• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk Membantu Siswa Belajar Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk Membantu Siswa Belajar Mandiri"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan hal ini tidaklah mudah sehingga dibutuhkan sebuah pembelajaran yang baik yang dibuat oleh seorang pengajar. Pembelajaran yang baik akan memungkinkan peserta didik belajar dengan senang dan dapat menikmati proses pembelajaran. Harapannya dengan suasana hati yang senang saat belajar, peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengajar dan akhirnya hasil belajarnya juga baik.

(2)

ditentukan. Begitu juga sebaliknya, jika hasil belajar yang diperoleh peserta didik masih di bawah KKM berarti peserta didik tersebut belum tuntas dalam menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Bagi peserta didik yang belum tuntas harus mengikuti program remedial sampai melampaui KKM yang telah ditentukan (Eko, 2014). Dengan demikian, penilaian hasil belajar bisa dijadikan alat atau tolok ukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru, sekaligus tingkat pencapaian peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan.

(3)

orang tua dalam mendukung anak supaya berhasil dalam belajar.

Mengingat bahwa penilaian dan pelaporan hasilnya menjadi sesuatu yang sangat penting bagi peserta didik dan orang tua, maka penilaian ini perlu dilakukan dengan baik. Standar proses yang baik tercantum dalam Permendiknas 41 tahun 2007 maupun dalam Permendikbud 65 tahun 2013 Bab V menekankan tentang penilaian yang baik harus dilakukan dengan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment). Penilaian ini menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran (M. Hosnan, 2016:416). Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

(4)

bentuk raport yang berisi angka (untuk ulangan harian), atau angka dan deskripsi pencapaian untuk raport mid semester dan akhir semester. Mekanisme ini belum memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana tindakan guru bagi peserta didik yang nilainya masih kurang dan perlu mendapat pendampingan agar mereka dapat mencapai standar minimal yang diharapkan.

Proses pelaporan hasil belajar seperti ini juga dialami oleh beberapa sekolah di Salatiga. Salah satunya adalah SMP Kristen Satya Wacana sebagai tempat/ instansi pendidikan tempat penelitian. Proses pelaporan hasil belajar masih dalam bentuk kertas dan belum terdapat integrasi dengan rencana tindak lanjutnya. Beberapa hal yang didapatkan dari wawancara terhadap kepala sekolah dan guru antara lain; (1) kurangnya informasi dari sekolah yang diberikan kepada orang tua tentang hasil belajar, (2) pelaporan hasil belajar untuk orang tua dilakukan saat penerimaan rapor diakhir semester; (3) kurangnya peran orang tua dalam membantu siswa belajar mandiri sebagai tindak lanjut dari hasil belajar yang diterima dikarenakan orang tua terlalu sibuk dengan aktivitas pekerjaannya; (4) sekolah belum mempunyai aplikasi untuk memfasilitasi orang tua agar dapat membantu siswa belajar mandiri sebagai langkah tindak lanjut dari hasil belajar anaknya.

(5)

hasil penilaian dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran (Permendikbud 65 tahun 2013 Bab V). Untuk itu perlu dipikirkan tentang bagaimana mengatur, menata serta menyajikan pelaporan hasil belajar peserta didik yang bukan hanya menyajikan hasil dalam bentuk angka dan deskripsinya tetapi rencana tindak lanjut dari hasil tersebut. Dalam hal ini orang tua sangat diharapkan dapat berperan juga dalam proses tersebut.

Pola penyajian hasil belajar dan tindak lanjutnya harus dikemas dalam bentuk yang menarik dan mudah untuk diakses. Orang tua tidak harus direpotkan pergi ke sekolah maupun menunggu laporan tertulis dari guru. Orang tua dapat mengikuti secara langsung dan melakukan pendampingan bagi peserta didik yang masih perlu melakukan perbaikan dan pendalaman materi. Pola penyajian itu perlu dibuat dalam bentuk digital yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.

(6)

orang tua. Pola ini akan memberi latihan kepada peserta didik supaya lebih mandiri dalam belajar.

Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Mudjiman, 2011). Belajar mandiri sangat penting karena membuat siswa terlatih dan mempunyai kebiasaan melakukan tindakan yang baik serta dapat mengatur setiap tindakannya sehingga siswa mempunyai kedisiplinan dan tangung jawab dalam mengembangkan hasil belajar secara optimal atas kemauan sendiri.

Hasil penelitian Edmondson et al. (2011) Self-Directed Learning: A Meta-Analytic Review of Adult Learning Constructs

menyatakan bahwa kemandirian belajar secara signifikan dan berhubungan positif dengan prestasi akademik, aspirasi masa depan, kreativitas, rasa ingin tahu, dan kepuasan hidup. Menurut Jennigs (2006) dalam penelitiannya Personal development plans and self-directed learning for healthcare

professionals, belajar mengarahkan diri sendiri (belajar mandiri) telah terbukti berhubungan dengan rasa ingin tahu yang meningkat, berpikir kritis, kualitas pemahaman, retensi dan ingatan, keputusan yang lebih baik, kepuasan prestasi, motivasi, kompetensi dan percaya diri.

(7)

bentuk pembelajaran online maupun penyediaan bahan ajar elektronik yang memudahkan peserta didik untuk belajar secara mandiri dan bisa belajar mandiri dengan dampingan orang tua. Harapannya peserta didik semakin mandiri dalam belajar dan dapat memperbaiki hasil belajar secara mandiri di rumah dengan dampingan orang tua.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi dan analisis masalah yang sudah diuraikan pada latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

a. Model penyajian hasil belajar dan tindak lanjut seperti apakah yang selama ini dilaksanakan? Rumusan masalah ini meliputi: (1) Hasil belajar apa saja yang akan dilaporkan; (2) Bagaimana proses penilaian yang dilakukan oleh guru; (3) Bagaimana pola penyajian hasil belajarnya; (4) Bagaimana pola penyajian tindak lanjut dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

(8)

lanjutnya; (5) Bagaimana cara penggunaan model untuk orang tua dan siswa.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah menghasilkan model penyajian hasil belajar berbasis web dan tindak lanjutnya dalam kelas online untuk membantu siswa belajar mandiri dan orang tua dalam memantau pelajaran anaknya.

Secara khusus tujuan yang hendak dicapai melalui model penyajian hasil belajar dan tindak lanjut ini adalah sebagai berikut:

a. Mendiskripsikan dan menganalisis model penyajian hasil belajar dan tindak lanjutnya. Tujuan ini mencakup: (1) Hasil belajar yang akan dilaporkan; (2) Proses penilaian guru; (3) Pola penyajian hasil belajarnya; (4) Pola pemberian tindak lanjut dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

(9)

(5) Bagaimana cara penggunaan model penyajian untuk orang tua dan siswa.

1.4.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) manfaat, yaitu:

1) Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian yang dikategorikan sebagai manfaat teoritis adalah sebagai berikut:

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan penelitian lanjut di bidang manajemen pola penyajian hasil belajar dan tindak lanjutnya yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi, serta tindak lanjutnya yang dibuat berbasis web

b. Secara teoritis memberikan gambaran tentang bagaimana mendesain model rancangan penyajian hasil belajar berbasis web dan tindak lanjutnya dalam kelas online untuk membantu siswa belajar mandiri dan memberikan kontribusi terhadap kelengkapan tahap-tahap rancangan pola penyajian hasil belajar dan bagaimana pola tindak lanjutnya yang disajikan dalam bentuk web dan kelas online. c. Penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat

(10)

belajar dan pola tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran online dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

2) Manfaat Praktis

Selain manfaat teoritis yang telah dijelaskan, juga terdapat manfaat praktis, sebagai berikut:

a. Bagi sekolah, dapat menggunakan model ini sebagai bahan acuan dalam mengembangkan pola penyajian hasil belajar dan tindak lanjutnya dengan meng-gunakan teknologi informasi dan komunikasi.

b. Bagi guru, model ini dapat (1) memotivasi guru untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam meningkatkan kompetensi dan mengembangkan kompetensi profesionalnya; (2) mempermudah guru dalam memberikan pelaporan hasil belajar siswa kepada orang tua; (3) memotivasi guru untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam merencanakan tindak lanjut dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik sehingga dapat di-manfaatkan secara mandiri oleh peserta didik dan orang tua.

