KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen
Griffin (1990: 42) mendifinisikan manajemen adalah suatu proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin, dan pengendalian organisa- manusia, keuangan, fisik, dan informasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efesien dan efektif.
Asmani (2009: 70) bahwa manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu menurut Luther Guklick, karena manajemen dipandang secara sistemik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dipandang sebagai dan bagaimana orang bekerja sama. Dipandang sebagai kiat, menurut Follet bahwa untuk mencapai sasaran dengan cara mengatur orang lain dalam menjalankannya. Dipandang sebagai profesi karena dilandasi keahlian khusus untuk mencapai prestasi.
dalam bidang manajemen. Selanjutnya dijelaskan juga
tentang lima fungsi manajemen yaitu:
Merencanakan, mengorganisasikan, memerintah, mengkoordinasi, mengendalikan. Stoner membagi fungsi menejemen menjadi empat (1) merenca- canakan; (2 )mengorganisasikan; (3) memimpin; (4) mengendalikan.
2.1.2 Manajemen Pendidikan
Menurut Mulyasa (2007: 7), manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi. Di bawah ini penulis kutip pendapat Asmani (2009: 7) tentang hakekat manajemen pendidikan.
idikan menyangkut tujuan pendidikan, manusia yang melakukan kerjasama, proses sistemik dan sistematis, serta sumber-sumber yang didayagunakan. Manajemen pendidikan merupakan suatu cabang ilmu manajemen yang mempelajari penataan sumber daya manusia, kurikulum, fasilitas, sumber belajar, dan dana, serta
hubungan dengan stakeholder dll. Berdasar teori tentang
manajemen tersebut sangat tepat untuk diterapkan di
tingkat sekolah. Mulai dari perencanaan sampai
pelaporan dalam kegiatan pembelajaran berjalan sesuai
tujuan yang diharapkan.
Dari ketiga pendapat di atas tampak saling
melengkapi sehingga pengertian manajemen pendidikan
menjadi jelas. Dalam kaitannya proses visi menjadi aksi
diperlukan suatu tindakan tertentu dalam pendidikan
melalui proses manajemen. Misalnya manajemen
kemitraan dengan masyarakat merupakan salah satu
bidang garapan dari manajemen pendidikan, yang
menjadi topik dalam penelitian ini. Sebagai salah satu
unsur penting tentunya dibutuhkan cara yang tepat agar
misi dapat benar- benar terlaksana menjadi sebuah aksi.
Untuk itu sangat penting proses manajemen mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, sampai pada
perencanaan, pengorganisasian, sampai pada
pengontrolan.
2.1.3 Partisipasi Masyarakat 2.1.3.1 Pengertian Partisipasi
201-202), partisipasi berarti bahwa pembuat keputusan
menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat
dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang,
ketrampilan, bahan, dan jasa. Juga berarti bahwa
kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji
pilihan, keputusan, dan memecahkan masalahnya.
H.A.R Tilaar (2009: 287) mengungkapkan
partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk
mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi
dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan
dari bawah
(buttom-up) dengan mengikutsertakanmasyarakat dalam perencanaan pembangunan.
Dengan pengertian diatas, bahwa partisipasi meliputi pengertian yang luas. Secara singkat bisa dikatakan wujud peran serta masayarakat dalam pembangunan baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan dalam situasi masyarakat yang demokratis. pelaksanaan dalam situasi masyarakat yang demokratis.
2.1.3.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan
sekolah maupun masyarakat. Fachrudi (2010: 27)
menjelaskan teknik menggalang partisipasi sekolah
dengan orang tua yaitu :
1. Laporan kepada orang tua.
Teknik ini maksudnya adalah pihak sekolah
memberikan laporan pada orang tua murid tentang
memberikan laporan pada orang tua murid tentang
kemajuan-kemajuan, prestasi dan kelemahan anak didik
padaorangtuanya. Dengan teknik ini orangtua akan
memperoleh penilaian terhadap hasil pekerjaan anaknya,
juga terhadap pekerjaan guru-guru di sekolah.
2 Majalah sekolah.
Majalah sekolah ini diusahakan oleh orang tua dan
guru di sekolah yang diterbitksan setiap bulan sekali.
