• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA

PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA,

KABUPATEN BOGOR

NUR FAJRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Nur Fajri

(4)
(5)

ABSTRAK

NUR FAJRI. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.

Domba merupakan penyumbang daging terbesar ketiga dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional. MT Farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis berbasis peternakan yang berencana melakukan pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan pasarnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan pengembangan usaha di MT Farm berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis tingkat kepekaan pengembangan usaha melalui Analisis Switching Value. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan bisnis ditinjau dari analisis aspek non finansial layak untuk dijalankan. Demikian juga hasil analisis finansial layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV sebesar Rp 566,181,930, Net B/C sebesar 2.01, IRR sebesar 22.55 persen dan

Payback Period atau biaya investasi yang dikeluarkan dapat kembali dalam kurun waktu dua tahun empat bulan satu hari. Sedangkan hasil Analisis Switching Value

menyatakan batasan terhadap peningkatan mortalitas domba yaitu 2.107109305 persen dan peningkatan harga bakalan domba yaitu sebesar 3.1854194939394 persen. Analisis Switching Value tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mortalitas domba lebih berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan dibandingkan dengan peningkatan harga bakalan domba.

Kata-kunci : analisis kelayakan, domba, pengembangan usaha, peternakan

ABSTRACT

NUR FAJRI. Feasibility Analysis of Business Sheep Fattening at Mitra Tani Farm in Ciampea District, Bogor Regency. Supervise by TINTIN SARIANTI.

Sheep is the third biggest contributors of ruminant families for meat national product. MT Farm is one of a farm-based agribusiness companies that planning to expand its business to fulfill market requirements. The aim for this study to analyzing the feasibilty of sheep business expansion at MT Farm based on financial and non financial aspects. This study also analyzing sensitiveness levels of business expansion by Switching Value Analysis. Result of this study shows that business expansion by analyzing non financial aspects is feasible to run. Result of financial analysis is also feasible to run based on investment criteria, that NPV Rp 566,181,930, Net BC is 2.01, and IRR is 22.55 percent of Payback Period means investment costs will return in two years four months and one day. While Switching Value Analysis shows the ascend limit of sheep’s mortality is 2.107109305 percent, so ascending in prices of lamb is 3.1854194939394 percent. Switching Value Analysis shows that ascending of sheep’s price give more influences than ascending of sheep’s mortality.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agibisnis

NUR FAJRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA

PADA MITRA TANI FARM, KECAMATAN CIAMPEA,

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

Nama : Nur Fajri NIM : H34096075

Disetujui oleh

Tintin Sarianti, SP MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, kepada :

1. Etta, Eppa, Kak Fadli, Kak Ana, dan adikku Fahmi yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan baik. Terima kasih banyak keluarga besarku tercinta.

2. Ibu Tintin Sarianti, SP MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran selama membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS dan Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

4. Bapak Suprehatin, SP, MAB selaku dosen evaluator kolokium proposal yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan saran kepada penulis.

5. Ibu Popong Nurhayati selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis.

6. Seluruh dosen dan staf yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis selama penulis menyelesaikan studi.

7. Seluruh pihak Manajemen dan Karyawan Mitra Tani Farm yang terkait dalam penyusunan skripsi ini, penulis berterima kasih atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang telah diberikan.

8. Istriku Wenni Maryanti Daulay atas semangat, dukungan, pengertian dan kasih sayang selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Saudara-saudaraku di Wisma Mahasiswa Latimojong Bogor atas persaudaraannya di tanah rantau ini.

10. Adib, Fachry, Asept, Ronal, Wahyu, dan rekan-rekan AGB 7 atas kebersamaan dan keceriaannya selama menyelesaikan studi.

11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, keluarga besar Ikatan Mahasiswa Sulawesi Selatan di Bogor, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(13)
(14)

DAFTAR ISI

Kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan domba 10 Kontribusi usaha peternakan domba terhadap kesejahteraan ekonomi

peternak 10

Aspek finansial dan non finansial dalam kajian studi kelayakan usaha

peternakan domba 11

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 22

Aspek Pasar 22

Internal Rate Of Return (IRR) 24

(15)

Fasilitas Usaha 26

Kegiatan Usaha 27

ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 27

Aspek Pasar dan Pemasaran 27

Analisis Kelayakan Finansial Sebelum Pengembangan Bisnis 39

Analisis Biaya (Outflow) 40

Analisis Manfaat (Inflow) 44

Analisis Kelayakan Finansial Dengan Pengembangan Bisnis 45

Analisis Biaya (Outflow) 45

Analisis Manfaat (Inflow) dengan Pengembangan Bisnis 48 Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Domba MT Farm 51

(16)

DAFTAR TABEL

1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga yang berlaku menurut subsektor lapangan usaha pertanian di Indonesia tahun 2008-2012 (Rp.

Milyar) 1

2. Rata-rata konsumsi protein (kg/kapita) Nasional menurut kelompok

makanan 2008-2012a 2

3. Konsumsi daging per kapita di Asia Tenggara pada tahun 1995- 2005a 3 4. Populasi komoditas ternak utama Nasional tahun 2008-2011 (000 ekor)a 3 5. Populasi Nasional domba tahun 2008-2011 di Indonesiaa 5 6. Populasi domba di Jawa Barat tahun 2009-2010a 6 7. Populasi domba di Kabupaten Bogor tahun 2006-2010a 7

8. Daftar Konsumen MT Farma 29

9. Daftar nama, penanggung jawab dan tingkat pendidikan akhir para

pekerja di Mitra Tani Farma 37

10. Biaya investasi MT Farm pada kondisi sebelum pengembangan usaha 40 11. Umur ekonomis dari investasi pada kondisi sebelum pengembangan

usaha 41

12. Biaya tetap pada peternakan MT Farm (sebelum pengembangan bisnis) 42 13. Biaya variabel yang dibutuhkan (kondisi sebelum pengembangan) 43 14. Penerimaan penjualan domba pada kondisi tanpa pengembangan

peternakan MT Farm 44

15. Nilai sisa investasi pada usaha penggemukan domba MT Farm (kondisi

tanpa pengembangan) 45

16. Biaya investasi yang dibutuhkan pada peternakan domba MT Farm

dengan pengembangan bisnis 46

17. Biaya tetap peternakan domba MT Farm dengan pengembangan bisnis 47 18. Biaya variabel peternakan domba MT Farm dengan pengembangan

bisnis 47

19. Penerimaan penjualan domba pada peternakan domba MT Farm dengan

pengembangan bisnis 48

23. Kriteria investasi dengan kondisi sebelum pengembangan dan setelah

pengembangan bisnis 51

24. Hasil analisis switching value usaha MT Farm pada kondisi setelah

pengembangan 52

25. Laba bersih yang didapatkan selama umur usaha (Incremental Net

Benefit) 53

(17)

