A. KARAKTERISTIK
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul mall (pemilik dana) dengan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah/bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika usaha mengalami kerugianmaka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengguna dana,seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana.
Dalam pelaksanaanya mudharabah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah (investasi tak terikat) dan mudharabbah maqayyadah (investasi terikat). mudharabah muthlaqah adalah akad mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam dalam pengelolaan investasi, sedangkan mudharabbah maqayyadah adalah dima pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara dan obyek investasi. Dalam oprasional mudharabah, entitas syariah dapat bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana maka dana yang disalurkan disebut investasi mudharabah. Apabila entitas syariah sebagai pengelola dana maka :
a. Dalam akad mudharabah muqayyadah, dana yang duterima disajikan dalam laporan perubahan investasi terikat sebagai investasi terikat dari masalah.
b. Dalam akad mudharabah muthlaqah, dana yang diterima disajikan dalam neraca sebagai dana syirkah temporer. Mengenai pengembalian pembiayaan mudharabah dapat disajikan brsamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad mudharabah.
c. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan dana mudharabah menimbulkan kerugian, maka kerugian finansial menjadi tanggungan pemilik dana.
B. PRINSIP PEMBAGIAN HASIL LABA
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil datau bagi laba. Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian laba adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.
Contoh :
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan 100
Laba Kotor 65 Gross Profit Margin
Beban 35
Laba Bersih 10 Net Profit Sharing
Dalam PSAK ini, reveneu sharing (omset penjualan atau pendapatan) tidak diperkenankan sebagai dasar bagi hasil, dengan alasan bahwa dalam penjualan mengandung unsur modal pokok atas barang yang dijual oleh entitas. Dengan demikian, dasar bagi hasil yang diperkenankan adalah laba kotor atau laba bersih (gross profit ataunet profit sharing). Apabila entitas pengelola dana mudharabah memperoleh keuntungan maka keuntungan dibagi hasilkan antara pemilik dana mudharabah dan pengelola dana mudharabah, sedangkan bila pengelola mudharabah menderita rugi norma, bukan kelalaian pengelola, maka kerugian menjadi tanggungan pemilik dana (shahibul mall). Keuntungan yang dibagi didasarkan pada nisbah yang telah disepakati pada awalakad disepakati ke dua belah pihak, misal: 40:60, yaitu 40% untuk pengelola dana mudharabah dan 60% untuk pemilik dan mudharabah. Berdasarkan contoh diatas, bila kita menggunakan gross profit sharing sebagai dasar bagi hasil dan nisbah bagi hasil adalah 40:60, yaitu 40% untuk pengelola dana mudharabah dan 60% untuk pemilik dana mudharabah, maka bagian bagi hasil untuk :