Majalah ini dipimpin oleh, orang tua dan murid-murid
bahkan alumni termasuk pula dewan redaksi. Isi majalah
ini menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan sekolah,
karangan guru-guru, orangtua, murid-murid, pengumu-
karangan guru-guru, orangtua, murid-murid, pengumu-
man-pengumuman dan sebgainya.
3 Surat kabar sekolah.
Kalau sekolah itu mampu dapat menerbitka surat
kabar sekolah, maka ini berarti bahwa sekolah dapat
memberikan informasi yang lebih luas kepada orang tua
atau masyarakat daerah sekitarnya.
4 Pameran sekolah.
Suatu tehnik yang efektif untuk memberi informasi
tentang hasil kegiatan dan keadaan sekolah pada
masyarakat, ialah penyelenggaraan pameran sekolah. Ada
bermacam-macam cara untuk mengadakan pameran
bermacam-macam cara untuk mengadakan pameran
sekolah itu. Sekolah mengadakan pameran dengan
di luar sekolah atau di sekolah. Pameran sekolah akan
menjadi lebih efektif lagi, kalau kegiatan-kegiatan itu
disiarkan melalui siaran-siaran pers dan radio di tempat
itu sehingga dapat menarik banyak orang dalam
masyarakat.
5
Open houseadalah tehnik untuk mempersilahkan masyarakat yang berminat untuk meninjau sekolah serta mengobservasi kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil pekerjaan murid di sekolah, yang diadakan pada waktu-waktu tertentu, misalnya sekali setahun pada penutupan tahun pengajaran. Ada tiga langkah dalam pelaksanaan
auditorium sekolah untuk diberi penjelasan tentang open
house itu. Pengunjung diantar ke tempat-tempat yang
telah disediakan akan hal-hal yang perlu dilihat. Pengunjung diajak kembali ke kelas atau auditorium Pengunjung diajak kembali ke kelas atau auditorium untuk berdiskusi dan menilai open house.
Kunjungan ke sekolah oleh orang tua murid yang dilakukan pada saat pelajaran di berikan. Kepada orang tua itu diberi kesempatan untuk melihat anak-anak mereka yang belajar di dalam kelas, juga untuk melihat kegiatan-kegiatan di laboratorium, perlengkapan-perlengkapan, gambar-gambar dan sebagainya, sehingga mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan di sekolah itu. Setelah selesai melihat-lihat, orang tua diajak berdiskusi dan mengadakan penilaian. 6. Kunjungan ke rumah murid.(home visit)
6. Kunjungan ke rumah murid.(home visit)
dengan orang tua di rumah agar supaya dapat
mengetahui latar belakang hidup anak-anak. Banyak
masalah yang dapat dipecahkan dengan teknik ini antara
lain, masalah kesehatan murid, ketidak hadiran murid,
pekerjaan rumah, masalah kurangnya pengertian orang
tua tentang sekolah dan sebagainya. Walgito (2004: 203),
berpendapat:
endidikan akan berlangsung dengan baik bila ada hubungan baik antara sekolah dengan keluarga. Pendidikan di dalam keluarga haruslah searah dengan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu sekolah pada waktu-waktu tertentu perlu mengadakan pertemuan dengan orang tua murid.
Senada dengan pendapat tersebut di atas Indrajati (2001:4) paradigma baru bahwa pendidikan tidak hanya menjadi masalah individu lembaga pendidikan formal semisal sekolah, tetapi juga berada di mana-mana terutama dalam keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar. Semua aspek dalam keidupan manusia dapat menjadi sarana dan media pembelajaran yang dapat dilakukan sepanjang hayat.