DAFTAR GAMBAR

1. Kurva fungsi investasi 13

2. Kerangka pemikiran operasional 21

3. Lokasi kandang peternakan domba MT Farm 32

4. Rencana lokasi pengembangan usaha peternakan domba MT Farm 32

5. Kandang panggung MT Farm 33

6. Struktur organisasi di MT Farm 37

DAFTAR LAMPIRAN

1. Layout kandang Mitra Tani Farm 57

2. Siklus Saat ini 58

3. Siklus Pengembangan 60

4. Biaya investasi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 62 5. Biaya tetap mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 63 6. Biaya variabel mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 64 7. Penerimaan tahunan mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 65 8. Cashflow mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 66 9. Laporan laba-rugi mitra tani farm sebelum pengembangan usaha 68 10. Biaya investasi mitra tani farm setelah pengembangan usaha 69 11. Biaya tetap mitra tani farm setelah pengembangan usaha 70 12. Biaya variabel mitra tani farm setelah pengembangan usaha 71 13. Penerimaan tahunan mitra tani farm setelah pengembangan usaha 72 14. Cashflow mitra tani farm setelah pengembangan usaha 73 15. Laporan laba-rugi mitra tani farm setelah pengembangan usaha 75 16. Cashflow analisis switching value – kenaikan harga bakalan domba

sebesar 3.1854194939394% 76

17. Laporan laba-rugi analisis switching value – kenaikan harga bakalan

domba sebesar 3.1854194939394% 78

18. Cashflow analisis switching value – peningkatan mortalitas domba

sebesar 2.107109305% 79

19. Laporan laba-rugi analisis switching value – peningkatan mortalitas

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, senantiasa didorong untuk mewujudkan perekonomian nasional yang sehat, seperti yang tercermin dari visi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian. Agribisnis merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan. Bidang peternakan merupakan salah satu subsektor agribisnis yang cukup penting karena terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani masyarakat.

Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku menurut subsektor lapangan usaha pertanian dari Tahun 2005-2010 dapat dilihat bahwa sektor peternakan memberikan kontribusi untuk perekonomian Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Domestik Bruto dari tahun 2005-2010 pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga yang berlaku menurut subsektor lapangan usaha pertanian di Indonesia tahun 2008-2012 (Rp. Milyar)

LAPANGAN USAHA TAHUN

2008 2009 2010 2011* 2012 **

Tanaman bahan makanan 349,795 419,195 (19.84)

Tanaman perkebunan 105,960 111,378

(5.11)

Peternakan dan hasil-hasilnya 83,276 104,884 (25.95) * Angka sementara, ** Angka sangat sementara , Angka dalam kurung menunjukkan pertumbuhan dari tahun sebelumnya (%)

a

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013), diadaptasi dari data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa PDB subsektor peternakan mempunyai peranan penting karena terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani masyarakat dan juga dalam meningkatkan pendapatan masyarakat serta devisa negara. Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 meningkat 25.95 persen dari tahun 2008. Pada tahun 2011, PDB peternakan diperkirakan akan meningkat sebesar 8.32 persen, demikian halnya pada tahun 2012, PDB peternakan diperkirakan akan meningkat sebesar 12.99 persen.

(19)

meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja dan melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan.

Tabel 2. Rata-rata konsumsi protein (kg/kapita) Nasional menurut kelompok makanan 2008-2012a

Badan Pusat Statistik (2013), diadaptasi dari Tabel Rata-rata Konsumsi Protein (kg/kapita) Nasional Menurut Kelompok Makanan yang dapat diunduh dari http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 10 Desember 2013

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa konsumsi protein nasional menurut kelompok makanan masih rendah dan cenderung mengalami fluktuasi dengan tren yang masih meningkat. Konsumsi protein yang rendah dikarenakan kondisi perekonomian masyarakat yang mengakibatkan penurunan daya beli terhadap produk daging. Harga daging yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan salah satu faktor yang membuat rendahnya konsumsi daging Indonesia. Ketua umum Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengatakan dengan mahalnya harga daging di Indonesia berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat pada daging.1

Tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan masyarakat di kawasan Asia Tenggara. Akan tetapi, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri saja, belum dapat dipenuhi secara mandiri (swasembada) sehingga harus impor. Untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri pemerintah masih harus impor rata-rata 26 persen dari kebutuhan, apalagi tingkat konsumsi daging bagi masyarakat setiap tahunnya terus meningkat.2

Dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada periode lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada peningkatan 39 komoditas unggulan nasional. Komoditas unggulan nasional tersebut terdiri atas tujuh komoditas tanaman pangan, sepuluh komoditas hortikultura, 15 komoditas perkebunan, dan tujuh komoditas peternakan. Agar posisi swasembada tersebut dapat berkelanjutan, maka target peningkatan produksinya harus dipertahankan minimal sama dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri, dengan memperhitungkan laju pertumbuhan penduduk secara nasional, permintaan bahan baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dalam rangka stabilitas harga serta pemenuhan peluang ekspor (Kementan 2009).

