• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJATENAGA PENDIDIK DI SMA SANTO IGNASIUS SINGKAWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJATENAGA PENDIDIK DI SMA SANTO IGNASIUS SINGKAWANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN

KINERJATENAGA PENDIDIK DI SMA SANTO IGNASIUS

SINGKAWANG

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:

SAINON

NIM F22212008

PROGRAM PASCASARJANA ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPRA

PONTIANAK

(2)

MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN

KINERJATENAGA PENDIDIK DI SMA SANTO IGNASIUS

SINGKAWANG

Sainon, Wahyudi, Andi Usman

Program Pascasarjana Administrasi Pendidikan, FKIP Untan Pontianak

Email:fkipuntan.ac.id

Abstract

Santo Ignasius Senior High School that is located in Singkawang city is a school managed by a foundation named Yayasan Pengabdi untuk Sesama Manusia (YPSM). Since 2002, the top management of Ignasius Senior High School (ISHS) have built the building and developed the system. New and permanent classrooms, large library, and modern laboratories indicates that change. The new students come to Ignasius have better quality than before. Teachers and students develop their capability year by year. These things motivated the researcher to research how the principle manages that change, especially to improve teachers performance.This research is a descriptive qualitative research. The researcher comes to Ignasius SHS several times for observation about management of chage hold by principal. The researcher interviews some of the teacher and students, and principal as data resources. When the data have good validity and reability, the researcher analyse them qualitatively and then describes the result of analysis. First of all, the researcher found that Ignasius SHS has developed phisically. With good cooperation between the principal and the leader of YPSM, at last they could build new and permanent classrooms, compliting the learning teaching facilities, and proportional parking area. Based the data, the change is not only happens phisically, but also on the system. This is proved by notula, the minutes of meetings, researcher got from administration office.Second, the most important factor about change happens in Ignasius SHS is management by principle. The principle has done planning, coordinating, and also evaluating all programs. The principle also made good cooperation with all stakeholders so Ignasius SHS can reach that achievement. Third, changes happen in Ignasius SHS significantly influence teachers achievement. When principle doing open management and focusing on better performance, it raises people trust. The people will send their children to Ignasius year by year. As a result, management has better capability to pay teachers salary.

(3)

Manajemen perubahan merupakan suatu proses atau tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengelola, menggarap, menerapkan segala bentuk perubahan yang terjadi dalam organisasi dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam pelaksanaannya diperlukan pengawasan yang intensif dari pengelolanya. Dalam dunia pendidikan, perubahan demi perubahan selalu terjadi. Mulai dari perubahan peratuan pemerintah mengenai Sistem Pendidikan Nasional dengan diundangkannya UU Nomor

20 Tahun 2003. KBK(Kurikulum

2004)disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sekarang muncul yang baru lagi, yakni Kurikulum 2013.

Perubahan ini terjadi juga dalam aspek pengelolaan lembaga persekolahan.Misalnya: pengelolaan manajemen sekolah, kurikulum, proses pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana dan pengelolaan peran serta masyarakat dan komite sekolah. Salah satu tanggungjawab pemimpin di suatu organisasi adalah mewujudkan perubahan. Perubahan merupakan kebutuhan mutlak bagi perkembangan lembaga pendidikan.

Pada tahun 2006, SMA St. Ignasius mendapat kesempatan diakreditasi untuk kalipertama setelah dikelola YPSM.Nilai yang diperoleh adalah “A”. Perubahan cukup cepat dalam jangka 4 tahun bisa memperoleh nilai akreditasi A. Pada hari Senin 4 November 2013, peneliti kembali mewawancarai 3(tiga) guru senior, yakni Dra. Sudalinah, Dra. Katarina, dan Ari Saroso, S.Ip. yang pernah mengabdi pada Yayasan P3GK.Dua orang guru tersebut (Katarina dan Sudalinah) mengatakan bahwa SMA St. Ignasius ketika itu berstatus“diakui” saja. Namun, satu orang mangatakan bahwa SMA St. Ignasius ketika di bawah pengelolaan Yayasan P3GK pernah berstatus“disamakan” kemudian menurun menjadi “diakui”. selesai dibangun namun belum dicat. Keadaan tenaga pendidik dan kependidikan mendukung proses pembelajaran. Jumlah tenaga pengajar saat ini sebanyak 42 orang, Guru Tetap Yayasan sebanyak 7 orang, yang sudah sertifikasi 5 orang

honorer sebanyak 35 orang. Yang terbanyak adalah guru honorer. Di antara guru honorer ini ada yang menjalani masa percobaan untuk menjadi guru tetap yayasan, ada pula yang ingin mengabdikan diri sampai pensiun karena tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi guru tetap yayasan (latar belakang pendidikan tidak sesuai).