2.1.3.3 Peranan Orang Tua bagi Sekolah
Berkaitan dengan peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan Mulyasa (2003: 92) bahwa partisipasi warga sekolah dengan masyarakat merupakan bagian kehidupan. Hal ini dilandasi oleh self determinant
theory, yang meyakini bahwa makin besar rasa memiliki
penyelenggaraan pendidikan di sekolah menurut
pendapat (Mulyasa, 2003: 90; Surharyati, 2008: 25) dapat
diukur dengan beberapa indikator sebagai berikut:
1. Kontribusi/dedikasi stakeholder meningkat dalam hal sumbangan pemikiran, ketrampilan, fnansial, moral danmaterial barang. 2. Meningkanya kepercayaan stakeholder kepada 2. Meningkanya kepercayaan stakeholder kepada sekolah terutama menyangkut kewibawaan dan kebersihan 3. Meningkatnya tanggung jawab stakeholder terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah 4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk meningkatkan mutu pendidikan. 5. Meningkatnya kepedulian stake holder terhadap setiap langkah yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan mutu .6.Keputusan yang dibuat sekolah benar-benar mengekpresiakan apresiasi dan pendapat stake holder dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan
Menurut hasil penelitian Prihastuti (2009) tentang
peranan orang tua di rumah terhadap sekolah sebagai
berikut:
Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan dan kemajuan sekolah. Peran orang tua dalam membentuk lingkungan belajar yang kondusif di rumah antara lain: a. Menciptakan budaya belajar di rumah antara lain: a. Menciptakan budaya belajar di rumah. b. Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan pembelajaran di sekolah. c. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler. d. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan belajar. e. Menciptakan situasi yang demokratis di rumah agar tukar pendapat dan pikiran sebagai saranbelajar dan membelajarkan. f. Memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh sekolah, dalam mengembangkan potensi anaknya. g. Menyediakan sarana belajar yang memadai, sesuai dengan sarana belajar yang memadai, sesuai dengan kemampuan orangtua dan kebutuhan sekolah.
dilakukan di sekolah akan berpengaruh pada anak ketika
berada di rumah.
2.1.4 Kunjungan Rumah (Home Visit) 2.1.4.1 Pengertian Home Visit
Dalam rangka pencapaian pengembangan diri peserta didik secara optimal, tidak terlepas adanya kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antara keluarga siswa dengan sekolah, lebih lanjut bermanfaat dalam mengontrol siswa. Bentuk kegiatan nyata seperti yang penulis sudah sampaikan diantaranya dengan mengadakan home visit. Kunjungan rumah merupakan salah satu program sekolah yang memiliki pengaruh besar dalam melancarkan program-program sekolah.
Sukardi (2008: 235) menyatakan kunjungan rumah atau home visit adalah metode yang bertujuan mengetahui keadaan siswa di rumah untuk memperoleh berbagai keterangan atau data yang diperoleh dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa yang berguna dalam pembahasan dan pemecahan masalah.
Rahardjo & Gudnanto (2011: 224) menjelaskan bahwa home visit atau kunjungan rumah adalah metode untuk memahami individu dengan cara konselor mengadakan kunjungan ke rumah orang tua siswa dengan tujuan untuk mengenal dan memahami keadaan siswa di rumah.
2.1.4.2 Prosedur Home Visit
Prayitno (2012: 365) menjelaskan prosedur dalam kegiatan kunjungan rumah, yaitu:
1. Perencanaan 1. Perencanaan a. Menetapkan kasus
b.Meyakinkan klien tentang pentingya kunjungan rumah c. Menyiapkan data atau informasi pokok yang perlu diko- munikasikan kepada keluarga/orang tua
d. Perencanaan direkam dalam bentuk satuan kegiatan pendukung
2.Pengorganisasian unsur-unsur dan sarana kegiatan a.Menetapkan materi kunjungan rumah (data yang perlu
diungkapkan dan peranan masing- masing anggota ke- luarga yang akan ditemui).
b. Menyiapkan kelengkapan administrasi. b. Menyiapkan kelengkapan administrasi.
Mengkomunikasikan (rencana) kegiatan kunjungan ru-
mah kepada pihak-pihak terkait yaitu:
a.
Bertemu orang tua atau wali dan anggota keluarga lainb. Membahas permasalahan klien.
c. Melengkapi data.
d. Mengembangkan komitmen orang tua/wali dan anggo-
ta keluarga lain 4. Penilaian
a. Mengevaluasi proses pelaksanaan kunjungan rumah
b. Mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan hasil
kunjungan rumah, serta komitmen orang tua/wali/ anggota keluarga lain.
c. Mengevaluasi penggunaan data hasil kunjungan rumah
dalam pengentasan masalah klien.
d. Analisis terhadap efektifitas penggunaan hasil kunjung
rumah terhadap penanganan kasus, khususnya pengentasan masalah siswa.
pengentasan masalah siswa. 5. Tindak lanjut dan laporan
a. Mempertimbangkan apakah diperlukan kunjungan ru-
mah ulang atau lanjutan.
b. Mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan me-
menggunakan data hasil kunjungan rumah yang lebih atau akurat.
c. Menyusun laporan kegiatan kunjungan rumah.
d. Menyampaikan laporan kepada pihak terkait.
e. Mendokumentasikan laporan.