1

Sarman Simanjorang 2013. Konsumsi Daging Orang Indonesia Lebih Rendah dari Singapura & Malaysia. http://news.citydirectory.co.id [ 11 Mei 2013]

2

(20)

Tabel 3. Konsumsi daging per kapita di Asia Tenggara pada tahun 1995- 2005a

Peningkatan pengembangan subsektor peternakan dapat dilihat dengan adanya peningkatan populasi ternak pada komoditas ternak yang telah ada, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Perkembangan populasi komoditas utama ternak di Indonesia pada tahun 2008-2011 mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata per tahun 4.86 persen. Perkembangan rata-rata per tahun masing-masing komoditas peternakan berkisar antara -10.40 persen (penurunan populasi untuk ternak jenis kerbau) sampai 9.59 persen untuk jenis sapi perah. Tabel 4 memperlihatkan perkembangan populasi komoditas ternak utama di Indonesia mulai tahun 2008 sampai 2011.

Tabel 4. Populasi komoditas ternak utama Nasional tahun 2008-2011 (000 ekor)a JENIS

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011), diadaptasi dari data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan

Domba merupakan penyumbang daging terbesar ketiga dari kelompok ruminansia terhadap produksi daging nasional setelah sapi perah dan sapi potong, sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Domba telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan sumber protein dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola usaha ternak domba sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan bibit atau penggemukan.

(21)

limbah kotoran ternak yang banyak manfaatnya bagi usaha budidaya pertanian tanaman pangan. Ternak domba, disamping dipandang sebagai penghasil berbagai jenis komoditas utama, maka bagian-bagian dari hasil produksi ternak ini merupakan bahan baku bagi proses produksi selanjutnya. Selain penghasil daging, juga penghasil kulit, tulang, jeroan, darah dan bulu. Produk tersebut merupakan bahan baku industri hilir berikutnya (Winarso & Yusja 2010).

Ternak domba memegang peranan penting dalam pengadaan bahan makanan di Indonesia. Selain sebagai sumber protein hewani, ternak domba juga mempunyai fungsi sosial, seperti dalam upacara keagamaan. Menurut Murtidjo (1993) ternak domba memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi yang bisa diandalkan dibandingkan usaha ternak besar yang lainnya yakni: badan ternak domba relatif lebih kecil dan cepat dewasa sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaan tidak memerlukan lahan yang luas, investasi usaha ternak domba membutuhkan modal relatif kecil sehingga setiap investasi lebih banyak unit produksi dapat tercapai, modal usaha ternak domba lebih cepat berputarnya sebab ternak domba cepat dewasa dan lebih cepat dipotong dibandingkan dengan ternak ruminansia lain seperti kerbau ataupun sapi. Karkas domba yang kecil akan lebih mudah dijual sehingga relatif lebih cepat dikonsumsi (hal ini sangat penting bagi daerah yang peternakan domba yang sistem pemasarannya belum sempurna atau masih jauh dari keramaian konsumen). Domba memiliki sifat menggerombol sehingga memudahkan dalam pemeliharaan sistem gembala terutama jika pemeliharaan diserahkan anggota keluarga yang belum dewasa atau sudah sangat tua.

Purbowati (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa potensi pasar domba cukup menjanjikan mengingat kebutuhan ternak ini untuk pasar dalam negeri cukup besar, terutama pada saat hari raya Idul Adha. Peluang pasar yang telah lama terbuka di berbagai kawasan internasional seperti Timur Tengah dan ASEAN juga belum dimanfaatkan secara optimal.

Sebagai salah satu komoditas unggulan di bidang peternakan, domba memiliki prospek untuk terus dikembangkan. Hal tersebut sejalan dengan kebutuhan masyarakat pada ternak jenis ini. Berbagai upaya dilakukan oleh para peternak untuk meningkatkan daya saing mereka. Pengembangan domba sebagai salah satu ternak unggulan, juga ditunjang dengan komoditas ternak ini yang terdistribusi di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia.

(22)

Tabel 5. Populasi Nasional domba tahun 2008-2011 di Indonesiaa

PROVINSI POPULASI DOMBA

2008 2009 2010 2011*)

Nanggroe Aceh Darussalam 157,881 193,852 178,194 183, 901

Sumatera Utara 268,291 268,479 281,399 292,880

Sumatera Barat 5,335 4,567 5,737 6,017

Riau 5,798 3,366 3,708 3,434

Jambi 51,959 56,168 61,169 66,063

Sumatera Selatan 34,583 33,445 34,335 38,090

Bengkulu 4,341 4,767 4,767 3,746

Lampung 81,359 82,341 87,084 92,175

Bangka Belitung 123 159 167 192

Kepri 0 0 0 0

DKI Jakarta 1,561 1,432 1,155 1,132

Jawa Barat 5,311,836 5,770,661 6,275,299 6,768,735

Jawa Tengah 2,083,431 2,148,752 2,146,760 2,218,586

DI Yogyakarta 130,775 132,872 136,657 141,689

Jawa Timur 729,721 740,269 750,961 763,053

Banten 612,569 619,924 628,926 657,794

Bali 62 0 0 0

Nusa Tenggara Barat 27,875 25,878 29,194 29,924

Nusa Tenggara Timur 62,648 61,049 63,376 64,473

Kalimantan Barat 340 401 395 401

Kalimantan Tengah 4,630 1,606 1,639 1,672

Kalimantan Selatan 3,494 3,581 3,820 3,913

Kalimantan Timur 909 930 860 869

INDONESIA 9,605,339 10,198,766 10,725,488 11,371,630

* Angka sementara

a

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011), diadaptasi dari data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan

Selain potensial karena sudah banyak diternakkan oleh masyarakat Indonesia di berbagai daerah, peluang pengembangan domba juga mengacu pada pangsa pasar yang sangat terbuka dan terus berkembang. Kebutuhan masyarakat dalam negeri terhadap domba akan terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari besarnya permintaan domba untuk kebutuhan konsumsi, kebutuhan qurban, maupun untuk aqiqah. Potensi pasar ini akan terus berkembang sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang berasal dari protein hewani.

(23)

juta ekor atau sekitar 59.52 persen dari populasi ternak domba nasional sehingga pantas dinyatakan sebagai provinsi domba. Ditjenak (2011) menyatakan bahwa domba yang ada di Jawa Barat dikenal sebagai plasma nutfah domba garut yang tidak dimiliki negara lain (Ditjenak 2011). Besarnya populasi domba di Jawa Barat dikarenakan semua Kabupaten di Jawa Barat memiliki ternak domba.

Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi untuk pengembangan peternakan domba. Dari data Dinas Peternakan Kabupaten Bogor pada tahun 2006 sampai 2010 menjelaskan bahwa populasi domba terbesar terdapat pada Kecamatan Parung Panjang dengan peningkatan populasi sebesar 155.37% (Tabel 6). Besarnya peningkatan populasi tersebut karena adanya peningkatan yang signifikan pada tahun 2009 sebesar 14,700 ekor yang sebelumnya hanya 2,009 ekor.

Tabel 6. Populasi domba di Jawa Barat tahun 2009-2010a

KABUPATEN DOMBA PENINGKATAN

Tasikmalaya 251,007 271,191 8.04

Ciamis 209,160 211,798 1.26

Kuningan 126,239 129,137 2.29

Cirebon 178,340 178,989 0.36

Majalengka 294,501 345,723 17.39

Sumedang 157,406 139,079 -11.6

Indramayu 188,579 206,550 9.53

Subang 228,977 232,568 1.57

Purwakarta 709,842 859,164 21.03

Karawang 987,848 1,126,510 14.04

Bekasi 174,573 218,847 25.36

Bandung Barat 338,296 188,047 -44.4

TOTAL 5,737,537 5,068,204 -11.66

a

Dinas Peternakan Jawa Barat (2010), diadaptasi dari data Populasi Domba Propinsi Jawa Barat

(24)

Tabel 7. Populasi domba di Kabupaten Bogor tahun 2006-2010a

Dinas Peternakan Jawa Barat (2010), diadaptasi dari data Populasi Domba Propinsi Jawa Barat

(25)

manajemen MT Farm tentunya mengeluarkan sumberdaya modal yang besar sehingga dalam pengelolaannya diperlukan suatu studi kelayakan bisnis untuk menghindari berbagai kemungkinan kerugian dari modal telah dikeluarkan dan yang akan diinvestasikan. Dengan hadirnya usaha Peternakan Domba MT Farm, diharapkan tidak hanya menguntungkan bagi peternaknya sendiri, tetapi juga memiliki manfaat bagi masyarakat sekitar dan sebagai pemasukan pendapatan pemerintah daerah setempat.

Perumusan Masalah

MT Farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis berbasis peternakan bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Bogor. Usaha peternakan ini berdiri di atas lahan seluas 800 m2, dengan kapasitas kandang 600 sampai dengan 800 ekor yang terletak di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sejak tahun 2004 hingga saat ini MT Farm mampu menghasilkan 200-300 ekor domba setiap bulan untuk memenuhi permintaan pasarnya.

Minat masyarakat yang terus meningkat akan domba memberikan peluang bisnis bagi pengusaha penggemukan domba seperti MT Farm. Produk utama yang ditawarkan oleh peternakan MT Farm adalah domba hidup dengan bobot yang bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan salah satu manajemen MT Farm yakni Bapak Amrul, beliau menyatakan permintaan domba setiap tahun terus mengalami peningkatan walaupun harga domba terus meningkat. MT Farm dengan kapasitas yang ada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasarnya yang berasal dari lembaga-lembaga aqiqah dan restoran cepat saji yang semakin banyak tersebar di Jabodetabek, serta permintaan masyarakat akan hewan qurban yang terus meningkat terutama pada saat menjelang hari raya. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa melihat kondisi pasar yang terus meningkat merupakan suatu peluang untuk mengembangkan usaha, hal ini dapat dilihat dari jumlah permintaan konsumennya yang sudah mencapai 538 ekor per bulan dan belum mampu dipenuhi oleh MT Farm atau masih terdapat peluang pasar sebesar 238-338 ekor. Adanya peningkatan permintaan ini maka pihak pengelola MT Farm akan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan pasarnya serta meningkatkan pendapatan usahanya. Sebagai langkah konkrit dalam memenuhi permintaan pasarnya, MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan kapasitas produksinya.

(26)

analisis dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang sesuai dengan bisnis yang akan dikembangkan.

Analisis kelayakan usaha sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya bagi para investor selaku pemrakarsa, bagi lembaga keuangan seperti bank selaku pemberi kredit dan bagi lembaga pemerintahan yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainnya. Analisis kelayakan usaha terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis tersebut layak untuk dijalankan, dikembangkan atau dibatalkan.

Berdasarkan pada tingkat kepentinganya, penerapan analisis kelayakan usaha dalam suatu usaha yang ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek-aspek non finansial terdiri dari aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar dan aspek lingkungan, serta aspek finansial agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, usaha penggemukan domba memiliki beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan-perubahan tersebut antara lain berupa penurunan harga penjualan domba dan peningkatan harga bakalan domba. Harga penjualan domba dan harga bakalan domba terus berfluktuasi sehingga mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba dari sisi aspek finansial sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan.

2. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm pada aspek finansial.

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm apabila terjadi peningkatan mortalitas domba dan peningkatan harga bakalan domba melalui Analisis Switching Value.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba

di MT Farm berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, aspek lingkungan.

2. Kelayakan pengembangan usaha penggemukan domba di MT Farm pada aspek finansial.

(27)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi, masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan menentukan kebijakan terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya.

2. Investor atau masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dalam mempertimbangkan penanaman modal pada pengembangan usaha peternakan domba.

3. Penulis, selain sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, juga dapat meningkatkan pengetahuan, dan melatih penulis untuk dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan domba

Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi domba dan meningkatkan pendapatan petani adalah dengan melakukan perbaikan terhadap sistem pengembangan usaha domba itu sendiri. Sistem pengembangan usaha ternak domba dapat dilaksanakan dengan pola kemitraan yang melibatkan berbagai pihak (Eliser 2000). Model pengembangan terbaik adalah dengan pemberdayaan petani, pemerintah daerah, LSM dan investor. Model kemitraan di Sumatera Utara yang diteliti oleh Eliser (2000) menggambarkan dua kondisi wilayah yang berbeda. Daerah yang diteliti yaitu daerah Kabupaten Langkat dan daerah tempat transmigran. Pada daerah Langkat pola kemitraan memberikan pengaruh positif kepada masyarakat dan mengalami peningkatan populasi sebesar 46 persen dari populasi awal. Sedangkan untuk daerah tansmigran pola kemitraan mengalami kegagalan yang faktor utamanya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara lembaga terkait.

