• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN TANAH MAKAM DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN ANALISISNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMODELAN TANAH MAKAM DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN ANALISISNYA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 Maret 2018 53

PEMODELAN TANAH MAKAM

DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN ANALISISNYA

(BURIAL LAND MODELLING WITH DIFFERENTIAL EQUATIONS AND ITS ANALYSIS)

Rizal Dian Azmi1, Siti Khoiruli ummah2

1Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Malang,

rizal_dhiaz90@yahoo.com

2Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Malang,

uli.mathed@yahoo.com

Abstrak

Dalam ajaran Islam, seluruh umat muslim diharuskan untuk menguburkan seseorang yang telah meninggal, hal ini menjadi pertanyaan besar apakah dalam hal penguburan ini akan memberikan dampak kepada pemakaian lahan yang berlebihan. Dengan mempertimbangkan data dan masalah yang terjadi akhir-akhir ini, tulisan ini mendeskripsikan bagaimana pemakaian lahan pemakaman dan penguburan jenazah dengan model matematika. Persamaan diferensial digunakan untuk membentuk model tanah makam ini. Dari

analisis model yang telah dilakukan yaitu jika tidak ada penambahan

lahan, maka jumlah dari makam yang ditumpangkan adalah sebesar 98% dari makam yang terpakai. Selain itu, jika tidak ada penumpangan lahan, maka penambahan yang dilakukan sebesar 49% dari besarnya luas tanah yang terpakai.

Kata Kunci: Pemodelan, Tanah Makam, Persamaan Diferensial.

Abstract

In Islam, Muslim people have to bury the people who died, this problem is a big question that whether in the case of this burial would have an impact on excessive land use. Taking into account the data and problems that occurred lately, this paper want to show that how the burial land used with mathematical model. Differential equation is used to model of the burial land. In the analyzed result, if we do not have additional burial land, then we must accumulate corpses in 98% from the burial land. If we have the additional burial land, we must added 49% from the used burial land.

Keywords: Modeling, Burial land, Differential equation.

PENDAHULUAN

(2)

Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 Maret 2018 54

tanah yang disiapkan untuk pekuburan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

disimpulkan pemakaman tersebut berkaitan dengan kematian seseorang.

Cara-cara pemakaman diajarkan oleh beberapa agama, salah satunya adalah agama Islam. Dalam islam ada beberepa ketentuan-ketentuan yang harus diikuti dalam proses pemakaman. Beberapa Hadis yang merupakan ketentuan dari penggunaan lahan makam adalah sebagai berikut:

“Diriwayatkan dari Tsumamah bin Syufayya, ia berkata: Kami

bersama Fadlalah bin ‘Ubaid di Negeri Rum, di Rudisa, kemudian teman kami wafat. Lalu Fadlalah bin ‘Ubaid menyuruh menguburnya

dan meratakannya. Kemudian dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW menyuruh supaya meratakannya” [HR. Muslim, no.92/968].

“Diriwayatkan dari Jabir, ia berkata: Rasulullah SAW melarang memplester kubur, mendudukinya dan mendirikan bangunan di atasnya” [HR. Muslim, no.94/970]. Al-Khattab (2007)

Hadis pertama, yang diriwayatkan oleh Tsumamah, memerintahkan agar semua kubur diratakan dengan tanah, tidak boleh lebih tinggi dari tanah disekitarnya. Hadits kedua, yang diriwayatkan oleh Jabir, melarang memplester kubur, duduk di atasnya dan mendirikan bangunan diatasnya. (Fatwatarjih, 2013)

Beberapa bulan terakhir ini sering terdengar beberapa masalah yang muncul tentang tanah pemakaman ini seperti makam fiktif, pembangunan makam mewah, sampai tingginya harga jual beli tanah makam. Beberapa daerah juga menginformasikan kekurangan lahan pemakaman, seperti yang diinformasikan surya.co.id yang berisi “Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk menyediakan lahan Tempat Pemakaman Umum (TPU). Sejauh ini, TPU milik pemkot kondisinya sudah penuh atau overload, hanya makam Keputih yang masih menyisahkan secuil lahan. Namun, jika tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin lima tahun ke depan, warga Surabaya akan kesulitan mencari tempat pemakaman”, serta di Tribunnews.com, yang menyatakan bahwa “Lahan pemakaman umum di Kabupaten Kepulauan Anambas terbilang sangat terbatas”. Adanya kasus-kasus ini berpengaruh terhadap pemikiran beberapa orang tentang cara terbaik untuk mengkondisikan jenazah seseorang, beberapa orang memikirkan tindakan yang sebaiknya dilakukan seperti jenazah tersebut dibakar atau lainnya. Akan tetapi pada website Fatwatarjih.com (2013) cara ini tidak dianjurkan didalam ajaran Islam.