2.1.4.3 Maksud dan Tujuan Home Visit
2.1.4.3 Maksud dan Tujuan Home Visit
sekolah setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan utama,
yaitu:
1. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang tersangkut paut dengan keadaan rumah/orang tua 2. Menyampaikan permasalahan orang tua kepada anaknya 3. Membangun komitmen orang tua kepada anaknya.
komitmen orang tua kepada anaknya.
Sama halnya dengan metode yang lain, kunjungan rumah juga memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain:
Kelebihan
1. Memperoleh data khusus yang tidak diperoleh de- ngan metode yang lain
2. Memperoleh komitmen orang tua terhadap pendidikan anaknya, sehingga paradikma pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah (sekolah), keluarga, dan masyarakat bukan hanya sekedar slogan tetapi dapat terealisasi.
3. Penanganan masalah yang dihadapi oleh siswa secara komprehensif sesuai dengan kewenangan masing- ma-
sing
4. Meningkatkan kerjasama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan pemahaman akan pentingnya sekolah sebagai sumber kebudayaan
Kekurangan
1. Kunjungan rumah memerlukan waktu, biaya dan tenaga ekstra dari konselor
3.
untuk menyambut kunjungan rumah konselor
(Raharjo & Susilo, 2011)
Maksud dan tujuan sekolah dalam menjalin hubungan baik dengan orang tua siswa adalah untuk menanamkan pengertian yang baik pada orang tua menanamkan pengertian yang baik pada orang tua peserta didik sehingga dapat diwujudkan dalam kegiatan nyata. Bentuknya diataranya dengan mengadakan kunjungan rumah( home visit ). Home visit salah satu program sekolah yang mempunyai pengaruh besar dalam melancarkan program-program sekolah. Home visit ini pada dasarnya merupakan salah satu dari beberapa metode yang digunakan sekolah untuk menjalin dan mengakrabkan hubungan antara sekolah/madrasah dengan orangtua peserta didik. Beberapa metode untuk melibatkan dan mengakrabkan orang tua menurut (Mustofa: 2008: 3), diantaranya:
(1) Acara pertemuan guru dan orangtua. (2) Komunikasi tertulis anatara guru dan orang tua (3) Meminta orang memeriksa dan menandatangani Pekerjaan Rumah putra/putrinya (4) Mendukung tumbuhnya forum orang tua murid yang. (5) Kegiatan rumah yang melibatkan orang tua dengan anak dikombinasikan dengan kunjungan guru ke rumah. (6) Terus membuka hubungan komunikasi melalui sarana (telepon, sms, e-mail, portal interaktif dll.) (7) Dorongan agar orang tua aktif berkomunikasi dengan anak.
dilakukan untuk seluruh siswa, hanya untuk siswa
yang permasalahannya menyangkut dengan kadar yang
cukup kuat peranan rumah atau orang tua sajalah yang
memerlukan kunjungan rumah.
Menurut Winkel (2004: 27), bahwa kunjungan
rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa
rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa
sehari-hari bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat
diperoleh melalui angket atau wawancara informasi.
Dengan demikian kunjungan rumah/home visit adalah
kegiatan pendukung dari program layanan pembelajaran
yang dilaksanakan dengan jalan mengunjungi
rumah/tempat tinggal siswa untuk mencari atau
mengumpulkan data dari orang-orang terdekat siswa
dalam rangka mengentaskan permasalahan siswa.
dengan Konselor (guru BK) adalah anak yang nakal. Oleh
sebab itulah perlu diadakannya kunjungan rumah. Pada
beberapa tahun yang lalu, orang banyak yang merasa
malu dengan kehadiran pihak sekolah ke rumah siswa.
