• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture dan Think Pair Share (TPS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture dan Think Pair Share (TPS)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam

Kardi dan Nur dalam Trianto (2010: 136) mengemukakan bahwa IPA

mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam

perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang

tidak dapat diamati dengan indera.

Menurut H. W. Fowler dalam Trianto (2010: 136), IPA adalah

pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan

gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Adapun

Wahyana dalam Trianto (2010: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu

kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya

secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya

ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap

ilmiah.

Trianto (2010: 136) menjelaskan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori

yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen

serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

suatu kumpulan pengetahuan yang mempelajari alam semesta beserta isinya, dan

berkembang melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah.

2.1.2 Pentingnya IPA Diajarkan di SD

Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah

dasar. Menurut Samatowa (2011: 4) ada berbagai alasan yang menyebabkan satu

mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu

(2)

a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan

panjang lebar. Kesejahteraan materil bangsa banyak sekali tergantung pada

kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar

teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan.

Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. Orang tidak menjadi

insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang

cukup luas megenai berbagai gejala alam.

b) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu

mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu

masalah demikian ”Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?”. Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.

c) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan sendiri yang dilakukan

sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang

bersifat hafalan belaka.

d) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai

potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar

artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu

rasionla dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, dapat diterima oleh

akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataan atau

sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.

2.1.3 Pembelajaran IPA di SD

Menurut Sanjaya (2006: 101) pembelajaran adalah proses penambahan

informasi dan kemampuan/kompetensi baru. Ketika seorang guru berpikir

informasi dan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu

juga berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai

(3)

Pembelajaran menurut Hamalik (2011: 50) adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran menurut Komalasari (2011: 3) adalah suatu sistem atau

proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,

dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dari beberapa pengertian pembelajaran meurut para ahli di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses penambahan informasi

dan kemampuan baru pada seseorang sebagai sebuah strategi yang direncanakan

atau didesain dan digunakan oleh guru untuk menyusun sebuah kombinasi

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan

efisien.

Pembelajaran IPA dalam BNSP (2006: 161) menekankan pada pemberian

pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA

sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (scientific inquiry) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Dapat pula dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses

ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai

produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep,

prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto 2010: 141).

Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses

ilmiah berupa konsep, prinsip, dan teori yang menekankan pada pemberian

(4)

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah untuk mengembangkan

potensi siswa.

Menurut BNSP (2006: 162) tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadan, keinahan, dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Menurut BNSP (2006: 162) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI

meliputi aspek-aspek berikut.

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, dan

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

(5)

Berdasarkan penjabaran di atas maka Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) yang tercantum dalam silabus yang akan

digunakan dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan.

10.1 Mendeskripsikan berbagai

penyebab perubahan lingkungan

fisik (angin, hujan, cahaya

matahari, gelombang laut, gempa

bumi, dan gunung meletus).

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan

(erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi,

abrasi, banjir, dan longsor).

2.2 Model Pembelajaran

Menurut Suprijono (2009: 45-46) model pembelajaran merupakan

landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan

teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi

kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model

pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan

kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.

Menurut Arends dalam Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan

digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

(6)

Pengertian di atas sesuai dengan pemikiran Joyce dalam Trianto (2010: 51) bahwa “Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud kutipan di atas adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan

pembelajaran.

Menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2011: 133) berpendapat bahwa

model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pelajaran dan membimbing pelajaran di kelas atau yang lain.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas dan mengarahkan guru untuk penyusunan

kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk untuk membantu peserta

didik mencapai tujuan pembelajaran.

2.2.1 Model Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Suprijono (2009: 43) bahwa model pembelajaran Picture and

Picture adalah salah satu model pembelajaran aktif yang menggunakan gambar

dan dipasangkan atau diurutkan menjadi sistematis, seperti menyusun gambar

secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan pada gambar, dan

menjelaskan gambar.

Menurut Ahmadi (2011: 58) Picture and Picture adalah suatu model

belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan

logis. Picture and Picture ini berbeda dengan media gambar, dimana Picture and

Picture berupa gambar yang belum disusun secara berurutan dan yang

menggunakan adalah siswa, sedangkan media gambar berupa gambar utuh yang

digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan adanya penyusunan

gambar, guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep

materi dan melatih berfikir logis dan sistematis.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

(7)

menggunakan gambar sebagai media pembelajarannya dengan cara siswa

memasangkan atau mengurutkan gambar menjadi sistematis, seperti menyusun

gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan pada

gambar, dan menjelaskan gambar.

