• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGILINGAN TEPUNG UBI JALAR PADA KWT BERKAH SARI DESA PURWASARI, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGILINGAN TEPUNG UBI JALAR PADA KWT BERKAH SARI DESA PURWASARI, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PENGGILINGAN TEPUNG UBI JALAR PADA KWT

BERKAH SARI DESA PURWASARI, KECAMATAN

DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

FERDHY FIRDAUS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggilingan Tepung Ubi Jalar pada KWT Berkah Sari Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013 Ferdhy Firdaus NIM H34114082

*

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

(4)

ABSTRAK

FERDHY FIRDAUS. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggilingan Tepung Ubi Jalar pada KWT Berkah Sari Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SITI JAHROH.

KWT Berkah Sari adalah kelompok tani wanita telah mengolah ubi jalar menjadi tepung ubi jalar, yang terletak di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kelayakan aspek non-finansial seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, ekonomi dan sosial, serta aspek lingkungan pada kondisi aktual dan menambahkan investasi baru mesin penggilingan (kondisi pembangunan), (2) menganalisis kelayakan aspek finansial seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP)

pada kondisi aktual dan menambahkan investasi baru mesin penggilingan (kondisi pengembangan), dan (3) menganalisis nilai switching value kenaikan harga input dan penurunan harga output. Berdasarkan analisis non-finansial, hampir semua aspek layak, kecuali untuk proses produksi dalam aspek teknis dan aspek hukum. Berdasarkan analisis finansial, kondisi aktual tidak layak, kecuali untuk kriteria

payback period. Dalam hal kondisi pengembangan, itu layak di mana NPV Rp104

440 708.02, net B/C 4.42, IRR 63 persen, dan Payback Period 1.14. Tingkat diskonto adalah 5,75 persen. Analisis switching value menunjukkan bahwa peningkatan harga pembelian ubi jalar segar sebesar 69.32 persen dan penurunan harga jual tepung ubi jalar sebesar 17.94 persen masih layak. Hasil perhitungan

Incremental Net Benefit NPV yang diperoleh Rp107 768 620.67, yang

menunjukkan adanya penambahan investasi mesin penggilingan memberikan tambahan manfaat bersih lebih besar dibandingkan manfaat bersih yang dihasilkan dari kondisi aktual bisnis sebesar minus Rp 2 526 051.61 selama 10 tahun.

Kata kunci: Incremental Net Benefit, NPV, Net B/C, IRR, PP

ABSTRACT

FERDHY FIRDAUS. Business Development Feasibility Analysis of Sweet Potatoes Flour Milling in KWT Berkah Sari Purwasari Village, Dramaga Sub-district, Bogor District. Supervised by SITI JAHROH.

Berkah Sari as a woman farmer group has been processing sweet potatoes into sweet potatoes flour. It is located in Purwasari Village, Dramaga Sub-district, Bogor District. This study aims to (1) analyze the feasibility of non-financial aspects such as market; technical; management and legal; economic and social; and enviromental aspects of sweet potatoes flour business on the actual condition and adding a new investment of milling machine (development condition); (2) analyze the feasibility of financial aspects such as Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return

(5)

(IRR), and Payback Period (PP) on the actual condition and adding a new investment of milling machine (development condition); and (3) analyze the switching value of increasing input price and decreasing output price. Based on non-financial analysis, almost all aspects were feasible, except for production process in technical aspect and legal aspect. Based on financial analysis, the actual condition was not feasible, except for payback period criteria. In terms of development condition, it was feasible where the NPV was IDR104 440 708.02, net B/C 4.42, IRR 63 percent, and Payback Period 1.14. The discount rate was 5.75 percent. Switching value analysis showed that the increasing purchasing price of fresh sweet potatoes by 69.32 percent and the decreasing price of sweet potatoe flour by 17.94 percent were still feasible. The Incremental Net Benefit from actual to development conditions was IDR107 768 620.67, implying that the new invesment of milling machine would give benefit to Berkah Sari woman farmer group.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PENGGILINGAN TEPUNG UBI JALAR PADA KWT

BERKAH SARI DESA PURWASARI, KECAMATAN

DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(7)

Nama : Ferdhy Firdaus NIM : H34114082 Disetujui oleh c. Diketahui oleh M~ Tanggal Lulus:

o

5 S

E

P 2013

(8)

Judul Skripsi: Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggilingan Tepung Ubi Jalar pada KWT Berkah Sari Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

Nama : Ferdhy Firdaus NIM : H34114082

Disetujui oleh

Siti Jahroh, Ph.D Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha penggilingan Tepung Ubi Jalar pada KWT Berkah Sari Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor”.

Penelitian ini dilakukan pada KWT Berkah Sari selama dua bulan, yang dimulai pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Penulis tertarik dengan usaha tepung ubi jalar ini karena merupakan usaha yang cukup prospektif dan perlu dikembangkan. Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial maupun non finansial usaha tepung ubi jalar pada KWT Berkah Sari Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Analisis pengembangan bisnis ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi bagi KWT Berkah Sari untuk mengembangkan usahanya dan semua pihak yang berkepentingan lainnya.

Bogor, Juli 2013 Ferdhy Firdaus

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 6 Kegunaan Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 7

Pengolahan Tepung Ubi Jalar 7

Studi Kelayakan Bisnis 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 15

METODE PENELITIAN 18

Tempat dan Waktu 18

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Pengolahan dan Analisis Data 18

Asumsi Dasar Penelitian 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Gambaran Umum Usaha 23

Aspek Non Finansial 25

Aspek Finansial 38

SIMPULAN DAN SARAN 52

Simpulan 52 Saran 53 DAFTAR PUSTAKA 54 LAMPIRAN 56 RIWAYAT HIDUP 75

DAFTAR TABEL

1 Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman ubi jalar di Indonesia 1 2 Kandungan gizi pada 100 gram beras, jagung, ubi kayu dan ubi jalar 2

(11)

4 Potensi ubi jalar di beberapa kabupaten di Jawa Barat tahun 2010-2011 5 5 Kandungan nutrisi tepung ubi jalar, tepung beras, dan tepung terigu 27 6 Rangkuman hasil kelayakan aspek-aspek non-finansial pada kondisi

aktual di KWT Berkah Sari 38

7 Rangkuman hasil kelayakan aspek-aspek non-finansial pada kondisi

rencana pengembangan di KWT Berkah Sari 39

8 Biaya investasi pada kondisi aktual di KWT Berkah Sari 41 9 Umur ekonomis, nilai sisa, dan penyusutan dari investasi pada kondisi

aktual di KWT Berkah Sari 42

10 Biaya tetap per tahun pada KWT Berkah Sari pada kondisi aktual 42 11 Biaya variabel per tahun pada KWT Berkah Sari pada kondisi aktual 43 12 Penerimaan penjualan tepung ubi jalar pada kondisi aktual di KWT

Berkah Sari (Rp) 43

13 Penerimaan penjualan kulit ubi jalar pada kondisi aktual di KWT

Berkah Sari 44

14 Nilai sisa yang diterima KWT Berkah Sari pada kondisi aktual 44 15 Biaya investasi yang dibutuhkan pada KWT Berkah Sari dengan

pengembangan bisnis 45

16 Umur ekonomis, dan penyusutan dari investasi dengan pengembangan

bisnis di KWT Berkah Sari 46

17 Biaya tetap per tahun pada KWT Berkah Sari dengan pengembangan

bisnis 46

18 Biaya variabel pada KWT Berkah Sari dengan pengembangan bisnis 47 19 Penerimaan penjualan dari output tepung ubi jalar pada KWT Berkah