Hal ini menarik untuk diteliti, perubahan yang cepat walaupun guru honor yang terbanyak

namun dalam waktu singkat mampu

memperoleh nilai “akreditasi A”. Dalam ujian nasional, lomba-lombamata pelajaran mereka dapatmenyaingi sekolah-sekolah negeri maupun swasta yang terkenaldi Kota Singkawang. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan, bagaimana proses dan siapa-siapa yang mendukung perubahan yang terjadi, merupakan komponen yang ingin peneliti ketahui melalui penelitian ini.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat bahwa banyak perubahan yang terjadi di SMA Santo Ignasius. Perubahan terjadi tidak hanya bidang sarana prasarana tapi juga dari segi prestasi siswa bidang akademik dan nonakademik.Setiap tahun jumlah siswa bertambah atau meningkat. Tidak semua pendaftar bisa ditampung karena ruang kelas dalam proses penambahan dan perbaikan, secara khusus pada tahun 2011 hingga tahun 2013 akhir. Pembangunan ruang kelas baru selesai pada awal tahun 2014.

Siswa yang belajar di SMA Santo Ignasius tidak hanya berasal dari kota Singkawang, tapi ada juga yang berasal dari luar kota bahkan boleh dikatakan hampir seluruh kabupaten yang ada di Kalimantan Barat. Data ini didapat dari tenaga administrasi (TU) yang disetujui oleh kepala sekolah pada tanggal 8 dan 10 Maret 2014.Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk meneliti sekolah ini khususnya untuk mengetahui lebih dalam tentang perencanaan perubahan, aspek yang direncanakan, kinerja tenaga pendidik dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perubahan yang terjadi di SMA Santo Ignasius Singkawang.

METODE

(4)

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono 2013:1).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Studi Kasus. Penelitian jenis studi kasus biasa digunakan untuk meneliti hal-hal yang terkait dengan ilmu sosial. Penelitian studi kasus bertujuan menjelaskan dan memahami objek yang diteliti secara khusus sebagai suatu kasus.Peneliti menggali pandangan dan pengalaman kepala sekolah, guru, serta siswa SMA Santo Ignasius Singkawang guna mendapatkan data atau informasi yang berkenaan dengan manajemen perubahan yang dilakukan kepala sekolah guna meningkatkan kinerja tenaga pendidik. Fenomena-fenomena yang ada dan ditemukan di lapangan juga dapat dipergunakan untuk memperoleh data atau informasi terhadap masalah yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara, observasi, catatan lapangan serta alat bantu lain seperti foto, rekaman, dan dokumen, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung, tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian kualitatif sangat penting atau mutlak diperlukan.

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013:60), dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya adalah bahwa, segala sesuatunya masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama dalam teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Dalam pengumpulan data primer dapat juga digunakan instrumen lain guna memperoleh sumber data melalui pengamatan, pedoman wawancara, observasi, semuanya itu didokumentasikan dalam catatan di lapangan serta alat bantu lain seperti foto, rekaman, dokumen, sebagai subjek penelitian. Kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan.Data sekunder yang digunakan untuk mendukung data primer diperoleh melalui studi kepustakaan seperti literatur/referensi yang terkait dan dokumen yang relevan dengan penelitian ini.

Sebagai instrumen dalam penelitian ini, peneliti hadir langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data, mengolah data dan mengecek keabsahan data yang didapat. Peneliti melakukan wawancara dengan para guru, staf tata usaha, dan kepala sekolah.Selain itu, peneliti mengadakan pengamatan secara langsung untuk kepentingan penjelajahan data yang diperlukan.

Kehadiran penelitidi lapangan digunakan untuk datang ke ruang Tata Usaha mencari data tentang kondisi staf pengajar dan data-data guru, serta dokumentasi supervisi dan laporan pelatihan bagi tenaga pendidik. Peneliti juga melakukan wawancara dengan wakil kepala sekolah serta beberapa orang guru senior yang sudah mengajar sebelum sekolah ini diserahkan pengelolaannya kepada YPSM.

HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Selama tiga hari, mulai tanggal 24 Mei hingga 26 Mei 2016, peneliti datang ke lokasi penelitian, SMA Santo Ignasius Singkawang, untuk melakukan wawancara dan pengamatan, serta meminta data-data yang berkenaan dengan pengelolaan perubahan yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Sebelumnya, peneliti telah terlebih dahulu mengadakan komunikasi lewat telepon dengan kepala sekolah untuk meminta izin penelitian sekaligus bertanya jawab masalah teknis pengambilan data dan pengamatan. Karena penelitian bersifat terbuka dan alamiah, maka peneliti perlu melakukan kesepakatan bersama Kepala SMA Santo Ignasius agar ketika peneliti tiba di lokasi penelitian tidak mengganggu jalannya belajar-mengajar.

(5)

Beliau tidak menghiraukan soal penolakan tersebut. Beliau berfokus dengan perencanaan program sebagai kepala sekolah, membangun sebuah harapan: SMA Santo Ignasius yang baru, yang lebih unggul dari sekolah lain di Kota Singkawang.Pelan-pelan, guru-guru yang berseberangan satu demi satu mengundurkan diri. Ada pula yang sengaja pelan-pelan dikurangi tugasnya, digantikan dengan yang lebih muda dan bisa bekerja sama.