Model pembelajaran Picture and Picture termasuk model pembelajaran

yang modern karena model pembelajaran ini dipopulerkan sekitar tahun 2002 dan

memiliki ciri-ciri model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan

menyenangkan. Dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda pada

setiap kali proses belajar mengajar maka pembelajaran di kelas menjadi

menyenangkan. Sehingga tidak hanya guru yang aktif di depan kelas, tetapi

dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture siswa juga ikut

berpartisipasi di dalam kelas.

2.2.1.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture Adapun langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture

menurut Istarani (2011: 7) adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin

dicapai.

2. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.

3. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan

dengan materi).

4. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau

memasangkan gambar-gambar yang ada.

5. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan

urutan gambar.

6. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan

konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

(8)

Sedangkan menurut Hamdani (2010) menyebutkan langkah-langkah model

pembelajaran Picture and Picture sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Pada langkah ini guru diharapkan mampu menyampaikan apa yang

menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan

demikian siswa mampu mengukur sampai sejauh mana materi yang harus

dikuasai. Selain itu guru juga menyampaikan indikator-indikator

ketercapaian kompetensi dasar, sehinggasampai dimana KKM yang telah

ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar

Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai drai sini.

Karena guru dapat memberikan motivasi dan teknik yang baik dalam

pemberian materi sehingga akan menarik minat siswa untuk belajar lebih

jauh tentang materi yang dipelajari.

3. Guru menunjuk atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan

dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat

aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang

ditunjukkan. Dengan gambar tersebut siswa akan lebih mudah memahami

materi yang diajarkan.

4. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang

atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

Dalam langkah ini guru harus melakukan inovasi, karena

penunjukan secara langsung kurang efektif dan siswa merasa hal itu adalah

hukuman. Salah satu caranya yaitu dengan undian, sehingga siswa merasa

memang harus menjalankan tugas yang sudah diberikan. Gambar-gambar

yang sudah ada diminta oleh siswa untuk mengurutkan.

5. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

Setelah itu ajaklah siswa menentukan tuntutan kompetensi dasar

dengan indikator yang akan dicapai. Usahakan agar proses diskusi berjalan

(9)

situasi yang terjadi sebagai moderator utamanya dengan memberikan

sedikit penjelasan.

6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep

atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam prosesdiskusi dan pembacaan gambar ini, guru harus

memberikan penekanan-penekanan dalam hal dicapainya dengan meminta

siswa lain untuk mengulangi menuliskan atau bentuk lain, dengan tujuan

siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian

kompetensi dan indikator yang telah ditetapkan.

7. Kesimpulan dan rangkuman

Kesimpulan dan rangkuman bersama dengan siswa. Guru

membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman.

Dari beberapa pendapat di atas, maka secara keseluruhan dapat

disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture sebagai

berikut :

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Guru memberikan materi pengantar sebelum kegiatan pembelajaran

dimulai.

3) Guru menunjukan gambar-gambar berkaitan dengan materi yang akan

diajarkan kepada siswa.

4) Siswa bergiliran mengambil undian untuk mengurutkan gambar di depan

kelas.

5) Guru mengajukan pertanyaan mengenai alasan siswa mengurutkan

gambar.

6) Setelah mengetahui alasan siswa, guru menanamkan konsep/materi yang

akan diajarkan kepada siswa.

7) Siswa dibantu oleh guru bersama-sama membuat kesimpulan mengenai

(10)

2.2.1.2 Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Istarani dalam Aprudin (2012) kelebihan model

pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut :

1) Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran

guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara

singkat terlebih dahulu.

2) Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru

menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

3) Dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa

diminta oleh guru untuk menganalisis gambar yang ada.

4) Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru

menanyakan siswa alasan siswa mengurutkan gambar.

5) Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamanti

langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

2.2.1.3 Kelemahan Model Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Istarani dalam Aprudin (2012) kelemahan model

pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut :

1) Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta

sesuai dengan materi pelajaran.

2) Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar

atau kompetensi siswa yang dimiliki.

3) Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan

gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi

pelajaran.

4) Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau

(11)

2.2.2 Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman

dan kawan-kawan dari Universitas Maryland tahun 1985 (dalam Salvin). Menurut

Lie (2002: 56), Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa

kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Think Pair

Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak

untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Ibrahim, 2007:

10).

Model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran

yang sederhana namun sangat bermanfaat. Ketika guru menyampaikan materi di

depan kelas, siswa duduk berpasangan dengan tim/temannya masing-masing.

Guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa. Lalu siswa diminta untuk

memikirkan (thinking) sebuah jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh

guru, setelah itu siswa bersama pasangannya (pairing) mendiskusikan jawaban

yang menurutnya dianggap benar dan sesuai, setelah menemukan jawaban yang

sudah didiskusikan dengan pasangannya lalu siswa berbagi (sharing) jawaban

yang telah mereka sepakati di depan kelas.

(12)

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Tahap I

Pendahuluan

a. Guru menjelaskan aturan main pada pembelajaran

yang akan dilakukan, memberikan motivasi supaya

siswa semangat untuk mengikuti pembelajaran.

b. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai

oleh siswa

Tahap 2 Think

a. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui

video pembelajaran dan gambar-gambar yang

ditunjukkan oleh guru di depan kelas.

b. Guru memberikan pertanyan kepada seluruh siswa.

Tahap 3 Pair

a. Siswa dibagi kelompok oleh guru.

b. Siswa berdiskusi dengan

kelompoknya/pasangannya mengenai pertanyaan

yang diajukan oleh guru.

Tahap 4 Share

a. Satu pasangan siswa/kelompok dipilih dengan

undian untuk membagikan hasil diskusinya di

depan kelas.

Tahap 5

Penghargaan/Reward

a. Siswa yang sudah memprsentasikan jawaban di

depan kelas dinilai oleh teman-temannya.

b. Nilai yang paling tinggi diberi penghargaan oleh

guru.

Adapun penjelasan dari setiap langkah-langkah di atas adalah sebagai

berikut :

a. Tahap pendahuluan

Awal pembelajaran guru memberikan motivasi belajar supaya siswa

semangat dalam mengikuti pembelajaran dan dapat terlibat aktif di

dalam kelas. Lalu guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai

(13)

kompetensi yang harus dicapai, menjelaskan aturan main dan batasan

waktu dalam setiap kegiatan pembelajaran.

b. Tahap think (berpikir)

Proses ini dimulai ketika guru memberikan pertanyaan seputar materi

yang sedang dipelajari oleh siswa, lalu siswa diberikan waktu untuk

memikirkan jawaban yang tepat dengan tim/kelompoknya.

c. Tahap pair (berpasangan)

Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Hal

ini dilakukan supaya siswa dapat berdiskusi dengan timnya dan dapat

mengemukakan pendapatnya. Kemudian siswa mulai mendiskusikan

jawabannya dengan pasangan masing-masing atas

permasalahan/pertanyaan yang diajukan oleh guru secara

bersama-sama.

d. Tahap share (berbagi)

Setelah siswa menemukan jawabannya, siswa dipilih berdasarkan

undian dan mempresentasikan jawaban yang sudah didiskusikan

bersama pasangannnya di depan kelas.

e. Tahap penghargaan

Setelah setiap kelompok/pasangan sudah mempresentasikan

jawabannya, berdasarkan nilai dari kelompok lain maka guru

mengumumkan pemenangnya dan akan diberikan penghargaan.

2.2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Kelebihan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) menurut Hartina

(2008: 12) adalah sebagai berikut:

1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan

saling membantu satu sama lain.

2. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak

langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru,

(14)

3. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam

memecahkan masalah.

4. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya

dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

5. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil

diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

6. Memungkinkan guru untuk lebih memantau siswa dala proses

pembelajaran.

2.2.2.3Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

1. Kelemahan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) menurut

Hartina (2008: 12) adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang

rata-rata kemampuan siswanya rendah dengan waktu yang terbatas,

sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

2. Menurut Lie (2005: 46) kelemahan dari kelompok berpasangan

adalah:

a. banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor,

b. lebih sedikit ide yang muncul, dan

c. tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

3. Menurut Ibrahim (2000: 18) sejumlah siswa akan menjadi bingung,

sebagian kehilangan rasa percya diri, dan dapat saling mengganggu

antar siswa.

