• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengelolaan Koperasi Produksi Stu (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Pengelolaan Koperasi Produksi Stu (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

Sistem Pengelolaan Koperasi Produksi

(Studi Kasus Koperasi SAE “Sinau Andadani Ekonomi”

Pujon)

Amalia Sari1, Shofiya Nailul Muna F.2, Fifi Bahril W. M.3, Nilam Alifia Rizqa F4 Dalam Memenuhi Ujian Akhir Semester Koperasi Islam IB

Program Studi Ekonomi Islam

Jurusan Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

2017

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sistem pengelolaan koperasi

produksi dengan studi kasus Koperasi SAE yang ada di Kecamatan Pujon,

Kabupaten Malang. Koperasi SAE Pujon merupakan koperasi yang bergerak di

bidang produksi dengan hasil utama yaitu susu sapi segar. Koperasi SAE Pujon

menaungi kepentingan anggotanya dan usahanya dalam memberikan

kesejahteraan bagi para anggotanya yang berada di wilayah Kecamatan Pujon.

Dari hasil penelitian bahwa sistem pengelolaan Koperasi SAE Pujon terbagi

dalam dua unit yaitu unit inti dan unit diversifikasi. Unit inti terbagi dalam 4

(empat) sub-unit, yaitu unit persusuan, peternakan, pakan ternak, dan

transportasi. Sedangkan unit diversifikasi terbagi dalam 6 (enam) sub-unit, yaitu

unit waserda, simpan pinjam, kafe wisata, riaring, balai pengobatan, dan

pengadaan hijauan.

Kata kunci: koperasi, koperasi produksi, sistem pengelolaan koperasi produksi

PENDAHULUAN

Menurut (Soekarta, 1989) Secara umum yang dimaksud dengan koperasi

adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian

beranggotakan yang mereka pada umumnya berekonomi lemah yang bergabung

secara sukarela atas dasar persamaan hak berkewajiban melakukan sesuatu

(2)

2 usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.

Menurut UU Nomor 25 tahun 1992 koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umunya serta ikut membangun

tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

maju, adil, dan makmur, berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Sedangkan fungsi

koperasi adalah menunjang kegiatan usaha para anggotanya dalam rangka

meningkatkan kepentingan perekonomian para anggotanya melalui pengadaan

barang dan jasa yang dibutuhkannya; yang ditawarkan dengan harga, mutu, atau

syarat yang lebih menguntungkan daripada yang ditawarkan pada anggota di

pasar atau oleh badan-badan resmi.

Koperasi sebagai salah satu faktor penggerak yang sangat mendasar dari

suatu aktifitas ekonomi adalah adanya usaha untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan tujuan sekaligus motivasi

dari terbentuknya kegiatan ekonomi atau bisnis suatu masyarakat. Untuk

memenuhi kebutuhan barang dan atau jasa. Saat ini banyak koperasi yang telah

menjalankan kegiatan usaha di bidang produksi. Terdapat jenis-jenis koperasi

yang salah satunya adalah koperasi produksi. Koperasi produksi yang hasilnya

diwujudkan dalam bentuk jasa misalnya koperasi jasa angkutan, tenaga kerja, dan

lain-lain.

Salah satu kawasan usaha peternakan sapi perah di Indonesia berada di

kawasan Kecamatan Pujon yang termasuk ke dalam kawasan Kawasan Malang.

Dimana wilayah ini terletak diwilayah pegunungan dengan suhu udara mencapai

rata-rata 19 sampai 26 derajat celcius. Dengan curah hujan 2310 mm per tahun

yang memungkinkan daerah ini digunakan sebagai tempat usaha peternakan sapi

perah. Peternakan sapi perah yang ada di Pujon ini mulai dilakukan sejak zaman

penjajahan Hindia-Belanda sekitar pertengahan abad ke-19. Awal perkembangan

peternakan ini tidak banyak warga yang bersedia untuk beternak sapi perah

karena kurang dirasa manfaatnya. Hasil susu perah yang dihasilkan hanya

digunakan untuk memberi minum anak sapi atau pedet dan sisanya dikonsumsi

sendiri dan jika sisa susu perah berlimpah maka sebagian ada yang terbuang

karena susu perah menjadi rusak dan tidak bisa dikonsumsi. Mengingat kurangnya

pasar yang menampung hasil susu dari masyarakat sehingga budi daya sapi perah

dirasa kurang begitu maksimal manfaatnya bagi masyarakat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada tanggal 30 Oktober 1962

(3)

3

dinamakan Koperasi SAE “Sinau Andadani Ekonomi” yang artinya belajar memperbaiki ekonomi. Awal berdirinya koperasi ini populasi ternak saat itu hanya

sejumlah 35 ekor dengan jumlah produksi susu 50 liter perhari. Tujuan didirikannya

koperasi ini ialah untuk menampung serta memasarkan hasil susu yang berasal

dari peternak yang khusus tinggal di daerah Kecamatan Pujon untuk

meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.