Menurut narasumber, kondisi sekolah saat ini sangat baik. Terlebih soal bangunan fisik, ia menganggap bangunan sekolah sudah lebih baik daripada sekolah lain. Demikian halnya dengan sarana dan prasarana. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sarana sudah mengalami kemajuan.Mengenai kinerja guru, ia mengatakan bahwa kepala sekolah berperan besar untuk meningkatkan kinerja guru. “Garis besar, kinerja guru juga mengalami kemajuan. Kepala sekolah selalu memberi motivasi kepada guru, mengadakan pelatihan, dan melakukan teguran kepada guru jika terdapat hal yang tidak sesuai dengan aturan yang ada,”.

Peneliti berbincang mengenai berbagai hal yang narasumber alami selama bekerja di SMA Santo Ignasius. Secara garis besar, ia menjelaskan “memang harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan kultur di SMA Ignasius”. Agar bisa menjadi contoh bagi para siswa, maka ia pun harus selalu disiplin dan terus bersemangat belajar. Menurutnya, siswa SMA Santo Ignasius sangat kritis.

Narasumber kedua merupakan guru bidang studi Sosiologi yang sudah mengajar di SMA Santo Ignasius ketika dikelola Yayasan P3GK. Pertanyaan awal, peneliti bertanya tentang keadaan sekolah ketika masih dikelola yayasan P3GK. Narasumber menjawab bahwa pada saat itu pembelajaran berlangsung dengan baik. Ada supervisi, pembinaan, serta evaluasi berlangsung dengan sangat baik. Demikian pula dengan prestasi siswa. Pada saat itu, SMA Santo Ignasius sering menjuarai berbagai lomba dan memiliki prestasi akademik.

Jawaban tersebut berbeda informasi yang peneliti dapatkan dari beberapa orang guru senior di SMP Pengabdi dan masyarakat yang tinggal di belakang sekolah. SMP Pengabdi terletak di depan SMA Santo Ignasius. Maka, tidak heran jika para guru SMP Pengabdi juga melihat bahkan mengamati keadaan SMA Santo Ignasius saat itu. Menurut sumber di SMP Pengabdi, siswa SMA Ignasius tergolong nakal. Beberapa orang siswa tampak santai di warung

kopi depan SMP Pengabdi, saat jam belajar berlangsung. “Beberapa kali saya mendengar informasi perkelahian baik dengan sesama siswa SMA Santo Ignasius maupun dengan siswa sekolah lain,” jelasnya.

Peneliti bertanya tentang informasi yang diketahui oleh narasumber tentang alasan YPSM berkenan mengambil alih SMA Santo Ignasius. Narasumber menjawab bahwa bangunan SMA Santo Ignasius yang dikelola oleh Yayasan P3GK berdiri di atas tanah milik YPSM. Oleh karena itu, ada perjanjian yang mengikat tentang peminjaman itu. Setelah perjanjian selesai, maka YPSM melanjutkan operasional SMA Santo Ignasius. Pertanyaan selanjutnya mengenai kondisi awal ketika SMA Santo Ignasius Singkawang dikelola oleh YPSM. Narasumber menjawab bahwa kondisi lebih baik. Terutama soal penggajian, ada aturan yang jelas. Berbagai sistem pengelolaan sekolah juga mengalami peningkatan. “Kepala sekolah sangat menekankan peningkatan kinerja guru. Dalam supervisi maupun rapat, kepala sekolah selalu menegaskan agar guru tidak pernah berhenti belajar. Kepala sekolah mengkondisikan agar guru yang mengajar bidang studi yang sama saling memberi masukan, sehingga kekurangan yang dimiliki bisa diperbaiki,” jelasnya.

Masih dalam konteks perubahan kinerja guru, narasumber menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi perubahan kinerja guru adalah kesejahteraan. Menurut narasumber, faktor utama perubahan kinerja adalah faktor eksternal uang yang dihasilkan atau didapat. Narasumber tidak menjelaskan bahwa ada faktor internal untuk melakukan perubahan kinerja ke arah yang lebih baik.

Wawancara berikutnya peneliti lakukan terhadap tiga orang sekaligus. Tiga orang guru muda ini tidak mengalami masa transisi sekolah dari pengelolaan Yayasan P3GK ke YPSM. Peneliti bertanya hal yang sama dengan narasumber sebelumnya. Secara prinsip,

guru-guru muda ini memiliki kemampuan

menyesuaikan diri yang baik. Mereka merasa nyaman dengan segala perencanaan kerja sekolah.“Sejauh ini kepala sekolah telah memberi teladan yang baik. Menunjukkan semangat bekerja yang baik, serta membimbing para guru untuk meningkatkan kinerja. Sekolah memiliki target peningkatan prestasi siswa dalam hal akademik (UN) dan berbagai lomba,” jelas guru olahraga tersebut.

(6)

narasumber staf TU. Staf TU telah memberikan data-data prestasi sekolah, para guru, dan para siswa. Peneliti dapat melihat perkembangan prestasi dari waktu ke waktu. Dari pagi hingga siang, peneliti berhasil melakukan wawancara dengan enam orang guru dan tiga staf TU.

