• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR SOSIOLOGI BUDAYA BUSANA DI IND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGANTAR SOSIOLOGI BUDAYA BUSANA DI IND"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR SOSIOLOGI

BUDAYA BUSANA DI INDONESIA

(LOMBOK)

Dosen Pembina : Dra. Nurul Aini, M.Pd.

Disusun Oleh

Arum Retnoningsih ( 1705425320 )

Jihan Afifah ( 170542532015 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI Program Studi D3 Tata Busana

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan karunianya kepada kami. Sehingga kami dapat berkesempatan menyusun dan menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “Pengantar Sosiologi : Budaya Busana di Lombok”. Tidak lupa juga kami ucapkan kepada Dosen Pembina kami, Dra. Nurul Aini, M.Pd. yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyusun makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui tentang budaya berbusana di Lombok mulai dari sejarahnya, busana yang digunakan, dan lain sebagainya. Jika ada kekurangan dalam penulisan ini mohon dimaklumi, karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt. oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini, karena makalah ini jauh dari kata sempurna.

Terima kasih.

Malang, 21 Maret 2018

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …...………..……… ii

DAFTAR ISI ………..……… iii

BAB I : PENDAHULUAN ……….. 4

A. Latar Belakang ………. 4

BAB II : PEMBAHASAN ………..………... 6

A. Sejarah Suku Sasak ………...…..………. 6

B. Sifat Masyarakat Suku Sasak ………….……..……… 8

C. Budaya Suku Sasak ………….………..………... 9

D. Pakaian Adat Suku Sasak ………….……….………... 17

E. Aksesoris Pakaian Adat Suku Sasak ………….………... 18

F. Perkembangan Busana Suku Sasak .…..………... 25

BAB III : PENUTUP ………..………. 29

A. Kesimpulan...…………...….………. 29

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata "busana" diambil dari bahasa Sansekerta "bhusana". Namun dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti "bhusana" menjadi "pananan pakaian". Meskipun demikian, pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan seala sesuatu yang kita pakai mulai dai ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesoris) dan tata riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang terolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh terhadap hal-hal yang terdapat di sekelilingnya, seperti terlindung dari panas dan dinginnya cuaca maupun gangguan binatang-binatang kecil yang berbahaya. Pakaian juga berfungsi untuk menambah nilai estetika guna untuk mempecantik diri seseorang. Fungsi etika dari pakaian adalah untuk melindungi bagian-bagian tertentu. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh atau rumah.

(5)

banyak lagi. Pakaian tradisional adalah hasil dari sebuah budaya suatu daerah yang mempunyai ciri khas tersendiri dan merupakan bagian penting yang juga diakui sebagai salah satu identitas bangsa (Wang, 2009: 1).

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Suku Sasak

Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam “ekor” di sisi barat daya yang panjangnya ±70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km2 menempatkannya pada peringkat

108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.

Selat Lombok menandai batas flora dan fauna asia. Mulai dari pulau Lombok ke arah timur, flora dan fauna lebih menunjukkan kemiripan dengan flora dan fauna yang dijumpai di Australia daripada di Asia.

(7)

biasanya ditanam di daerah ini antara lain jagung, padi, kopi, tembakau, dan kapas.

Suku sasak adalah sukubangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan bahasa sasak. Sebagian besar suku sasak beragama Islam, namun sekitar 1% masyarakat suku sasak mempraktikkan agama Islam Wetu Telu. Ada pula sedikit warga suku sasak yang menganut kepercayaan pra-islam yang disebut dengan nama “Sasak Boda”

Wetu Telu yaitu bentuk akulturasi dari ajaran islam dan sisa kepercayaan lama yakni animisme, dinamisme, dan kepercayaan hindu. Selain itu, para penganut Islam Wetu Telu juga tidak menjalankan peribadatan seperti agama islam pada umumnya (sholat lima waktu), yang wajib menjalankan ibadah-ibadah tersebut hanyalah orang-orang tertentu saja seperti kiai atau pemangku adat. Kegiatan apapun yang berhubungan dengan daur hidup (kematian, kelahiran, penyembelihan hewan, selamatan, dsb) harus diketahui oleh kiai atau pemangku adat dan mereka harus mendapat bagian dari upacara-upacara tersebut sebagai ucapan terima kasih dari tuan rumah.