2.3 Belajar dan Hasil Belajar 2.3.1 Belajar

Menurut Slameto (2010) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

sesseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.Susilo (2009: 23) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi

(15)

merupakan suatu proses, satu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar

bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami.

Menurut Hamalik (2002: 154) belajar adalah perubahan tingkah laku yang

relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Hilgard dan Bower dalam Purwanto

(2002: 84), mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah

laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang

berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atas dasar

kecenderungannya berupa respon bawaan, kematangan atau keadaan sesaat

seseorang.

Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Winkel, 1999: 53 dalam Purwanto, 2008:

39). Sehingga dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah aktivitas /kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku dan perubahan-perubahan itu dalam aspek

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2.3.2 Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2013: 33) hasil belajar adalah bila seseorang

belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Sedangkan menurut Dimyati (2006: 40), hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindakan mengajar atau belajar. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan,

sikap, dan keterampilan, yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku seseorang akibat dari belajar, dimana hasilnya dapat dilihat

dari perubahan pada ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Meskipun

demikian, dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksudkan lebih fokus pada

hasil belajar mata pelajaran IPA, dimana perubahan yang lebih diharapkan adalah

(16)

2.3.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Merson dalam Tu'u (2004: 78) faktor-faktor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut :

a. Faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar, meliputi :

1) Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh

terhadap kemampuan belajar seseorang. Seorang siswa

dalam keadaan segar jasmaninya akan berpengaruh

terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya

lelah juga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Di samping

itu yang tidak kalah penting adalah kondisi panca indera,

terutama penglihatan dan pendengaran, karena sebagian

besar yang dipelajari manusia adalah membaca, melihat

contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil

eksperimen, mendengarkan keterangan guru. Jadi sangat

jelas bahwa seluruh panca indera mata dan telinga

mempunyai peran penting untuk menentukan hasil belajar

seseorang.

2) Kondisi psikologis

Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja

berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat

psikologis. Beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap

proses dari hasil belajar yaitu :

a) Kecerdasan

Seorang siswa yang cerdas umumnya akan lebih cepat

mampu belajar jika dibandingkan dengan siswa yang

kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang

diperlukan untuk mempelajari materi atau bahan peljarn

sama.

(17)

Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang

yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai

warisan dari orang tua. Bagi seorang siswa, bakat bisa

berbeda dengan siswa lain. Misalnya seorang siswa

yang berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar

berprestasi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya.

c) Minat dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap

sesuatu, sedangkan perhatian adalah melihat atau

mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu.

Minat dan perhatian biasanya berkaitan erat.apabila

seorang siswa menaruh minat pada satu mata pelajaran

tertentu, biasanya cenderung lebih memperhatikannya

dengan baik.

d) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam belajar,

apabila seseorang mempunyai motivasi yang baik dan

kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya

mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan

motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang

baik bagi prestasi belajarnya.

e) Emosi

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar

seorang siswa akan terbentuk suatu kepribadian

tertentu, atau tipe tertentu, mialnya siswa yang

emosional dalam belajar, akan mudah putus asa. Hal ini

mau tidak mau akan mempengaruhi bagaimana siswa

menerima, menghayati pengalaman yang didapatnya

(18)

f) Kemampuan kognitif

Maksud dari kemampuan kognitif adalah kemampuan

berpikir, menalar yang dimiliki oleh siswa. Jadi

kemampuan kognitif berkaitan erat dengan ingatan

berpikir seorang siswa.

b. Faktor luar, yaitu faktor yang berasal dari luar siswa yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Lingkungan alami, yaitu kondisi alami yang dapat berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajar, yang termasuk dalam

lingkungan alami yaitu suhu, cuaca, udara, dan waktu kejadian

yang sedang berlangsung.

2) Lingkungan sosial, dapat berwujud manusia, wujud lain yang

berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar.

Misalnya hubungan murid dengan guru, orang tua dengan

anak, dan lingkungan masyarakat di luar sosial yang baik,

mereka dapat membantu terciptanya prestasi belajar siswa.