Sari dengan pengembangan bisnis 48

20 Nilai sisa yang diterima pada KWT Berkah Sari dengan pengembangan

bisnis 48

21 Analisis laba rugi pada KWT Berkah Sari pada kondisi aktual bisnis 49 22 Analisis laba rugi pada KWT Berkah Sari dengan pengembangan

bisnis 49

23 Kriteria investasi dengan kondisi sebelum dan setelah pengembangan

bisnis 50

24 Hasil analisis switching value usaha tepung ubi jalar pada KWT

Berkah Sari kondisi setelah pengembangan 51

25 Laba bersih yang didapatkan selama umur usaha (incremental net

benefit) (Rp) 52

26 Perhitungan kriteria investasi (incremental net benefit) 52

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional 17

2 Saluran distribusi tepung ubi jalar pada KWT Berkah Sari 28 3 Proses produksi tepung ubi jalar kondisi aktual 30 4 Proses produksi tepung ubi jalar kondisi rencana pengembangan 31

5 Mesin penepung KUBOTA model RD 85 DIH-1 32

6 Floor plant lay out 33

(12)

8 Struktur organisasi KWT Berkah Sari kondisi rencana pengembangan 36

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah perusahaan menurut subsektor tahun 2006-2010 57 2 Industri pangan komoditi roti kue wilayah Bogor 58 3 Siklus atau jadwal proses produksi ubi jalar menjadi tepung pada KWT

Berkah Sari 59

4 Prosedur pendaftaran produk makanan dalam Negri 60 5 Proyeksi laba-rugi KWT Berkah Sari pada kondisi aktual 61 6 Proyeksi laba-rugi KWT Berkah Sari dengan pengembangan bisnis 62 7 Cashflow usaha tepung ubi jalar pada KWT Berkah Sari kondisi aktual

bisnis 63

8 Cashflow usaha tepung ubi jalar pada KWT Berkah Sari dengan

pengembangan bisnis 65

9 Analisis switching value penurunan maksimum harga jual tepung ubi

jalar sebesar 17.60 persen 67

10 Analisis switching value kenaikan maksimum harga bahan baku tepung ubi jalar (ubi jalar segar) sebesar 70.43 persen 69 11 Incremental net benefit usaha tepung ubi jalar pada KWT Berkah Sari 71

(13)
(14)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan industri makanan dan minuman yang tinggi dibandingkan dengan industri lainnya. Hal tersebut didukung dengan banyaknya jumlah usaha atau bisnis dibidang makanan dan minuman dari skala mikro hingga manufaktur pada tahun 2010 telah mencapai anggka 5 579 unit (Lampiran 1). Sebagian besar industri tersebut mengolah berbagai jenis makanan yang berbahan dasar dari tepung terigu. Di Indonesia penawaran dan permintaan akan tepung terigu mengalami ketidakseimbangan dalam hal kuantiti, hal ini ditunjukkan Indonesia banyak mengimpor gandum untuk selanjutnya diolah menjadi tepung terigu. Pada tahun 2011 Indonesia mengimpor gandum sebanyak 747 916.59 ton dengan nilai 307 226 391 US$ dan gandum merupakan komoditas pertama yang masuk kedalam daftar kegiatan impor setiap tahunnya (FAO 2012).

Sebagai negara dengan jumlah impor gandum tertinggi maka Indonesia perlu memikirkan alternatif lain sebagai substitusi dari penggunaan tepung terigu. Hal tersebut penting dilakukan karena dapat menurunkan jumlah impor gandum, diversifikasi produk, dengan memanfaatkan tanaman pangan lokal sebagai bahan baku pembuatan tepung. Beberapa komoditas pangan yang ada di Indonesia dapat dijadikan bahan baku tepung yaitu ubi jalar dan ubi kayu. Ubi kayu selain berguna untuk bahan berbagai makanan, singkong juga dapat diolah menjadi bio-etanol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.2 Hal ini menyebabkan adanya persaingan ubi kayu untuk pemenuhan sebagai bahan baku tepung dan bahan baku etanol. Beberapa potensi yang menjadi alasan ubi jalar sebagai bahan baku tepung adalah sebagai berikut. Pertama, potensi bahan baku yang melimpah dari tahun 2008 hingga 2012 produksi ubi jalar selalu meningkat hingga mencapai angka 2 483 467 ton (Tabel 1). Dan pada umumnya masyarakat indonesia belum banyak memanfaatkan ubi jalar sebagai bahan olahan yang bisa menciptakan nilai tambah yang tinggi, hanya mengonsumsi ubi jalar dalam bentuk sederhana seperti direbus, digoreng, atau dijadikan keripik.

Tabel 1 Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman ubi jalar di Indonesia Tahun Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)

2008 174 561.00 107.80 1 881 761.00 2009 183 874.00 111.92 2 057 913.00 2010 181 073.00 113.27 2 051 046.12 2011 178 121.00 123.29 2 196 033.00 2012 178 298.00 139.29 2 483 467.00 Sumber: BPS, 2012 2 http://www.sobatbumi.com/solusi/view/127/Solusi-Tips-Membuat-Bio-Etanol-Berbahan-Baku-Singkong. [07 maret 2013]

(15)

Kedua, ubi jalar juga sangat cocok digunakan sebagai bahan baku agroindustri tepung, mengingat: (1) tanaman ubi jalar berumur pendek, jangka waktu penanaman sampai panen kurang lebih hanya memakan waktu 4 sampai 5 bulan; (2) jumlah produksi per hektar relatif tinggi (15 sampai 30 ton per hektar); (3) belum terlalu banyak dimanfaatkan untuk industri; dan (4) harga produksi relatif rendah yang akan berimplikasi pada harga jual produk rendah tetapi tetap menguntungkan petani.3 Ketiga, ubi jalar mempunyai kandungan gizi yang lebih lengkap dibandingkan bahan pangan lainnya (Tabel 2). Ubi jalar mengandung vitamin A yang jauh lebih tinggi sebesar 7 000 SI, sedangkan beras dan ubi kayu tidak mengandung vitamin A dan jagung hanya 350 SI. Kandungan kalori per 100 gram cukup tinggi, yaitu 123 kalori dan dapat memberikan rasa kenyang. Disamping itu, ubi jalar yang direbus merupakan sumber gizi yang cukup baik, yaitu mengandung thiamin (0.09 mg), riboflavin (0.06 mg), niacin (0.6 mg), K (243 mg), P (47 mg), Fe (0.7 mg), dan Ca (32 mg) dibandingkan gizi yang terkandung dalam nasi (Bernice 2012).