(8)

menenun dalam bahasa orang Sasak adalah Sesek, yaitu kegiatan memasukkan benang satu persatu, kemudian benang disesakkan atau dirapatkan hingga sesak dan padat untuk menjadi bentuk kain dengan cara memukul-mukulkan alat tenun.

Orang suku Sasak yang mula-mula mendiami pulau Lombok menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa sasak sangat dekat dengan bahasa suku Samawa, Bima dan bahkan Sulawesi, terutama Sulawesi Tenggara yang berbahasa Tolaki.

B. Sifat Masyarakat Suku Sasak

Setiap suku di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sifat masyarakat suku Sasak sangat khas dan kental, yaitu baik, ramah, tidak kasar, suka menolong, dan mudah menerima orang baru.

(9)

Ciri khas suku Sasak mau membantu sesame manusia menjadi daya pikat bagi semua orang untuk menerima kehadiran mereka di tengah-tengah keluarga, masyarakat, dan Negara.

Prinsip suku Sasak yaitu hidup mandiri dan saling membantu orang lain. Suku Sasak juga tidak mengharuskan masyarakatnya menikah dengan sesama suku. Asal kedua pasangan saling mencintai, maka diperbolehkan pernikahan meskipun berbeda suku.

C. Budaya Suku Sasak

1. Gendang Beleq

(10)

digunakan. Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perakawinan. Gendang beleq dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk. Komposisi waktu berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan. pada waktu dimainkan pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil menari, demikian juga pembawa petuk, copek dan lelontok.

2. Bau Nyale

(11)

3. Upacara Rebo Bontong

Upacara Rebo bontong dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala (bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini mengandung arti Rebo dan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan pe menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.

4. Slober

(12)

yang terbuat dari pelepah enau dengan panjang 1 jengkal dan lebar 3 cm. Kesenian slober didukung juga dengan peralatan yang lainnya yaitu gendang, petuq, rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga desa Pengadangan kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq Slober. Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.

4. Lomba Memaos

(13)

5. Periseian

(14)

6. Begasingan

Begasingan merupakan salah satu permainan yang mem-punyai unsur seni dan olah raga, merupakan permainan yang ter-golong cukup tua di masyarakat Sasak. Begasingan ini berasal dari dua suku kata yaitu Gang dan Sing yang artinya gang adalah lokasi lahadalah suara. Seni tradisional ini mencerminkan nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegangan kepada petunjuk dan aturan yang berlaku ditempat permainan itu, nilai-nilai yang berkembang didalamnya selalu mengedepankan rasa saling menghormati dan rasa kebersamaan yang cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu tujuan dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang menjadi kebanggaan jati diri. Permainan ini biasanya dilakukan semua kelompok umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah pihak di lapangan.

(15)

Bebubus batu merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang masih dilaksanakan didusun Batu Pandang kecamatan Swela. Bebubus batu berasal dari kata bubus yaitu sejenis ramuan obatan yang terbuat dari beras dan dicampur dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan sedangkan batu adalah sebuah batu tempat untuk melaksanakan upacara yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Prosesi acara ini dipimpin oleh Pemangku yang diiringi oleh kiyai, penghulu dan seluruh warga dengan menggunakan pakaian adat dan membawa Sesajen (dulang) serta ayam yang akan dipakai untuk melaksanakan upacara. Upacara Bebubus batu ini dilaksanakan setiap tahunnya yang dimaksudkan adalah untuk meminta berkah kepada Sang Pencipta.

8. Tandang Mendet

(16)

9. Sabuk Belo

Sabuk Belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya. Sabuk Belo biasanya dikeluarkan pada saat peringatan Maulid Bleq bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Upacara pengeluaran Sabuk Bleq ini diawali dengan mengusung keliling kampung secara bersama-sama yang diiringi dengan tetabuhan Gendang Beleq yang dilanjutkan dengan praja mulud dan diakhiri dengan memberi makan kepada berbagai jenis makhluk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat upacara ini dilakukan sebagai simbol ikatan persaudaraan, persahabatan, persatuan dan gotong royong serta rasa kasih sayang diantara makhluk yang merupakan ciptaan Allah.