Pada karya tulis ini kami akan menganalisis sistem pengelolaan dan

bagaimana koperasi produksi dengan studi kasus di Koperasi SAE Pujon yang

perannya sebagai organisasi yang menaungi kepentingan anggotanya dan

usahanya dalam memberikan kesejahteraan bagi para anggotanya khususnya di

daerah Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

Koperasi sebagai salah satu faktor penggerak yang sangat mendasar dari

suatu aktifitas ekonomi adalah adanya usaha untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan tujuan sekaligus motivasi

dari terbentuknya kegiatan ekonomi atau bisnis suatu masyarakat. Untuk

memenuhi kebutuhan barang dan atau jasa, saat ini banyak koperasi yang telah

menjalankan kegiatan usaha di bidang produksi. Terdapat jenis-jenis koperasi

salah satunya adalah koperasi produksi. Koperasi produksi yang hasilnya

diwujudkan dalam bentuk jasa misalnya koperasi jasa angkutan, tenaga kerja, dan

lain-lain.

Istilah produksi diartikan sebagai segala upaya untuk menciptakan nilai

manfaat atas suatu barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan manusia.

Sehingga produksi merupakan suatu proses pengolahan barang dan/ atau jasa

dari bahan mentah (input) diubah menjadi produk yang sudah jadi (output)

sehingga dapat memberikan nilai manfaat maksimal bagi para pemakainya.

Koperasi produksi adalah koperasi yang menjalankan kegiatan usaha di bidang

produksi maka secara otomatis tidak semua usaha koperasi produksi yang

bergerak di sektor rill (non-financial) melakukan proses produksi sendiri secara

langsung. Banyak diantara koperasi produksi yang lingkup usahanya justru hanya

sebagai distributor untuk melakukan penjualan produk barang dan atau jasa

secara konstan yang dihasilkan oleh pihak lain (sebagai mitra usaha). Namun

(4)

4 produksi, hanya karena usahanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para

anggotanya yang seakan-akan diperoleh dari hasil produksi sendiri.

Tujuan Koperasi Produksi

Kegiatan produksi dapat dilakukan oleh perseorangan maupun badan

usaha tertentu yang terikat dengan persekutuan (syirkah). Proses produksi melalui

badan usaha perlu dilakukan ketika usaha perseorangan tidak mampu untuk

menjalankannya sendiri. Koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha, sangat

mungkin untuk melakukan proses produksi guna memenuhi kebutuhan

anggotanya. Kenyataan bahwa pada praktiknya sudah banyak sekali usaha

produksi yang dikelola melalui wadah koperasi. Adapun tujuan koperasi

menjalankan usaha produksi adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan ketersediaan barang dan atau jasa yang dibutuhkan para

anggota koperasi dengan harga yang terjangkau.

b. Memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani para anggota koperasi

sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba

Allah SWT untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat (falah).

c. Melalui koperasi produksi diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja di

bidang sektor rill.

d. Menciptakan kemandirian dan mencegah ketergantungan dalam hal

pemenuhan kebutuhan.

Prinsip-Prinsip Produksi

Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Allah,

dimana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu

sendiri. Konsumsi seorang muslim dilakukan untuk mencari falah, yaitu

kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Demikian pula dengan produksi dilakukan

untuk menghasilkan barang dan jasa. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip

melakukan proses produksi adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan produksi harus dilandasi oleh nilai-nilai Islami. Artinya, dalam

melakukan produksi tidak boleh bertentangan dengan maqashid syariah itu

sendiri yaitu menjaga iman, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

b. Kegiatan produksi harus disesuaikan skala prioritas kebutuhan yaitu:

(5)

5 c. Dalam hal distribusi hasil produksi, harus memperhatikan aspek keadilan

untuk mewujudkan pemerataan.

d. Mengelola sumberdaya alam secara optimal, tidak boros, berlebihan dan

merusak lingkungan.

Macam-Macam Produksi

Kegiatan produksi membutuhkan berbagai jenis sumber daya ekonomi

yang lazim disebut faktor produksi. Perbedaan utama dari berbagai sistem

ekonomi adalah terletak pada cara sistem itu mengelola faktor-faktor produksinya,

yaitu sumber daya dasar yang dipergunakan oleh badan usaha untuk

menghasilkan barang dan atau/ jasa. Faktor produksi adalah unsur-unsur yang

menjadi sebab terwujudnya proses produksi. Proses produksi yang dijalankan oleh

koperasi hanya bisa berlangsung jika faktor produksi yang dipersyaratkan telah

terpenuhi. Permasalahan pokok terkait faktor produksi tersebut adalah bagaimana

cara menghubungkan antara satu faktor produksi dengan yang lainnya sehingga

dapat mendatangkan hasil yang optimal. Adapaun faktor produksi yang dimaksud

secara umum dapat dibagi menjadi sumber daya alam (natural resources), tenaga

kerja (human resources), dan media pendukung seperti modal (capital) dan

peralatan teknologi.