Pada esok harinya, tanggal 25 Mei 2016, peneliti kembali melakukan wawancara. Peneliti menjumpai kepala sekolah pukul 07.15 menit. Dalam wawancara tersebut, kepala sekolah menjelaskan bagaimana kondisi sesungguhnya keadaan SMA Santo Ignasius ketika masih dikelola Yayasan P3GK.Menurut kepala sekolah, pada saat itu, beliau masih menjadi guru di SMP Pengabdi Singkawang. Kepala sekolah merupakan alumni SMA Santo Ignasius yang saat itu dikelola Yayasan P3GK. Jadi, beliau tahu persis bagaimana pengelolaan sekolah dan suasana pembelajaran di sekolah tersebut.Secara fisik, ruang kelas dalam kondisi memprihatinkan. Jendela dalam keadaan rusak, dek banyak yang sudah rapuh, dan bangku belajar siswa telah rusak. Sistem kepegawaian tidak jelas. Para siswa sulit diatur. Bahkan para siswa cenderung mengatur sekolah.

Pada wawancara pertama di hari kedua ini, peneliti mewawancarai KD (guru Kimia), NK (guru Fisika), dan KP (guru Sejarah). Ketiganya merupakan guru yang tidak mengalami situasi masa transisi. Secara umum, mereka membandingkan dengan kondisi sekolah negeri yang ada di Kota Singkawang. Mereka berpendapat bahwa sarana dan prasarana di SMA Santo Ignasius untuk mendukung kegiatan KBM sudah lebih dari cukup. Menurut KP, sarana dan prasarana semakin lengkap dari tahun ke tahun. “Permasalahannya, belum semua guru memanfaatkan sarana tersebut dengan optimal,” jelas KP.

NK menambahkan bahwa kepala sekolah merancang pengembangan sarana maupun prasarana dari waktu ke waktu. “Dalam rapat guru, kepala sekolah sering menyampaikan tentang sarana dan prasarana yang hendak diadakan. Tidak lama lagi, sekolah akan merenovasi WC siswa yang sudah kurang layak lagi,” jelas NK.

Menurut KD, setiap pengembangan (perubahan) yang terjadi di sekolah merupakan bentuk kerjasama antara seluruh warga sekolah, yayasan, dan orang tua siswa. “Demikian halnya dengan peningkatan kinerja guru, kepala sekolah rutin melakukan supervisi guna memotivasi para guru untuk bekerja lebih baik lagi,” jelasnya.

Wawancara dan pengamatan pada hari kedua, peneliti akhiri dengan perbincangan singkat mengenai pengamatan peneliti perihal semangat guru-guru muda. Kepala sekolah menjelaskan bahwa guru-guru muda, pada umumnya memiliki energi dan kreativitas yang baik. “Namun perlu dikondisikan serta kontrol yang berkelanjutan agar energi dan kreativitas mereka benar-benar bermanfaat bagi siswa,” jelasnya.

Hari ketiga, tanggal 26 Mei 2016, peneliti berjumpa dengan CC (guru Bahasa Indonesia), TT (guru Agama), RM (guru sejarah), dan TR (guru Mandarin). Mereka adalah guru-guru yang belum lama bergabung dengan SMA Santo Ignasius Singkawang. Guru-guru muda tersebut tidak mengetahui secara langsung perubahan sekolah ketika dikelola yayasan P3GK hingga transisi dikelola YPSM.

Menurut TT, pada prinsipnya, sekolah akan mengalami perubahan sesuai tuntutan zaman. “Jelas berbeda keadaan dulu dan sekarang. Kita tidak bisa membanding-bandingkan begitu saja antara sekolah ketika dikelola P3GK dan saat dikelola YPSM.

CC sependapat dengan TT. Namun, ia

berpendapat bahwa perubahan yang

direncanakan akan lebih cepat terjadi bila dibandingkan dengan perubahan yang terjadi dengan sendirinya. “Saya memang tidak tahu detail perencanaan pengembangan sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah. Akan tetapi, saya yakin SMA Ignasius dapat mewujudkan banyak perubahan, khususnya secara fisik, karena ada perencanaan,” jelasnya.

Senada dengan CC, RM mengatakan bahwa perubahan yang terjadi di SMA Ignasius bukan hanya pada fisik gedung saja, tapi juga dari segi pelayanan para guru. Kepala sekolah dan wakilnya memiliki program supervisi. “Ini bertujuan agar kemampuan guru dalam mengajar semakin berkembang. Berubah ke arah yang lebih baik,” ungkapnya.

Peneliti melanjutkan pertanyaan seputar perubahan yang telah terjadi atau dialami diri sendiri dan dampak perubahan tersebut bagi warga sekolah. TR menjawab bahwa perubahan sarana dan prasarana jelas berpengaruh pada semangan kerja guru dan motivasi belajar siswa. “Secara tidak langsung, sarana belajar yang semakin lengkap membuat pembelajaran lebih efektif. Siswa juga semakin nyaman dalam belajar,” kata guru muda tersebut.

(7)

diselenggarakan, membuat dirinya mudah mengevaluasi diri dan membuat perencanaan pribadi. “Ketika mendapat masukan dan kritik yang membangun, saya selalu bersyukur. Karena justru hal itu yang membuat saya mengerti segala kekurangan yang ada,” jelasnya.

