 300 gram per buah.

Penanganan hasil panen buah srikaya dilakukan untuk mempertahankan kualitas buah agar memiliki nilai jual yang tinggi. Pascapanen buah srikaya meliputi kegiatan pembersihan buah, pemeraman, pemilihan buah serta pengemasan. Hasil panen dikumpulkan pada tempat yang bersih dan tidak terkena sinar matahari langsung. Hal ini bertujuan menghindarkan kelayuan pada buah akibat laju respirasi yang tinggi dan memudahkan penanganan selanjutnya. Buah dibersihkan dari segala kotoran terutama hama kutu putih yang menempel diantara sisik buah. Pembersihan dilakukan menggunakan kuas kering dan bersih, serta diusahakan tidak terkena air yang dapat menyebabkan busuk buah.

2.2.5. Hama dan Penyakit

(47)

putih (Planococcus lepelleyi). Kutu dopol sering menyerang bunga dan buah yang masih kecil, dan (3) Hama kutu putih yaitu kutu lilin. Kutu ini tidak membahayakan tanaman, tetapi dapat membuat penampilan buah menjadi tidak menarik. Kutu ini sering hinggap pada daun bawah serta mengisap cairan bunga dan daun muda. Selain itu, kutu putih yang berkerumun pada bunga dapat menyebabkan bunga berguguran karena cairan dihisapnya.

Penyakit yang biasanya menyerang tanaman srikaya terutama pada kondisi lingkungan yang lembab, yaitu: (1) Penyakit buah busuk, yang disebabkan oleh cendawan Phomopis sp. dan antraknosa (Colletotrichum sp), (2) Penyakit cendawan upas, yang menyerang batang dan dahan bila suhu malam terlalu dingin dan lembab, (3) Penyakit busuk leher batang, yang disebabkan oleh cendawan

Rhizoctonia solani, (4) Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) yang menyerang akar dan leher batang srikaya.

2.2.6. Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian hama terpadu (HPT) merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu meminimalisasi organism pengganggu tanaman (OPT), sekaligus mengurangi biaya yang ditimbulkan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan. Sistem PHT memanfaatkan teknik dan metode yang cocok, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara ekonomis. Beberapa langkah atau teknik untuk tindakan perlindungan tanaman dari serangan OPT dengan sistem PHT agar pengembangan agribisnis dengan usahatani non kimia sintetik bisa dilaksanakan, antara lain diarahkan pada teknik-teknik budidaya, serta mekanik/fisik, cara biologis, cara kimiawi dari penggunaan tumbuhan/nabati sehingga dapat menekan populasi hama sampai batas ambang ekonomi. Dengan demikian pengendalian hama bebas racun pestisida merupakan alternatif yang perlu disebarluaskan.

Pengendalian hama terpadu mengandung pengertian dan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut (Kusnaedi 1999, diacu dalam Iryanti 2005) :

Gambar

Tabel 1.  Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2003 – 2006
Tabel 2.  Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Buah – buahan di Indonesia  Tahun 2003 – 2007
Tabel 4.  Perbedaan Sistem Penanaman An-organik dan Organik
Tabel 5.  Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat bahwa biaya yang akan digunakan untuk investasi pengembangan sangat besar serta kondisi yang akan datang dipenuhi dengan kemungkinkan terjadinya

(2010) menyatakan bahwa biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk memperoleh beberapa kali manfaat sampai usaha ini tidak menguntungkan lagi secara

Apabila dibedakan berdasarkan usahataninya, maka biaya total per hektar dan per kg output per musim tanam usahatani padi organik yang dikeluarkan petani penggarap lebih

Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ADI HADIANTO). Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran

Potensi dan peluang perkembangan pertanian organik pada subsektor hortikultura terutama pada tanaman sayuran memiliki prospek yang baik dan telah berkembang dalam beberapa

Berdasarkan aspek finansial, kriteria kelayakan investasi usaha jamur tiram putih menunjukkan bahwa ketiga skenario yaitu yaitu kondisi Kumbung Jamur D & D

Begitu pula dengan R-C rasio atas biaya total, untuk petani padi organik metode SRI R-C rasio yang diperoleh hanya sebesar Rp 1,54, sedangkan petani padi konvensional lebih besar

Perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha anggrek vanda douglas pada setiap petani yang ada di Kecamatan Gunung