2.3.2.2 Mengukur Hasil Belajar

Cara yang tepat untuk mengukur hasil belajar adalah dengan

melakukan evaluasi hasil belajar setelah kegiatan belajar mengajar selesai.

Menurut Hamalik (2008: 159) evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan

pengukuran (pengumpulan dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan

pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai

siswa setelah melakukan kegiatan hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar mengarah kepada prestasi

belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya derajat perubahan

tingkah laku siswa. Tujuan evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut :

a) Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai

(19)

b) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina

kegiatan-kegiatan belajar siswa lanjut, baik keseluruhan kelas maupun

masing-masing individu.

c) Untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya

dan menyarankan kegiata-kegiatan remedial (perbaikan).

d) Untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuan

sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.

e) Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga

guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan

pribadi yang berkualitas.

f) Untuk membimbing siswa memilih sekolah atau jabatan yang sesuai

dengan kecakapan minat dan bakatnya.

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh

beberapa peneliti dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture

untuk memecahkan masalah pembelajaran di sekolah dasar, antara lain :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Silvia Dewi Nugraheni (2013) dalam Penelitian Tindak Kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa Kelas 3

SD Negeri Kutowinangun 07 Kecamatan Tingkir Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.” Penelitian ini adalah penelitian tindak kelas yang dilakukan melalui 2 siklus. Subjek yang digunakan sebagai penelitian

adalah seluruh siswa kelas 3 SD Negeri Kutowinangun 07 Kecamatan

Tingkir Salatiga yang berjumlah 28 siswa. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah lembar observasi kegiatan guru dan siswa, serta lembar

soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif

dan kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan model

pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa

(20)

sebelum diberi tindakan, dari 28 siswa terdapat siswa yang tuntas

sebanyak 46,42% atau 13 siswa dan tidak tuntas sebanyak 53,57% atau 15

siswa dengan rata-rata 73,71. Setelah diberikan tindakan dengan model

pembelajaran Picture and Picture hasil belajar siswa mengalami

peningkatan. Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi

82,14% atau 23 siswa dan yang tidak tuntas adalah 17,85% atau 5 siswa

saja, dengan nilai rata-rata 77,32. Pada siklus 2 ketuntasan klasikal belajar

siswa meningkat mencapai 100% atau 28 siswa tuntas dengan niai

rata-rata 84,64. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas 3 SD Negeri Kutowinangun 07 Kecamatan Tingkir Salatiga.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Daryono (2013) dalam Penelitian Tindak Kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5

Sekolah Dasar Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten

Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014.” Penelitian ini adalah penelitian tindak kelas yang dilakukan melalui 2 siklus. Hasil penelitian

ini menunjukkan hasil belajar IPA meningkat setelah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. Peningkatan dapat

terlihat dari nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu ≥ 70 atau dapat dilihat dari indikator ketuntasan yaitu sebesar ≥ 85%. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kondisi awal yaitu sebesar 67,37, siklus I meningkat menjadi 68,75 dan

siklus II lebih meningkat menjadi 84,37. Jumlah siswa yang sudah tuntas

pun meningkat. Pada kondisi awal ketuntasan hasil belajar IPA hanya

46,87%, pada siklus I naik menjadi 53,13%, dan pada siklus II naik

menjadi 96,87%.

Berdasarkan dari hasil penelitian ini disrankan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe Picture and Picture perlu disosialisasikan kepada guru dan

diterapkan dalam pembelajaran IPA terutama untuk meningkatkan hasil

(21)

pengembangan diri sehingga dapat mengembangkan penelitian dalam

ruang lingkup yang lebih luas.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Citra Dewi (2016) dalam Penelitian Tindak Kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Picture and Picture Berbantuan Gambar Pada Siswa Kelas 5

SD Negeri 02 Simo Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester

2 Tahun Pelajaran 2015/2016.” Penelitian ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart tiap siklus terdiri dari 3 tahap yaitu tahap

perencanaan, tahap tindakan dan tahap observasi, tahap refleksi, dan

menggunakan 2 siklus. Siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan dan

siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. Subjek penelitian siswa kelas V

