Obat Apa Yang Cocok?
Tn. Fathir berusia 60 tahun, bekerja sebagai penarik becak datang ke Puskesmas karena mengeluh pegal-pegal dan nyeri sendi kaki yang terus menerus. Ia bercerita pada dokter bahwa sebelumnya sudah pernah mencoba minum obat pil penghilang rasa sakit dan memakai obat gosok yang dibeli di toko obat, nyeri sendinya hanya
membaik sebentar tetapi kemudian muncul lagi. Tn. Fathir meminta dokter untuk menyuntiknya karena menurutnya dulu ia pernah disuntik dan nyeri sendinya hilang. 1. Dasar-dasar terapi pada infeksi, penyakit degeneratif, dan neoplasma
Terapi penyakit infeksi Terapi neoplasma (kanker) Terapi penyakit degeneratif
2. Pendahuluan antimikroba (antibiotik, antiviral, antifungi)
Antimikroba (AM) :Obat pembasmi mikroba (yang merugikan khususnya pada manusia)
Mikroba: jasad renik tidak termasuk parasit
Memiliki sifattoksisitas selektif, yakni bersifat toksik terhadap mikroba penyebab penyakit, tetapi tidak terhadap hospes manusia
Antibiotik
Zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba (terutama fungi) yang menghambat atau membasmi mikroba jenis lain
Klasifikasi antibiotik Rumus kimia
Golongan B-laktam : penicillin, amoxicillin, cefalosporin
Golongan aminoglikosida : streptomisin, neomisin, kanamisin, paramomisin
Sumber
Jamur/fungi : penisilin dari penisilium notatum Bakteri : polimiksin dari vacillus polimixa Algae : asam usnat
Tanaman tinggi : garlisina dari allium sativum Binatang : eritrina dari sel darah merah sapi Mekanisme kerja
Menghambat sintesa dinding sel bakteri pada waktu sel membelah d iri
Mempengaruhi permeabilitas membran sel kuman Merusak plasma membran
Zat yang seharusnya masuk, tidak masuk ke dalam suatu bakteri Contoh : polomiksin, nistatin
Menghambat sintesa protein
Menghambat proses transkripsi Contoh : rifamfisin, aktinomisin Menghambat proses translasi
Menghambat kerja ribosom 30 S : streptomisin, tetrasiklin, kanamisin
Menghambat kerja ribosom 50 S : kloramfenikol, klindamisin, linkomisin
Menghambat reaksi metabolik
Menghambat reaksi enzimatik. Contoh : sulfonamid, trimetropim Menghambat sintesa asam nukleat
Contoh : mitomycin, nalidixic acid Spektrum kerja
Spektrum luas (broad spektrum): efeknya luas, bisa terhadap banyak jenis bakteri, protozoa
Contoh : kloramfenikol, tetrasiklin
Spektrum sempit (narrow spektrum): Hanya bisa menghambat bakteri gram positif atau negatif saja
Contoh : penisilin, sefalosporin, eritromisin
Ketika mikroba belum diketahui sebagai penyebabnya : gunakan spektrum luas
Ketika penyebab telah diketahui : gunakan spektrum sempit Cara kerja
Bakterisidal: AM menyebabkan bakteri terbunuh (lisis). Contoh : B-laktam (penicillin, sefalosporin)
Bakteriostatik: AM hanya menghambat pertumb.bakteri. Contoh : tetrasiklin, kloramfenikol
Pada pasien dengan imunitas lemah : berikan bakterisidal Sifat antimikroba
Berdasarkansifat toksisitas selektifnya, menjadi antimikroba yang memiliki : Aktivitas bakteriostatik: menghambat pertumbuhan mikroba, tidak sampai membunuhnya
KHM: kadar hambat minimal, kadar minimum antimikroba untuk menghambat pertumb.mikroba
Aktivitas bakterisid: membunuh mikroba
KBM: kadar bunuh minimal, kadar minimum antimikroba untuk membunuh mikroba
Berdasarkanefektivitasnyaterhadap mikrobial tertentu, sifat AM dibagi menjadi :
Berspektrum luas, yakni bekerja efektif terhadap sejumlah mikrobial
Berspektrum sempit, yakni hanya bekerja efektif terhadap sedikit mikrobial Mekanisme kerja antimikroba
Mengganggu metabolisme sel mikroba
Sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon Berefek bakteriostatik
Mikrobamembutuhkan asam folatuntuk kelangsungan hidupnya Mikroba memperoleh asam folat melaluisintesis dari bahan PABA (asam para amino benzoat)