a. Sumber Daya Alam

Untuk menjalankan proses produksi, koperasi dapat memanfaatkan

sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam adalah segala sesuatu

di alam semesta yang diciptakan oleh Allah agar dapat dimanfaatkan manusia

untuk memenuhi kebutuhannya. Meskipun sumber daya alam diciptakan

untuk umat manusia secara keseluruhan, namun dalam hal kewenangan

untuk mengelolanya tetap dibatasi sesuai hak-hak kepemilikannya. Artinya

seseorang atau badan usaha tertentu mempunyai kewenangan untuk

mengelola sumber daya alam selama lokasi tersebut menjadi miliknya, atau

paling tidak mendapatkan izin dari pemiliknya. Dari sumber daya alam yang

tersedia tersebut, diantaranya ada yang tidak dapat dimiliki secara pribadi

sebab merupakan kepemilikan bersama (umum) atau negara.

Tidak semua sumber daya alam dapat dikonsumsi secara langsung

oleh manusia. Untuk dapat dikonsumsi, banyak diantara sumber daya alam

yang membutuhkan pengolahan terlebih dahulu. Adapun pihak-pihak yang

(6)

6 melekat pada pemiliknya sendiri atau pihak lain yang bukan pemiliknya namun

diberi kewenangan untuk itu melalui suatu perjanjian (akad). Di samping

menjadi pelaku utama, badan usaha koperasi dapat mengkoordinir para

pemilik sumber daya alam pada komunitas tertentu untuk melakukan proses

produksi yang dibutuhkan masyarakat.

Maksud sumber daya alam disini sesungguhnya adalah meliputi

segala macam zat atau untuk yang tersedia di alam semesta, terutama yang

jika diolah dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Misalnya:

1. Tanah untuk lahan pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan,

pemukiman dan lain-lain.

2. Air untuk pengairan, perikatan, jasa transportasi antar pulau dan lain-lain

yang kesemuanya itu dapat dikelola melalui wadah koperasi. Namun

perlu diingat, bahwa diantara sumber daya alam, sebagian

pengelolaannya ada yang menjadi kewenangan negara, terutama jika

keberadaannya menguasai hajat hidup orang banyak.

Banyak anggapan bahwa faktor sumber daya alam merupakan faktor

yang sangat menetukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu negara.

Negara yang banyak mempunyai sumber daya alam apabila dikelola dengan

baik akan mengalami proses pembangunan yang cepat. Pertumbuhan

ekonomi yang cepat akan banyak membutuhkan faktor produksi untuk

melakukan proses produksi. Semakin banyak faktor produksi yang diperlukan,

tentu akan mengurangi tersedianya faktor produksi yang ada. Dalam hal ini,

menurunnya persediaan faktor produksi tenaga kerja atau modal sebagai

pendukung, relatif lebih mudah diatasi dibandingkan dengan menurunnya

faktor produksi sumber daya alam yang tersedia. Selain itu, proses

terbentuknya sumber daya alam merupakan suatu anugrah Allah di mana

kedudukan manusia sebagai makhluk dituntut untuk melestarikannya.

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat. Ditinjau dari segi waktu penciptaannya,

tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang kedua setelah sumber

daya alam. Bekerja bagi manusia merupakan bagian dari amal shaleh yang

dapat menghantarkan pelakunya pada tingkat kemuliaan. Dengan bekerja,

(7)

7 kehidupannya di mata masyarakat, juga diwajibkan mampu mendekatkan

dirinya kepada Allah SWT.

Dengan menyandarkan dimensi kerja melalui pendekatan religius,

seharusnya manusia bisa memahami bahwa sesungguhnya pekerjaan

apapun harus mendapat penghargaan yang tinggi karena semuanya

merupakan refleksi fungsi kekhalifaan di muka bumi. Penghargaan yang tinggi

itu pada tataran religius jelas akan berbuah ibadah, sedangkan pada tataran

ekonomi dapat diwujudkan melalui perolehan penghasilan atau upah yang

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang dan atau jasa. Melalui

konsep ini, kerja harus dimaknai sebagai amanah illahiah, sebagaimana

ditegaskan Allah bahwa kelak kita akan mengetahui siapakah yang akan

memperoleh hasil yang baik di dunia untuk bekal di akhirat.

Untuk dapat melakukan proses produksi secara baik, manusia

memerlukan ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang yang

ditekuninya. Semakin dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

oleh seorang tenaga kerja, maka seharusnya akan semakin tinggi tingkat

produktivitasnya. Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut

tingkatannya (kualitas) yang terbagi atas:

1. Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang

memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal.

2. Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang

memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman.

3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled and untrained

labour), adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani

daripada rohani.

c. Faktor Produksi Pendukung

Untuk menjalankan proses produksi, diperlukan keberadaan faktor

pendukung yang dapat memudahkan hubungan antara faktor produksi

sumber daya alam dengan tenaga kerja. Pada praktiknya banyak faktor yang

bisa dijadikan sebagai pendukung untuk melakukan proses produksi,

diantaranya adalah keberadaan modal (ra’sul maal atau capital). Dalam hal

ini, modal dapat diartikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang

maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu secara

(8)

8 modal merupakan segala bentuk kepemilikan yang dapat digunakan untuk

menjalankan usaha agar menghasilkan barang dan atau jasa lainnya.

Dalam proses produksi, bentuk pengembangan modal secara umum

dilakukan melalui aktivitas transaksi (akad) yang tetap berpegang pada aturan

syariah. Prinsip utama dalam pengembangan modal menurut ekonomi Islam

adalah melalui kemitraan yang didarakan pada prinsip bagi hasil atau risiko

(profit and lose sharing) dengan tujuan agar tercipta sirkulasi yang merata

dalam masyarakat. Fungsi distribusi modal selain diperoleh melalui kegiatan

usaha bisnis (tijarah), sebenarnya juga dapat dilakukan melalui pemberian

bantuan (tabarru’) sebagai wujud tanggung jawab sosial. Dengan adanya

pendistribusian modal tersebut, diharapkan akan tercipta pemerataan

ekonomi masyarakat yang kondusif bagi pertumbuhan sektor produksi.

Modal adalah semua harta pokok yang bernilai menurut pandangan

syara’ sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan harta lain. Modal dapat diwujudkan dalam bentuk uang mauoun barang yang dimiliki secara penuh.

Dengan kepemilikan modal sendiri, seseorang akan lebih mudah untuk

memulai usaha tertentu yang menurutnya dapat mendatangkan keuntungan.

Macam-macam modal dapat dibedakan menurut fungsinya, sifatnya, bentuk,

dan sumbernya.

1. Modal dilihat dari kepemilikannya

i. Modal perseorangan adalah modal yang dimiliki oleh seseorang

untuk digunakan sebagai modal usaha agar mendapatkan

penghasilan atau keuntungan.

ii. Modal bersama adalah modal yang dimiliki oleh sekelompok orang

secara kolektif dan digunakan secara bersama-sama untuk

menjalankan usaha.

2. Modal dilihat dari sumbernya

i. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari kepemilikan pribadi.

Sumber kepemilikan diantaranya kerja untuk mendapatkan upah

yang dapat digunakan sebagai modal usaha.

ii. Modal pembiayaan adalah modal yang diperoleh dari pihak lain

(9)

9 3. Modal dilihat dari sifatnya

i. Modal tetap (fixed capital) adalah modal yang dapat digunakan

untuk beberapa kali proses produksi. Misalnya tanah, bangunan

dan peralatan produksi.

ii. Modal lancar (current capital) adalah barang modal yang hanya

dipakai satu kali proses produksi. Misalnya bahan mentah, bahan

baku, dan bahan tambahan lain.

Faktor produksi sebagaimana dijelaskan di atas ada yang bersifat

pokok ada yang pendukung. Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau

persamaan yang menunjukkan sifat perkaitan antara faktor-faktor produksi

degan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor produksi juga dikenal dengan

istilah input dan output.

Bentuk Produksi

Hukum ekonomi atau bisnis memberikan landasan teoritis tentang

bagaimana seharusnya seorang produsen mampu mengoptimalkan kegiatan

produksinya berdasarkan prinsip kemaslahatan. Kebijakan optimalisasi produksi

mengandung pengertian bahwa produsen selalu megambil keputusan yang tepat

dalam melakukan proses produksi. Proses produksi menurut pembagianyya dapat

dibedakan menjadi:

a. Sifat Produk yang Dihasilkan

Suatu produk mempunyai sifat yang berbeda sehingga dalam proses

produksinya memerlukan perlakuan yang berbeda.pembedaan suatu produk

harus didasarkan atas kebutuhan konsumen agar memiliki nilai jual yang

tinggi. Di antaranya produk barang dan atau jasa itu ada yang diproduksi

secara khusus sesuai pesanan dan ada yang diproduksi secara umum karena

merupakan kebutuhan standar yang dibutuhkan banyak orang dari berbagai

kalangan.

1. Produk Spesifik

Kalau anggota menginginkan adanya spesifikasi dari suatu produk

sedangkan persediannya terbatas, koperasi dapat menyediakan produk

tersebut dikemudian hari sesuai dengan pesanan. Penyediaan produk

khusus (non standard) secara masal tanpa disertai adanya pemesanan

(10)

10 penawaran produk yang dianggap khusus sebaiknya jumlahnya dapat

dibatasi oleh koperasi.