Kontribusi usaha peternakan domba terhadap kesejahteraan ekonomi peternak

(28)

ini dibuktikan dengan penghitungan kontribusi pendapatan keluarga peternak yaitu kontribusi sebesar 6.33 persen pada skala I, kontribusi sebesar 11.35 persen pada skala II dan 27.54 persen untuk skala ke III.

Daerah Bogor merupakan daerah yang sesuai untuk mengembangkan potensi sumberdaya perternakan karena selain memegang peranan penting dalam perekonomian pedesaan Bogor, ketersediaan sumberdaya ternak juga sangat mendukung dalam kegiatan produksi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yulida pada 2008 yang meneliti tentang Potensi sumberdaya peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak domba. Peneliti menggambarkan bahwa sumberdaya yang tersedia masih mendukung dalam pembangunan ternak domba di Kecamatan Ciampea antara yang lain sumberdaya alam, manusia, modal dan kelembagaan peternakan. Jumlah ternak yang saat ini mencapai 422 ekor, dengan melihat jumlah sumberdaya pakan ternak yang masih surplus di Kecamatan Ciampea diperkirakan masih dapat dilakukan penambahan ternak hingga mencapai 102 ekor.

Aspek finansial dan non finansial dalam kajian studi kelayakan usaha peternakan domba

Widodo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis ini menyatakan bahwa usaha tersebut layak pada pada aspek non finansial, berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena masih adanya gap yang cukup besar antara permintaan dan penawaran. Berdasarkan aspek teknis, variabel utama faktor pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan aspek manajemen, usaha penggemukan domba Agrifarm telah melakukan pembagian kerja meski dengan struktur yang sederhana. Berdasarkan aspek sosial, usaha ini cenderung tidak merusak lingkungan dan justru mampu menyerap tenaga kerja.

Dalam membuat perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di masa yang akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu pula perkiraan dengan biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama periode tertentu. Pada aspek finansial asumsi-asumsi tersebut ditunjukkan dalam aliran cash atau cashflow perusahaan selama periode usaha. Dengan dibuatnya aliran kas perusahaan, kemudian dinilai kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan (finansial).

Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi umumnya sama yaitu Net Present Value (NPV),

(29)

menganalisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan Mitra Tani Farm selama lima tahun dengan tingkat diskonto 8.5 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 359,346,744, net B/C dan Gross B/C sebesar 2.53, IRR sebesar 11.7 persen dan PP selama 1.5 tahun. Hasil dari analisis yang diperoleh masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan sehingga usaha penggemukan kambing dan domba layak untuk dijalankan. Sedangkan pada penelitian Widodo (2010) yang hanya memiliki produk berupa domba, pada aspek finansial hasil analisis ini menyatakan bahwa aspek finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP dan BEP, usaha penggemukan domba Agrifarm ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat

dari analisis finansial yang menunjukkan NPV lebih besar dari nol yaitu Rp 31,615,070 IRR sebesar 43 persen, dimana lebih besar dari discount rate

sebesar 6.5 persen. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, yaitu 2.93. Payback Period

(PP) yang diperoleh adalah sebesar 3.3 tahun atau sama dengan 3 tahun 4 bulan dimana masih lebih kecil dari umur proyek serta nilai break even point (BEP) usaha Penggemukan Domba Agrifarm ini adalah sebanyak 532 ekor.

Beberapa penelitian analisis kelayakan usaha, para peneliti melakukan analisis nilai pengganti (switching value), analisis ini dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan output

(penjualan). Fitrial (2009) melalui pendekatan nilai analisis switching value

menunjukan usaha tersebut dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5.34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4.79 persen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2010) mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan analisis switching value, penurunan volume penjualan ternak Agrifarm lebih berpengaruh dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan volume penjualan ternak Agrifarm agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar 3.69 persen, sedangkan batas peningkatan biaya operasional adalah sebesar 6.98 persen.

(30)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab berikut.

Teori Investasi

Penilaian investasi dalam studi kelayakan Usaha bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjutan investasi yang tidak menguntungkan karena bisnis yang tidak layak. Kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan kerugian dan risiko yang besar. Penilaian investasi memiliki konsekuensi dalam jangka panjang, pada umumnya dalam jumlah yang besar, dan komitmen yang sulit untuk diubah. Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum, bisnis merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil atau benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit bisnis.

Gray et al (1992) mendefinisikan suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan bisnis dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, tenaga kerja dan waktu. Sedangkan benefit dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan, dan perubahan/perbaikan suatu sistem atau struktur.

Gambar 1. Kurva fungsi investasi

Mankiw (2007), menyatakan bahwa investasi bergantung pada tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal. Karena itu, hal ini menunjukkan hal ini meningkatkan jumlah laba dari kepemilikan modal dan meningkatkan insentif untuk mengakumulasi lebih banyak modal. Demikian

Tingkat Bunga Riil, r

(31)

pula, kenaikan tingkat bunga riil akan meningkatkan biaya modal dan menye-babkan perusahaan menurunkan investasi. Karena itu, kurva investasi yang mengaitkan investasi dengan tingkat bunga akan miring ke bawah. Adapun kurva fungsi investasi dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Gambar 1, menunjukkan bahwa investasi tetap bisnis naik ketika tingkat bunga turun. Hal tersebut dikarenakan tingkat bunga yang lebih rendah menurunkan biaya modal dan karena itu memiliki modal menjadi lebih menguntungkan.

Kenyataan yang dihadapi oleh pemilik modal adalah sumberdaya semakin langka, suatu kegiatan investasi dapat memberikan manfaat yang berbeda dari berbagai alternatif bisnis yang ada, sehingga pemilik modal perlu mengetahui secara pasti tingkat manfaat (benefit) yang dicapai dalam suatu bisnis, dapat memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan, dapat menentukan prioritas investasi dari berbagai alternatif yang ada, dapat mengurangi pemborosan sumberdaya. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan bisnis yang dapat menunjukkan apakah bisnis yang direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan.

Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam suatu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan bisnis adalah siklus bisnis yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitingger, 1986).

Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al, 2009). Selain itu studi kelayakan bisnis dapat diartikan sebagai penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis (biasanya merupakan bisnis investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Jumingan, 2009). Pengertian keberhasilan bagi pihak yang berorientasi profit dan non profit bisa berbeda. Bagi pihak yang berorientasi profit semata, biasanya mengartikan keberhasilan suatu bisnis dalam artian yang lebih terbatas dibandingkan dengan pihak non profit, yaitu diukur dengan keberhasilan proyek tersebut dalam menghasilkan profit. Sedangkan pihak non profit (misalnya pemerintah), pengertian berhasil bisa berupa seberapa besar penyerapan tenaga kerja, pemafaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut, dan faktor-faktor lain yang dipertimbangkan terutama manfaatnya bagi masyarakat luas.

(32)

Aspek-Aspek Kelayakan Bisnis

Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda misalnya antara jasa dan non jasa, seperti pendirian hotel dengan usaha pembukaan perkebunan kelapa sawit. Akan tetapi, aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama sekalipun bidang usahanya berbeda.

Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan dan aspek keuangan.

Aspek Pasar

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), pasar secara sederhana diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Namun dalam praktiknya pengertian pasar dapat lebih luas lagi. Artinya pembeli dan penjual tidak harus bertemu di suatu tempat untuk melakukan transaksi, tetapi cukup melalui sarana elektronik seperti telepon, faksmili atau melalui internet. Sedangkan pemasaran adalah upaya untuk menciptakan dan menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha menciptakan produk dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen di pasar.

Husnan dan Muhammad (2000), menyatakan bahwa peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan bisnis merupakan variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar dan pemasaran. Menurut Nurmalina et al (2009), aspek pasar dan pemasaran mempelajari mengenai: (1) permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai, sehingga diperlukan proyeksi permintaan. (2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun dari luar negeri (impor), dan bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi penawaran, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, dan perlindungan dari pemerintah. (3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. (4) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix).

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P yaitu produk (Product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion) (Kotler 1997).

Aspek Teknis

(33)

Hal yang perlu dianalisis pada aspek teknis adalah penentuan lokasi bisnis, skala produksi yang optimal karena skala produksi yang terlalu besar akan menimbulkan pemborosan namun skala produksi yang terlalu kecil akan kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan, pemilihan mesin dan peralatan, penentuan tata letak (layout) yang baik, dan pemilihan teknologi (Suliyanto, 2010).

Analisis secara teknis berhubungan dengan bisnis (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan kerangka kerja bisnis harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti (Gittinger 1986). Aspek-aspek lain dari analisa bisnis hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan, walaupun asumsi-asumsi teknis dari suatu perencanaan bisnis mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana aspek-aspek yang lain diteliti secara terperinci.

Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam bisnis dan manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan bisnis adalah proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar bisnis yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya (Husnan dan Muhammad 2000).

Aspek hukum menyangkut tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dan berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut, aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain (Nurmalina et al, 2009).

Aspek Ekonomi dan Sosial

Setiap usaha yang dijalankan, tentu akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas.

(34)

Aspek Lingkungan

Lingkungan di tempat bisnis yang akan atau sedang dijalankan harus dianalisis secara cermat. Hal ini disebabkan, lingkungan di satu sisi dapat menjai peluang dari bisnis yang akan dijalankan, namun di sisi lain lingkungan juga dapat menjadi ancaman bagi perkembangan bisnis. Keberadaan bisnis dapat berpengaruh terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan ekologi tempat bisnis tersebut akan dijalankan.

Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehingga menimbulkan dampak bagi lingkungan di sekitar lokasi bisnis. Perubahan kehidupan masyarakat sebagai akibat dari adanya aktivitas bisnis dapat berupa semakin ramainya lokasi di sekitar lokasi bisnis, timbulnya kerawanan sosial, timbulnya penyakit masyarakat, juga perubahan gaya hidup sebagai akibat masuknya tenaga kerja dari luar daerah. Sedangkan dampak terhadap lingkungan ekonomi dapat berupa penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, atau bahkan tergusurnya bisnis yang selama ini telah berjalan di masyarakat. Sementara itu, dampak bagi lingkungan ekologi dapat berupa polusi, baik polusi udara, tanah, air, maupun suara (Suliyanto, 2010). Oleh karena itu, sebelum suatu usaha dijalankan maka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang akan timbul, baik sekarang maupun yang akan datang. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian kegiatan studi kelayakan usaha dan kegiatan yang harus dijalankan. Hasil studi ini akan berguna untuk para perencana serta bagi pengambil keputusan.

Aspek Finansial

1. Teori Biaya dan Manfaat

Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan

revenue earning bisnis (Kadariah et al, 1999). Dalam analisis bisnis, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya bisnis.

Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu bisnis, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan utama dan tujuan utama dari suatu bisnis. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis bisnis adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung.

(35)

2. Laba Rugi

Menurut Gittinger (1986) laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkannya pengeluaran-pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang dan jasa dari penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain, pendapatan (laba) merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan netto timbul dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Pengurangan biaya langsung untuk memproduksi suatu barang dengan total penerimaan bersih akan menghasilkan pendapatan bruto.

Komponen lain dalam laporan laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode operasi yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.

Komponen selanjutnya dalam laporan laba rugi adalah komponen pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga yang dibayar, subsidi dan cukai. Penambahan pendapatan diluar operasi dan pengurangan beban diluar operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak. Pengurangan pajak penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan menghasilkan laba bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembalian kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk diinvestasikan kembali.

3. Analisis Kriteria Investasi

Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba, karena dengan kas seseorang bisa berinvestasi dan membayar kewajibannya, sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan, perlu dilakukan analisis aliran kas (Cashflow).

Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan Present Value yang telah di-discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah et al 1999). Penilaian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan.