Antimikroba (misal : sulfon)ikut serta dalam proses sintesisbersaing dengan PABA, dihasilkan asam folat nonfungsional
Menghambat sintesis dinding sel mikroba
Penicilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, vankomisin, sikloserin Berefek bakterisidal
Dinding sel bakteri terdiri atas peptidoglikan
Peptidoglikandihambat sintesisinya oleh antimikroba
Tekanan osmotik di dalam sel bakterilebih tinggi daripada dari luar, sehingga terganggunya sintesis dinding bakteri menyebabkan bakteri lisis (bakterisid)
Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
Polimiksin, golongan polien, antimikroba kemoterapeutik
Antimikroba merusak permeabilitas membran sel dengan cara : Bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid (polimiksin)
Bereaksi dengan sterol pada membran sel fungus (polien) Mengubah tegangan permukaan (surface active agents)
Rusaknya permeabilitas membran, menyebabkan komponen penting dalam sel mikroba keluar (protein, asam nukleat, nukelotida)
Menghambat sintesis protein sel mikroba
Aminoglikosid, makrolid,linkomisin, tetrasiklin, kloramfenikol Sel mikroba perlu mensintesis berbagai macam protein
Sintesis protein memerlukan bantuanmRNA dan tRNAdi ribosom 2 subunit ribosom, yakni 3OS dan 5OS berikatan pada kedua ujung dari mRNA (menjadi 7OS) untuk kemudian dibaca oleh tRNA (terjadi proses translasi)
Misal :steptomisinberikatan dengan komponen ribosom 3OS, akibatnya tRNA keliru membaca mRNA yang tidak dilengkapi 3OS (translasi gagal), sehingga protein yang dihasilkanabnormal dan nonfungsional
Rifampisin berikatan denganenzim polimerase RNAsehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut
Obat antiviral (antivirus)
Virus sebagai parasit obligat intrasel
Replikasi bergantung pada sintesis protein di sel penjamu
Agen antivirus mencegah virus masuk atau keluar dari virus, menghambat sintesis DNA virus
Tahap replikasi virus:
Perlekatan virus pada sel pejamu (absorpsi)
Masuknya virus melalui membran sel pejamu (penetrasi) Pengeluaran asam nukleat (uncoating)
Sintesis protein pengatur dini, yaitu polimerase asam nukleat Sintesis DNA atau RNA
Sintesis protein struktural lebih lanjut Perakitan partikel virus (maturasi) Pelepasan dari sel (lisis)
3. Antimicrobial agent dan mekanisme resistensi antimikrobial
Resistensi sel mikroba: suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba
3 pola resistensi
Pola I: belum pernah terjadi resistensi penyebab klinis
Pola II: pergeseran dari peka menjadi kurang pPPeka, tetapi tidak sampai resistensi penuh
Pola III: resisten taraf tinggi, penuh
Faktor penentu sifat resistensi mikroba terhadap AM : elemen genetis
Resistensi alamiah: sejak awal sudah resisten terhadap antimikroba. Contoh : penisilin G terhadap bakteri gram negatif
Resistensi didapat (acquired resistance): semula peka, kemudian tidak atau kurang peka karena memperoleh elemen genetik pembawa sifat resisten
Kelompok resistensi mikroba terhadap AM Resistensi genetik
Mutasi spontan
Terjadi perubahan spontan gen mikroba sehingga menjadi resisten tanpa pengaruh ada-tidaknya AM
Mikroba menjadi resisten apabila mendapat elemen genetik pembawa sifat resisten. Melalui :
Transformasi: faktor resistensi dipindahkan dari donor mikrob ke aseptor mikrob melalui pili seks
Transduksi: faktor resistensi dipindahkan melalui bantuan vektor bakteriofage (virus)
Konyugasi: faktor resistensi dipindahkan mirip peristiwa kopulasi, dimana bertemunya pili seks masing-masing bakteri ke bakteri baru (target)
Faktor resistensi berupa:
Plasmid: elemen genetik terpisah dari DNA-kromosom, DNA ekstrakromosomal (plamid faktor R)