Berbanding terbalik dengan masalah tersebut, dalam Islam memperbolehkan persoalan pemakaman tumpangan seperti yang dikatakan ketua komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Hasanuddin AF (Republika), bahwa

“sistem pemakaman tumpangan tidak menyalahi syariat. Yang tidak

diperkenankan, kalau terjadi masalah antara ahli waris dan pengelola. Pada

(3)

Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 Maret 2018 55

peraturan daerah DKI Jakarta (2007) pada BAB VII tentang penggunaan lahan makam pasal 36 yang berbunyi:

1. Setiap petak tanah makam di taman pemakaman harus digunakan untuk pemakaman dengan cara bergilir atau berulang pada tiap berakhirnya penggunaan tanah makam.

2. Tiap petak tanah makam di taman pemakaman dipergunakan untuk pemakaman tumpangan, kecuali keadaan tanahnya tidak memungkinkan. 3. Pemakaman tumpangan dilakukan diantara jenazah anggota keluarga dan

apabila bukan anggota keluarga, harus ada izin tertulis dari keluarga ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab atas tanah makam yang ditumpangi.

4. Pemakaman tumpangan dapat dilakukan di atas atau di samping jenazah yang telah dimakamkan, dengan ketentuan jarak antara jenazah dengan permukaan tanah paling rendah satu meter.

5. Pemakaman tumpangan dapat dilakukan sesudah jenazah lama dimakamkan paling singkat 3 (tiga) tahun.

Dalam penelitian tentang tanah makam yang dilakukan Supriyadi (2015),

makam di wilayah Mataram digunakan sebagai objek penelitian, memperoleh bahwa Mataram masih kekurangan lahan sebanyak 33,53 ha untuk muslim dan 7,85 ha untuk non muslim. Pada penelitian ini tidak mengasumsikan adanya penumpangan makam yang menyebabkan banyaknya penggunaan makam baru yang harus disiapkan. Hal ini membuat penulis ingin mengkaji bagaimana jika tanah pemakaman ini dimodelkan dan dianalisis dengan cara matematis. Model matematis yang dibentuk adalah model dengan persamaan diferensial (finizio, 1982; Edwards, 2001). Beberapa model yang dibentuk dengan persamaan diferensial berupa sistem persamaan diferensial, suatu sistem yang dapat diketahui nilainya di masa yang akan datang jika diberikan suatu kondisi awal pada masa sekarang atau di masa yang telah lalu (Nagle,2004). Penyelesaian dari system dinamik ini telah banyak diberikan pada berbagai buku untuk setiap berbagai kasus yang muncul, salah satunya penyelesaian sistem dinamik pada model predator-prey

(Allman, 2003).

PEMBENTUKAN MODEL

Penggunaan tanah makam pasti bergantung kepada kematian seseorang. Pertumbuhan maupun kematian seseorang pada umumnya dapat dimodelkan dengan model pertumbuhan logistik. Model logistik pertama diperkenalkan oleh Verhulst pada tahun 1838, dimana model logistik ini menghasilkan solusi yang berbentuk fungsi monoton naik atau monoton turun. Fungsi ini memberikan penafsiran bahwa jumlah populasi akan terus bertambah (tidak pernah berkurang) atau akan terus berkurang (tidak pernah bertambah). Kaidah logistik (logistic law) diasumsikan bahwa persediaan logistik ada batasnya, model ini mengasumsikan bahwa pada masa tertentu jumlah populasi akan mendekati titik kesetimbangan

(equilibrium). Pada titik ini, jumlah kelahiran dan kematian dianggap sama,

sehingga grafiknya akan mendekati konstan (zero growth) (Timuneno, 2008).

(4)

Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 Maret 2018 56

𝑑𝑥(𝑡)

𝑑𝑡 = 𝑎𝑥(𝑡), (2.1)

dimana 𝑥(𝑡) adalah kematian seseorang setiap satuan waktu t dan 𝑎 merupakan laju kematian.