Namun sekarang, banyak orang tua yang berterima kasih
dengan kedatangan pihak sekolah terutama Konselor
karena orang tua merasa mendapatkan banyak informasi
yang tidak diketahui sebelumnya. Guru/Konselor juga
menjelaskan kepada orang tua bahwa tujuan kegiatan ini
adalah untuk mengentaskan permasalahan
putra-putrinya. Seingga bisa terjalin komunikasi yang baik
antara sekolah dengan masyarakat atau orang tua murid,
dengan tujuan utama pencapaian tujuan pembelajaran
yang maksimal.
Kegiatan home visit akan memunculkan kerja sama antara pihak sekolah dan orangtua peserta didik dalam proses pendidikan. Adanya kerjasama antara sekolah dengan orangtua peserta didik ini sesuai dengan teori belajar
Behaviorisme yang memandang bahwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu, (Sudrajat; 2008:1). Bandura memandang bahwa perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, mengindikasikan bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan
Selain itu,
home visit juga dapat dijadikan fasilitator untuk menjalin kerjasama yang baik, dalam berbagai hal. Kerjasama itu dapat berupa pemanfaatan kemampuan orangtua peserta didik, agar bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di sekolah. Pemanfaatan tersebut di sesuaikan dengan kemampuan orangtua peserta didik masing-masing. Sebagaimana hasil catatan penelitian (Mustofa 2008: 3), bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut:1) Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri
2) Meningkatkan capaian prestasi akademik 3) Meningkatkan hubungan orang tua-anak
4) Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah 5) Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah.
baik terhadap proses pembelajaran di sekolah.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat hubungan dengan orang tua melalui kunjungan rumah sudah semakin berkurang. Hubungan dengan orang tua/masyarakat cukup memakai sarana komunikasi modern seperti hp, gaget, email. Hal itu menurut penulis ada nilai positif dan negative. Positif bila ditinjau dari efesiensi, kecepatan, dan untuk sekolah yang
Dari beberapa difinisi tentang home visit di atas
dapat penulis analisa lebih detail, Menurut Prayitno
bahwa dalam kegiatan
home visit terdapat unsur-unsur upaya, tujuan, deteksi permasalahan anak, dilakukan oleh pihak sekolah khususnya konseling.Menurut Sukardi dalam home visit terdapat unsur-unsur tentang metode, keadaan siswa, mendapatkan data, pemahaman tentang lingkungan, dan pemecahan masalah. Sedangkan menurut Raharjo dan Gudnanto dalam home visit terdapat unsur-unsur sebuah metode, konselor, tujuan, dan mengenal/memahami masalah siswa.
berimbas pada pelayanan kepada siswa maupun
program-program sekolah secara umum.
2.1.5 Penelitian yang relevan
Susan Graham-Clay dalam The School Journal
(2003) dengan penelitiannya yang berjudul
Disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif adalah penting untuk membuat kuatnya kemitraan antara sekolah rumah. Dan meningkatkan keterlibatan orang tua. Selain sebagai guru yang mahir dalam mengajar, mereka juga memerlukan pengetahuan dan ketrampilan untuk berkomunikasi secara efektif dengan komunitas orang tua. Sebab sekarang banyak tersedia sarana komunikasi antara sekolah dengan rumah siswa. Misalnya dengan memanfaatkan buklet, konferensi, maupun pengunaan teknologi internet. Yang terpenting guru mendokumentasikan kontek pertukaran yang guru mendokumentasikan kontek pertukaran yang sedang berlangsung,bukan tentang persoalan pribadi.
Menurut James A Mayer and Mary Beth dalam
Early childhood journal Vol.34, No 1 August 2006 yang
berjudul
kunjungan rumah oleh guru diharapkan memulihkan
kembali hubungan tersebut.
Denok Setiowati S.Pd, M.Pd., Kons dan Drs. Moh. Nursalim,M.Pd adalah guru BK dan Guru SMA N Pelaksanaan
Kunjungan Rumah (Home Visit
menurut hasil penelitiannya yang dimuat di Jurnal BK UNESA, Volume 1 Edisi 2, 85-89, menyimpulkan bahwa pelaksanaan kunjungan rumah ke SMA-SMA se-Jombang berhasil karena menerapkan manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi , dan tindak lanjut. Peneliti juga telah memiliki ketrampilan yang baik dalam menyampaikan maksud dan tujuan , serta penggalian informasi mengenai siswa, diperolah data yang bisa dipergunakan dalam memberi bantuan bagi keberhasilan belajarnya.