Tanggal 30 Mei 2016, peneliti kembali ke lokasi penelitian. Peneliti mengamati aktivitas dari awal kehadiran guru hingga pembelajaran berakhir. Guru piket sudah hadir lebih awal daripada guru-guru yang lain. Ia harus menyiapkan daftar hadir guru dan karyawan. Dari daftar hadir guru tersebut akan tampak guru-guru yang tidak hadir tepat waktu. Jika bel masuk sekolah berbunyi dan ada guru yang belum hadir, maka guru piket akan memberikan penugasan kepada siswa sembari menunggu guru yang bersangkutan hadir.

Pada tanggal 24 Juli 2017, pada waktu uji kelayakan peneliti mendapat masukan positif guna pendalaman penelitian ini. Antara lain, perencanaan perubahan yang lebih spesifik terkait peningkatan kinerja pendidik, ditinjau dari aspek yang direncanakan, pelaksana teknis perubahan, faktor pendukung dan penghambat, serta perubahan-perubahan apa yang terjadi pada kinerja tenaga pendidik.

Tanggal 25 Juli, hari Selasa, peneliti kembali ke lokasi penelitian untuk melakukan wawancara. Wawancara pertama peneliti lakukan dengan narasumber kepala sekolah. Dalam kesempatan itu, beliau kembali menyajikan catatan hasil pertemuan rutin bersama guru, sejak beliau memimpin sekolah tersebut. Secara garis besar, beliau menegaskan bahwa untuk membangun kultur sekolah yang disiplin, berintegritas, dan menjamin kualitas, dibutuhkan waktu lebih dari sepuluh tahun.

Pukul 09.30. WIB, peneliti

berkesempatan mewawancarai guru bahasa Inggris yang saat itu diberi tugas tambahan menjadi wakil bidang kurikulum. Beliau memaparkan hasil supervisi yang dirancangnya bersama kepala sekolah. “Setelah beberapa kali diselenggarakan pelatihan secara periodik yang ditindaklanjuti dalam supervisi, para guru merasa nyaman dengan kebersamaan yang dibangun khususnya dalam konteks belajar bersama. Supervisi tidak lagi dipandang semata-mata sebagai penilaian atasan, namun juga ajang komunikasi, ruang untuk berdiskusi, dan saling memperbaiki,” jelasnya.

Pembahasan

Perencanaan Perubahan di SMA Santo Ignasius Singkawang

Jika dihitung dari awal mula berdiri hingga alih kelola, SMA Santo Ignasius Singkawang telah berusia lebih dari dua puluh tahun.Usia yang cukup dewasa dan banyak menghasilkan alumni. Tidak sedikit alumni SMA Santo Ignasius yang telah bekerja sebagai guru dan dosen.Sebagai insan pendidikan yang

memahami benar perkembangan dunia

pendidikan saat ini, mereka (dosen, guru, serta masyarakat yang peduli dengan SMA Santo Ignasius kala itu) memberikan masukan guna perkembangan sekolah ke arah yang lebih baik.

Yayasan Pengabdi untuk Manusia (YPSM) menyambut gagasan baik untuk melanjutkan operasional SMA Santo Ignasius dengan beberapa pertimbangan.Pertama dan terutama, masyarakat berharap SMA Santo Ignasius masih beroperasi dan berkembang sesuai zaman. Kedua, bangunan serta para guru telah tersedia, meski bangunan harus direnovasi mengingat usia dan kondisi yang kurang mendukung. Ketiga, lokasi ada di wilayah milik yayasan.

Demikianlah, berkat doa dan usaha yang giat, SMA Santo Ignasius Singkawang tetap beroperasi meski yayasan harus berusaha mencarikan dana. Dengan keyakinan yang teguh dan kerja sama yang baik, Bapak Drs. Titus Pramana, M.Pd. (waktu itu kepala SMA N 3 Singkawang) dipercaya yayasan untuk memimpin selama masa transisi. Tidak lama kemudian, pimpinan YPSM menunjuk Ibu Dra. Lusiana Lidwina, M.M., sebagai kepala sekolah.Sebagai seorang alumni SMA Santo

Ignasius Singkawang, beliau ingin

mengembalikan dan meningkatkan citra sekolah di kalangan masyarakat Singkawang.Beliau menyadari bahwa untuk melakukan perubahan-perubahan tidak mungkin dilakukan seorang diri. Maka, beliau memerlukan tim yang kompeten dan solid.

Aspek-aspek yang Direncanakan Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kinerja Guru di SMA Santo Ignasius Singkawang

(8)

yang menjadi kebutuhan bagi guru dalam menjalankan aktivitas belajar mengajar.

Langkah pertama, beliau melakukan assesment atau penilaian terhadap sumber daya tenaga pendidik yang dimiliki saat itu, dan membenetuk tim yang kompeten dan solid. Beliau mengajak guru-guru muda dan potensial untuk bekerja di luar jam mengajar guna melakukan rencana kerja.Dalam pertemuan-pertemuan khusus bersama guru-guru (beberapa kali diadakan pada malam hari), kepala sekolah memaparkan rencana-rencana yang terbagi menjadi rencana jangka pendek (1 tahun), rencana jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (15 tahun).Hingga saat ini, pertemuan untuk membahas rencana kerja tahunan masih berlangsung secara konsisten.Dalam pertemuan-pertemuan ini kepala sekolah memberi ruang kepada para guru untuk memberi saran dan kritik yang membangun.