D. Pakaian Adat Suku Sasak

(17)

Pakaian adat lambung adalah pakaian adat NTB yang digunakan khusus untuk wanita saat menyambut tamu dan dalam upacara adat mendakin atau nyongkol. Pakaian ini berupa baju hitam dengan kerah bentuk huruf “V”, tidak berlengan, dan berhias manik-manik di tepi jahitan. Pakaian yang dibuat dari bahan kain pelung ini digunakan bersama selendang bercorak ragi genep di bahu kanan atau kiri pemakainya. Selendang tersebut dibuat dari bahan kain songket khas suku sasak. Untuk bawahannya, digunakan kain panjang yang dibalut ke pinggang. Kain tersebut diberi motif bordir kotak atau segitiga di bagian tepinya. Untuk menguatkan balutan kain, digunakan sebuah sabuk anteng atau ikat pinggang berupa kain yang ujungnya sengaja dijuntaikan di pinggang kiri. Penggunaan pakaian adat lambung bagi perempuan umumnya akan dilengkapi dengan beragam aksesoris di antaranya sepasang gelang tangan dan gelang kaki dari bahan perak, anting-anting berbentuk bulat yang terbuat dari daun lontar (sowang), dan bunga cempaka atau mawar yang diselipkan di sanggulan rambut yang bermodel punjung pliset.

 Pakaian adat Pria

(18)

Aksesoris tersebut antara lain ikat kepala bernama capuq yang bentuknya mirip udeng khas bali, ikat pinggang bernama leang yang berupa kain songket bersulam benang emas, dan keris yang diselipkan di samping atau di belakang ikat pinggan. Selain itu, khusus untuk para pemangku adat dikenakan juga selendang umbak berwarna putih, merah, hitam yang panjangnya sekitar 4 meter.

E. Aksesoris Pakaian Adat Suku Sasak

 Aksesoris Pakaian Adat Pria 1. Capuq atau Sapuk

(19)

2. Baju Pegon

Baju pegon merupakan perlengkapan pakaian adat suku sasak yang mendapat pengaruh dari jawa yang mengadopsi model jas eropa sebagai lambang keanggunan dan kesopanan. Untuk memudahkan penggunaan keris model jas tersebut kemudian dimodifikasi menjadi agak terbuka pada bagian belakang pegon. Bahan kain yang digunakan untuk membuat baju pegon umumnya berwarna gelap dan tidak bermotif.

(20)

Leang atau dodot merupakan kain songket yang berfungsi untuk menyelipkan keris. Beragam motif yang terdapat pada kain songket ini diantaranya motif subahnale, keker, bintang empet yang bermakna semangat dalam berkarya pengabdian kepada masyarakat.

4. Kain Dalam Dengan Wiron

(21)

5. Keris

Penggunan keris sebagai pelengkap pakaian adat suku sasak digunakan sebagai lambang kesatriaan dan keberanian dalam mempertahankan martabat. Dalam aturannya pengunaan keris sebagai lambang adat bagian mukanya harus menghadap kedepan, jika terbalik maka berubah makna menjadi siap beperang atau siaga. Pada perkembangannya penggunaan keris sendiri dapat diganti dengan pisau raut atau pemaja.

6. Selendang Umbak

(22)

dihiasi dengan uang cina (kepeng bolong). Umbak sebagai pakaian adat hanya digunkan oleh para pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.

 Aksesoris Pakaian Adat Wanita

1. Pangkak

Pangkak merupakan mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan bunga mawar yang diselipkan disela-sela konde atau sanggul.

2. Tangkong

Sebagai lambang keanggunan jenis pakaian ini umumnya dibuat dari bahan beludru atau brokat dan dapat berupa pakaian kebaya dari bahan berwarna cerah atau gelap.

3. Tongkak

(23)

4. Lempot

(24)

5. Kereng

(25)

6. Aksesoris

Selain perlengkapan yang telah disebutkan diatas ditambahkan pula penggunaan endit atau pending yaitu berupa rantai perak yang difungsikan sebagai ikat pinggang, onggar-onggar atau hiasan berupa bunga emas yang diselipkan dibagian konde, giwang atau anting-anting, serta suku atau ketip yang terbuat dari uang emas dan perak yang dibentuk bros, serta kalung.