Di Indonesia, rata-rata pemakaman seseorang yang telah meninggal akan mengunakan lahan makam dengan ukuran lebar 1,25 𝑚 dan panjang 2,5 𝑚 serta dalamnya 1,5 𝑚. Sehingga dapat dirata-rata setiap orang menggunakan luas lahan sebesar 3,125 𝑚2. Hal ini telah dijelaskan dalam peraturan daerah Jakarta no.3 tahun 2007. Dalam pemodelan ini luas tanah untuk petak makam setiap orang akan dimisalkan dengan 𝑏, sehingga penggunaan lahan makam (𝑦(𝑡)) dapat dituliskan sebagai persamaan diferensial

𝑑𝑦(𝑡)

𝑑𝑡 = 𝑦(𝑡) + 𝑏 𝑑𝑥(𝑡)

𝑑𝑡 = 𝑦(𝑡) + 𝑏𝑎𝑥(𝑡). (2.2)

Pada pemodelan lahan makam ini, lahan yang dapat digunakan (𝑧) merupakan lahan yang dapat ditambah setiap tahunnya dengan laju penambahan 𝐴. Luas lahan yang digunakan (𝑦(𝑡)) dalam memakamkan seseorang juga mengurangi banyaknya lahan ini. Selain itu, dalam permasalahan penggunaan lahan makam, terdapat istilah makam tumpangan yang didefinisikan sebagai penumpukan jenazah pada lahan yang telah terisi beberapa waktu sebelumnya. Dalam ajaran Islam, menguburkan dua mayat atau lebih di dalam satu liang kubur dengan keadaan terpaksa seperti banyaknya orang yang meninggal karena tenggelam, keruntuhan, bencana alam, keterbatasan lahan pekuburan diperbolehkan. Untuk cara penumpangan lahan juga dijelaskan dalam peraturan daerah Jakarta no.3 tahun 2007. Penumpangan lahan ini juga memperhatikan persetujuan dari keluarga jenazah yang dikuburkan sebelumnya. Hal ini juga mempengaruhi banyaknya lahan yang dapat digunakan. Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

𝑑𝑧(𝑡)

𝑑𝑡 = 𝐴 − 𝑦(𝑡) + 𝑐𝑦(𝑡 − 𝑇), (2.3)

dengan 𝐴 merupakan laju penambahan lahan makam. Jika nilai 𝐴 adalah nol, maka dapat diartikan lahan tersebut memiliki luas yang konstan atau tetap. 𝑐 merupakan banyaknya lahan yang disetujui keluarga untuk ditumpangkan dan 𝑦(𝑡 − 𝑇) merupakan lahan yang terisi dengan lama 𝑇 tahun, dengan nilai 𝑐 berada pada interval [0,1].

Kemudian dari persamaan (2.1), (2,2), dan (2.3) diperoleh sistem persamaan diferensial

𝑑𝑥(𝑡)

𝑑𝑡 = 𝑎𝑥(𝑡), 𝑑𝑦(𝑡)

𝑑𝑡 = 𝑦(𝑡) + 𝑏𝑎𝑥(𝑡). 𝑑𝑧(𝑡)

𝑑𝑡 = 𝐴 − 𝑦(𝑡) + 𝑐𝑦(𝑡 − 𝑇),

(5)

Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 Maret 2018 57

dengan 𝑥(0) = 𝑥0, 𝑦(0) = 𝑦0, dan 𝑧(0) = 𝑧0. Sistem (2.4) adalah sistem yang akan dianalisis untuk mengetahui bagaimana pengunaan lahan makam yang benar.

ANALISIS MODEL

Analisis sistem (2.4) dapat dimulai dari penyelesaian persamaan (2.1). Persamaan (2.1) merupakan persamaan diferensial dengan satu variabel yang dapat diselesaikan dengan mudah menjadi

𝑥 = 𝑥0𝑒𝑎𝑡, (3.1)

dengan 𝑥0 adalah nilai awal dan 𝑒 adalah konstanta Naperian (Hunt, 2007).

Kemudian persamaan kedua dari (2.4) dapat diselesaikan dengan cara substitusi (3.1) ke persamaan (2.2) dan diperoleh

𝑑𝑦(𝑡)

𝑑𝑡 = 𝑦(𝑡) + 𝑏𝑎𝑥0𝑒𝑎𝑡. (3.2)

Penyelesaian dari persamaan (3.2) ini adalah

𝑦(𝑡) =𝑏𝑎𝑥𝑎 − 1 + 𝑒0𝑒𝑎𝑡 𝑡𝑦

0. (3.3)

Untuk menyelesaikan persamaan (2.3), substitusi (3.1) dan (3.3) kedalam (2.3) sehingga akan diperoleh

𝑑𝑧

𝑑𝑡= 𝐴 + ( 𝑐

𝑒𝑎𝑇− 1) ( 𝑏𝑎𝑥0𝑒𝑎𝑡

𝑎−1 ) + ( 𝑐

𝑒𝑇− 1) 𝑦0𝑒𝑡. (3.4)

Persamaan (3.4) ini memiliki penyelesaian sebagai berikut.