Episom: sifat sama dengan plasmid, hanya saja DNA ekstrakromosomnya dapat bersatu dengan kromosom inti Gen pembawa sifat resisten (segmen DNA / transposable elements):
Insertion sequence: gen pemroses transposisi
Transposon: gen pembawa sifat resisten, berpindah dari plasmid ke kromosom atau sebaliknya
Resistensi nongenetik
Bakteri pada awalnya peka (sensitif) terhadap AM, tetapi dalam keadaan istirahat (dorman/inaktivitas metabolik) bersifat resisten terhadap AM Mikrob yang mengalami resistensi nongenetik disebut persisters Resistensi silang
Mikroba yang resisten terhadap suatu AM dengan resistensi yang sama terhadap AM lain
Mekanisme resistensi
Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba
Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam sel Inaktivasi obat oleh mikroba
Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh AM Meningkatkan produksi enzim yang dihambat AM
Mekanisme terjadinya resistensi
Produksi enzim penginaktivasi anti-biotika Contoh :
Bakteri stafilokokus : B-lactanase menginaktivasi peniciliin dan sefalosporin
Perubahan permeabilitas membran dinding sel bakteri, sehingga penetrasi AB ke dalam sel bakteri terhambat
Pintu masuk AB terhadap bakteri berubah disebabkan permeabilitas plasma bakteri berubah dan tidak tepat sasaran
Contoh : stafilokokus terhadap tetrasiklin Perubahan struktur sasaran
Sasaran AM tidak mengenali bakteri karena strukturnya berubah Subunit 50S sebagai reseptor AM mengalami perubahan
Perubahan metabolisme sel kuman sehingga tidak tergantung oleh suatu senyawa yang mudah dipengaruhi AB
Contoh : dihidrofosfat oleh trimetropim
Produksi bahan metabolit bersifat antagonis terhadap AB
Contoh : m.o.peka terhadap sulfonamide akan memproduksi PABA lebih banyak dan berakibat toksik
4. Resep (definisi, format, tata nama penulisannya, jenis-jenis resep, penulisan resep yang benar)
Resep: Permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat kepada pasien
Format resep Inscriptio
Nama dokter, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi
Sebagai identitas dokter penulis resep
Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi
Invocatio
Permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin“R/ = resipe”artinya ambilah atau berikanlah
Sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek Prescriptio/Ordonatio
Nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan Signatura
Tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu pemberian
Subscriptio
Tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut
Pro (diperuntukkan)
Langkah penulisan resep rasional Membuat diagnosis spesifik
Mempertimbangkan dampak patofisiologik dari diagnosis yang telah dibuat Memilih tujuan terapi yang spesifik
Menentukan obat pilihan
Menentukan regimen dosis yang tepat
Menyusun rencana untuk memantau kerja obat dan menentukan titik akhir terapi Jenis-jenis resep
Resep standar (R/. Officinalis)
Resep yang komposisinya telah dibakukan dan dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar lainnya
Penulisan resep sesuai dengan buku standar Resep magistrales (R/. Polifarmasi)
Resep yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan dalam pelayanannya harus diracik terlebih dahulu
Resep medicinal
Resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan Buku referensi :
Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO), Indonesia Index Medical Specialities (IIMS), Daftar Obat di Indonesia (DOI), dan lain-lain. Resep obat generik
Penulisan resep obat dengan nama generik dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu
Dalam pelayanannya bisa atau tidak mengalami peracikan
5. Waktu dan Cara Pemberian obat (Jadwal standar waktu pemberian obat, hubungan pemberian obat dengan suatu penyakit, teknik pakai macam-macam bentuk obat)