(11)

anak yang membutuhkan dalam kegiatan tindak lanjut; (3) mempermudah orang tua mengetahui perkembangan hasil belajar anaknya dimanapun dan kapanpun; (4) memotivasi orang tua untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran anaknya.

d. Bagi siswa dapat memotivasi dan membantu belajar mandiri dimanapun dan kapanpun serta dapat berusaha meningkatkan hasil belajarnya.

1.5

Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebuah model penyajian hasil belajar dan tindak lanjutnya dalam bentuk web dan kelas online untuk membantu siswa belajar mandiri. Model penyajian hasil belajar berbasis web dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip rancangan model pengembangan Borg & Gall (2007: 774) yang disederhanakan dalam tiga tahap yaitu tahap studi pendahuluan, tahap desain dan pengembangan, tahap validasi serta uji coba model. Untuk pembelajaran online yang disediakan sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil belajar dikembangkan dengan konsep pengembangan ASSURE yang dilakukan dengan 6 tahapan yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select method,

(12)

Gambaran model penyajian yang dikembangkan akan memberi gambaran tentang; (1) Hasil belajar apa saja yang akan dilaporkan; (2) Pola penyajian hasil belajar dalam bentuk digital (diagram lingkaran dengan status warna) yang menunjukkan tentang status ketuntasan masing-masing siswa dan deskripsi hasilnya; (3) Pola penyajian tindak lanjut yang terintegrasi dengan pola penyajian hasil belajar dalam bentuk pembelajaran online yang memberikan gambaran tentang prosedur belajar mandiri yang harus dilakukan, materi yang harus dipelajari, aktivitas serta tagihan yang harus dipenuhi; (4) Panduan cara belajar bagi siswa dan orang tua sehingga dapat terjadi proses belajar mandiri oleh siswa maupun pendampingan orang tua

1.6.

Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Berikut penjelasan asumsi pengembangan model dan batasan pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini:

1) Asumsi pengembangan

Pengembangan model penyajian ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut:

(13)
(14)

2) Keterbatasan pengembangan

Keterbatasan pengembangan model penyajian hasil belajar dan tindak lanjut ini adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan model penyajian hasil belajar ini terbatas hanya pada 2 mata pelajaran saja yaitu Matematika dan IPA.

b. Hasil pengembangan ini hanya bisa diterapkan pada guru, peserta didik, dan orang tua yang sudah mempunyai keterampilan dalam mengoperasikan smartphone, komputer dan menggunakan internet, sehingga bagi mereka yang belum memiliki keterampilan tersebut harus terlebih dahulu belajar menggunakan smartphone, komputer dan internet. c. Sekolah yang bisa menerapkan model ini harus

mempunyai fasilitas internet dan ICT yang memadai karena model hanya bisa diterapkan dengan akses internet.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Ditinjau dari beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan bahan pangan lokal untuk suplementasi, yaitu mempunyai nilai gizi yang dipersyaratkan; aman di konsumsi;

• Presiden Donald Trump semakin bersemangat melakukan kesepakatan dengan China untuk meningkatkan pasar keuangan yang telah merosot di tengah kekhawatiran perang perdagangan,

Perkara-perkara yang sering menjadi isu pertikaian yang sering berbangkit dari hak h a da nah dan perwalian dapat dikategorikan kepada beberapa aspek; iaitu membabitkan sikap

Kajian lain juga mendapati kanak-kanak mangsa penderaan seksual mempunyai sensitiviti interpersonal yang tinggi, yang ditandai oleh ciri-ciri seperti merasa tidak

• Penguatan Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan selama dua hari berturut - turut disinyalir terjadi karena adanya ekspektasi bahwa suku bunga acuan FED tidak akan naik dalam

Salah satu penyedia layanan KIA adalah Bidan Praktik Mandiri (BPM) tetapi PPIA belum dilaksanakan di Bidan Praktik Mandiri karena belum adanya protap yang mengatur pelaksanaan

Dapat dilihat bahwa, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan melakukan pembelajaran menggunakan metode Snowball Throwing pada kelas XI IPA SMA

Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 08/D/HK/2017 Tentang Ujian Sekolah Berstandar Nasional Pada Pendidikan Dasar