𝑧(𝑡) = 𝑧0+ 𝐴𝑡 + (𝑒𝑐𝑎𝑇− 1) (𝑏𝑥0𝑒 𝑎𝑡 𝑎 − 1 ) + (

𝑐

𝑒𝑇− 1) 𝑦0𝑒𝑡. (3.5)

Keadaan ekuilibrium atau kondisi stabil dari 𝑧 dapat dianalisis dari persamaan (3.4) dengan menyamakan ruas kiri dengan nol, sehingga diperoleh

𝐴 = (1 −𝑒𝑐𝑎𝑇) (𝑏𝑎𝑥𝑎 − 1 ) + (1 −0𝑒𝑎𝑡 𝑒𝑐𝑇) 𝑦0𝑒𝑡 (3.6)

Persamaan ini dapat menjelaskan beberapa kondisi untuk mendapatkan keadaan stabil dari tanah yang dapat digunakan. Kondisi pertama jika tidak ada penambahan tanah 𝐴 maka untuk 𝑎 = 1 nilai 𝑐 = 𝑒𝑎𝑇 dan untuk 0 ≤ 𝑎 < 1 nilai

𝑐 = 𝑦(𝑡)

(𝑒𝑎𝑇(𝑎−1)𝑏𝑎𝑥0𝑒𝑎𝑡)+(𝑦0𝑒𝑡𝑒𝑇 ).

Sedangkan untuk kondisi kedua dimana ada penambahan tanah 𝐴, maka nilai 𝐴 ini sangat dipengaruhi oleh nilai 𝑐, atau dapat diartikan jika semakin besar nilai 𝑐 (mendekati 1) maka tanah tambahan yang dibutuhkan akan semakin sedikit.

(6)

Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 Maret 2018 58 SIMULASI

Dalam subbab simulasi ini, dibahas beberapa kasus yang menjadi permasalahan dalam penggunaan lahan makam. Kasus pertama adalah jika tidak adanya penambahan lahan atau dengan arti nilai 𝐴 adalah nol. Kasus kedua yakni bagaimana penambahan lahan jika mengenai penggunaan lahan makam, mulai dari luas lahan perorang sampai dengan lama makam yang dapat ditumpangkan, mengikuti aturan pemerintah.

Pada simulasi kasus pertama dengan 𝐴 = 0, digunakan nilai 𝑎 = −0,005 dan 𝑎 = 0,001. Kasus dengan nilai 𝑎 = −0,005 ini merupakan pendekatan untuk masalah kematian di Jakarta. Nilai lainnya yang diberikan adalah 𝑥0 = 1976, 𝑏 =

3,125, 𝑦0 = 0, 𝑧0 = 5976851 dan 𝑇 = 3. Pada kasus pertama ini, telah kita

ketahui bahwa agar memenuhi kondisi yang stabil, maka diperlukan nilai 𝑐 = 𝑒𝑎𝑇. Sehingga keadaan stabil ini akan terjadi jika 𝑎 ≤ 0, yang akan mengakibatkan kemungkinan 𝑐 tetap berada pada rentang [0, 1]. Keadaan ini diperlihatkan pada Gambar 1. yang menunjukkan bahwa untuk nilai 𝑎 = −0,005 mewakili kasus untuk jumlah kematian yang semakin menurun. Untuk gambar 1.b terlihat jelas bahwa jumlah tanah yang terisi semakin naik, akan tetapi dalam 1.c diperlihatkan bahwa jumlah tanah yang dapat digunakan akan bernilai konstan. Dengan demikian untuk kasus ini tanah makam akan tetap dapat terpakai untuk selamanya.

Gambar 1. Keadaan stabil yang akan terpenuhi untuk 𝒂 = −𝟎. 𝟎𝟎𝟓 dan dengan

(7)

Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 Maret 2018 59

Keadaan yang sebaliknya akan terjadi jika nilai laju kematian 𝑎 > 0 , maka keadaan stabil untuk tanah yang digunakan tidak mungkin dapat terpenuhi atau dengan kata lain tanah akan terus berkurang hingga banyaknya lahan untuk menguburkan jenazah habis atau tidak tersisa, hal ini dikarenakan jika nilai 𝑎 > 0 akan mengakibatkan nilai 𝑐 > 1 yang tidak mungkin dapat dipenuhi karena nilai maksimal dari c adalah 1 . Kejadian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Terlihat bahwa pada Gambar 2c grafik akan semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengantisipasi permasalahan lahan ini haruslah ada penambahan lahan makam baru pada setiap tahunnya

Untuk kasus kedua, yaitu jika diberikan penambahan lahan setiap tahunnya, akan dibahas berapa banyak lahan yang diperlukan setiap tahunnya untuk masalah yang diambil, yaitu masalah di kota Jakarta. Pertama jika kita mengumpamakan banyaknya keluarga yang mengijinkan makam saudaranya digunakan sebagai makam tumpangan adalah 0,5 dari keseluruhan, hal ini kita ambil karena peluang untuk 𝑐 mendekati 1 adalah sangat kecil.