Tercatat dalam dokumentasi, saat menghadapi perubahan kurikulum 2004 (KBK), kepala sekolah mengundang pengawas sekolah dari kantor Dinas Pendidikan guna mengarahkan perencanaan yang sesuai dengan program pemerintah. Bahkan, pada tahun 2005, sekolah pernah menghadirkan narasumber dari Tim Kurikulum Nasional. Kepala sekolah berharap, dengan menghadirkan narasumber yang tepat akan berdampak pada efektivitas dan efisiensi aspek-aspek yang direncanakan.

Pertemuan-pertemuan terkait perencanaan dilakukan kembali saat program jangka pendek selesai ataupun program yang dilaksanakan mengalami kendala besar. Pertemuan-pertemuan tersebut dimaksudkan sebagai bentuk evaluasi dan penentuan rencana berikutnya.

Kepala sekolah menyadari bahwa membuat perubahan tidak semudah yang dibayangkan. Oleh karenanya, beliau membuat skala prioritas. Kepala SMA Santo Ignasius

Singkawang menunjuk Bapak Suparman

sebagai wakil bidang kurikulum, dan Bapak Hari Murty sebagai wakil bidang kesiswaan sekaligus pembina OSIS. Dibantu Pak Parman, kepala sekolah merencanakan pengembangan dalam aspek kompetensi guru. Sedangkan Pak Hary menyusun rencana pengembangan bagi para siswa. Di bawah koordinasi kepala sekolah, Pak Parman menyelenggarakan pelatihan mengoperasikan program microsoft word. Sasaran kegiatan ini adalah para guru yang belum menguasai komputer.

Kegiatan tersebut dilakukan dalam beberapa tahap. Tahun 2010, pelatihan

komputer bagi guru dilaksanakan dengan materi power point. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas guru dalam menyusun bahan ajar. Pada saat itu, sekolah baru memiliki dua LCD proyektor. Jadi tidak setiap saat para guru dapat melaksanakan pembelajaran menggunakan powerpoint. Akibatnya, sebagian guru lebih memilih bahan ajar yang konvensional.Perencanaan pengembangan kompetensi siswa juga dilakukan secara masif. Pak Hary, wakil bidang kesiswaan yang menguasai jaringan komputer, berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk mengoptimalkan laboratorium komputer.

Dalam aspek pembangunan fisik gedung, kepala sekolah memulai dengan hal-hal kecil yang tidak membutuhkan banyak biaya seperti taman dan lahan parkir. Sementara itu, gedung, aula, ruang kelas, laboratorium, perpustakan, toilet, dan kantor dilakukan secara bertahap.Mencermati data-data yang peneliti temukan, peneliti meyakini bahwa baik secara fisik bangunan sekolah maupun proses penyelenggaraan pendidikan di SMA Santo Ignasius Singkawang mengalami perkembangan atau perubahan yang diupayakan.

Perubahan secara fisik telah berjalan sejak tahun 2003.kepala sekolah, yayasan, dan orang tua, bahu-membahu mengadakan renovasi gedung sekolah. Tentu perubahan secara fisik saja tidak cukup.Sekolah mengupayakan optimalisasi pelayanan pendidikan.Dalam rapat kerja, kepala sekolah membagi perubahan sekolah dalam tiga jenjang atau tahap yang berbeda.Pertama, tahap jangka pendek.Pada jenjang ini, kepala sekolah berharap para guru

meningkatkan ketepatan waktu dalam

kehadiran, pengumpulan administrasi, dan

peningkatan kapasitas guru dalam

mengajar.Kedua, tahap jangka menengah.Dalam jenjang ini, kepala sekolah berharap agar para guru mampu menghasilkan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi siswa.Melalui bahan ajar ini, siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar dengan sungguh-sungguh.Jenjang terakhir adalah tahap jangka panjang. Pada tahap ini, sekolah menargetkan tahun depan, segala bangunan gedung selesai dan beralih pada WC.

Perubahan Peningkatan Kinerja Tenaga

Pendidik di SMA Santo Ignasius

Singkawang.

(9)

dilakukan peneliti, kepala sekolah telah menunjukkan perubahan ke arah yang semakin baik dan terbuka dalam melakukan pengelolaan sekolah.Rapat koordinasi yang rutin dilaksanakan dan supervisi individual maupun klasikal yang juga dilaksanakan secara periodik merupakan indikator perubahan manajemen yang ada di sekolah.Peneliti melihat perubahan kedisiplinan, terutama saat masuk kelas pada jam pertama. Para guru, setelah bel berbunyi, selalu bersegera menuju kelas untuk memulai pelajaran. Jika ada guru yang mengajar di jam pertama tidak bersegera menuju kelas akan ditegur kepala sekolah. Hal ini dapat dimaknai bahwa kepala sekolah melakukan kontrol terhadap para guru dan memberikan evaluasi jika tidak berjalan sesuai harapan.