Tabel 2 Kandungan gizi pada 100 gram beras, jagung, ubi kayu dan ubi jalar Bahan Kalori (kal) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (SI) Vit. A (mg) Vit. C (mg) Ca (mg) Beras 360 78.9 6.8 0.7 0 0 6 Jagung 361 72.4 8.7 4.5 350 0 9 Ubi kayu 146 34.7 1.2 0.3 0 30 33 Ubi jalar 123 27.9 1.2 0.7 7000 20 30 Sumber : Harnowo et al. 1994 dalam Bernice 2012

Mengingat karakteristik umum tanaman pangan adalah bersifat musiman, besar (voluminous), berat (bulky) dan penawaran produk relatif kecil, ketidak seragaman produk, ketergantungan pada alam, dan mudah rusak (perishable). Ubi jalar sebagai komoditas tanaman pangan sumber karbohidrat selain beras, belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pengolahan pasca panen untuk dapat mengatasi permasalahan terkait karakteristik

umu tanaman pangan tersebut. Dengan adanya pengolahan ubi jalar dapat

memberikan keuntungan bagi para petani ubi jalar yang sebelumnya jika hanya dijual berbentuk fresh harga ubi jalar mencapai Rp 800.00 sampai Rp 2 200.00 per kilogram nya atau jika sedang panen raya ubi jalar dihargai hanya sebesar Rp 300.00 per kilogram. Selain itu ubi jalar yang ukurannya tidak masuk pasar dan jumlahnya cukup banyak sekali dan biasanya oleh para petani dibuang karena tidak ada harganya atau hanya dimanfaatkan untuk makanan ternak dengan adanya pengolahan ini ubi jalar yg terbuang itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku tepung ubi jalar, dengan begitu pendapatan para petani bertambah dari ubi jalar yang terbuang tidak layak masuk pasar bisa diolah menjadi tepung ubi jalar.4

Tepung ubi jalar dapat digunakan sebagai substitusi parsial tepung terigu ataupun sebagai bahan campuran tepung terigu. Produk-produk olahan tepung

3

http://pphp.deptan.go.id/xplore/view.php?file=PENGOLAHAN-HASIL/D1ubijalar.pdf [08maret2013]

4

(16)

terigu yang dapat menggunakan tepung ubi jalar diantaranya adalah putu ayu, bolu kukus, bolu panggang, brownies, muffin, mie, roti, cake, cheese stick, dodol, kue kering (cookies), biskuit, biji ketapang, dan kue bawang (Tabel 4). Dilihat dari kandungan gizinya tepung terigu dan tepung ubi jalar memiliki keunggulan masing-masing. Pada tepung terigu mengandung kalori 365 Kal, protein 8.9 g, lemak 1.3 g, karbohidrat 77.3 g sedangkan pada tepung singkong mengandung kalori 362 Kal, protein 0.5 g, lemak 0.3 g, dan karbohidrat 86.90 g.5 Kandungan zat gizi tepung ubi jalar setiap 100 gram terdiri dari protein 1.7 gram, lemak 0.1 gram, karbohidrat 74.0 gram.6 Keunggulan lain yang dimiliki oleh tepung ubi jalar yaitu dari kandungan gizi yang dimilikinya. Tidak hanya mengandung vitamin A yang tinggi yaitu setara dengan 4 kali wortel atau sebesar 7 700 mg per 100 gram, tetapi juga mengandung kalsium sebesar 51 mg per 100 gr, serta serat yang sangat baik untuk pencernaan.7

Selain itu makanan berbahan baku tepung ubi jalar memiliki indeks glikemiks rendah sehingga aman untuk dikonsumsi penderita diabetes melitus, obesitas, dan yang sedang menjalankan program diet karena indeks glikemiks yang rendah tersebut cenderung lambat untuk menaikkan kadar gula darah dalam tubuh sehingga aman untuk dikonsumsi.

Tabel 3 Keragaman hasil olahan tepung ubi jalar

No. Nama Produk Substitusi Tepung Ubi Jalar (%) Tepung yang Disubstitusi

1 Roti tawar 10-20 Terigu

2 Mie 10-20 Terigu

3 Cake 50-100 Terigu

4 Cookies 50-100 Terigu

5 Chifon cake 50 Terigu

6 Pukis 50 Terigu

7 Cheese stick 30 Terigu

8 Marmer cake 50 Terigu

9 Kue tambang 30 Terigu

10 Kue lapis 50 Tepung beras

11 Spekoek 50 Terigu

12 Barongko pisang 50 Tepung beras

13 Cucur 50 Tepung beras

14 Domino cookies 50 Terigu

15 Brownies kukus 100 Terigu

16 Bolu kukus 20 Terigu

17 Putu ayu 100 Terigu

Sumber: Suismono dalam Hafsah (2004), Nisviaty (2006), dan percobaan penelitian bersama masyarakat dalam Djami (2007).

Peluang tepung ubi jalar cukup luas dikarenakan tepung ubi jalar merupakan produk olahan setengah jadi yang bisa menjadi bahan baku industri makanan olahan ubi jalar, industri jasa boga. Bogor merupakan suatu wilayah yang memiliki banyak industri kecil pangan. Jumlah industri kecil pangan khususnya yang mengolah roti dan kue di wilayah Bogor mencapai 40 industri 5 http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2010/04/DKBM-Indonesia.pdf [08maret2013] 6 http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/download/5624/5482 [08maret2013] 7 http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_10.pdf. [08maret2013]

(17)

(Lampiran 2). Menurut Djami (2007), didapatkan gambaran bahwa penggunaan tepung terigu yang digunakan oleh 19 perusahaan yang dijadikan sumber informasi sekitar 15 279 kilogram per bulan. Maka rata-rata penggunaan tepung terigu di tiap perusahaan adalah sebesar 804.16 kilogram per bulan. Jika diketahui terdapat 40 perusahaan yang mengolah roti, kue, dan sejenisnya maka dapat diperkirakan penggunaan tepung terigu untuk setiap bulannya adalah sekitar 32 166.4 kilogram per bulan atau lebih dari 32 ton tepung terigu setiap bulannya dibutuhkan oleh industri di wilayah bogor.

Sedangkan untuk tepung ubi jalar menurut Hardoko et al (2010) hanya dapat mensubstitusi tepung terigu untuk roti sebanyak 20 persen (substitusi parsial) karena jika lebih dari itu akan menurunkan kualitas roti tersebut. Maka permintaan tepung ubi jalar di wilayah Bogor berdasarkan konversi dari data yang ada sekitar 6.4 ton per bulan. Pada tahun 2013 jumlah industri tepung ubi jalar di Kecamatan Dramaga sebanyak tiga pengusahaan tepung ubi jalar yaitu Kelompok Tani Hurip (KTH), KWT Sukadamai, dan KWT Berkah Sari. Dengan total kapasitas produksi dari tiga pengusahaan tepung ubi jalar 300 kilogram per bulan. Untuk KTH dapat menghasilkan tepung ubi jalar dengan kapasitas 250 kilogram per bulan, KWT Sukadamai 35 kilogram, sedangkan KWT Berkah Sari menghasilkan tepung ubi jalar dengan kapasitas 15 kilogram. Oleh karena itu terdapat gap antara permintaan dan penawaran sebesar 6 ton per bulan.8 Permintaan tepung ubi jalar untuk Kelompok Tani Hurip sendiri meningkat dari 200 kilogram menjadi 500 kilogram per bulan sehingga didapat selisih 300 kilogram yang belum terpenuhi.9 dikarenakan Kelompok Tani Hurip berfokus pada pengolahan turunan dari tepung ubi jalar berupa brownies peningkatan permintaan tepung tersebut tidak terlayani. Hal ini menjadi peluang bagi KWT Berkah Sari untuk masuk dan memenuhi peluang pasar tersebut.