Walau pada kenyataannya jilbab dan alas kaki tidak digunakan sebagai kelengkapan pakaian adat suku sasak namun pada perkembangannya penggunaan keduanya tetap dibenarkan. Meski hanya alas kaki berupa selop yang terbuat dari bahan karet maupun kulit dan jilbab yang dimodifikasi dengan tambahan mahkota seperti halnya penggunaan konde atau sanggul.

F. Perkembangan Busana Suku Sasak

(26)

perubahan itu yaitu, berkembangnya pakaian dengan bahan yang sangat minim. Pakaian (sepertinya) dirancang agar dapat memperlihatkan lekuk tubuh, memberikan tonjolan di tempat-tempat bagian tubuh yang indah dipandang mata.

Bahkan kini, pakaian telah menjadi alat pencitraan paling hebat bagi sekelompok orang. Pakaian dapat menerjemahkan karakter, intelektualitas, moralitas, tingkat kesejahteraan, bahkan kelas sosial seseorang.

Begitu cepatnya gerak perubahan yang terjadi pada dunia fashion, sehingga tidak memberikan ruang sedikitpun bagi pakaian lokal untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan itu. Pakaian yang bernuansa lokal, hanya digunakan pada saat berlangsungnya seremonial kebudayaan atau pada event-event tertentu yang membutuhkan lahirnya sentimen kebudayaan. Akibat yang ditimbulkan kemudian, pakaian dengan nuansa lokal cenderung dilupakan, bahkan diabaikan oleh generasi sekarang. Banyak dari kita yang tidak lagi mengenal pakaian khas daerah sendiri, karena hantaman kuat banjir bandeng budaya global.

Kendati demikian, sebagai pengetahuan, jenis pakaian yang digunakan oleh masyarakat suku Sasak, baik pakaian kebudayaan maupun pakaian sehari-hari akan saya jelaskan secara rinci. Secara umum, dikenal berbagai jenis pakaian, untuk laki-laki dan wanita yaitu;

– Pakaian sehari-hari

– Pakaian setengah resmi

– Pakaian resmi.

Pakaian lelaki sehari-hari: Terdiri dari atasan baju atau kaos, baik yang berkerah atau kaos oblong, bawahan mengenakan kain panjang atau sarung. Digunakan untuk keseharian di rumah. Tidak selalu dengan kopiah atau ikat kepala dari kain batik atau kain tenun (Sasak: Sapuq). Tetapi bagi lelaki yang sudah menunaikan ibadah haji, biasanya topi putih selalu lekat di kepalanya.

(27)

tenun yang dililitkan di bagian pinggang (Sasak: bebet atau bengkung) serta memakai sapuq atau kopiah hitam atau topi putih.

Pakaian adat resmi: Sama dengan pakaian casual setengah resmi, ditambah beberapa kelengkapan, muali dari pemakaian sapuq, baju jas pegon, kain songket yang dililitkan sedemikian rupa di antara dada dan lutut (Sasak: leang), dan ditambah dengan menyelipkan sebilah keris di bagian belakang dengan posisi pegangan keris yang terbalik. Posisi keris mengandung isyarat-isyarat. Pemakaian dengan posisi gagang yang siap pakai, menandakan siap duel atau menantang. Keris merupakan kelengkapan atribut hanya bagi kaun lelaki. Keris yang prestisius disebut gerantim, jenis keris yang sarung dan tangkainya bertatahkan emas dan ornamen batu mulia.

Pakaian sehari-hari wanita: terdiri dari baju kebaya dan bawahannya menggunakan kain batik.

Pakaian casual setengah resmi wanita: ditambah dengan jowong atau lempot sebagai penutup kepala. Jowong menggunakan bahan selembar kain tipis yang dililitkan dibagian kepala, mirip tutup kepala wanita Afrika. Sedangkan lempot, bahannya sama dengan jowong, tetapi digunakan agak berbeda, menutupi kepala tetapikedua ujungnya dibiarkan terjurai ke bagian pundak dan dada. Dewasa ini, wanita menggunakan busana muslim sebagai busana setengah resminya.