Pemberian obat harus memperhatikan: Interval pemberian
T1/2 menentukan dosis obat, diberikan satu, dua atau tiga kali sehari dan sebagainya
- jam sekali Sekali - jam Sehari - kali Ditentukan oleh:
T1/2 : ultrafast, fast, slow, very slow (kecepatan obat dieliminasi dari tubuh) Lama kerja obat (onset)
Saat pemberian Waktu:
Pagi : steroid, diuretikum (memperlancar perkemihan), antihipertensi Malam : tablet kontrasepsi, suppositoria, antikolesterol, hipnotika, cimetidin, tab provaginal
Kegiatan:
Sesudah makan (2 jam : 2hpc)
Dimaksudkan pada obat yang menyerap HCl (misalnya) pada lambung kosong
Sebelum makan (1/2 - 1 jam : 1hac)
Dimaksudkan pada obat yang membutuhkan adanya makanan. Contoh : vitamin
Obat dimakan dalam keadaan lambung kosong Sedang makan (obat mengandung lemak) Keluhan: ketika terjadi-tidak terjadi serangan Dipengaruhi oleh:
Obat sensitif terhadap asam lambung/obat mengiritasi lambung (harus ada makanan dalam lambung)
Obat yang absorpsinya dipengaruhi makanan (menjadi baik : boleh bersama dengan makan)
Obat yang memodifikasi faal saluran cerna (mempercepat atau memperlambat peristalsis)
Kemungkinan interaksi antar obat-obat Fluktuasi sekresi cairan saluran cerna Teknik pemberian
Rute pemberian Bentuk sediaan obat 6. Bentuk-bentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obat: sediaan yang mengandung satu atau lebih zat yang berkhasiat, dimasukkan dalam satu vehikulum untuk formulasi hingga siap diberikan pada pasien dengan aman
Pembagian BSO Berdasarkan efek
Sistemik Lokal Cara pemakaian
Konsistensi
Solida (padat)
Pulvis (bulk powder)
Campuran obat dan/atau bahan kimia dalambutiran kering, halus dan homogen
Pulvis : bulk powder : serbuk yang tak terbagi Dapat digunakan sebagai :
Pemakaian oral
Serbuk berdasarkan dosis terapi Granul effervescent
Serbuk suspensi (dry syrup) Pemakaian luar/topikal
Serbuk gigi
Douche powder (dilarutkan dalam air)
Pulvis adspersorius (dusting powder : bedak tabur) Insufflation (serbuk dimasukkan dalam lubang tubuh)
Trituration (serbuk obat keras diencerkan dgn bahan dasar) Keuntungan
Pembuatan flexibel Relatif stabil
Absorpsi obat cepat dan komplit Cocok untuk anak-anak dan manula Kerugian
Butuh waktu dalam pembuatan Rasa tidak enak sulit dihilangkan Hygroskopis
Sebagai bentuk serbuk tak terbagi, dosis kurang akurat Pulveres (divided powder)
Campuran yang terdiridari 1 atau lebih bahan obatyang dibuat dalam bentukterbagi-bagi, kering, halus dan homogen
Keuntungan Relatif stabil
Absorpsi obat cepat dan komplit Cocok untuk anak-anak
Dosis akurat
Dapat dimasukkan dalam cangkang kapsul Kerugian
Butuh waktu dalam pembuatan Rasa tidak enak sulit dihilangkan Tidak dibuat untuk waktu yang lama Dibagi menjadi :
Sediaan padat yang dibuat denganmengempa atau mencetak obatatau campuran obat dengan atau tanpa zat tambahan Tablet kempa (compressed tablet)
Tablet salut Tablet berlapis
Tablet dilepas terkontrol Tablet untuk dilarutkan Tablet sisip
Tablet cetak (triturated tablet) Dispensing tablet
Hypodermic tablet Keuntungan
Pembuatan sampel mudah Menguntungkan
Relatif stabil
Praktis dalam penyimpanan dan pengemasan Dosis akurat
Mudah dibawa Rasa lebih enak
Cara makan lebih mudah Kapsul
Bentuk sediaan obat yangterbungkusdalam suatu cangkang Kapsul terbuat darigelatin, metil celulosa
Kapsul mudah larut dalam air
Menetapkan waktu hancur dari kapsul dengan cara: Masukkan 5 kapsul ke dalam alat tertentu, lalu diturun naikkan dalam air pada temp.35-39 derajat celsius. Kapsul harus larut dalam waktu 15 Menit
Penggolongan kapsul Hard gellatin capsule
Terdiri dari 2 kantong berbentuk silinder yang tertutup satu sama lain