Pengusahaan pengolahan ubi jalar menjadi tepung saat ini memang belum banyak dikembangkan karena belum banyak masyarakat yang menggunakan tepung ubi jalar. Dari ketiga pengusahaan tepung ubi jalar KWT Berkah Sari di Desa Purwasari masih menggunakan cara tradisional dalam pengolahan ubi jalar menjadi tepung yaitu dalam prosesnya pembuatan tepung dilakukan dengan cara ditumbuk menggunakan alat tumbuk yang disebut lumpang sehingga hanya mampu produksi 15 kilogram per bulan. Untuk dapat meningkatkan produksi tepung ubi jalar agar dapat memenuhi peluang pasar yang ada maka diperlukan adanya pengembangan usaha dengan cara menambah mesin penggilingan untuk menambah kapasitas produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi kelayakan bisnis untuk meyakinkan bahwa usaha tersebut memberikan manfaat atas investasi yang telah dikeluarkan dengan menggunakan asumsi-asumsi dasar studi kelayakan bisnis sehingga suatu usaha tersebut dapat dikatakan layak. Analisis yang dilakukan berupa analisis finansial dengan beberapa kriteria kelayakan usaha, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta melihat hasil Switching Value yaitu seberapa peka usaha tersebut terhadap perubahan yang berkaitan dengan manfaat dan biaya. Selain itu, perlu juga analisis aspek nonfinansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya

8

Hasil wawancara dengan ketua KTH, KWT Sukadamai, dan KWT Berkah Sari

9

(18)

serta aspek lingkungan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk menyusun alternatif-alternatif demi kemajuan usaha dan memberikan keuntungan begi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut.

Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor sudah dikenal tempat ketiga sentra ubi jalar setelah Kabupaten Garut dan Kuningan (Tabel 4). Kecamatan Dramaga adalah sentra penghasil ubi jalar di Kabupaten Bogor. Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat potensial untuk dikembangkan dan diarahkan untuk dapat digunakan sebagai alternatif bahan pangan, substitusi parsial tepung terigu. Adanya peluang bisnis tersebut, menjadikan daya tarik investor untuk berinvestasi dalam pengolahan ubi jalar menjadi tepung. Hal tersebut juga menjadi daya tarik untuk KWT Berkah Sari.

Tabel 4 Potensi ubi jalar di beberapa kabupaten di Jawa Barat tahun 2010-2011

NO Kabupaten/Ko ta 2010 2011 Luas Panen (Ha) Hasil per Hektar (Ku) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Hasil per Hektar (Ku) Produksi (Ton) 1 Garut 6 119 148.05 90 594 6 626 138.67 91 880 2 Kuningan 5 592 173.22 96 862 4 496 214.88 96 610 3 Bogor 3 881 153.50 59 574 3 924 165.35 64 882 4 Bandung 2 524 115.78 29 224 2 350 136.77 32 140 5 Tasikmalaya 2 123 110.03 23 359 1 440 93.58 13 475 6 Sumedang 1 539 123.33 18 980 1 880 146.91 27 620 7 Cianjur 1 614 121.82 19 661 1 592 119.33 18 998 8 Purwakarta 1 472 172.03 25 323 1 143 174.11 19 901

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat tahun 2012 (diolah).

Saat ini KWT Berkah Sari masih menggunakan teknologi yang masih sangat sederhana. Hal ini menyebabkan tidak adanya standardisasi proses produksi seringkali membuat kualitas produknya tidak konsisten dan produktivitas rendah tidak bisa memenuhi peluang pasar yang ada. Produk yang dihasilkan berupa tepung ubi jalar yang berasal dari ubi jalar putih atau varietas AC. Potensi pasar tersebut ada untuk kualitas yang lebih baik dari kualitas tepung ubi jalar yang saat ini diproduksi. Agar dapat melayani permintaan pasar, maka KWT Berkah Sari harus meningkatkan kemampuan proses produksi. Peningkatan kemampuan proses produksi dilakukan dengan menambah investasi mesin produksi dan juga peningkatan kualitas output produksinya. Peningkatan kapasitas dan kualitas produksi dilakukan dengan penambahan mesin tanpa harus mengurangi dan mengganggu proses produksi yang sedang dilakukan pada saat ini.

Dengan adanya penambahan mesin penggilingan diharapkan KWT Berkah Sari dapat melakukan inovasi secara cepat, meningkatkan daya tahan produk untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang konsisten melalui standardisasi proses produksi, dapat mengikuti trend yang berkembang di pasar, dapat

(19)

mengembangkan proses yang lebih efisien sehingga dapat menekan biaya produksi, mengurangi limbah dengan memanfaatkannya menjadi produk lain, memperpanjang masa umur simpan produk, sehingga dapat meningkatkan jangkauan pemasaran.

Untuk pengembangan teknologi pada usaha kecil, dalam hal ini berupa penambahan mesin penggilingan, bertujuan untuk mengatasi kekurangan kapasitas produksi dan peningkatkan kualitas produk. Dengan demikian, produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan produk yang telah ada saat ini. Hal ini akan berdampak pada peningkatan daya saing dan peningkatan keuntungan bagi pengusaha. Akan tetapi, untuk penerapan teknologi tersebut tentunya membutuhkan dana investasi. Dengan demikian, studi kelayakan investasi sangat diperlukan agar dapat memperkirakan apakah penambahan mesin tersebut layak direalisasikan dilihat dari aspek yang mempengaruhi, yaitu aspek non finansial dan aspek finansial.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi, sosial serta aspek lingkungan pada kondisi aktual dan pengembangan?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha tepung ubi jalar pada kondisi aktual dan pengembangan adanya penambahan investasi mesin penggilingan dilihat dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP)?

3. Bagaimana kepekaan kondisi kelayakan investasi usaha tersebut terhadap perubahan kenaikan harga input dan penurunan harga jual output?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi, sosial serta aspek lingkungan pada kondisi aktual dan pengembangan.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha tepung ubi jalar pada kondisi aktual dan pengembangan adanya penambahan investasi mesin penggilingan dilihat dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).

3. Menganalisis switching value kondisi kelayakan investasi yang akan dilakukan pada penurunan harga jual (output) dan kenaikan harga beli (input).

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang berguna bagi berbagai pihak berkepentingan, terutama :

1. Bagi Kelompok Wanita Tani Berkah Sari, diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan masukan dalam mengambil langkah yang tepat dalam berusaha.

(20)

2. Bagi calon investor, memberikan gambaran dan informasi jika ingin menanamkan modalnya.

3. Bagi pemerintah daerah, sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam rangka peningkatan pendapatan daerah dari produk unggulan.