Menurut Nurul Yaqien yang dimuat dalam jurnal UIN Menurut Nurul Yaqien yang dimuat dalam jurnal UIN Vol. I, No. 1; 07-2008, berjudul Esensialitas home visit dalam pendidikan dikatakan Home visit tidak hanya sebatas menangani persoalan kesulitan atau keberhasilan belajar peserta didik semata, akan tetapi juga berfungsi sebagai penawaran program-program sekolah yang membutuhkan partisipasi atau keterlibatan orangtua peserta didik dan masyarakat untuk kelancaran pelaksanaan program sekolah/madrasah. Dengan kata lain adanya manfaat ganda apabila penerapan strategi home visit tersebut dilaksanakan dilaksanakan secara sungguh-sungguh di sekolah.
Syarif Hidayat dalam Jurnal STIMA IMMI Jakarta
berjudul: Pengaruh Kerjasama Orang Tua dan Guru
Terhadap Disiplin Peserta Didik di Sekolah Menengah
Pertama Negeri Kecamatan Jagakarsa - Jakarta selatan.
Menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara
kerjasama orang tua dengan guru terhadap disiplin
peserta didik. Dalam penelitian tersebut peneliti
mengkhususkan kaitannya dengan disiplin siswa.
Berdasarkan lima contoh hasil penelitian tersebut
dapat penulis simpulkan bahwa terdapat persamaan dan
perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
yang akan dilaksanakan di SDN kedawung. Persamaanya
pembahasan tentang strategi home visit yang ditujukan
untuk mendukung kegiatan lembaga pendidikan. Sedang
perbedaannya untuk penelitian di SD N Kedawung lebih
terperinci (
spesifik) tentang strategi pelaksanaannya dengan home visit berkaitan dengan partisipasi orang tua dengan home visit berkaitan dengan partisipasi orang tua siswa terhadap sekolah. Tetapi untuk keempat penelitian ditujukan untuk pendidikan secara umum. Hanya penelitian Syarif Hidayat berkaitan secara spesifik dengan kedisiplinan.2.1.6 Kerangka Berpikir
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang
terjadi.
Sedangkan Strategi home visit adalah teknik/siasat
yang dipilih dalam menghadapi dan menjawab persoalan
mendesak di SD Negeri Kedawung, Sesuai dengan situasi
dan kondisi nyata di lapangan. Diharapkan dengan
dan kondisi nyata di lapangan. Diharapkan dengan
pelaksanaan home visit mampu memberi
dukungan/partisipasi orang tua terhadap seluruh
program yang dilaksanakan di SD Negeri Kedawung.
Strategi ini merupankan mesin pemrosesan yang
akhirnya mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Adapun alur berpikir dalam penelitian ini dimulai
dari tumbuhnya kesadaran pengelola sekolah guru,
kepala sekolah, dan tenaga kependidikan tentang Visi dan
Misi sekolah yang di dalamnya tercantum tentang
Misi sekolah yang di dalamnya tercantum tentang
menjalin hubungan yang harmonis dengan stake holder.
Tetapi dalam kenyataannya terdapat hambatan tentang
rendahnya partisipasi orang tua. Maka untuk mengatasi
kebuntuan/hambatan tersebut diambil langkah yaitu
pelaksanaan
home visit, dengan maksud agar terjalinorang tua untuk peduli terhadap program sekolah demi
keberhasilan putra-putrinya .
Untuk memperjelas diskripsi di atas makan penulis
menjelaskan dengan bantuan gambar bagan di bawah ini:
MASUKAN PROSES KELUARAN
MASUKAN PROSES KELUARAN
1.VISI & MISI 2.Terdapat Hambatan: . Rendahnya Tingkat par- tisipasi orang tua terha- dap program sekolah
3.Tumbuhnya Kesadaran pengelola sekolah un- 2 Tumbuh komitmen Orang tua lebih pe- duli terhadap pu- tra- putrinya 3. Visi Misi sekolah dan tujuan sekolah tercapai
Gambar 1
Bagan Kerangka Pikir Penelitian
2.1.7 Hipotesis Tindakan