SD Negeri 02. Variabel terikat yaitu hasil belajar dan variabel bebasyaitu

model Picture and Picture. Analisis data hasil belajar menggunakan data

kuantitatif yaitu mengguakan hasil evaluasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang dapat

diketahui melalui kegiatan evaluasi pada pra siklus sampai dengan siklus

II. Pra siklus dari 25 siswa terdapat 11 siswa yang belum tuntas atau

44,00% sedangkan untuk siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa atau

56,00%. Pada siklus I dari 24 siswa 9 siswa atau 37,00% yang belum

tuntas dan 15 siswa atau 63,00% siswa tuntas. Siklus II dari 25 sisw

terdapat 3 siswa atau 12,00% belum tuntas dan sebanyak 22 siswa atau

88,00% tuntas. Dengan demikian disimpulkan melalui pembelajaran

Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa, pada siswa

kelas V SD Negeri 02 Simo, Kecamatan Kecamatan Kradenan Kabupaten

Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.

Sedangkan penelitian yang didasarkan pada penelitian lain dan dilakukan

oleh beberapa peneliti dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair

Share (TPS) untuk memecahkan masalah pembelajaran di sekolah dasar, antara

(22)

a. Penelitian yang dilakukan oleh Nike Winarni (2013) dalam Penelitian Tindak Kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA (Sains) Melalui Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS)

Pada Siswa Kelas 4 (Empat) Sekolah Dasar Negeri Sraten 01 Kecamatan

Tuntang Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013.” Pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan tindak kelas (PTK), berlangsung 2

siklus yang setiap siklusnya melalui tahap perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi, dan metode tes. Metode analisis data penelitian

menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

model cooperative learning tipe TPS, ternyata dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa kelas 4 SDN Sraten 01 Salatiga. Hal ini dibuktikan

dengan perolehan skor hasil belajar pada siklus I 65%, dan pada siklus II

meningkat lagi menjadi 85%. Nilai rata-rata kelas pda siklus I 68 dan pada

siklus II menigkat menjadi 80. Mengacu pada hasil penelitian ini

disimpulkan bahwa melalui penerapan model cooperative learning tipe

TPS, dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Sraten 01

Salatiga. Dengan hasil ini maka disarankan untuk guru dapat

menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe TPS untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran IPA.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Sandewa Hendra Samudra (2013) dalam Penelitian Tindak Kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS)

Disertai Pemanfaatan Media Audio Visual dalam Pembelajaran IPA Kelas

4 SD Sidorejo Lor 06 Salatiga Tahun Pelajaran 2012.” Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindak kelas. Rancangan penelitian tindakan yang

digunakan adalah model spiral, dari C. Kemmis dan Mc. Taggart melalui 2

siklus masing-masing siklus terdiri dari 3 tahap yakni 1) perencanaan

tindakan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan

(observation), dan 3) refleksi (reflection). Teknik pengumpulan data

(23)

deskriptif komparatif yakni teknik statistik dengan membandingkan skor

antar siklus rata-rata, skor maksimal, skor minimal dan presentase

ketuntasan.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA

siswa kelas 4 SD Sidorejo Lor 06 Salatiga, hal ini nampak pada

peningkatan hasil belajar IPA yakni skor rata-rata pada kondisi pra siklus

sebesar 66,1, siklus I meningkat menjadi 78,8 dan pada siklus II

meningkat menjadi 90,6. Atau terjadi peningkatan skor rata-rata dari pra

siklus ke siklus I sebesar 19,2% pra siklus ke siklus II sebesar 37,1%.

Adapun ketuntasan belajar klasikal pada kondisi pra siklus 40%, siklus I

meningkat menjadi 67% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%.

Sedangkan skor minimal pada kondisi pra siklus sebesar 60, pada siklus I

meningkat menjadi 64 dan pada siklus II meningkat menjadi 76. Atau

terjadi peningkatan skor minimal dari pra siklus ke siklus I sebesar 6,6%

dan pra siklus ke siklus II sebesar 26,6%. Sedangkan skor maksimal pada

kondisi pra siklus 85, siklus I meningkat menjadi 96, dan siklus II menjadi

100 atau terjadi peningkatan skor maksimal dari pra siklus ke siklus I

sebesar 12,9% dan pra siklus ke siklus Iisebesar 17,6%, dengan KKM 70.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk diterapkan dalam

pembelajaran IPA SD sesuai dengan KD yang dicapai terutama dalam

menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair

Share (TPS) disertai dengan pemanfaatan media audio visual dan

dikembangkan dalam penelitian yang terkait dengan pendekatan

pembelajaran dan penelitian hasil belajar siswa.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Heni Pranita (2014) dalam Penelitian