4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan dan pembanding dalam melakukan studi lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Tepung Ubi Jalar

Agroindustri memiliki pengertian sebagai suatu kegiatan usaha yang mengolah bahan baku yang berasal dari tanaaman atau hewan. Pengolahan tersebut dapat mencakup berbagai bentuk transformasi dan preservasi melalui perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, pengemasan dan distribusi (Krisnamurthi dalam Sari 2007). Sedangkan menurut Austin, agroindustri adalah usaha yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin dalam Gumbira-Said dalam Sari 2007). Soekartawi dalam Sari (2007) mengartikan istilah agroindustri dalam dua hal yaitu pertama agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian dan yang kedua adalah bahwa agroindustri itu diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.

Tepung ubi jalar adalah tepung pati yang diperoleh dari proses ekstra pati secara basah terhadap umbi ubi jalar. Pembuatan tepung ubi jalar sama dengan pembuatan tapioka. Umbi diparut, ditambah air untuk ekstraksi pati, kemudian disaring untuk memisahkan serat, diendapkan untuk mendapatkan pasta pati, dikeringkan dan terakhir, digiling untuk menghaluskan pati menjadi tepung ubi jalar.10 Menurut Hardoko et al. (2010) dari hasil penelitiannya tentang pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai pengganti sebagian tepung terigu dan sumber antioksidan pada roti tawar adalah tepung ubi jalar ungu dapat digunakan sebagai substitusi parsial tepung terigu dalam pembuatan roti tawar sekaligus meningkatkan aktivitas antioksidan roti yang dihasilkan. Penggantian (substitusi) hanya dapat dilakukan sampai 20 persen karena kalau lebih akan menurunkan karakteristik mutu roti tawar seperti volume spesifik roti, keempukan roti dan kesukaan terhadap warna ungu roti. Begitu juga Djami (2007) tentang prospek pemasaran tepung ubi jalar ditinjau dari potensi permintaan industri kecil di wilayah Bogor (Studi Kasus: Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang) mengatakan tepung ubi jalar dapat di gunakan sebagai substitusi tepung terigu atau sebagai bahan campuran tepung terigu (20-100 persen).

Dilihat dari prospek pasarnya tepung ubi jalar memiliki peluang untuk memasuki pasar industri kecil pengolahan pangan, karena tepung ubi jalar dapat digunakan sebagai substitusi tepung terigu atau sebagai bahan campuran tepung terigu (20-100 persen) dalam produk-produk olahan tepung terigu. Kebutuhan

10

(21)

tepung di wilayah Bogor mencapai 70 ton per bulan, pangsa pasar yang dapat di ambil oleh Kelompok Tani Hurip 50-60 persen dari potensi pasar sekitar 35-42 ton per bulannya mengingat Kelompok Tani Hurip adalah industri yang masih berskala kecil (Djami 2007).

Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Nurmalina et al (2009), studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan investasi adalah penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegitan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemuingkinan tingkat manfaat (benefit) dapat di terima oleh suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi.

Penelitian tentang studi kelayakan usaha yang dilakukan oleh hampir semua peneliti mengalisis dari aspek finansial (keuangan) dan aspek non finansial secara menyeluruh yaitu meliputi; aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek sosial-budaya, dan aspek lingkungan. Selain itu menggunakan analisis switching

value untuk mengukur kepekaan kondisi kelayakan investasi usaha tersebut

terhadap perubahan harga input dan output, seperti yang dilakukan oleh Siregar (2012) dalam penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Bisnis Domba (Studi Kasus: Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor) menganalisis aspek finansial dan aspek non finansial secara menyeluruh. Hasil dari analisis aspek non finansial, pengembangan bisnis layak untuk dijalankan kecuali pada aspek hukum karena belum mendapatkan surat izi usaha resmi dari pemerinatah hanya baru mendapatkan izin dari pemerintahan desa saja. Secara finansial usaha peningkatan kapasitas produksi Peternakan Domba Tawakkal layak untuk dilaksanakan. Hal ini bisa dibuktikan dari hasil perhitungan kriteria kelayakan yang dianalisis yaitu

Net Present Value yang didapatkan sebesarRp 1 754 996 948.00 Net Benefit Cost Ratio sebesar 1.85, Internal Rate of Return sebesar 20.12 persen dan Payback Period selama 6.18 tahun (enam tahun dua bulan). Berdasarkan analisis switching value batasan terhadap penurunan harga jual domba jantan yaitu 20.92 persen dan

peningkatan pakan hijauan yaitu sebesar 134.36 persen. Analisis Switching Value tersebut menunjukkan bahwa penurunan harga domba jantan lebih berpengaruh terhadap proses bisnis yang dijalankan dari pada peningkatan pakan hijauan.

Berbeda dengan yang dilakukan oleh Widiyanthi (2007) dalam penelitiannya tentang Analisis Kelayakan Finansial Penambahan Mesin Vacuum

Frying Pada Usaha Pengolahan Kacang (Kasus di PD. Barokah Cikijing,

Majalengka Jawa Barat) dalam analisis aspek non finansialnya hanya aspek pasar dan aspek teknis saja yang dilakukan dan dapat disimpulkan bahwa secara teknis penambahan mesin vacuum frying layak. karena dalam pengolahan kacangakan memudahkan proses pengerjaannya dan mendapatkan kualitas kacang yang lebih baik dibandingkan dengan kualitas kacang yang diproduksi pada saat ini, serta tidak mengganggu proses produksi yang sedang berjalan. Dilihat dari aspek pemasaran dapat memenuhi permintaan kacang layak untuk dijalankan. Selain itu

(22)

kualitas kacang menjadi dua, sehingga dapat mengisi pasar potensial. Secara finansial proyek penambahan mesin vacuum frying pada usaha pengolahan kacang layak untuk diusahakan hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pengolahan kacang pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1 405 678 570, Net B/C sebesar 1.98, IRR sebesar 32.22% dan Payback period selama tiga tahun 10 bulan. Selain itu aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukan bahwa usaha lebih layak lagi jika dibandingkan analisa kelayakan usaha. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV sebesar Rp 553 843 037, Net B/C sebesar 2.76, IRR sebesar 47.70 %, dan Payback Period selama dua tahun enam bulan. Selain itu dari hasil analisis

switching value aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukan bahwa usaha sensitif terhadap perubahan harga jual. Berbeda

dengan perubahan kenaikan bahan baku masing-masing kacang tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha hal ini dapat untuk perubahan kenaikan bahan baku kacang polong dan kacang mersi kenaikan maksimal harga adalah sampai 114.06 persen dan 266.36 persen, usaha cukup stabil meski dengan kenaikan harga yang ekstrim sekalipun. Sedangkan pada volume produksi diatas penurunan volume produksi untuk masing-masing jenis kacang tidak berpengaruh pada kelayakan. Namun jika dilihat dari total semua jenis kacang dari kualitas A, diketahui bahwa maksimal penurunan volume produksi adalah sebesar 58.00 persen. Dengan demikian proyek layak untuk dilaksanakan namun terdapat resiko dalam menjalankan usahanya.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, persamaan penelitian yang dilakukan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada kriteria analisis kelayakan usaha yaitu menggunakan analisis data seperti NPV, Net B/C Ratio, IRR, Payback

Period dan analisis switching value. Kriteria-kriteria tersebut diperlukam pada

penelitian ini karena usaha yang menjadi objek studi kasus terdapat investasi masing-masing. Perbedaan penelitian ini terletak pada studi kasus yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan ini menghasilkan asumsi-asumsi dasar yang berbeda dalam membantu menganalisis kelayakan bisnis. Penelitian yang penulis akan lakukan yaitu di KWT Berkah Sari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang melakukan pengolahan ubi jalar menjadi tepung. Modal awal yang ditanamkan dalam pengusahaan tepung ubi jalar adalah modal sendiri. Data diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan interpretasi data secara deskriptif untuk melihat apakah investasi usaha ini nanntinya akan layak untuk dilaksanakan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Investasi

Menurut Nurmalina et al. (2009), studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang bisnis.