2. Produk Standar

Berbeda dengan produk spesifik, produk standar dapat diproduksi

secara masal karena merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Kalau

produk standar yang dipilih, maka dalam hal ini koperasi perlu

mempersiapkan dana yang lebih untuk melakukan proses produksi

hingga distribusi ke anggota sebagai konsumen. Terkait dengan produk

standar, misalnya bahan kebutuhan pokok, biasanya koperasi tidak

begitu khawatir dalam hal pendistribusiannya. Namun, yang perlu

diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara produk yang ditawarkan

dengan kapasitas daya beli para anggotanya.

b. Tipe Proses Produksi

Tipe proses produksi jika dilihat dari aspek hubungan antara jenis

produk dengan tingkat permintaan para angggotanya (konsumen) dapat

dibedakan menjadi:

1. Produksi Berkesinambungan (Continous Process)

Proses produksi terus menerus biasanya terjadi pada koperasi

yang hanya mempunyai satu shift operasi sedangkan kegiatan tersebut

membutuhkan keberlanjutan. Keberanjutan proses produksi perlu

dilakukan oleh koperasi apabila permintaan pemenuhan kebutuhan

barang dan/atau jasa pada anggotanya terus berlangsung. Dalam hal ini,

penghentian proses produksi akan menyebabkan upaya pemebuhan

kebutuhan anggotanya akan terbengkalai.

2. Produksi yang bersifat Insidental (Intermitent)

Tidak semua koperasi produksi menghasilkan produk yang sama.

Di antara koperasi produksi ada yang hasil produknya berbeda-beda

karena bahannya diambil dari berbagai sumber. Produk yang berbeda

selain disebabkan oleh sumbernya (bahan), juga disebabkan oleh adanya

kecenderungan permintaan anggotanya pada salah satu produk. Karena

itu model produksi yang terputus-putus sebaiknya digunakan oleh

koperasi yang usaha produksi atau distribusinya didasarkan atas

(11)

11 c. Produksi dari segi Manfaatnya

Proses produksi bisa dilakukan dengan cara yang berbeda-beda

sesuai dengan manfaat yang akan dicapai. Semakin banyak manfaat yang

dihasilkan oleh suatu produk, maka semakin banyak pula konsumen yang

membutuhkan. Maksud dari manfaat tersebut adalah suatu produk berupa

barang dan atau jasa yang mendatangkan kemaslahatan bagi penggunanya

baik ditinjau dari segi jasmani maupun rohaninya. Koperasi yang bergerak di

sektor produksi memiliki tanggung jawab moral untuk menjalankan fungsi

produksi secara mandiri untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang

dibutuhkan anggotanya. Bahkan harapannya manfaat kelebihan dari hasil

produksi tersebut buka hanya dinikmati oleh anggota sendiri, tetapi juga dapat

dinikmati oleh masyarakat pada umumnya.

Skema Koperasi Produksi

1. Anggota melakukan simpanan ke koperasi produksi

2. Koperasi produksi melakukan transaksi pembelian ke bahan baku produksi

3. Dari bahan baku produksi mengirim ke koperasi produksi

4. Koperasi produksi melakukan pembayaran pada bahan baku produksi

5. Dari koperasi produksi melakukan distribusi ke anggota

6. Kemudian koperasi produksi membagikan SHU pada anggota

Dalam rangka menyediakan barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para

anggotanya, koperasi dapat melakukan usaha-usaha sebagai berikut:

1. Membeli barang konsumsi keperluan sehari-hari dalam jumlah yang besar

(12)

12 Untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, koperasi harus membeli

barang-barang konsumsi dengan jumlah besar. Dalam dunia perdagangan,

pembelian dengan jumlah yang besar sekaligus biasanya akan mendapatkan

potongan harga (diskon) sehingga menjadi murah, terlebih lagi jika sistem

pembayarannya dilakukan secara tunai (cash). Model pembelian ini biasanya

berlaku untuk barang konsumsi yang dapat bertahan lama.

2. Menyalurkan barang konsumsi kepada para anggota dengan harga yang

terjangkau

Koperasi konsumsi hanya menyalurkan barang-barang kebutuhan

yang dirasa benar-benar memberikan manfaat. Pembelian barang-barang

konsumsi yang disediakan oleh koperasi tidak bersifat paksaan, melainkan

berdasarkan atas kesadaran anggota. Sebab bagaimanapun tingkat

kebutuhan masing-masing anggota terhadap barang konsumsi tidaklah sama.

Karena itu untuk menghindari terjadinya kerugian, koperasi dapat

menyalurkan barang konsumsi sesuai dengan apa yang dipesankan oleh para

anggotanya.