Kepala sekolah menjelaskan, bahwa ia bersama para guru mengidentifikasi hal-hal yang mendesak dan penting untuk dilakukan perubahan beserta tujuan yang hendak dicapai. Tim tersebut merancang kegiatan yang hendak dilakukan guna mencapai perubahan. Sesuai rencana, tim kemudian melaksanakan tahap-tahap kegiatan. Sementara itu, kepala sekolah mengontrol tiap-tiap tahap di atas.Pada akhir tahap, evaluasi bersama dilakukan guna merancang tahap selanjutnya.Demikian selanjutnya, dilaksanakan, evaluasi, mengulang pada rencana baru lagi. Proses yang panjang dan berulang hinggameraih tujuan yang baru.

Berbagai perubahan yang dicapai sekolah berkorelasi positif dengan siswa baru yang diterima. Selain kuantitas, kualitas siswa pun lebih baik dari tahun ke tahun. Rata-rata UN juga meningkat.Kalaupun terjadi penurunan nilai rata-rata ujian nasional, bukan berarti hanya disebabkan oleh unsur intake siswa.

Perubahan juga berdampak terhadap proses belajar mengajar yang lebih efektif. Para guru dimudahkan dalam mengajar, para siswa juga merasa dimudahkan dalam memahami materi ajar.

Kedisiplinan guru semakin meningkat.Sistem koordinasi dan evaluasi kerja yang berlangsung secara rutin, membuat para guru membiasakan diri berjalan mengikuti aturan yang ada. Kebiasaan disiplin dan kerja keras, semakin lama akan mengkristal menjadi karakter.

Berbagai perubahan yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam sebuah tim. Kepala sekolah bertindak sebagai penanggung jawab. Secara teknis, beliau dibantu para wakil kepala sekolah.Para suster yayasan juga memegang peranan penting. Komunikasi yang baik antara

pelaksana unit sekolah dengan yayasan membuat berbagai rencana perubahan dapat berlangsung dengan lancar.

Yayasan, pelaksana teknis unit sekolah yang dipimpin kepala sekolah, masyarakat, dan para siswa sebagai subjek pendidikan merupakan tim perubahan ke arah yang lebih baik. Meski memiliki peran masing-masing, mereka merupakan bagian terpenting dalam proses perubahan. Proses perubahan ini perlu dilakukan bersama dalam sebuah tim yang solid. Tim akan terganggu jika ada bagian yang tidak terlibat aktif. Beberapa guru senior dan staf, serta tim pengembang perlu dilibatkan secara aktif.

Faktor Pendukung dan Penghambat

Perubahan di SMA Santo Ignasius

Singkawang.

Pada tahap awal kepala sekolah menyampaikan rencana perubahan yang hendak dicapai. Beliau telah mempelajari benar, apa atau siapa saja yang menjadi sasaran perubahan, berikut dengan strategi yang sesuai. Untuk membantu kelancaran berbagai rencana perubahan, kepala sekolah telah berdiskusi dan berkoordinasi dengan yayasan.Adakalanya, rencana perubahan justru merupakan usulan dari para guru atau staf.Kepala sekolah kemudian mempelajari urgensi dan kemungkinan dilaksanakan dalam dekat atau perlu penundaan guna persiapan pelaksanaan.

Kadangkala, rencana yang digagas membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini harus dibicarakan dengan pihak yayasan terlebih dulu. Kepala sekolah juga memaparkan berbagai hal terkait teknis perubahan yang digagas kepala sekolah. Proses pelaksanaan berbagai rencana yang sinergis, serta pengontrolan oleh kepala sekolah juga menjadi catatan penting bagi keberhasilan seluruh warga sekolah dalam melakukan perubahan. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah secara kontinu dan disertai evaluasi yang bersifat konstruktif akanmenjadi faktor pendukung dalam menjaga proses perubahan ke arah yang disepakati bersama.

Membangun komitmen bersama untuk maju bersama harus terbentuk.Jika hanya beberapa orang yang memiliki komitmen untuk berubah, maka yang lain akan cenderung

menjadi penghambat. Mereka akan

memengaruhi yang mau berubah agar

(10)

perubahan tidak memengaruhi peningkatan gaji. Dalam hal ini, perlu penyadaran bahwa sesungguhnya barang siapa menabur akan menuai. Kerja keras yang dilakukan hari ini akan berpengaruh terhadap gaji di masa yang akan datang.

Sebagai kepala sekolah, kadang kala memiliki rasa sungkan untuk menilai bawahan.Terlebih ada tipe bawahan yang risih bila ditegur atau dinilai.Hal ini merupakan bagian kecil dari kendala yang dihadapi.Akan tetapi, ini telah menjadi tanggung jawab kepala sekolah.Suka tidak suka, mau tidak mau, harus dilakukan meski harus berkorban perasaan. Ke depan, jika dilaksanakan secara konsisten, maka akan menjadi kultur sekolah.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sejak alih kelola manajemen sekolah (dari yayasan P3GK ke YPSM), SMA Santo Ignasius mengalami perubahan demi perubahan baik dari fisik maupun nonfisik. Perubahan secara fisik memperbaiki dan melengkapi sarana prasarana sekolah. Perubahan nonfisik meningkatkan kinerja tenaga pendidik dengan pendampingan dan pelatihan -pelatihan serta meningkatkan jumlah dan prestasi siswa. Proses perubahan yang terjadi dimulai dengan membuat perencanaan jangaka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.Yang terlibat dalam perubahan selain tim pengembang sekolah juga komite sekolah.Faktor utama yang mendorong terjadinya perubahan adalah kerjasama serta kesamaan visi stake holder sekolah.Perubahan dalam segala bidang tetap berlangsung samapai sekarang, kinerja guru dan prestasi siswa meningkat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dia atas disarankan : (1) Bagi Yayasan Pengabdi untuk Sesama Manusia (YPSM). Yayasan telah mengamati bahkan terlibat langsung dalam berbagai perubahan yang ada di SMA Santo Ignasius Singkawang. Peneliti berharap, para pimpinan yayasan berkenan menginisiasi, memotivasi, bahkan kalau perlu memaksa unit lain yang berada di bawah pengelolaan yayasan untuk merancang perubahan seperti halnya manajemen SMA Santo Ignasius Singkawang. (2) Bagi Kepala SMA Santo Ignasius Singkawang, tantangan