(23)

Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila bisnis dilakukan. Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat di terima dari suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi.

Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2009), kegiatan pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Sementara itu Gray et

al. (1992) dalam Nurmalina et al. (2009) mendefinisikan suatu kegiatan investasi

sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kriteria Kelayakan Bisnis

Menurut Nurmalina et al. (2009) aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagi kedalam dua kelompok yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen-hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, aspek lingkungan, dan aspek finansial. Banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat tergantung kepada karakteristik dari masing-masing bisnis. 1. Aspek Pasar

Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang:

a. Permintaan secara total maupun diperinci menurut daerah, berbagai jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

b. Penawaran yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari produk impor. Serta bagaimana perkembangannya di masa lalu dan dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti seperti jenis barang yang bisa menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya perlu diperhatikan.

c. Harga, dengan melakukan perbandingan dengan barang-barang impor, barang produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

d. Program Pemasaran yang mencakup strategi pemasaran.

e. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan serta berapa market share yang dapat dikuasai perusahaan.

2. Aspek Teknis

Menurut Nurmalina et al. (2009) aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selsai dibangun sehingga dapat diketahui rancangan awal perkiraan biaya investasi dan eksploitasi yang akan dikeluarkan nantinya. Dan juga untuk mendapatkan gambaran mengenai beberapa hal tentang:

(24)

a. Lokasi bisnis yaitu tempat usaha dilaksanakan dengan mempertimbangkan lokasi pabrik maupun bukan pabrik.

b. Penetapan sekala usaha operasi untuk mencapai suatu tingkatan sekala ekonomis.

c. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain.

d. Pemilihan mesin dan peralatan utama serta peralatan penunjang lainnya.

e. Ketepatan teknologi yang dipakai dengan mempertimbangkan kemampuan atau penerimaan masyarakat.

3. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek Manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang perlu dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu usaha diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2009).

4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya

Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, serta adanya pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Suatu bisnis tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al. 2009).

5. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt, et al. 1987 diacu dalam Nurmalina et

(25)

6. Aspek Finansial

Kegiatan dalam aspek financial (keuangan) ini antara lain adalah perhitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta tetap proyek. Juga dipelajari mengenai struktur pembiayaan mana yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri. Aspek-aspek tersebut akan tercatat dalam aliran kas (cash flow). Cash

flow yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu

periode tertentu (Nurmalina et al. 2009). Cash flow disusun berdasarkan untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya.

Cash flow terdiri dari cash inflow (arus penerimaan) dan cash outflow

(arus pengeluaran). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, dana bantuan (Grants), nilai sewa, dan nilai sisa (Salvage value). Cash

outflow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, biaya pinjaman bunga, dan

pajak. Pengurangan cash inflow dengan cash outflow akan diperoleh net benefit (manfaat bersih). Menurut Nurmalina et al. (2009), ada beberapa kriteria investasi yang dapat dilihat dalam analisis finansial yang mana dapat digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi yang digunakan yaitu :

a. Net Present Value (NPV)

Menurut Nurmalina et al. (2009) secara umum mendefinisikan Net

Present Value adalah selisih antara manfaat dan biaya atau yang disebut

dengan arus kas. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net Present Value (NPV) yaitu : i. NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya, bisnis atau usaha yang dijalankan

tidak menguntungkan atau tidak merugikan

ii. NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya, bisnis atau usaha yang dijalankan menguntungkan atau memberikan manfaat.

iii. NPV lebih kecil dari no (NPV < 0) artinya, bisnis atau usaha tersbut tidak layak untuk dijalankan atau memberikan kerugian.

b. Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai

positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif, atau disebut juga manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu kegiatan investasi atau bisnis dapat dikatakan layak jika Net B/C lebih besar dari satu dan diakatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al. 2009). Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) yaitu:

i. Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, usaha tersebut

tidak menguntungkan atau tidak merugikan.

ii. Net B/C Ratio lebih dari satu (Net B/C > 1) artinya, usaha tersebut menguntungkan atau layak untuk dijalankan.

(26)

iii. Net B/C Ratio kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak dijalankan.

c. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Nurmalina et al. (2009), penilaian suatu bisnis dapat dikatakan dapat dikatakan layak dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap invesatasi yang ditanamkan, ditujukan dengan mengukur besarnya Internal

Rate of Return. Gittinger (1986) mendefinisikan Internal Rate of Return adalah

tingkat rata-rata keuntungan interval tahunan bagi perusahaan yang melakukan kegiatan investasi dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Dalam metode penghitungan tingkat IRR, metode yang umumnya digunakan adalah dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah (menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (menghasilkan NPV negatif).

d. Payback Period (PP)

Menurut Nurmalina et al. (2009) Payback Period adalah suatu analisis yang berfungsi untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanam pada suatu bisnis dapat kembali. Oleh karena itu bisnis yang Payback Period-nya cepat pengembaliannya, maka memiliki kemungkinan untuk dijalankan. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode Payback

Period maksimum yang diisyaratkan, untuk digunakan sebagai angka

pembanding. Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Untuk mengatasi masalah diabaikannya time value of money maka kadang dipakai discounted payback period.

Analisis Sensitivitas dan Nilai Pengganti (Switching Value)

Menurut Kadariah (1986) yang diacu dalam Nurmalina et al. (2009), analisis senstitvitas perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Serta merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Dengan kata lain, analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Menurut Nurmalina et al. (2009), perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya disebabkan oleh perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya (Cost Over Run), dan ketidaktepatan dan perkiraan hasil produksi.

Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (Nurmalina et al. 2009). Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik dan dilihat bagaimana dampaknya terhadap hasil analisis kelayakan. Sedangkan pada perhitungan

(27)

switching value justru perubahan tersebut dicari, berapa besar perubahan yang

masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Umur Bisnis

Menurut Nurmalina et al. (2009) penentuan panjang umur bisnis/jangka waktu bisnis berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis. Ada beberapa cara dalam menentukan umur bisnis, diantaranya :

1. Umur ekonomis suatu bisnis ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di bisnis. Yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan (masih menguntungkan jika dipakai)

2. Umur teknis, untuk bisnis besar bergerak (di berbagai bidang) lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur ekonomis, tapi hal ini tidak berlaku apabila adanya keusangan teknologi (absolence) dengan ditemukannya teknologi baru.

3. Untuk bisnis yang berumur teknis atau ekonomis lebih dari 25 tahun, dapat menggunakan umur bisnis yakni 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka present value-nya akan kecil sekali karena nilai discount factor-nya kecil atau mendekati nol.