Tindak Kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar dan

Hasil Belajar IPA Menggunakan Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

pada Siswa Kelas IV SDN Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga Semester 2 Tahun 2013/2014.” Desain penelitian ini adalah penelitian tindak kelas. Variabel penelitian yaitu variabel bebas

(24)

IPA siswa). Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, evaluasi,

dan angket. Instrumen pengumpulan data dengan lembar observasi, tes

tertulis pilihan ganda, dan lembar angket. Teknik analisis data dengan cara

presentase untuk data kualitatif (motivasi belajar siswa).

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa upaya peningkatan motivasi

belajar dan hasil belajar IPA menggunakan pembelajaran Think Pair Share

(TPS) pada siswa kelas IV SDN Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2013/2014, berhasil. Hal ini dibuktikan

dengan hasil analisis yang menyatakan bahwa sebelum tindakan siswa

yang tuntas belajar adalah 10 (38,5%) dari 26 siswa. Pada siklus I, siswa

yang tuntas menjadi 17 (78,3%). Pada siklus II, motivasi belajar siswa

dalam mengikuti pembelajaran Think Pair Share (TPS) berada pada

kategori tinggi (81,3%). Disarankan guru menggunakan pembelajaran

Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran tidak hanya dalam mata

pelajaran IPA saja. Siswa disarankan saling bekerjasama, berbagi

pengetahuan, dan saling memahami karakteristik yang berbeda.

2.5 Kerangka Pikir

Alur kerangka berpikir yang dibuat untuk mengarahkan jalannya

penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalan, maka kerangka

berpikir digambarkan pada sebuah skema agar peneliti mempunyai gambaran

yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema yang dibuat adalah

(25)

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pikir Tindakan

Penggunaan model pembelajaran Picture andPicture dan Think Pair Share (TPS)

padamata pelajaran IPA.

Siklus I

(Think) Siswa berpikir jawaban dari pertanyaan

yang diajukan oleh guru.

(Pair) Siswa berpasangan mendiskusikan jawaban

dari pertanyaan guru

(Share) Pasangan mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas.

(Picture and Picture) siswa mengurutkan gambar

bersama pasangannya.

(Think) Siswa berpikir jawaban dari pertanyaan

yang diajukan oleh guru.

(Pair) Siswa berpasangan mendiskusikan jawaban

dari pertanyaan guru

(Share) Pasangan mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas.

(Picture and Picture) siswa mengurutkan gambar

bersama pasangannya.

(26)

2.6Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat

dirumuskan suatu hipotesis tindakan bahwa kegiatan belajar dengan menggunakan

model pembelajaran Picture and Picture dan Think Pair Share (TPS) pada mata

pelajaran IPA diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 02

Duren Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah semester II

Gambar

Tabel 2.1
gambar, dan menjelaskan gambar.
gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 4.8, hasil analisa jalur yang dilakukan oleh peneliti, menyatakan bahwa kepuasan berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas pemilik dan

Pindo Deli Pulp and Paper Mills, diperlukan keselarasan antara bisnis proses, SDM, serta teknologi informasi serta perusahaan perlu fokus pada perbaikan terus-menerus melalui

♥ Winda Dwi Yunita (ginda), yang selalu mensupport saya agar bias menjadi sarjana dan terima kasih telah membantu dalam urusan skripsi saya dalam mengasih saran ♥ Tedo

Hasilnya bahwa kedua variabel independen yaitu kualitas pelayanan dan kepercayaaan nasabah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kepuasan nasabah

Maka, dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, dalam pelaksanaannya diharapkan kita dapat melakukan percobaan dengan baik, dimana selain memperkenalkan alat dan fungsinya kita

For example, collectivism (individualism) as an aspect of culture will determine the extent to which a person likes engaging in social activities. Similarly, extroversion as

Teknik Penggerak Page 40 o Kesimpulan Soal 2 : Dari praktikum yang telah saya lakukan dalam menganalisis rangkaian menggunakan aplikasi PSpice Student, untuk

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo untuk diujikan dalam Sidang