Soft gellatin capsule
Bentuknya oval terbuat dari gelatin, glycerin atau plastik tertentu
Kapsulnya cendrung elastis, tidak mudah pecah Keuntungan
Tidak berasa
Cara pemakaian mudah
Pengisian obat dalam cangkang kapsul relatif mudah baik secara racikan atau pabrikan
Dapat dibuat untuk permintaan resep dengan dosis tepat Lebih lunak dari tablet (mudah ditelan)
Suppositoria
Sesudah masuk, suppsitoria harus mudah melunak, larut dalam rongga tubuh
Macamnya :
Suppositoria analia
Efek sistemik, sedatif, analgetik Suppositoria vaginalia
Bentuk lonjong/oval
Suppositoria urethralia (bacila)
Bahan dasar oleum cacao, silinder Semi solida (setengah padat)
Digunakan untukobat luar, dioleskan pada kulit untuk terapi, pelindung kulit atau kosmetika
Salep (unguentum)
Sediaan obat yang dioleskan sebagai obat luar dengan bahan obat terdispersi homogen dalam bahan dasar(vehikulum)yang cocok Krim (cremor)
Sediaan setengah padat berupaemulsimengandung banyak air, dimaksudkan untuk pemakaian luar
Digunakan pada daerah yang peka dan mudah dicuci dengan air Cocok untuk kondisi inflamasi kronis dan kurang merusak jaringan yang baru terbentuk, bahan kosmetik
2 tipe krim:
Tipe emulsi minyak dalam air O/W : lebih sesuai untuk digunakan pada daerah lipatan
Tipe emulsi air dalam minyak W/O : efek lubrikasi lebih baik Pasta
Salep yang banyak mengandung bahan padat (lebih dari 50persen), keras tidak meleleh pada suhu tubuh, sebagai penutup/pelindung tubuh
Keuntungan
Mengikat cairan sekret (eksudat)
Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka. sehingga mengurangi rasa gatal lokal
Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih lama
Jelly
Salep yang halus, mengandungsedikit lilin, digunakan pada membran mukosa sebagaipelicin (basis)
Sapo medicatus
Didapat dari saposifikasi alkali dengan lemak atau as.lemak tinggi Alkali KOH - sabuk lunak
Alkali NaOH - sabun keras Fluida (cair)
Faktor-faktor pemilihan BSO yang tepat Faktor penyakit
Berat ringan penyakit Lokasi penyakit Penderita
Umur penderita Keadaan penderita Sosial ekonomi penderita Faktor obat
Sifat fisik obat Sifat kimia obat
Sifat farmakologi obat 7. Regulasi narkotik dan psikotropika
Psikotropika: obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utamaterhadap aktivitas mental dan perilaku, dan digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik
Contoh : ecstacy, shabu-shabu
Narkotika: obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadapperubahan atau penurunan kesadaran, hilangnya rasa, dan mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, digunakan untuk analgesik, antitusif, antispasmodik, dan premedikasi anestesi
Contoh : morfin, kodein, heroin (putaw), methadone, ganja, amphetamine Keduanya bekerja selektif terhadapsistem saraf pusat (SSP). Psikotropika memiliki efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku(psikiatrik) sedangkan narkotika terhadap perubahan atau penurunan kesadaran, menghilangkan rasa nyeri (anastetik) 8. Macam-macam dosis dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besarnya dosis dan melakukan penghitungan dosis untuk dewasa dan anak-anak
Dosis obatadalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam
satuan berat, isi (volume) atau unit pada satuan waktu tertentu Dosis minimal
Dosis yang paling kecil yang masih memberikan efek terapeutik Dosis maksimal
Dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan tanpa efek toksis Dosis permulaan
Dosis yang diberikan pada permulaan menggunakan obat untuk mencapai kadar tertentu dalam darah
Dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak kambuh lagi. Hanya untuk penyakit tertentu, misalnya asma, alergi, jantung dll.
Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis) Dosis optimal atau dosis yang paling baik Dosis toksik
Penggunaan obat melebihi dosis maksimal Dosis letalis
Dosis yang menimbulkan kematian Dosis letal 50
Dosis yang membunuh 50% dari binatang percobaan Regemen dose
Pengaturan dosis serta jarak antara dosis terapi dengan obat, memberikan efek secara klinik, mempertahankan konsentrasi terapeutik obat dalam tubuh
Dosis ganda
Pemberian dosis tunggal yang berulang, disebut juga multiple dose
administration, mengakibatkan akumulasi obat dalam tubuh, supaya MEC (minimal effect concentration) tercapai
Satuan dosis
Ukuran berat/bobot : mg-g-kg-mcg Ukuran volume : mikrol-ml-l
Ukuran unit/satuan : IU Persentase : b/b-b/v-v/v-v/b
Faktor yang berpengaruh terhadap dosis Umur, berat/bobot badan
Jenis kelamin Rute pemberian Kondisi penyakit Perhitungan dosis
Dosis maks sekali dan dosis maks sehari tidak boleh melampaui 100persen dari dosis yang ditetapkan
Misal : obat A 1.5 mg diminum 4dd. pulv. I Dengan dosis maks sekali :2 mg
Dosis maks sehari :4 mg
Sebagai pembagi (pembanding)
Dosis sekali : 1.5/2 x 100persen : 75 persen (boleh)
Dosis maks sehari : (1.5 x 4)/4 x 100persen : 150 persen (tidak boleh)
Young, kurang dari sama dengan 8 tahun : (n(tahun))/n+12 x dosis dewasa Dilling, lebih dari sama dengan 8 tahun : (n(tahun))/20 x dosis dewasa Freid, hitungan bulan : (m(bulan))/150 x dosis dewasa
Clark, hitungan kgBB : kgBB/68 x dosis dewasa
Luas permukaan: (1.5 x kgBB) + 10 x persentase dosis dewasa Satuan berdasarkan bobot badan : mg/kgBB/kali (sehari)
Bobot dan persentase : umur, bobot persen terhadap dosis dewasa Metode compounding
Compounding: meracik atau mencampurkan obat menjadi satu kesatuan dosis yang diberikan kepada pasien. Dijadikan puyer (pulveres) atau sirup
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencampurkan bahan Teknis pencampuran
Tidak semua obat bisa kompatibel/sesuai jika dijadikan satu paket serbuk Ada obat yang jika dicampurkan bersama membuat sediaannya jadi lembek karena adanya interaksi antarbahan (menurunkan titik eutetis/titik lebur obat) atau warnanya berubah
Rasionalitas penggunaan
Pikirkan sisi rasional ketika penyatuan obat melibatkan : Obat dengan dosis pemakaian berbeda
Misal : antibiotika dengan penurun panas (anti inflamasi)
Antibiotika harus diminum sampai habis, misalnya 5 hari sedangkan obat turun panas cukup diminum bila perlu saja. Bila dicampur, obat turun panas akan diminum juga selama 5 hari (meningkatkan resiko terjadinya efek samping atau toksisitas/keracunan)
Obat dengan target kerja berbeda
Misal : obat yang bersifat sustain realease (enteric coated), yakni obat yang didesain khusus agar substansi terapeutik terlepas perlahan pada tempat yang sesuai (dipertahankan tidak dilepas di lambung : coated-nya tahan asam lambung) tetapi lepas di usus yang basa
Ketika obat sustain realease yang membutuhkan salut dilepas dari salutnya dan digerus, maka tujuan obat tersebut hilang, mungkin saja akan terjadi iritasi lambung
Kebersihan
Hindari kontaminasi dengan obat-obat yang tidak seharusnya dicampurkan tetapi tercampurkan akibat terbawa oleh mortar dan stemper (cuci terlebih dahulu sebelum dipakai)
Dosis yang tepat
9. Golongan darah (blood grouping serology)
Antigen (aglutinogen): protein atau lipoprotein yang terdapat pada lapisan lipid membran eritrosit. Dikodekan oleh gen-gen tertentu pada lokus spesifik DNA
Antibodi (aglutinin): terdapat pada protein plasma sebagairespons adanya antigen endogen normal dalam tubuh
12 sistem blood grouping ABO
DUFFY DIEGO DOMBROD KELL KIDD Lewis Li
Lutheran MNS Rhesus Sm and Bua
Golongan darah ABO