(28)

Bagi yang sudah berhaji, busana bagi laki-lakinya bercirikan topiputih, serta menggunakan bebet, bengkung pada bagian pinggang. Sementara wanitanya menggunakan busana wanita muslim pada umumnya.

Di wilayah Lombok bagian selatan, wanita mengenakan baju harian tradisional dengan dominasi warna hitam (Sasak: lambung). Pada bagian pinggir kain, diberi siluet sebagai pemanis. Di bagian belakang baju lambung ini, dibuat agak naik sehingga nampak sensual bagi pemakainya. Ada kecenderungan menggelikan. Pada desainer terkini mencoba mengganti warna baju lambung dengan warna yang lebih cerah. Tetapi karena pada dasarnya, baju lambung adalah juga jenis baju bodo seperti yang terdapat dikalangan suku Sumbawa, Bima, Dompu atau Makasar,maka usaha moidifikasi para desainer menjadi tidak berhasil, karena baju lambung menjadi kehilangan ruh yang justru terletak pada warnanya yang hitam polos.

Telinga wanita Sasak di wilayah Lombok bagian Selatan, berhiaskan anting-anting besar dari gulungan daunlontar dengan sedikit aksen dari bahan perak (Sasak: Sengkang). Karena besarnya anting-anting yang digunakan, membuat lubang daun telinganya membesar. Itulah alasnnya, sehingga wanita Sasak generasi kini, tidak lagi menyukai sengkang, karena tidak ingin lubang daun telinganya menjadi besar.

Gadis-gadis di wilayah selatan, dulunya melengkapi asesoris mereka dengan menggunakan gelang kaki dan gelang tangan yang juga terbuat dari bahan perak yang menimbulkan bunyi gemerincing kalau berjalan. Tetapi inipun mulai ditinggalkan, karena dianggap tidakpraktis dan tidak fashionable.

(29)
(30)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di Lombok, fungsi busana yaitu sebagai pelindung tubuh, sebagai nilai estetika, dan biasanya juga dipakai untuk menghadiri acara-acara adat. Di Lombok, semua busana adatnya sama, tidak ada sistem kasta yang diterapkan. Makalah ini akan membahas mengenai sejarah hingga perkembangan busana yang ada di suku sasak yang mendiami pulau Lombok.

Pakaian adat lambung adalah pakaian adat NTB yang digunakan khusus untuk wanita saat menyambut tamu dan dalam upacara adat mendakin atau nyongkol. Pakaian ini berupa baju hitam dengan kerah bentuk huruf “V”, tidak berlengan, dan berhias manik-manik di tepi jahitan.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

 https://fitinline.com

 http:// infobudaya.net

 http://www.alicaris.blogspot.co.id

 Abdurrachim. 2016. Pakaian Adat Tradisional Suku Sasak Lombok.

Lombok

 Lalu Pangkat Ali, S.IP. 2014. Mengenal Pakaian Penduduk Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengujian yang digunakan penulis adalah metode pengujian black box. Pengujian black box merupakan teknik yang digunakan untuk menguji fungsi-fungsi khusus dari perangkat

Yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua

Melihat permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen dan kriteria bagi keberhasilan sebuah commercial street , aktivitas apa yang perlu dikembangkan

Penurunan pada It dipengaruhi oleh penurunan pada semua subkelompok baik padi maupun palawija sebesar 1,20 persen dan 1,01 persen sedangkan naiknya Ib dipengaruhi oleh

Kesalahan peresepan dalam hal penulisan resep meliputi resep yang tidak dapat dibaca, penulisan singkatan yang ambigu atau memiliki dwi makna, kurangnya penulisan

Yusuf menjelaskan : ‚bertahun-tahun iyang lalu saya berfatwa sebagaimana yang difatwakan oleh para ulama, yaitu seorang istri apabila ia masuk Islam, maka wajib dipisah

Untuk mengetahui adanya pengaruh model reciprocal teaching dengan penguasaan konsep IPA siswa Kelas V, dapat dilihat dari rata-rata penguasaan konsep siswa pada