3. Berusaha membuat sendiri barang-barang konsumsi untuk keperluan anggota

Dalam pengadaan barang-barang konsumsi, tidak selamanya harus

menggantungkan kepada pihak lain. Untuk mewujudkan pemikiran tersebut,

koperasi dapat mempelopori terbentuknya usaha lainnya yang mampu

memproduksi sendiri barang-barang kebutuhan. bahkan apabila usaha

tersebut dapat berjalan dengan baik, tentu tidak hanya memberikan

keuntungan bagi koperasi melainkan juga manfaat kepada masyarakat pada

umumnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yakni wawancara

semiterstruktur karena peneliti ingin mendapatakan data secara lebih terbuka

dimana pihak yang diajak wawancara dapat mengemukakan ide-idenya dan

pendapatnya. Sekaligus wawancara semiterstruktur ini dilakukan agar kegiatan

wawancara dapat berjalan secara santai dan mengalir sehingga jawaban dari

narasumber tidak terpaku.

Sumber dan jenis data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis

ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui

(13)

13 Madyan Kepala Bagian Personalia dan Humas koperasi SAE Pujon terkait sistem

pengelolaan koperasi.. Kemudian, data sekunder diperoleh dari berbagai literatur

kepustakaan yang berkaitan dengan teori dan permasalahan yang dibahas.

Beberapa referensi utama yang digunakan adalah buku tentang Koperasi

Syariah5, jurnal ilmiah edisi online yakni Jurnal Pendidikan Sejarah6, Jurnal

Teknologi Peternakan dan Veteriner7, artikel jurnal8; serta tesis salah satu

mahasiswa Institut Pertanian Bogor9.

Setelah mendapatkan sumber data primer dan sekunder, penulisan ini

dianalisis untuk melihat keterkaitan antara teori koperasi produksi dengan situasi

dan kondisi yang sebenarnya dari koperasi produksi yakni Koperasi SAE Pujon.

Analisis ini dilakukan untuk melihat sejauh mana praktik dari kegiatan Koperasi

SAE Pujon sudah sesuai dengan teori yang ada di literatur atau belum sesuai. Jika

sudah sesuai, sampai sejauh mana kesesuaiannya, apakah mutlak seratus persen

sesuai dengan teori ataukah terdapat perbedaan yakni kebijakan dari koperasi

yang disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar koperasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Koperasi SAE Pujon

Berdasarkan studi lapang yang kami lakukan di Koperasi SAE (Sinau

Andadani Ekonomi) Pujon dengan melakukan wawancara dengan pengurus

koperasi tersebut kami dapat mengetahui bagaimana sistem yang ada di Koperasi

tersebut. Koperasi SAE Pujon merupakan koperasi yang bergerak pada bidang

produksi dengan hasil utama produksinya yaitu susu murni (susu perah). Koperasi

ini berdiri diawali dengan melihat banyaknya mata pencaharian masyarakat yang

(14)

14 pendapatan yang didapatkan dari hasil pertanian tidak bisa didapatkan dalam

waktu singkat. Karena hal tersebut banyak masyarakat yang akhirnya beralih

menjadi peternak khususnya berternak sapi perah yang akhirnya menjadi mata

pencaharian sampingan mereka karena dinilai pendapatan dari peternakan sapi

perah ini bisa didapat dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan

pertanian.

Anggota Koperasi SAE Pujon

Syarat masyarakat yang ingin bergabung menjadi anggota Koperasi SAE

Pujon yaitu harus masyarakat yang berdomisili di kecamatan Pujon dengan

dibuktikan melalui kartu pengenal (Kartu Tanda Penduduk) dan memiliki

peternakan susu sapi perah. Dalam hal ini koperasi tidak memberikan batas

minimal seorang peternak memiliki jumlah sapi perah yang dimiliki. Kemudian

terdapat syarat bahwa seorang anggota yang ingin bergabung harus menyetorkan

hasil susu perah minimal tujuh bulan dan barulah ia dapat dikatakan sebagai

anggota, membayar simpanan pokok sebesar Rp 100.000,00 dan mengisi

permohonan yang diajukan kepada pihak Koperasi SAE Pujon. Anggota Koperasi

SAE Pujon ini wajib menyetorkan seluruh hasil susu perah kepada Koperasi SAE

Pujon. Total anggota yang dimiliki oleh Koperasi SAE Pujon dari awal berdiri

hingga dilakukannya wawancara yaitu sekitar 13.000 anggota. Jumlah tersebut

dikurangi dengan masyarakat yang keluar dari koperasi yang diakibatkan

meninggal dunia, usia tua sehingga totalnya menjadi 9000 anggota. Sistem

pengontrolan pengurusan dengan anggota agar komunikasi tetap berjalan dengan

baik yaitu dengan menetapkan koordinator pada setiap 75 anggota.