A: antigen A pada eritrosit dan antibodi B (anti-B) pada plasma. Genotipe : AA, AO B: antigen B pada eritrosit dan antibodi A (anti-A) pada plasma. Genotipe : BB, BO AB: antigen A dan antigen B pada eritrosit dan tidak berantibodi pada plasma. Genotipe : AB
O: tidak berantigen pada eritrosit dengan antibodi A (anti-A), antibodi B (anti-B), dan antibodi AB (anti-AB) pada plasma. Genotipe : OO
Aglutinasi transfusi ABO
Penentuan golongan darah berdasarkan ada-tidaknya koagulasi (aglutinasi). Terjadi koagulasi pada zona :
A: anti-A, anti-AB B: anti-B, anti-AB
AB: anti-A, anti-B, anti-AB O: nonaglutinasi
Golongan darah Rhesus D+: antiRh + kontrol Rh -D-: antiRh kontrol Rh
Transfusi darah: pemberian darah atau komponen darah dari satu individu (donor) ke individu lainnya (resipien), dimana dapat menjadi penyelamat nyawa, dan dilakukan dengan indikasi yang jelas
Komponen darah: bagian darah yang dipisahkan dengan cara fisik/mekanik (sentrifugasi)
Fraksi plasma: derivat plasma yang diperoleh dengan cara kimia/fraksinasi Produk darah: mencakup fraksi plasma dan komponen darah
Macam komponen darah Selular
Darah utuh (whole blood)
Berisi eritrosit, leukosit, trombosit dan plasma
1 kantong darah lengkap : 250 mL darah + 37 mL antikoagulan Darah segar : disimpan sampai 48 jam (2 hari)
Darah baru : disimpan sampai 5 hari Disimpan dalam suhu 1-6 C
Sel darah merah pekat (packed red blood cell)
Didapat dengan memisahkan plasma dari whole blood sehingga diperoleh eritrosit dengan nilai hematokrit 60-70 persen
Dengan sedikit leukosit (packed red blood cell leukocytes reduced) Kandungan leukosit 5 x 10pangkat6 leukosit/unit
Cuci (packed red blood cell washed) Whole blood yang dicuci dengan salin Membuang 98persen plasma
Menurunkan konsent.leukosit, trombosit, debris Beku yang dicuci (packed red blood cell frozen)
Disimpan pada suhu -65 C atau -200 C selama 10 tahun Dicuci dengan salin dan glukosa
Untuk menyimpan darah langka Trombosit konsentrat (concentrate platelets)
Dengan sedikit leukosit (concentrate platelets leukocytes reduced) Granulosit feresis (granuloscytes pheresis)
Non-selular
Plasma segar beku (fresh frozen plasma) Mengganti kekurangan faktor koagulasi
Diberikan pada pasien yang mengalami gangguan pembekuan darah Plasma donor tunggal (single donor plasma)
Kriopresipitat faktor antihemofilia (cryoprecipitate AHF)
Pasien yang hanya kekurangan FVIII (hemofilia A), defisiensi FXIII, fibrinogen, dan von willebrand
Macam derifat plasma Albumin
Faktor VIII dan faktor IX pekat Rh imunoglobulin
Plasma ekspander sintetik Syarat transfusi darah
Donor :
Keadaan umum baik Usia 17-65 tahun
Berat badan 50 kg atau lebih
Tidak demam (temp.oral kurang dari 37.5 C) Frekuensi dan irama denyut nadi normal Tekanan darah 50-100/90-180 C
Tidak ada lesi kulit berat Cross-match test
Serangkaian prosedur sebelum transfusi untuk memastikan seleksi darah yang tepat untuk mendeteksi antibodi ireguler dalam serum resipien yang akan mengurangi ketahanan hidup dari eritrosit donor setelah transfusi
2 jenis cross match test : Mayor test
Menguji reaksi antara eritrosit donor dengan serum resipien Dilakukan tes pratransfusi
Menunjukkan antibodi aglutinasi, sensitisasi, hemolisis, tes antiglobulin Minor test
Menguji reaksi antara serum donor dengan eritrosit resipien Tidak dilakukan tes pratransfusi
Merupakan tes rutin pada darah donor setelah pengumpulan darah Hemofilia A (classic hemofilia): defisiensi atau disfungsi F VIIIc
Hemofilia B (christmas disease): difesiensi atau disfungsi F IX
PVW (penyakit von willebrand): difesiensi atau disfungsi FVW (faktor von willebrand). FVW untuk :
Memudahkan adhesi trombosit pada kondisi strees berat pada subendotel pembuluh darah