Konsep Time Value of Money (nilai waktu uang)

Unsur nilai waktu memegang peranan penting dalam mengukur kemampuan bisnis dalam menghasilkan berbagai manfaat. Dalam studi kelayakan bisnis, biaya dan manfaat bukan hanya jumlahnya yang berbeda tetapi juga waktu yang dibayarkan dan diterima yang berbeda selama umur bisnis. Biaya-biaya bisnis banyak dikeluarkan pada waktu awal bisnis, sedangkan manfaat baru akan diterima kemudian. Adanya pengaruh waktu akan menyebabkan perbedaan nilai uang, karena secara ekonomi dipengaruhi oleh adanya inflasi, kesempatan konsumsi yang berbeda dan produktivitas yang dihasilkan pada waktu yang berbeda (Nurmalina et al. 2009).

Teori Biaya dan Manfaat

Menurut Nurmalina et al. (2009) biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Secara ringkas, studi kelayakan bisnis dapat disebut sebagai suatu metode yang membandingkan komponen-komponen biaya dan manfaat dari suatu bisnis. Setiap periode waktu analisis yang direncanakan seringkali ditetapkan dalam satuan waktu yang panjang, sehingga mengakibatkan arus biaya maupun manfaat tidak terjadi secara bersamaan pada waktu yang sama melainkan sepanjang umur usaha.

Komponen-komponen biaya pada dasarnya terdiri dari barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga (contingency allowance), dan sunk

cost. Manfaat terdiri dari tiga macam bentuk manfaat antara lain, manfaat yang

dapat diukur (tangible benefit), manfaat yang didapat diluar usaha itu sendiri (indirect or secondary benefit), dan manfaat yang secara nyata ada tapi sulit diukur (intangible benefit). Manfaat yang digunakan dalam melakukan kriteria kelayakan bisnis biasanya menggunakan manfaat yang bersifat tangible benefit

(28)

(dapat diukur dengan uang) sedangkan manfaat yang bersifat intangible benefit (tidak dapat diukur dengan uang) hanya digunakan sebagai masukan tambahan pada saat pertimbangan keputusan dilakukan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Sifat komoditi pertanian yang mudah rusak (perishable) mengakibatkan daya awet yang singkat sedangkan konsumsi berlangsung cukup lama, selain itu nilai jual yang rendah pada saat ketersediaan komoditas yang tinggi. Oleh karena itu upaya untuk memenuhi konsumsi harus melakukan proses pengolahan perubahan bentuk produk agar memiliki nilai tambah yaitu, produk menjadi awet daya tahannya lama, memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan dapat menguntungkan semua yang terlibat dalam proses pengolahan. Pengolahan tepung ubi jalar adalah salah satu upaya yang tepat untuk meningkatkan daya tahan dan nilai tambah untuk ubi jalar. Dengan adanya pengolahan ubi jalar menjadi tepung juga dapat menjadikan produk substitusi parsial pada tepung terigu yang bahan bakunya impor dari luar. Adanya peluang pasar yang prospektif diwilayah Bogor untuk kebutuhan tepung mencapai 6.4 ton per bulan. Permintaan tepung ubi jalar untuk Kelompok Tani Hurip sendiri meningkat dari 200 kilogram menjadi 500 kilogram per bulan sehingga didapat selisih 300 kilogram yang belum terpenuhi.11 dikarenakan Kelompok Tani Hurip berfokus pada pengolahan turunan dari tepung ubi jalar berupa brownies peningkatan permintaan tepung tersebut tidak terlayani. Hal ini menjadi peluang bagi KWT Berkah Sari untuk masuk dan memenuhi peluang pasar tersebut.

Usaha pengolahan tepung ubi jalar di KWT Berkah Sari merupakan salah satu dari industri tepung yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan menggunakan teknologi yang masih sangat sederhana. Tidak adanya teknologi yang mendukung proses produksi menyebabkan kualitas produknya kurang baik dan kapasitas produksinya kecil. Usaha kecil dapat berkembang pada kondisi pemintaan pasar lebih besar daripada output yang dihasilkan oleh usaha kecil tersebut. Agar dapat melayani sejumlah dan beraneka produk yang diminta pasar, maka usaha kecil harus meningkatkan kemampuan proses produksi. Peningkatan kemampuan proses produksi dapat dilakukan dengan menambah kapasitas proses produksi.

Penambahan kapasitas dan kualitas produksi dapat dilakukan dengan penambahan mesin penggilingan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kelayakan investasi dilihat dari aspek non finansial seperti aspek teknis, aspek pemasaran, aspek manajemen-hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, aspek lingkungan dan juga aspek finansial. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan adalah aspek finansial kelayakan usaha dan aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin penggilingan. Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan dalam perhitungan aspek finansial yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period (PP). Selain itu juga dilakukan analisis

switching value untuk melihat kepekaan terhadapat perubahan pada harga input

11

(29)

dan output. Berdasarkan uraian diatas maka gambaran dari kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.

(30)

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkah Sari

 Prospek pasar yang bagus ditinjau dari kebutuhan akan tepung di wilayah Bogor mencapai ± 6.4 ton per bulan. Dan permintaan yang tidak terlayani KHT sebesar 300 kilogram

 Kualitas kurang baik

 Kapasitas produksi yang masih rendah

Layak

Studi Kelayakan Usaha

Aspek finansial  NPV  Net B/C  IRR

 Payback period  Incremental net benefit Aspek non finansial

 Aspek pasar  Aspek teknis

 Aspek manajemen - hukum  Aspek sosial-ekonomi-budaya  Aspek lingkungan

Tidak Layak

Rekomendasi Analisis Switching Value

 Penurunan harga jual tepung ubi jalar  Kenaikan harga bahan baku (ubi jalar)

 Komoditas ubi jalar mudah rusak (perishable), tidak tahan lama  Produksi ubi jalar melimpah, nilai jual rendah

 Kejenuhan masyarakat mengonsumsi fresh

 Ubi jalar belum banyak dimanfaatkan masyarakat untuk pengolahan  Dapat diolah menjadi tepung ubi jalar

 Adanya peluang pasar yang prospektif di wilayah bogor untuk kebutuhan tepung

Tradisional Mesin Penggilingan

Rekomendasi

(31)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksanakan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah Kecamatan Dramaga merupakan sentra produksi ubi jalar di Kabupaten Bogor dan Desa Purwasari merupakan tempat KWT Berkah Sari yang memproduksi tepung dari ubi jalar. Pengambilan data dilakukan dimulai pada awal bulan Mei sampai awal bulan Juni 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder baik, yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak yang terkait pada KWT Berkah Sari Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yaitu dengan ibu Siti Hasanah selaku ketua kelompok. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi, literatur, dan sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini seperti perpustakaan IPB LSI, kantor Kecamatan Dramaga, Dinas perindustrian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis pengolahan data secara kuantitatif dan kualitatif kemudian dijelaskan secara deskriptif. Analisis dilakukan dengan memasukkan data primer yang telah diolah ke dalam tabel yang telah disiapkan. Baik data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan ditabulasikan dan ditampilkan dalam tabel dan gambar setelah diolah sesuai dengan kebutuhan data. Metode analisis kualitatif meliputi analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek lingkungan, serta aspek sosial, ekonomi dan budaya. Metode analisis kuantitatif yang digunakan yaitu dengan mengkaji aspek kelayakan usaha melalui pendekatan aspek finansial dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi yang meliputi, Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta analisis sensitivitas dengan pendekatan Switching Value. Data kuantitatif diolah menggunakan kalkulator dan komputer dengan Software Microsoft Excel.

Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dilihat dari potensi pasar tepung khususnya tepung ubi jalar sehingga dapat dikatakan layak jika usaha tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar dengan tingkat penjualan yang menguntungkan. Selain itu produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar dan dapat bersaing atau memiliki keunggulan dibandingkan produk serupa yang dihasilkan oleh pesaing. Pendekatan yang dilakukan dalam analisis aspek pasar menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Menurut Nurmalina et al. (2009) aspek

(32)

pasar dan pemasaran dikatakan layak apabila strategi yang digunakan efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan terhadap komponen tersebut, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar yang dimiliki perusahaan.

Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dalam penelitian ini dikaji berdasarkan pada hal-hal yang bersifat teknis. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek teknis membahas tentang lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, lay out, pemilihan jenis teknologi, dan equipment. Aspek teknis dikatakan layak jika komponen-komponen teknis yang dianalisis dapat memberikan kemudahan, efektivitas dan efisiensi kerja untuk mengoptimalkan hasil produksi.

Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen pada penelitian ini lebih difokuskan pada sumber daya manusia yang akan mengelola usaha pengembangan penggilingan tepung ubi jalar. Aspek manajemen yang dikaji terkait empat fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian), bentuk struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Sedangkan aspek hukum yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan izin dalam menjalankan usaha, bentuk badan usaha maupun sertifikat-sertifikat yang dimiliki oleh pihak KWT Berkah Sari. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek manajemen dikatakan layak apabila alokasi pengorganisasian sumber daya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan serta implementasi pekerjaan yang dapat mendukung pencapaian tujuan dan target perusahaan. Aspek hukum dari suatu usaha sangat diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.

Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Aspek sosial yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sosial sekitar kegiatan usaha,ketersediaan lapangan kerja baru, peningkatan keahlian masayarakat yang bisa di dapat, serta dapat mengurangi pengangguran. Menurut Nurmalina et al. (2009), dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Suatu bisnis dapat diterima oleh masyarakat sekitar apabila secara sosial, budaya dan ekonomi memberikan kesejahteraan.

Analisis Aspek Lingkungan

Perlunya analisis dampak lingkungan dilakukan karena dapat memberikan gambaran kepada pelaku usaha tentang dampak yang dapat ditimbulkan suatu usaha terhadap lingkungan jika dijalankan. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin rusak. Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis, suatu pengembangan usaha dikatakan layak apabila membawa manfaat atau dampak positif lebih besar dari pada dampak negatif bagi lingkungan sekitar usaha.

(33)

Analisis Aspek Finansial

Aspek finansial mengkaji tentang perhitungan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Aspek finansial bertujuan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan memiliki manfaat. Keadaan tersebut membuat pelaku usaha perlu mengkaji rencana investasi secara tepat agar modal yang ada dikeluarkan sesuai dengan rencana. Pelaku usaha harus mengetahui atau dapat memprediksi keuntungan proyek yang dijalankan serta berapa lama kemampuan bisnis yang akan dijalankan dapat mengembalikan modal yang telah diinvestasikan. Analisis aspek finansial pada pengembangan usaha penggilingan tepung ubi jalar ini menggunakan kriteria kelayakan investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas (switching value) untuk melihat kepekaannya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam mempengaruhi kelayakan investasi.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima

perusahaan selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu usaha dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan, atau jika NPV lebih besar dari pada nol. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah (Rp). Menurut Nurmalina et al. (2009), secara sistematis rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t N = Tahun kegiatan (t = 1,2,3,…,n) i = Tingkat discount rate (persen)

= Discount factor (DF) pada tahun ke-t Kriteria Penilaian :

 JikaNPV > 0, maka usaha tersebut menguntungkan dan layak dilaksanakan.  JikaNPV = 0, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, keputusan

diserahkan pada pihak manajemen perusahaan.

 Jika NPV < 0, maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak dilaksanakan.

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat

bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan dibanding dengan pengeluaran selama umur usaha. Usaha dikatakan layak apabila Net B/C Ratio yang dihasilkan dalam pengembangan usaha tersebut lebih besar dari satu.

(34)

Menurut Nurmalina et al. (2009), secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C ratio adalah sebagai berikut :

Untuk

Keterangan :

Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t i = Discount rate (persen) t = Tahun

Kriteria penilaian :

 Net B/C > 1, maka usaha layak atau menguntungkan  Net B/C = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi  Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau merugikan

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) menunjukkan rata-rata tingkat keuntungan

internal tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi. IRR adalah tingkat suku bunga yang buat nilai NPV usaha tersebut sama dengan nol. Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh usaha untuk sumber daya yang digunakan. Suatu usaha dikatakan layak apabila IRR yang dihasilkan lebih besar dari pada tingkat suku bunga yang berlaku. Menurut Nurmalina et al. (2010), secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut :

Keterangan :

= Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

= NPV yang bernilai positif = NPV yang bernilai negatif Kriteria Penilaian :

 Usaha layak Jika IRR lebih besar tingkat diskonto yang ditetapkan oleh bank  Usaha tidak layak Jika IRR lebih kecil tingkat diskonto yang ditetapkan oleh

bank

4. Payback Period (PP)

Payback period (PP) atau analisis waktu pengembalian investasi

merupakan perhitungan terhadap lamanya periode waktu yang diperlukan oleh suatu usaha untuk dapat mengembalikan biaya invesatasi. Perhitungan dilakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow didiskontokan dan

Gambar

Tabel 1  Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman ubi jalar di Indonesia
Tabel 3  Keragaman hasil olahan tepung ubi jalar
Tabel 4 Potensi ubi jalar di beberapa kabupaten di Jawa Barat tahun 2010-2011
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkah Sari
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Mengubah ruas kiri menjadi perkalian faktor-faktor dan menentuka akar-akarnya (3) Menguji dalam garis bilangan. (4) Menentukan interval

rRabnb.&amp;,a'l!h!/gPiP!ru*.

Pemilihan cerita rayat Deleng Pertektekken ini berasal dari Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dan merupakan sastra lisan masyarakat Karo.Dalam

Mata pelajaran ini merupakan kelanjutan dari pengenalan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah diperoleh pada jenjang SMP/MTs, sekaligus

Metode resitasi juga dapat membantu peserta didik untuk lebih menguasai materi pelajaran, karena hasil belajar peserta didik selalu dipersentasekan didepan kelas,

Musharakah. •   Walaubagaimanapun, dari perspektif undang-undang berdasarkan amalan standard di Malaysia, pihak yang terbabit di dalam Musharakah akan bersetuju

Laboratorium adalah sarana penunjang program studi dalam satu atau sebagian cabang ilmu, teknologi, atau kesenian tertentu sesuai dengan keperluan bidang studi dan sumber daya

of electrical stimulus intensity on the speed of response and efficacy of bilateral electroconvulsive therapy (ECT) in the treatment of schizophrenia.. Methods: Sixty-two patients