(15)

15 Sistem Penghimpunan Susu Perah

Sistem penghimpunan susu perah yang ada dari anggota kepada Koperasi

SAE Pujon dilakukan selama dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari yang

dilakukan di Pos penampungan susu perah. Jumlah pos penampungan mencapai

31 TPS (Tempat Penampungan Susu) yang tersebar pada 10 desa di Kecamatan

Pujon. Setiap pos penampungan susu perah harus memeriksa kualitas susu perah

yang disetorkan oleh setiap anggota. Hanya susu perah yang berkualitas baik

yang dapat diterima oleh Koperasi SAE Pujon untuk selanjutnya di produksi lebih

lanjut maupun di setorkan PT. Nestle sebagai produsen susu yang telah

bekerjasama dengan Koperasi SAE Pujon. Uji kelayakan susu yang nantinya akan

disetor ke PT. Nestle dilakukan dengan melihat berat jenis dengan menimbang

warna, rasa, dan bau. Koperasi SAE Pujon menetapkan harga Rp 5.000,00 untuk

kualitas susu yang baik. Namun untuk kualitas susu yang tidak memenuhi standar

untuk disetor ke PT. Nestle, pihak Koperasi SAE Pujon akan menghimpunnya

yang kemudian akan dijual untuk minum sapi pedet dan dijual disekitar lokasi

wisata serta untuk dikonsumsi masyarakat. Pembayaran yang diberikan koperasi

kepada anggota dari setiap penyetoran susu yang mereka setorkan yaitu selama

15 hari sekali. Kemudian susu yang telah dihimpun tadi kemudian di pasarkan

sebesar 95% kepada PT. Nestle dan 5% diproduksi sendiri yang nantinya akan

menjadi produk pasteurisasi susu dan Yoghurt.

Skema 2 Penghimpunan Susu Perah Koperasi SAE Pujon

(16)

16 Gambar 1 Produk Susu Perah

Manajemen Koperasi SAE Pujon

Koperasi SAE Pujon berfokus pada peternakan sapi perah yang nantinya

dapat menghasilkan susu segar. Koperasi SAE Pujon memiliki dua unit dalam

manajemen koperasinya yaitu:

1. Unit Inti

Unit inti terbagi dalam empat unit:

a. Unit peternakan

Memberikan pembinaan dengan memperhatikan peternakan yang dimiliki

anggotanya agar susu yang dihasilkan dapat berkualitas baik.

b. Unit persusuan

Yaitu bertujuan untuk menghasilkan produksi susu yang baik sehingga

harga jual yang diperoleh dapat lebih tinggi.

c. Unit pakan ternak

Koperasi memproduksi pakan ternak sendiri untuk kebutuhan para

anggotanya agar dapat meningkatkan kualitas produksi susu yang

dihasilkan sapi perah dengan pakan yang berkualitas baik. Dengan harga

Rp.2.750 setiap Kilogram.

d. Unit teknis transportasi

Unit ini yaitu bertugas untuk melayani transportasi yang berhubungan

dengan penyaluran susu dari pos penampungan susu dan dihimpun di

pos penampungan pusat.

2. Unit Diversifikasi

Unit diversifikasi (pengembangan) dibagi menjadi enam:

a. Unit waserda (warung serba ada)

Dalam unit ini Koperasi SAE Pujon ini juga memberikan fasilitas warung

serba ada (waserda) untuk memenuhi kebutuhan pokok anggotanya.

(17)

17 Dalam unit ini anggota dapat melakukan pinjaman modal.

c. Unit Balai Pengobatan

Para anggota Koperasi SAE Pujon ini juga dapat memanfaatkan layanan

kesehatan yang ada tepatnya pada Klinik BKIA Nurul Ihsan secara gratis

dengan hanya menunjukan bukti penyetoran susu.

d. Kafe Wisata

Koperasi SAE Pujon ini juga mendirikan kafe wisata yang menjual produk

susu yang mereka produksi.

e. Unit Riaring

Unit riaring ini yaitu Koperasi SAE Pujon ini juga memilihara sapi indukan

sehingga anggota dapat membelinya dengan harga yang lebih murah.

f. Unit pengadaan Hijauan

Unit pengadaan hijauan yaitu pengadaan makanan dari tumbuhan yang

digunakan sebagai konsumsi untuk sapi perah.