Gambar 2. Untuk 𝒂 = 𝟎. 𝟎𝟎𝟏 dan dengan memaksimalkan 𝒄 = 𝟏, maka luas lahan yang dapat digunakan akan terus berkurang dan akan memerlukan suatu

penambahan lahan baru.

Jika 𝑎 = −0,005, maka dari hasil analisis pada bab 3 diperoleh 𝐴 =

0,492 𝑦(𝑡). Ini dapat diartikan bahwa untuk tahun yang akan datang harus disiapkan tanah tambahan 0,492 dari luas tanah yang terpakai tahun ini.

(8)

Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol. 3 No. 1 Maret 2018 60 KESIMPULAN

Setelah melakukan analisis tentang model ini, yang dapat disimpulkan dari masalah ini adalah bahwa jika tidak adanya penambahan lahan makam disetiap tahunnya, maka haruslah pemakaman yang ditumpangkan sebanyak 𝑒𝑎𝑇, dengan mengambil kasus di jakarta, maka besarnya yang ditumpangkan adalah sebesar 0,9851 dari makam yang terpakai. Hal ini termasuk sulit untuk terjadi karena banyaknya makam yang ditumpangkan tidak mungkin dapat sebanyak itu, mengingat bahwa banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk menumpangkan makam. Sedangkan untuk masalah adanya penambahan lahan makam, maka penambahan yang dilakukan harus memenuhi persamaan 3.5, dimana untuk kasus Jakarta penambahan yang dilakukan sebesar 0,492 dari besarnya luas tanah yang terpakai.

Dari analisis yang telah dilakukan maka cara yang paling memungkinkan adalah harus adanya penambahan lahan makam pada setiap tahunnya. Ini dikarenakan sulitnya memenuhi prasyarat penumpangan makam dan besarnya nilai penumpangan yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakaman.

RUJUKAN

Al-Khattab, N. (2007). Translation of Sahih Muslim Vol.2. London: Darussalam International Publications Ltd.

Allman, E.S., & Rhodes, J.A. (2003). Mathematical Models in Biology: An

Introduction. New York: Cambridge University Press.

Edwards, C.H. & Penney, D.E. (2001). Differential Equation and Linear Algebra.

New Jersey: Prentice Hall Inc.

Finizio, N. & Ladas, G0-0. (1982). Persamaan Diferensial Biasa dengan

Penerapan Modern. Jakarta: Erlangga.

Hunt, Earl. (2007). The Mathematics of Behavior. New York: Cambridge University Press.

Sasongko, A. (2016).Lahan Pemakaman Terbatas Makam Nebeng Jadi Solusi.,

Retrieved from

www.republika.co.id/berita/regional/jabodetabek/11/07/05/lnu8nw-lahan-pemakaman-terbatas-makam-nebeng-jadi-solusi

Anonymous. (2013). Larangan Seputar Kuburan. Retrieved from www.fatwatarjih.com/2013/10/larangan-seputar-kuburan.html

Nagle, R.K. dan E.B.Saff. (2004). Fundamental of Differential Equation and

Boundary Value Problem. USA: Addison-Wesley Publishing Company.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2007. Sugono, Dendy. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Supriyadi, Lalu Agus, dkk. (2015). Analisis Pendukung Pengambilan Keputusan

Prioritas Penataan Pemakaman di Kota Mataram Berbasis Sistem Informasi Geografi. Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan, 1(1)

Gambar

Gambar 1. Keadaan stabil yang akan terpenuhi untuk
Gambar 2. Untuk

Referensi

Dokumen terkait

Pada penambahan 6% berat MgO ini, terbentuk fasa β ” yang lebih dominan jika dibandingkan dengan 0% dan 3% berat MgO, artinya dengan adanya penam- bahan 6% berat MgO ini

Hal ini menunjukan adanya anomali yang terbaca dengan baik disekitar elektroda – elektroda tersebut, jika dibandingkan dengan beda tegangan yang lain akan sangat

Pada penambahan 6% berat MgO ini, terbentuk fasa β” yang lebih dominan jika dibandingkan dengan 0% dan 3% berat MgO, artinya dengan adanya penam- bahan 6% berat MgO ini

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,