(36)

pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).

a. Net Present Value (NPV)

Menurut Suliyanto (2010) Net Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dan aliran kas masuk bersih (proceed) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan rate of return minimum yang diiginkan, maka investasi pada usaha tersebut sebaiknya tidak dijalankan. Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui keuntungan bersih yang diperoleh dari usaha MT Farm dan usaha ini layak jika nilai NPV yang diperoleh lebih besar dari nol.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek (Suliyanto, 2010). Usaha dikatakan layak, jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar atau sama dengan tingkat discount rate yang digunakan (IRR ≥ discount rate).

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar, 2009). Menurut Umar (2007) menghitung Net Benefit Cost Ratio adalah dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan dating dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.

d. Payback Period (PP)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan initial cash investment dengan cash inflow nya yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2007). Metode Payback Period ini cukup sederhana sehingga mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah

payback. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur bisnis peternakan dombaMitra Tani Farm (PP < umur usaha).

Analisis Switching Value

(37)

variabel yang diduga bisa menyebabkan perubahan sehingga bisnis dikatakan masih dapat diterima. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

Kerangka Pemikiran Operasional

MT Farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis berbasis peternakan bergerak di bidang penggemukan domba yang ada di Bogor. Usaha peternakan ini berdiri di atas lahan seluas 800 m2 dengan kapasitas kandang 600 sampai dengan 800 ekor yang terletak di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sejak tahun 2004 hingga saat ini MT Farm mampu menghasilkan 200-300 ekor domba setiap bulan untuk memenuhi permintaan pasarnya.

MT Farm dengan kapasitas yang ada saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasarnya yang berasal dari lembaga-lembaga aqiqah dan restoran cepat saji yang semakin banyak tersebar di Jabodetabek, serta permintaan masyarakat akan hewan qurban yang terus meningkat terutama pada saat menjelang hari raya. Melihat kondisi pasar yang terus meningkat merupakan suatu peluang untuk mengembangkan usaha, hal ini dapat dilihat dari jumlah permintaan konsumennya yang sudah mencapai 538 ekor per bulan dan belum mampu dipenuhi oleh MT Farm atau masih terdapat peluang pasar sebesar 238-338 ekor. Adanya peningkatan permintaan ini maka pihak pengelola MT Farm akan mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan pasarnya serta meningkatkan pendapatan usahanya. Sebagai langkah konkrit dalam memenuhi permintaan pasarnya, MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan kapasitas produksinya.

Analisis kelayakan dan potensi pengembangan usaha ternak domba mencakup kajian terhadap dan aspek finansial dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek lingkungan. Penentuan kelayakan aspek non finansial dari pengembangan usaha domba yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan antara keadaan di lapang dengan teori-teori yang terkait melalui studi literatur. Sedangkan penentuan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) dan PP (Payback Period). Untuk menghadapi peningkatan harga input dan penurunan kuantitas ouput yang selalu mengalami perubahan-perubahan maka diperlukan kewaspadaan terhadap usaha tersebut dengan menganalisis melalui analisis pengganti (Switching Value Analysis). Dengan analisis ini akan diketahui berapa besarnya batas perubahan tersebut sehingga membuat usaha tersebut tidak layak.

(38)

analisis kembali aspek-aspek yang menyebabkan bisnis tidak layak. Adapun bagan kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Kerangka pemikiran operasional Mitra Tani Farm

MT Farm baru mampu memenuhi kebutuhan pasarnya sebanyak 200-300 ekor domba per bulan

Terdapat peningkatan permintaan menjadi 538 ekor per bulan

Analisis Kelayakan Usaha

Analisis Aspek Nonfinansial: 1. Aspek Pasar

2. Aspek Teknis

3. Aspek Manajemen dan Hukum 4. Aspek sosial, Ekonomi 5. Aspek Lingkungan Aspek Finansial:

1. NPV (Net Present Value)

2. B/C Ratio ( Net Benefit Cost Ratio) 3. IRR (Internal Rate of Return) 4. PP (Payback Period)

5. Analisis Switching Value

Layak

Lanjutkan Pengembangan

Tidak Layak MT Farm berencana melakukan pengembangan usaha dengan cara meningkatkan kapasitas produksi domba untuk

(39)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di peternakan MT Farm yang bertempat di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT. 04/05 Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa MT Farm sebagai peternakan yang bergerak di bidang penggemukan domba yang akan mengembangkan usahanya merupakan usaha yang memiliki prospek yang baik. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan mulai bulan Februari 2012.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen MT Farm. Data primer itu sendiri mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta penerimaan selama usaha berjalan. Data primer yang digunakan tersebut berupa historical data perusahaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa skripsi, internet dan buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian ini. Selain itu, data yang diperoleh juga berasal dari observasi di lapangan.

Metode Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berupa analisis deskriptif yang dilakukan untuk mendefinisikan mengenai gambaran sistem usaha dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya, serta aspek lingkungan dari pengembangan usaha domba oleh MT Farm. Sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C dan PP yang diolah menggunakan komputer program Microsoft Excel. Melalui switching value analysis, data yang ada dicoba untuk dirubah dengan melakukan perubahan kenaikan harga bakalan domba (bibit) dan penurunan mortalitas domba, sehingga dapat dilihat sejauh mana kemampuan usaha tersebut bertahan terhadap perubahan.

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial

Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dikaji dengan cara deskriptif untuk mengetahui berapa besar potensi pasar untuk masa yang akan datang. Untuk keperluan ini perlu diketahui tingkat permintaan pasar pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, dan melihat keseluruhan potensi pasar yang dapat diserap oleh perusahaan MT Farm serta strategi pemasaran yang digunakan untuk mencapai market share

(40)

Aspek Teknis

Dalam aspek teknis yang akan diteliti pada pengembangan usaha ternak domba MT Farm adalah mengenai lokasi usaha, luasan produksi dan layout usaha. Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi aspek teknis tersebut secara langsung di lapangan kemudian dibandingkan dengan teori yang ada.

Aspek Manajemen dan Hukum

Dalam aspek manajemen akan dilihat mengenai pengelola usaha dan struktur organisasi. Sedangkan aspek hukum melihat kelengkapan dan keabsahan dokumen yang berkaitan dengan pengembangan usaha pada MT Farm, mulai dari bentuk badan usaha sampai dengan izin-izin yang dimiliki.