Skema 3 Manajemen Koperasi SAE Pujon

Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi SAE Pujon

Koperasi SAE Pujon juga memprioritaskan pekerja yang ada dalam

koperasi berasal dari keluarga anggota, namun tidak menutup diri untuk menerima

pekerja dari luar. Dalam sistem pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan

pada forum rapat anggota tahunan dengan memberikan transparansi laporan

keuangan kepada anggota. Kemudian sisa hasil usaha ini dialokasikan sebagai

cadangan sebesar 20%, jasa simpanan anggota sebesar 20%, jasa produksi

sebesar 40%, Karyawan sebesar 10%, pengurus atau pengawas sebesar 5%,

(18)

18 Skema 4 Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi SAE Pujon

PENUTUP Kesimpulan

Koperasi SAE (Sinau Andandani Ekonomi) Pujon merupakan koperasi

yang bergerak di bidang produksi dengan hasil utama produksinya yaitu susu

murni (susu perah). Masyarakat yang dapat menjadi anggota koperasi hanya

penduduk kecamatan Pujon. Syarat menjadi anggota koperasi yaitu memiliki sapi

perah, membayar simpanan pokok sebesar Rp100.000,00, dan mengisi formulir

permohonan menjadi anggota koperasi. Sistem penghimpunan susu sapi perah

para anggota koperasi yaitu anggota koperasi menyetorkan susu sapi segar ke

tempat penampungan susu yang terdapat di setiap desa, diangkut ke koperasi

pusat, diseleksi, kemudian 95 (sembilan puluh lima) persen disetorkan ke PT

Nestle dan 5 (lima) persen untuk kebutuhan penjualan koperasi. Manajemen

koperasi sendiri dibagi kedalam dua, yaitu unit inti dan unit diversifikasi. Unit inti

terdiri dari unit peternakan, persusuan, pakan ternak, dan transportasi. Sedangkan

unit diversifikasi terdiri dari waserda dan kafe wisata, simpan pinjam, riaring, balai

pengobatan, dan pengadaan hijauan.

Saran

Berdasarkan hasil wawancara dan studi literatur yang kami lakukan pada

Koperasi SAE Pujon ini saran yang kami berikan yaitu perlu adanya

(19)

19 menerapkan strategi maketing yang lebih baik, dengan mengikuti era digital pada

masa kini. Sehingga olahan susu yang di produksi oleh Koperasi SAE Pujon ini

dapat meningkat dan dinikmati secara luas bukan hanya di daerah Malang saja.

Kemudian selain itu perlu diadakan sosialisasi yang lebih kepada para peternak

sapi perah dan perlu adanya pengecekan secara berkala oleh petugas Koperasi

sehingga peternak lebih memperhatikan kebersihan kandang dan kesehatan sapi

(20)

20 DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin. 2013. Koperasi Syariah dan Pengaturannya di Indonesia. Malang: UIN Maliki Press.

Jurnal/ Tesis

Nurcahyanti, Christiana dan Johannes Hanan Pamungkas. 2017. Peternakan Sapi Perah Kecamatan Pujon Tahun 1990-2010. AVATARA Jurnal Pendidikan Sejarah. Vol. 5, (No. 1): 1495-1509. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/22074/38/article.pdf

diakses pada 15 Oktober 2017

Rahardjo , Liliek, dkk. 2011. Karakteristik Sistem Pakan Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Saat Musim Hujan Yang Berkepanjangan.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/semnas/pro11-104.pdf?secure=1 diakses pada 13 Oktober 2017

Soeyatno, Rahmah Farahdita. 2013. Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur. Tesis diteribtikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. https://id.123dok.com//document/1y99lwdy-analisis- pendapatan-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-produksi-susu-di-desa-pandesari-kecamatan-pujon-kabupaten-malang-jawa-timur.html diakses tanggal 14 Oktober 2017

Wahyudi, Ahmad. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Anggota Koperasi Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus pada Anggota

Koperasi ”SAE” Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang). Jurnal Ilmiah

Universitas Brawijaya.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=190080&val=646

Gambar

Gambar 1 Produk Susu Perah

Referensi

Dokumen terkait

Adapun atribut yang menjadi prioritas kebutuhan mahasiswa yakni Proses pengisian KRS online yang sangat mudah bagi mahasiswa, Informasi akademik mudah diperoleh,

Peserta didik dapat menjelaskan dan mempresentasikan upaya tindakan yang dilakukan untuk ketersediaan kebutuhan air bersih. Sampah dapat mencemari air karena sampah bisa

Hasil penelitian pengembangan menunjukkan bahwa (1) setelah melalui uji validasi dan uji coba kelompok kecil, perangkat pembelajaran yang dikembangkan sangat valid

Penelitian Pardi, Suharyono, Imam, & Zainul (2014) menguji dan menjelaskan pengaruh a) orientasi pasar terhadap orientasi pembelajaran, inovasi dan kinerja pemasaran,

Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 123/KEPMKUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Dalam

Maklum, tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia selama 2015 lalu tidak terlepas dari dinamika perkembangan ekonomi dan keuangan global, yaitu melambatnya pertumbuhan

Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan Pajak, Retribusi dan Pendapatan Daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas

Hingga saat ini beberapa penelitian telah menyajikan hasil aplikasi berbasis internet untuk perawatan klinis dalam keperawatan jiwa dengan perangkat atau media