pendidikan di masa yang akan datang semakin tinggi. Peneliti berharap, kepala sekolah akan merancang dan memberi ruang bagi peningkatan SDM guru dengan cara studi lanjut ke arah atau jenjang yang lebih tinggi. (3) Bagi para guru di SMA Santo Ignasius Singkawang. Peneliti berharap agar para guru memelihara motivasi untuk berubah ke arah yang lebih baik lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Adair, John. 2000. Effective Leadership. New Delhi: Rupa& co.

Aladwani, Adel M. 2001. “Change Management

Strategies for Successful ERP

Implementation”, dalamjurnalBusiness process Management Vol 7 no. 3.MCB University Press.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aswandi.2001. Perubahan Organisasi

Perguruan Tinggi Swasta Dari Manajemen Keormasan ke Manajemen Profesional.Disertasi. Program Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang Booz. 2004. Ten Guiding Principles of Change

Management. PWC.

Bourne, Pippa dan MikeBourne. 2014. Manajemen Perubahan Yang Sukses dalam Seminggu. Jakarta: Permata Putri Media.

By, Rune Todnem. 2005. “Organisational Change Management: A Critical Review” dalamJournal of Change Management Volume 5 No. 4 (p.369-380).Edinburgh: Routledge.

Danin, Sudarwan.2011.Profesi

Kependidikan.Bandung:Alfabeta

D’ortenzio, Carlo. 2012. Understanding Change and Change managementProcesses. Camberra: University of Canberra.

Fahmi, Irham. 2013. Manajemen

Kepemimpinan. Bandung: Alfabeta. Fairholm, Matthew R. & Gilbert W. Fairholm.

2009. Understanding Leadership

Perspectives.Newyork: Springer.

Hasibuan, Akmaluddin. 2013. Manajemen Perubahan. Yogyakarta:Andi.

(11)

Kasali, Rhenald. 2005. Change. Jakarta: Gramedia.

Kotter, John P. dkk. 2011. On Change Management. Massachusetts: Harvard Business Review Press.

Made Pidarta.2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Maxwell, John C. 2011. The 5 Levels of

Leadership Trainning Program.New York: Center Street.

Mulyasa. 2013.

UjiKompetensidanPenilaianKinerja Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nickols, Fred. 2016. Four Strategies for

Managing Change.

Paschen, Michael & Erich Dihsmaier. 2014. The psycologyof Human Leadership. New York: Springer.

Sa’ud, UdinSyaefudin.2010.

InovasiPendidikan.Bandung: Alfabeta

Sergiovanni, Thomas J. 1991. The

principleship: A Reflective Practice perspective. Massachussets: Ally & Bacon.

Starratt, Robert J. 2011. Refocusing School Leadership.New York: Routledge.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung: Alfabeta.

... 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Supardi. 2013. Kinerja Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Tripon, Cipriandan Marius Dodu. 2013. Change management and Organization Development.

Uha, Ismael Nawawi. 2014.Manajemen

Perubahan. Bogor: Ghalia Indonesia. Ula S.Shoimantul. 2013. Buku Pintar

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, definisi hak ulayat menurut Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 tahun 1999 adalah kewenangan menurut hukum adat dipunyai

HAKIM TINGKAT PERTAMA MELAKUKAN KESALAHAN DALAM PENERAPAN HUKUM DAN KELIRU MENILAI BUKTI-BUKTI DALAM PERSIDANGAN, KARENA DARI BUKTI-BUKTI YANG DIAJUKAN JELAS TERBUKTI YANG

Dalam melakukan perhitungan Permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank

Sebab, model pendidikan multikultural diyakini mampu memberi alternatif strategi pendidikan yang berbasis pada pemantapan keragaman dan kemajemukan masyarakat, khusus nya pada

Penelitian Wahyuningsih (2012) menyebutkan secara statistik terdapat hubungan yang signifikan anemia dengan siklus menstruasi pada remaja dengan pemeberian suplementasi

Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak ikan patin (Pangasius hypophtalmus) terhadap fungsi kognitif mencit putih (Mus musculus

Untuk genset G3508, aturlah 2301A LSSC untuk bisa bekerja secara isochronous dengan memutar potensio Droop, Load Gain, dan menutup terminal Open For Droop pada frekwensi kerja