Aspek Ekonomi dan Sosial

Penelitian dalam aspek ekonomi pada pengembangan usaha oleh MT Farm ini adalah dengan melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika usaha tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja di peternakan tersebut serta dampak sosialnya terhadap masyarakat seperti tersedianya sarana dan prasarana akibat adanya usaha tersebut.

Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan yang diteliti pada pengembangan usaha domba oleh MT Farm ini adalah menganalisis seberapa dampak usaha tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap udara, air, dan udara yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Dalam melakukan analisis finansial diperlukan kriteria investasi sebagai indikator yang menyatakan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV),

Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP).

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Rumus umum yang digunakan dalam perhtungan NPV adalah sebagai berikut:

(41)

Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV suatu usaha sama dengan nol (NPV=0), artinya bisnis tersebut hanya mampu mengembalikan sebesar modal yang dikeluarkan, dengan kata lain bisnis tersebut tidak untung dan tidak rugi. Jika NPV lebih besar dari nol (NPV>0), artinya suatu bisnis dinyatakan menguntungkan dan memberikan manfaat dan dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan. Jika NPV lebih kecil dari nol (NPV<0), artinya bisnis tersebut dinyatakan merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.

Internal Rate Of Return (IRR)

Internal Rate Of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (DR). Rumus untuk menghitung IRR adalah:

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio dalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian bisnistersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dalam perhitungan Net B/C ratio, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika Net B/C sama dengan 1 (Net B/C = 1), maka bisnis tidak untung dan tidak rugi. Jika Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C>1), maka bisnis menguntungkan. Jika Net B/C lebih kecil dari satu (Net B/C<1), maka bisnis tersebut rugi.

Payback Periode (PP)

(42)

metode ini memiliki kelemahan yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Rumus yang digunakan untuk menghitung pengembalian investasi adalah:

Dimana:

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Analisis Switching Value

Analisis Switching Value digunakan untuk melihat pengaruh perubahan dalam bisnis seperti kenaikan atau penurunan biaya, kenaikan atau penurunan harga jual produk, atau perubahan keadaan lain terhadap kelayakan suatu bisnis. Hal tersebut merupakan suatu cara untuk menghadapi ketidakpastian yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan Switching Value untuk menguji usaha tersebut pada perubahan-perubahan agar diketahui batas kekuatan usaha tersebut pada perubahan-perubahan yang terjadi. Analisis Switching Value dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat penerimaan dan biaya yang akan mempengaruhi kondisi usaha tersebut. Analisis Switching Value dilakukan terhadap penurunan mortalitas domba dan peningkatan harga bakalan domba.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan

MT Farm merupakan sebuah perusahaan agribisnis yang bergerak dalam bidang peternakan domba. Perusahaan ini didirikan oleh alumni-alumni Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yaitu Budi Susilo Setiawan, S.Pt, M. Afnan Wasom, S.Pt, Bahrudin, S.Pt, dan Amrul Lubis, S.Pt pada bulan September 2004. Sebelum mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan domba ini, semasa kuliah mereka telah menjalankan usaha sebagai supplier domba, tetapi usaha tersebut hanya dijalankan saat hari raya qurban. Hal ini disebabkan belum adanya investor yang mau menginvestasikan modalnya ke dalam usaha tersebut, sehingga saat itu modal yang mereka dapatkan cukup kecil yaitu hanya berasal dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Melihat prospek yang cukup menjanjikan dari usaha peternakan kambing dan domba tersebut, akhirnya setelah menyelesaikan perkuliahan, mereka bersama-sama mendirikan kelompok usaha yang diberi nama MT Farm tersebut.

Gambar

Tabel 3. Konsumsi daging per kapita di Asia Tenggara pada tahun 1995- 2005 a  NEGARA  KONSUMSI DAGING  (KG/KAPITA/TAHUN)  LAJU   (%)  1995  2005  1995-2005  Brunei Darussalam  70.2  60.6  -1.5  Indonesia  9.7  10.0  0.3  Kamboja  13.3  16.4  2.1  Laos  14.
Tabel 5. Populasi Nasional domba tahun 2008-2011 di Indonesiaa
Tabel 6. Populasi domba di Jawa Barat tahun 2009-2010a
Tabel 7. Populasi domba di Kabupaten Bogor tahun 2006-2010a  NO.  KECAMATAN  TAHUN  PENINGKA TAN  RATA-RATA PER  TAHUN (%) 2006 2007 2008 2009 2010  1  Nanggung  6,014  6,797  8,075  7,292  10.007  14.84  2  Leuwiliang  5,388  4,527  4,569  4,377  5.304  0
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selama fermentasi kandungan bahan kering mengalami perubahan yang ber fl uktuatif yang dipengaruhi oleh lama waktu fermentasi meskipun belum menunjukkan perbedaan yang nyata

Satu rekod pelajar bernama Siti, dengan nombor pelajar 100555 akan diselitkan ke dalam fail tersebut?. Menggunakan maklumat di atas, di alamat manakah rekod Siti akan

Pemilihan cerita rayat Deleng Pertektekken ini berasal dari Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dan merupakan sastra lisan masyarakat Karo.Dalam

2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, yang mendasarkan pada Putusan MK Nomor 008/PUU-IV/2006, tidak sepenuhnya tepat karena Pemilu pada tahun 2009 adalah dengan

Setelah dilakukan perhitungan pada anggaran biaya pembangunan gedung Hotel Harper Bandung, tahap terakhir adalah memberikan rekomendasi atas hasil analisa value

72 Tahun 2005 tentang Desa, kedudukan BPD adalah unsur pemerintahan desa, dengan kata lain kedudukannya sejajar dengan pemerintah desa dan untuk itu dapat melakukan

Secara umum, pengertian e-government (Adi Suryanto, 2008 : 505) adalah suatu proses penyelenggaraan pemerintahan dengan pemanfaatan TI untuk tujuan efisiensi,

Subjek dalam penelitian ini adalah 98 orang Pegawai Balai Metrologi kota Bandung, dan peneliti akan melihat pengaruh dari Budaya Organisasi (X1) dan Iklim Kerja